Anda di halaman 1dari 2

HKUM4311-2

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2022/23.1 (2022.2)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : HKUM4311/Hukum Pidana Ekonomi
Tugas :2

No. Soal
1 Contoh Kasus :
1. Kasus ini terjadi pada tahun 2009, dengan modus penggelapan dana nasabah yang dilakukan oleh
komisaris utama Herman Ramli senilai hamper Rp. 235 Miliar . Kasus ini diindikasi merugikan 8.700
orang nasabah. Permasalahan terjadi karena adanya penyalahgunaan uang nasabah yang
dilakukan oleh Herman Ramli.

2. Antaboga Delta Sekuritas


Kasus berikutnya adalah investasi bodong yang dilakukan oleh Antaboga Delta Sekuritas (ADS).
ADS menjual sebuah produk investasi berjenis reksa dana pendapatan tetap melalui Bank Century
(sekarang bank J Trust). ADS tentunya menjanjikan hasil investasi yang menarik. Sayangnya uang
investor tidak diinvestasikan sebagai mana mestinya. Reksa dana terproteksi tersebut ternyata tidak
mendapat izin Bapepam-LK. Total kerugian nasabah atau investor mencapai angka RP. 1,4 Triliun.

Pertanyaan:

Berdasarkan contoh kasus diatas, uraikan analisis anda langkah-langkah yang dapat dilakukan
masyarakat untuk terhindar menjadi korban Tindak Pidana Ekonomi!

2 PT. Raja Suntuk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan CPO ( Curd Palm Oil)
yang terletak bersebelahan dengan sungai sumber air bersih bagi masyarakat. Suatu Ketika Masyarakat
keracunan dan meninggal dunia setelah mengkonsumsi air dari sungai tersebut. Setelah dilakukan
penyelidikan dan penyidikan, PT. Raja Suntuk dinyatakan terbukti membuang limbah ke sungai.

Pertanyaan:

Uraikan analisis anda atas pertanggungjawaban pidana yang dilakukan oleh perusahaaan diatas!

3 SURABAYA - Penyidik Kanwil Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Timur I melimpahkan berkas
perkara sekaligus dua tersangka kasus tindak pidana pajak ke Jaksa Penuntut Umum (JPU) di
Kejaksaan Negeri (Kejari) Surabaya, Rabu (15/1). Tindakan ini merupakan proses lanjutan dari
penyidikan yang dilakukan oleh tim penyidik Kanwil DJP Jatim I setelah berkoordinasi dengan Korwas
Polda Jatim mulai tahun 2019 lalu.

Kedua tersangka adalah direktur di dua perusahaan pengadaan barang dan jasa. Masing-masing atas
nama Ronald Ferdinand, 46, warga Depok, Jawa Barat, direktur PT Ramando Putra Pratama (PT RPP)
yang bergerak di bidang pengadaan barang dan jasa di Jalan Ikan Mungsing, Perak Barat, Krembangan,
Surabaya.

Sedangkan yang kedua adalah Teguh Setiabudi, 54, warga Krembangan, Surabaya, selaku direktur
utama (dirut) PT Budi Karya Mandiri (PT BKM) yang juga bergerak di bidang yang sama dengan PT
RPP.

1 dari 2
HKUM4311-2

Kedua perusahaan tersebut terbukti dengan sengaja tidak menyetorkan pajak pertambahan nilai (PPN)
yang telah dipungut pada kurun waktu 2011 hingga 2012 lalu sebesar Rp 5,54 miliar. Dengan rincian,
PT RPP menimbulkan kerugian pada pendapatan negara sebanyak Rp 3,9 miliar dan PT BKM
merugikan negara sebanyak Rp 1,64 miliar.

Kepala Kanwil Ditjen Pajak Jatim I, Eka Sila Kusna Jaya mengatakan, kedua perusahaan tersebut telah
memungut PPN namun tidak disetorkan ke negara. “Kasus yang pertama, PT RPP dia menjual barang,
memungut PPN yang harusnya disetorkan, tapi malah tidak disetorkan. Jadi merugikan negara.
Sedangkan yang kedua, PT BKM itu menerbitkan faktur, namun tidak sesuai dengan jumlah yang
sebenarnya,” jelas Eka.

Dua kasus di atas, jelas Eka, masuk dalam bagian lima kasus lainnya yang sedang disidik oleh Ditjen
Pajak Jatim I bersama Polda Jatim. “Ini dua kasus. Masih ada lagi satu. Sisanya sudah kami
selesaikan,” lanjut Eka.

Menurutnya, lima kasus tersebut jika ditotal negara mengalami kerugian Rp 16,7 miliar. Sedangkan yang
sudah dibayarkan ke Ditjen Pajak Jatim I, total mencapai Rp 10 miliar. Sedangkan yang Rp 6,7 miliar
masih belum dibayar dari lima kasus yang ditangani oleh Ditjen Pajak Jatim I.

“Sisanya masih proses pelunasan. Modusnya, PPN yang dipungut dari lawan transaksinya itu digunakan
sendiri untuk kepentingan pribadi dan perusahaan dia. Jadi gak disetorkan,” ungkap Eka.

Kajari Surabaya Anton Delianto mengatakan, kasus tindak pidana pajak ini ditangani oleh delapan orang
jaksa gabungan dari Kejati Jatim dan Kejari Surabaya. Selanjutnya, ia akan segera melimpahkan berkas
perkaranya ke Pengadilan Negeri (PN) Surabaya.

“Kami akan persiapkan untuk dakwaan dan segera dilimpahkan ke PN Surabaya. Namun sekarang
masih proses penelitian tersangka dan barang bukti,” ucap Anton.

Dari data yang diungkap, kasus tindak pidana pajak yang dilakukan tersangka Ronald mulai dilakukan
penyidikan pada 1 Oktober 2019 dan berkas perkaranya dinyatakan lengkap atau P21 oleh JPU pada 20
Desember 2019 lalu.

Tersangka Ronald sempat menjadi buronan Ditjen Pajak Jatim I lantaran tidak kooperatif saat proses
penyidikan. Namun upaya pelarian tersangka berakhir di tangan Polda Jatim yang menangkapnya di
kawasan Depok pada 22 November 2019.

Sedangkan kasus tersangka Teguh mulai dilakukan penyidikan pada 22 Agustus 2019 dan berkas
perkaranya dinyatakan P21 pada 18 November 2019. Tersangka Ronald dan Teguh merupakan
pengusaha yang bergerak di bidang pengadaan barang dan jasa yang badan usahanya berada di
Surabaya. (gin/jay)

Sumber : https://radarsurabaya.jawapos.com/read/2020/01/15/174963/tak-setorkan-pajak-rp-554-m-dua-
direktur-diajukan-ke-pengadilan

Pertanyaan:

Uraikan analisis anda mengapa tindakan tersangka berdasarkan kasus diatas dikategorikan
tindak pidana perpajakan!

2 dari 2

Anda mungkin juga menyukai