Laporan Praktikum Briket Batubara Kel. 6
Laporan Praktikum Briket Batubara Kel. 6
Pendahuluan
Batubara merupakan sumber daya alam yang banyak terdapat di Kabupaten Tanah
Bumbu Provinsi Kalsel. Sisa pengolahan maupun pengujian batubara kebanyakan dibiarkan
oleh perusahaan sehingga terbuang begitu saja. Batubara sisa ini bisa dimanfaatkan untuk
dibuat briket. Namun seringkali briket batubara susah menyala dan menimbulkan banyak
abu. Maka dari itu perlu penelitian dengan mencampurkannya dengan sekam padi. Sekam
padi banyak didapatkan karena selain wilayah industri, juga banyak wilayah pertanian padi
di Kabupaten Tanah Bumbu.
Biobriket dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk menjadi bauran energi serta
mengurangi dampak emisi karbon dari pembakaran bahan bakar fosil [1]. Pembuatan briket
ini diharapkan bisa menjadi solusi bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan bahan
bakar rumah tangga. Penelitian ini sangat penting dilakukan agar limbah sekam padi dan
sisa batubara yang melimpah di Kabupaten Tanah Bumbu dapat dimanfaatkan dengan baik
dan mengasilkan bahan bakar alternatif bagi masyarakat.
Bahan bakar semakin sulit untuk didapatkan dan harganya pun semakin meningkat. Briket
sebagai bahan bakar alternatif harus mempunyai kadar kalor yang mencukupi, ramah
lingkungan, mudah digunakan dan mempunyai nilai ekonomi sehingga bisa dilanjutkan
untuk jangka panjang[2]. Briket yang dihasilkan diharapkan berkualitas dan sesuai standar
sehingga bisa menjadi energi pengganti.
Sekam padi terdiri dari lapisan keras yaitu kariopsis yang memiliki dua belahan yang
disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Sekam terpisah dari butir akibat
penggilingan padi dan kemudian menjadi limbah sisa penggilingan. Hasil penggilingan
mengandung sekam sekitar 20-30%, dadak antara 8-12%, dan beras giling antara 50-63,5%
dari bobot awal gabah [3]. Sekam padi merupakan biomassa yang dapat digunakan untuk
berbagai kebutuhan seperti pakan ternak, bahan baku industri, dan bahan bakar.
uji nyala
Mengolah bahan baku menjadi briket dilakukan agar kualitas bahan meningkat.
Peningkatan kualitas bahan dilihat dari energi yang dihasilkan, kemudahan penyalaan, dan
sedikitnya polusi yang ditimbulkan. Proses pembriketan dilakukan melalui langkah
penghalusan, karbonisasi, pencampuran dengan perekat, pencetakan, lalu pengeringan [4].
Kadar air sangat dipengaruhi oleh karapatan. Semakin tinggi nilai kerapatan suatu briket
maka nilai kadar airnya semakin tinggi. Apabila kerapatannya rendah mengakibatkan kadar
air semakin rendah pula di dalam briket.
Ada dua perekat dalam pembuatan biobriket yaitu perekat yang berasap (tar, pitch, clay,
dan molase) dan perekat yang kurang berasap (pati, dekstrin, dan tepung beras). Diantara
perekat yang terbaik bisa digunakan yaitu tepung kanji/tapioka [5]. Kandungan perekat
tidak boleh terlalu banyak karena dapat meningkatkan nilai abu.
Penelitian yang dilakukan Qistina [6] menunjukkan bahwa sekam padi termasuk biomassa
yang bagus digunakan untuk briket. Sekam padi bisa menghasilkan kalori hingga 4323
kal/g namun mempunyai kadar abu yang lebih tinggi dibandingkan tempurung kelapa.
Karbonisasi sekam padi lebih mudah dilakukan dan tidak diperlukan lagi peremukan untuk
mengecilkan ukuran.
1.2 Tujuan
b. Sekam padi
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri
daridua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada
proses penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi
bahan sisaatau limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa
yang dapatdigunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri,
pakan ternakdan energi atau bahan bakar. Dari proses penggilingan padi
biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, dedakantara 8- 12% dan beras giling
antara 50-63,5% data bobot awal gabah.
2.3.2 Perekat
Perekat adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk mengikat dua
benda melalui ikatan permukaan. Berdasarkan jenisnya perekat dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Perekat Organik, perekat yang bersifat sangat efektif dalam mengikat,
memiliki harga yang relative lebih murah dan ketika dibakar cenderung
menghasilkan abu yang lebih sedikit. Contoh: tepung kanji, tepung sagu, tar,
amilum, molase, dan paraffin.
b. Perekat Anorganik, perekat yang memiliki daya rekat yang lebih kuat
dibandingkan perekat organik, Namun untuk harga perekat anorganik lebih
mahal disbanding perekat organik, dan menghasilkan abu yang lebih banyak
pula. Contoh: semen, lempung, dan natrium silica.
METODELOGI
2.1.1 Alat
- Panci
- Baskom
- Pengaduk
- Oven
- Tray Oven
- Furnance
- Aluminium Foil
2.1.2 Bahan
- Batubara (75%b)
- Air
1. Menyiapkan Batubara.
2. Penghancuran batubara menggunakan mesin crusher.
3. Mengayak batubara menggunakan ayakan -18 mesh +20 mesh.
1. Panaskan air.
2. Memasukkan tepung kanji sebanyak 400g.
3. Mematikan kompor.
4. Memasukkan batubara sebanyak 1.5 kg.
5. Memasukkan sekam padi sebanyak 500 kg.
6. Mencampur adonan briket.
7. Mencetak adonan menggunakan pipa paralon.
8. Menjemur briket selama ± 3hari.
9. Mengeringkan briket dalam oven dengan suhu 115℃ selama 5 jam.
2.2.2 Prosedur Analisis Produk
3.2 Pembahasan
Kadar Air %
W 0−W
% Kadar Air = × 100%
W S0
77,4804−77,4071
= × 100%
0,9994
= 7,34 %
Kadar Abu %
( 37,2167−37,2919 ) gram
= × 100%
( 38,291−37,2919 ) gram
= 7,52 %
Volatile Meter
% VM =¿ × 100% ) – Mad
( 37,1665−37,6774 )
=( × 100% ) – 10.9%
( 38,1660−37,1665 )
= 48,88 % – 7,34 %
= 41,54 %
Fixed Carbon
= 43,6 %