Anda di halaman 1dari 18

PEDOMAN INTERNAL

PROGRAM KESEHATAN TRADISIONAL


TAHUN 2023

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG


DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA
UPTD PUSKESMAS OMBEN
Jl. TrunojoyoNo. 32 Kec Omben 69291 Sampang TELP. (0323) 781153–781118
Website : http//:pkm-omben.sampangkab.go.id Email :puskesmasomben@gmail.com
SAMPANG ( 69291 )
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Berkah Rahmat dan Karunia-Nya, saya
Koordinator Program Kesehatan Tradisional UPTD Puskesmas Omben dapat
menyelesaikan Pedoman Internal Program Kesehatan Tradisional UPTD Puskesmas
Omben.

Pedoman Internal Program Kesehatan Tradisional UPTD Puskesmas Omben


disusun sebagai acuan bagi Kepala Puskesmas, Penanggung Jawab dan pelaksana
kegiatan puskesmas melakukan kegiatan terkait dengan Kesehatan Tradisional baik
di dalam gedung maupun luar gedung.

Demikian harapan saya semoga Pedoman Internal Kegiatan Program


Kesehatan Tradisional UPTD Puskesmas Omben ini semoga dapat menjadi acuan
dalam pelaksanaan kegiatan KESTRAD UPTD Puskesmas Omben.

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Omben Koordinator Program KESTRAD

drg. Yuanita Purnamawati Ika Puji Astuti


NIP. 19830921 200902 2 003 -

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1. Latar Belakang...............................................................................................1
2. Tujuan Pedoman............................................................................................2
3. Sasaran Pedoman.........................................................................................2
4. Ruang Lingkup Pedoman..............................................................................2
5. Batasan Operasional.....................................................................................2
BAB II STANDAR KETENAGAAN...........................................................................4
1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia.................................................................4
2. Distribusi Ketenagaan....................................................................................4
3. Jadwal Kegiatan............................................................................................ 4
BAB III STANDAR FASILITAS.................................................................................5
1. Denah Ruangan.............................................................................................5
2. Standar Fasilitas............................................................................................5
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN.....................................................................5
1. Lingkup Kegiatan...........................................................................................5
2. Metode...........................................................................................................7
3. Langkah Kegiatan..........................................................................................8
BAB V LOGISTIK.................................................................................................. 12
BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN / PROGRAM..............................14
BAB VII KESELAMATAN KERJA...........................................................................16
BAB VIII PENYUSUNAN MUTU............................................................................17
BAB IX PENUTUP.................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pengertian Program Pengobatan Traditional adalah salah satu upaya
pengobatan dan/atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan/atau
ilmu keperawatan, yang banyak dimanfaatkan masyarakat dalam mengatasi
kesehatan, pengobatan tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan
manfaat dan keamanannya perlu terus dibina, ditingkatkan, dikembangkan
dan diawasi untuk digunakan dalam mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal.
Pengobatan tradisional sebagai salah satu pengobatan di luar ilmu
kedokteran jugadirumuskan pada Pasal 12 Ayat (1) dan (2) Kepmenkes
No.1076//MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Tradisional bahwa pengobatan tradisional merupakan salah satu upaya
pengobatan dan/atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan/atau
ilmu keperawatan. Pengobatan tradisional sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) dilakukan sebagai upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan penyakit, dan/atau pemulihan kesehatan Peraturan tersebut
dibentuk Pemerintah, hal ini membuktikan bahwa pengobatan tradisional
mendukungpeningkatan derajat kesehatan masyarakat cileh
Pasal 1 Ayat (1) Kepmenkes No. 1076//MENKES/SK/VII/2003 tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau
perawatan dengan cara, obat dan pengobatnya yang mengacu kepada
pengalaman, keterampilan turun temurun, dan/atau pendidikan/pelatihan, dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Tujuan pengaturan penyelenggaraan pengobatan tradisional
dirumuskan pada Pasal 2 Ayat (1), (2) dan (3) Kepmenkes No.
1076//MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Tradisional, bahwa tujuannya (1) membina upaya pengobatan tradisional; (2)
memberikan perlindungan kepada masyarakat (3) menginventarisasi jumlah
pengobat tradisional, jenis dan cara pengobatannya. Pengaturan pada
Kepmenkes tersebut secara tegas mengatur dan melindungi penyelenggara
pengobatan tradisional dan masyarakat selaku pasien.
Pemerintah perupaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
setiap orang. Pemerintah juga harus secara terus menerus memberikan
perhatian bagi penyelenggaraan pembangunan nasional yang berwawasan
kesehatan. Penyelenggaraan pembangunan nasional tentunya harus

1
didukung dengan jaminanatas pemeliharaan kesehatan dan ditingkatkannya
profesionalisme. Kegiatan kegiatan tersebut sudah tentu memerlukan
perangkat hukum kesehatan yang memadai. Perangkat hukum kesehatan
dimaksudkan agar kepastian hukum danperlindungan yang menyeluruh baik
bagi penyelenggara kesehatan maupunmasyarakat penerima pelayanan
kesehatan.
Pengaturan pengobatan tradisional juga ditunjang dan dirumuskan oleh
WHO pada tahun 2000 telah menetapkan bahwa pengobatan tradisional
adalah jumlahmtotal pengetahuan, keterampilan, dan praktik- praktik yang
berdasarkan pada teoriteori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang
mempunyai adat budaya yang berbeda, baik dijelaskan atau tidak, digunakan
dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam pencegahan, diagnosa, perbaikan
atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga mental.
Pengobatan tradisional sebagai alternatif pengobatan di luar cara
medis hanya dapat dilakukan oleh pengobat/orang yang ahli di bidangnya.
Menurut rumusan Pasal 1 Angka 16 UU No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan yang dimaksud dengan pengobatan tradisional adalah pengobatan
dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman
dan keterampilan turun temurunsecara empiris yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Pasal 3 Ayat (3) Kepmenkes No. 1076//MENKES/SK/VII/2003 tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional menyatakan, definisi operasional
klasifikasi pengobat tradisional dikenal dengan istilah battra.
2. Tujuan Pedoman
A. Tujuan Umum
Sebagai pedoman pelaksanaan dan pemantauan cakupan serta
peningkatan pembinaan kegiatan Battra secara terus menerus di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Omben.
B. Tujuan Khusus
1) Sebagai pedoman pembinaan kesehatan Traditional di UPTD
Puskesmas Omben.
2) Sebagai pedoman pendataan pengobat traditional di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Omben.
3) Sebagai pedoman pelaksanaan pembinaan Toga di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Omben.
3. Sasaran Pedoman

2
Sasaran dari pedoman ini adalah programer Kesehatan tradisional dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, kader posyandu, dan perangkat
desa di wilayah kerja UPTD Puskesmas Omben.
4. Ruang Lingkup Pedoman
A. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas meliputi:
1) Sosialisasi Program Battra dengan seluruh kader posyandu;
2) Pelatiham kader terkait manfaat, jenis toga dan budidaya toga dilahan
yang sempit;
3) Pembinaan pengobat traditional yang berijin dan tidak berijin.
B. Kegiatan di luar gedung Puskesmas meliputi:
1) Sosialisasi Program Battra di Rapat LOKMIN;
2) Sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat terkait Pembinaan
Toga;
3) Pendataan Jumlah Toga yang telah di dilakukan pembinaan;
4) Pendataan pengobat traditional yang terdaftar/berijin;
5. Batasan Operasional
Pengobatan tradisional pada prinsipnya merupakan salah satu upaya
pengobatan dan/atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran. Pemerintah
menerbitkan aturan melalui Kepmenkes No. 1076//MENKES/SK/VII/2003
tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional. Peraturan tersebut
dibentuk Pemerintah, hal ini membuktikan bahwa pengobatan tradisional
mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat.Pelayanan kesehatan
diupayakan juga sesuai dengan perumusan menurut Pasal 46UU No. 36.
Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa untuk mendapatkan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya sesuai yang diharapkan dilakukan upaya kesehatan
yang terpadu dan menyeluruh baik melalul upaya kesehatanperseorangan
maupun upaya kesehatan masyarakat.Eksistensi pengobatan penyembuhan
alternatif selain medis juga diatur pada Pasall Ayat (1) dan (2) Permenkes No.
1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Komplementer Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sesuai dengan pasal 88 dan pasal 96 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan disebutkan bahwa tenaga kesehatan
yang diijinkan berprofesi minimal berijazah Diploma Tiga ( D III ). Berikut ini

3
Kualifikasi Sumber Daya Manusia dan realisasi tenaga programer KESTRAD
yang ada di UPTD Puskesmas Omben adalah:
Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi
Program Pendidikan Minimal D III D III Keperawatan
KESTRAD Keperawatan/Kebidanan

2. Distribusi Ketenagaan
Semua karyawan puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan
program KESTRAD. Sebagai koordinator dalam penyelenggaraan kegiatan
KESTRAD di Puskesmas adalah petugas Perawat.
Kegiatan Kualifikasi SDM Profesi
KESTRAD Ika Puji Astuti, A.Md.kep Perawat

3. Jadwal Kegiatan
A. Pengaturan kegiatan upaya pengobatan Traditional dilakukan bersama
oleh para pemegang program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan
maupun tri bulanan/ lintas sektor dengan persetujuan Kepala Puskesmas.
B. Jadwal kegiatan upaya pengobatan Traditional dibuat untuk jangka waktu
satu tahun, dan di break down dalam jadwal kegiatan bulanan dan
dikoordinasikan pada awal bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
C. Secara keseluruhan jadual dan rencana kegiatan upaya pengobatan
Traditional dikoordinasikan oleh Kepala Puskesmas Omben. Adapun jadual
kegiatan upaya kesehatan dibagi menjadi 2, yaitu Jadual Rutin (sesuai
dengan RPK) dan jadwal situasional.
BULAN
NO KEGIATAN WAJIB
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Penyuluhan
1 X X X X X X X X X X X X
ASMAN TOGA
Pembentukan
2 X X
ASMAN TOGA

4
BAB III
STANDAR FASILITAS

1. Denah Ruangan
Denah ruang untuk pelayanan KESTRAD menyesuaikan dengan
keberadaan ruangan di UPTD Puskesmas Omben. Pelayanan KESTRAD di
dalam gedung bergabung dengan Pelayanan Pemeriksaan Umum.

2. Standar Fasilitas

5
Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Pelayanan ARU di Pusksesmas
Omben memiliki sarana penunjang antara lain:
A. Dalam Gedung
1) Meja dan kursi
2) Media informasi cetak atau elektronik
3) Buku panduan
4) Buku catatan kegiatan/Register
5) KESTRAD KIT
B. Luar Gedung
1) Register
2) Media informasi cetak atau elektronik
3) Penjaringan KIT
4) PMT
5) Posyandu kit

6
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

1. Lingkup Kegiatan
Kegiatan Pelayanan ARU yang dilakukan meliputi:
A. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas
1) Pemeriksaan Terhadap Remaja dan Lansia
a. Skrining
b. Konseling terhadap pasien yang menderita penyakit dan/atau
gangguan kesehatan yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan
pelayanan pengobatan
c. Pelayanan laboratorium, jika dianjurkan ole tenaga medis
d. Konseling dapat menggunakan alat peraga, percontohan, media
cetak atau elektronik
B. Kegiatan di luar gedung Puskesmas
1) Penjaringan Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala Anak Usia Sekolah
a. Pengukuran tinggi badan dan berat badan.
b. Pengukuran status gizi dan IMT
c. Pemeriksaan tekanan darah.
d. Pemeriksaan Hb untuk siswi dari kelas 7 hingga kelas 12
e. Pemeriksaan kebersihan diri (kuku, kulit, rambut dan telinga)
f. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
g. Pemeriksaan indera
h. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi siswi kelas 7 hingga
kelas 12
2) Posyandu Remaja
a. Pengukuran tinggi badan dan berat badan.
b. Pemeriksaan tekanan darah.
c. Pemeriksaan Hb
d. Penyuluhan tentang kesehatan
e. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi yang anemia dan
pemberian obat sesuai dengan keluhan apabila ada yang sakit
3) Posyandu Lansia
a. Pengukuran tinggi badan dan berat badan.
b. Pemeriksaan tekanan darah.
c. Penyuluhan tentang kesehatan
d. Pemberian obat sesuai dengan keluhan apabila ada yang sakit

7
e. Pemberian Makan Tambahan untuk para lansia
a. Metode
A. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas meliputi:
1) Pemeriksaan Terhadap Remaja dan Lansia
a. Skrining dilakukan oleh tenaga medis (Perawat)
b. Konseling terhadap pasien yang menderita penyakit dan/atau
gangguan kesehatan yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan
pelayanan pengobatan
c. Pelayanan laboratorium, jika dianjurkan ole tenaga medis
d. Konseling dapat menggunakan alat peraga, percontohan, media
cetak atau elektronik
B. Kegiatan di luar gedung Puskesmas meliputi:
1) Penjaringan Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala Anak Usia Sekolah
a. Pengukuran tinggi badan dan berat badan.
b. Pengukuran status gizi dan IMT
c. Pemeriksaan tekanan darah.
d. Pemeriksaan Hb untuk siswi dari kelas 7 hingga kelas 12
e. Pemeriksaan kebersihan diri (kuku, kulit, rambut dan telinga)
f. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
g. Pemeriksaan indera
h. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi siswi kelas 7 hingga
kelas 12
2) Posyandu Remaja
a. Pengukuran tinggi badan dan berat badan.
b. Pemeriksaan tekanan darah.
c. Pemeriksaan Hb
d. Penyuluhan tentang kesehatan
e. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi yang anemia dan
pemberian obat sesuai dengan keluhan apabila ada yang sakit
3) Posyandu Lansia
a. Pengukuran tinggi badan dan berat badan.
b. Pemeriksaan tekanan darah.
c. Penyuluhan tentang kesehatan
d. Pemberian obat sesuai dengan keluhan apabila ada yang sakit
e. Pemberian Makan Tambahan untuk para lansia

8
2. Langkah Kegiatan
A. Langkah- langkap kegiatan terkait meliputi:
1) Pengumpulan data
2) Pengolahan data
3) Analisis data
4) Pencatatan dan pelaporan
B. Pelaksanaan fungsi managemen program
1) Perencanaan (P1)
a. Merencanakan kegiatan program ARU pada Rencana Kerja
Anggaran yang bersumber dari BOK.
b. Penggerakan pelaksanaan (P2)
2) Penggerakan dan pelaksanaan program ARU meliputi kegiatan-
kegiatan:
a. Membuat jadwal kegiatan
b. Mengkoordinasikan dengan bendahara pengeluaran dan PPTK
BOK
c. Melakukan koordinasi lintas program tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
d. Melaksanakan kegiatan
3) Pengawasan pengendalian penilaian (P3)
Pengawasan, pengendalian dan penilaian dilakukan dengan cara:
a. Mencatat/mendokumentasikan kegiatan dan melaporkan
b. Membuat notulen pada kegiatan yang berupa hasil pertemuan
c. Melakukan monitoring dan evaluasi.
d. Mengikuti rapat/pertemuan baik yang diadakan oleh puskesmas
maupun Dinas Kesehatan kabupaten terkait program ARU
4) Melaksanakan hubungan kerja/kemitraan dengan:
a. Pelaksana program Imunisasi
b. Pelaksanan program Gizi
c. Pelaksana program kesehatan lingkungan
d. Pelaksana program gigi dan mulut
e. Pelaksana program Kesehatan ibu dan anak
f. Pelaksana program DBD
g. Koordinator UKP
h. Koordinator UKM

9
BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang


pelaksanannya dilakukan oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian
diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logististik untuk pelaksanaan kegiatan ARU
direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor
sesuai dengan tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan
dilaksanakan.

A. Kegiatan program ARU membutuhkan sarana dan prasarana antara lain :


1. ATK
2. Penjaringan KIT
3. Posyandu KIT
4. Register
5. Leaflet
6. Rekap Hasil Penjaringan
7. Hb KIT
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator ARU berkoordinasi
dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini lokakarya
Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan dana
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator
pelayanan ARU berkoordinasi dengan bendahara puskesmas.

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN / PROGRAM

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak,
baik resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko
yang terjadi pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran
harus diperhatikan karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan
saja melainkan menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya. Tahapan-
tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain:
1. Identifikasi Risiko
Penanggung jawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus
mengidentifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pelaksanaan kegiatan. Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan

10
kegiatan dimulai sejak membuat perencanaan. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang
akan dilaksanakan.
2. Analisis Risiko
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau
dampak dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu
dilakukan untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam
menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Risiko dan Meminimalisasi Risiko
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah
menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko
ataudampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Cegahan
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal
ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko
atau dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang
berjalan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah berjalan
sesuai dengan perencanaan, apakah ada kesenjangan atau ketidaksesuaian
pelaksanaan dengan perencanaan. Sehingga segera direncanakan tindakan
selanjutnya. Tahap yang terakhir adalah melakukan evaluasi kegiatan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai.

Dalam perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan program ARU perlu


diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi risiko terhadap
segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang
akan dilaksanakan.
Upaya Identifikasi Risiko Pencegahan Risiko
Penjaringan dan Pemeriksaan Hb : Menggunakan APD
Pemeriksaan Berkala a. Tertusuk Blood (masker, sarung tangan)
Anak Usia Sekolah Lancets
b. Cipratan darah
Pemeriksaan Hb : Menggunakan APD

11
Posyandu Remaja a. Tertusuk Blood (masker, sarung tangan)
Lancets
b. Cipratan darah
Posyandu Lansia - -

12
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering


disebut Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
petugas dan hasil kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana
kerja yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan
kerusakan serta penurunan kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan,
bagi petugas pelaksana dan petugas terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait
pada perlindungan fisik petugas terhadap resiko pekerjaan.
Dalam perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan program ARU perlu
diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor dengan
melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus
dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
Upaya Identifikasi Risiko Pencegahan Risiko
Pemeriksaan Hb Tertusuk Blood Lancets Menggunakan
Handscoon
Pemeriksaan Terciprat darah Menggunakan APD
laboratorium (masker, Handscoon dan
gwon)

13
BAB VIII
PENYUSUNAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan
dengan aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya
untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan
menghasilkan keluaran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator
sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator Kesling
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang
ditemukan dibahas pada tiap pertemuan mini lokakarya bulanan.

14
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan program ARU ini dibuat untuk memberikan petunjuk


dalam pelaksanaan kegiatan program ARU di Puskesmas Omben, penyusunan
pedoman disesuaikan dengan kondisi riil yang ada di puskesmas, tentu saja masih
memerlukan perbaikan yang sesuai dengan pedoman yang berlaku secara nasional.
Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih diperlukan sesuai dengan kebijakan,
kesepakatan yang menuju pada hasil yang optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan
kegiatan program ARU di puskesmas agar tidak terjadi penyimpangan atau
pengurangan dari kebijakan yang telah ditentukan.

15

Anda mungkin juga menyukai