Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“PENDIDIKAN INKLUSI”

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah: Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen pengampu: Dr. M. Fadlillah S.Pd.I., M.Pd.I

Disusun oleh:
Kelompok 9
1. Nailah Farhanah (200611100248)
2. Fadilatul Rizkiyah (200611100249)
3. Widya Ayu Kurnia Hidayati (200611100250)
4. Ana Mardiyana (200611100251)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendidikan
Inklusi”. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya, tetapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.

Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. M. Fadlillah S.Pd.I.,
M.Pd.I., selaku dosen Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus yang
telah membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Tentunya ada hal-hal
yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil makalah ini. Kami berharap
semoga makalah ini berguna bagi kita bersama.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dalam kesempurnaan, oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini
terdapat banyak kesalahan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya
bagi penulis namun juga para pembaca.

Bangkalan, 23 Mei 2023

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. Pengertian Pendidikan Inklusi................................................................................ 3
B. Landasan Pendidikan Inklusi ................................................................................. 3
C. Tujuan Pendidikan Inklusi ..................................................................................... 5
D. Prinsip-Prinsip Pendidikan Inklusi ......................................................................... 7
E. Komponen Pendidikan Inklusi ............................................................................... 8
F. Kurikulum Pendidikan Inklusi .................................Error! Bookmark not defined.
G. Model-Model Pendidikan Inklusi ........................................................................ 18
BAB III............................................................................................................................. 20
PENUTUP ........................................................................................................................ 20
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 20
B. Saran..................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia Indonesia. Pendidikan dapat diperoleh di lembaga
pendidikan formal, nonformal, dan informal. Sekolah merupakan salah satu
contoh lembaga pendidikan formal. Saat ini, peran sekolah sangat penting.
Sekolah bukan hanya sarana untuk mengejar ilmu, tetapi juga tempat yang dapat
memberikan keterampilan hidup yang diharapkan bermanfaat bagi masyarakat. Di
sekolah, anak juga diarahkan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Keberadaan
sekolah penting tidak hanya bagi anak-anak biasa, tetapi juga bagi anak-anak
berkebutuhan khusus yang memiliki keterbatasan dan kekurangan dalam
berkomunikasi dengan orang lain.

Anak berkebutuhan khusus dipandang tidak berdaya dan membutuhkan


belas kasihan. Akibatnya, anak berkebutuhan khusus seringkali dikeluarkan atau
disingkirkan dari lingkungannya. Anak berkebutuhan khusus seringkali mendapat
perlakuan diskriminatif dari orang lain. Bahkan mendapatkan pendidikan pun
sulit. Beberapa sekolah reguler tidak mau menerima mereka sebagai siswa.
Pasalnya, para guru di sekolah tersebut tidak memiliki kualifikasi yang memadai
untuk membimbing anak berkebutuhan khusus.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu ditawarkan kepada


anak berkebutuhan khusus berbagai layanan pendidikan atau sekolah, antara lain
sistem pembelajaran, layanan pendukung dan peran guru yang sangat penting
sebagai motivator dan pembimbing yang konstruktif. Sekolah yang dianggap
cocok untuk anak berkebutuhan khusus adalah sekolah inklusi. Sekolah inklusi
adalah sekolah reguler yang disesuaikan dengan kebutuhan anak berkelainan yang
memiliki potensi kecerdasan dan kemampuan khusus dalam satu kesatuan sistem
(Ilahi, 2013: 25). Maka pada makalah kami akan membahas apa itu “Pendidikan
Inklusif untuk Anak Berkebutuhan Khusus”.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan inklusi?
2. Apa landasan pendidikan inklusi?
3. Apa tujuan pendidikan inklusi?
4. Apa saja prinsip-prinsip pendidikan inklusi?
5. Apa saja komponen pendidikan inklusi?
6. Bagaimana kurikulum pendidikan inklusi?
7. Apa saja model-model pendidikan inklusi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan inklusi.
2. Untuk mengetahui landasan pendidikan inklusi.
3. Untuk mengetahui tujuan pendidikan inklusi.
4. Untuk mengetahui saja prinsip-prinsip pendidikan inklusi.
5. Untuk mengetahui saja komponen pendidikan inklusi.
6. Untuk mengetahui kurikulum pendidikan inklusi.
7. Untuk mengetahui model-model pendidikan inklusi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Inklusi


Inklusi adalah proses merespon dan menerima keragaman kebutuhan peserta
didk melalui pembelajaran formal, budaya, dan masyarakat. Pendidikan
Inklusi adalah layanan pendidikan yang memperhatikan keanekaragaman
peserta didik. Dalam Permendiknas RI No. 70 Tahun 2009 tentang
Pendidikan Inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa, menyatakan bahwa pendidikan
inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam suatu lingkungan pendidikan secara bersama-sama
dengan peserta didik.1 Menurut Staub dan Peck (1995), pendidikan inklusif
adalah menempatkan anak berkelainan tingkat rendah, sedang, dan berat
secara penuh di kelas reguler.2 Pendidikan inklusi ini, memberikan
kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama teman
sebayanya di sekolah reguler terdekat dengan tempat tinggalnya. Sekolah
inklusi menyediakan layanan pendidikan layaknya sekolah dasar biasa, tetapi
tetap disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap individu. Sekolah
inklusi hadir, supaya dapat memberikan lingkungan belajar yang nyaman dan
menyenangkan bagi anak berkebutuhan khusus, sehingga mereka juga bisa
berinteraksi dengan semua anak tanpa diskriminasi guna mengembangkan
potensi diri yang dimiliki.

B. Landasan Pendidikan Inklusi


1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis pendidikan inklusif di indonesia adalah pancasila yang
merupakan lima pilar sekaligus cita-cita yang didirikan atas fondasi yang

1
Imam Yuwono dan Utomo, “Pendidikan Inklusi”, (Yogyakarta: Deepublish, 2021), halaman 3.
2
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif, UNESA, 2011, halamn 8.

3
lebih mendasar lagi, yang disebut Bhineka Tunggal Ika (Abdulrahman,
2003). Bertolak dari filosofi Bhineka Tunggal Ika, kelainan (kecacatan)
dan keberbakatan merupakan salah satu bentuk kebhinekaan, seperti
halnya perbedaan suku, ras, bahasa, budaya, atau agama. Kecacatan atau
keunggulan tidak memisahkan peserta didik yang satu dengan yang
lainnya, seperti halnya perbedaaan suku, bahasa, budaya, atau agama tetap
dalam kesatuan. Hal ini terus di wujudkan dalam sistem pendidikan.
Sistem pendidikan harus memungkinkan terjadinya pergaulan dan
interaksi antar peserta didik yang beragam, sehingga mendorong sikap
silih asah, silih asih, dan silih asuh dengan semangat toleransi yang
nampak atau dicita–citakan dalam kehidupan sehari–hari.
2. Landasan Yuridis
Landasan yuridis penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah sebagai
berikut.
a. UUD 1945 (Amandemen) Ps. 31: Ayat (1) berbunyi 'Setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan'. Ayat (2) 'Setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya'.
b. UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Ps. 48 'Pemerintah
wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9 (sembilan) tahun
untuk semua anak'. Ps. 49 'Negara, Pemerintah, Keluarga, dan Orangtua
wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk
memperoleh pendidikan'.
c. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Ps. ayat (1)
'Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu'. Ayat (2): 'Warganegara yang memiliki kelainan
fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus'. Ayat (3) 'Warga negara di daerah terpencil atau
terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh
pendidikan layanan khusus'. Ayat (4) 'Warga negara yang memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus'.
d. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Pasal 2 ayat (1) Lingkungan Standar Nasional Pendidikan

4
meliputi Standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan kependidikan, standar sarana prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dalam PP No.
19/2005 tersebut juga dijelaskan bahwa satuan pendidikan khusus terdiri
atas : SDLB, SMPLB dan SMALB.
e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang
Pendidikan Inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa.
3. Landasan Empiris
Penelitian tentang pendidikan inklusif telah banyak di lakukan di negara–
negara barat sejak tahun 1980-an. Di antaranya adalah penelitian berskala
besar yang dipelopori oleh The National Academy of Sciences (Amerika
Serikat). Hasilnya menunjukkan bahwa klasifikasi dan penempatan
peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah, kelas, atau tempat khusus
tidak efektif dan diskriminatif. Beberapa peneliti kemudian melakukan
metaanalisis (teknik statistik yang memadukan data kuantitif dari beragam
penelitian sejenis untuk temuan yang lebih akurat). Hasil analisis yang
dilakukan oleh Carlberg dan Kavale (1980) terhadap 50 buah penelitian,
Wang dan Baker (1985/1986) terhadap 11 buah penelitian, dan Baker
(1994) terhadap 13 buah penelitian menunjukkan bahwa pendidikan
inklusi berdampak positif, baik terhadap perkembangan akademik
maupun sosial anak berkebutuhan khusus dan teman sebayanya.

C. Tujuan Pendidikan Inklusi


Adapun tujuan pendidikan inklusif di Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak
sesuai dengan kebutuhannya kepada semua anak, termasuk anak
berkebutuhan khusus, baik rendah, sedang, dan berat.
2. Mempercepat program wajib belajar 6 tahun pendidikan dasar.
3. Meningkatkan mutu pendidikan karena menjadi solusi putus sekolah dan
tinggal kelas.

5
4. Memberikan pelayanan pendidikan yang tidak diskriminatif, menghargai
keberagaman peserta didik, serta memberikan lingkungan belajar yang
nyaman serta ramah.
5. Memenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 32 ayat 1 yang
berbunyi “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan” dan ayat 2
yang berbunyi “setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya”. Kemudian Undang-Undang No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 5 ayat 1 yang
berbunyi “setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu”. Dan Undang-Undang No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Pasal 51 yang berbunyi “anak
yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikan kesempatan yang
sama dan aksebilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan
luar biasa”.3
Sedangkan Tujuan Pendidikan Inklusif menurut Raschake dan Bronson dalam
buku Gambaran Sekolah Inklusif di Indonesia, dibagi menjadi 3, yaitu.
1. Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus memiliki tujuan
supaya anak merasa menjadi bagian dari masyarakat pada umumnya,
meningkatkan harga diri anak, membantu anak memperoleh bermacam-
macam sumber belajar, dan membantu anak memperoleh kesempatan
belajar yang sama dengan anak lainnya dan menciptakan interaksi yang
baik dengan teman sebayanya.
2. Bagi Sekolah
Tujuan pendidikan inklusif bagi sekolah yaitu untuk memperoleh
pengalaman pengelolaan kelas dengan berbagai perbedaan,
mengembangkan apresiasi kepada setiap individu, karena setiap orang
pasti memiliki keunikan dan kemampuan yang berbeda, meningkatkan
kepakaan terhadap keterbatasan orang lain, membangun rasa empati
kepada siswa, serta meningkatkan kemampuan mengajar semua siswa di
dalam kelas dengan berbagai perbedaan.

3
Yuwono, Op.Cit, halaman 12-13.

6
3. Bagi Guru
Pendidikan inklusif, bertujuan untuk membantu guru lebih menghargai
perbedaan setiap anak dan mengakui bahwa anak berkebutuhan khusus
juga memiliki kemampuan, menciptakan kepedulian bagi setiap guru
terhadap anak berkebutuhan khusus, memberikan tantangan baru bagi
guu untuk menciptakan dan mengembangkan metode-metode baru dalam
pembelajaran, serta meredam kejenuhan guru dalam mengajar.4

D. Prinsip-Prinsip Pendidikan Inklusi


Prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusif menurut Kemendikbud
(2011:10) adalah sebagai berikut,
1. Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu
Pendidikan inklusf hadir sebagai salah satu upaya pemerataan untuk
memberikan kesempatan memperoleh layanan pendidikan dan
peningkatan mutu pendidikan yang dapat memberikan akses secara luas
kepada semua siswa dan menghargai perbedaan.
2. Prinsip keberagaman
Pendidikan inklusif dibangun untuk menyesuaikan kebutuhan dan
karakeristik setiap siswa atas berbagai perbedaan, seperti kemampuan,
bakat, minat, dan lain sebagainya.
3. Prinsip kebermaknaan
Pendidikan inklusif harus menciptakan kelas yang nyaman dan ramah,
bisa menerima keberagaman dan menghargai perbedaan, serta bisa
membangun kemandirian siswa.
4. Prinsip keberlanjutan
Pendidikan inklusif akan diselenggarakan dan sikembangkan secara
keberlanjutan pada semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan.
5. Prinsip keterlibatan
Penyelenggaraan pendidikan inklusif harus melibatkan semua komponen
pendidikan.5

4
Wahyudi dan Ratna Kristiawati, “Gambaran Sekolah Inklusif Di Indonesia, Tinjauan Sekolah
Menengah Pertama”, (Katalog dalam terbitan Kemendikbud, 2016), halaman 9-10.
5
Ibid, halaman 11.

7
E. Komponen Pendidikan Inklusi
Dalam menyelenggarakan pendidikan inklusif komponen yang harus
diperhatikan yaitu :
1. Peserta Didik
di sekolah inklusif peserta didik terdiri atas yang pertama peserta didik pada
umumnya, di mana peserta didik yang selama ini digolongkan peserta didik
normal atau biasa dan yang kedua yaitu peserta didik berkebutuhan khusus di
mana peserta didik ini yang memiliki kelainan fisik mental emosional sosial
atau mempunyai potensi kecerdasan dan bakat istimewa. peserta didik yang
digolongkan dengan berkebutuhan khusus yaitu antara lain :
1. tunanetra
2. Tunawicara
3. tunarungu
4. Tunagrahita
5. Tunadaksa
6. Tunalaras
7. berkesulitan belajar
8. autis
9. lambat belajar
10. memiliki gangguan motorik
11. menjadi korban Penyalahgunaan narkoba atau obat terlarang dan zat
adiktif lainnya
12. Dan juga peserta didik yang mempunyai potensi kecerdasan
atau bakat istimewa

B. Identifikasi dan Asesmen


1. Identifikasi
identifikasi di definisikan sebagai Penyaringan atau screening dalam
menentukan jenis kebutuhan khusus peserta didik. aktivitas identifikasi bisa
dilakukan oleh guru atau seorang profesional yang terkait penggunaan alat

8
standar maupun non standar yang sudah guru kembangkan atau orang
profesional tersebut.

2. Asesmen
Asesmen merupakan suatu kegiatan untuk mengidentifikasi keadaan peserta
didik yang meliputi:
1. potensi, 2. kompetensi, 3. dan karakteristik peserta dalam kerangka
penentuan program pendidikan atau intervensi dalam mengembangkan semua
potensi potensi yang dimilikinya. Di sisi lain Asesmen ini juga digunakan
untuk mengetahui keunggulan dan hambatan belajar peserta didik, maka dari
itu diharapkan program yang dibuat atau disusun nanti sudah benar dan sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan belajarnya. agar asesmen ini mendapatkan
hasil yang optimal dan dapat dipertanggungjawabkan maka dalam
penerapannya butuh melibatkan tenaga ahli terkait contohnya seperti dokter,
pisikolog ,pedagog dan Profesi spesifik lain yang terkait. dalam konteks
pembelajaran dan layan kekhususan hasil asesmen dapat dipakai untuk
menetapkan kemampuan awal atau baseline, kemudian peserta didik sebelum
mendapatkan layanan pendidikan maupun intervensi keputusan yang
digunakan.
Secara khusus hasil asesmen dapat berfungsi dalam hal berikut :
a. Sebagai dasar perencanaan pembelajaran Individual
Data hasil asesmen yang menggambarkan potensi, karakteristik, keunggulan
dan kelemahan peserta didik, selanjutnya dipergunakan sebagai pertimbangan
utama dalam penentuan program pembelajaran (perencanaan pembelajaran)
secara individual bagi peserta didik.
b. Sebagai dasar evaluasi dan monitoring
Standar kegiatan evaluasi dan monitoring bagi peserta didik berkebutuhan
khusus didasarkan pada base line yang ditetapkan dari hasil asesmen.
c. Sebagai dasar pengalihtanganan (referal)
Pertimbangan pengalihtanganan penanganan kasus sesuai hasil asesmen
mengacu keahlian (prefesionalitas) yang kompeten.

9
3.Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam kegiatan identifikasi dan asesmen

a. Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif harus melakukan


identifikasi dan asesmen terhadap semua peserta didiknya.
b. Identifikasi dan asesmen harus dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh
satuan pendidikan.
c. Tim identifikasi dan asesmen satuan pendidikan sebaiknya
melibatkan semua komponen sekolah dan sedapat mungkin dapat didukung
oleh tenaga profesional lainnya sesuai kondisi sekolah.
d. Komponen sekolah yang dimaksud pada butir (c) adalah kepala
sekolah, guru kelas, guru BK, dan guru khusus.
e. Tenaga profesional lainnya yang dimaksud butir (c) adalah dokter,
psikiater, psikolog, pekerja sosial, dan terapis.
f. Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif dapat bekerja sama
dan membangun jaringan dengan satuan pendidikan khusus, perguruan tinggi,
organisasi profesi, lembaga rehabilitasi, rumah sakitpusat kesehatan
masyarakat, klinik terapi, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat
(LSM), dan masyarakat.

C. Kurikulum
1. Kurikulum akademik
adapun satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif menggunakan
kurikulum tingkat satuan pendidikan Yang menampung kebutuhan dan
kemampuan peserta didik sesuai dengan bakat kecerdasan potensi dan
minatnya. untuk alternatif jenis kurikulum sekolah receive dijabarkan pada
tabel di bawah ini:

10
No Jenis Kurikulum Peserta Didik
1. Kurikulum Standar Peserta didik umum dan berkebutuhan khusus
Nasional yang memiliki potensi kecerdasan rerata dan di
atas rerata
2. Kurikulum Peserta didik berkebutuhan khusus yang
akomidatif dibawah memiliki potensi kecerdasan di bawah rerata
standar nasional
3. Kurikulum Peserta didik berkebutuhan khusus yang
akomodatif diatas meiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
standar nasional istimewa

pada kurikulum akomodatif merupakan kurikulum standar nasional yang


diserasikan dengan minat bakat dan potensi peserta didik yang berkebutuhan
khusus. untuk pengembangan kurikulum akomodatif ini dilaksanakan oleh
masing masing satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif. adapun
sasaran pengembangan kurikulum aku mau datif di fokuskan pada aspek
tujuan, Standar Kompetensi (SK), kompetensi Dasar (KD),Indikator, materi,
proses ataupun evaluasinya. dalam menerapkan kurikulum akomodatif ini
bisa memanfaatkan model Penyesuayan kurikulum Yang dilaksanakan dalam
bentuk eskalasi, duplikasi, modifikasi, subtansi dan omisi.
a. Model Eskalasi
Eskalasii (escalation) berarti kurikulum standar nasional dinaikkan tingkat
kualifikasi materinya baik secara horizontal maupun vertikal sesuai dengan
tuntutan potensi siswa cerdas istimewa dan/atau bakat istimewa.
b. Model Duplikasi
Duplikasi artinya meniru atau menggandakan. Duplikasi kurikulum adalah
cara pengembangan kurikulum bagi peserta didik berkebutuhan khusus
dengan menggunakan kurikulum standar nasional yang berlaku bagi peserta
didik reguler pada umumnya.
c. Model Modifikasi
Modifikasi artinya merubah untuk disesuaikan. Modifikasi kurikulum bagi
peserta didik berkebutuhan khusus dikembangkan dengan cara merubah

11
kurikulum standar nasional yang berlaku bagi peserta didik regular untuk
disesuaikan dengan kemampuan peserta didik berkebutuhan khusus.
d. Model Substitusi
Substitusi berarti mengganti. Substitusi kurikulum bagi peserta didik
berkebutuhan khusus berarti mengganti isi kurikulum standar nasional dengan
materi yang lain.
e. Model Omisi
Omisi artinya menghilangkan. Model kurikulum omisi berarti menghilangkan
sebagian/keseluruhan isi kurikulum standar nasional karena tidak mungkin
diberikan kepada peserta didik berkebutuhan khusus.

2. Kurikulum Kekhususan
layanan kekhususan merupakan intervensi khusus berdasarkan kelainan atau
kebutuhan khusus peserta didik dalam mengatasi kelainan yang dimilikinya
atau memaksimalkan potensi khusus yang butuh untuk dikembangkan.
adapun bentuk layanan kesusahan yaitu sebagai berikut:
a. Baca Tulis Braille
b. Orientasi Mobilitas (OM)
c. Bina Komunikasi
d. Bina Persepsi Bunyi Irama
e. Bina Diri
f. Okupasi
g. Bina gerak
h. Bina Pribadi dan sosial
i. Modifikasi Perilaku

D. Ketenagaan
1. Jenis Ketenagaan, Tugas, dan Wewenang
a. Tenaga Pendidik
1). Guru Kelas
guru kelas merupakan pendidi pada kelas tertentu di sekolah inklusif dengan
tugas utama sebagai berikut :

12
a). Menjadikan keadaan belajar yang kondusif sehingga peserta didik merasa
nyaman belajar di kelas.
b). Menyusun dan menerapkan asesmen akademik dan non akademik pada
semua peserta didik untuk mengetahui kemampuan dan kebutuhannya
bersama bersama Guru Pembimbing Khusus (GBK).
c). Menyusun perencanaan pembelajaran individual (PPI) Yang ditemani oleh
GPK.
d). Melakukan kegiatan pembelajaran, penilaian, dan tindak lanjut yang
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan.
e). Memberikan program pembelajaran remedial atau remedial teaching
sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
f). Melakukan administrasi kelas sesuai dengan bidang tugas.
g). Menyusun program dan melakukan praktek bimbingan bagi
semua peserta didik.

2). Guru Mata Pelajaran


a). guru mata pelajaran merupakan guru yang mengajar mata pelajaran
tertentu sesuai kualifikasi yang dipersyaratkan tugas guru mata pelajaran
antar lain sebagai berikut:
a). Menjadikan keadaan belajar yang kondusif sehingga anak merasa nyaman
belajar di kelas.
b). Membuat dan melakukan asesmen akademik pada semua anak anak untuk
mengetahui kemampuan kebutuhannya.
c). Menyusun perencanaan program pembelajaran individu wall atau PPI
bersama guru pembimbing khusus atau GPK.
d). Melakukan aktivitas pembelajaran penilaian dan tindak lanjut sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah ditentukan.
e). Memberi program remedial pengajar atau middle di Jing bagi peserta
didik membutuhkan.

3). Guru Pembimbing Khusus

13
a). Guru pembimbing khusus atau IPK merupakan guru yang mempunyai
kompetensi sekurang-kurangnya yaitu S-1 pendidikan luar biasa atau
kependidikan yang memiliki kompentensi PLB-an Pendidikan khusus
kualifikasi pendidikan khusus sesuai dengan tuntutan profesi yang
difungsikan untuk pendukung guru reguler dalam memberikan pelayanan
pendidikan khusus atau intervensi kompensatoris, Yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik di sekolah inklusif. adapun tugas pokok dari guru
pembimbing khusus yaitu sebagai berikut:
a). Membangun sistem koordinasi dan kerjasama antar dan inter tenaga
pendidikan dan kependidikan juga masyarakat.
b). Menciptakan jenjang kerja antar lembaga ( antar jenjang pendidikan,
layanan kesehatan dunia usaha dan lain lain).
c). Menyusun perangkat penilaian akademik dan non akademik dengan guru
kelas dan guru mata pelajaran.
d). Membuat program pembelajaran individu wall untuk peserta didik
berkebutuhan khusus dengan guru kelas dan guru mata pelajaran.
e). Membuat atau menyusun program layanan kompesatoris untuk peserta
didik berkebutuhan khusus.
f). Melakukan mentorship atau pembelajaran akademik untuk peserta didik
berkebutuhan khusus dengan guru kelas dan guru mata pelajaran.
g). membagikan bantuan layanan khusus untuk peserta didik baik untuk
berkebutuhan khusus yang memiliki hambatan ketika mengikuti kegiatan
pembelajaran di kelas umum, yaitu seperti remedial.
h). melakukan proses pembelajaran khusus di ruang sumber untuk peserta
didik yang membutuhkan.
i). Melakukan layanan kompesatoris yang sesuai dengan kebutuhan khusus
peserta didik.
j). menyalurkan bimbingan secara berkaitan dan juga menyusun tanda tanda
khusus kepada peserta didik berkebutuhan khusus selama peserta didik
mengikuti kegiatan pembelajaran, untuk dipahami jika adanya pergantian
guru.

14
k). melakukan case Confrence atau bedah kasus dengan tenaga ahli ,kepala
sekolah, guru, orang tua, dan pihak pihak terkait.

b). Tenaga Kependidikan


Ada teman Didikan merupakan tenaga yang mendukung operasionalisasi
penyelenggara pendidikan di sekolah tenaga pendidikan yang dimaksud yaitu
tenaga administrasi , pustakawan, laboran, dan juga tenaga
pusat sumber belajar.

c). Pengadaaan dan Pembinaaan


Ada berapa hal tentang pengadaan dan peningkatan kompetensi tenaga
Pendidik dan tenaga kependidikan yang butuh diperhatikan sesuai
Permendiknas no. 70 th 2009 yaitu di bawah ini :
1). Pemerintah kabupaten atau kota wajib mempersiapkan paling sedikit 1
orang guru pembimbing khusus untuk satuan pendidikan yang ditunjuk dalam
membangun pendidikan inklusif.
2). Satuan pendidikan dalam menjalankan pendidikan inklusif yang tidak
ditunjuk pemerintah Kabupaten wajib mempersiapkan paling sedikit satu
orang guru pembimbing khusus
3). Pemerintah kabupaten atau kota wajib menambah kompetensi di bidang
pendidikan khususnya untuk tenaga Pendidik dan tenaga pendidikan untuk
satuan pendidikan yang membangun pendidikan inklusif.
4). Pemerintah kabupaten kota wajib menaikkan kompetensi di bidang
pendidikan khusus bagi tenaga Pendidik dan tenaga pendidikan pada satuan
pendidikan yang membangun pendidikan inklusif.
5). Pemerintah dan juga pemerintah provinsi menopang dalam penyediaan
tenaga guru mending khusus bagi satuan pendidikan yang membangun
pendidikan inklusif dan yang butuh membutuhkan sesuai dengan
kewajibannya.
6). Pemerintah juga pemerintah provinsi menopang dalam memajukan
kompetensi di bidang pendidikan yang khusus bagi tenaga Pendidik dan juga

15
tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang membangun
pendidikan inklusif.

E. Pengelolaaan kelas dan Kegiatan Pembelajaran


dalam mengelola kelas dan kegiatan pembelajaran di sekolah inklusif dapat
dilakukan yaitu sebagai berikut :
1. Sistem Pengelolaaan Kelas
a. Kelas Reguler Penuh
Pada kelas regu rel penuh peserta didik berkebutuhan khusus melakukan
pembelajaran bersama sama peserta didik reguler. Kurikulum standar
nasional Yang diterapkan untuk peserta didik reguler juga berlaku untuk
peserta didik yang berkebutuhan khusus.

b. Kelas Reguler dan Guru Pembimbing Khusus.


Pada kelas reguler bersama guru pembimbing khusus peserta didik
berkebutuhan khusus melakukan pembelajaran bersama dengan peserta
didik reguler yaitu memakai kurikulum standar nasional akan tetapi
peserta didik berkebutuhan khusus mendapatkan layanan khusus dari
guru atau GPK.
Model penerapannya yaitu sebagai berikut:
1) ketika pada saat pembelajaran di kelas terdapat GPK maka guru kelas
atau guru mata pelajaran melakukan pembelajaran klasikal yang mana
pada umumnya juga melakukan pembelajaran individu wall untuk
materi tertentu Yang diselaraskan dengan kebutuhan peserta didik.
2) GPK selama mengikuti pembelajaran dapat berperan sebagai
pendamping itu mengarahkan dan membimbing peserta didik
berkebutuhan khusus supaya mereka mengikuti dan berpartisipasi
dalam pembelajaran.

c. Kelas Khusus di Sekolah Regular

16
Di kelas khusus ini adalah salah satu sistem layanan di sekolah inklusif
Yang memiliki cara membagi siswa berkebutuhan khusus di kelas
tersendiri dari siswa reguler.

2. Kegiatan Pembelajaran.
a. Perencanaan Pembelajaran
1) mendidik sekolah inklusif mengembangkan perangkat pembelajaran
yaitu seperti silabus dan Rpp dengan membandingkan adanya
perbedaan individu.
2) Menyusun perangkat pembelajaran seperti silabus Rpp, LKS, LP, dan
materi untuk anak berkebutuhan khusus dengan membandingkan hasil
penilaian dan saran Dari pihak pihak terkait yaitu seperti GPK,
psikologi dll.
3) siswa yang mempunyai kecerdasan istimewa Dan kemampuan
istimewa mengambil kurikulum akomodatif Yang sesuai dengan ciri-
ciri dan potensinya.
b. Pelaksanaaan dan Pembelajaran
1) Pendidik menggolongkan kelas sesuai dengan kebutuhan siswa dalam
pengaturan kelas inklusif.
2) Pendidik mengutarakan pembelajaran yang mengacu pada standar
proses dengan mengaplikasikan strategi yang bermacam-macam dan
pakem yang sesuai dengan ciri-ciri dan kebutuhan siswa berkebutuhan
khusus.
3) Pendidik memakai media pembelajaran yang kreatif atau bermacam-
macam sesuai dengan kebutuhan siswa yang heterogen.
4) Pendidikan menyalurkan tugas tugas atau bekerja peserta didik yang
hetero gen sesuai dengan ciri-ciri atau karakteristik peserta didik dan
kebutuhan peserta didik.
5) Pendidik melaksanakan asesmen proses dan hasil pembelajaran yang
heterogen serta berkaitan dengan prinsip fleksibilitas.

17
c. Evaluasi/ Penilaian
Penilaian merupakan suatu proses yang teratur dalam Mendapatkan
informasi, dan menafsirkan informasi tersebut. proses Sus matematis atau
teratur dalam penilaian yaitu ada beberapa tahapan yang pertama tahapan
perencanaan, Yang kedua tahapan pengumpulan informasi yang didukung
oleh bukti capaian hasil belajar peserta didik, ketiga adanya pelaporan, Yang
ke empat dalam penggunaan informasi yaitu informasi hasil belajar siswa.
penilaian atau evaluasi Yang meliputi penilaian proses dan produk. adapun
prosedur penilaian itu di meliputi penilaian tertulis, sikap, kerja atau produk,
portofolio, proyek, Dan juga unjuk kerja. adapun model penilaian di sekolah
inklusi itu harus menyesuaikan dengan jurus kurikulum yang digunakan.
adapun gambaran model penilaian di sekolah inklusif itu bisa dilihat di
tabel di bawah ini:

No Jenis Kurikulum Peserta Didik Evaluasi


1 Kurikulum Peserta didik umum dan 1. Tanpa modifikasi
standar nasional berkebutuhan khusus 2. Modifikasi sesuai
yang memiliki potensi dengan jenis kelainan
kecerdasan rerata dan di peserta didik
atas rerata
2 Kurikulum Peserta didik Menyesuaikan dengan
akomodatif berkebutuhan khusus jenis dan tingkat
yang memiiliki potensi kemampuan peserta
kecerdasan di bawah didik
rata-rata

F. Model-Model Pendidikan Inklusi


Model-model pembelajaran dalam sekolah inklusi pastinya disesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik, baik peserta didik normal maupun anak
berkebutuhan khusus. Adapun model pembelajaran yang biasa diterapkan di
sekolah inklusi adalah sebagai berikut.

18
1. Model Kelas Reguler (Inklusi Penuh)
Siswa berkelainan/berkebutuhan pendidikan khusus belajar bersama
dengan siswa lain di kelas reguler/inklusif sepanjang hari dengan
menggunakan kurikulum yang sama dengan yang digunakan siswa pada
umumnya.
2. Model Kelas Cluster
Siswa berkelainan/berkebutuhan pendidikan khusus belajar bersama
dengan siswa lain dinkelas reguler/inklusif dalam kelompok khusus.
3. Model Kelas Pull Out
Siswa berkelainan/berkebutuhan pendidikan khusus belajar bersama
dengan siswa lain di kelas reguler/inklusif, namun dalam waktu-waktu
tertentu ditarik/keluar dari kelas reguler/inklusif ke ruang
bimbingan/ruang sumber untuk belajar dan mendapat layanan bimbingan
dari guru khusus/guru pembimbing khusus.
4. Model Kelas Cluster dan Pull Out
Siswa berkelainan/berkebutuhan pendidikan khusus belajar bersama
dengan siswa lain di kelas reguler/inklusif dalam kelompok khusus, dan
dalam waktu-waktu tertentu ditarik/ keluar dari kelas reguler/inklusif ke
ruang bimbingan/ruang sumber untuk belajar dan mendapat layanan
bimbingan dari guru khusus/guru pembimbing khusus.
5. Model Kelas Khusus dengan Berbagai Pengintegrasian
Siswa berkelainan/berkebutuhan pendidikan khusus belajar dan
mendapat layanan bimbingan dari guru khusus/guru pembimbing khusus
di dalam kelas khusus pada sekolah reguler/ inklusif; tetapi dalam
bidang-bidang tertentu dapat belajar bersama siswa lain di kelas
reguler/inklusif.
6. Model Kelas Khusus Penuh
Siswa berkelainan/berkebutuhan pendidikan khusus belajar dan
mendapat layanan bimbingan dari guru khusus/guru pembimbing khusus
di dalam kelas khusus yang ada pada sekolah reguler/inklusif.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Inklusi adalah proses merespon dan menerima keragaman kebutuhan
peserta didk melalui pembelajaran formal, budaya, dan masyarakat.
Pendidikan Inklusi adalah layanan pendidikan yang memperhatikan
keanekaragaman peserta didik.
Adapun tujuan pendidikan inklusif di Indonesia adalah sebagai berikut.
1.)Memberikan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak sesuai
dengan kebutuhannya kepada semua anak, termasuk anak berkebutuhan
khusus, baik rendah, sedang, dan berat. 2.)Mempercepat program wajib
belajar 6 tahun pendidikan dasar. 3.)Meningkatkan mutu pendidikan karena
menjadi solusi putus sekolah dan tinggal kelas. 4.) Memberikan pelayanan
pendidikan yang tidak diskriminatif, menghargai keberagaman peserta didik,
serta memberikan lingkungan belajar yang nyaman serta ramah. Memenuhi
amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 32 ayat 1 yang berbunyi “setiap
warga negara berhak mendapat pendidikan” dan ayat 2 yang berbunyi “setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya”.

B. Saran
Usulan kami agar pemerintah melaksanakan program pendidikan
sekolah inklusi dengan lebih sering mengadakan pelatihan, evaluasi dan
monitoring terhadap guru yang mengajar kelas inklusi untuk lebih
meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan dan bahan ajar. bahwa
pendidikan inklusif harus lebih diperhatikan di Indonesia.

20
DAFTAR PUSTAKA

UNESA. 2011. Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif.

Yuwono, Imam dan Utomo. 2021. Pendidikan Inklusi. Yogyakarta: Deepublish.

Wahyudi dan Ratna Kristiawati. 2016. Gambaran Sekolah Inklusif Di Indonesia,


Tinjauan Sekolah Menengah Pertama. Katalog dalam terbitan
Kemendikbud.

21

Anda mungkin juga menyukai