Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MUHAMMAD WILDAN

KELAS : 2C
NPM :
MATA KULIAH : PENDIDIKAN PANCASILA

PIAGAM JAKARTA (UUD 45)


 NASKAH ASLI PIAGAM JAKARTA
 NASKAH PIAGAM JAKARTA DALAM EJAAN YANG SEMPURNA

 BERIKUT INI ADALAH TEKSNYA:

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerban negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.
Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia merdeka yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu hukum dasar negara Indonesia
yang berbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat,
dengan berdasarkan kepada:

Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut


dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Djakarta, 22-6-1945

 ISI POKOK PIAGAM JAKARTA

Piagam Jakarta berisi garis-garis pemberontakan melawan imperialisme-kapitalisme danfasisme,


serta memulai dasar pembentukan Negara Republik Indonesia. Piagam Jakarta yang
lebihtuadariPiagamPerdamaian San Francisco (26 Juni 1945) danKapitulasi Tokyo (15 Agustus
1945) itumerupakan sumber berdaulat yang memancarkan Proklamasi Kemerdekaan dan
Konstitusi Republik Indonesia.

 RUMUSAN PIAGAM JAKARTA

Dari bunyi Piagam Jakarta, bisa disimpulkan rumusan Pancasila yang tertuang dalam Piagam
Jakarta yang terdiri dari 5 poin utama yakni:

 Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.


 Kemanusiaan yang adil dan beradab.
 Persatuan Indonesia.
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Kemudian Piagam Jakarta ini diajukan dalam sidang BPUPKI oleh Panitia Sembilan dan
diterima dengan sambutan baik. Isi Piagam Jakarta kemudian dijadikan dalam teks pembukaan
UUD 1945 di bagian awal.

Pada hasil sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945, teks Piagam Jakarta pun disahkan sebagai
dasar negara dengan nama Pancasila. Perubahan terjadi pada sila pertama dimana kata “dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” berubah menjadi “Yang Maha
Esa”.

 SILA PERTAMA PIAGAM JAKARTA

Meskipun demikian,banyak pemahaman masyarakat mengenai hadirnya Piagam Jakarta.Hal ini


dapat kita lihat dari sikap masyarakat Katolik dan Protestan dalam menyikapi Isi dari Piagam
Jakarta kala itu,terutama pada butir pertama.Piagam Jakarta yang memuat lima butir yang
selanjutnya disebut sebagai Pacasila, lima butir tersebut adalah :

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesi

Syariat Islam memang telah berabad-abad dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia,dan sudah
mendarah daging dalam kehidupan rakyat sehari-hari.Bahkan sebelum penjajah kristen Belanda
datang ke Indonesia.Namun,setelah Belanda datang, penjajah Kristen Belanda berusaha
menjatuhkan hukum Islam di Indonesia.Snouck Hurgronje misalnya, seorang profesor yang gigih
dalam menggusur hukum Islam di Indonesia.

Pada waktu itu wakil-wakil agama Protestan dan agama Katolik dari beberapa daerah
menyatakan keberatan terhadap kalimat dalam bunyi sila pertama.Setelah memalaui perundingan
kilat antar beberapa tokoh penting,dan beberapa tokoh Islam tetap menolak untuk mengganti
kalimat tersebut, tetap diputuskan bahwa akan dihapuskan tujuh kata pada sila pertama dan
digantikan dengan kalimat “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Anda mungkin juga menyukai