Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Islam sangat memperhatikan dunia kesehatan guna menolong orang yang sakit dan
meningkatkan kesehatan.Anjuran islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi islam
untuk mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan
kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman.Jadi walaupun seseorang sudah menjaga
kesehatannya sedemikian rupa, risiko kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal
yang diluar kemampuannya menghindari.
Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit, maka profesi kebidanan tidak bisa
dihindari karena keperawatan sangat dibutuhkan secara tradisional sampai pada yang semi
modern dan super modern.Keperawatan secara umum dapat dibagi dua, yaitu pelayanan
kesehatan dan pelayanan medis.Pelayanan kesehatan ialah kegiatan yang dilakukan oleh
pranata sosial atau pranata politik terhadap keseluruhan masyarakat sebagai
tujuannya.Sedangkan pelayanan medis ialah suatu upaya dan kegiatan
pencegahan,pengobatan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan atas dasar hubungan
individual antara para ahli pelayanan medis dengan individu yang membutuhkannya.
Sebagai seorang praktisi kebidanan kita harus bertindak professional sesua fungsi dan tujuan
dari asuhan kebidanan dengan demikian dapat tercapai pelaksanaan asuhan keperawatan /
kebidanan yang bermutu dan sesuai dengan syariat islam

Kehidupan itu sendiri selalu diwarnai oleh hal-hal yang saling bertentangan, yang

saling berganti mengisi hidup ini tanpa pernah kosong sedikit pun. Sehat dan sakit merupakan

warna dan rona abadi yang selalu melekat dalam diri manusia selama dia masih hidup. Tetapi

kebanyakan manusia memperlakukan sehat dan sakit secara tidak adil. Kebanyakan mereka

menganggap sehat itu saja yang mempunyai makna. Sebaliknya sakit hanya dianggap sebagai

beban dan penderitaan, yang tidak ada maknanya sama sekali. Orang yang beranggapan

demikian jelas melakukan kesalahan besar, sebab Allah SWT selalu menciptakan sesuatu

atau memberikan suatu ujian kepada hambanya pasti ada hikmah atau pelajaran dibalik itu

semua. (Q.S. Shaad : 27)


C. RUMUSAN MASALAH

 Definisi sakit secara medis


 Definisi sakit menurut agama islam

 Jenis Penyakit
 Macam-macam Orang Sakit
 Anjuran Bagi Orang yang Sakit Menurut pandangan islam
 Sifat-Sifat Perawat Orang Sakit
 Perawatan Bagi Orang Sakit
 Pendampingan Terhadap Orang Sakit
 Pengertian Sakaratul Maut dalam pandangan islam
 Tanda-Tanda Orang yang Sakaratul Maut
 Bimbingan Terhadap Pasien yang Sakaratul Maut Menurut pandangan islam
 Tuntunan Merawat Orang Sekarat
 Sesaat Setelah Ajal Tiba

B. TUJUAN
Untuk mengetahui perlakuan terhadap orang sakit dan sakratul maut menurut ajaran
islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERLAKUAN TERHADAP ORANG SAKIT MENURUT AJARAN ISLAM


1. Definisi sakit secara medis
Beberapa pengertian sakit dan diantara pengertian sakit ini adalah sebagai berikut :

1. Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas termasuk

keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.(Menurut

Pemons, 1972)

2. Sakit adalah sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa

seseorang sehingga seseorang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik itu

dalam aktivitas jasmani, rohani dan sosial. (Menurut Perkins)

3. Sakit sebagai suatu keadaan dari badan atau sebagian dari organ badan dimana

fungsinya terganggu atau menyimpang. (Menurut Oxford English Dictionary)

2. Definisi sakit menurut agama islam

A. Mukadimah

Sakit dan penyakit merupakan suatu peristiwa yang selalu menyertai hidup manusia sejak

jaman Nabi Adam a.s.. Kita memahami apapun yang menimpa manusia adalah takdir, sakit

pun merupakan takdir.

B. Sakit dalam Pandangan al-Quran

‫ََّر أ َى أَ نََ إ‬
‫ذِ َُّ ُّويَأ َو‬ ‫َنر أ َُ أ‬
‫َِ ذم ِِِّّ أ‬ ‫رَىَإْنَرأَُُِّ أض إ‬
‫اَُّ أ‬ ‫نرأي أ‬٨٣‫ََو‬
‫ِّمََُِّّ َلَُأَحأ أ‬ ‫أ‬ ُّْ َََُّ‫َ ََأََ أض‬
‫فأَ َِ أ أَ ََأََذأْنَفأ أُ أ‬

َ‫أََن ُّل َْ أِرَ ُّذ ٍَّرأََُّ ُّن‬


‫َض َََ ُُّ ََ ُّنُ أ‬ ‫َنىَأ َيَأَونَر أ ٍَِّأْ أنَن ُّض َ أٍّ نه َََ أض أر نه ََ أ‬
ُّ ْ‫َى ََ أول‬ ‫َوض َََ ن‬
‫ا لِ أ‬ ُّ ‫يَأ‬٨٤‫و‬

“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya

aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara

semua Penyayang”. Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan

penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat
gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi

peringatan bagi semua yang menyembah Allah”. (QS al-Anbiyâ’,َ21:َ83-84)

Ayat di atas mengisahkan bahwa Nabi Ayyub a.s. yang ditimpa penyakit, kehilangan harta

dan anak-anaknya. Dari seluruh tubuhnya hanya hati dan lidahnya yang tidak tertimpa

penyakit, karena dua organ inilah yang dibiarkan Allah tetap baik dan digunakan oleh Nabi

Ayyub a.s. untuk berdzikir dan memohon keridhaan Allah, dan Allah pun mengabulkan

doanya, hingga akhirnya Nabi Ayyub a.s. sembuh dan dikembalikan harta dan keluarganya.

Dari sini dapat diambil pelajaran agar manusia tidak berprasangka buruk kepada Allah, tidak

berputus asa akan rahmat Allah serta bersabar dalam menerima takdir Allah. Karena kita

sebagai manusia perlu meyakini bahwa apabila Allah menakdirkan sakit maka kita akan

sakit, begitu pula apabila Allah menakdirkan kesembuhan, tiada daya upaya kecuali dengan

izin-Nya kita sembuh.

ُّ ‫ ذإنَُِّ أٍّْأ أََُِّفأ نه أمَ أي َهن‬٧٨‫يََوَو‬


‫ُّيََو‬ ُّ ُّ ‫َِنيأ َا‬ َ ‫ن ذإنَُِّ نِ أمَي‬٧٩‫ََو‬
‫نن ُّر نوَُّ أ‬ ‫أ‬ َ‫ي‬ َ ُِّ ‫أن َُّّلأ َ أض‬
ُّ ُّ ََ ‫اَّن َفأ نه أمَيأ‬

ُّ ‫ن ذإنَُِّي ُّنوي ن ََُُِّ ن إََين َ ُّي‬٧۱‫َوَو‬


‫و‬٨٠‫يََوَو‬ ‫أ‬ َ‫ُّي‬ َ ‫ن ذإنَُِّر أ‬٨۲‫و‬
ُّ َِْ‫َ أو نََرأتَيأ َِ ُّ أَِ ُّذ‬
ُّ ‫أنيي أ َُِّيأ َم أَْ ذن‬ ‫أ‬
“(Yaitu Tuhan) yang telah menciptakaku, maka Dialah yang memberi petunjuk kepadaku.

Dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku. Dan apabila aku sakit,

Dialah yang menyembuhkanku. Dan yang akan mematikan aku, kemudian akan

menghidupkanku (kembali). Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada

hari kiamat”. (QS asy-Syu’arâ’َ26:َ78-82)

Dalam setiap perjalanan hidup manusia, senantiasa dipertemukan pada tiga kondisi
dan situasi yakni sehat, sakit atau mati. Pada kondisi sehat, terkadang melupakan cara hidup
sehat dan mengabaikan perintah Allah SWT, sebaliknya pada kondisi sakit dianggap sebuah
beban penderitaan, malapetaka dan wujud kemurkaan Allah SWT.
Dalam Q.S. Saad: 27 Allah SWT selalu menciptakan sesuatu atau memberikan suatu
ujian kepada hambanya pasti ada hikmah atau pelajaran dibalik itu semua.

‫ََ ْوَََ ألأ ُّذ أََ أ‬


َََ ‫َ ََِّ ذإنُّيَأ َ أْ أ نِن‬ ُّ ‫َن أضَََأ َيَأ نه أوَََأ‬
‫ۚ أ‬‫َن َل أ َى أ‬ ‫أن أضََ أٍّْأ ََأََ ذ إ‬
‫ا أوَ أَ أ‬
ُّ ‫فأ أم َي ال َُّذٍّإنُّيَأ َ أْ أ نِن‬
ُّ ‫َضَأ َ ذَإ‬
َ‫َى‬
Artinya:
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa
hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-
orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.

Dalam perspektif Islam, setiap penyakit merupakan cobaan yang diberikan oleh Allah
SWT kepada hamba-Nya untuk menguji keimanannya. Sabda Rasulullah SAW yang artinya
“Dan sesungguhnya bila Allah SWT mencintai suatu kaum, dicobanya dengan berbagai
cobaan. Siapa yang ridha menerimanya, maka dia akan memperoleh keridhoan Allah. Dan
barang siapa yang murka (tidak ridha) dia akan memperoleh kemurkaan Allah SWT”َ
(H.R. Ibnu Majah dan At Turmudzi).
Kondisi sehat dan kondisi sakit adalah dua kondisi yang senantiasa dialami oleh setiap
manusia. Allah SWT tidak akan menurunkan suatu penyakit apabila tidak menurunkan juga
obatnya, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra dari Nabi saw
bersabda:

ََْ َ‫أضََرأ َُ أ أهَ إَنَحأ ََْ َُّّ إإَر أ َُ أ أهَذأْنَ ُّْ أ‬


Allah SWT tidak menurunkan sakit, kecuali juga menurunkan obatnya
(HR Bukhari)
Bila dalam kondisi sakit, umat Islam dijanjikan oleh Allah SWT berupa penghapusan
dosa apabila ia bersabar dan berikhtiar untuk menyembuhkan penyakitnya. Sebagaimana
sebuah hadits yang diriwayatkan Imamَ Muslim,َ “Tidaklah seorang muslim tertimpa derita
dari penyakit atau perkara lain kecuali Allah hapuskan dengannya (dari sakit tersebut)
kejelekan-kejelekannya (dosa-dosanya) sebagaimana pohon menggugurkan daunnya.”

3 Jenis Penyakit
a. Penyakit fisik/ lahir
b. Penyakit batin/ hati, seperti syirik, kufur, iri atau dengki, dan lain sebagainya

4 Macam-macam Orang Sakit


Orang yang sakit dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu:
a. Orang yang sakit ringan,
b. Orang yang sakit berat atau keras, dan
c. Orang yang sedang menghadapi sakaratul maut
5 Anjuran Bagi Orang yang Sakit Menurut pandangan islam
a. Berbaik sangka kepada Allah SWT
b. Bersabar atas apa yang menimpanya, tidak berputus asa
c. Menerima takdir Allah SWT atasnya
d. Bersyukur kepada Allah SWT
e. Memperbanyak istighfar
f. Memperbanyak doa
g. Banyak muhasabah diri
h. Senantiasa mengharapkan rahmat Allah SWT atasnya
i. Tawakkal
j. Tetap menjalankan ibadah sesuai kemampuan
k. Membaca buku-buku agama untuk menguatkan batinnya
l. Mendengarkan bacaan ayat-ayat al-Quran
m. Tidak boleh mengharapkan kematian bagi dirinya
n. Hendaklah segera menunaikan segala tanggungan-tanggungan (utang) kepada orang
lain atau memberi wasiat kepada keluarganya atau yang lainnya

6. Sifat-Sifat Perawat Orang Sakit


a. Ikhlas
b. Penuh kasih sayang
c. Pemaaf
d. Cermat/ teliti
e. Penuh tanggung jawab
f. Patuh pada peraturan
g. Menyimpan rahasia

7 Perawatan Bagi Orang Sakit


a. Pengobatan Medis
b. Pengobatan Non Medis, meliputi:
 Doa-doa
 Mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an
c. Pengobatan alternatif lain yang tidak bertentangan dengan prinsip Islam
8 Pendampingan Terhadap Orang Sakit
Orang sakit biasanya mengalami krisis psikologis dalam dirinya, oleh karena itu
hendaknya didampingi dan diberi perhatian lebih, serta dorongan motivasi untuk
kesembuhannya. Doa-doa serta dzikir dirasa mampu mengurangi rasa sakit orang yang
merasakannya. Karena dalam doa dan dzikir tersebut terdapat ilmu ikhlas sebagai hamba
Allah swt yang tidak mempunyai daya dan upaya dihadapan-Nya. Kita dapat
mendampinginya sebagai wujud bertawaqal dan menyerahkan diri kepada Allah swt dan
menyadari segalanya kembali atas kehendaknya.

B. PERLAKUAN TERHADAP SAKARATUL MAUT MENURUT ISLAM


1. Pengertian Sakaratul Maut dalam pandangan islam
a. Sakaratunَjamakَdariَsakratunَ=َ‘keadaanَmabuk’
b. Naza’َ=َmencabut, mencopot, melepaskan, menghilangkan
c. Wafat (wafaa) = sempurna/ lengkap (tamma)
d. Ajal = batas waktu, akhir waktu
Imam Al Gazali berbicara tentang maut, “sesungguhnya diketahui dari jalan-jalan
yang menjadi pedoman dan al-quranul karim menyatakannya pula bahwa maut tidak lebih
perubahan keadaan manusia semata. Setelah berpisahnya jasad, wujudnya tetap, hanya
masalahnya dia tersiksa atau didalam nikmat allah”.َ Artiَ perpisahanَ denganَ jasadَ adalahَ
berakhirnya kekuasaan atas jasad bersamaan dengan keluarnya roh dari jasad tersebut atas
kehendak masa yang telah ditetapkan baginya. Anggota badan merupakan alat bagi manusia,
seperti tangan dipergunakan untuk memukul dan perbuatan-perbuatan lainnya, telinga untuk
mendengar, mata untuk melihat, dan yang sebenarnya untuk memahami segala sesuatu adalah
hati. Hati disini diibaratkan sebagai roh karena itu disebut hati rohani bukan hati jasmani, dan
roh dengan sendirinya dapat mengetahui segala sesuatu tanpa bantuan alat atau indera.

2. Tanda-Tanda Orang yang Sakaratul Maut


a. Kakinya terasa lebih dingin
b. Jari kaki dan tangan nampak hijau kebiru-biruan
c. Mata membalik
d. Denyut nadi mulai tidak teraba
e. Telinganya tampak lemas (pipih)
f. Sekali-kali merasa panas, minta dikipasi
g. Tampak kesehatannya lebih baik, kadang minta makan atau minum
3. Bimbingan Terhadap Pasien yang Sakaratul Maut Menurut pandangan islam
a. Mendampinginya dengan tegar
Apabila diperkenankan, membisikkan kalimat atau bacaan Tauhid ditelinga pasien
dan di doakan
b. Pasrah dan ikhlas atas segala yang terjadi, serta menyadari bahwa semua takdir yang
terjadi merupakan kehendak-Nya
c. Adapun bimbingan bagi keluarga pasien yang sakaratul maut:
*Mengajak keluarga untuk tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk pasien
sakaratul maut dengan ridho dan ikhlas atas apa yang terjadi
*Menghimbau untuk menciptakan suasana yang tenang
*Ajak untuk berdoa bersama serta pasrah dengan apa yang akan terjadi dan menyadari
bahwa semata-mata atas kehendak-Nya

4. Tuntunan Merawat Orang Sekarat


Kepercayaan Spiritual dan Keagamaan
Penanganan penyakit secara serius pada klien biasanya melibatkan intervensi medis
untuk memulihkan atau menjaga kesehatan. Sebagai rangkaian praktik kedua, strategi yang
transformatif, mengakui keterbatasan hidup, dan membantu individu yang sekarat
menemukan arti dalam penderitaan sehingga mereka dapat melampaui atau melangkah lebih
ke depan, keberadaan diri mereka. Praktik yang transformatif dihubungkan dengan
penyembuhan, komunikasi, dan kepercayaan spiritual atau keagamaan (Myers,2003). Sumber
daya spiritual termasuk kepercayan pada kekuatan tertinggi, komunitas pendukung, teman-
teman, rasa pengharapan dan arti hidup, dan praktik keagamaan. Spiritualitas klien dan
anggota keluarga memengaruhi kemampuan mereka untuk beradaptasi terhadap rasa
kehilangan. Individu yang memiliki hubungan yang kuat dengan kekuatan tertinggi
menunjukan ketabahan dan kemampuan untuk mengalami pemulihan dari rasa kehilangan
(Matheis, Tulsky, dan Matheis,2006).
Integrasi spiritual terjadi ketika individu mencapai kata sepakat dengan
kehidupannya dan meletakkan potongan-potongan kehidupannya bersama-sama dalam suatu
cara yang sesuai dengan seluruh kehidupannya. Mendekati akhir kehidupan, integrasi tersebut
membantu individu memperbaiki hubungan yang rusak atau menyelesaikan urusan yang
belum terselesaikanَ(O’gorman,َ2002‫و‬.َ
Fiqih Islam memberikan tuntunan terkait tindakan yang dilakukan terhadap orang
yang sakit keras/ sekarat (muhtadlir). Apabila nampak tanda-tanda ajalnya sudah tiba, maka
tindakan yang sunah dilakukan oleh orang yang sedang menungguinya adalah:
1. Membaringkan muhtadlir pada lambung sebelah kanan untuk menghadapkannya ke arah
kiblat. Jika tidak memungkinkan, misalnya disebabkan karena tempatnya terlalu sempit atau
ada semacam gangguan pada lambung kanannya, maka ia dibaringkan pada lambung sebelah
kiri. Dan jika masih tidak memungkinkan, maka tidurkanlah dengan melentangkan
menghadap kiblat dengan memberi ganjalan di bawah kepala agar wajahnya bisa lurus
menghadap ke arah tersebut.

2. Membaca surat Yasin dengan agak keras dan al-Ro’duَdenganَsuaraَyangَpelan.َFaidahَ


pembacaan Surat ini kata al-Qulyubi, adalah mempermudah keluarnya ruh, disamping ada
sebuah hadits yang menjelaskan, bahwa ia akan mati, masuk dan bangkit dari alam kubur
dalam keadaan segar bugar. Dalam Nihayah Az-Zain, Syaikh Nawawi Banten menambahkan,
jika tidak mungkin membaca keduanya, maka surat yang dibaca disesuaikan dengan keadaan
muhtadlir. Yakni apabila masih ada kesadaran dalam diri muhtadlir, maka surat Yasin-lah
yang dibaca. Dan jika sudah tidak ada, maka yang dibaca adalah surat al-Ro’duَkarenaَsuratَ
ini berfaedah mempermudah keluarnya ruh.
3. Men-talqin dengan kalimat Tahlil secara santun (lembut) tidak menampakkan kesan
memaksa. Misalnya, mulaqqin (orang yang mentalqin) mengingatkan disampingnya dengan
ucapan: “ dzikir kepada Alloh itu amat diberkahi”, atau mengajak hadirin dzikir bersama.
Dalam talqinnya, Mulaqqin tidak perlu menambahkan lafadz Asyhadu kecuali muhtadlir
bukan seorang mukmin dan ada harapan ia masuk Islam, maka talqinnya disamping harus
mencantumkan lafadz tersebut juga harus disempurnakan menjadi dua kalimat syahadat agar
ia meninggal dalam keadaan Islam. Talqin ini tidak usah diulang kembali jika muhtadlir telah
mampu mengucapkannya, selama ia tidak berbicara lagi dan menurutَ Ulama’َ Jumhur,َ
walaupun mengenai hal-hal yang berkenaan dengan akhirat. Karena tujuan talqin ini, agar
kalimat Tahlil menjadi penutup kalimat yang terucap dari mulutnya. Rosululloh bersabda :

‫َ ََ َََّ َمْ َ َلم ََ َهللامَّل خ َ مَ ََِ خ خ َمآمِخََ َمِخآمنمََ َ َنم‬


Barang siapa yang akhir perkataannya adalah “Laa ilaaha illallâh”, maka dia masuk sorga.
4. Sunah memberi minum, jika nampak gejala ia menginginkannya. Karena dalam kondisi
seperti itu, syaitan bisa saja menawarkan minuman yang akan ditukar dengan keimanannya.
5. Sesaat Setelah Ajal Tiba
Setelah muhtadhir telah melalui kematiannya, seperti adanya tanda-tanda
mengendurnya telapak tangan dan kaki, cekungnya pelipis dan hidung yang tampak lemas,
tindakan berikutnya yang sunah dilalukan adalah:
1. Memejamkan kedua matanya
2. Jika sampai terlambat hingga kedua matanya tidak bisa dipejamkan, maka cara
memejamkannya dengan menarik kedua lengan serta kedua ibu jari kakinya secara
bersamaan, niscaya kedua mata tersebut akan terpejam dengan sendirinya.
3. Mengikat rahangnya ke atas kepala dengan memakai kain yang agak lebar agar
mulutnya tidak terbuka.
4. Melemaskan sendi-sendi tulangnya dengan melipat tangan ke siku, lutut ke paha dan
paha ke perut. Setelah itu dibujurkan kembali, kemudian jari-jari tangannya
dilemaskan. Jika agak terlambat sehingga tubuhnya sudah kaku, maka sunah
dilemaskan memakai minyak. Hikmah dari pelemasan ini agar mempermudah proses
pemandian dan pengkafanannya nanti.
5. Melepaskan pakaiannya secara perlahan. Kemudian disedekapkan lalu mengganti
pakaian tersebut dengan kain tipis, (izar misalnya) yang ujungnya diselipkan di bawah
kepala dan kedua kakinya (menutupi semua tubuh). Kecuali jika ia sedang
menunaikan ibadah Ihram, maka kepalanya harus dibiarkan tetap terbuka.
6. Meletakkan beban seberat 20 dirham (20gr x 2,75gr = 54,300 gr) atau secukupnya di
atas perutnya dengan dibujurkan dan diikat agar perutnya tidak membesar.
7. Membebaskan segala tanggungan hutang atau lainnya. Dan jika tidak mungkin
dilakukan pada saat itu, maka segeralah ahli warinya malakukan aqad Hawalah
(pelimpahan tanggungan hutang) dengan orang-orang yang bersangkutan. Dan sunah
bagi mereka menerima tawaran tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam padangan agama islam merawat pasien merupakan tugas mulia,baik secara
tersurat maupun tersirat agama islam sangat menuntut akan hadirnya peran perawan(rufidah)
di tengah masyarakat. Dalam mengabdi kepada masyarakat diperlukan kesiapan-kesiapan
tertentu yang harus dimiliki oleh Kebidanan antara lain profesi kebidanan dijadikan sebagai
profesi yang sebenarnya, dalam menjalankan tugas harus memperhatikan aspek-aspek
meliputi ketelitian, kecermatan dan kewaspadaaan guna meminimalisir resiko negatif yang
mungkin akan timbul. Serta rasa tanggung jawab yang harus dijunjung tinggi dalam
menghadapi segala tindakan yang dilakukan. Sebagai seorang bidan harus proaktif dalam
menjalankan tugas yang diembannya bukan sebagai penunggu pasien yang sakit ketika
datang ke rumah sakit.

B. Saran
1. Dalam merawat pasien seorang perawat harus memperhatikan aspek-aspek hati-
hati,teliti,dan cekatan serta tanggung jawab terhadap semua tindakan yang
dilakukan.
2. Menganjurkan pasien utuk tidak lupa melaksanakan mewajiban sebagai umat
muslim.
3. Sesibuk apapun kegiatan yang dilakukan perawat maupun petugas kesehatan yang
lain tidak boleh meninggalkan sholat.
4. Memegang teguh prinsip perawat profesional.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.kreasimahasiswa.page.tl/MATERI-AGAMA-ISLAM.htm
2. Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2.
Salemba Medika: Jakarta
3. Asmadi.(2008).Konsep Dasar Keperawatan.Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
4. Anonim2009.sejarah perkembangan keperawatan di dunia,dalam di akses selasa 24
agustus 2010 pukul 10:15am
5. Kisyik, Abdul Hamid. 1991. Mati Menebus Dosa. Jakarta: Gema Insani Press.
6. Potter dan Perry. 2002. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Allah SWT, Karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah Agama ini. Dengan kami harapkan
kiranya makalah yang telah kami susun dapat bermanfaat bagi para pembaca atau pihak lain
yang membutuhkan informasi dalam makalah Pandangan islam Tentang “Perlakuan
terhadap Orang sakit dan Sakaratul maut menurut islam”‫م‬
Dalam makalah ini terdapat banyak sekali informasi mengenai nilai-nilai yang berkaitan dan
menjadi dasar dalam Kebidanan.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini jauh dari kata sempurna,untuk itu
kami berbesar hati untuk menerima segala kritik dan saran dari berbagai pihak. Kami juga
tidak lupa menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah bersedia
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata kami mohon maaf atas kekurangan serta kejanggalan baik isi maupun dalam
teknik penyusunannya.

Raha, November 2013

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah.......................................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. PANDANGAN ISLAM TERHADAP ORANG SAKIT................................... 3
1. Definisi sakit secara medis............................................................................... 3
2. Definisi sakit menurut agama islam....................................................................... 3

3. Jenis Penyakit...................................................................................................... 5
4. Macam-macam Orang Sakit........................................................................... 4
5. Anjuran Bagi Orang yang Sakit Menurut pandangan islam................................. 5
6. Sifat-Sifat Perawat Orang Sakit........................................................................... 6
7. Perawatan Bagi Orang Sakit........................................................................... 6
8. Pendampingan Terhadap Orang Sakit.............................................................. 7
B. PANDANGAN ISLAM TERHADAP ORANG SAKARATUL MAUT............ 7
1. Pengertian Sakaratul Maut dalam pandangan islam.......................................... 7
2. Tanda-Tanda Orang yang Sakaratul Maut.......................................................... 7
3. Bimbingan Terhadap Pasien yang Sakaratul Maut Menurut pandangan islam......... 8
4. Tuntunan Merawat Orang Sekarat........................................................................... 8
5. Sesaat Setelah Ajal Tiba........................................................................................ 10

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN................................................................................................................11
3.2 SARAN............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................12
MAKALAH
PERLAKUAN TERHADAP ORANG SAKIT DAN
SAKARATUL MAUT MENURUT ISLAM

DI SUSUN OLEH:
1. NURNIATI
2. RUSTIN
TINGKAT 1 B.

AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA


KABUPATEN MUNA
2013 / 2014

Anda mungkin juga menyukai