Anda di halaman 1dari 158

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PADA LANSIA OSTEOPOROSIS

DENGAN MASALAH HAMBATAN MOBILITAS FISIK DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS KAMPUS PALEMBANG TAHUN 2019

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

ANNISYA UBUDIAH

PO.71.20.1.16.038

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PADA LANSIA
OSTEOPOROSIS DENGAN MASALAH HAMBATAN MOBILITAS
FISIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPUS PALEMBANG
TAHUN 2019

Diajukan Kepada Poltekkes Palembang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh:

ANNISYA UBUDIAH

PO.71.20.1.16.038

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN
(PSP)

1. Kami adalah peneliti berasal dari institusi/jurusan/program studi DIII keperawan


politeknik kesehatan Palembang dengan ini meminta anda untuk berpatisipasi
dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul Implementasi Keperawatan Pada
Lansia Osteoporosis Dengan Masalah Hambatan Mobilitas Fisik di Wilayah Kerja
Puskesmas Kampus Palembang Tahun 2019.
2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah melakukan Implementasi keperawatan
Range of Motion, latihan beban berat dan pendidikan kesehatan yang dapat
memberikan manfaat berupa mengurangi hambatan mobilitas pada pasien
keluarga. Penelitian ini akan berlangsung selama kurang lebih tiga hari.
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan wawancara terpimpin dengan
menggunakan pendoman wawancara yang akan berlangsung lebih kurang 15-20
menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak perlu
khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan
asuhan/pelayanan keperawatan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian ini adalah
Anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan/tindakan yang diberikan.
5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yag saudara sampaikan akan tetap
dirahasiakan.
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan peneltian ini, silakan
menghubungi pada nomor Hp: 082176297629

Penulis

Annisya Ubudiah
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI
Nama : Annisya Ubudiah
Nomor Induk Mahasiswa : PO.71.20.1.16.038
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat / Tanggal Lahir : Palembang, 04 Oktober 1999
Agama : Islam
Email / No Hp : annisyaubudiah@gmail.com / 082176297629
Alamat : Jl. Balap sepeda lr. Muhajirin No.8 RT. 27 RW. 08
Kelurahan Lorok Pakjo Ilir Barat 1 Palembang, Sumatera
Selatan
Nama Orang Tua : 1. Ayah : Muhammad Muhtarudi, ST, M.Si
2. Ibu : Rosmala Dewi
Anak ke : Dua dari Tiga Bersaudara
Nama Saudara : 1. Adellya Rahmadhania, SH
2. Abiyyu Rofif

RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 2004-2010 : SD Quraniah 8 Palembang
Tahun 2010-2013 : SMP Negeri 45 Palembang
Tahun 2013-2016 : SMA Negeri 2 Palembang
Tahun2016-2019 : Polteknik Kesehatan Kemenkes Palembang Jurusan DIII
Keperawatan

MOTTO
“Gunakan setiap waktu dengan sebaik-baiknya, karena waktu tidak dapat diulang.
Jika memang kesempatan untuk maju datang, terimalah dengan baik dan lakukan
dengan sungguh-sungguh karena balas dendam terbaik adalah menjadi sukses,”

ABSTRAK
Ubudiah, A. 2019.Implementasi Keperawtan Keluarga pada Lansia Osteoporosis
dengan Masalah Hambatan Mobilitas Fisik. Program Diploma
Keperawatan, Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang.
Pembimbing (I): Dr. Pitri Noviadi, M.Kes. Pembimbing (II):Indra
Febriani, S.Pd, M.Kes
Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang secara nyata yang
berakibat pada rendahnya kepadatan tulang, sehingga tulang menjadi keropos dan
rapuh yang biasanya menyerang lanjut usia. Masalah yang dirasakan adalah
penurunan aktivitas dan kekuatan otot. Untuk mengatasi dan mencegah
komplikasi parah yang disebabkan oleh Osteoporosis perlu diajarkan cara latihan
mobilisasi yaitu Latihan ROM ( Range Of Motion) dan Latihan Beban serta
mendapatkan dukungan dari pihak keluarga.
Desain penelitian ini menggunakan metode Deskriptif dalam bentuk sttudi kasus.
Kasus yang diambil sebnyak 2 orang responden yaitu keluarga dengan lansia
penderita Osteoporosis yang mengalami nyeri di wilayah kerja puskesmas
Kampus Palembang pada bulan Juni 2019. Data penelitian ini diambil dengan
menggunakan Wawancara, Observasi, dokumentasi, setelah ditabulasi data
dianalisis dengan menggunakan analisisi dan deret waktu.
Hasil penelitiam menunjukan dukungan sosial keluarga yang banyak diberikan
oleh keluarga kepada penderita Osteoporosis adalah keluarga terlihat sangat
antusias terhadap edukasi yang diberikan.
Melihat hasil penelitian ini maka perlu adanya dukungan sosial keluarga agar
dapat meminimalkan komplikasi parah yang dialami penderita Osteoporosis
Kata kunci : Lansia dengan osteoporosis, dukungan keluarga, komplikasi parah,
hambatan mobilitas fisik
PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan Puji Syukur kepada Allah SWT dan menjunjungkan shalawat
kepada Nabi besar kita Muhammad SAW, Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahkan kepada ;

1. Yang paling utama, yang kucintai, yang selalu mendukungku di kala suka maupun
duka, Mama Rosmala Dewi dan Papa Muhammad Muhtarudi, ST, M.Si yang
senantiasa memfasilitasi perjalanan sekolah saya sampai saat ini. Tanpa mereka saya
tidak mungkin semaju saat ini. Motivasi terbesar saya adalah mereka, kedua orang tua
yang pekerja keras dan terbuka kepada kami. Terima kasih.
2. Yuk Adellya Rahmadhania otw SH & Abiyyu Rofif yang telah men-support (serta
menganggu) perjalanan kuliah saya, ayo kita bertiga sukses bersama !
3. Pembimbing terbaik Dr. Pitri Noviadi, S.Pd, M.Kes dan Indra Febriani, S.Pd, M.Kes
yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan masukan, saran, nasihat, serta
semangat kepada penulis selama menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Dr. Maksuk, SKM, M.Kes selaku dosen penguji I Ujian Karya Tulis Ilmiah.
5. Jawiah, S.Pd, S.Kep, M.Kes Ibu selaku dosen penguji II Ujian Karya Tulis Ilmiah.
6. Rehana, S. Pd, S.Kep, M.Kes Ibu selaku dosen penguji III Ujian Karya Tulis Ilmiah.
7. Semua dosen, staf, karyawan, dan karyawati Politeknik Kesehatan Kemenkes
Palembang Jurusan Keperawatan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
mendidik penulis sehingga mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Teman Seperjuangan Anggi, Indah, Siti, Yuk Disca, Yuk Ira, Yuk Dita yang ikut
Support adik termuda ini, kalian adalah support system paling kuat yang pernah aku
punya.
9. Mercon genks Anti, Nanda, Corli, Fathia, Sisil dan amoy, yang senantiasa menjadi
saksi saya dalam mengerjakan KTI, Maupun Annes dan Kris yang selalu menemani
saya dalam keadaan sulit maupun senang. I owe u gaess.
10. Kepada member BTS, terutama Jungkook dan Jimin serta Drakor yang selalu
menemani saya mengerjakan KTI :’ suara kalian menenangkan saya disaat saya
menangis mengerjakan halaman yang ancur.
11. Teman-teman angkatan 49 yang telah berjuang bersama dan saling mendukung serta
saling berbagi informasi dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Implementasi
Keperawatan Pada Lansia Osteoporosis dengan Masalah Hambatan Mobilitas Fisik di
Wilayah Kerja Puskesmas Kampus Palembang Tahun 2019. Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan
pada Jurusan keperawatan Poltekkes kemenkes Palembang. Saya menyadari bahwa, tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada :

12. Bapak Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Palembang.
13. Ibu Hj. Devi Mediarti, S.Pd, S.Kep, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Palembang Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang serta pembimbing
pendamping saya dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
14. Dr. Pitri Noviadi, S.Pd, M.Kes. selaku pembimbing utama yang telah banyak
meluangkan waktu, memberikan masukan, saran, nasihat, serta semangat kepada
penulis selama menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
15. Indra Febriani, S.Pd, M.Kes selaku pembimbing pendamping yang telah banyak
meluangkan waktu, memberikan masukan, saran, nasihat, serta semangat kepada
penulis selama menyusun Karya Tulis Ilmiah ini
16. Ibu Dr. Maksuk, SKM, M.Kes selaku dosen penguji I Ujian Karya Tulis Ilmiah.
17. Jawiah, S.Pd, S.Kep, M.Kes Ibu selaku dosen penguji II Ujian Karya Tulis Ilmiah.
18. Rehana, S. Pd, S.Kep, M.Kes Ibu selaku dosen penguji III Ujian Karya Tulis Ilmiah.
19. Semua dosen, staf, karyawan, dan karyawati Politeknik Kesehatan Kemenkes
Palembang Jurusan Keperawatan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
mendidik penulis sehingga mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
20. Kedua Orang tua serta saudara dan saudariku yang selalu men-support.
21. Teman-teman angkatan 49 yang telah berjuang bersama dan saling mendukung serta
saling berbagi informasi dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan maka
kiranya penulis mohon saran dan masukan demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga
Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi penulis dan pengembangan ilmu keperawatan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Palembang, 8 Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................................i
HALAMAN SAMPUL DALAM..........................................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................................................iii
HALAMAN KEASLIAN TULISAN..................................................................................................iv
ABSTRAK.....................................................................................................................................................v
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................vi
DAFTAR ISI................................................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................................viii
DAFTAR TABEL......................................................................................................................................ix
DAFTAR SKEMA.....................................................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................................................4
1.4 Manfaat Studi Kasus......................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................6


2.1 Konsep Dasar Osteoporosis....................................................................................................6
2.1.1 Definisi.................................................................................................................................6
2.1.2 Etiologi.................................................................................................................................6
2.1.3 Patofiosiologi.....................................................................................................................7
2.1.4 Manifestasi Klinis.............................................................................................................9
2.1.5 Komplikasi..........................................................................................................................10
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................10
2.1.7 Penatalaksanaan.................................................................................................................11
2.2 Konsep Dasar Keluarga...........................................................................................................13
2.2.1 Definisi.................................................................................................................................13
2.2.2 Struktur Keluarga..............................................................................................................13
2.2.3 Tipe Keluarga.....................................................................................................................16
2.2.4 Peran Keluarga................................................................................................18
2.2.5 Fungsi Keluarga..............................................................................................19
2.2.6 Pengertian Perawatan Kesehatan Keluarga................................................. 22
2.2.7 Peran Perawat Keluarga.................................................................................. 23
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga ........................................................................... 24
2.3.1. Pengkajian .....................................................................................................25
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ..................................................................................32
2.3.3 Intervensi Keperawatan ................................................................................. 34
2.3.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................... 35
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................... 36
2.4 Konsep Hambatan Mobilitas Fisik Dengan Osteoporosis................................... 37
2.4.1 Definisi .........................................................................................................37
2.4.2 Batasan Karakteristik .....................................................................................37
2.4.3 Faktor Yang Berhubungan ............................................................................37
2.4.4 Karakteria Pengkajian Fokus ......................................................................... 38
2.4.5 Tindakan Keperawatan ..................................................................................39
2.5 Implementasi Keperawatan Pada Osteoporosis................................................. 40
2.5.1 Latihan ROM (Range Of Motion).................................................................. 40
2.5.2 Latihan Beban Berat ...................................................................................... 44
2.5.3 Pendidikan Kesehatan .................................................................................... 47
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................... 49

3.1 Rencana Studi Kasus ...............................................................................................49


3.2 Kerangka Konsep .....................................................................................................49
3.3. Definisi Oprasional .................................................................................................50
3.4 Subyek Studi Kasus .................................................................................................50
3.5 Fokus Studi Kasus ...................................................................................................51
3.6 Tempat Dan Waktu Studi Kasus .............................................................................. 51
3.7 Instrumen Dan Metode Pengumpulan Data ............................................................. 51
3.8 Proses Pelaksanaan Studi Kasus ..............................................................................52
3.9 Analisa Dan Penyajian Data .................................................................................... 52
3.10 Etika Studi Kasus ...................................................................................................53
BAB IV HASIL STUDI KASUS
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian......................................................................................................54
4.2 Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga..........................................................................55
4.3 Analisa Data...................................................................................................................................65
4.4 Prioritas Diagnosa Keperawatan..............................................................................................67
456 Diagnosa Keperawatan..............................................................................................................68
4.6 Intervensi Keperawatan...............................................................................................................69
4.7 Implementasi dan Evaluasi........................................................................................................70

BAB V PEMBAHASAAN.......................................................................................................................82
5.1 Penerapan ROM (Range of motion)........................................................................................82
5.2 Penerapan Latihan Beban Berat...............................................................................................83
5.3 Memberikan pendidikan tentang Osteoporosis dan Hambatan Mobilitas Fisik........84

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................................85


6.1 Kesimpulan.....................................................................................................................................85
6.2 Saran.................................................................................................................................................86

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Simbol-simbol dalam Genogram...................................................................................27


Gambar 2.5.1 Gerakan ROM 1..............................................................................................................42
Gambar 2.5.2 Gerakan ROM 2..............................................................................................................43
Gambar 2.5.3 Gerakan Latihan Beban Berat 1..................................................................................46
DAFTAR TABEL

Tabel 2.3.1 Tabel Kriteria Masalah........................................................................................................33


Tabel 2.5.1 Gerakan ROM 1.....................................................................................................................42
Tabel 2.5.2 Gerakan ROM 2.....................................................................................................................43
Tabel 4.2.1 Komposisi Anggota Keluarga klien 1.............................................................................55
Tabel 4.2.2 Komposisi Anggota Keluarga klien 2.............................................................................55
Tabel 4.2.3 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga...............................................................56
Tabel 4.2.4 Fungsi Perawatan Keluarga................................................................................................57
Tabel 4.2.5 Stress dan Koping Keluarga...............................................................................................59
Tabel 4.2.6 Pemeriksaan Fisik..................................................................................................................61
Tabel 4.2.7 Harapan Keluarga Terhadap Asuhan Keperawatan....................................................64
Tabel 4.3.1 Analisa Data............................................................................................................................65
Tabel 4.4.1 Prioritas Diagnosa Keperawatan klienn 1......................................................................67
Tabel 4.4.2 Prioritas Diagnosa Keperawatan klienn 2......................................................................67
Tabel 4.5.1 Diagnosa Keperawatan........................................................................................................68
Tabel 2.6.1 Intervensi..................................................................................................................................69
Tabel 2.7.1 Implementasi dan Evaluasi.................................................................................................70
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Pathway......................................................................................................................................8


Skema 2.2 Struktur Keluarga....................................................................................................................15
Skema 3.1 Kerangka Konsep....................................................................................................................49
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga


Lampiran 2 Hasil Pengkajian dan Skoring Masalah Keperawatan
Lampiran 3 Pengajuan judul
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Pembimbing Utama
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Poltekkes Palembang
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Data Kesbang Kota Palembang
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data Dinkes Kota Palembang
Lampiran 9 Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data Puskesmas Kampus Palembang
Lampiran 10 Informed Consent
Lampiran 11 Dokumentasi
Lampiran 12 Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 13 Leaflet
Lampiran 14 SOP Latihan ROM (Range Of Motion)
Lampiran 15 SOP Latihan Beban Berat
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa lanjut usia adalah masa terjadinya penurunan fungsi organ tubuh.
Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2011 sekitar 24 juta jiwa atau hampir 10%
jumlah penduduk. Selama 40 tahun, pertambahan jumlah lansia 10 kali lipat,
sedangkan jumlah penduduk hanya bertambah 2 kali lipat. (DEPKES, 2012, dalam
Muda, dkk 2012). Peningkatan jumlah lansia tersebut akan menimbulkan masalah
pada usia sekitar 60 tahun salah satunya adalah masalah Osteoporosis. (Mubarak,
2008, dalam Muda, dkk 2012).

Osteoporosis merupakan kondisi saat kepadatan tulang berada dalam titik

mengkhawatirkan, sehingga tulang kehilangan kekuatan serta kelenturan. Pada

kondisi ini tulang menyusut dan mudah patah (Health, 2011)

Osteoporosis menduduki peringkat kedua dibawah penyakit jantung sebagai


masalah kesehatan utama dunia. Menurut data Internasional Osteoporosis
Foundation lebih dari 30% wanita di seluruh dunia mengalami resiko seumur hidup
untuk patah tulang akibat Osteoporosis, bahkan mendekati 40%, sedangkan pada
pria, resikonya berada pada angka 13%. (WHO, 2012 dalam Purwoastuti, 2009)

Masalah Osteoporosis di Indonesia perlu mendapat perhatian. Hasil analisis


data oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen
Kesehatan pada tahun 2004 menunjukkan, risiko Osteoporosis di 14 provinsi di
Indonesia mencapai 19,7 persen. Lima provinsi dengan risiko Osteoporosis tertinggi
adalah Sumatra Selatan (27,7%), Jawa Tengah (24,02% ), DI Yogyakarta (23,5%),
Sumatera Utara (22,82%), dan Jawa Timur (21,42%). Proporsi penduduk
perempuan yang berisiko lebih tinggi dibanding laki-laki yaitu 21,7 persen
berbanding 14,8 persen. Karenanya, perlu langkah konkret mengurangi risiko
Osteoporosis sedini mungkin (Departemen Kesehatan, 2005). Patah tulang

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


1
2

Osteoporosis telah menjadi suatu ancaman, hampir 24% dari lansia yang mengalami
patah tulang pinggul meninggal dunia pada tahun pertama, sedangkan 50%
mempunyai resiko tidak bisa melakukan aktivitas seumur hidup, dan 25%
memerlukan perawatan jangka panjang dan butuh dana yang besar, serta tidak akan
bisa hidup tanpa orang lain (Karolina, 2009)

Berbeda dari penyakit umum lainnya, Osteoporosis dapat berlangsung


bertahun-tahun tanpa menimbulkan gejala apapun, sampai suatu ketika terjadi patah
tulang barulah nyeri dirasakan. Namun keadaan demikian sudah terlambat, biasanya
penderita sudah tidak dapat beraktiftas, fraktur tulang panggung atau tulang
belakang membuat penderita harus selalu berbaring di tempat tidur dan mengalami
hambatan mobilitas fisik. (Tandra, 2009)

Hambatan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North American


Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan dimana individu
yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan fisik. Pada penderita
Osteoporosis. Individu yang beresiko atau mengalami keterbatasan gerakan fisik
antara lain : lansia, individu yang kehilangan fungsi anatomik (stroke, pengguna
kursi roda, kehilangan fungsi motorik) dan pembatasan gerak volunteer atau
gangguan fungsi motorik dan rangka (Potter, 2005)

Dampak dari adanya hambatan mobilitas fisik membuat penderita memiliki


keterbatasan gerak dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (activity of
daily living atau ADL) sehingga mengalami perubahan metabolism,
ketidakseimbangan cairan dan Elektrolit, gangguan fungsi gastrointestinal,
perubahan sistem pernafasan, perubahan sistem kardiovaskuler, sistem
muskuluskeletal, sistem integument, eliminasi, dan perubahan perilaku (Potter &
Perry, 2005 dalam Dewi 2014)

Upaya yang dapat dilakukan untuk menangani hambatan mobilitas fisik pada
lansia dapat dengan meningkatkan mobilitas fisik yaitu mengajarkan latihan gerak
pada klien, latihan tersebut dapat berupa latihan ROM (Range Of Motion) baik
secara aktif maupun secara pasif dan memberikan pendidikan kesehatan tentang
keadaan dan terapi yang dilakukan (Carpenito, 2000).

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


3

Selain itu latihan beban juga dapat menjadi upaya untuk menangani
hambatan mobilitas fisik. Latihan beban dapat meningkatkan massa tulang dan
membangun kekuatan tulang sehingga aktivitas sehari-hari dapat kembali normal.
Dengan melakukan olahraga yang melawan gravitasi seperti latihan dengan
menggunakan beban dalam (berat badan sendiri), gerak olahraga semacam itu ideal
untuk membangun kekuatan tulang. Latihan beban juga dapat meningkatkan refleks
sehingga penderita Osteoporosis tidak mudah jatuh atau mengalami patah tulang
(Sugiarto, 2015)

Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Miriam, bersama teman-temannya


di Universitas Tuft Boston. menunjukkan bahwa ada suatu peningkatan pada daerah
tertentu dengan berolahraga. Penelitian tersebut meneliti wanita post menopause
yang berusia 50 sampai 70 tahun, tidak menggunakan estrogen selama satu tahun
selama mengikuti program latihan beban dua hari perminggu dengan waktu 40
menit sekali berlatih. Kelompok yang mengikuti latihan beban lima macam rata-rata
dapat memelihara kepadatan tulangnya pada daerah pinggul dan punggung,
sedangkan yang tidak mengikuti latihan kepadatan tulangnya menurun (Sugiarto,
2015)

Maka dari itu, peran perawat keluarga dalam pemberian Asuhan


Keperawatan kepada keluarga penderita Osteoporosis dapat dilakukan dengan cara
Latihan Beban, Latihan ROM (Range Of Motion) dan Pendidikan Kesehatan.

Hasil dari Laporan Bulanan Januari 2017 Dinas Kesehatan Kota Palembang,
surveilans kasus PTM (Penyakit Tidak Menular) terdapat 112 orang penderita
Osteoporosis yang berkunjung ke puskesmas. Angka ini terbagi menjadi 37 kasus
laki-laki dan 75 kasus perempuan. Dari jumlah tersebut, penderita Osteoporosis
didominasi oleh penderita yang berusia >45 tahun dengan jumlah penderia 110
orang. Sedangkan penderita yang berusia <45 tahun berjumlah 2 orang. (Dinas
Kesehatan Kota Palembang, 2017).

Berdasarkan data di atas maka penulis tertarik untuk memberikan


Implementasi Keperawatan Keluarga dalam bentuk tugas akhir dengan kasus

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


4

Hambatan Mobilitas Fisik pada Lansia dengan Osteoporosis di wilayah kerja


Puskesmas Kampus Palembang.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimanakah Implementasi
Keperawatan Keluarga dengan masalah Hambatan Mobilitas Fisik pada
Osteoporosis di wilayah kerja Puskesmas Kampus Palembang Tahun 2019.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum


Mampu melaksanakan Implementasi Keperawatan Keluarga dengan
masalah Hambatan Mobilitas Fisik pada Osteoporosis di wilayah kerja
Puskesmas Kampus Palembang Tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Dapat melakukan penerapan ROM (Range of motion) pada keluarga
Osteoporosis dengan masalah Hambatan mobilitas fisik di Wilayah
Kerja Puskesmas Kampus Palembang.
2. Dapat melakukan latihan beban pada keluarga Osteoporosis dengan
masalah Hambatan mobilitas fisik di Wilayah Kerja Puskesmas
Kampus Palembang.
3. Dapat memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga agar dapat
melakukan program ROM dengan Hambatan mobilitas fisik secara
mandiri pada keluarga dengan Osteoporosis di Wilayah Kerja
Puskesmas Kampus Palembang.

1.4 Manfaat Studi Kasus

1.4.1 Masyarakat

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


5

Memberikan pengetahuan bagi masyarakat dalam meningkatkan


kemandirian pasien dalam melakukan implementasi asuhan keperawatan
pada klien Osteoporosis yang mengalami Hambatan Mobilitas Fisik di
Wilayah Kerja Puskesmas Kampus Palembang.

1.4.2 Puskesmas Kampus Palembang


Memberikan masukan dan sumbangan pemikiran dalam melakukan
implementasi keperawatan pada klien Osteoporosis yang mengalami
Hambatan Mobilitas Fisik di Wilayah Kerja Puskesmas Kampus Palembang.

1.4.3 Institusi Pendidikan Poltekkes Kemenkes Palembang


Menambah informasi dan sebagai referensi mahasiswa / mahasiswi
poltekkes kemenkes palembang jurusan keperawatan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran khususnya Keperawatan Keluarga atau keluarga.

1.4.4 Perkembangan Ilmu Keperawatan


Sumber informasi dan referensi pembelajaran untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam keperawatan lansia /
keluarga untuk meningkatkan kualitas dalam penerapan implementasi
Asuhan Keperawatan pada klien Osteoporosis yang mengalami Hambatan
Mobilitas Fisik di Wilayah Kerja Puskesmas Kampus Palembang.

1.4.5 Penulis
Merupakan sarana untuk meningkatkan pengalaman dan wawasan
dalam mengaplikasikan implementasi Asuhan Keperawatan pada klien
Osteoporosis yang mengalami Hambatan Mobilitas Fisik sesuai dengan ilmu
keperawatan yang diperoleh selamam proses belajar.

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Osteoporosis


2.1.1 Pengertian
Osteoporosis adalah suatu keadaan dimana terdapat pengurangan
jaringan tulang per unit volume,sehingga tidak mampu melindungi atau
mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma minimal (Rosyidi, 2013).
Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang secara
nyata yang berakibat pada rendahnya kepadatan tulang, sehingga tulang menjadi
keropos dan rapuh. “Osto” berarti tulang, sedangkan “porosis” berarti keropos.
Tulang yang mudah patah akibat Osteoporosis adalah tulang belakang, tulang
paha, dan tulang pergelangan tangan (Purwoastuti, 2009) .
Osteoporosis yang dikenal dengan keropos tulang menurut WHO adalah
penyakit skeletal sistemik dengan karakteristik massa tulang yang rendah dan
perubahan mikroarsitektur dari jaringan tulang dengan akibat meningkatnya
fragilitas tulang dan meningkatnya kerentanan terhadap tulang patah.
Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total
(Lukman & Ningsih, 2012).

2.1.2 Etiologi
Faktor Yang mempengaruhi Osteoporosis ialah;
1. Wanita Menopouse, Osteoporosis postmenopouse terjadi karena
kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu
mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.
Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75 tahun,
tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat.
2. Lanjut usia, Osteoporosis lanjut usia/senilis kemungkinan merupakan
akibat dari kekurangan kasium yang berhubungan dengan usia dan

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


6
7

ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan


pembentukan tulang yang baru. Senilis yaitu keadaan penurunan masa
tulang yang hanya terjadi pada usia lanjut.
3. Gaya Hidup & Obat-obatan, Kurang dari lima persen penderita
osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang disebabkan
oleh keadaan medis lainnya atau oleh obet-obatan. Penyakit ini bisa
disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama
tiroid, paratiroid, dan adrenal) dan obat- obatan (misalnya
kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang, hormon tiroid yang berlebihan).
Pemakaian alkohol yang berlebihan dan kebiasaan merokok bisa
memperburuk keadaan ini.
4. Genetik/keturunan, Faktor genetik juga berpengaruh terhadap
timbulnya osteoporosis. Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan
lebih mudah mendapat risiko fraktur daripada seseorang dengan tulang
yang besar. (Lukman, Ningsih, 2009).
5. Tidak diketahui penyebabnya, Osteoporosis juvenil idiopatik
merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal
ini terjadi pada anak-anak dan dewasa yang normal dan tidak memiliki
penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang

Berdasarkan densitas massa tulang (pemeriksaan massa tulang dengan


menggunakan alat densitometri), WHO membuat kriteria sebagai berikut :
- Normal : Nilai T pada BMD > -1
- Osteopenia : Nilai T pada BMD antara -1 dan -25
- Osteoporosis:Nilai T pada BMD , -2,5 dan ditemukan fraktur

2.1.3 Patofisiologi Osteoporosis


Genetik, nutrisi, gaya hidup (misal merokok, konsumsi kafein, dan
alkohol), dan aktivitas mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan masa
tulang mulai terjadi setelah tercaipainya puncak massa tulang. Pada pria massa
tulang lebih besar dan tidak mengalami perubahan hormonal mendadak.

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


8

Sedangkan pada perempuan, hilangnya estrogen pada saat menopouse dan pada
ooforektomi mengakibatkan percepatan resorpsi tulang dan berlangsung terus
selama tahun-tahun pasca menopouse (Lukman, Ningsih : 2009)
Demikian pula, bahan katabolik endogen (diproduksi oleh tubuh) dan
eksogen dapat menyebabkan osteoporosis. Penggunaan kortikosteroid yang
lama, sindron Cushing, hipertiriodisme dan hiperparatiriodisme menyebabkan
kehilangan massa tulang. Obat-obatan seperti isoniazid, heparin tetrasiklin,
antasida yang mengandung alumunium, furosemid, antikonvulsan,
kortikosteroid dan suplemen tiroid mempengaruhi penggunaan tubuh dan
metabolisme kalsium.
Immobilitas juga mempengaruhi terjadinya osteoporosis. Ketika
diimobilisasi dengan gips, paralisis atau inaktivitas umum, tulang akan
diresorpsi lebih cepat dari pembentukannya sehingga terjadi osteoporosis.

2.1.3.1 Pathway Osteoporosis

Usia Lanjut (Menopouse)

Sekresi estrogen Aktifitas Fisik


Defisiensi Vitamin D
aktifitas 1-idroksilase,
resistensi vitamin D
- Bonne marrow stroma cell
- Pe reabsorpsi kalsium & sel mononuclear (IL-1,
di ginjal IL-6, dan TNF-a)
- Pe absorpsi kalsium di
- sekresi GH dan IGF-1
usus

Hipokalsemia Gangguan fungsi osteoblast

PTH (Paratiroid
hormone)

Hiperparatiroidisme
sekunder

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


9

Reabsopsi tulang Osteoporosis

Fraktur Kurang informasi Gangguan


keseimbangan,
Pergeseran frakmen Defisit pengetahuan penurunan aktivitas
tulang Ansietas dan kekuatan otot

Nyeri Akut Deformitas Resiko Jatuh

Gang. Fungsi ekstremitas Hambatan mobilitas


fisik diri

Skema 2.1 Pathway Osteoporosis

Sumber : Nurarif dan Kusuma, ( 2015 )

2.1.4 Manifestasi Klinis Osteoporosis


Kepadatan tulang berkurang secara perlahan, sehingga pada awalnya
osteoporosis tidak menimbulkan gejala pada beberapa penderita. Jika kepadatan
tulang sangat berkurang yang menyebabkan tulang menjadi kolaps atau hancur,
maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Tulang-tulang yang
terutama terpengaruh pada osteoporosis adalah radius distal, korpus vertebra
terutama mengenai T8-L4, dan kollum femoris (Lukman & Ningsih, 2009).
Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang
belakang yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau karena cedera
ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu
dari pungung yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan.
Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini
akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.
Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang
abnormal dari tulang belakang (punuk), yang menyebabkan terjadinya
ketegangan otot dan rasa sakit (Lukman & Nurma Ningsih, 2009).

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


10

Tulang lainnya bisa patah, yang sering kali disebabkan oleh tekanan
yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah
patah tulang panggul. Selain itu , yang juga sering terjadi adalah patah tulang
lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang
disebut fraktur Colles. Pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung
mengalami penyembuhan secara perlahan (Lukman & Nurma Ningsih, 2009).

2.1.5 Komplikasi Osteoporosis


Menurut Surabaya Knee Centre (2013), komplikasi pada penderita
osteoporosis adalah
1. Fraktur atau patah tulang, tulang yang paling banyak terkena dan
terpengaruh adalah tulang belakang (spine) , pergelangan tangan
dan sendi panggul
2. Masalah berjalan, Sekitar separuh dari pasien akan memiliki
masalah denganberjalan setelah fraktur panggul yang membutuhkan
bantuan dari orang lain untuk aktivitas sehari-hari
3. Nyeri punggung dan deformitas, hancurnya tulang belakang akan
mengakibatkan adanya kerusakan tulang belakang sehingga akan
seperti “Hump” atau tonjolan. Kondisi ini tidak hanya
mempengaruhi penampilan fisik anda, mempengaruhi nafas
sehingga menghambat pernafasan.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang Osteoporosis


Penilaian langsung tulang untuk mengetahui ada tidaknya osteoporosis
dapat dilakukan dengan berbagai cara , yaitu sebagai berikut :
1. Pemeriksaan radiologic, Saat ini, sing dkk telah mengembangkan indeks
sing untuk mengukur ketebalan colum femaris dan komponen-komponen
trabekulasinya secara radiologic . caranya dengan menganalisis
komponen-komponen yang berkolerasi cukup tepat dengan adanya
osteoporosis. Pada pemeriksaan radiologic ini digunakan X-ray

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


11

konvensional sehingga osteoporosis baru akan terlihat apabila massa tulang


sudah berkurang hingga 30% atau lebih.
2. Densitometer (X-ray absorptiometry), Menggunakan radiasi sinar X yang
sangat rendah. Ada dua jenis X-ray absorptiometry yaitu SXA (Single X-
ray absorptiometry) yang juga disebut scan tulang. Pengukuran dilakukan
pada tulang yang kemungkinan mudah patah, seperti tulang belakang,
pinggul, dan pergelangan tangan atau seluruh rangka tubuh. Nilai massa
tulang yang didapat dari pengukuran ini disebut kerapatan mineral tulang
(BMD= bone mineral density). Pengukuran ini tidak menimbulkan rasa
sakit, mudah dilakukan, hasil pemeriksaan diperoleh dalam waktu singkat,
dan relative aman. Pengukuran dapat dilakukan pada anak-anak dan ibu
hamil, serta dapat pula di ulang bila diperlukan.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak meunjukkan kelianan yang nyata
b. Kadar HPT( pada pascamenopouse kadar HPT meningkat) dan Ct
(terapi ekstrogen merangsang pembentukan Ct)
c. Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun
d. Ekskresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat
kadarnya.
(Nurarif & Kusuma, 2015)

2.1.7 Penatalaksanaan Osteoporosis


The National Osteoporosis Guideline Group (NOGG) telah
memperbaharui guideline 2009 pada hal penegakan diagnosis dan tatalaksana
osteoporosis wanita postmenopouse dan pria usia sekurang-kurangnya 50 tahun
di Inggris.
Beberapa hal yang disorot dalam guideline NOGG 2013 dalam Nurarif
& Kusuma, 2015.
1. Terapi farmakologi yang dapat menurunkan risiko terjadinya fraktur
vertebra (dan beberapa kasus fraktur tulang panggul) seperti

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


12

bisphosphonate, denosumab, rekombinan hormone parathyroid,


raloxifene, dan strontium renelate, Pada NOGG 2009, terapi yang
diakui untuk kasus fraktur vertebra, non vertebra dan fraktur tulang
panggul hanya alendronate, risedronate, zoledronate dan terapi sulih
hormone.
2. Alendronate generik direkomendasikan sebapai terapi lini pertama
karena kerja spektrum luasnya sebagai agenantifraktur dengan harga
terjangkau Ibandronate, risedronate, zoledronic acid, denosumab,
raloxifene atau strontium ranelate digunakan sebagai terapi pilihan
jika alendronate dikontraindikasikan atau tidak dapat ditoleransi
dengan baik oleh pasien.
3. Wanita postmenopause dapat mendapatkan manfaat dari calcitriol.
4. Terapi untuk pria dengan risiko tinggi terjadi fraktur harus dimutai
derigan Bagi wanita post menopause, terapi yang diakui untuk
pencegahan dan etidronate, dan terapi hormon pengganti
alendronate, risedronate, zoledronate, atau teriparatide pengobatan
osteoporosis akibat glukokortikoid yaitu alendronate etidronate dan
risedronate, sementara itu terapi pilihan yang diakui baik untuk
wanita danjuga pria adalah teriparatide dan zoledronate.
5. Suplemen calcium dan vitamin D secara luas direkomendasikan
untuk para lansia dan sebagai terapi odtroporosis
6. Efek potensial pada kardiovaskuler akibat pemberian suplemen
calcium masih kontroversial, namun sangat bijaksana jika asupan
calcium melalui makanan ditingkatkan dan menggunakan suplemen
vitamin D saja daripada mengkonsumsi suplemen calcium dan
vitamin D bersamaan .
7. Jika bisphosphonate dihentikan, risiko fraktur dievaluasi ulang tiap
kali setelah terjadinya fraktur baru, atau setelah 2 tahun jika tidak
terjadi fraktur akan tetap ada sampai dengan 3 tahun setelah terapi
dihentikan.

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


13

8. Setelah 3 tahun diterapi dengan zoledronate, manfaat yang timbul


pada BMD tulang panggul dengan skor T BMD 25 SD dapat
mengalami peningkatan risiko fraktur vertebra jika zoledronate
dihentikan
9. Pasien dengan fraktur vertebra sebelumnya atau terapi awal
osteoporosis Rekomendasi pada guideline ini dimaksudkan untuk
membantu dalam keputusan tatalaksana osteoporosis dengan tidak
mengenyampingkan keputusan klinik bagi pasien.

2.2 KONSEP DASAR KELUARGA

2.2.1 Defenisi keluarga


Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan (WHO,1969 dalam Harmoko,2012).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai
hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan terus
menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emsional dan
mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya ( Johnson’s,1992
dalam Padila, 2012).

2.2.2 Struktur Keluarga


Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyarakat. Ada beberapa Struktur keluarga yang ada di
indonesia yang tediri yang terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
1) Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur ayah.
2) Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


14

3) Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama


keluarga sedarah istri.
4) Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah suami.
5) Keluarga kawin, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri
( Padila, 2012 ).

2.2.2.1 . Ciri-ciri struktur keluarga :


1) Terorganisasi, yang saling berhubungan, saling
ketergantun gan antara angggota keluarga.
2) Ada keterbatasan, di mana setiap anggota memiliki kebebasan
tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam
menjlankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3) Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keuarga
empunyai peranan dan fungsi masing-masing.
( padila, 2012 )

Menurut Friedmen ( 1998 ) dalam Harmoko (2012) sruktur


keluarga terdiri atas :
1. Pola dan proses komunikasi
2. Struktur peran
3. Struktur kekuatan dan struktur nilai
4. Norma.
Struktur keluarga oleh Friedmen digambarkan sebagai berikut .

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


15

pola dan
proses Peran
komuniksi

Nilai dan Kekuatan


Norma

Skema 2.2 Struktur Keluarga


Sumber: Harmoko, 2012.
Asuhan Keperawatan Keluarga, hal.20

1. Struktur Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila
dilakukans secara jujur, terbuka, melibatkan emosi,
konflik selesai, dan ada hierarki kekuatan.
Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin menemukakan
peran secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan
menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan
pesan, memberikan umpan balik, dan valid.
2. Struktur Peran
Struktur peran adalah serangkain perilaku yang diharapkan
sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur
perasn bisa bersifat formal maupun informal.
3. Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk
mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain.
Hak ( Legitimate powr), ditiru ( Referent power),

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


16

keahlian ( expert power), hadiah (reward power), paksa


(coercive power), dan affektif power.
4. Struktur Nilai dan Norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma
adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial
tertentu, lingkungan keluarga, dan ligkungan masyarakat
sekitar keuarga.

2.2.3 Tipe Keluarga


Menurut Harmoko ( 2012 ) terdapat berbagai macam tipe yang di
bedakan menjadi tipe keluarga yaitu :
1. Nuclear Family. Keluarga inti yang terdiri atas ayah,ibu, dan anak
yang tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal
dalam suatu ikatan perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja di luar
rumah.
2. Extented Familly. adalah keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman,
bibi, dan sebagainya.
3. Reconstituted Nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu
rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama
maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat
bekerja di luar rumah.
4. Middle Age/Aging Couple. Suami sebagai pencari uang, istri di
rumah/kedua-duanya bekeja di rumah, anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah/ perkawinan/meniti karier.
5. Dyadic Nuclear. Suami istri yang sudah berumur dan tidak
mempunyai anak, keduanya/salah satu bekerja dirumah.

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


17

6. Single Parent. Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian


pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/di luar rumah.
7. Dual Carier. Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
8. Commuter Married. Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-
waktu tertentu.
9. Single Adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan
tidak adanya keinginan untuk menikah.
10. Three Generation. Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11. Institutional. Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam
suatu panti-panti.
12. Comunal. Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang
monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dlam
penyediaan fasilitas.
13. Group Marriage. Satu perumahan teerdiri atas orang tua dan
keturunannya di dalam satu kesatuan keluaga dan tiap individu.
adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah oang tua dari anak-
anak.
14. Unmarried Parent and Child. Ibu dan anak di mana perkawinan
tidak di kehendaki, anaknya di adopsi.
15. Cohibing Cauple. Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama
tanpa pernikahan.
Sedangkan secara umum di Negara Indonesia dikenal dua tipe keluarga,
yaitu tipe keluarga tradisional dan tipe keluarga non tradisional.
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti : suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,istri,
dan anak ( kandung/angkat).
2) Keluarga Besar : keluarga inti ditambah keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah misal kakak, nenek, paman, bibi.

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


18

3) Single Parent : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak ( kandung/angkat ). Kondisi ini dapat disebabkan
oleh kematian/perceraian.
4) Single adult : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
dewasa.
5) Keluarga lanjut usia : terdiri dari suami istri lanjut
usia. b. Tipe Keluarga Non Tradisional
1) Commune Family : lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah.
2) Orangtua ( ayah ibu) yang todak ada ikatan perkawinan dan akan
hidup berdama dalam satu rumah tangga.
3) Homosexual : dua individu yang sejenis hidup dalam satu rumah
tangga

2.2.4 Peran Keluarga


Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai sosial yang
diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal.
Posisi/status adalah posisi individu dalam masyarakat missal status sebagai
istri/ suami (Harmoko, 2012).
a. Peran formal keluarga
Setiap posisi formal dalam keluarga adalah peran-peran yang bersifat
terkait, yaitu sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen.
Keluarga membagi peran secara merata kepada anggotanya. Contoh
peran formal yang terdapat dalam keluarga adalah pencari nafkah, ibu
rumah tangga, sopir, pengasuh anak, tukang masak, dan lain-lain. Jika
seorang anggota keluarga meninggalkan rumah, dan karenanya ia tidak
memenuhi suatu peran maka anggota keluarga lain akan mengambil alih
kekosongan ini dengan memerankan perannya agar terap berfungsi. b.
Peran informal keluarga

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


19

Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, dimainkan


hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu
dan/atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Beberapa contoh
peran informal keluarga adalah pendorong, pengharmoni, inisiator,
pendamai, koordinator, pionir keluarga, dan lain-lain.

2.2.5 Fungsi Keluarga


Menurut Friedman (1998) dalam Harmoko, (2012) ada lima fungsi dasar
keluarga diantaranya adalah:
1. Fungsi afektif (the affective function)
Fungsi afektif berkaitan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.. Dukungan (
Reinforcement ) yang semuaya dipelajari dan dikrmbangkan melalui
interaksi dalam keluarga. Fungsi afektif merupakan sumber energi
yang menentukan kebahagiaan keluarga. Adanya perceraian,
kenakalan anak, atau masalah lain yang sering timbul dalam keluarga
dikarenakan fungsi afektif yang tidak terpenuhi. Komponen yang
perlu dipenuhi oleh keluarga untuk fungsi afektif antara lain.
a. Memelihara saling asuh ( mutual nurturance )
Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, dan
saling mendukung antara anggota. Setiap anggota yang mendapat
kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain, maka
kemampuannya untuk memberi akan meningkat, sehingga tercipta
hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim
dalam keluarga merupakan modal dasar dalam membina
hubungan dengan orang lain di luar keluargaDengan demikian,
akan timbul adanya sikap saling mendukung dan kehangatan
emosiona.
b. Keseimbangan saling menghargai

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


20

Pendekatan yang cukup baik untuk menjadi orangtua siistilahkan


dengan keseimbangan saling menghargai. Adanya sikap saling
menghargai dengan mempertahankan iklim yang positif dimana
setiap anggota diakui serta dihargai keberadaan dan haknya
sebagai orang tua maupun sebagai anak, sehingga fungsi afektif
akan tercapai. Tujuan utama dari pendekatan ini adalah keluarga
harus memlihara suasana di mana harga diri, hak kedua orang
tua, dan hak anak sangat dijunjung tinggi.
c. Pertalian dan identifikasi
Kekuatan yang besar di balik persepsi dan kepuasan dari
kebutuhan-kebutuhan individu dalam keluarga adalah pertalian
(bonding) atau kasih sayang ( attachment ) digunakan secara
bergantian.
d. Keterpisahan dan keterpaduan
Salah satu asalah pokok psikologis yang sentral dan menonjol
yang melipti kehidupan keluarga adalah cara keluarga memenuhi
kebutuhan psikologis, memengaruhi identitas diri, dan harga diri
individu. Untuk merasakan dan memenuhi kebutuhan psikologis,
anggota keluarga harus mencapai pola keterpisahan (separatness)
dan keterpaduan (connectedness) yang memuaskan. Anggota
keluarga berpadu dan berpisah satu sama lain.

2. Fungsi sosialisasi (the socialization function)


Sosialisasi dimulai pada saat lahir dan akan diakhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsug seumur hidup, di
mana individu secara kontinu mengubah perilaku mereka sebagai
repons terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alam.
Keluarga merupakan tempat individu melakukan sosialisasi. Pada
setiap tahap perkembangan keluarga dan individu ( anggota keluarga )
dicapai melalui interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


21

sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, serta


perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga, sehingga
individu mampu berperan di masyarakat.

3. Fungsi Reproduksi (the reproductive function)


Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga
berencana, maka fungsi ini sedikit terkontrol. Di sisi lain banyak
kelahiran yang tidak diharapkan atau di luar ikatan perkawinan,
sehingga lahirlah keluarga baru dengan satu orang tua.

4. Fungsi ekonomi (the economic function)


Untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti:makanan, pakaian, dan
perumahan, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi
ini sulit dipenuhi oleh keluarga yang berada di bawah garis
kemiskinan. Perawat bertanggung jawab untuk mencari sumber-
sumber di masyarakat yang dapat digunakan oleh keluarga dalam
meningkatkan status kesehatan.

5. Fungsi perawatan keluarga/pemeliharaan kesehatan (the health care


function)
Bagi para profesional kesehatan keluarga, fungsi perawatan
kesehatan merupakan pertimbangan vital dalam pengkajian keluarga.
Guna menempatkan dalam sebuah persektif, fungsi ini merupakan
salah satu fungsi keluarga yang memerlukan penyediaan kebutuhan-
kebutuhan fisik, seperti; makanan, pakaian, tempat tinggal, dan
perawatan kesehatan, jika dilihat dari perspektif masyarakat, keluarga
merupakan sistem dasar, dimana perilaku sehat dan perawatan
kesehatan diatur, dilaksanakan,dan diamankan.

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


22

2.2.6 Pengertian Perawatan Kesehatan Keluarga


Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada kelaurga sebagai unit atau
kesatuan yang dirawat,dengan sehat dengan tujuan melalui perawatan sebagai
saran/penyalur (Jhonson & Leny, 2010). a. Tujuan kesehatan keluarga

Tujuan meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan


keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
1) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengindentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah
kesehatan dasar dalam keluarga
3) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat
dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya
4) Meningkatkan kemamampuan keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengalami
masalah kesehatan anggota keluarganya.
5) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya.
(Jhonson & Leny, 2010)

b. Tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.


Tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga,yaitu :
1) Mengenal perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3) Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,dan yang
tidak dapat membantu diri sendiri karena cacat atau usia yang terlalu muda.
4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


23

5) Mempertahankan hubungan timbal balik antar keluarga dan lembaga


lembaga kesehatan,yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
fasilitas kesehatan yang ada. (Jhonson & Leny, 2010).

c. Sasaran perawatan kesehatan keluarga


1) Keluarga sehat
Jika seluruh anggota sdalam kondisi sehat tetapi memerlukan antisipasi
terkaidt dengan siklus perkembangan manusia dan tahapan tumbuh
kembang keluarga. Focus intervensi keperawatan terutama pada pormosi
kesehatan dan pencegahan penyakit.
2) Keluarga resiko tinggi dan rawan kesehatan
Jika satu atau lebih keluarga memerlukan perhatian khusus. Keluarga resiko
tinggi termasuk keluarga yang memiliki kebutuhan untuk menyesuaikan
diri terkait siklus perkembangan anggota keluarga, keluarga dengan factor
resiko penurunan status kesehatan misalnya: bayi BBLR, balita dengan gizi
buruk, bumil anemi, lansia lebih dari 70 tahun atau dengan masalah
kesehatan, remaja penyalahgunaan narkoba.
3) Keluarga yang memerlukan tindak lanjut
Keluarga yang anggota keluarganya mempunyai masalah kesehatan dan
memerlukan tindak lanjut pelayanan keperawatan/kesehatan misalnya: klien
pasca hospitalisasi penyakit kronik, penyakit degenerative, tindakan
pembedahan, penyakit terminal. (Muhlisin, 2012)

2.2.7 Peran Perawat Keluarga


Perawat kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan
pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga sehat. Fungsi
perawat, membantu keluarga menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara
meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga. Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan
adalah ssebagai berikut :

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


24

a. Pendidik, Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada


keluarga agar (a) keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan
secara mandiri dan (b) bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan
keluarga.
b. Koordinator, Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar
pelayanan yang komperhensive dapat tercapai.koordinasi juga sangat
diperlukan untk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin
ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
c. Pelaksana, Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah,
klinik maupun dirumah sakit bertanggungjawab dalam memberikan
perawatan langsung.
d. Pengawasan kesehatan, Sebagai pengawasa kesehatan perawat harus
melakukan “ home visit” atau kunjungan rumah yang teratur untuk
mengindetifikasi kan atau melakukan tentang kesehatan keluarga.
e. Konsultan (penasehat), Perawat sebagai narasumber bagi keluarga didalam
mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada
perawatat maka hubungan perawat – keluarga harus dibina dengan baik,
perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.
f. Kolaborasi, Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan
rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap
kesejayan keluarga yang optimal.
g. Fasilitator, Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga
didalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
h. Penemu Kasus, Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah
mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehinggatidak terjadi
ledakan atau wabah.
i. Moditifikasi Lingkungan, Perawat komunitas juga harus dapat
memoditifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun lingkungan
masyarakat agar dapat tercipta lingkungan yang sehat. (Jhonson, 2010).

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


25

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan individu
sebagai anggota keluarga. Tahapan dari proses keperawatan keluarga adalah sebagai
berikut :
Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga. Pengkajian keluarga
dilakukan dengan cara mengidentifikasi data demografi, data sosial kultural, dan data
lingkungan, struktur keluarga., fungsi keluarga, stress dan koping yang digunakan
keluarga, seta perkembangan keluarga sedagkan pengkajian terhadap individu sebagai
anggota meliputi :
- Pengkajian fisik, mental, emosi, dan spiritual.
- Perumusan diagnosis keperawatan
- Penyusunan perencanaan.
- Pelaksanaan asuhan keperawatan.
- Evaluasi

(Muhlisin, 2012).

2.3.1 Pengkajian
Menurut Mubarak, dkk ( 2012 ), pengkajian adalah tahapan seorang
perawat mengumpulkan ingormasi secara terus-meneruster hadap anggota
keluarga yang di binanya. Secara garis besar data dasar yang di pergunakan
mengkaji status keluarga adalah :
1.Struktur dan karakteristik keluarga
2.Sosial,ekonomi dan budaya
3.Faktor lingkungan
4.Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga.
5.Psikososial keluarga.
Hal-hal yang perlu di kaji seorang perawat adalah sebagai berikut :
1. Data umum
a. Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada,
pekerjaan, pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


26

terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin, tanggal lahir atau
umur, hubungan kepala keluarga, status imunisasi dari masing-
masing anggota keluarga, dan genogram.
b. Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga.
c. Suku bangsa atau latar belakang budaya ( etnik), mengkaji asal
suku bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasibudaya suku
bangsa tekait dengan kesehatan.
- Latar belakang etnik keluarga atau anggota keluarga.
- mempunyai kepercayaan tradisional dalam bidang kesehatan.
d. Agama, Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti :
- Apakah ada anggota keluarga yang berbeda dalam keyakinan
beragamanya;
- Bagaimana keterlibatan keluarga dalam kegiatan aama atau
organisasi keagamaan;
- Agama yang dianut oleh keluarga;
- Kepercayaan keluarga, terutam dalam hal kesehatan.
e. Status sosial ekonomi keluarga yang ditentukan oleh pendapatan,
baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
Selain itu, status sosial ekonomi keluarga ditetukan pula oleh
kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barag-
barang yang dimiliki oleh keluarga seperti:
- Jumlah pendapatan perbulan;
- Sumber-sumber pendapatan per bulan;
- Jumlah pengeluaran per bulan;
- Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga;
- Bagaimana keluarga mengatur pendapatan dan pengekuaran nya.
f. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga
tidak hanya dilihat dari kapan keluarga pergi berama-sama untuk

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


27

mengunjungi tempat rekreasi, namun dengan menonton TV dan


mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi, selain itu
perlu dikaji pula penggunaan waktu luang atau senggang keluarga.

2. Genogram
Menurut Padila ( 2012 ), genogram keluarga merupakan sebuah
diagram yang menggambarkan konstelasi keluarga (pohon keluarga).
Genogram merupakan alat pengkajan informatf yang digunaka ntuk
mengetahui keluarga, riwayat dan sumber-sumber keluarga. Diagram
ini menggambarkan hubungan vertikal (lintas generasi) dan horizontal
(dalam generasi yang sama) untuk memehami kehidupan keluarga
dihubungkan dengan pola penyakit. Untuk hal tersebut, maka
genogram keluarga harus memuat informasi tiga generasi (keluarga
inti dan keluarga masing-masin orangtua).

Laki-laki Perempuan Klien yang di Identifikasi Meninggal

kawin Pisah Cerai

Tidak Menikah anak adopsi/angkat Aborsi/keguguran

Kembar Anggota Serumah

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


28

Gambar 2.1 Simbol-simbol Dalam Genogram


Sumber: Padila , 2012. Keperawatan Keluarga, hal.94

3.Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi menjelaskan
mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan
tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat Keluarga Inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing anggota keluarga, perhatikan keluarga terhadap pencegahan
penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan
yang bisa di gunakan keluarga dan pengalaman terhadap pelayanan
kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak
suami dan istri.

4. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah.
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, dan jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank
dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta
dilengkapi dengan denah rumah.

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


29

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Menjelskan mengenai karakteristik darii tetangga dan komunitas
setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau
kesepakatan penduudk setempat serta budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan
keluarga berpindah tempat.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpullan keluarga yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat.
5.Struktur keluarga
1) Sistem pendukung keluarga
Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimilliki keluarga untuk
menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis
atau dungnan dari anggota keluarga daan fasilitas sosial atau
dukungan dari masyarakat setempat.
2) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antara anggota keluarga.
- Apakah anggota keluarga mengutarakan kebutuhan-kebutuhan dan
perasan mereka dengan jelas.
- Apakah angota keluarga memperoleh dan memberikan respons
dengan bai terhadap pesan.
- Apakah anggota kelurga mendengar dan mengikuti pesan.
- Bahasa apa yang digunakan dalam keluarga.
- Pola yang digunakan dalam komunikasi untuk menyampaikan pesan
( langsung atau tidak langsung).

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


30

- Jenis-jenis disfungsional komunikasi apa yang terlihat komunitas


keluarga.
3) Struktur Kekuatan Keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaru hi
orang lain untuk mengubah perilaku.
4) Struktur Peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.
5) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang di anut oleh keluarga
yang berhubungan dengan kesehatan.

6. Fungsi keluarga.
1) Fungsi efektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perassan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya.
2) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta prilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh
mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan
keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat
dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan lima tugas kesehatan
keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan
perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, menciptakan
lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan mampu

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


31

memenfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan


setempat.

Hal-hal yang perlu dikaji sejauh mana keluarga melakukan


pemenuhan tugas perawatan kesehatan keluarga adalah :
a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehtan, maka perlu dikaji sejauh mana keluarga mengetahui
fakta dari masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan
gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta
persepsi keluarga terhadap masalah.
4. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai sistem reproduksi keluarga adalah :
a) Berapa jumlah anak?
b) Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga?
c) Metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga?
5. Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :
a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan,
dan papan?
b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada
dimasyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga?
7. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan jangka panjang
a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari
enam bulan.

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


32

b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialamu keluarga


yang memerlukan penyelsaian dalam waktu lebih dari enam
bulan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor dikaji sejauh
mana keluarga berespon terhadap stressor.
3) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan/stress.
4) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan/stress.
8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. metode
yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.
9. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.

2.3.2. Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan (problem/p)
yang berkenaan pada individu dalam keluarga yang sakit berhubungan dengan
etiologi (E) yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga ( Muhlisin,
2012).

Diagnosa yang bisa didapat dari ( Nurarif & Kusuma, 2015):


1. Gangguan Citra Tubuh
2. Nyeri
3. Risiko Cidera
4. Hambatan Mobilitas
5. Defisit perawatan diri
6. Defisiensi pengetahuan
7. Ansietas

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


33

Menurut Mubarak, dkk ( 2012 ), tipologi dari diagnosa keperawatan yaitu:

1. Diagnosis aktual (terjadinya devisit atau gangguan kesehatan).


Dari hasil pengkajian di adapatkan data umummengenai tanda dan
gejaladari gangguan kesehatan,di mana masalah kesehatan yang di alami
oleh keluarga memerlukan bantuan untuk memerlukan penangan dengan
cepat.Secara umum faktor-faktor yang berhubungan dengan diagnosis
keperawatan keluarga adalah sebagai berikut :
a. Ketidak tahuan (kurangnya pengetahuan,pemahaman dan
kesalahan persepsi).
b. Ketidak mauan (Sikap dan Motivasi).
c. Ketidak mauan (Kurangnya keterampilan terhadap sesuatu prosedur
atau tindakan,kurangnya sumber daya keluarga,baik finansial,sistem
pendukung,lingkungan fisik,dan psikologis).
2. Diagnosis resiko tinggi (Ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi
tanda tersebut dapat menjadi masalah aktual apabila tidak segera
mendapatkan bantuan pemecahan dari tim kesehatan dan keperawatan.
3. Diagnosis potensial (Keadaan sejahtera atau wellnes).
Suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahterah maka kesehatan
dalam keluarga dapat di tingkatkan.

Menurut Balion dan Maglaya (1978) dalam buku Harmoko (2012)


menyatakan bahwa prioritas masalah kesehatan keluarga dpat di ukur dengan
menggunakan proses skoring sebagai berikut:

Kriteria Masalah
Tabel 2.3.1 Sumber: Mubarak, dkk ( 2012 )
Ilmu Keperaatan Komunitas Konsep dan Aplikasi, Hal 105

No Kriteria Skor Bobot

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


34

1. Sifat masalah 1
Tidak atau kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Krisis atau keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat di ubah 2
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dapat di 1
Cegah

Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Masalah berat,harus segera di tangani 2
Ada masalah,tetapi tidak perlu segera di 1
Tangani

Masalah tidak di rasakan 0

Proses skoring di lakukan untuk setiap diagnosis keperawatan


dengan cara berikut ini.

1. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah di buat.


2. Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan
dengan bobot
Skor X Bobot

Angka Tertinggi

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


35

3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5,


sama dengan seluruh bobot.

2.3.3. Intervensi
Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan
yang direncanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan
atau mengatasi masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah
diidentifikasi (Mubarak dkk, 2012).
Freeman (1970), dalam Friedman dalam Padila, (2012)
mengklasifikasikan intervensi keperawatan keluarga menjadi:
a. Intervensi suplemental
Perawat sebagai pemberi perawatan langsung dengan mengintervensi
bidang-bidang yang keluarga tidak dapat melakukannya.
b. Intervensi fasilitatif
Perawat berusaha memfasilitasi pelayanan yang diperlukan keluarga
seperti pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi dan
pelayanan kesehatan di rumah.
c. Intervensi perkembangan
Perawat melakukan tidakan dengan tujuan memperbaiki dan
meningkatkan kapasitas keluarga dalam perawatan diri dan tanggung
jawab pribadi.

2.3.4 Implementasi
Pada kegiatan implementasi perawat perlu melakukan kontrak terlebih
dahulu agar keluarga dapat siap dari segi fisik maupun psikologisnya dalam
menerima asuhan keperawatan ,kontrak meliputi waktu
pelaksanaan,materi,siapa yang melaksanakan,siapa anggota keluarga yang
perlu mendapatkan pelayanan( Widyanto,2014).
Implementasi keperawatan keluarga mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
1. Memberikan informasi
2. Mengidentifikasikan kebutuhan harapan dan tentang kesehatan
3. Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara:

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


36

1. Mengidentifikasikan konsekuensi tidak melakukan tindakan


2. Mengidentifikasikan sumber-sumber yang di miliki keluarga
3. Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara:
1. Mendemonstrasikan cara perawatan
2. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
3. Mengawasi keluarga melakukan tindakan keluarga.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat dengan cara :
1. Menemukan sumber-sumber yang dapat di gunakan keluarga
2. Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada dengan cara :
1. Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di
lingkungan keluarga
2. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada. (Widyanto,2014).
2.3.5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang di lakukan untuk menilai
keberhasilan rencana tindakan yang di lakukan perawat,apabila tidak atau belum
berhasil perlu di susun rencana baru yang susai.Semua tindakan keperawaan
mungkin tidak dapat di laksanakan dalam satu kali kunjungan rumah ke
keluarga (Widyanto,2014).
Evaluasi di bagi menjadi dua jenis yaitu :
1. Evaluasi berjalan (formatif)
Merupakan evaluasi yang di kerjakan dalam bentuk kegiatan pengisian
catatan perkembangan berorientasi pada masalah yang di lami
klien.format yang di gunakan dalam evaluasi ini adalah SOAP.
2. Evaluasi akhir (Sumatif).
Evaluasi yang di kerjakan dengan membandingkan antara tindakan yang
telah di kerjakan dengan tujuan ingin di capai.jika kesenjangan,maka
proses keperawatan dapat di tinjau kembali untuk mendapatkan data

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


37

guna memodifikasi perencanaan.Format yang di gunakan dalam evaluasi


sumatif adalah SOAPIER.

2.4. Konsep Asuhan Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik Dengan Osteoporosis

2.4.1 Definisi
Keterbatasaan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara
mandiri(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Tingkat mobilisasi fisik:
a. Tingkat 0 : Mandiri Total
b.Tingkat 1 : Memerlukan penggunaan peralatan atau alat bantu
c. Tingkat 2 : Memerlukan bantuan dari orang lain untuk pertolongan,
pengawasaan, atau pengajaran
d.Tingkat 3 : Membutuhkan bantuan dari orang lain dan peralatan atau alat
bantu

e. Tingkat 4 : Ketergantungan, tidak berpartisipasi dalam aktivitas

2.4.2 Batasan Karakteristik


a. Penurunan waktu reaksi
b. Kesulitan membolak-balik posisi
c. Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan ( mis,
Meningkatkan perhatian pada aktivitas orang lain, mengendalikan
prilaku, fokus pada aktifitas sebelum sakit )
d. Dispnea setelah beraktifitas
e. Perubahan cara berjalan
f. Gerakan bergetar
g. Keterbatasaan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus
h. Keterbatasaan kemampuan melakukan ketrampilan motorik kasar
i. Keterbatasaan rentang pergerakan sendi
j. Tremor akibat pergerakan
k. Ketidakstabilan postur

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


38

l. Pergerakan lambat
m. Pergerakan tidak terkoordinasi

2.4.3 Faktor yang Berhubungan


Faktor – faktor yang berhubungan dalam hambatan mobilitas ini
adalah sebagai berikut (Carpenito, 2000) :
a. Patofisilogis
- Perubahan saraf otonom
- Penyakit sistem saraf
- Distrofi otot
- Paralisis / lumpuh sebagian
- Tumor pada sistem saraf otak
- Peningkatan tekanan intra kranial
- Penurunan fungsi sensori
b. Tindakan
- Pemasangan alat – alat ekternal
- Tidak cukupnya kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi terhadap
prostese, kruk, dan alat bantu jalan
c. Situasional
- Kelemahan
- Kurangnya motivasi
- Nyeri
d. Maturasional
- Defisiensi tulang kongenital
- Osteimielitis
- Displasia panggul kongenital
- Penurunan ketangkasan gerakan dan kelemahan otot

2.4.4 Kriteria Pengkajian Fokus


1. Data Subjektif
a. Kaji karakteristik yang utama

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


39

- Riwayat gejala
- Nyeri, Kelemahan otot, Kelelahan
b. Kaji faktor – faktor yang berhubungan
- Riwayat gangguan sistemik Neurologis, Kardiovaskuler,
Muskuloskeletal, Pernapasan
- Riwayat gejala yang berhungan dengan mobilitas
Awitan, Durasi, Lokasi, Gambaran
- Riwayat trauma masa lalu fraktur, Trauma kepala, Bedah
- Pemakaian obat Sedatif, Hipnotik, Depresan SSP, Laksatif
2. Data Objektif
a. Kaji karakteristik
- Gerakan tangan yang dominan
- Fungsi motorik
- Mobilitas fisik
- Beban berat badan
- Gaya berjalan
- Penggunaan alat bantu
- Rentang gerak tubuh /
sendi b. Ketahanan
- Kaji tekanan nadi, tekanan darah, pernapasan saat istirahat
- Kaji tekanan nadi, tekanan darah, pernapasan setelah aktivitas
- Kaji denyut sistolik
- Kaji adanya peningkatan secara berlebihan, penurunan frekuensi,
perubahan serebraal, perubahan keseimbangan
c. Kaji faktor – faktor penyebab
- Sirkulasi perifer
- Waktu pengisian kapiler, warna kulit, suhu dan turgor
- Motivasi

2.4.5 Tindakan Keperawatan

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


40

Menurut Carpenito (2000), tindakan yang dapat dilakukan pada klien


dengan hambatan mobilitas fisik yaitu sebagai berikut :
a. Meningkatkan mobilitas fisik yaitu dengan mengajarkan latihan gerak
pada klien, latihan tersebut dapat berupa latihan ROM baik secara
aktif maupun secara pasif.
b. Posisikan klien pada posisi fisiologis untuk mencegah komplikasi
c. Pertahankan posisi yang benar saat menggunakan alat – alat mekanik
d. Memberikan pendidikan tentang keadaan dan terapi yang dilakukan
e. Bantu klien menggunakan alat bantu

2.5. Implemenasi keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik pada Osteoporosis

2.5.1 ROM (Range of Motion)


a. Pengertian ROM ( Range of Motion )
Rentang gerak ( Range of motion ) adalah jumlah pergerakan
maksimum yang dapat dilakukan pada sendi, di salah satu dari tiga
bidang, yaitu sagital, frontal, atau transversal. Bidang sagital adalah
bidang yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh
menjadi sisi kanan ke sisi kiri. Bidang frontal melewati tubuh dari sisi ke
sisi dan membagi tubuh ke depan dan ke belakang. Bidang transversal
adalah bidang horizontalyang membagi tubuh ke bagian atas dan bawah.
(Lukman & Ningsih. 2012 )
b. Tujuan ROM
Tujuan ROM adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan
fleksibilitas dan kekuatan otot, mempertahankan fungsi jantung dan
pernapasan, mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi. (Lukman
& Ningsih. 2012 )
c. Manfaat ROM

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


41

Menurut Potter and Perry (2005), latihan ROM memiliki beberapa


manfaat bagi penderita osteoporosis , manfaat tersebut yaitu sebagai
berikut
1.Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot didalam
melakukan pergerakan.
2.Mengkaji tulang, sendi dan otot.
3.Mencegah terjadinya kekakuan sendi.
4.Memperlancar sirkulasi darah.
5.Memperbaiki tonus otot.
6.Meningkatkan mobilisasi sendi.
7.Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

d. Klasifikasi Latihan ROM meliputi:


1.Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan pasien
dengan bantuan perawat setiap gerakan.
2.Latihan ROM aktif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh
pasien tanpa bantuan perawat di setiap gerakan yang dilakukan.
(Lukman & Ningsih. 2012 )

e. Prinsip Dasar Latihan ROM


Melakukan tindakan ROM memiliki prinsip – prinsip
pelaksanaannya. Prinsip- prinsip tersebut adalah
1.ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali
sehari
2.ROM dilakukan perlahan dan hati-hati agar tidak melelahkan pasien,
3.Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,
diagnosis, tanda vital, dan lamanya tirah baring,
4.ROM sering diprogramkan oleh dokter dan dikerjakan oleh fisioterapi
atau perawat
5.ROM di lakukan pada bagian-bagian tubuh yaitu, leher, jari, lengan,
siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


42

6.ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada


bagian-bagian yang dicurigai mengalami proses penyakit
7.Melakukan ROM harus sesuai dengan waktunya, misalnya setelah
mandi atau perawatan rutin telah dilakukan. (Maimurahman dan
Fitria, 2012 )

f. Gerakan ROM ( Rom Of Motion )


Menurut Potter & Perry (2006), ROM terdiri dari gerakan pada
persendian sebagai berikut.

Tabel 2.5.1
1. Kaki dan pinggul

Gerakan Penjelasaan Derajat

Fleksi Gerakan kaki ke depan dan ke atas 90-120°

Ekstensi Kembalikan kaki ke posisi semula 90-120°

Hiperekstensi Gerakan kaki ke belakang tubuh 30-50°

Abduksi Gerakkan kaki ke samping menjauhi tubuh 30-50

Adduksi Gerakkan kaki ke belakang menuju posisi trngah 30-50


dan melewati posisi tengah jika memungkinkan

Rotasi internal Balikan kaki dan tungkai bawah menjauhi 90°


tungkai bawah yang lain

Rotasi eksternal Balikan kaki dan tungkai bawah mendekati 90°


tungkai bawah yang lain

Sirkumsisi Gerakan kaki melingkar 90°

Gambar Range Of Motion 2.5.1

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


43

Sumber : Potter Perry (2006), diakses 20 November 2018


2. Lutut
Tabel 2.5.2

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Mengerakan tumit ke arah belakang rentang 120-
paha. 130°

Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai. rentang 120-


130°

Gambar 2.5.2 Pergerakan Lutut

Sumber : Potter Perry (2006), diakses 20 November 2018

7. Diagnosa Keperawatan
Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder
akibat perubahan skeletal (kifosis) atau fraktur baru

8. Intervensi Keperawatan
Hambatan mobilisasi Fisik ( Nanda NIC NOC dalam Nurarif dan
Kusuma, 2015 )
1) Monitoring vital sign sebelum atau sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat latihan ROM
2) Konsultasikan dengan terapi fisik tentang fisik tentang rencana
ambulasi sesuai kebutuhan

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


44

3) Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah


terhadap cidera
4) Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
5) Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
6) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri
sesuai kemampuan
7) Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi ADL
8) Berikan alat bantu jika pasien memerlukan
9) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan

2.5.2 Latihan Beban


a. Pengertian Latihan Beban
Aktivitas fisik apa pun dapat membantu memelihara tulang kalau
melakukannya dengan suatu penekanan/benturan baru pada tulang.
Tetapi beberapa bentuk latihan lebih baik atau lebih besar bobotnya dari
pada latihan yang lain dalam hal meningkatkan massa tulang. Dan perlu
juga diingat bahwa beberapa latihan-latihan olahraga, yang dapat
meningkatkan massa tulang dengan baik, dapat merupakan latihan yang
terlalu berat bagi persendiaan, lebih-lebih kalau telah mengalami
osteoporosis.
Salah satu macam olahraga yang baik dilakukan, yaitu latihan-latihan
beban, karena dapat meningkatkan kepadatan tulang pada darah-daerah
tertentu pada tulang kerangka kita. Penderita Osteoporosis sering
mengalami patah tulang pada punggung, paha, dan lengan bawah. Patah
tulang dapat dicegah dengan melakukan latihan beban. Latihan beban
dapat dilakukan dengan dumbbell, berat badan sendiri, leg press
machine dan pita elastis.

b. Manfaat Latihan Beban

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


45

Latihan beban yang dilakukan secara teratur dan benar gerakannya


bermanfaat bagi penderita osteoporosis. Salah satu penelitian yang
dilakukan oleh Miriam, bersama teman-temannya di Universitas Tuft
Boston. menunjukkan bahwa ada suatu peningkatan pada daerah
tertentu dengan melakukan Latihan Beban. Kelompok yang mengikuti
latihan beban lima macam rata-rata dapat memelihara kepadatan
tulangnya pada daerah pinggul dan punggung, sedangkan yang tidak
mengikuti latihan kepadatan tulangnya menurun. Latihan dengan
menggunakan beban dalam (berat badan sendiri), untuk penderita
osteoporosis bervariasi gerakannya sehingga berguna untuk
memberikan konstribusi dalam kekuatan tulang

c. Klasifikasi Latihan Beban


Latihan beban juga bersifat individual karena setiap orang kekuatannya
berbeda walaupun usia dan berat badannya sama. Untuk meningkatkan
massa tulang, latihan harus berkelanjutan dan diintensifkan terus-
menerus. Program latihan yang dijalankan harus menghindari bagian
tubuh yang lemah. Penderita osteoporosis sebaiknya berlatih
didampingi instruktur, dengan beban disesuaikan, dan tidak perlu
berlebihan. Pada permulaan latihan diutamakan kelenturan sendi dan
secara bertahap ditingkatkan dengan pemberian latihan kekuatan pada
tubuh. Peningkatan latihan tergantung respon masing-masing, tidak
boleh tergesa-gesa.

d. Gerakan Latihan Beban untuk Penderita Osteoporosis


Agar aman bagi yang sudah terkena osteoporosis yang memberikan
benturan dan pembebanan pada tulang punggung. Ini berarti jangan
melompat, senam aerobik benturan keras. Lalu jangan berolahraga atau
beraktivitas fisik yang mengharuskan untuk membungkuk ke depan dari

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


46

pinggang dengan punggung melengkung seperti, sit up, crunch¸meraih


jari-jari kaki, atau berlatih dengan mesin dayung. (Mulyaningsih, 2008)
Berikut latihan yang aman dilakukan menurut Sugiarto, 2015 :
1. Latihan dengan Beban Dalam (berat sendiri)
Latihan dengan menggunakan beban dalam (berat badan sendiri)
untuk penderita osteoporosis bervariasi gerakannya. Sebagai
contoh adalah latihan untuk menguatkan otot punggung.
- Posisi awal latihan back extension untuk otot punggung, yaitu
penderita berbaring menelungkup Latihan back extension
berguna bagi penderita osteoporosis, khususnya mencegah proses
kyphosis. Tahap selanjutnya, kepala dan dada diangkat selama
beberapa detik dengan bantuan matras sebagai penopang. Latihan
dilakukan 5 sampai 10 kali dan frekuensinya tiga kali seminggu.
Peningkatan latihan dapat dilakukan setelah penderita merasa
terbiasa/ ringan dalam mengangkat bebannya.
- Latihan menggunakan berat badan sebagai beban dapat
dipakai latihan penguatan otot perut. Pertama latihan
dilakukan perlahan , 5-10 kali per satu sesi, tiga kali seminggu
dan sekali sehari. Latihan dilakukan dengan berbaring terlentang
dengan meletakkan tangan pada ruang di antara tulang punggung
dan matras, selanjutnya mengangkat kaki bersamaan kira-kira 20
sampai 40 derajat selama beberapa detik kemudian turun lagi ke
posisi semula.

Gambar 2.5.3 Latihan Beban Dalam (Berat Sendiri)

Sumber : Ricky Wahyu Sugiarto (2015), Diakses 19 September 2018

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


47

2.5.3 Pendidikan Kesehatan


a. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu bentuk strategi intervensi
atau upaya dalam pelayanan keperawatan komunitas. Pendidikan
kesehatan mencakup pemberian informasi yang sesuai, spesifik, diulang
terus menerus, sehingga dapat memfasilitasi perubahan perilaku
kesehatan. Program pendidikan kesehatan digunakan untuk meningkatkan
kemampuan seseorang dalam merubah gaya hidupnya menjadi positif,
mendukung peningkatan kesehatan dan kualitas hidup komunitas serta
meningkatkan partisipasi seseorang dalam merawat kesehatannya sendiri.
Pendidikan kesehatan yang efektif dapat dilakukan dengan mengkaji
kebutuhan seseorang terhadap informasi, mengidentifikasi hambatan
seseoarang dalam belajar (Widyanto, F.C, 2014).

b. Tujuan pendidikan kesehatan


Pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah perilaku individu,
keluarga, serta masyarakat dari perilaku yang tidak sehat menjadi sehat.
Perilaku yang tidak sesuai dengan nilai – nilai kesehatan menjadi perilaku
yang sesuai dengan nilai – nilai kesehatan atau dari perilaku yang negatif
menjadi perilaku yang positif. Perilaku – perilaku yang perlu dirubah
misalnya adalah merokok, takut minum obat, minum – minuman keras,
membuang sampah sembarangan, tidak mencuci tangan sebelum
makandan lain sebagainya. Pendidikan kesehatan juga bertujuan untuk
merubah perilaku yang kaitan dengan budaya. Sikap dan perilaku
merupakan bagian dari budaya yang ada di lingkungan (Widyanto, F.C,
2014).

c. Metode dan Alat Bantu Pendidikan Kesehatan


Metode pendidikan kesehatan menurut Sulistiawati (2005);

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


48

1) Metode pendidikan individual (perorangan), bentuk dari pendekatan


ini, antara lain:
a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling).
Dengan cara ini kontak antar klien dan petugas lebih intensif,
setiap masalah yang di hadapi klien dapat dikorek dan dibantu
menyelesaikan.
b) Interview (wawancara).
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk
menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima
perubahan. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih
mendalam lagi.

2) Metode pendidikan kelompok


Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus mengingat
besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada
sasaran, misalnya:
a) Ceramah, metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi
maupun rendah.
b) Seminar, metode ini cocok untuk sasaran kelompok besar
dengan pendidikan menengah ke atas.

3) Alat bantu (media) pendidikan pasien Osteoporosis


a) Booklet. Berisi penjelasan dalam gambaran dan tulisan tentang:
Kesehatan lansia, masalah osteoporosis, ciri-ciri penyakit
osteoporosis, penyebab osteoporosis, , fungsi dan tugas
keluarga.
b) Leaflet. Berisi perawatan pasien Osteoporosis dengan gangguan
mobilitas fisik di rumah.

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


BAB III

STUDI KASUS

3.1. Rancangan Studi Kasus

Desain studi kasus ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk
mengeksplorasi masalah keperawatan pada keluarga dengan Hambatan Mobilitas Fisik
Osteoporosis di wilayah kerja Puskesmas Kampus Palembang. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta dokumentasi. Serta penerapan
implementasi keperawatan pada klien dan keluarga.

3.2. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini adalah kerangka antara hubungan variabel


independen yaitu implementasi keperawaran dengan variabel dependen hambatan
mobilitas fisik pada lansia dengan Osteoporosis.

Implementasi keperawatan
1. Latihan Range Of
Hambatan mobilitas fisik

pada Lansia dengan Motion


Osteoporosis. 2. Latihan Beban
Berat
3. Pemberian
Pendidikan
Kesehatan.

Skema 3.1 Kerangka Konsep

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


49
50

3.3. Definisi Operasional

1. Implementasi adalah suatu tindakan keperawatan,perawat perlu melakukan


kontrak terlebih dahulu agar keluarga dapat siap dari segi fisik maupun
psikologisnya dalam menerima asuhan keperawatan ,kontrak meliputi waktu
pelaksanaan, materi, siapa yang melaksanakan, siapa anggota keluarga yang
perlu mendapatkan pelayanan.
2. Tindakan Latihan Range Of Motion adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot.
3. Latihan beban adalah latihan dengan menggunakan beban dalam (berat badan
sendiri) guna meningkatkan massa tulang dan membangun kekuatan tulang
sehingga aktivitas sehari-hari dapat kembali normal.
4. Pemberian pendidikan kesehatan adalah salah satu bentuk strategi intervensi
atau upaya dalam pelayanan keperawatan komunitas. Pendidikan kesehatan
mencakup pemberian informasi yang sesuai, spesifik, diulang terus menerus,
sehingga dapat memfasilitasi perubahan perilaku kesehatan.
5. Hambatan mobilitas fisik adalah pengalaman sensori dan emosional yan1g
tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial. Hambatan mobilitas fisik adalah alasan utama seseorang untuk
mencari bantuan perawatan kesehatan.
6. Osteoporosis merupakan kondisi terjadinya penurunan densitas/ matriks/
massa tulang, peningkatan prositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi
disertai dengan kerusakakn arsitektur mikro jaringan tulang yang
mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga tulang menjadi mudah
patah.

3.4. Subjek Studi Kasus

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


51

Subyek studi kasus yang digunakan dalam studi kasus keperawatan adalah lansia
dengan Osteoporosis yang mengalami hambatan mobilitas fisik di wilayah kerja
Puskesmas Kampus Palembang .
Adapun subyek studi kasus adalah berjumlah dua orang dengan kriteria sebagai
berikut :
1. Lanjut usia dengan batasan ) menurut WHO, yaitu usia elderly (Lanjut
usia) 60-75 tahun
2. Tinggal bersama anggota keluarga lainnya
3. Bersedia menjadi subjek studi dan mengisi informed consent

3.5. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus ini adalah penerapan implementasi dengan masalah hambatan
mobilitas fisik pada lansia yang memiliki penyakit osteoporosis.

3.6. Tempat dan Waktu Studi Kasus

Studi kasus ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kampus


Palembang pada tanggal 11-17 bulan April 2019. Lama waktu studi yaitu 7 hari.

3.7. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

Alat atau instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini
adalah format pengkajian asuhan keperawatan, yang meliputi pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam studi kasus ini adalah ;
1. Observasi dan Pengumpulan data dilaksanakan dengan pemeriksaan head to
toe dan pemeriksaan vital sign. Merupakan teknik pengumpulan data dari
pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit dari ujung rambut sampai
ujung kaki dengan menggunakan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


52

2. Wawancara yaitu hasil anamnese berisi tentang identitas klien keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, sedangkan sumber data di dapatkan dari pasien, dan keluarga.
3. Studi dokumentasi yaitu hasil dari pemeriksaan diagnostik.

3.8. Proses Pelaksanaan Studi Kasus


1. Proses pelaksanaan studi kasus ini di awali dengan menentukan subjek studi
kasus, yaitu 2 orang lansia penderita osteoporosis dengan hambatan mobilitas
fisik.
2. Melakukan studi kasus pada kedua klien dengan dilakukan pendekatan
asuhan keperawatan yaitu, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
Pengkajian pada studi kasus ini berpedoman pada format pengkajian
berdasarkan teori “Friedman”, dengan masalah Hambatan Mobilitas Fisik
atau fraktur baru. Untuk intervensi keperawatan di rencanakan sesuai dengan
teori dan penelitian sebelumnya. Sedangkan implementasi keperawatan
dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan yaitu untuk studi
kasus penulis mengambil tindakan Latihan Range Of Motion (ROM) untuk
meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas sendi serta Latihan Beban
untuk meningkatkan massa dan kekuatan tulang untuk meningkatkan refleks
sehingga penderita osteoporosis tidak mudah jatuh atau mengalami patah
tulang, lalu yang terakhir dilengkapi dengan Pendidikan Kesehatan untuk
penderita dan keluarga.
Selanjutnya evaluasi dari pemberian asuhan keperawatan keluarga pada
studi kasus ini ialah penderita dapat kembali beraktivitas secara normal dan
diharapkan keluarga dapat melakukan serta melanjutkan tindakan yang telah
dilakukan oleh penulis agar proses implementasi dapat berjalan secara
berkesinambungan.

3.9. Analisis dan Penyajian

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


53

Data yang terkumpul dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen).


Hasil ditulis dalam bentuk cacatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk
transkip (catatan terstruktur). Selanjutnya data disajikan dengan menggunakan
implementasi keperawatan keluarga yang diawali dengan pengkajian, diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

3.10. Etika Studi Kasus


Menurut Notoadmodjo (2014), secara garis besar dalam melaksanakan
sebuah studi kasus ada empat prinsip yang harus dipegang teguh yakni:
1. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (Respect for Human Dignity) Studi
kasus perlu mempertimbangkan hak-hak subyek studi untuk mendapatkan
informasi tentang tujuan studi kasus. Disamping itu, studi kasus juga
memberikan kebebasan kepada subyek untuk berpartisipasi atau tidak
berpartisipasi dalam studi kasus.
2. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subyek Studi Kasus (Respect for
Privacy and Confidentially). Dalam studi kasus tidak boleh menampilkan
informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subyek.
3. Keadilan dan Inklusivitas/Keterbukaan (Respect for Justice an Inclusiveness).
Prinsip keterbukaan dana perlu dijaga dengan kejujuran, keterbukaan dan
kehati-hatian, yakni dengan menjelaskan prosedur studi kasus. Prinsip keadilan
ini menjamin bahwa semua obyek studi kasus memperoleh perlakuan dan
keuntungan yang sama tanpa membedakan gender, agama, etnis dan
sebagainya.
4. Memperhatikan Manfaat dan Kerugian yang Ditimbulkan (Balancing Harms
and Benefits). Sebuah studi kasus hendaknya memperoleh manfaat semaksimal
mungkin bagi masyarakat pada umunya, dan subyek studi pada khususnya, dan
berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek. Oleh sebab itu,
pelaksanaan studi harus dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa
sakit, cidera, stress, maupun kematian subjek studi kasus.

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


BAB IV
HASIL STUDI KASUS

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian


4.1.1 Wilayah
Puskesmas Kampus merupakan salah satu puskesmas yang terletak di
kecamatan Ilir Barat 1 di jalan Golf Blok G No.5 Palembang didirikan pada tahun
1978 dengan nama Puskesmas Kampus, dimana bangunannya berada diatas tanah
hibah dari Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan. Puskesmas Kampus
mempunyai 1 (satu) wilayah kerja, yaitu Kecanatan Ilir Barat 1.

4.1.2 Geografi
Wilayah kerja puskesmas Kampus terletak di dataran tinggi di tengah-
tengah perumahan. Wilayah kerja puskesmas Kampus mempunyai luas wilayah
2
1.560 m .
Puskesmas Kampus mempunyai batas wilayah :
- Utara : kelurahan demang lebar daun
- Selatan : kelurahan dengan bukit lama
- Timur : kelurahan 26 Ilir Dl
- Barat : kelurahan demang lebar daun

4.1.3 Transportasi
Puskesmas Kampus terletak ditengah kota, untuk mencapai puskesmas
Kampus masyarakat yang ingin berobat dapat menjangkaunya dengan berjalan
kaki maupun menggunakan kendaraan bermotor. (Puskesmas Kampus tidak
dilewati kendaraan umum).

4.1.4 Struktur Organisasi


Berdasarkan peraturan Walikota Palembang No. 3 tahun 2013 tanggal 15
Januari 2013, tentang Pembentukan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD),
struktur organisasi Puskesmas Kampus Palembang adalah sebagai berikut: a.
Unsur Pimpinan, yaitu Kepala Puskesmas (Dr. Yuliarni, M.Kes)

54
55

b. Unsur Pembantu Pimpinan yaitu Sub Bagian Tata


Usaha c. Unsur Pelaksana, yaitu Koordinator Program d.
Kelompok Jabatan Fungsional

4.2 Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga


Pengkajian (tanggal) : Senin, 14 April 2019
4.2.1 Data Umum

Tabel 4.2.1 Komposisi anggota keluarga klien 1

No Nama Jenis Hubungan Umur Pendidikan Pekerjaan Status


Kelamin dengan Kesehatan
keluarga

1. Ny. S Pr Kepala K 72 SLTA Pensiunan/IRT Penderita


Osteoporosis

2. Ny. Pr Anak 41 S1 IRT Sehat


M thn

Interpretasi: Klien 1 adalah seorang Single parent yang tinggal satu rumah
dengan anak keempatnya yang telah dewasa, anaknya memilki status kesehatan
keluarga Baik. Dan Klien 1 sendiri adalah Penderita Osteoporosis.

Tabel 4.2.2 Komposisi Anggota Keluarga klien 2


No Nama Jenis Hubungan Umur Pendidikan Pekerjaan Status

Kelamin dengan Kesehatan


keluarga

1. Tn. U Lk Kepala K 70 thn SMP Buruh Sehat


2. Ny. R Pr Istri 69 SD IRT Penderita
thn Osteoporosis

3. Ny. N Pr Anak 31 thn SMA IRT Sehat


56

Interpretasi : Klien 2 tinggal serumah dengan suaminya Tn. U dan anaknya yang
telah dewasa Ny.N yang memiliki status kesehatan keluarga Baik. Dan Klien 2 sendiri
adalah Penderita Osteoporosis.

4.2.2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Tabel 4.2.3 Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Penyakit Keluarga Inti


Klien Pertama Klien Kedua
Ny. S selaku klien mengalami pengapuran Ny. R mengalami pengapuran pada
dibagian lutut pada tahun 2016 saat di check bagian lutut, hal ini diketahui saat
di RS Bunda Palembang, setelah menjalani klien mencoba untuk duduk namun
pengobatan rasa sakit pada lutunya sedikit terasa sulit karena rasa sakit pada
berkurang, namun akhir-akhir ini tepatnya lututnya, saat klien merasa kesulitan
mulai dari bulan Oktober 2018 saat klien berjalan dan akhirnya terjatuh, klien
terjatuh dirumah lalu rasa sakit pada lutut pun mengecek di RS Bunda pada
dan tumitnya kembali menyerang dan pada tahun2018 dan mengalami
Januari 2019 Ny.S mengatakan sudah tidak pengapuran. Pengobatan berhasil
mampu beraktivitas banyak seperti naik mengatasi nyeri namun, Ny.R
tangga, berjalan jauh dan peralihan dari merasa kakinya sangat rapuh dan
berdiri ke duduk. Hal itu membuatnya harus membuatnya takut beraktivitas
berdiam diri di rumah tanpa kegiatan berat, banyak, sehingga pada maret 2019
dan ketika ingin keluar tak mampu berjalan / rasa sakit pada lututnya kembali
harus menyewa becak. terasa.

Riwayat Penyakit Keluarga Sebelumnya


Klien Pertama Klien Kedua
Ny. S mengatakan tidak ada anggota Ny. R mengatakan ibunya dulu juga
keluarga yang sebelumnya mengalami pengapuran.
mengalami pengapuran.

Interpretasi : Dari tebel Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga Klien 1 dan
Klien 2 diatas dapat ditarik kesimpulan tahap perkembangan keluarga saat ini sama-
sama keluarga usia dewasa. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
Klien 1 mengatakan tidak ada tahap perkembangan keluarga yang tidak terpenuhi.
57

Klien 2 mengatakan masih terdapat tahap perkembangan keluarga yang belum


terpenuhi yaitu jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena keterbatasan ekonomi.
Pada riwayat keluarga inti Klien 1 sering mengeluhkan sulit berjalan dan berdiri
dikarenakan nyeri bagian lutut dan tumit. Klien 2 sering mengeluhkan sulit beralih dari
berdiri ke duduk dan sulit berjalan diakibatkan nyeri pada bagian kaki terutama lutut.
Dalam riwayat keluarga sebelumnya Klien 1 mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang memiliki riwayat penyakit yang sama dengan yang dialami klien, sedangkan
Klien 2 memiliki riwayat penyakit yang sama dengan yang dialami ibunya.

4.2.4. Fungsi Perawatan Keluarga

Keluarga melaksanakan fungsi keperawatan keluarga dengan 5 tugas keluarga :

Tabel 4.2.4 Fungsi Perawatan Keluarga


Mengenal masalah
klien Pertama klien Kedua
Dari pengkajian diketahui bahwa klien 1 Dari pengkajian diketahui bahwa
cukup mengenali masalah mengenai penyakit keluarga dan klien 2 sudah
osteoporosis dan hambatan mobiltas fisik mengetahui masalah penyakit
karena Ny. S dan keluarga cukup tanggap jika keropos tulang dan hambatan
ada keluarga yang sakit, sehingga ketika Ny. mobilitas karena sebelumnya
S mulai merasa ada keluhan baik Ny. S dijelaskan oleh dokter waktu Ny.
sendiri atau keluarga segera menyarankan R masuk ke RS dikarenakan nyeri
untuk berobat ke Puskesmas Kampus di lututnya membuatnya sulit
Palembang karena dekat rumah. Pada saat itu berjalan, saat dikaji keluarga
Ny. S dan keluarga dijelaskan mengenai mengetahui pengertian pengapuran
pengertian dan dampak dari pengapuran atau (osteoporosis), dampak
osteoporosis. Saat dikaji, Ny.S, belum osteoporosis, tetapi tidak tahu
mengerti mengenai terapi apa yang tepat bagaimana terapinya yang
untuk hambatan mobilitas karena pada saat dilakukan untuk hambatan
berobat klien mengatakan hanya diberi obat mobilitas fisiknya.
dan jangan bekerja berat namun disuruh
olahraga.
58

Mengambil keputusan
klien Pertama klien Kedua
Keluarga Ny. S sudah mampu Keluarga klien 2 belum mampu
sepeuhnya dalam mengambil keputusan mengambil keputusan untuk mengatasi
untuk mengatasi masalah kesehatan. Ny. masalah kesehatan. Ny. R mengatakan
S mengatakan ketika Ny. S merasakan ketika mengalami jatuh Ny. R
keluhan nyeri hebat pada dengkulnya memanggil tukang urut untuk
dan sekitar tumitnya Ny. S langsung mengobatinya dari pada ke puskesmas /
berobat ke Puskesmas dan dirujuk ke RS. Saat nyeri tak hilang barulah
RS. Bunda Palembang. keluarga Ny. R menyarankan untuk ke
Rumah Sakit.

Merawat anggota keluarga yang sakit


klien Pertama klien Kedua
Keluarga tidak mampu merawat Ny. S Keluarga tidak mampu merawat Ny. R
yang mengalami osteoporosis hal ini yang mengalami osteoporosis hal ini
dibuktikan dengan kondisi Ny. S yang dibuktikan dengan kondisi Ny. R yang
masih sulit berjalan karena nyeri di lutut masih sulit berjalan akibat pengapuran
dan tumitnya karena kurang (osteoporosis) tulang yang sudah
pengawasaan keluarga. Karena beberapa diderita, karena kurang pengawasaan
anak-anaknya sudah tidak tinggal lagi keluarga, dikarenakan Tn. U sibuk
bersama klien 1 dan sang suami sudah mencari uang sedangkan mertuanya
meninggal, Klien kini hanya tinggal sudah sangat tua untuk mengurus
dengan 1 anak perempuan yang istrinya yang sakit sedangkan beberapa
menyatakan tidak tau bagaimana cara anak-anaknya sudah tak tinggal lagi
terapi untuk penyakit ibunya. bersama dirinya. Anak terakhir klien
yang tinggal bersamanya mengaku
bingung dan tak mengerti.

Memelihara/Memodifikasi Lingkungan
klien Pertama klien Kedua
Kondisi kebersihan rumah keluarga Kondisi kebersihan rumah keluarga
klien 1 tampak bersih, lantai tidak licin, klien 2 tampak bersih, lantai tidak licin,
penenmpatan perabotan tertata rapi, penenmpatan perabotan tertata rapi,
59

kondisi dalam rumah lampu terang, kondisi dalam rumah lampu remang,
jendela sering di buka. jendela sering dibuka.

Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada


Klien Pertama Klien Kedua
Klien 1 sering memanfaatkan fasilitas Keluarga klien 2 jarang memanfaatkan
kesehatan yang ada hal ini dibuktikan fasilitas kesehatan yang ada hal ini
keluarga sering mengontrol kesehatan dibuktikan keluarga jarang mengontrol
Ny. S, namun sekitar tiga bulan ini Ny. kesehatan Ny. R karena Tn. U sibuk,
S kesulitan untuk memanfaatkan kalau ada waktu senggang biasanya baru
fasilitas kesehatan diakibatkan lututnya kontrol.

yang sakit sehingga ia kesulitan untuk


beraktifitas atau sekedar berobat.
Interpretasi: Mengenal Masalah Kesehatan, keluarga Klien 1 dan Klien 2
mengatakan Klien 1 dan Klien 2 mempunyai keluhan nyeri pada lutut dan tumit. Dan
mereka masih tampak bingung dengan terapi penyakit yang diderita Klien 1 dan Klien
2 tersebut. Mengambil keputusan yang tepat, Keluraga Klien 1 dan Klien 2 memilih
untuk berdiskusi untk pengambilan keputusan dalam keluarga. Keluarga Klien 1 dan
Klien 2 belum mampu dalam Merawat Anggota Keluarga Yang sakit terbukti dari
setelah berobat Klien 1 dan Klien 2 masih sakit. Memelihara/memodifikasi
Lingkungan, keluarga Klien 1 masih kurang dalam segi pencahayaan sedangkan Klien
2 sudah baik, dan untuk Menggunakan Fasilitas Kesehatan Klien 1 dan 2
menggunakan puskesmas atau Rumah sakit.

4.2.5. Stress dan Koping Keluarga

Tabel 4.2.5 Stress dan Koping Keluarga


Stressor Jangka Pendek
klien Pertama klien Kedua
Keluarga mengatakan Ny. S jarang Keluarga mengatakan Ny. R 3 bulan
latihan aktivitas untuk kakinya agar bisa ini takut menggerakan kaki untuk
melakukan aktivitas seperti biasa, bergerak dikarenakan nyeri pada lutut
keluarga menyadari mereka tidak bisa dan tumitnya, keluarga menyadari
mengawasi sepenuhnya karena tidak ada mereka tidak bisa mengawasi
60

waktu khusus untuk berada disamping sepenuhnya karena tidak ada waktu Ny. S
karena anak perempuan yang khusus untuk berada disamping Ny. R tinggal
bersamanya mengaku tidak tau karena Tn. U sibuk mencari uang
cara perawatan penyakit ibunya. dengan bekerja sebagai buruh dan
melakukan kesibukan lainnya.
Stressor Jangka Panjang
klien Pertama klien Kedua
Ny. S mengatakan ada masalah yang Keluarga mengatakan ada
dirasakan dalam waktu 7 bulan terakhir masalah yang dirasakan dalam
semenjak klien terjatuh akibat penyakit waktu 1 tahun ini yaitu
osteoporosis yang diderita Ny. S tidak bisa penyakit osteoporosis yang
melakukan aktivitas seperti biasa dan hal itu diderita Ny. R tidak bisa
membuat klien takut tak dapat beraktivitas melakukan aktivitas seperti biasa
normal kembali.

Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah


klien Pertama klien Kedua
Keluarga Ny. S mengatakan bahwa apabila Keluarga Ny. R mengatakan bahwa
ada masalah yang dirasakan sangat berat apabila ada masalah yang dirasakan
maka akan didiskusikan atau sangat berat maka akan
dimusyawarakan agar mendapatkan didiskusikan atau dimusyawarakan
solusinya agar mendapatkan solusinya.

Strategi Koping yang Digunakan


klien Pertama klien Kedua
Klien 1 selalu bermusyawarah untuk Keluarga Klien 2 selalu
menyelesaikan masalah yang ada bermusyawarah untuk
menyelesaikan masalah yang ada

Strategi Adaptasi Disfungsional


klien Pertama klien Kedua
Dari hasil pengkajian didapatkan cara keluarga Dari hasil pengkajian
dalam mengatasi masalah adaktif, seperti didapatkan cara keluarga dalam
mengambil keputusan untuk mengatasi mengatasi masalah maladaktif
masalah kesehatan. Ny. S mengatakan ketika seperti menganjurkan untuk
61

Ny. S merasakan keluhan nyeri hebat pada diurut ke tukang urut saat dengkulnya
dan sekitar tumitnya Ny. S lututnya terasa sakit dan tidak langsung berobat ke
Puskesmas dan dirujuk ke langsung berobat ke RS. RS. Bunda Palembang

Interpretasi: Berdasarkan data Stres dan Koping keluarga Klien 1 dn Klien 2 di


peroleh hasil,Stressor jangkan pendek oleh keluarag Klien 1 dan Klien 2 sama,
yaitu keterbatasan waktu keluarga untuk merawat klien. Sedangakan stressor
jangka panjangnya yaitu klien 1 dan takut takut tak dapat beraktivitas dengan
normal lagi. Strategi koping yang di lakukan oleh keluarga Klien 1 dan Klien 2
sama, yaitu jika ada masalah dalam keluarga, maka keluarga akan selalu
mendiskusikan masalahnya bersama-sama.

4.2.6. Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.2.6 Pemeriksaan Fisik

No Pemeriksaan Fisik Klien Pertama Klien Kedua

1 Keadaan Umum Fisik Ny. S tampak lemah, Fisik Ny. R tampak


ketika disuruh berdiri atau lemah. ketika disuruh
berjalan Ny. S tampak berdiri atau berjalan Ny.
kepayahan dan terlihat R membutuhkan
mengernyit. bantuan keluarga

2 Tingkat Kesadaran Compos mentris Compos mentris


GCS 15 GCS 15

3 TTV :
Tekanan Darah 130/70 mmHg 100/70 mmHg
Nadi 72x/mnt 80x/mnt
Pernafasaan 22x/mnt 20x/mnt
Suhu 37.0°C 36,6°C
BB 45 Kg 50 kg
TB 160 cm 158 cm
62

4. Mata Simetris, sclera tidak Simetris, sclera tidak


ikterik konjungtiva tidak ikterik konjungtiva tidak
anemis, fungsi penglihatan anemis, fungsi
kabur. penglihatan kabur

5. Punggung Kyphosis Kyphosis


- Ada nyeri pergerakan - Nyeri pergerakkan
Ada nyeri tekan , tidak - Ada nyeri tekan, tidak
ada pembengkakan. ada pembengkakan.

6. Pemeriksaan
Mobilisasi
Ektermitas
Atas - Dextra : Edema tidak ada, - Dextra: Edema tidak
kekuatan tangan lemah, ada, kekuatan tangan
pergerakkan baik, tidak baik, tidak ada
ada kekakuan kekakuan
- Sinistra : edema tidak - Sinistra : Edema tidak
ada, pergerakan tangan ada, kekuatan tangan
nyeri bagian pergelangan kurang baik ,nyeri
tangan. pergerakkan, tidak ada
- Dextra : edema tidak ada, kekakuan
Bawah tidak ada varises, tidak
ada edema, pergerakkan - Dextra : edema tidak
lemah, kaki sulit berjalan ada, tidak ada varises,
- Sinistra : edema tidak tidak ada edema, nyeri
ada, tidak ada varises, pergerakkan, sulit
tidak ada edema, nyeri berjalan
pergerakan saat berjalan - Sinistra : edema tidak
dan berdiri ada, tidak ada varises,
tidak ada edema, nyeri
pergerakan, sulit
berjalan karena
63

pengapuran tulang.
7. Kekuatan otot 4 4 4 4

3 3 2 2
Intepretasi: Berdasarkan data di atas Klien 1 dan Klien 2 tampak lemas serta
sama-sama memiliki penglihatan buram dan kyphosis pada punggung dengan
nyeri tekan dan pergerakan, hal ini mengindikasikan tanda-tanda pengapuran
(osteoporosis), Sedangkan pada bagian ektremitas, Klien 1 memiliki nyeri pada
daerah pergelangan tangan, lutut dan tumit, sedangkan klien 2 memiliki nyeri
hanya pada ekstremitas bawah yaitu lutut dan kaki. Untuk kekekuatan otot bagian
eksremitas bawah Klien 1 memiliki point 3 yaitu dapat melawan gravitasi tapi
tidak dapat menahan atau melawan tahanan pemeriksa, sedangkan Klien 2
mendapat poin 2 yaitu ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat menahan
gravitasi. Kekuatan otot pada ekstremitas atas, kedua klien sama-sama memiliki
poin 4 yaitu bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa dengan tetapi kekuatannya
berkurang.
.
4.2.7. Harapan Keluarga Terhadap Asuhan Keperawatan
Tabel 4.2.7 Harapan Keluarga Terhadap Asuhan Keperawatan

Interpretasi:
No. Klien Pertama Klien Kedua
1. Klien 1 mengharapkan bantuan dari Klien 2 mengharapkan mahasiswa
supaya dapat membantu bantuan dari mahasiswa mengatasi masalah
osteoporosis Ny. S , supaya dapat memotivasi
melatih Ny. S untuk melakukan dan membantu klien 2
mobilisasi, memberikan pendidikan dalam mengatasi masalah
kesehatan tentangmerawatklien osteoporosis, melatih
osteoporosis dalam melakukan latihan- mobilisasi pada kedua kaki
latihan, memberikan pendidikan Ny. R agar dapat pulih dan
kesehatan agar menjaga massa tulang bisa beraktifitas seperti
tetap utuh. biasa.

Interpretasi : Berdasarkan data di atas dapat di peroleh kesimpulan bahwa


keluarga Klien 1 dan Klien 2 berharap agar setelah diberi Asuhan Keperawatan
Keluarga ini, keluarga mampu meningkatkan derajat kesehatan. Tingkat
kesehatan dapat bertambah sehingga dapat mencegah penyakit yang dialami

64
65

keluarganya dapat di cegah dan dapat melakukan aktivitas seperti biasanya


dengan nyaman.

4.3 ANALISA DATA

Keluarga Klien 1 (Ny. S)

Tabel 4.3.1 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Ds: Ketidakmampuan Hambatan
- Ny. S mengatakan kedua kaki yang keluarga dalam Mobilitas
sulit untuk berjalan diakibatkan merawat fisik
pengapuran. kesehatan
- Keluarga mengatakan tidak tahu anggota keluarga
cara membantu melatih melatih dengan masalah
Ny. S melakukan aktivitas ( osteoporosis
mobilisasi ) dan keluarga juga
tidak tahu dampak dari tidak
melatih bagian tubuh yang
mengalami pengapuran.
Do :

- Ny. S tampak kepayahan ketika


berjalan dan beranjak dari
duduknya.
- Tangan kiri Ny. S terasa nyeri dan
terkadang sakit saat digerakkan.
- Keluarga tampak tidak ada yang
mengajak klien dalam melakukan
mobilisasi
- TD : 130/70 mmHg
- N : 76x/mnt
- RR :22x/mnt
- T:37.0C
66

2. DS: Ketidakmampuan Resiko Jatuh


keluarga dalam
- Ny. S mengatakan bahwa
merawat
penglihatan kabur dan sempat kesehatan anggota
keluarga dengan
terjatuh pada bulan Oktober tahun
masalah
2018. osteoporosis
- Ny. S mengatakan nyeri bagian
kaki terutama lutut dan tumit saat
ingin berdiri dan berjalan.
- Ny. S mengatakan sulit berjalan
- Keluarga mengatakan ketika klien
jatuhkeluargakurangtau
penyebabnya
DO:
- Klien lebih banyak duduk
- Klien tampak tak bisa menjaga
keseimbangan ketika
berdiri/berjalan
- Keluarga tampak tak mengerti cara
mencegah klien dari resiko jatuh.

Keluarga Klien 2 (Ny. R)

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Ketidakmampuan Hambatan
- Ny. R mengatakan kedua kakinya keluarga dalam Mobilitas fisik
sulit untuk berjalan karena merawat
pengapuran tulang dan terasa kesehatan
lemas. anggota keluarga
- Keluarga mengatakan tidak tahu dengan masalah
cara membantu melatih Ny. R osteoporosis
melakukan aktivitas ( mobilisasi )
dan keluarga juga tidak tahu
67

dampak dari tidak melatih bagian


tulang yang terkena pengeroposan.
- Keluarga mengatakan tidak tahu
istilah osteoporosis dan tidak tahu
bagaimana terapi yang dilakukan
untuk hambatan mobilitas fisiknya.
- Ny.Rmengatakanketika
mengalami jatuh Ny. R memanggil
tukang urut untuk mengobatinya
dari pada ke puskesmas / RS.

- Ny. R tampak kesulitan berjalan


dan berdiri
- Keluarga tampak tidak ada yang
mengajak klien dalam melakukan
mobilisasi
- TD : 100/70 mmHg
- N : 80x/mnt
- RR :20x/mnt
- T:36,6C
2 DS: Ketidakmampuan Resiko Jatuh
- Ny.R mengatakan bahwa keluarga dalam
merawat
penglihatan kabur namun tidak kesehatan anggota
pernah terjatuh. keluarga dengan
masalah
- Ny.R mengatakan nyeri bagian kaki osteoporosis
jika ingin berdiri
- Ny.R mengatakan sulit berjalan

- Klien lebih banyak duduk


- Keluarga Ny. R tampak
bingung dalam mengatasi nyeri kaki.
68

4.4 Prioritas Diagnosa Keperawatan


Klien 1

Tabel 4.4.1 Prioritas Diagnosa Keperawatan Klien 1

No Prioritas Diagnosa Keperawatan Skor


1 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan 4
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
dengan masalah osteoporosis

2 Resiko jatuh Ketidakmampuan keluarga dalam merawat 32/3


kesehatan anggota keluarga dengan masalah osteoporosis

Klien 2

Tabel 4.4.2 Prioritas Diagnosa Keperawatan Klien 2

No Prioritas Diagnosa Keperawatan Skor


1 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan 4
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga dengan masalah osteoporosis

2 Resiko jatuh berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga 32/3


dalam merawat kesehatan anggota keluarga dengan masalah
osteoporosis

4.5 Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.5.1 Diagnosa Keperawatan


Klien Pertama Klien kedua
1) Hambatan mobilitas fisik 1) Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan berhubungan dengan ketidakmampuan
ketidakmampuan keluarga dalam keluarga dalam merawat kesehatan
merawat anggota keluarga dengan anggota keluarga dengan masalah
masalah osteoporosis. osteoporosis.
69

4.6 Intervensi Keperawatan

Klien 1

Tabel 4.6.1 Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


Keperawatan
Umum Khusus Komponen Stamdar
1 Hambatan Setelah 3 hari Setelah dilakukan Respon Verbal 1. Keluarga mampu 1. Bina hubungan saling
mobilitas kunjungan rumah, pendidikan kesehatan menjelaskan percaya dengan keluarga
fisik keluarga mampu selama 1 x 60 menit, kembali pengertian maupun anggota keluarga
berhubungan mengetahui cara keluarga mampu osteoporosis, tanda yang sakit.
dengan mengatasi hambatan 1. Mengetahui pengertian gejala, dampak 2. Diskusikan bersama
ketidakmamp mobilitas fisik pada osteoporosis, tanda osteoporosis, strategi pemecahan
uan keluarga Ny. S gejala, dampak pengertian masalah untuk hambatan
dalam osteoporosis, dan osteoporosis dan mobilitas fisik
merawat terapinya,pengertian terapinya, 3. Kaji kemampuan klien
anggota mobilisasi dan pengertian dalam melakukan
keluarga bagaimana cara mobilisasi, tujuan mobilisasi fisik (latihan
dengan melakukan mobilisasi mobilisasi dan ROM dan latihan
masalah bagaimana cara beban), dan kaji
70

osteoporosis melakukan pengetahuan keluarga


mobilisasi. tentang pentingnya
2. Keluarga dapat mobilitas fisik bagi
mengambil anggota yang sakit.
Respon keputusan tindakan 4. Beri kesempatan
Tindakan yang tepat untuk keluarga untuk bertanya
mengatasi kondisi dan mengulangi
hambatan penjelasaan yang
mobilitas fisik diberikan.
pada Ny. S 5. Beri kesempatan kepada
3. Keluarga mampu keluarga dan anggota
mendemonstrasika keluarga yang sakit
n fisik dengan untuk mempraktikan
melakukan terapi latihan ROM dan latihan
ROM ( Range beban.
Of Motion ) dan 6. Beri reinforcement
Latihan Beban. positif atas hasil yang
dicapai.

4.7 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


71

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan

1 Hambatan mobilitas Hari pertama Tanggal : 15 April 2019 Pukul 09-10.00 WIB
fisik berhubungan 1.Bina hubungan saling percaya S:
dengan dengan keluarga maupun anggota - Ny. S dan Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang
ketidakmampuan keluarga yang sakit. mobilisasi dan tujuan mobilisasi
keluarga dalam 2.Mengkaji kemampuan klien dalam - Keluarga mengatakan tidak mengerti dalam melakukan mobilitas
merawat anggota melakukan mobilitas fisik. fisik terhadap Ny. S, namun Klien sendiri mengaku pernah
keluarga dengan 3.Menjelaskan pengertian osteoporosis, melakukan olahraga beban seperti yang dijelaskan penulis, namun
masalah osteoporosis. tanda dan gejala, dan terapinya. dalam porsi yang berat.
Tanggal : 4.Menjelaskan pengertian mobilisasi, - Ny. S dan keluarga mengatakan belum mengerti cara
15-17 April 2019 cara melakukan mobilisasi pada Ny. mendemonstrasikan latihan ROM pasif dan aktif serta latihan
S dan dampak tidak melakukan beban
mobilisasi. O:
5.Memberikan kesempatan pada - Keluarga dapat menyebutkan kembali tanda dan gejala, dampak
keluarga untuk bertanya dan osteoporosis, dan terapinya walaupun sering lupa
mengulangi penjelasaan yang - Keluarga dapat menyebutkan pengertian mobilisasi, tujuan
diberikan. mobilisasi tetapi belum mengerti sepenuhnya dalam melakukan
6.Melatih Ny. S dan keluarga dalam mobilitas fisik
72

melakukan mobilisasi dengan ROM - Ny. S sangat kooperatif dalam melakukan ROM dan latihan beban
pasif dan aktif - Saat diminta untuk mendemonstrasikan ROM ( Range Of Motions
a. Latihan ROM ) aktif dan pasif, keluarga masih tampak bingung dan tidak bisa
- Pinggul dan kaki namun saat melaksanakan latihan beban, Klien dan keluarga sudah
Lakukan gerakan ini pada posisi klien bisa mempraktekannya.
terlentang A : Masalah belum teratasi
(Rotasi internal Adduksi dan P : Intervensi dilanjutkan
abduksi) - memberikan penjelasaan ulang mengenai cara melakukan
-Lutut mobilisasi serta dampak yang terjadi jika anggota tubuh
Fleksi dan ekstensi, sokong kaki mengalami hambatan mobilitas.
bawah (fleksi, dan ekstensi lutut) - Mendemonstrasikan kembali latihan ROM pasif dan latihan
b. Latihan Beban beban.

- Latihan dengan Beban Dalam- Memotivasi Ny. S untuk melakukan ROM Pasif dan Latihan
(berat sendiri), Beban
- Posisi awal : latihan back
extension untuk otot punggung Tanggal 16 juni 2018 Pukul 14.00-15.00
- Latihan menggunakan berat S:
badan sebagai beban dengan otot - Ny. S mengatakan cepat lelah saat latihan ROM dan Latihan
perut dan tulang pinggul. Beban
73

7.Memberikan kesempatan kepada - Keluarga mengatakan sudah memotivasi Ny. S untuk melakukan
keluarga dan klien untuk ROM aktif tetapi Ny. S terlalu lelah dengan kegiatan sebelumnya
memperaktikan latihan ROM dan sehingga ketika melaksanakan latihan Ny.S cepat lelah
latihan beban yang yang telah - Keluarga mengatakan masih bingung dalam mendemonstrasikan
diajarkan. ROM pasif dan aktif namun sudah dapat melaksanakan latihan
8.Memberikan reinforcement positif beban.
atas hasil yang dicapai keluarga. O:
- Ny. S tampak melakukan ROM aktif dan latihan beban pada kedua
Hari Kedua
1. Mengkaji hasil latihan di hari tungkai dan lututnya
pertama - Keluarga sudah mulai melakukan ROM pasif dan latihan beban
2. Melanjutkan latihan ROM dan pada Ny. S dan Ny. S tampak kooperatif
Latihan beban secara aktif A : Masalah Teratasi Sebagian
3. Memberikan reinforcement positif P : Intervensi dilanjutkan.
atas hasil yang dicapai keluarga. - Mendemonstrasikan kembali latihan ROM aktif dan pasif serta
74

Hari Ketiga latihan beban


1. Mengkaji hasil latihan di hari kedua - Memotivasi Ny. S untuk melakukan ROM dan latihan beban
dan mengkaji kembali pengetahuan
klien terkait osteoporosis dan Tanggal 17 Juni 2018 Pukul 09.00 – 10.00
mobilisasi S:
2. Melanjutkan latihan ROM dan- Keluarga dan Ny.S dapat menjelaskan kembali tentang pengertian
latihan beban secara mandiri osteoporosis, tanda dan gejala, dampak osteoporosis, dan terapinya
3. Beri kesempatan keluarga untuk- Keluarga dapat menjelaskan kembali pengertian mobilisasi, tujuan
mempraktekan bagaimana cara melatih mobilisasi, cara melakukan mobilisasi,serta dampak yang terjadi
klien. jika Ny. S tidak dilatih mobilisasi.
4. Memberikan reinforcement positif- Ny. S mengatakan sudah tidak bingung untuk latihan ROM dan
atas hasil yang dicapai keluarga. latihan beban, Ny. S sudah dapat menggerakan kakinya sendiri (
aktif )
- Keluarga mengatakan terus memotivasi Ny. S untuk melakukan
ROM aktif dan latihan beban
- Keluarga mengatakan sudah mendemonstrasikan ROM aktif dan
pasif dan latihan beban pada Ny. S.
O:
- Keluarga dan Ny. S dapat menyebutkan kembali pengertian
75

osteoporosis, tanda dan gejala, dampak osteoporosis, dan


terapinya.
- Keluarga dapat menyebutkan pengertian mobilisasi, tujuan
mobilisasi tetapi keluarga belum mengerti sepenuhnya dalam
melakukan mobilisasi fisik.
- Ny. S tampak melakukan ROM aktif pada kedua ltungkai dan
lututnya dan latihan beban. Keluarga sudah mulai melakukan
ROM dan latihan beban pasif pada Ny. S
A: Masalah Teratasi
P : Intervensi dipertahankan
Kolaborasi dengan keluarga untuk tetap melanjutkan latihan ROM
dan latihan beban minimal 3 hari dalam seminggu sekali pada Ny. S
Rencana Keperawatan

Klien 2

Tabel Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


Keperawatan
Umum Khusus Komponen Stamdar
1 Hambatan Setelah 3 hari kunjungan 1.Setelah Respon Verbal 1. Keluarga mampu 1. Bina hubungan saling
76

mobilitas rumah, keluarga mampu dilakukan menjelaskan kembali percaya dengan


fisik mengetahui cara mengatasi pendidikan pengertian keluarga maupun
berhubungan hambatan mobilitas fisik kesehatan osteoporosis, tanda anggota keluarga yang
dengan pada Ny. S selama 1 x 60 gejala, dampak sakit.
ketidakmamp menit, osteoporosis, 2.Diskusikan bersama
uan keluarga keluarga pengertian dan strategi pemecahan
dalam mampu terapinya, pengertian masalah untuk hambatan
merawat 2. Mengetahui mobilisasi, tujuan mobilitas fisik
anggota pengertian mobilisasi dan 3. Kaji kemampuan klien
keluarga osteoporosis, bagaimana cara dalam melakukan
dengan tanda gejala, melakukan mobilisasi fisik, dan kaji
masalah dampak mobilisasi. pengetahuan keluarga
osteoporosis osteoporosis, 2.Keluarga dapat tentang pentingnya
pengertian mengambil mobilitas fisik bagi
osteoporosis, keputusan tindakan anggota yang sakit.
dan yang tepat untuk 4.Beri kesempatan klien
terapinya,peng mengatasi kondisi dan keluarga untuk
ertian hambatan mobilitas bertanya dan mengulangi
mobilisasi dan fisik pada Ny. R penjelasaan yang
77

bagaimana cara Respon Tindakan 3.Keluarga mampu diberikan.


melakukan mendemonstrasikan 5.Beri kesempatan kepada
mobilisasi fisik dengan keluarga dan anggota
melakukan terapi keluarga yang sakit untuk
ROM dan latihan mempraktikan latihan
beban. ROM dan latihan beban
6.Beri reinforcement
positif atas hasil yang
dicapai.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan

1 Hambatan Hari Pertama Tanggal : 15 April 2019 Pukul 11.00-12.00 WIB


mobilitas fisik 1. Bina hubungan saling percaya S:
berhubungan dengan keluarga maupun - Ny. R dan Keluarga mengatakan sudah mengetahui tentang
dengan anggota keluarga yang sakit. pengapuran, tanda dan gejala, namun belum paham mengenai
ketidakmampuan 2. Mengkaji kemampuan klien dampak osteoporosis dan terapi mobilisasinya.
78

keluarga dalam dalam melakukan mobilitas fisik - Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang mobilisasi dan
merawat anggota 3. Menjelaskan pengertian tujuan mobilisasi
keluarga dengan osteoporosis, tanda dan gejala, - Ny. R dan keluarga mengatakan belum mengerti cara
masalah dan terapinya. mendemonstrasikan latihan ROM pasif dan aktif serta latihan
osteoporosis. 4. Menjelaskan pengertian beban.
Tanggal Waktu : mobilisasi, cara melakukan O :
15-17 April 2019 mobilisasi pada Ny. R dan - Keluarga dapat menyebutkan kembali tanda dan gejala, dampak
dampak tidak melakukan osteoporosis, dan terapinya walaupun sering lupa
mobilisasi. - Keluarga dapat menyebutkan pengertian mobilisasi, tujuan
5. Memberikan kesempatan pada mobilisasi tetapi belum mengerti sepenuhnya dalam melakukan
keluarga dan Ny. R untuk mobilitas fisik
bertanya dan mengulangi - Ny. R kooperatif dalam melakukan ROM dan latihan beban
penjelasaan yang diberikan. - Saat diminta untuk mendemonstrasikan ROM (aktif&pasif)dan
6. Melatih Ny. R dan keluarga latihan beban, keluarga masih tampak bingung dan tidak bisa.
dalam melakukan mobilisasi A : Masalah belum teratasi
dengan ROM pasif dan aktif dan P : Intervensi dilanjutkan
latihan beban - memberikan penjelasaan ulang mengenai cara melakukan
a. Latihan ROM mobilisasi serta dampak yang terjadi jika anggota tubuh mengalami
- Pinggul dan kaki hambatan mobilitas.
79

Lakukan gerakan ini pada posisi k - Mendemonstrasikan kembali latihan ROM dan latihan beban.
terlentang - Memotivasi Ny. R untuk melakukan ROM dan Latihan Beban
(Rotasi internal Adduksi dan
abduksi) Tanggal 16 April 2019 Pukul 10.00-11.00
-Lutut S:
Fleksi dan ekstensi, sokong kaki -Ny. R mengatakan masih kurang mengerti dengan tindakan latihan
bawah (fleksi, dan ekstensi lutut) ROM dan latihan beban
b. Latihan Beban - Keluarga mengatakan sudah memotivasi Ny. R untuk melakukan

- Latihan dengan Beban DalamROM aktif tetapi Ny. R masih belum terlalu paham.
(berat sendiri), - Keluarga mengatakan masih bingung dalam mendemonstrasikan
- Posisi awal : latihan back ROM pasif dan aktif serta Latihan Beban
extension untuk otot O:
punggung - Ny. R tampak lupa pada gerakan setiap latihan dan masih dibantu

- Latihan menggunakan berat- Keluarga sudah mulai melakukan ROM pasif dan latihan beban
badan sebagai beban denganpada pada Ny. R dan Ny. R masih tampak bingung
otot perut dan tulang pinggul. A : Masalah Teratasi Sebagian
7. Memberikan kesempatan kepada P : Intervensi dilanjutkan.
keluarga dan klien untuk - Mendemonstrasikan kembali latihan ROM aktif dan pasif serta
memperaktikan latihan ROM latihan beban
80

dan latihan beban yang yang - Memotivasi Ny. R untuk melakukan ROM dan latihan beban
telah
8. diajarkan. Tanggal 17 April 2019 Pukul 14.00 – 15.00
9. Memberikan reinforcement S:
positif atas hasil yang dicapai - Keluarga dan Ny. R dapat menjelaskan kembali tentang pengertian
keluarga. osteoporosis, tanda dan gejala, dampak osteoporosis, dan terapinya
- Keluarga dapat menjelaskan kembali pengertian mobilisasi, tujuan
Hari Kedua
1. Mengkaji hasil latihan di hari mobilisasi, cara melakukan mobilisasi,serta dampak yang terjadi jika
pertama Ny. R tidak dilatih mobilisasi.
2. Melanjutkan latihan ROM dan - Ny. R mengatakan sudah tidak bingung untuk latihan ROM bagian
Latihan beban secara aktif kaki menggerakkan kakinya sendiri ( aktif ), namun untuk latihan
3. Memberikan reinforcement beban dan ROM lutut Ny. R masih membutuhkan bantuan keluarga
positif atas hasil yang dicapai dalam mengangkat kedua kakinya.
keluarga. - Keluarga mengatakan terus memotivasi Ny. R untuk melakukan
81

Hari Ketiga ROM aktif dan latihan beban


1. Mengkaji hasil latihan di hari - Keluarga mengatakan sudah mendemonstrasikan ROM aktif dan
kedua dan mengkaji kembali pasif serta latihan beban pada Ny. R.
pengetahuan klien terkait O:
osteoporosis dan mobilisasi - Keluarga dapat menyebutkan kembali pengertian osteoporosis,
2. Melanjutkan latihan ROM dan tanda dan gejala, dampak osteoporosis, dan terapinya.
latihan beban secara mandiri - Keluarga dapat menyebutkan pengertian mobilisasi, tujuan
3. Beri kesempatan keluarga untuk mobilisasi dan keluarga sudah mengerti sepenuhnya dalam
mempraktekan bagaimana cara melakukan mobilisasi fisik.
melatih klien. - Ny. R tampak melakukan ROM aktif dan dibantu saat melakukan
4. Memberikan reinforcement latihan beban serta ROM pada lutut.
positif atas hasil yang dicapai - Keluarga sudah mulai melakukan ROM pasif pada Ny. R
keluarga. A: Masalah Teratasi
P : Intervensi dipertahankan
Kolaborasi dengan keluarga untuk tetap melanjutkan latihan ROM
dan latihan beban minimal 3 hari sekali pada Ny. R
BAB V
PEMBAHASAN

Setelah memberikan Implementasi Keperawatan keluarga pada 2 Klien


yaitu Ny. S dan Ny. R, Penderita Osteoporosis dengan Masalah Hambatan
Mobilitas Fisik di Wilayah Kerja Puskesmas Kampus Palembang Tahun 2019
yang dilaksanakan pada 11-17 April 2019. Maka pada bab ini penulis
mengemukakan pembahasannya.

5.1. Penerapan ROM (Range of motion)

Hasil penerapan latihan ROM dari Klien 1 (Ny. S) dan Klien 2 (Ny.R),
kedua Klien sangat kooperatif dalam melakukan latihan tersebut. Pada hari
pertama kedua Klien masih tampak bingung dengan gerakan ROM yang
dilakukan. Pada hari kedua para Klien serta keluarga mulai memahami gerakan
ROM aktif serta Rom pasif dan dapat mendemonstraskan ulang gerakan ROM
aktif serta pasif secara sederhana meskipun dengan bantuan penulis. Lalu, pada
hari berikutnya Klien dan keluarga mampu menjelaskan dan mendemonstrasikan
gerakan ROM aktif dan pasif tanpa bantuan penulis.
Rentang gerak ( Range of motion ) adalah jumlah pergerakan maksimum
yang dapat dilakukan pada sendi, di salah satu dari tiga bidang, yaitu sagital,
frontal, atau transversal. Bidang sagital adalah bidang yang melewati tubuh dari
depan ke belakang, membagi tubuh menjadi sisi kanan ke sisi kiri. Bidang frontal
melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh ke depan dan ke belakang.
Bidang transversal adalah bidang horizontal yang membagi tubuh ke bagian atas
dan bawah, namun ROM yang diterapkan hanya bagian yang terfokus saja yang
ektremitas bawah.
Klien serta keluarga sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan ROM
yang sangat bermanfaat dalam mengembalikan kekuatan otot dalam menjaga
kerapuhan tulang pada Klien yang telah menderita osteoporosis. Tidak ada
hambatan yang berarti dalam melaksanakan Implementasi kerperawatan range of
motion ini. Kedua keluarga berharap dapat melakuakan kegiatan latihan ROM
setiap hari sehingga mengecilkan resiko Klien terhadap kekakuan otot dan sendi.

82
83

5.2 Penerapan Latihan Beban Berat

Pada hari pertama klien 1 tampak familiar dengan gerakan latihan karena
ia pernah mengikuti latihan beban berat dari komunitas lansianya namun gerakan
yang di praktekan klien terlalu berat dan beresiko menimbulkan cidera berat,
sedangkan klien 2 masih tampak bingung dengan gerakan latihan beban berat
yang dilakukan dan belum pernah mempraktekan kegiatan tersebut, klien 2 juga
masih membutuhkan bantuan keluarga saat melakukan latihan beban.

Aktivitas fisik apa pun dapat membantu memelihara tulang kalau


melakukannya dengan suatu penekanan/benturan baru pada tulang. Tetapi
beberapa bentuk latihan lebih baik atau lebih besar bobotnya dari pada latihan
yang lain dalam hal meningkatkan massa tulang. Salah satu macam olahraga yang
baik dilakukan, yaitu latihan-latihan beban, karena dapat meningkatkan
kepadatan tulang pada darah-daerah tertentu pada tulang kerangka kita. Penderita
Osteoporosis sering mengalami patah tulang pada punggung, paha, dan lengan
bawah. Patah tulang dapat dicegah dengan melakukan latihan beban. Latihan
beban dapat dilakukan dengan dumbbell, berat badan sendiri, leg press machine
dan pita elastis.

Latihan beban yang dilaksanakan pada kedua klien ialah menggunakan


berat badan sendiri. Hal ini dilakukan berdasarkan kebutuhan focus permasalahan
dan kemudahan klien dalam melakukan olahraga tersebut. Baik Klien dan
keluarga merasa antusias dan sangat kooperatif saat diajarkan latihan beban
dikarenakan sangat mudah dan efisien. Kedua keluarga dalam melakukan latihan
tiga kali dalam seminggu.

Klien 1 dan 2 serta keluarga sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan


Latihan Beban yang sangat bermanfaat dalam mengembalikan mencegah patah
tulang dan pertahanan massa tulang pada Klien yang telah menderita
osteoporosis. Tidak ada hambatan yang berarti dalam melaksanakan Implementasi
Latihan Beban ini. Kedua keluarga berharap dapat melakuakan kegiatan latihan
tiga kali dalam seminggu guna mempertahankan massa tulang yang
membutuhkan latihan secara berkala.
84

5.3 Memberikan pendidikan tentang Osteoporosis dan Hambatan Mobilitas


Fisik

Pengamatan pada Klien 1 (Ny. S) dan Klien 2 (Ny. R) ketika diberi


edukasi tentang Osteoporosis dan Hambatan Mobilitas Fisik Klien kooperatif.
Kedua Klien menerima dan merespon pemberian edukasi tentang Osteoporosis
dan Hambatan Mobilitas Fisik dengan baik. Terlebih kedua klien mengatakan
bahwa sudah tidak asing dengan kata pengapuran dikarenakan pernah beorbat ke
rumah sakit sebelumnya. Klien melakukan dan menerapkan apa yang telah
diinformasikan. Pada hari ketiga Klien dapat menjelaskan secara sederhana
pengertian Osteoporosis dan Hambatan Mobilitas Fisik, manfaat Mobilitas Fisik,
kerugian tidak melakukan Mobilitas Fisik dan tahap-tahap latihan Mobilitas Fisik.
Edukasi tentang Mobilitas Fisik ini juga diberikan kepada Keluarga Klien dan
keluarga Klien merespon dengan baik.

Pemberian edukasi atau pendidikan kesehatan adalah upaya untuk


mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat agar
melaksanakan perilaku hidup sehat. Pendidikan kesehatan merupakan suatu
kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
praktek dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan .

Kedua Klien setuju dengan informasi yang disampaikan karena sangat


berguna bagi Klien dan keluarganya. Setelah diberikan edukasi tentang
osteoporosis dan Mobilitas Fisik pengetahuan Klien dan keluarga Klien
bertambah. Klien dan keluarga Klien pun dapat memberikan informasi yang
didapat kepada orang lain. Kemudian Klien menerapkan apa yang telah
disampaikan pada Klien sehingga meningkatkan pemeliharaan terhadap kesehatan
Klien.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Setelah melakukan implementasi keperawatan keluarga osteoporosis Ny. S


dan Ny. R dengan masalah hambatan mobilitas fisik di wilayah kerja Puskesmas
Kampus Palembang tahun 2019, yang dilaksanakan selama tiga hari, maka penulis
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan ROM (Range of motion)


Dari hasil penerapan latihan ROM pada Ny. S dan Ny. R, keduanya
sangat kooperatif dalam melakukan latihan. Dalam melakukan
implementasi penulis tidak mengalami hambatan yang berarti. Kedua
keluarga juga dapat memahami apa yang telah di ajarkan dan mau
menerapkan latihan range of motion setiap hari pada keluarga yang
mengalami hambatan mobilitas fisik akibat osteoporosis.

2. Penerapan Latihan Beban


Klien 1 dan 2 serta keluarga sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan
Latihan Beban yang sangat bermanfaat dalam mengembalikan mencegah
patah tulang dan pertahanan massa tulang pada klien yang telah menderita
osteoporosis. Tidak ada hambatan yang berarti dalam melaksanakan
Implementasi Latihan Beban ini. Kedua keluarga berharap dapat
melakuakan kegiatan latihan tiga kali dalam seminggu guna
mempertahankan massa tulang yang membutuhkan latihan secara berkala.

3. Memberikan pendidikan tentang Osteoporosis dan Terapi Hambatan


Mobilitas Fisik

Kedua klien serta keluarga setuju dengan informasi yang disampaikan


karena sangat berguna . Setelah diberikan pendidikan tentang
Osteoporosis dan Mobilitas Fisik pengetahuan klien dan keluarga klien
bertambah. Klien dan keluarga pun dapat memberikan informasi yang
didapat kepada orang lain. Kemudian keluarga mampu menerapkan apa

85
86

yang telah disampaikan pada klien sehingga meningkatkan pemeliharaan


terhadap kesehatan klien.

6.2 Saran

1. Untuk Pembaca
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran dan bahan acuan baik untuk penelitian selanjutnya dan
dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
hambatan mobilitas fisik pada penderita osteoporosis menggunakan latihan
ROM dan latihan beban.

2. Untuk Puskesmas
Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi
Puskesmas untuk memberikan implementasi keperawatan keluarga range
of motion dengan masalah hambatan mobilitas fisik pada penderita
osteoporosis dan pemberian informasi pada keluarga yang memiliki
anggota keluarga yang menderita osteoporosis, sehingga angka kejadian
osteoporosis dengan hambatan mobilitas fisik di puskesmas dapat
menurun dengan memberikan penyuluhan kesehatan. Diharapkan agar
nantinya latihan ROM dan Latihan Beban dapat dilaksanakan di
Puskesmas Kampus Palembang.
3. Untuk Institusi Pendidikan
Melalui Karya Tulis Ilmiahini dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran bagi semua pihak yang ada di institusi pendidikan
keperawatan, dan dapat digunakan sebagai referensi dalam
mengembangkan pendidikan keperawatan khususnya di bidang
keperawatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda. Juall. (2000). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada


Praktik Klinis Edisi 6. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabet. J. (2000). Buku Saku Patofisiologi .Jakarta: EGC

Data laporan bulanan (Januari, 2017) Dinas Kesehatan Kota Palembang


2017. Dari: www.dinkes.palembang.go.id/?
nmodul=dokumen&id=150. Diakses tanggal 3 Februari 2019
Dewi, P, C, A. (2014). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi.
Dari: http://www.academia.edu/28865207/Gangguan_Mobilitas_
Fisik . Diakses tanggal: 1 Februari 2019

Friedman, M.M (1998). Family Nursing Researh, Theory and Practice.


(14th) Norwarlk CT : Apleton & Lange. / Keperawatan Keluarga
Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka
Belajar.
Health Solution. (2011). Osteoporosis di Usia Muda. Jakarta: Grasindo

Isbagio, H. (2006). Oteoartritis dan Osteoporosis sebagai Masalah


Muskulosketal Utama Warga Usia Lanjut di Abad 21. Jakarta: UI-
Press
Jhonson, L, & Leny, R. (2010). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta :
Nuha Medika

Karolina, M. S. (2009). Hubungan Pengetahuan dan Pencegahan


Osteoporosis yang Dilakukan Lansia di Kecamatan Medan
Selayang. Dari: http//www.
Lukman, Ningsih Nurna. ( 2012). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika

Mubarak, W. I. Nurul C, & Santoso, B. A (2009). Keperawatan


Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Muda, Iskandar, dkk. (2012). Gambaran Perilaku Keluarga Tentang
Pencegahan Osteoporosis Pada Lansia.. http://repository.unri.
ac.id/bitstream/123456789/1848/1/BURNING.pdf%20a.pdf.
Diakses tanggal 30 Januari 2019

Muhlisin, A. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Gosyen


Publishing.

Mulyaningsih, Farida. (2008) Mencegah dan Mengatasi Osteoporosis


Dengan Berolahraga. Dari http:// wwwmencegah+dan+mengatasi
+osteoporosis=124. Diakses 2 Februari 2019
Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nurarif, A. H., & Kusuma. H. (2015). Nanda Nic Noc. Jakarta: EGC

Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta :


Nuha Medika.

Padila. (2012). Keperawatan Keluarga dilengkapi dengan Aplikasi Kasus


Askep Keluarga Terapi Herbal dan Terapi Modalitas. Yogjakarta.
Nuha Medika
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses, dan Praktik edisi 4. Jakarta : EGC
Purwoastuti E. (2009). Waspada! OSTEOPOROSIS. Yogyakarta: Kanisius

Sugiarto,W, R. (2015). Latihan Beban Berat Bagi Penderita Osteoporosis,


11(2) 42-51. Dari: https://journal.uny.ac.id/index.php/jorpres/artic
le/view/5727 Diakses dari: 19 September 2018.
Rosyidi, K. (2013). Muskuloskeletal. Jakarta; Trans Info Media.

Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. (2001). Buku Ajar Keperawatan


Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta
Surabaya Knee Center. (2013). Komplikasi pada Osteoporosis. Dari

Tandra, Hans. (2009). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang
Osteoporosis Mengenal, Mengatasi, dan Mencegah Tulang
Keropos. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
World Health Organization. (2016). Definition of Older or Elderly Person.
Dari: //www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/.
Diakses : 2 Desember 2018.

Widyanto, F.C. 2014. Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan


Praktis.: Yogyakarta. Nuha Medika
LAMPIRAN 1
Untuk melakukan pengkajian pada keluarga dengan Osteoporosis pada Gangguan
Mobilitas Fisik (Berdasarkan Teori Friedman)

FORMAT PENGKAJIAN ASKEP KELUARGA

I. Data Umum
1. Nama Kep.Klg :
2. Usia :
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan :
5. Alamat :

No Nama Jenis Hub dgn Umur Pendidikan Pekerjaan


Kelamin KK

Genogram :
7. Tipe keluarga :
8. Suku bangsa :
9. Agama :
10. Status sosial ekonomi keluarga :
a. Pekerjaan anggota keluarga :
b. Penghasilan anggota keluarga :
c. Pemenuhan kebutuhan sehari–hari :
d. Tabungan / asuransi :
11. Aktivitas rekreasi keluarga
:
a. Rekreasi yang digunakan di dalam rumah :

b. Rekreasi yang digunakan di luar rumah :

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
3. Riwayat keluarga inti :
4. Riwayat keluarga sebelumnya :

III. Lingkungan
1. Karakteristik rumah
a. Status rumah : Rumah Sendiri
Menumpang
Kontrak
b. Denah rumah :
c. Type rumah : Permanen
Semi Permanen
Tidak Permanen

d. Sumber air bersih: Sumur


PAM
PAM dan Sumur
e. Pengelolaan air minum
Dimasak
Mentah
Air Mineral/Aqua
f. Tempat pembuangan air besar
Leher Angsa
Kakus Duduk
Cubluk
Sungai
g. Kebiasaan membuang sampah
Dibakar
Diambil Petugas
Dibuang kesungai
Lain-lain
h. Keadaan lantai rumah
Tegel/Keramik
Plester
Tanah
i. Tempat penampungan air bersih
Tertutup
Terbuka
Kran
j. Ventilasi ada, banyak
ada, sedikit
tidak ada
k. Pencahayaan Terang
Remang-remang
Gelap

2.Karakteristik tetangga dan komunitas :


a. Adat dan istiadat komunitas sekitar :
b. Pola pergaulan keluarga :
c. Persepsi keluarga terhadap komunitas :
d. Pengetahuan keluarga mengenai masalah kesehatan yang
berkaitan dengan komunitas :
3.Mobilitas geografis keluarga :

a. Alat transportasi di daerah :

b. Alat ransportasi yang biasa digunakan oleh keluarga :

4.Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyakarat :

a. Peran serta keluarga dalam perkumpulan di masyarakat :

b. Persepsi keluarga mengenai perkumpulandi masyarakat :

5. Sistem pendukung keluarga :


6. Struktur Keluarga :
a. Pola komunikasi keluarga :
b. Struktur kekuatan keluarga :
c. Struktur peran :
d. Nilai dan norma budaya :
IV. Fungsi Keluarga

1.Fungsi afektif :
2.Fungsi social :
3.Fungsi reproduksi :
4.Fungsi ekonomi :
5.Fungsi perawatan keluarga :
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan :
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan :
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit :
d. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah yang sehat :
e. Kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan :

V. Stres Dan Koping Keluarga


1. Stressor :
a. Jangka Pendek :
b. Jangka Panjang :
2. Kemampuan keluarga berespons terhadap masalah :
3. Strategi koping yang digunakan :
4. Strategi adaptasi disfungsional :
5. Pemeriksaan fisik ( Head to Toe) :

Kepala Anggota Keluarga


Pemeriksaan Fisik Keluarga
1 2 3 4

Keadaan Umum
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Berat Badan Dahulu
Tinggi Badan
Kepala :
a. Bentuk
b. Keadaan Rambut
c. Warna Rambut

Leher :
a. Nyeri tekan
b. Nyeri pergerakan

Mata :
a. Simetris/asimetris
b. Konjungtiva
anemis/tidak
anemis
c. Sklera ikterik/tidak

Hidung:
a. Kebersihan
b. Fungsi penciuman
c. Sekret
ada/tidak ada
d. Pernafasan
cuping hidung

Telinga:
a. Kebersihan
b. Simetris/asimetris
c. Serumen :
ada/tidak ada
d. Fungsi
Pendengaran
Mulut :
a. Kebersihan
b. Mukosa bibir
c. Lidah
d. Gigi

a. Simetris/asimetris
b. Otot bantu
pernafasan
c. Bunyi

a. Bentuk
b. Simetris/asimetris
c. Nyeri tekan

Punggung :
a. Bentuk (membungkuk)
b. Nyeri Tekan
c. Nyeri Pergerakan

Pemeriksaan Mobilitas :
a. Ekstremitas Atas
b. Ekstremitas Bawah
Genetalia

VI. Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga


Lampiran 2

HASIL PENGKAJIAN DAN SKORING PRIORITAS KEPERAWATAN

Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga


Pengkajian (tanggal) : Senin, 14 April 2019
1. Data Umum Kepala Keluarga

KK klien Pertama KK Klien Kedua


a. Nama Kep. Klg : Ny. S a. Nama Kep. Klg : Tn.U
b. Usia : 72 Tahun b. Usia : 70 Tahun
c. Pendidikan : SLTA c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan : Pensiunan d. Pekerjaan : Buruh
e. Agama : Islam e. Agama : Islam
f. Alamat : Jl. Hokky 6-2 f. Alamat : Jl. Balap Sepeda
Palembang Lr. Muhajirin 8 Palembang

Genogram : Keluarga Klien 1 Genogram: Keluarga Klien 2

Skema 4.2.1 Genogram Keluarga Klien 1 Skema 4.2.2 Genogram Keluarga Klien 2
Keterangan :

: Laki-laki : Hubungan suami istri


: Perempuan : Pasien
: Meninggal : Tinggal serumah
Interpretasi : Klien 1 merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Orang tua dan
suaminya telah meninggal. Ia tinggal serumah dengan anaknya yang ke-empat karena suami
dari anaknya terkadang pergi ke luar kota berbulan-bulan. Dalam anggota keluarganya tidak
ada yang memiliki riwayat penyakit yang sama dengan yang dialami Klien 1. Sedangkan
Klien 2, tinggal bersama suami serta anak terakhirnya yang sudah menikah. Dalam anggota
keluarganya yang memiliki riwayat penyakit yang sama dengan yang dialami Klien 2
adalah ibunya.

a. Tipe keluarga
klien Pertama klien Kedua
Tipe keluarga Klien 1 yaitu satu orangtua Tipe keluarga Klien 2 yaitu keluarga
(Single Parent), suatu rumah tangga yang inti (Nuclear Family) yang terdiri atas,
terdiri dari satu orang dewasa yang ditinggal sepasang suami istri dan anaknya
cerai (mati) dan anaknya.

b. Latar Belakang Suku

klien Pertama klien Kedua


Ny. S adalah Warga Negara Indonesia (WNI) Tn.U dan Klien 2 adalah Warga Negara
dan Ny. S tinggal di Sumatera Selatan, Indonesia (WNI) dan keduanya tinggal di
Klien berasal dari suku Sumatera. Bahasa Sumatera Selatan, bahasa yang digunakan
yang diganakan keluarga Ny. S adalah keluarga adalah bahasa Palembang,
bahasa Indonesia. Agama keluarga Ny. S agama keluarga Tn. U adalah islam
adalah islam

c. Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Klien Pertama Klien Kedua

Tahap perkembangan keluarga klien Tahap perkembangan keluarga klien 2


1 merupakan tahap perkembangan merupakan tahap perkembangan keluarga
keluarga dewasa karena anak tertua dewasa karena saat ini anak tertua Ny. R
Ny. S sudah berumur 50 tahun. berumur 49 tahun.

Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi


Klien Pertama Klien Kedua
Ny.S mengatakan Ny.R mengatakan untuk saat ini belum ada tugas keluarga
untuk saat ini belum yang belum terpenuhi tetapi sebagai orangtua belum
ada tugas keluarga mampu memenuhi kebutuhan pendidikan yang lebih
yang belum terpenuhi. tinggi karena keterbatasaan ekonomi.

d. Status Sosial Ekonomi Keluarga

klien Pertama klien Kedua


Ny. S mengatakan yang mencari uang Klien 2 mengatakan yang mencari
sekarang ini adalah dirinya sendiri dengan uang sekarang ini adalah dirinya
bantuan uang pension suami serta dirinya, sendiri dengan berjualan barang-
terkadang anak-anaknya suka membantu barang kredit untuk mencukupi
pemasukan uangnya, terkadang setiap bulan kehidupan sehari-hari, penghasilan
Ny. S diberi kiriman sebanyak Rp. perhari yang didapat Ny.N tidak
1.000.000,- . Klien 1 pun masih kerap datang menentu berkisar Rp.100.00 –
ke perusahaan tempat ia kerja dulu sebagai Rp.300.000 namun karena sakit di
penasihat atau sekedar mengisi waktu luang, area lengan dan lutut akibat
namun di karenakan pengapuran pada pengapuran membuatnya harus
lututnya membuat klien 1 sedang tak dapat berhenti beraktivitas. Tn.U sendiri
beraktivitas luar rumah sejak januari lalu. bekerja sebagai buruh Dari hasil
Dari hasil observasi keluarga ini mempunyai observasi keluarga ini mempunyai,
barang seperti TV, kipas angin, lemari, barang seperti TV, lemari pakaian,
kompor. Ny. S mengatakan tidak banyak kompor, mesin cuci Klien 2
keperluan yang harus dibayar dikarenakan ia mengatakan keperluan yang harus
sendirian dan tidak ada tanggungan seperti dibayar, seperti keperluan ibunya yang
anak atau cucu serta orang tua. Tanggungan sekarang menumpang dirumahnya,
Klien 1 hanya sekedar membayar tagihan membayar tagihan PAM, listrik, dan
PAM, listrik, dan kebutuhan makan. kebutuhan makan.

e. Struktur Keluarga
Pola Komunikasi Keluarga
klien Pertama klien Kedua
Komunikasi yang digunakan dalam Ny. S Komunikasi yang digunakan dalam
yaitu komunikasi terbuka, bahasa yang keluarga Ny. R yaitu komunikasi terbuka,
digunakan sehari-hari adalah bahasa bahasa yang digunakan sehari-hari adalah
palembang dan bahasa indonesia, jika ada bahasa palembang, jika ada masalah maka
masalah maka akan didiskusikan bersama, akan didiskusikan bersama, tidak
tidak melibatkan orang lain. Ny. S akan melibatkan orang lain. Tn. U selaku kepala
berbicara langsung bersama anak-anaknya keluarga akan berbicara langsung bersama
dan cucunya lalu memutuskan suatu anak-anaknya beserta klien 2 selaku
masalah dengan keputusan bersama yang istrinya dan memutuskan suatu masalah
telah didiskusikan sebelumnya. dengan keputusan bersama yang telah
didiskusikan sebelumnya.

Struktur Kekuatan Keluarga


klien Pertama klien Kedua
Ny. S mengatakan bahwa yang dapat Ny. R mengatakan bahwa yang dapat
mengambil keputusan keluarga adalah dia mengambil keputusan keluarga adalah Tn.
sendiri selaku kepala keluarga dimana U selaku kepala keluarga, dimana
keputusan tersebut sudah dibicarakan keputusan tersebut sudah dibicarakan
sebelumnya dengan anak-anaknya. Ny. S sebelumnya dengan dirinya dan
mengatakan dalam keluarga saling mengatakan dalam keluarga saling
menghargai satu sama lain, saling menghargai satu sama lain, saling
membantu serta saling mendukung membantu serta saling mendukung.

Struktur Peran Keluarga


klien Pertama klien Kedua
Klien 1 Ny. S sebagai KK sekaligus ibu Keluarga Tn. U sebagai KK, Ny. R sebagai
rumah tangga dan Ny. M sebagai anaknya, ibu rumah tangga dan terdapat orang tua
sedangkan beberapa anak lainnya tinggal Klien Ny. N sebagai anaknya.
terpisah
Nilai dan Norma Budaya
klien Pertama klien Kedua
Keluarga Klien 1 berpegang teguh pada Klien 2 serta keluarga berpegang teguh
nilai dan norma budaya yang berlaku di pada nilai dan norma budaya yang berlaku
daerah tempat tinggalnya dan beragama di daerah tempat tinggalnya dan beragama
islam islam

f. Aktivitas Rekreasi Keluarga

1. Rekreasi yang digunakan di dalam rumah


klien Pertama klien Kedua
Klien mengatakan untuk rekreasi yang digunakan Klien mengatakan untuk rekreasi
di dalam rumah hanya menonton TV terkadang yang digunakan di dalam rumah
Klien 1 mengundang cucu untuk ikut menginap hanya menggunakan TV sebagai
dirumah sehingga ia tidak merasa kesepian. sarana hiburan mereka.

2. Rekreasi yang digunakan di luar rumah


klien Pertama klien Kedua
Klien mengatakan untuk rekreasi Klien mengatakan untuk rekreasi di luar rumah
luar rumah klien suka liburan ke mereka sangat jarang untuk keluar bersama
Bangka menemui saudaranya. karena waktu mereka tersita untuk bekerja.

f. Lingkungan
Karakteristik Rumah
Klien Pertama Klien Kedua
Rumah Keluarga Ny.S berstatus Stastus rumah Keluarga Ny.R adalah
kepemilikan rumah sendiri dengan luas 2
kepemilikan rumah sendiri 10x7 m ,
2 berlantai keramik bertype rumah semi
15x8 m , berlantai semen, bertype rumah
permanen. Mempunyai 2 ventilasi di ruang permanen. Mempunyai 4 ventilasi di
tamu yang dibuka setiap pagi dan , ruang tamu yang dibuka setiap pagi,
Pencayahaan di rumah Ny.S cukup Pencayahaan di rumah Keluarga Ny.R
kurang. terang.
Karakteristik tetangga dan komunitas
Klien Pertama Klien Kedua
Klien 1 tinggal di lingkungan perumahan Klien 2 tinggal di lingkungan padat
penduduk yang berdekatan dengan sekolah penduduk yang berada di dalam kota.
dasar dan jalan raya. Masyarakat disekitar Jarak antara rumah cukup berdekatan.
rumah Ny. S terlihat ramah dan mereka Masyarakat disekitar rumah Ny. Rterlihat
saling bantu apalagi Ny. S kerap ikut ramah dan mereka saling bantu. Fasilitas
komunitas lansia. Fasilitas yang ada di yang ada di lingkungan sekitar tempat
lingkungan sekitar tempat tinggal keluarga tinggal keluarga Tn. R ini antara lain
Tn. Y ini antara lain musolah serta dekat musolah serta dekat dengan posyandu
dengan mall dan puskesmas. lansia dan puskesmas.

Mobilitas Geografis Keluarga


Klien Pertama Klien Kedua
Klien 1 mengatakan asli palembang begitu Klien 2 mengatakan berasal dari desa
pun juga dengan suaminya mereka tinggal Sekayu Ulak Tebrau begitu pun dengan
di rumahnya sekitar 30 tahunan lebih suaminya mereka tinggal di rumahnya
sebelumnya tinggal dengan orangtuanya. yang ada di Palembang sekitar 36 tahunan
Alat transportasi yang ada di sekitar rumah lebih dan sebelumnya tinggal dengan
keluarga Ny. S adalah ojek, becak dan orangtuanya. Alat transportasi yang ada di
angkot. Dalam memenuhi aktivitas sehari- sekitar rumah keluarga klien 2 adalah ojek
hari keluarga Ny. S menggunakan becak dan angkot. Dalam memenuhi aktivitas
atau transportasi keluarga. sehari-hari keluarga klien 2 menggunakan
transportasi keluarga.

Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan masyarakat


Klien Pertama Klien Kedua
Interaksi keluarga klien 1 dengan Interaksi keluarga klien 2 dengan masyarakat
masyarakat terjalin baik. Ny. S terjalin baik. Keluarga Ny. R sering berkumpul
sering berkumpul dengan dengan warga. Jika terdapat tetangga sekitar yang
tetangga. Jika terdapat tetangga memerlukan bantuan maka masyarakat saling
sekitar yang memerlukan bantuan tolon-menolong untuk menyelesaikan masalah.
maka masyarakat saling tolong- Terutama Ny. R sendiri adalah ketua ibu-ibu
menolong pengajian masjid di dekat rumahnya.
Sistem Pendukung Keluarga
Klien Pertama Klien Kedua
Keluarga baik anak dan saudara serta Keluarga baik anak dan orangtua sertta
tetangga sekitar Ny.S merupakan system saudara dan tetangga sekitar Ny. R
pendukung keluarga yang utama. Untuk merupakan system pendukung keluarga
menunjang kesehatan, keluarga memiliki yang utama. Untuk menunjang kesehatan,
kartu jaminan kesehatan dari pemerintah. keluarga memiliki kartu jaminan
Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada kesehatan dari pemerintah. Fasilitas
dilingkungan keluarga Ny. S adalah pelayanan kesehatan yang ada
Puskesmas Kampus Palembang. dilingkungan keluarga Ny. S adalah
Puskesmas Kampus Palembang.

b. Denah rumah

Klien Pertama Klien Kedua

wc
Dapur wc
Dapur

Kamar tidur Kamar tidur

Kamar tidur Ruang tamu


Kamar
Ruang tamu
tidur
pintu
pintu
g. Fungsi Keluarga

Fungsi Afektif
klien Pertama klien Kedua
Walaupun tinggal sendiri saat ini klien 1 tetap Keluarga klien 2 saling memberikan
menjalin hubungan dengan anak-anaknya perhatian, kasih sayang dan menjaga
yang sudah menikah dan mereka tetap saling kepentingan bersama. Ny. R juga
memberikan perhatian, kasih sayang dan mendukung apa yang dilakukan
menjaga kepentingan bersama. Ny. S juga anaknya selama tidak melanggar etika
mendukung apa yang dilakukan anaknya dan sopan santun serta menerapkan
selama tidak melanggar etika dan sopan sistem demokrasi dalam mengatasi
santun serta menerapkan sistem demokrasi masalah keluarga
dalam mengatasi masalah keluarga.

Fungsi Sosialisasi
klien Pertama klien Kedua
Ny. S mengatakan bahwa cara Ny. R mengatakan bahwa cara menanamkan
menanamkan hubungan interaksi hubungan interaksi sosial pada keluarganya
sosial pada keluarganya dengan dengan tetangga dan masyarakat sekitar yaitu
tetangga dan masyarakat sekitar dengan menganjurkan anak-anaknya untuk ikut
yaitu dengan menganjurkan anak- berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungan sekitar
anaknya untuk ikut berpartisipasi misalnya dalam acara perkumpulan dengan
dalam kegiatan di lingkungan masyarakat, selalu rajin mengikuti kerja bakti yang
sekitar misalnya dalam acara diadakan oleh Rt, dan sering membantu apabila
perkumpulan dengan masyarakat. ada acara yang diadakan pada lingkungan
masyarakat.

h. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik
Keluarga Klien 1
No Pemeriksaan Fisik Ny. S Ny. M

1 Keadaan Umum Fisik Ny. S tampak lemas, Fisik Ny. M sehat


ketika disuruh berdiri atau tangan dan kaki
berjalan Ny. S tampak dapat melakukan
kepayahan dan terlihat aktivitas seperti
mengernyit. biasa.

2 Tingkat Kesadaran Compos mentris Compos mentris


GCS 15 GCS 15
3 TTV :
Tekanan Darah 130/70 mmHg 120/80 mmHg
Nadi 72x/mnt 80x/mnt
Pernafasaan 22x/mnt 22x/mnt
Suhu 37.0°C 36,5°C
BB 45 Kg 65 Kg
TB 157 cm 160 cm

4 Kepala Normocephali, tidak ada Bentuk simetris,


benjolan, kulit kepala tidak ada benjolan,
bersih, rambut rapi karena kulit kepala bersih, ,
disisir dan disanggul, warna rambut putih.
warna rambut didominasi
uban.

5 Mata Simetris, sclera tidak Simetris, sclera tidak


ikterik konjungtiva tidak ikterik konjungtiva
anemis, fungsi tidak anemis, fungsi
penglihatan kabur. penglihatan baik

6 Hidung Bentuk simetris, bersih, Bentuk simetris,


secret tidak ada, kelainan bersih, secret tidak
tidak ada, fungsi ada, kelainan tidak
penciuman baik, tidak ada ada, fungsi
peradangan nafas, cuping penciuman baik,
hidung tidak ada. tidak ada
peradangan nafas,
cuping hidung tidak
ada.

7 Telinga Bentuk simetris, serumen Bentuk simetris,


ada, tidak ada lesi, nyeri serumen ada, tidak
tidak ada, fungsi ada lesi, nyeri tidak
pendengaran baik. ada, fungsi
pendengaran tidak
baik.
8 Mulut Mukosa bibir lembab, Mukosa bibir
stomatitis tidak ada, gigi lembab, stomatitis
kotor, gigi sudah tidak tidak ada, gigi
lengkap geraham atas, bersih, gigi bawah
fungsi pengecapan baik, dan atas sudah tidak
langit-langit utuh. lengkap, fungsi
pengecapan baik,
tidak ada gangguan
bicara

9 Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada


kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
pembengkakan vena tiroid, tidak ada
jugularis. pembengkakan vena
jugularis.

10 Dada
Inspeksi - Simetris kanan dan kiri - Simetris kanan dan
Auskultasi - Bunyi nafas bersih kiri
Perkusi ( vascular ) - Bunyi nafas bersih
Palpasi - Sonor pada kedua paru ( vascular )
- Tidak ada - Sonor pada kedua
pembengkakan paru
- Tidak ada
pembengkakan

11 Punggung - Kyphosis - Simetris


Inspeksi - Ada nyeri pergerakan - Tidak Nyeri
Palpasi - Ada nyeri tekan, tidak Pergerakkan
ada asites, tidak ada - Tidak ada nyeri
pembengkakan. tekan, tidak ada
pembengkakan.

12 Pemeriksaan Mobilitas - Dextra : edema


Ektermitas - Dextra : Edema tidak tidak ada,
Atas ada, kekuatan tangan pergerakan tangan
lemah, pergerakkan dapat
baik, tidak ada kekakuan digerakkan,tidak
Bawah - Sinistra : edema tidak ada kekakuan
ada, pergerakan tangan - Sinistra : Edema
nyeri bagian tidak ada, kekuatan
pergelangan tangan. tangan baik
- Dextra : edema tidak ,pergerakan baik,
ada, tidak ada varises, tidak ada
tidak ada edema, kekakuan.
pergerakkan lemah, kaki
sulit berjalan. - Dextra : edema
- Sinistra : edema tidak tidak ada, ada
ada, tidak ada varises, varises, tidak ada
tidak ada edema, nyeri edema, pergerakan
pergerakan saat berjalan baik.
dan berdiri - Sinistra : edema
tidak ada, ada
varises, tidak ada
edema, pergerakkan
baik.

13 Kulit Warna kulit sawo matang, Warna kulit sawo


integritas kulit baik, turgor matang, integritas
kulit elastis. kulit baik, turgor
kulit elastis.

14 Genetalia Tidak dikaji Tidak dikaji


15 Kekuatan otot 4 4 5 5

3 3 5 5

Pemeriksaan Fisik
Keluarga Klien 2

b. Pemeriksaan Fisik
No Pemeriksaan Tn.U Ny. R Ny. N
Fisik

1 Keadaan Fisik Tn. U sehat Fisik Ny. R sehat, Fisik Ny. N sehat
Umum tangan dan kaki tampak lemah. tangan dan kaki
dapat melakukan ketika disuruh dapat melakukan
aktivitas seperti berdiri atau berjalan aktivitas seperti
biasa. Ny. R membutuhkan biasa.
bantuan keluarga

2 Tingkat Compos mentris Compos mentris Compos mentris


Kesadaran GCS 15 GCS 15 GCS 15

3 TTV :
Tekanan 130/80 mmHg 100/70 mmHg 120/80 mmHg
Darah 80x/mnt 80x/mnt 82x/mnt
Nadi 22x/mnt 20x/mnt 24x/mnt
Pernafasaan 36,5°C 36,6°C 36,5°C
Suhu 65 Kg 50 kg 65 Kg
BB 165 cm 158 cm 168 cm
TB

4 Kepala Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bentuk simetris,


tidak ada tidak ada benjolan, tidak ada
benjolan, kulit kulit kepala bersih, benjolan, kulit
kepala bersih, , tidak ada lesi, kepala bersih, ,
warna rambut rambut tampak rapi, warna rambut
putih. warna rambut hitam putih.
keputihan (uban ),
rambut lurus pendek.

5 Mata Simetris, sclera Simetris, sclera tidak Simetris, sclera


tidak ikterik ikterik konjungtiva tidak ikterik
konjungtiva tidak tidak anemis, fungsi konjungtiva tidak
anemis, fungsi penglihatan kabur anemis, fungsi
penglihatan baik penglihatan baik

6 Hidung Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bentuk simetris,


bersih, secret bersih, secret tidak bersih, secret
tidak ada, ada, kelainan tidak tidak ada,
kelainan tidak ada, fungsi kelainan tidak
ada, fungsi penciuman baik, ada, fungsi
penciuman baik, tidak ada penciuman baik,
tidak ada peradangan nafas, tidak ada
peradangan nafas, cuping hidung tidak peradangan nafas,
cuping hidung ada. cuping hidung
tidak ada. tidak ada.

7 Telinga Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bentuk simetris,


serumen ada, serumen tidak ada, serumen ada,
tidak ada lesi, tidak ada lesi, nyeri tidak ada lesi,
nyeri tidak ada, tidak ada, fungsi nyeri tidak ada,
fungsi pendengaran baik fungsi
pendengaran pendengaran tidak
tidak baik. baik.

8 Mulut Mukosa bibir Bersih, mukosa Mukosa bibir


lembab, stomatitis bibir lembab, gigi lembab, stomatitis
tidak ada, gigi sudah tidak lengkap, tidak ada, gigi
bersih, gigi fungsi pengecapan bersih, gigi bawah
bawah dan atas baik, tidak ada dan atas sudah
sudah tidak gangguan bicara tidak lengkap,
lengkap, fungsi fungsi pengecapan
pengecapan baik, baik, tidak ada
tidak ada gangguan bicara
gangguan bicara

9 Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada


pembesaran pembesaran kelenjar pembesaran
kelenjar tiroid, tiroid, tidak ada kelenjar tiroid,
tidak ada pembengkakan vena tidak ada
pembengkakan jugularis. pembengkakan
vena jugularis. vena jugularis.

10 Dada - Simetris kanan - Simetris kanan dan


Inspeksi dan kiri kiri - Simetris kanan
Auskultasi - Bunyi nafas - Bunyi nafas bersih dan kiri
bersih ( ( vascular ) - Bunyi nafas
Perkusi vascular ) - Sonor pada kedua bersih (
- Sonor pada paru vascular )
Palpasi kedua paru - Tidak ada - Sonor pada
- Tidak ada pembengkakan kedua paru
pembengkakan - Tidak ada
pembengkakan

11 Punggung - Simetris - Kyphosis - Simetris


Inspeksi - Tidak Nyeri - Nyeri - Tidak Nyeri
Palpasi Pergerakkan pergerakkan Pergerakkan
- Tidak ada nyeri - Ada nyeri tekan, - Tidak ada nyeri
tekan, tidak ada tidak ada tekan, tidak ada
pembengkakan. pembengkakan. pembengkakan.

Pemeriksaan - Dextra : edema - Dextra : Edema - Dextra : edema


12 Mobilisasi tidak ada, tidak ada, kekuatan tidak ada,
Ektermitas pergerakan tangan baik, tidak pergerakan
Atas tangan dapat ada kekakuan tangan dapat
digerakkan,tida - Sinistra : Edema digerakkan,tidak
k ada kekakuan tidak ada, kekuatan ada kekakuan
- Sinistra : tangan kurang baik - Sinistra : Edema
Edema tidak ,nyeri pergerakkan, tidak ada,
ada, kekuatan tidak ada kekakuan kekuatan tangan
tangan baik baik ,pergerakan
Bawah ,pergerakan - Dextra : edema baik, tidak ada
baik, tidak ada tidak ada, tidak ada kekakuan.
kekakuan. varises, tidak ada
edema, nyeri - Dextra : edema
- Dextra : edema pergerakkan, sulit tidak ada, ada
tidak ada, ada berjalan varises, tidak
varises, tidak - Sinistra : edema ada edema,
ada edema, tidak ada, tidak ada pergerakan baik.
pergerakan baik. varises, tidak ada - Sinistra : edema
- Sinistra : edema edema, nyeri tidak ada, ada
tidak ada, ada pergerakan, sulit varises, tidak ada
varises, tidak ada berjalan karena edema,
edema, pengapuran tulang. pergerakkan baik.
pergerakkan
baik.

13 Kulit Warna kulit sawo Warna kulit sawo Warna kulit sawo
matang, integritas matang, integritas matang, integritas
kulit baik, turgor kulit baik, turgor kulit baik, turgor
kulit elastis. kulit elastis. kulit elastis.

14 Genetalia Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji


15 Kekuatan 5 5 4 4 5 5

otot
5 5 2 2 5 5
Skoring Masalah Keperawatan
Klien 1

Diagnosa 1 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidaktahuan


keluarga dalam merawat kesehatan anggota keluarga dengan
masalah osteoporosis.

No Kriteria Skala Bobot Perhitungan Pembenaran


1 Sifat masalah 3 1 3/3 x 1 Masalah gangguan
: Tidak 1 mobilitas fisik
/kurang sehat sudah terjadi pada
( actual ) Ny. S dikarenakan
pengapuran pada
tulang Ny. S tidak
dilatih untuk
melakukan
mobilisasi (latihan
beban) dan ROM
secara bertahap

2 Kemungkinan 1 2 1/2 x 2 Kemungkinan


masalah 1 masalah dapat
dapat diubah : diubah dengan cara
Hanya menjelaskan
sebagian pengertian
mobilisasi. Tujuan,
cara melakukan
ROM dan latihan
beban secara
bertahap serta
dampak yang
terjadi jika tidak
melatih anggota
gerak pada Ny. S
dengan masalah
osteoporosis.

3 Potensial 3 1 3/3 x 1 Masalah dapat


masalah 1 dicegah dengan
untuk dicegah cara mendidik,
: Tinggi memotivasi dan
mengajarkan
keluarga merawat
Ny. S

4 Menonjolnya 2 1 2/2 x 1 Keluarga


masalah : 1 merasakan masalah
masalah yang sedang
berat, harus dihadapi
segera merupakan
ditangani masalah berat
sehingga harus di
tangani segera agar
Ny. S dapat
menggerakan
anggota tubuhnya
dengan baik dan
bisa beraktifitas
seperti biasa

Total 4

Diagnosa 2 : Resiko jatuh berhubungan dengan Gangguan keseimbangan, penurunan


aktivitas dan kekuatan otot dengan masalah osteoporosis

No Kriteria Skala Bobot Perhitungan Pembenaran


1 Sifat 2 1 2/3x1 Masalah ini bersifat ancaman
masalah : 2/3 kesehatan apabila tidak
Ancaman ditanngani
kesehatan
( resiko )

2 Kemungkin 1 2 1/2x2 Masalah dapat diubah


an masalah 1 sebagian diakarenakan Ny. S
dapat cukup aktif dalam kegiatan
diubah : perkumpulan lansianya dan
Hanya terkadang melakukan aktifitas
sebagian berat.

3 Potensial 3 1 3/3x1 Masalah dapat dicegah


masalah 1 dengan cara memberi tahu
untuk di keluarga pentingnya latihan
cegah : beban berat guna menjaga
Tinggi keseimbangan tubuh serta
menambah massa tulang dan
kekuatan otot agar tak mudah
jatuh

4 Menonjolny 2 1 2/2x1 Masalah berat, harus segera


a masalah 1 diatasi karena resiko jatuh
sangat tinggi, ditambah
pengelihatan Ny. S kabur dan
kekuatan otot dan massa
tulang yang sudah rapuh
ditambah Ny. S cukuplah
aktif dalam berbagai
kegiatan.

Total
32/3
Klien 2

Diagnosa 1 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Ketidaktahuan


keluarga dalam merawat kesehatan anggota keluarga dengan
masalah osteoporosis

No Kriteria Skala Bobot Perhitungan Pembenaran


1 Sifat 3 1 3/3 x 1 Masalah gangguan mobilitas
masalah : 1 fisik sudah terjadi pada Ny.
Tidak R dikarenakan pengapuran
/kurang pada tulang Ny. R tidak
sehat ( dilatih untuk melakukan
actual ) mobilisasi (latihan beban)
dan ROM secara
bertahap.

2 Kemungkin 1 2 1/2 x 2 Kemungkinan masalah dapat


an masalah 1 diubah dengan cara
dapat menjelaskan pengertian
diubah : mobilisasi. Tujuan, cara
Hanya melakukan ROM dan latihan
sebagian beban secara bertahap serta
dampak yang terjadi jika
tidak melatih kekuatan otot
dan massa tulang pada Ny. R
dengan masalah osteoporosis

3 Potensial 3 1 3/3 x 1 Masalah dapat dicegah


masalah 1 dengann cara mendidik,
untuk memotivasi dan mengajarkan
dicegah : keluarga merawat Ny. R
tinggi

4 Menonjolny 2 1 2/2 x 1 Keluarga merasakan masalah


a masalah : 1 yang sedang dihadapi
masalah merupakan masalah berat
berat, harus sehingga harus di tangani
segera segera agar Ny.R dapat
ditangani menggerakan anggota
tubuhnya dengan baik dan
bisa beraktifitas seperti biasa
Total 4

Diagnosa 2 : Resiko jatuh berhubungan dengan Gangguan keseimbangan, penurunan aktivitas


dan kekuatan otot dengan masalah osteoporosis
No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat masalah: 2 1 2/3x1 Masalah resiko jatuh pada
Ancaman 2/3 Ny. R ditandai karena mata
kabur disertai nyeri kaki

2 Kemungkinan 1 2 1/2x2 Masalah dapat diubah hanya


masalah dapat 1 sebagian, Ny. R banyak
diubah: melakukan kegiatan yang
Sebagian mengakibatkan resiko jatuh
meningkat

3 Potensial 3 1 3/3x1 Potensial masalah untuk


masalah untuk 1 dicegah tinggi, keluarga Ny.
dicegah: R memiliki kemauan untuk
Tinggi menyelesaikan masalah
kesehatan

4 Menonjolnya 1 1 1/2x2 Ny. R mengatakan tahu dengan


masalah: 1 gangguan pada mata yang
Ada masalah, dialaminya dan nyeri kaki tetapi
tetapi tidak keluarga selalu kooperatif dalam
perlu segera proses penyembuhan dan mau
ditangani mengikuti saran.

Total
32/3
Lampiran

FOTO KEGIATAN

Klien 1 (Ny. S)

1. Pertemuan pertama dan Pengkajian

2. Implementasi
Klien 2 (Ny. R)

1. Pertemuan pertama dan Pengkajian

2. Implementasi
Lampiran 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Penyakit Degeneratif


Sub pokok bahasan : Osteoporosis
Sasaran : Lansia
Waktu : 09.00 s/d selesai
Penyuluh : Annisya Ubudiah

A. Tujuan instruksional umum


Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit, lansia dan keluarga
dapat mengetahui tentang osteoporosis.

B. Tujuan instruksional khusus


Setelah dilakukan penyuluhan tentang osteoporosis, para lansia dapat :
1. Menjelaskan pengertian osteoporosis dengan benar
2. Menjelaskan tanda dan gejala osteoporosis.
3. Menyebutkan faktor resiko penyebab osteoporosis dengan benar.
4. Menjelaskan bagaimana cara mencegah osteoporosis dengan benar.

C. Materi Pembelajaran
1. Pengertian osteoporosis.
2. Tanda dan gejala osteoporosis.
3. Faktor resiko yang mempengaruhi osteoporosis.
4. Cara mencegah Osteoporosis.

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

E. Media
1. Leaflet

F. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan
1 3 menit Pembukaan :
Membuka kegiatan Menjawab
dengan mengucapkan salam
salam. Mendengarkan
Memperkenalkan diri Memperhatikan
Menjelaskan tujuan Bertanya
dari penyuluhan
Menyebutkan materi
yang akan diberikan
Memberikan
pertanyaan apersepsi
2. 15 menit Inti :
Menjelaskan tentang Memperhatikan
pengertian osteoporosi. Menyimak
Menyebutkan tanda Mendengarkan
dan gejala Bertanya
osteoporosis. Menjawab
Menyebutkan faktor
resiko yang
mempengaruhi
osteoporosis.
Menjelaskan makanan
yang dianjurkan untuk
mencegah
osteoporosis.
Menjelaskan cara
mencegah
osteoporosis.
Penyuluh memberi
kesempatan kepada
peserta untuk bertanya
Penyuluh menjawab
pertanyaan dari peserta
Penyuluh memberi
pertanyaan kepada
peserta
3. 2 menit Penutup :
Menyimpulkan isi Membalas
materi ucapan
Mengucapkan terimakasih.
terimakasih atas peran Menjawab
serta peserta. salam penutup.
Mengucapkan salam
penutup.

G. Sumber bacaan
Frost HM, Thomas CC. Bone Remodeling Dynamics. Springfield, IL: 1963.
http://id.wikipedia.org/wiki/Osteoporosis
http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/04/faktor-faktor-yang-menyebabkan-
penyakit.html

H. Evaluasi
Cara : Lisan
Jenis : Pertanyaan terbuka
Waktu : Setelah penyuluhan
Soal :
1. Jelaskan pengertian osteoporosis?
2. Sebutkan tanda dan gejala osteoporosis?
3. Sebutkan faktor yang mempengaruhi osteoporosis?
4. Jelaskan cara mencegah osteoporosis?
MATERI OSTEOPOROSIS

A. Pengertian osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa masa
tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang
yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang.
Osteoporosis primer sering menyerang wanita paska menopause dan juga pada pria
usia lanjut dengan penyebab yang belum diketahui. sedangkan osteoporosis sekunder
disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :
1. Kegagalan ginjal kronis
2. Kurang gerak
3. Kebiasaan minuman alkohol
4. Pemakai obat-obatan
5. Kelebihan kafein
6. Merokok

B. Tanda dan gejala osteoporosis


Tanda – tanda osteoporosis perubahan tinggi badan, terjadinya patah tulang di
pergelangan tangan, tulang belakang atau panggul setelah terjatuh atau trauma yang ringan.
Gejala osteoporosis meliputi : Nyeri punggung, hilang tinggi badan, badan membungkuk,
tulang mudah patah

C. Faktor resiko yang mempengaruhi osteoporosis


Risiko osteoporosis lebih tinggi jika usia lanjut, menopause, keturunan, amenore, gaya
hidup tidak aktif,diet rendah kalsium atau vitamin D, merokok, terlalu banyak minum
alkohol, mengkonsumsi obat tertentu (termasuk beberapa obat anti-kejang,dan sebagainya.
Kondisi hormonal tertentu juga dapat mempengaruhi penyakit osteoporosis.
Wanita selain memiliki resiko terhadap osteoporosis pada usia tua, namun resiko ini
menjadi meningkat dengan adanya faktor-faktor dibawah ini :
1. Merokok
2. Konsumsi alcohol
3. Diet rendah kalsium
4. Gangguan dalam hal diet: bulimia dan anoreksi
5. Menopause yang lebih awal
Pada usia diatas 30 tahun, di dalam tubuh wanita sudah mulai mengambil cadangan
kalsium yang ada di dalam tulang untuk keperluan metabolisme lainnya, sehingga pada usia
ini pula resiko akan osteoporosis sudah mulai terjadi. Untuk itu bagi wanita yang sudah
berumur 30 tahun dianjurkan untuk mulai mengkonsumsi suplemen kalsium.

D. Cara-cara pencegahan osteoporosis :


1. Rajin berolah raga
2. Upayakan mencapai berat tubuh yang ideal
3. Penuhi kebutuhan nutrisi tulang dengan menambah Kalsium clan vitamin D
4. Hilangkan kebiasaan seperti merokok, mengonsumsi alkohol clan kafein.
5. Berjemur ± 15 menit di bawah sinar matahari pagi atau sore hari, membantu tubuh
untuk mensintesa atau membuat vitamin D-nya sendiri.
6. Upayakan menghindari cedera (khususnya jatuh)
APA ITU GEJALA FAKTOR
OSTEOPOROSIS ?
PENYEBAB
“Gejala penyakit tulang
osteoporosis tidak akan terlihat
oleh kasat mata. Osteoporosis
merupakan penyakit diam atau
silent dis-ease”

Lanjut Usia
Osteoporosis merupakan

kondisi saat kepadatan

tulang berada dalam titik 


Wanita menopause
-Tidak menunjukkan gejala 
mengkhawatirkan, sehingga Gaya Hidup (Kurang
aktivitas)
apapun pada awalnya 
tulang kehilangan kekuatan -Nyeri Perokok

- Bengkak Keturunan
serta kelenturan. Pada - Terjadinya fraktur stress, yakni 
Kurang terpapar Sinar
fraktur yang muncul dari tekanan matahari sehingga
kondisi ini tulang menyusut pada tulang sewaktu melakukan asupan Vit D tidak
kegiatan normal. didapatkan
dan mudah patah.
Pencegahan PENGOBATAN
Anda mungkin tidak
Pencegahan dapat dilakukan
dengan menghindari factor pE

resiko dan penyebab, serta memerlukan atau


melakukan kegiatan yang
menginginkan obat-
obatan untuk mengobati
OSTEOPOROSIS
dapat mem-perkecil volume
OSTEOPOROSIS, tapi
terjadinya serangan sbb : anda perlu menjaga
1. Konsumsi kalsium yang tercukupinya kadar
cukup kalsium dan vitamin D.
2. Berhati-hati Serta berolahraga guna
menggunakan obat menambah massa tulang
3. Mengurangi konsumsi 
garam dapur OLEH :

4. Cukupi konsumsi
ANNISYA UBUDIAH
Vitamin D
5. Aktivitas dengan PO.71.20.1.16.038
TINGKAT 3B
berolahraga secara
POLTEKKES
teratur
KEMENKES PLG
JURUSAN KEPERAWATAN
Standar Operating Procedur
Range Of Motion
(Sumber : Lukman & Ningsih, 2012)

No Tindakan Rasional
1 Mencuci tangan, memakai sarung tangan bila Mengurangi transmisi
kontak dengan cairan tubuh klien jasad renik atau
mikroorganisme

2 Menjelaskan prosedur, termasuk Mengurangi ansietas,


perkiraan waktu yang dibutuhkan mendorong partisipasi
aktif klien

3 Menjaga privasi, termasuk hanya


membuka ekstermitas yang akan Menghargai klien
dilatih

4 Mengatur tempat tidur untuk Mencegah ketegangan


kenyamanan pada sisi tubuh yang dan kenyamanan perawat
dilakukan ROM atau klien

5 Menjelaskan latihan ROM pasif Mengurangi kebingungan


latihan akan dibantu, termasuk latihan atau kecemasaan. Melatih
yang dapat dilakukan semua sendi

6 Lakukan latihan mulai bagian yang Menyediakan metode


bermasalah sistematis dan
memastikan semua bagian
tubuh dilatih

7 Ulangi latihan ROM sesuai kemapuan Melakukan latihan sesuai


klien, maksimum lima kali. Lakukan toleransi klien atau
secara perlahan, dorong klien untuk sampai tingkat pertahan
bergerak penuh, berhenti bila klien mer fungsi sendi
asa sakit atau kelelahan

9. Pinggul dan kaki Untuk mengoptimalkan


Lakukan gerakan ini pada posisi klien terlen pergerakan, memelihara
tang tonus otot dan fle
- Rotasi internal dan eksternal sokong ksibilitas sendi
kaki
bawah, kemudian memutar ke dalam dan
keluar
-Adduksi dan abduksi : sokong kaki bawah
kemudian menggeser kaki mendekati dan
menjauhkan kaki dari garis tengah tubuh

10. Lutut Untuk memelihara tonus


Fleksi dan ekstensi : sokong kaki bawah otot dan fleksibilitas
fleksi, dan ekstensi lutut sendi

11. Observasi sendi klien, ekspresi kesakitan, . Perawat siap untuk


keluhan nyeri atau kelelahan selama latihan mengakhiri latihan

12. Kembalikan keposisi semula Meningkatkan


kenyamanan

13. Mencuci tangan Mengurangi transmisi


mikroorganisme
Standar Operating Procedur
Latihan Beban Berat
Sumber : Sugiarto, 2015

No Tindakan Rasional
1 Mencuci tangan, memakai sarung tangan bila Mengurangi transmisi jasad
kontak dengan cairan tubuh klien renik atau mikroorganisme

2 Menjelaskan prosedur, termasuk Mengurangi ansietas,


perkiraan waktu yang dibutuhkan mendorong partisipasi aktif
klien

3 Menjaga privasi, termasuk hanya


membuka ekstermitas yang akan Menghargai klien
dilatih

4 Mengatur tempat tidur / tempat duduk Mencegah ketegangan dan


untukkenyamanan pada sisi tubuh yang akan kenyamanan perawat atau
dilatih klien

5 Menjelaskan latihan beban berat Mengurangi kebingungan


latihan akan dibantu, termasuk latihan atau kecemasaan. Melatih
yang dapat dilakukan semua sendi

6. Latihan dengan Beban Dalam (berat sendiri), Latihan back extension


- Posisi awal : latihan back extension untuk berguna bagi penderita
otot punggung yaitu penderita berbaring osteoporosis, khususnya
menelungkup. mencegah proses kyphosis.
- Tahap selanjutnya, kepala dan dada diangkat
selama beberapa detik dengan bantuan matras
sebagai penopang. Latihan dilakukan 5
sampai 10 kali dan frekuensinya tiga kali
seminggu.

7. Latihan menggunakan berat badan sebagai beban Latihan menggunakan berat


dengan otot perut dan tulang pinggul. badan sebagai beban
- Latihan dilakukan dengan berbaring berguna untuk penguatan
terlentang dengan meletakkan tangan pada otot perut dan tulang pinggul
ruang di antara tulang punggung dan matras,
selanjutnya mengangkat kaki bersamaan kira-
kira 20 sampai 40 derajat selama beberapa
detik kemudian turun lagi ke posisi semula.

8 Ulangi latihan beban (berat badan) sesuai Melakukan latihan sesuai


kemapuan Pertama latihan dilakukan perlahan , 5- toleransi klien atau sampai
10 kali per satu sesi, tiga kali seminggu dan sekali tingkat pertahan fungsi sendi
sehari. dorong klien untuk bergerak penuh,
berhenti bila klien merasa sakit atau kelelahan.

9 Observasi sendi klien, ekspresi kesakitan, Perawat siap untuk


keluhan nyeri atau kelelahan selama latihan mengakhiri latihan

10 Kembalikan keposisi semula Meningkatkan kenyamanan


11. Mencuci tangan Mengurangi transmisi
mikroorganisme

Anda mungkin juga menyukai