Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PEMBAHASAN

Setelah memberikan Implementasi Keperawatan keluarga pada 2 Klien


yaitu Ny. S dan Ny. R, Penderita Osteoporosis dengan Masalah Hambatan
Mobilitas Fisik di Wilayah Kerja Puskesmas Kampus Palembang Tahun 2019
yang dilaksanakan pada 11-17 April 2019. Maka pada bab ini penulis
mengemukakan pembahasannya.

5.1. Penerapan ROM (Range of motion)

Hasil penerapan latihan ROM dari Klien 1 (Ny. S) dan Klien 2 (Ny.R),
kedua Klien sangat kooperatif dalam melakukan latihan tersebut. Pada hari
pertama kedua Klien masih tampak bingung dengan gerakan ROM yang
dilakukan. Pada hari kedua para Klien serta keluarga mulai memahami gerakan
ROM aktif serta Rom pasif dan dapat mendemonstraskan ulang gerakan ROM
aktif serta pasif secara sederhana meskipun dengan bantuan penulis. Lalu, pada
hari berikutnya Klien dan keluarga mampu menjelaskan dan mendemonstrasikan
gerakan ROM aktif dan pasif tanpa bantuan penulis.
Rentang gerak ( Range of motion ) adalah jumlah pergerakan maksimum
yang dapat dilakukan pada sendi, di salah satu dari tiga bidang, yaitu sagital,
frontal, atau transversal. Bidang sagital adalah bidang yang melewati tubuh dari
depan ke belakang, membagi tubuh menjadi sisi kanan ke sisi kiri. Bidang frontal
melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh ke depan dan ke belakang.
Bidang transversal adalah bidang horizontal yang membagi tubuh ke bagian atas
dan bawah, namun ROM yang diterapkan hanya bagian yang terfokus saja yang
ektremitas bawah.
Klien serta keluarga sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan ROM
yang sangat bermanfaat dalam mengembalikan kekuatan otot dalam menjaga
kerapuhan tulang pada Klien yang telah menderita osteoporosis. Tidak ada
hambatan yang berarti dalam melaksanakan Implementasi kerperawatan range of
motion ini. Kedua keluarga berharap dapat melakuakan kegiatan latihan ROM
setiap hari sehingga mengecilkan resiko Klien terhadap kekakuan otot dan sendi.

82
83

5.2 Penerapan Latihan Beban Berat

Pada hari pertama klien 1 tampak familiar dengan gerakan latihan karena
ia pernah mengikuti latihan beban berat dari komunitas lansianya namun gerakan
yang di praktekan klien terlalu berat dan beresiko menimbulkan cidera berat,
sedangkan klien 2 masih tampak bingung dengan gerakan latihan beban berat
yang dilakukan dan belum pernah mempraktekan kegiatan tersebut, klien 2 juga
masih membutuhkan bantuan keluarga saat melakukan latihan beban.

Aktivitas fisik apa pun dapat membantu memelihara tulang kalau


melakukannya dengan suatu penekanan/benturan baru pada tulang. Tetapi
beberapa bentuk latihan lebih baik atau lebih besar bobotnya dari pada latihan
yang lain dalam hal meningkatkan massa tulang. Salah satu macam olahraga yang
baik dilakukan, yaitu latihan-latihan beban, karena dapat meningkatkan
kepadatan tulang pada darah-daerah tertentu pada tulang kerangka kita. Penderita
Osteoporosis sering mengalami patah tulang pada punggung, paha, dan lengan
bawah. Patah tulang dapat dicegah dengan melakukan latihan beban. Latihan
beban dapat dilakukan dengan dumbbell, berat badan sendiri, leg press machine
dan pita elastis.

Latihan beban yang dilaksanakan pada kedua klien ialah menggunakan


berat badan sendiri. Hal ini dilakukan berdasarkan kebutuhan focus permasalahan
dan kemudahan klien dalam melakukan olahraga tersebut. Baik Klien dan
keluarga merasa antusias dan sangat kooperatif saat diajarkan latihan beban
dikarenakan sangat mudah dan efisien. Kedua keluarga dalam melakukan latihan
tiga kali dalam seminggu.

Klien 1 dan 2 serta keluarga sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan


Latihan Beban yang sangat bermanfaat dalam mengembalikan mencegah patah
tulang dan pertahanan massa tulang pada Klien yang telah menderita osteoporosis.
Tidak ada hambatan yang berarti dalam melaksanakan Implementasi Latihan
Beban ini. Kedua keluarga berharap dapat melakuakan kegiatan latihan tiga kali
dalam seminggu guna mempertahankan massa tulang yang membutuhkan latihan
secara berkala.
84

5.3 Memberikan pendidikan tentang Osteoporosis dan Hambatan Mobilitas


Fisik

Pengamatan pada Klien 1 (Ny. S) dan Klien 2 (Ny. R) ketika diberi


edukasi tentang Osteoporosis dan Hambatan Mobilitas Fisik Klien kooperatif.
Kedua Klien menerima dan merespon pemberian edukasi tentang Osteoporosis
dan Hambatan Mobilitas Fisik dengan baik. Terlebih kedua klien mengatakan
bahwa sudah tidak asing dengan kata pengapuran dikarenakan pernah beorbat ke
rumah sakit sebelumnya. Klien melakukan dan menerapkan apa yang telah
diinformasikan. Pada hari ketiga Klien dapat menjelaskan secara sederhana
pengertian Osteoporosis dan Hambatan Mobilitas Fisik, manfaat Mobilitas Fisik,
kerugian tidak melakukan Mobilitas Fisik dan tahap-tahap latihan Mobilitas Fisik.
Edukasi tentang Mobilitas Fisik ini juga diberikan kepada Keluarga Klien dan
keluarga Klien merespon dengan baik.

Pemberian edukasi atau pendidikan kesehatan adalah upaya untuk


mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat agar
melaksanakan perilaku hidup sehat. Pendidikan kesehatan merupakan suatu
kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
praktek dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan .

Kedua Klien setuju dengan informasi yang disampaikan karena sangat


berguna bagi Klien dan keluarganya. Setelah diberikan edukasi tentang
osteoporosis dan Mobilitas Fisik pengetahuan Klien dan keluarga Klien
bertambah. Klien dan keluarga Klien pun dapat memberikan informasi yang
didapat kepada orang lain. Kemudian Klien menerapkan apa yang telah
disampaikan pada Klien sehingga meningkatkan pemeliharaan terhadap kesehatan
Klien.

Anda mungkin juga menyukai