Problem Based Test
Problem Based Test
Logic Aritmatic
Diagram analogy
Figural aritmatic
Problem Based
Test
Verbal Associate
Problem based test
Mengukur kemampuan individu dalam bernalar
dan menarik kesimpulan sesuai dengan isi teks.
TIPS Problem based test
1. Langsung baca pertanyaan
7. Jika option isinya angka, maka secara cepat scan bacaan dan fokuskan pada angka-angka
Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2019, dari 2,5 juta migran-tetap itu menggeluti
sembilan jenis pekerjaan. Pengkategorian ini menggunakan KBLI 2014 (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia).
Terbanyak, 35 persen atau sekitar 878 ribu jiwa, migran-tetap Jakarta menggeluti tenaga usaha jasa dan penjualan. 10
persen sebagai pekerja kasar (atau 403 ribu jiwa), 11,9 persen sebagai operator dan perakit mesin. Mereka yang menjabat
manajer, 5,6 persen. Sekitar 1,2 persen bekerja sebagai TNI dan Polri. Sedikit yang memilih pekerja terampil pertanian,
kehutanan, dan perikanan, hanya 0,3 persen.
Menurut peneliti Pusat Penelitian Kependudukan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Ngadi, wajar jika jenis
ini yang terbanyak. Pasalnya, bidang itu cakupan profesinya meliputi semua jenis usaha jasa, termasuk transportasi,
makanan, rekreasi, hingga jasa kesehatan dan penjualan. Jenis pekerjaan tenaga usaha jasa dan tenaga penjualan seolah
jadi favorit para migran-tetap dari berbagai daerah itu. Dari sepuluh daerah penyumbang migran terbanyak, pilihan
pekerjaannya pada jenis ini porsinya 28 hingga 49 persen dari setiap daerah asal. Jenis pekerjaan ini terbagi dalam empat
Ke-4 terbanyak subgolongan: Tenaga usaha jasa perorangan; Tenaga penjualan; Tenaga usaha perawatan pribadi; dan Tenaga usaha jasa
perlindungan. Jenis-jenis pekerjaan ini nyaris seluruhnya merupakan pekerjaan di sektor formal. Lazimnya mereka
menyediakan layanan pribadi dan perlindungan yang berkaitan dengan perjalanan, kerumahtanggaan, katering, perawatan
pribadi, atau perlindungan terhadap kebakaran dan tindakan pelanggaran hukum.
Ke-3 terbanyak Sumber: www.lokadata.id
Ke-8 paling sedikit
13% Berdasarkan grafik di atas, berikut adalah kemungkinan jika migran-tetap dengan profesi pekerja kasar
berkurang sebanyak 3 persen ...
a. Migran-tetap dengan profesi pekerja pertanian akan menjadi urutan terakhir berdasarkan jumlah
terbanyak.
b. Migran-tetap dengan profesi operator akan menjadi urutan ke-4 berdasarkan jumlah terbanyak.
c. Migran-tetap dengan profesi tenaga tata usaha akan menjadi urutan ke-6 berdasarkan jumlah
terbanyak.
d. Migran-tetap dengan profesi operator akan menjadi urutan ke-4 berdasarkan jumlah paling sedikit.
e. Migran-tetap dengan profesi teknisi dan asisten akan menjadi urutan terakhir berdasarkan jumlah
terbanyak.
Dunia pekerja bebas identik dengan kaum muda, milenial hingga generasi Z. Faktanya, di
bidang kreatif ternyata tidak demikian. Hasil olah data Survei Angkatan Kerja Nasional
(SAKERNAS) 2019 memperlihatkan setidaknya ada 965 ribu orang menjadi pekerja bebas
(freelance) di sektor jasa Keuangan, informasi dan komunikasi, jasa perusahaan, dan jasa
lainnya. Di antara lima kelompok, generasi X yang kini berusia 40 hingga 55 tahun
mendominasi. Kemudian menyusul generasi milenial, dan generasi Z.
Pada kelima kelompok generasi, sektor jasa lainnya sama-sama mendominasi. Sektor
ini di antaranya meliputi kesenian dan hiburan, kelompok organisasi, dan lain sebagainya. Di
nomor dua, ada Sumber: sektor jasa perusahaan, baru kemudian sektor informasi dan
komunikasi serta sektor jasa keuangan. Dari 529 ribu generasi X yang jadi pekerja bebas di
bidang kreatif, hampir 95 persen berkecimpung di sektor jasa lainnya. “Bisa jadi mereka
sudah full time freelancer. Sudah mapan di bidang itu,” terang Ryan Gondokusumo, CEO Sribu
pada Lokadata.id. Sribu adalah penyedia layanan konten dan pemasaran digital berbasis urun
daya (crowdsourcing).
Menurut Ryan, kerja sama dengan freelancer generasi X secara umum lebih mudah,
Sebab biasanya jam terbang sudah lebih banyak. Kedewasaannya juga sudah matang. “Biasanya
kalau yang baru portofolio belum banyak, mereka belum tahu cara menghadapi klien.
Komunikasinya juga masih kurang baik,” terangnya. Ryan berbagi sedikit proyeksi tren dunia
pekerja bebas. Pekerja kreatif masih akan mendominasi. Tenaga copywriting dan desain akan
semakin dibutuhkan. Selain itu pemasaran digital juga banyak dicari. Pasalnya, kata Ryan,
sekarang semakin banyak orang melirik dunia online. Perusahaan tak lagi ragu
menginvestasikan uang di kanal daring.
www.lokadata.id
Manakah pernyataan yang tepat berdasarkan teks tersebut?
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, dari 424 Desa/Kelurahan, untuk isu
kebersihan lingkungan, misalnya, baru 68 desa yang sudah bebas dari BAB sembarangan. Kondisi
ini sangat disayangkan. Pasalnya, masyarakat mestinya berperan besar dalam mengurangi DBD.
Salah satunya dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Sekretaris Jenderal Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) RI, Drg. Oscar Primadi, MPH mengingatkan masyarakat untuk tidak
membiarkan pakaian bekas pakai tergantung, menguras bak air, tidak membiarkan ada
genangan air di sekitar tempat tinggal.
Sumber: lokadata.id
5 Berdasarkan grafik tersebut, jika urutan dihitung berdasarkan biaya yang dikeluarkan
untuk daging babi, maka ...
a. Nias Utara akan menempati posisi ke-3 berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk
daging babi.
b. Tabanan akan menempati posisi ke-4 berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk daging
babi.
c. Sabu Raijua akan menempati posisi ke-5 berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk
daging babi.
d. Tana Toraja akan menempati posisi ke-4 berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk
daging babi.
e. Mahakam Hulu akan menempati posisi ke-2 berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk
daging babi.
Tingkat konsumsi buah masyarakat Indonesia tergolong rendah, masih jauh di bawah
standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Survei terakhir menyebut konsumsi sayur dan buah
mencapai 180 gram per kapita setiap hari, sedangkan standar WHO mencapai 400 gram per kapita
per hari. Walau minim konsumsi, terdapat sepuluh buah favorit atau jenis buah yang paling banyak
digemari. Ini sepenuhnya hasil pengolahan Lokadata, dari Data Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) 2018.
Tabulasi ini berdasarkan pada jumlah konsumsi terbanyak dalam lingkup kabupaten/kota per
orang dalam satuan kg. Sepuluh jenis buah yang paling banyak dikonsumsi, yaitu buah duku,
durian, pisang, rambutan, mangga, jeruk, salak, pepaya, semangka, dan apel. Buah-buahan yang
paling banyak dikonsumsi adalah buah duku. Terbanyak di Sumatera Selatan, Kabupaten Ogan
Komering Ilir mencapai 2,7 kg per orang/bulan. Wilayah ini terkenal dengan produksi duku
Komering—bahkan sejak 2017 mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis (IG) untuk tiga
kabupaten, yakni OKU Timur, OKU Selatan, dan Ogan Komering Ilir (OKI).
Kedua, buah durian. Buah dengan aroma menyengat ini paling banyak dikonsumsi di
Kabupaten Fakfak, Papua Barat (2,6 kg/orang/bulan). Kemudian pisang banyak disukai di
Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (2,4 kg/orang/bulan). Jawa penghasil terbesar buah
mangga, tetapi tidak menjadi buah utama. Justru masyarakat Kabupaten Banggai Laut, Sulawesi
Selatan, konsumsinya paling tinggi mencapai 1,5 kg per orang/bulan. Sementara itu, buah
rambutan paling banyak dikonsumsi di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan (2,2 kg/orang/bulan).
Buah jeruk banyak disukai di Deli Serdang, Sumatera Utara (0,9 kg/orang/bulan) dan buah Salak di
Wonosobo, Jawa Tengah (0,8 kg/orang/bulan).
Sumber: lokadata.id
Berdasarkan teks tersebut, diketahui bahwa standar konsumsi buah yang ditetapkan WHO sebesar
...
a. 180 gram/kapita/hari
b. 400 gram/kapita/hari
c. 2,6 kg/kapita/bulan
d. 2,4 kg/kapita/bulan
e. 1,5 kg/kapita/bulan
Telur mengandung protein hewani atau alternatif protein selain daging dan ayam.
Selain itu, mudah dijangkau semua kalangan masyarakat. Dalam pengolahan data Survei
Sosial Ekonomi Nasional (2018) yang dilakukan Lokadata, konsumsi per kapita telur ayam
nasional mencapai 108 butir per tahun. Setidaknya konsumsi telur mencapai 9 butir per
bulan untuk setiap orang. Jika disederhanakan, satu orang mengonsumsi tidak sampai
setengah butir setiap harinya.
Konsumsi paling tinggi berdasarkan wilayah berada di Pulau Kalimantan, tepatnya
wilayah Pontianak. Di sana, satu orang bisa mengonsumsi 15 butir telur per bulan atau
mencapai setengah butir per hari. Tidak berbeda jauh dengan Kalimantan, wilayah
Medan menduduki posisi kedua tertinggi dalam konsumsi telur sebesar 14 butir per
orang setiap bulannya. Jumlah ini juga sama dengan Kota Tangerang Selatan.
Kini pamor telur sedang didera kontroversi. Salah satunya tentang kandungan
kolesterolnya. Dalam penelitian terbaru (2019) yang dilansir New York Times, konsumsi
telur ayam di Amerika Serikat sebanyak 1,5 butir telur sehari per orang dan kandungan
kolesterolnya dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan kematian dini. Jika
ditelisik lebih lanjut, banyak penelitian lain menyatakan sebaliknya, bahwa stereotip itu
tidak sepenuhnya benar. Dari putih hingga kuning telur dengan beragam manfaat. Putih
telur memiliki kandungan protein yang berfungsi untuk mengantisipasi mikroskopis
predator dan mikroba berbahaya, sedangkan kuning telur sendiri memasok tiga
perempat kalori dalam telur, meliputi zat besi, thiamin, vitamin A, dan lesitin. Bahkan,
jika dikonsumsi secara terpisah, kandungan telur dalam sepiring salad meningkatkan
kandungan vitamin E setiap porsi yang dikonsumsi.
Sumber: lokadata.id
Berdasarkan teks tersebut, kontroversi yang mendera pamor telur adalah ...
a. Konsumsi telur dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan kematian dini.
b. Putih telur memiliki kandungan protein untuk antisipasi mikroba bahaya.
c. Kuning telur memasok ¾ kalori dalam telur
d. Telur mudah dijangkau masyarakat.
e. Telur merupakan alternatif dari daging ayam dan sapi.
Pada masa mendatang, permintaan daging olahan dunia diproyeksi meningkat seperti yang termuat dalam
rilis Fortune Business Insights untuk pasar 2019 dan prediksi 2026. Penyebabnya dipicu naiknya permintaan
makanan siap saji, karena kesibukan kian mendera banyak orang. Perkiraan itu juga ditopang dengan proyeksi
meningkatnya populasi penduduk dunia akan mendorong permintaan dan peningkatan produksi daging olahan—
khususnya daging domba, sapi, dan unggas. Kemudian faktor urbanisasi dan turunnya biaya karena penggunaan
teknologi mutakhir dalam proses pengolahan. Namun, data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2018 yang
diolah Lokadata, menunjukkan penurunan. Khususnya untuk daging olahan dan produk turunannya, seperti
dendeng, abon, daging dalam kaleng (kornet), sosis, nugget, bakso atau jenis yang daging diawetkan lainnya. Pada
2017 rasio pengeluaran nasional untuk jenis daging olahan terhadap total pengeluaran mencapai 0,20 persen.
Sedangkan pada 2018 angkanya turun drastis menjadi 0,04 persen. Jika dikalkulasi secara nasional, rata-rata
konsumsi mencapai 1,8 potong per orang setiap bulannya dengan pengeluaran rata-rata sekitar Rp2.351.
Meski daging olahan identik makanan praktis dan instan, uniknya malah banyak dikonsumsi di luar wilayah
kota besar Indonesia. Konsumsi tertinggi di Kabupaten Gunung Mas, rata-rata 11,5 potong atau dengan
pengeluaran sekitar Rp13.132 per bulannya. Berikutnya Kabupaten Bima (8,7 potong/orang/bulan), Kota
Payakumbuh (5,7 potong/orang/bulan), Kabupaten Kepulauan Seribu (3,2 potong/orang/bulan). Sedangkan untuk
wilayah administrasi kota, Kota Denpasar, menjadi kota dengan tingkat konsumsi daging olahan terbanyak, yakni 3
potong/orang/bulan atau dengan pengeluaran sekitar Rp4.900. Namun, optimistis pasar daging olahan bisa saja
terkendala perdebatan isu kesehatan. Pada 2015, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menuding daging olahan
sebagai salah satu penyebab penyakit kanker. Terutama karena menggunakan unsur pengawet dan pengubah rasa.
Dalam laporan WHO, mengonsumsi 50 gram daging olahan sehari atau kurang dari dua irisan daging meningkatkan
18 persen kemungkinan terkena kanker kolorektal. Juga diakui, mengkonsumsi daging merah segar sekalipun
memungkinkan terkena kanker akibat zat karsinogenik, meski masih minim bukti saat itu.
Ada yang berpandangan, makan daging merah dan daging olahan bisa saja tidak berbahaya bagi kesehatan.
Lainnya meminta membatasi atau mengurangi konsumsi, tiga porsi daging merah seminggu dan menghindari
daging olahan sama sekali. Alasan lain di luar argumen kesehatan, mengurangi makan daging merah karena kondisi
darurat iklim dan gas rumah kaca yang berasal dari peternakan.
Sumber: lokadata.id
Berdasarkan teks tersebut, diketahui bahwa pengeluaran untuk daging olahan di Kota Denpasar sebesar ...
a. Rp4.900/bulan
b. Rp1.618/bulan
c. Rp7.812/bulan
d. Rp2.109/bulan
e. Rp13.132/bulan
Meski menjadi negeri bahari, tingkat konsumsi ikan masih rendah. Konsumsi ikan nasional
mencapai 50,49 kilogram per orang hingga Oktober 2019. Angka itu meleset dari target sebelumnya, yakni
sebesar 54 kilogram per orang. Jika dibandingkan dengan sejumlah negara, masih kalah dengan Korea
Selatan (78,5 kilogram per tahun), Myanmar (59,9 kilogram per tahun), Malaysia (58,6 kilogram per tahun),
dan Jepang (58 kilogram per tahun).
Lokadata menelisik data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2018 untuk melihat jenis ikan
yang paling banyak dikonsumsi. Setidaknya ada enam jenis ikan paling banyak dikonsumsi kurun setahun
terakhir, yakni ikan lele, mas dan nila, kembung, bandeng, dan mujair. Hasilnya, ikan lele paling banyak
dikonsumsi, mencapai 138 gram per bulan. Namun, jika berdasarkan wilayah, ikan mas dan nila paling
digemari. Tingkat konsumsinya berada di 65 kabupaten/kota, mengalahkan konsumsi ikan lele di 63
kabupaten/kota.
Terdapat segmentasi konsumsi jenis ikan berdasarkan wilayah. Misalnya, ikan lele lebih banyak
disukai di Pulau Jawa dan Sumatra. Khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur, seperti Kabupaten Madiun
(350 gram/orang/bulan) dan Kabupaten Klaten (255 gram/orang/bulan). Di Sumatra, ikan lele banyak
dikonsumsi di wilayah Lampung Timur (350 gram/orang/bulan) dan Ogan Komering Ulu Timur (486
gram/orang/bulan). Sedangkan konsumsi ikan mas dan nila cakupannya lebih luas. Tersebar di Jawa Barat,
sisi barat Sumatra, dan Kalimantan. Misalnya di Kabupaten Bandung (380 gram/orang/bulan), Kotawaringin
Barat (313 gram/orang/bulan), dan Kabupaten Solok (378 gram/orang/bulan).
Ikan bandeng lebih banyak dikonsumsi di wilayah Sulawesi. Seperti di Kota Luwu Utara, Sulawesi
Selatan. Konsumsinya lebih dari setengah kilogram, mencapai 621 gram/orang/bulan. Lain hal dengan ikan
kembung dan mujair, lebih banyak dikonsumsi di Papua. Tingkat konsumsinya mencapai satu kilogram per
orang setiap bulannya di Kabupaten Merauke. Begitu pula dengan konsumsi ikan kembung di Kabupaten
Kaimana, Papua Barat yang konsumsinya mencapai 1.422 gram/orang/bulan atau hampir 1,5 kilogram.
Gerakan gemar makan ikan yang digagas pemerintah untuk memenuhi 60 persen asupan protein
hewani. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, konsumsi ikan mampu
mendorong tingkat kecerdasan (IQ), karena kandungan protein dan omega 3.
Sumber: lokadata.id
Berdasarkan grafik tersebut, berapa wilayah yang menggemari ikan bandeng?
a. 65 kabupaten/kota
b. 63 kabupaten/kota
c. 39 kabupaten/kota
d. 31 kabupaten/kota
e. 21 kabupaten/kota
Dalam setahun terakhir, jumlah lajang laki-laki lebih banyak daripada lajang
perempuan. Persentasenya 66 persen atau sekitar 19 juta laki-laki dan jomblo
perempuan mencapai 34 persen (9,8 juta perempuan). Angka itu muncul dari
pengolahan Lokadata atas Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2018 Badan Pusat
Statistik (BPS). Dasar kalkulasinya, dengan menghitung jumlah laki-laki dan perempuan
dengan status belum pernah menikah dan usianya 19 tahun ke atas. Usia menikah yang
sesuai dengan Undang-Undang Perkawinan.
Di mana para pria jomblo itu bersemayam? Secara persentase, dalam cakupan
wilayah, laki-laki berstatus jomblo di Kalimantan lebih tinggi dibanding wilayah lain.
Namun, secara jumlah, terbanyak di Pulau Jawa. Jumlahnya mencapai 10,8 juta—
mendominasi 67 persen di antara 33 persen perempuan yang belum menikah.
Kabupaten Pandeglang, di sudut utara Jawa Barat menjadi wilayah dengan jumlah laki-
laki berstatus jomblo terbanyak sekitar 76 ribu. Walaupun secara persentase
Pandeglang berada di urutan kelima, dari segi jumlah, jumlah laki-laki jomblo di sana
lebih tinggi hampir 300 kali dibandingkan Kabupaten Tana Tidung yang menduduki
persentase tertinggi. Jumlah jomblo laki-laki lebih banyak daripada jomblo perempuan
dan hampir merata di semua wilayah. Seperti di wilayah Sumatra, Sulawesi, Kalimantan,
Bali, Nusa Tenggara, Papua, dan Maluku.
Sumber: lokadata.id
Kesimpulan yang tepat berdasarkan teks tersebut adalah ...
a. Laki-laki berstatus lajang sibuk menyiapkan diri untuk kehidupan berkeluarga yang
lebih baik.
b. Laki-laki berstatus lajang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perempuan
berstatus lajang.
c. Lajang adalah sebuah pilihan, jadi tidak perlu mendengar omongan orang lain.
d. Laki-laki yang tidak segera menikah akan mendapat tekanan dari keluarga.
e. Perempuan yang tidak segera menikah akan mendapat tekanan dari keluarga.
Mengawali pagi dengan makan roti tawar, nasi, atau jenis karbohidrat lainnya hanyalah
masalah selera dan tergantung kebiasaan masing-masing. Setahun terakhir, konsumsi roti tawar
merata di semua wilayah Indonesia, bukan monopoli wilayah administrasi kota. Hal ini mengacu
pada data Survei Ekonomi Sosial Nasional (SUSENAS) 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) yang
diolah Lokadata. Khususnya untuk konsumsi roti tawar dalam satuan potong, per kapita, setiap
bulan.
Konsumsi terbanyak untuk tingkat kabupaten/kota didominasi oleh kawasan wilayah
administrasi kota, seperti Kota Balikpapan (5,1 potong), Kota Tangerang Selatan (4,9 potong),
Kota Bukittinggi (4,5 potong), Kota Jakarta Selatan (4,5 potong), Kota Tangerang (4,3 potong),
Kota Jakarta Utara (4,3 potong), dan Kota Bandung (4,3 potong). Selebihnya wilayah
administrasi kabupaten, yakni Bintan (4,7 potong), Kepulauan Riau. Kemudian Kabupaten Belu
(5 potong) dan Kabupaten Malaka (4,3 potong) yang berada di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Jika disederhanakan, rata-rata warga di sepuluh kabupaten/kota itu dalam seminggu
makan roti tawar lebih dari satu potong. Secara nasional, roti tawar terhitung kecil dari total
pengeluaran untuk semua jenis makanan (Rp 556.899 per bulan/kapita). Dengan rasio 0,34
persen atau Rp1.886 per kapita/bulan. Wajar, sebab roti tawar bukan jenis makanan pokok.
Mirae Asset Sekuritas dalam laporan (dokumen PDF) Juni 2018, menyebut kondisi
ekonomi dunia yang relatif stabil mampu meningkatkan permintaan roti di Indonesia.
Khususnya konsumen berpendapatan menengah dan menengah ke atas dianggap bisa
mendiversifikasi makanannya yang menyertakan makanan ala barat seperti roti dan pasta. Hal
ini menjadi peluang produsen roti di masa mendatang.
Sumber: lokadata.id
Rasio pengeluaran roti tawar setara dengan ….
a. Rp1.000 per kapita/bulan
b. Rp1.450 per kapita/bulan
c. Rp1.550 per kapita/bulan
d. Rp1.668 per kapita/bulan
e. Rp1.886 per kapita/bulan
(1)Keberadaan gelandangan dan pengemis telah meresahkan warga Kota Banda Aceh. (2)Pemerintah Kota
Banda Aceh segera menertibkan pengemis dan oknum-oknum yang dikabarkan mengeksploitasi mereka. (3)"Kami
kira sudah sepatutnya hal tersebut ditindak, jangan jadikan Banda Aceh sebagai lahan pengemis. (4)Para pengemis
itu dieksploitasi. (5)Intinya, kecacatan mereka itu justru dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu dan seharusnya
perlu ditindak tegas," kata Ketua Komisi I DPRK Banda Aceh, Musriadi.
(6)Musriadi mengetahui keberadaan gelandangan dan pengemis dari informasi masyarakat Banda Aceh,
padahal untuk menangani masalah ini Wali Kota Banda Aceh sudah mengeluarkan Peraturan Wali Kota Nomor 7
Tahun 2018 tentang Penanganan Gelandangan, Pengemis, Orang Terlantar, dan Tunasosial Lainnya dalam Wilayah
Kota Banda Aceh. (7)Menurut Musriadi, dinas bersangkutan harus agresif dalam bertindak dan mengeksekusi
peraturan tersebut karena sudah memiliki landasan hukum yang sah. (8)Aktivitas pengemis dan gelandangan
semakin meresahkan masyarakat dan pemilik usaha warung kopi, kafe, restoran, maupun pemilik usaha wisata
kuliner di Banda Aceh.
Sumber: www.rri.co.id
"Normalnya sebelum pandemi Covid-19 jumlah pengunjung bisa mencapai sepuluh ribu orang. Namun, di hari ini
paling hanya 4 ribu orang. Kita pikir wisata akan kembali normal seperti biasa, ternyata tidak,” kata pengelola The Great
Asia Afrika, Ferry Tristianto.
a. Pengelola The Great Asia Afrika menurunkan harga tiket masuk untuk menormalkan jumlah pengunjung di tengah
pandemi.
b. Pengelola The Great Asia Afrika salah membidik target pasar
c. Optimisme yang gegabah menjadi boomerang bagi diri sendiri
d. Pengusaha serempak turunkan harga tiket
e. Covid-19 menjadi penyebab kemerosotan ekonomi
Wilayah Barat Daya China mengalami musibah tanah longsor. Laporan
yang ditulis dalam situs pemerintah lokal menyebutkan tanah longsor itu
telah mengubur setidaknya enam belas rumah di Desa Gaopo, Provinsi
Yunnan. Satu dari enam belas rumah tersebut mengubur hidup-hidup satu
keluarga yang sedang berkumpul di rumah. Musibah tanah longsor di desa
tersebut membawa ratusan ribu meter kubik lumpur. Hal itu, tentu membuat
tim SAR kesulitan untuk melakukan evakuasi korban.
Adanya repetisi Lihat ciri di kalimat paling Jika ciri-ciri kalimat utama
( pengulangan kata ) belakang yang ada di awal dan
diakhir ada, maka itu
Ada simpulan yang kalimat utama campuran
Ada kata rujukan ditandai dengan konjungsi
( ini, itu, tersebut ) antar kalimat seperti,
Oleh karena itu,
Terdapat kata ganti orang Oleh sebab itu,
( ia, mereka, -nya ) Dengan demikian,
A. Christian Pulisic alami cedera paha ketika Chelsea dikalahkan Arsenal di final Piala FA
B. Pulisic terlihat kesakitan saat pertandingan Piala FA
C. Chelsea kecewa Pulisic alami cidera
D. Pulisic tampil brilian di awal babak kedua Piala FA
E. Chelsea berhasil finis empat besar