Anda di halaman 1dari 2

Khotbah : Ibrani 10 : 19 - 25

Thema :
Tetap mendekatkan diri kepada Allah dengan taat dan setia
Pendahuluan
Seseorang dapat menunjukkan kepada orang lain jalan menuju istana namun tak berwenang untuk membawa orang itu langsung
bertemu dengan presiden. Namun berbeda dengan Yesus, Ia langsung dapat membawa kita langsung sampai ke hadirat Allah.
Pendalaman Nats
Surat Ibrani dituliskan untuk menguatkan iman orang Kristen yang sedang mengalami penderitaan dan tantangan yang hebat dari
ajaran sesat serta ketidaktaatan kepada Allah. Penulis ibrani menekankan 3 hal kebenaran :
1. Yesus adalah anak Allah lebih besar kuasanya dibandingkan nabi-nabi yang ada dalam kitab perjanjian lama
2. Yesus adalah imam, lebih besar kuasaNya dari imam-imam yang ada dalam kitab perjanjian lama
3. Dalam Yesus orang yang percaya diselamatkan dari dosa, ketakutan dan kematian.

Judul kecil perikop khotbah ini adalah “ketekunan” yaitu suatu ajakan kepada setiap pembaca dan pendengar nats ini untuk beriman
teguh kepada Yesus Kristus saja dan melakukan perbuatan yang benar, kesungguhan dalam beribadah kepadaNya.

Ayat 19 – 21, Yesus adalah pembuka jalan yang baru dan seorang imam besar. Dulu orang Israel tidak memiliki akses langsung ke
ruang Mahakudus, mereka diwakili oleh imam besar dengan membawa persembahan korban dan itu hanya dilakukan sekali setahun
saja ( Ibrani 9 : 7 ). Tetapi melalui kematian Yesus di kayu salib maka Yesus telah menjadi Imam besar yang mempersembahkan
tubuh, darahnya sebagai persembahan kurban yang sempurna untuk selamanya ( Ibrani 10 : 10-14 ) sehingga jalan baru itu telah
tersedia. Jika dulu manusia tidak dapat secara langsung bertemu dengan hadirat Allah tetapi didalam Yesus Kristus setiap orang yang
percaya dapat secara langsung mendekatkan diri kepada Allah dan berjumpa dengan Allah.
Ayat 22 – 23, menghadap Allah dengan keyakinan iman yang teguh. Iman percaya kepada Yesus Kristus harus dipegang teguh jangan
sampai lepas karena pada akhir zaman namanya tertulis dalam kitab kehidupan ( Daniel 12 : 1-3 ). Agar terawat dan terjaga perlu
ketaatan dalam berbakti kepadanya. Setiap orang sebenarnya membawa serta tempat ibadahnya sendiri di dalam hatinya, tetapi banyak
pemilik tempat ibadah itu lupa memasukinya dengan alasan kesibukan dan pekerjaannya. Kesuksesan dan kekayaan dapat membuat
orang lupa dengan Allah bahkan persoalan hidup dan penderitaan bisa meyebabkan manusia ragu pertolongan dan keberadaan Tuhan.

Ayat 24 – 25, Saling memperhatikan, saling mendorong dalam kasih dan jangan menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah
kita. Perhatian dan cinta kasih adalah kebutuhan setiap manusia. Orang Kristen hidup bukan untuk kepentingan dirinya sendiri
melainkan juga untuk kepentingan orang lain. Sikap hidup orang Kristen haruslah memancarkan kasih Kristus. Kepedulian dan
kebaikan haruslah menyentuh manusia sehingga dengan demikian kita bisa memperkenalkan Yesus yang adalah kasih senantiasa.
Tentu tidaklah cukup ibadah dilakukan dengan tugas praktis mengasihi orang lain, kita juga harus beribadah bersama. Ada beberapa
orang meninggalkan ibadah digereja dengan alasan misalnya :

1. Tidak mesti kegereja dengar firman Tuhan. Baca sendiri, dengar melalui radio dan siaran televisi. Memang benar dapat
dengar Firman Tuhan secara pribadi. Namun harus diingat bahwa persekutuan Kristen adalah vertical ( manusia dengan
Tuhan )dan horijontal ( manusia dengan manusia ). Bersekutu itu berarti bukan sendiri melainkan bersama dengan yang lain.
2. Tidak kegereja karena rasa sombong. Merasa tidak butuh gereja. Keangkuhan social itu tidaklah baik tetapi keangkuhan
rohani dan intelek itu lebih tidak baik. Manusia yang bijaksana adalah dia yang merasa bodoh dihadapan Tuhan. Ingatlah,
kegereja jangan dengan tujuan untuk menerima saja tapi juga untuk memberi (diri, talenta, dll, untuk memuliakan Tuhan ).
Kalau ia melihat ada kekurangan yang harus dibenahi digereja maka adalah kewajibannya untuk datang membantu dan
memperbaiki bukan meninggalkan, mengomentari saja tanpa aksi.
3. Tidak kegereja mungkin karena ada sikap pilih-pilih. Pilih-pilih teman yang cocok, selevel dan sederajat. Pilih-pilih
gedungnya yang mewah dan fasilitas wah..bahkan ada juga yang pilih-pilih pengkhotbah yang menyenangkannya. Tidaklah
salah kita beribadah untuk menyenangkan hati dan jiwa kita namun yang terutama adalah memuliakan dan menyenangkan
hati Tuhan.

Pointer Aplikasi
1. Yesus adalah jalan yang menghubungkan kita langsung dapat bertemu dengan Allah.
2. Menghadap Allah dengan hati yang tulus dalam iman yang teguh
3. Dekat Allah saja senantiasa, baik dalam senang maupun susah
4. Rajin beribadah ke gereja, ber- PA dan kasih kepada sesama
Ilustrasi : Percakapan seorang tukang pangkas dan pasiennya
Tukang pangkas : “Tuhan itu tidak ada, kalau ada kenapa banyak sekali orang yang menderita Di dunia ini “.
Pasien : (diam saja tapi dalam hati tidak setuju)
Tukang pangkas : Kalau Tuhan ada masakan Dia membiarkan didunia ini banyak orang jahat
Pasien : (Makin tidak setuju tetapi tetap tidak menjawab)

(Setelah selesai pangkas dan membayar, sipasien pergi. Dijalan dia terus berfikir tentang perkataan tukang pangkas itu hingga
akhirnya di lorong jalan ia melihat ada anak muda yang rambutnya gondrong, acak-acakan dan ada yang gimbal, seketika itu ia pun
berlari kembali menjumpai si tukang pangkas) dan berkata :

Pasien : “Pak… di dunia ini tidak ada tukang pangkas”


Tukang pangkas : “apa katamu…tidak ada tukang pangkas? bukankah kamu baru saja Saya pangkas…”
Pasien : “Iya tapi di dunia ini tidak ada tukang pangkas, kalau ada tukang Pangkas kenapa masih banyak orang berambut gondrong
serta berambut acak- acakan”
Tukang pangkas : “itu karena dia tidak datang ke tukang pangkas untuk dipangkas”
Pasien : “Tuhan itu juga ada di dunia ini hanya saja manusia yang tidak datang KepadaNya untuk bersekutu dan taat kepadaNya ”
Di sermon parhalado, kami mengalami diskusi yang mengasyikkan. Tentang beberapa hal: ke manakah orang
yang sudah mati? Lalu siapa yang akan masuk ke surga, yang tertulis di kitab yang mana namanya?

Untuk pertanyaan pertama, dengan tegas aku jawab: tidak ke surga sampai ada bunyi sangkakala yang
membangunkan semua orang yang mati dan menjalani penghakiman untuk menentukan ke mana selanjutnya.
Jadi adalah tidak tepat manakala menyampaikan kata-kata penghiburan dengan mengatakan: “Tidak usah
bersedih, percayalah bahwa orang yang kita kasihi yang meninggal ini sudah berada di surga saat ini”.
Ucapan yang sangat membuatku ‘nggak nyaman ketika suatu kali mengikuti ibadah tutup peti, seorang pendeta
kharismatis dengan enteng dan sangat pede mengatakan: “Saya yakin bahwa almarhum ini sudah bersama
Yesus di surga”. Padahal aku ‘nggak yakin kalau pendeta kharismatis yang “penuh kuasa” itu mengenal
almarhum dengan baik.

Untunglah, puji Tuhan, pendeta kami yang HKBP tidak bersikap demikian. “Mengatakan bahwa yang mati itu
sudah di surga semula hanya untuk menghibur keluarga yang berduka agar jangan terlalu bersedih sehingga
bisa-bisa kehilangan kepercayaannya kepada Tuhan.”. Aku setuju, tapi aku ‘nggak bakalan pernah mau (lagi)
mengatakan seperti itu. Yang aku pahami, semua orang yang mati berada di suatu tempat – sheol dalam bahasa
Yunani atau adian dalam bahasa Batak – menunggu dibangunkan dari “tidurnya yang panjang” untuk
menyongsong Yesus yang datang kembali di awan-awan. Itulah pesan yang mau disampaikan oleh nas perikop
Minggu ini.

Lantas ada buku lain selain buku kehidupan yang dibacakan? Iya, memang. Ada satu kitab yang menuliskan
semua perbuatan dari masing-masing orang, baik yang jahat maupun yang baik. Setelah dibacakan, maka yang
perbuatannya yang lebih banyak adalah yang jahat, maka – ma’af, ya … – akan diusir dan disuruh ke tempat
penyiksaan selama-lamanya yaitu neraka yang baka. Lalu, yang lebih banyak melakukan perbuatan baik akan
dipersilakan masuk ke surga? Tidak juga, bergantung apakah ada namanya tertera dalam kitab kehidupan. Kalau
ada, silakan masuk melalui pintu surga. Kalau ‘nggak ada, ma’af saja, silakan ikut yang lainnya yang jahat ke
neraka. Lho? Ya, iyalah … bukan perbuatan yang menentukan orang masuk ke surga bukan? Tapi motivasi di
balik perbuatan baiknyalah yang menjadi pertimbangan. Itulah makanya Yesus dengan tegas mengatakan,
“Bukan semua orang yang memanggil nama-Ku dan berseru ‘Tuhan … Tuhan …’ akan masuk dalam kerjaan
surga”.

Rumit? Memang, kalau semata-mata menggunakan pikiran manusia yang sangat terbatas. Apalagi belum pernah
ada manusia yang pernah mengalami kembali pulang dari surga. Kalau sudah sampai di surga, ‘ngapain pula
mau capek-capek ke dunia ini lagi ya, hehehe … Jadi adalah suatu kebohongan besar jika ada yang mengklaim
dirinya bolak-balik pergi-pulang dari surga. Apalagi masih hidup sampai sekarang ini. Luar biasa! Luar biasa
keberaniannya untuk berbohong. Karena iman percaya kristiani hanya mengakui bahwa Yesus-lah satu-satunya
yang sudah pernah ke surga. Awas penyesatan dan jangan menyesatkan, kawan!

Dengan situasi seperti itulah dituntut iman yang teguh untuk mempercayai hal supra-natural ini. Perikop yang
menjadi nas Ev Minggu ini mengingatkan untuk percaya saja dan semunya boleh terjadi karena Yesus semata.
Untuk itu, persekutuan bersama orang-orang kudus yang diselamatkan dengan mengimani Yesus sebagai juru
selamat harus diperkuat. Karena dengan itu memungkinkan keimanan tidak menjadi goyah, malah semakin
memperteguh satu sama lain.

Tantangan/Bekal Bagi (Warga) Jemaat/Referensi

Ada beberapa hal dalam praktik kehidupan kita yang sebenarnya ‘nggak alkitabiah tapi mulai dianggap suatu
kebenaran karena dilakukan berulang-ulang, dan oleh banyak orang. Perkataan bahwa orang yang mati sudah
berada di surga adalah salah satu di antaranya. Biarpun ada unsur untuk menghibur (azas pembenaran yang
seolah-olah bertujuan baik …), sebaiknya jangan lagi diucapkan ketika menghadapi upacara kematian.
Sebaliknya jangan pula dikatakan, “Ah, ‘nggak tahu pula ke mana perginya saudara kita yang meninggal ini
…”. Jangan, bisa repot kita nanti. Sebaiknya, katakanlah: “Kita percaya Tuhan turut bekerja dalam setiap
perkara kehidupan kita. Demikian pula dengan kematian orang yang kita kasihi ini, inilah yang terbaik yang
datangnya dari Tuhan. Kita boleh bersedih, tapi janganlah sampai menjauhkan iman percaya kita dari Tuhan
…”.

Percaya saja! Percayakan kepada Yesus Kristus, sang juru selamat!

Anda mungkin juga menyukai