Anda di halaman 1dari 11

Langsung ke konten utama

Renungan Harian Kristen oleh Yarni Gea


Kasih Kristus Sebagai Dasar Hubungan Dalam Keluarga
Februari 19, 2018

Kasih Kristus Sebagai Dasar


Hubungan Dalam Keluarga
Kolose 3:18-21

Dalam surat Kolose 3:18-21, paling tidak ada beberapa hal yang bisa kita pelajari
secara dogmatis maupun secara praktis, berkaitan dengan bagaimana kita mewujudkan
keluarga Kristen yang dinamis. Tuhan mengurapi Paulus untuk menuliskan hukum-
hukum dalam keluarga Kristen atau keluarga orang percaya. Peraturan ini merupakan
suatu aturan yang diberlakukan dalam kasih dan Kasih Kristus merupakan dasar dari
hukum yang diajarkan oleh Paulus. Di dalam kitab Efesus 5:22-33 hal ini juga dituliskan
lebih jelas dan lebih dalam.
Bagian sebelumnya dalam surat Kolose 3:5-17, Paulus berbicara tentang
“manusia baru di dalam Tuhan” sebagai manusia baru maka ada tiga hal yang harus
terjadi :
 “Mematikan” tabiat duniawi (5-7) karena tabiat duniawi akan mendatangkan murka
Allah
 “Membuang” Tabiat manusia lama (8- 11) karena akan menghambat pertumbuhan
iman, juga relasi dengan Tuhan dan sesama.
 “Mengenakan” sifat-sifat manusia baru di dalam Tuhan (12-17).
Paulus menghendaki supaya ditengah-tengah tantangan zaman, orang percaya di
Kolose terus memiliki Integritas hidup di dalam Tuhan.
Kemudian, dalam Kolose Pasal 3:18-21: Paulus berbicara tentang prinsip-
prinsip dari “Hidup baru di Dalam Kristus” harus dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari, secara Khusus dalam keluarga. Paulus sangat
mengharapkan masing-masing anggota keluarga dapat menjalankan hak dan
kewajibannya, secara tertib dan teratur supaya nama Tuhan dimuliakan.
Salah satu tujuan pokok yang ingin di capai Paulus dalam konteks ini terdapat pada ayat
24b: “Kristus harus menjadi Tuan dalam keluarga dan seluruh anggota keluarga”.
Ketika seluruh anggota keluarga memahami posisi ini maka akan terbentuklah sebuah
keluarga yg sehat, kuat dan memiliki relasi yang indah dengan Tuhan dan sesama
anggota.
CONFUCIUS, Berkata “Kekuatan suatu bangsa berasal dari integritas keluarga”.
Artinya kalau keluarga kuat maka gereja dan negara kuat. Karena itu penting kita
menjadi keluarga yang kuat dan memiliki relasi indah dengan Tuhan dan sesama
anggota keluarga.
Dari ayat-ayat firman Tuhan Kolose Pasal 3:18-21 ini kita melihat ada empat
macam sikap yang diatur oleh Paulus, antara lain:

1. Sikap seorang isteri terhadap suaminya.


“Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana
seharusnya di dalam Tuhan. Ayat. 18
Saudara..., Istilah tunduk dan hormat mungkin merupakan istilah yang
menjengkelkan bagi istri yang dominan terhadap suami, terlebih bagi istri yang
memiliki alasan rasional untuk dominan dalam keluarga. sekarang khan lagi tren istri
jadi kepala. Dominant wife.
Namun agar keluarga menjadi bahagia, prinsip-prinsip keluarga dalam Alkitab perlu
ditaati. Allah telah mengajarkan bagaimana istri berlaku kepada suami, yaitu tunduk
dan hormat. Bahkan kalau membaca di dalam Efesus 5:22-33, berbunyi: “Hai isteri,
tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala
isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yg menyelamatkan tubuh.
Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri
kepada suami dalam segala sesuatu”.
Maka biasanya sang suami akan nyenggol istrinya dan berkata, “Tuh Mah,
dengerin Firman Tuhan…istri itu harus tunduk pada suami, seperti kepada Tuhan…
sebab suami itu kepala atas istri…Makanya dengerin tuh. ayat 24 lebih tegas lagi
dikatakan tunduk dalam segala sesuatu. Jadi mulai sekarang, kamu harus tunduk,
jangan mbantah, jangan suka ngomel… Itu Firman Tuhan lho, bukan aku ngarang-
ngarang… Memang… Firman Tuhan luar biasa, Ya dan Amin…!!!”
Saudara-saudara... ayat ini tidak berarti bahwa suaminya adalah "tuan besar".
Jikalau, ayat ini ditafsirkan terpisah dari ayat-ayat sebelum dan berikutnya, akibatnya
fatal, seolah-olah Paulus mengajarkan bahwa istri statusnya lebih rendah dari suami.

Namun, Paulus berbicara relasi cinta kasih suami terhadap istri harus didasarkan
kepada salib Kristus sebagai patokan untuk bertindak. Keluarga Kristen harus
menunjukkan relasi suami-istri yang saling menghargai sebagai mitra yang setara!.
Budaya Yahudi – para laki-laki memang setiap pagi dan malam berdoa dan
berterimakasih kepada Allah karena 3 hal: Pertama, mereka berterimakasih karena
Tuhan tidak menciptakan dia sebagai orang kafir, Mereka berterimakasih karena
Tuhan tidak menciptakan dia sebagai budak, dan yang terakhir Mereka
berterimaksih karena Tuhan tidak menciptakan dia sebagai perempuan/wanita.
Dan Nasehat rasul Paulus ini perlu dipahami dalam konteks budaya Yahudi atau suatu
masyarakat patriarkhat, di mana laki-laki/bapak selalu nomor satu. Tetapi, Paulus
menantang relasi yang tidak setara dengan menyerukan kepada para suami untuk
mengasihi istrinya sebagaimana Kristus mengasihi jemaatNya.
Suami adalah kepala dari isterinya, oleh karena itu patutlah seorang isteri tunduk
dan taat pada suaminya. Seorang isteri digambarkan seperti jemaat bagi Kristus.
Jemaat tidak pernah bisa mengajar dan menasihati Kristus. Jemaat yang baik
senantiasa taat dan tunduk kepada Kristus, dan tidak usah jemaat takut untuk
disesatkan oleh Kristus. Akan tetapi para suami bukanlah Kristus, lalu bagaimana sikap
seorang isteri terhadap suami yang menyimpang? Rasul Petrus berkata : “Jika ada di
antara para suami yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan
dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan
salehnya hidup isteri mereka”.
Artinya, Ketundukan yang seperti apakah yang diinginkan oleh nas ini dari para
istri kepada para suami? Apakah Paulus menghendaki istri 100% taat kepada suami,
sepenuhnya patuh dan tanpa banyak bicara? Ada suami yang menggunakan ayat ini
sebagai lampu hijau untuk bertindak semaunya bahkan sewenang-wenang terhadap
istrinya. Istri ditekan dan diajar bila tidak tunduk. Sebenarnya apakah ini maksud
Paulus? Tentu bukan demikian.
Ketundukan dalam konteks ini tentulah dalam hal-hal yang benar. Ketundukan umat
kepada Tuhan dalam segala sesuatu tentulah dalam hal-hal yang benar, sebab tidak
mungkin Tuhan memberi perintah yang tidak baik atau tidak benar bagi manusia.
Esensi Tuhan adalah kebenaran, kebaikan, kekudusan, dan kasih. Maka demikianlah
juga ruang lingkup ketundukan seorang istri kepada suaminya, yaitu dalam esensi
kebenaran, kebaikan, kekudusan, kesetiaan, ketaatan dan kasih.
Sebab apakah benar jika seorang istri harus tunduk kepada suami yang berbuat atau
memerintahkan ketidakbenaran? Tentu tidak, istri harus berani menyatakan kebenaran
kepada suami dengan maksud untuk membawa perubahan kepada suami, dan yang
pada gilirannya akan membawa kebaikan kepada keluarga.
Saya pernah mendengar pertanyaan seorang istri seperti ini, “Jika suami saya tidak
takut Tuhan, dan melarang saya pergi ke gereja, haruskah saya tunduk kepadanya?”.
Maka, sesungguhnya pilihan istri harus tunduk kepada suaminya, atau tunduk kepada
Tuhan.
Jadi ketaatan para isteri kepada Tuhan - dicerminkan oleh kesalehan mereka,
ketundukan mereka pada suami mereka. Hal itulah yang diperkenan Tuhan sehingga
Allah yang bertindak untuk mengubah suami dan mempertobatkan mereka. Jadi untuk
mengubah suami, jangan marah pada mereka atau jangan menasehati mereka, ibu-ibu
seharusnya menasehati anak-anaknya saja, jangan suaminya. Suami itu urusan Tuhan.
Jadi sikap seorang isteri yang baik adalah tunduk yaitu taat dan hormat kepada
suaminya. Tidak atau bukan hanya taat, tetapi juga dengan hormat. Tidak boleh taat
sambil melecehkan, taat sambil mencibir atau menggerutu, taat tidak hormat bukan
tunduk.
Tuhan menyediakan isteri sebagai penolong bagi suami mereka, oleh karena itu
Tuhan sudah menetapkan bahwa isterilah yang akan menolong suaminya artinya isteri
itu lebih kuat dari suaminya, sehingga mereka ditetapkan sebagai penolong. Alangkah
naifnya seorang yang wajib menolong seseorang di dalam kehidupannya bercerita
tentang kelemahan, kekurangan, kegagalan, kejelekan dan kelalaiannya. Apa lagi kalau
sampai menghinakan dan merendahkan suaminya, yang sepatutnya harus dia tolong
agar naik dan maju. Isteri adalah penolong yang harus tunduk. Tanpa Roh Kudus
pastilah seorang isteri akan gagal berfungsi sebagai penolong dan sekaligus harus
menghormati dan menaatinya. Hanya dengan pertolongan Kristus melalui Roh Kudus
saja seorang isteri bisa tunduk pada suaminya.

2. Sikap seorang suami terhadap isterinya.


Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar
terhadap dia. Ayat 19.
Alkitab mengatakan, suami kasihi isterimu seperti engkau mengasihi diri
sendiri berarti firman Tuhan mengingatkan kita ada hal-hal tertentu dari diri laki-laki
yang mungkin sedikit lebih egois dan memanjakan diri sendiri. Harus kita akui sebagai
para suami, suami jarang memikirkan isteri dan anaknya.
Suami sering beli makanan hanya untuk diri sendiri, tidak seperti isteri selalu beli untuk
suami dan anak. Ini menunjukkan natur pria umumnya memang seperti itu. Pihak lain
suami sebagai kepala banyak yang memperlakukan istri dengan kasar, maka Paulus pun
menasehati para suami agar mengasihi istrinya dan tidak sewenang-wenang atau
bersikap kasar terhadapnya.
Di dalam surat Efesus 5: 25-32, Paulus mengatakan: “Hai suami, kasihilah
isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-
Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan
memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan
jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang
serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. Demikian juga suami harus
mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya
mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri,
tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena
kita adalah anggota tubuh-Nya. Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan
ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.”
Sekarang gantian istri buka suara: “Tuh Pah, panjang banget ayat untukmu…
dengerin tuh, catat baik baik..! Suami harus mengasihi istri, sama seperti Kristus
yang telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya…. Jadi selain mengasihi,
suami harus siap berkorban buat istrinya… siap menyerahkan segala sesuatu untuk
istrinya… Katane mengasihi istri, lha kok pelit… Ikuti tuh teladan Tuhan Yesus yang
rela berkorban dan menyerahkan semuanya… sampai nyawa-Nya… Makanya mulai
sekarang jangan pelit-pelit kalau sama istri…. Firman Tuhan memang luar biasa,
Ya dan Amin…!!!”
Biasanya, suami itu tak mau kalah dengan istrinya, maka sang suami bisa saja
ngeles dan langsung mengatakan: “Iya, tapi perhatikan urutannya. Urutan yang
pertama itu yang penting. Kalau yang pertama dilakukan, maka hukum yang kedua
baru bisa jalan. Kalau istri tunduk sama suami, maka otomatis suami akan mengasihi
istri. Apalagi kalau istrinya bersedia tunduk pada suami dalam segala sesuatu, maka
suami pasti akan mengasihi istri.”

Istri juga bisa menjawab: “Pah, aku ngerti pikiranmu ya… kamu maunya istri
harus tunduk, bahkan tunduknya dalam segala sesuatu. Tapi nanti kalau tak turuti
semua (tunduk dalam segala sesuatu)… ya kamu pasti akan minta kawin lagi. Iya tho?
Dalam satu surat yang berisi nasihat dan bukan kitab hukum, maka yang penting bukan
urutannya pah, yang penting itu justru yang dijelaskan. …disana ada: nasihat
bagaimana mengasihi istri, nasihat bagaimana menguduskan istri dengan air dan
Firman, nasihat bagaimana membuat istri jadi cemerlang, tanpa cacat dan kerut. Apa
artinya itu, Pah? Artinya ya Papah harus jadi imam dalam keluarga. Selain itu juga istri
harus banyak banyak diberi uang untuk creambath, untuk perawatan tubuh dan
perawatan muka biar tetep cemerlang, tanpa cacat dan kerut.”
Begitulah kira-kiranya gambaran yang bisa terjadi saat nasihat Rasul Paulus ini
dibacakan. Perdebatan bisa muncul atas pertanyaan mana yang lebih didahulukan atau
mana yang perlu dijelas-utamakan. Intinya sebenarnya sih sederhana: dua-duanya,
suami istri harus tunduk pada otoritas Firman Tuhan dan bersedia menjadi pelaku
Firman.
Suami adalah kepala isteri. Suami digambarkan dengan Kristus. Seorang suami
merupakan Kristus bagi isteri mereka, hal itu yang menyebabkan isteri harus tunduk
pada suaminya. Sebagaimana Kristus rela menyerahkan diri-Nya bagi jemaat-Nya dan
mati bagi mereka, maka selayaknya suami meniru perlakuan Kristus terhadap jemaat
menjadi perlakuan suami terhadap isterinya. Maka suami yang pantas mendapat
respek, penghormatan, ketundukan dari istri (bahkan anak-anaknya) adalah suami yang
rela memberi hidupnya, mengorbankan segala sesuatunya bagi kebahagiaan istrinya
(dan anak-anaknya). Banyak suami yang kehilangan respek, penghormatan,
ketundukan, dari istri (dan anak-anaknya), karena sifat egoisnya, tidak pedulu, tidak
perhatian, tidak siap berkorban, lebih peduli dengan kebutuhannya sendiri.
Kristus tidak berlaku kasar terhadap jemaat-Nya apalagi sampai meninju atau
menempeleng jemaat-Nya, tidak pernah dituliskan itu di Alkitab karena memang Dia
tidak akan melakukan yang seperti itu. Apa yang Kristus lakukan terhadap murid-
murid-Nya, itulah yang seharusnya dilakukan oleh seorang suami terhadap isterinya.
Kerelaan Kristus berkorban bagi jemaat merupakan dasar yang kuat untuk para suami
rela berkorban bagi isterinya. Suami rela bekerja keras untuk mencari nafkah bagi
keluarganya. Dia bertanggung jawab untuk menyediakan seluruh kebutuhan
keluarganya. Seorang suami sepatutnya melindungi isterinya dan memelihara, merawat
serta mengasuhnya.
Kata mengasuh berbicara tentang dua pekerjaan yang dilakukan sekaligus, yakni
mendidik dan menjaga. Seorang suami yang menceritakan kelemahan dan kekurangan
isterinya merupakan suami yang tidak sadar kekurangan dan kebodohan dan
kegagalannya. Kelemahan dan kekurangan seorang isteri merupakan akibat suami yang
tidak mendidik dan merawat isterinya dengan baik.
Maka, seorang suami harus mengikuti teladan Kristus dengan mengasihi istri
seperti Kristus mengasihi jemaat-Nya. Seorang suami harus terus mengasihi istrinya
apapun kondisinya sesuai dengan teladan Kristus yang mengasihi jemaat-Nya:
 Seperti Kristus mengasihi jemaat-Nya dengan menyerahkan diri-Nya dan
mengorbankan nyawa-Nya, mati di kayu salib karena kesalahan dan untuk kepentingan
jemaat-Nya, suami harus mau berkorban.
 Seperti Kristus menyucikan dan menguduskan jemaat-Nya menjadi tanpa cacat cela,
suami harus mengusahakan supaya istrinya tidak bercacat cela. Suami harus menjadi
teladan kerohanian (imam).
Seorang suami akan gagal untuk mengasihi isterinya jika dia tidak mengandalkan
Tuhan di dalam hubungannya dengan isterinya. Hanya Kristus melalui Roh Kudus yang
dapat mengajar para suami untuk mengasihi isteri mereka seperti Kristus mengasihi
jemaat.

3.Sikap seorang anak dirumah tangga.


Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena
itulah yang indah di dalam Tuhan. Ayat 20.
Anak-anakharus menaati orang tua mereka dalam segala hal, kata segala hal
menggambarkan ketaatan total seorang anak kepada orang tua mereka. Ketaatan total,
kecuali berbuat dosa. Seorang anak sepatutnya menghormati orang tua mereka,
perintah ini PENTING. Menghormati orang tua mengakibatkan kita beroleh panjang
umur dan bahagia ditanah yang Tuhan berikan kepada orang-orang yang menghormati
orang tuanya. Solaiman mengatakan anak-anak yang tidak mengindahkan kata-kata
orang tuanya akan mengalami hari-hari malang di dalam kehidupannya kelak. Anak-
anak yang tidak mendengarkan pengajaran dan nasihat orang tua mereka atau didikan
ayah maupun ibunya akan mengalami kerugian dan kesusahan pada masa tuanya atau
juga akan mengalami kekurangan dan kemiskinan. Para orang tua diingatkan bahwa
relasinya harus bersifat mendidik serta tidak menimbulkan amarah di hati anak-
anaknya. Dan anak-anak harus taat kepada orang tua, dalam ‘koridor’ kehendak Tuhan.

Tetapi, memang seringkali anak-anak melihat kekacauan dalam orang tua,


seringkali ayah dan ibu tidak sama suaranya, sehingga anak-anak bingung. Sehingga
orangtua perlu intropeksi diri sehingga menjaga kekonsistenan dalam keluarga.
Tidak sedikit ...Anak-anak yang sering disakiti sejak kecil, maka kepribadiannya akan
bertumbuh menjadi manusia yang akan beringas dan jahat. Namun anak-anak yang
disayang sejak kecil maka mereka akan bertumbuh menjadi manusia yang memiliki
pribadi yang utuh, mandiri dan bermoral. Karena itu sebagai bapa, ada beberapa cara
yang harus kita hidupi dan lakoni dalam rangka memperkuat dasar rohani anak-anak
kita yaitu:
(a) Jadilah teladan. Ketika anak kita melihat hidup kita, apakah mereka hanya
melihat seseorang yang memiliki pengetahuan tentang Allah, memercayai hal-hal yang
benar, dan menghindari hal-hal buruk, ataukah mereka sungguh-sungguh dapat
melihat seseorang yang akrab dan punya hubungan kasih yang terus bertumbuh dengan
Yesus Kristus? Panggilan utama kita bukan menjadi orangtua yang baik. Panggilan
utama kita adalah menjadi teladan tentang hubungan kasih yang nyata dengan Allah
yang hidup.
(b) Tunjukkan kedisiplinan. Hadapilah kenyataan ini: hal penting yang dapat
dilakukan orangtua adalah mencetak dan membentuk karakter rohani anak. Namun
bagaimana kita dapat membantu anak-anak mengembangkan karakter yang saleh
dalam masyarakat yang tidak mengetahui arti integritas? Tidak cukup sekedar
mendisiplinkan anak-anak sehingga mereka berlaku baik dan tidak mempermalukan
kita. Pengembangan karakter yang sejati harus dimulai dari batin, dengan motif yang
benar, hasrat yang tidak mementingkan diri sendiri, dan pikiran murni yang timbul dari
hubungan yang akrab dengan Allah.
Jika anak-anak sehat secara rohani, kita tidak perlu khawatir ketika mereka bergaul
dalam masyarakat. Pembentukan rohani melaju melampaui informasi rohani.
Pembentukan rohani meliputi proses pembentukan karakter dan sifat-sifat Kristus
dalam diri kita. Unsur kunci dari pembentukan rohani adalah pengembangan rohani.
Menerapkan kedisiplinan saja tidak akan menghasilkan murid. Menampilkan perilaku
rohani tidak secara otomatis dapat menghasilkan kerinduan akan Tuhan.
Jadi, sebagai anak --- harus memiliki rasa taat dan hormat terhadap orang
tuanya. Sejak dini, maka anak-anak perlu belajar banyak hal di keluarga dan di Sekolah
Minggu sehingga mereka bertumbuh dengan hidup takut akan Tuhan, disiplin, serta
belajar dan bekerja dengan baik. Firman Tuhan Jelas dan tegas mengenai bagaimana
seharusnya relasi orang tua dengan anak: “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di da-
lam Tuhan,” atau lebih tepatnya: “Tunduklah kepada orang tuamu di dalam Tuhan.”
Dan dilanjutkan dengan: “Karena haruslah demikian.” Jadi dengan kata lain, Tuhan
memang menciptakan hubungan orang tua anak begitu rupa sehingga sudah sewajarnya
seorang anak akan tunduk di dalam Tuhan.
Maka, jangan sampai anak-anak berlaku kurang ajar terhadap orang tua, memberontak,
kasar dan tidak tahu sopan santun terhadap orang tua (seperti yang dikatakan dalam II
Tim 3).
Tetapi juga ingat bagian selanjutanya sebagai orang tua,....
4.Sikap seorang Bapa terhadap anaknya.
Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar
hatinya. Ayat 21
Ayat 21 ini hendak menegaskan bahwa seorang Bapak (orang tua) tidak berhak
membuat sakit hati anaknya (yang juga berlangsung terus menerus), baik itu melalui perkataan
maupun melalui tindakan fisik. Artinya sebagai bapa harus menunjukkan sikap yang saling
menghargai dan menghormati, maka tidak ada pihak yang disakiti sekaligus tidak ada pihak
yang ingin menyakiti pihak lain. Inilah makna hubungan antara orang tua dengan anaknya.
Kalau kita amati, hari ini baik anak maupun orang tua sedang dirusak oleh jaman. Anak-
anak dilatih dan diajar begitu rupa, baik melalui komik, film-film, dsb., sehingga akhirnya men-
jadi pemberontak-pemberontak terhadap orang tua. Sehingga dapat kita bayangkan sekarang
dimana anak-anak belajar berelasi dengan orang tua bukan dari Firman Tuhan tetapi dari
pergaulan dengan teman-teman mereka, kebudayaan, dan buku-buku yang mereka baca.
Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa seharusnya setiap anak-anak dididik sejak kecil
bagaimana ia belajar taat kepada orang tuanya, dan ini menjadi kunci penting bagaimana ia
membangun atitude. Saya harap ini menjadi tolok ukur seperti yang Alkitab gambarkan bahwa
keluarga Kristen adalah keluarga yang indah dimana kita belajar hidup taat, lalu menjadi saksi
di tengah dunia.
Maka jikalau Firman Tuhan mengatakan..., Bapa-bapa jangan menimbulkan
sakit hati dan tawar hati pada anak-anaknya. Tuhan sangat memperhatikan amarah
anak bukan amarah bapa-bapa, mengapa? Amarah bapa hanya sementara, karena,
setelah lewat perasaan kesal dan logikanya jalan, maka dia sudah kembali mengasihi
anak-anaknya. Akan tetapi amarah anak akan membawa anak itu keluar dari rumah
atau menjauh dari ayahnya. Ia akan menjauh dari pengaruh bapanya. Kemarahan
seorang anak terhadap bapanya sering mendatangkan kutuk bagi dirinya sendiri.
Hal inilah yang Tuhan tidak sukai. Jika ada seorang anak marah pada bapanya,
maka dia tidak akan lagi menghormati ayahnya itu. Pemberontakan mungkin bisa
terjadi. Pemberontakan menyebabkan anak tidak lagi ingin menaati orang tuanya.
Banyak anak-anak pemberontak akan melakukan apa yang tidak disukai atau yang
dilarang oleh orang tua mereka. Mereka tahu bahwa itu sangat dibenci oleh ayah
mereka, justru itu yang ia lakukan, mengapa? Itulah kutuk. Ia ingin memuaskan dirinya
dengan mempermalukan orang tuanya. Itulah sebab mengapa Maleakhi menuliskan
jika hati bapa tidak balik pada anak-nya dan hati anak tidak balik pada
bapanya, maka Aku akan datang membinasakan bumi. Oleh karena itu
sepatutnya bapa-bapa menahan dan mengawasi dirinya agar tidak menimbulkan
kepahitan kepada anak-anaknya.
Keluarga yang berbahagia di hadapan Tuhan dan manusia, adalah pernikahan
yang di dalamnya terdapat relasi yang saling mengasihi, saling mengampuni, saling
menghormati, antara suami dan istri. Suami istri yang mencintai Tuhan, memegang
teguh akan firmanNya, dan memberi keteladanan yang benar di hadapan anak-anaknya.
Terlebih, dalam konteks budaya dimana istri biasanya ditempatkan lebih rendah
dari suami, anak dianggap sebagai harta milik keluarga, maka prinsip-prinsip Firman
Tuhan ini perlu kita tegakkan. Mari kita mulai melakukan prinsip firman Tuhan ini dari
keluarga kita.

IMPLEMENTASI:

Untuk menjaga agar aturan-aturan Firman Tuhan ini dapat dilaksanakan, maka
tidak ada yang lebih baik, kecuali setiap keluarga memiliki mezbah ditengah keluarga
mereka. Mezbah yang menyebabkan Tuhan hadir di dalam keluarga itu Kehadiran
Allah yang akan menyebabkan timbulnya keharmonisan.
Oleh karena itu adalah sangat penting untuk setiap kita mendorong agar ditiap-tiap
rumah kita ada mezbah keluarga, artinya ada korban yang sedang di persembahkan.
Persembahan berupa pujian, nyanyian maupun ketaatan kepada firman atau perintah
Tuhan menyebabkan kehadiran Allah yang Maha Kudus.

Ingat saudara-saudara, keluarga yang terbentuk dalam hidup kita bukanlah keluarga
yang kebetulan, pasti ada rancangan Yesus didalamnya... Jangan jadikan keluarga kita
sebagai “rumah sakit” dimana hanya tempat menyimpan sakit lebih spesifik lagi yaitu
sakit hati,,, serta usahakan jangan jadikan keluarga kita sebagai “hotel” dimana hanya
tempat singgah dan melepas lelah setelah perjalanan jauh, atau jangan jadikan keluarga
sebagai “cafe” dimana hanya untuk bersantai-santai, atau jangan jadikan pula keluarga
hanya sebagai “diskotik” dimana hanya untuk mencari kesenangan,, tetapi usahakan
keluarga kita menjadi sebuah “gereja” dimana kita bisa melayani Tuhan, bersekutu,
bersukacita, dan terlebih menyenangkan Tuhan dengan pujian atau ucapan syukur kita.
Jikalau dalam kehidupan rumah tangga, setiap keluarga Kristen senantiasa
bercermin pada Tuhan Yesus, dan menjadikan kasih Kristus itu sebagai dasar
kehidupan rumah tangganya. Maka Rumah tangga Kristen akan menjadi keluarga yang
serasi dan harmonis.
Bangunlah keluarga di dalam RELASI yang benar! –kata “Tunduklah, kasihilah
dan Taatilah” (ay 18 -20). Relasi sesama anggota keluarga sangat menentukan kekuatan
dan sehatnya sebuah keluarga. Jika relasi antar anggota keluarga berjalan normal, maka
ketundukan, mengasihi dan ketaatan, bukan menjadi suatu beban yang berat untuk
dilakukan, tetapi dipandang sebagai sesuatu panggilan yang indah di dalam Tuhan (ayat
20 b). Di dalam Relasi yang baik, semua masalah dalam rumah tangga pasti dapat
diselesaikan. Di dalam relasi yang sehat ada, semangat dan kerinduan untuk bersekutu,
saling mendoakan, saling membangun, saling menghargai, saling mendahulukan &
saling mengasihi.
Maka sekali lagi, ingatlah Prinsip-prinsip Firman Tuhan yang telah kita
enungkan bersama tadi bahwa:
1. Prinsip untuk para suami Kristen (Kol. 3:19; Ef.5:22,23,31)
a. Suami adalah kepala rumah tangga Kristen (Ef. 5:22,23)
b. Suami harus mengasihi istri (Kol. 3:19)
c. Suami jangan berlaku kasar pada istri (Kol. 3:19)
d. Suami jangan menyakiti anak-anak (Kol. 5:31)
e. Suami harus bersatu dengan istri (Kol. 5:31)
2. Prinsip untuk para istri Kristen (Kol. 3:18; Ef.5:33).
a. Istri harus tunduk pada suami (Kol 3:18)
b. Istri harus menghormati suami (Ef. 5:33)
3. Prinsip untuk anak-anak Kristen (Kol. 3:20)
a. Anak-anak harus taat pada orangtua (Kol. 3:20)
b. Ketaatan anak-anak pada orangtua, sebatas yang sesuai dengan firman Allah (Kol. 3:20)
Maka langkah-langkah praktis yg dapat kita mulai terapkan untuk mewujudkan Kasih
Kristus di dalam keluarga kita:
 Bersepakatlah untuk mewujudkan suasana keluarga sorgawi terjadi dirumahmu.
 Mulailah dengan sikap istri yang tunduk kepada suami.
 Posisikanlah dalam hatimu, pikiran dan perbuatanmu bahwa suami adalah kepala bagi
istri.
 Sesulit apapun untuk mengasihi, suami harus dapat mengasihi istrinya dan
menyerahkan dirinya.
 Kasih suami harus dinyatakan melalui kehidupan yg senantiasa kudus.
 Kasih suami harus direalisasikan dalam mengajarkan kebenaran firman dikeluarganya.
 Kasih suami harus ditunjukkan dengan merawat, serta memperhatikan kebutuhan istri
dan keluarganya.
 Mentaati dan menghormati orang tua, merupakan sikap respon kepada kerinduan
Allah.
 Ketaatan dan hormat kepada orang tua dapat memberi umur panjang dan kebahagiaan.
Rindukanlah hal itu!
 Bangunlah pilar kehadiran Allah di dalam rumahmu, melalui dasar kasih yang Allah
kehendaki.

Saudaraku, jika berbicara mengenai keluarga tidak cukuplah sampai disini...


karena keluarga itu luas dan tak terselami... namun kasih Tuhan pasti akan mampukan
kita untuk memahami apa itu keluarga lebih lagi,,, “ Marilah kita bangun keluarga kita
untuk rumah Tuhan, sehingga setiap keluarga kita diperkenan Tuhan Yesus”.Tuhan
Yesus Memberkati!. Amin
Label

ketaatan keluarga di dalam Tuhan menjadi teladan dalam sebuah keluarga rasul Paulus
Label: ketaatan keluarga di dalam Tuhan menjadi teladan dalam sebuah keluarga rasul Paulus

Komentar

1.

Putry Amouy27 Desember 2019 21.09

JOIN NOW !!!


Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.com

Balas

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BERSYUKUR ATAS ANUGRAH PENYERTAAN TUHAN

Desember 10, 2018


1 komentar
Baca selengkapnya

MELAYANI TUHAN DENGAN SEPENUH HATI

Oktober 07, 2018


MELAYANI TUHAN DENGAN SEPENUH HATI 1 Petrus 5:1-6
Melayani menjadi satu respons yang indah ketika seseorang mengalami hidup yang diberkati
Tuhan. Bukan saja mereka yang duduk di dalam jabatan, bukan saja mereka yang berada di
dalam satu pelayanan di dalam gereja, setiap anak Tuhan sepatutnya dan seharusnya memiliki
prinsip hidup kita adalah hidup yang melayani Tuhan. Surat 1 Petrus, khususnya pasal ke 5
adalah satu bagian dimana Petrus yang sudah tua sedang berbicara kepada hamba-hamba Tuhan
yang masih muda, dan juga kepada badan-badan pengurus gereja dimana mereka melayani.
Tetapi saya juga yakin dan percaya firman Tuhan ini relevan diberikan untuk setiap kita,
memberi direksi bagaimana sikap kita, hidup kita melayani Kristus yang sudah datang terlebih
dahulu sebagai Gembala kita yang agung yang melayani kita semua.
Ada 3 Bagian tentang Hamba-hamba Tuhan yang Masih Muda Ada 3 bagian di sini, bagian
pertama, ayat 1 berbicara mengenai dasar kenapa hidup kita melayani Tuhan, yaitu karen…
1 komentar
Baca selengkapnya

Pengikut
Arsip

Label

Laporkan Penyalahgunaan

Diberdayakan oleh Blogger

Renungan Harian Kristen oleh Yarni Gea

Anda mungkin juga menyukai