Jamita
Jamita
Dalam surat Kolose 3:18-21, paling tidak ada beberapa hal yang bisa kita pelajari
secara dogmatis maupun secara praktis, berkaitan dengan bagaimana kita mewujudkan
keluarga Kristen yang dinamis. Tuhan mengurapi Paulus untuk menuliskan hukum-
hukum dalam keluarga Kristen atau keluarga orang percaya. Peraturan ini merupakan
suatu aturan yang diberlakukan dalam kasih dan Kasih Kristus merupakan dasar dari
hukum yang diajarkan oleh Paulus. Di dalam kitab Efesus 5:22-33 hal ini juga dituliskan
lebih jelas dan lebih dalam.
Bagian sebelumnya dalam surat Kolose 3:5-17, Paulus berbicara tentang
“manusia baru di dalam Tuhan” sebagai manusia baru maka ada tiga hal yang harus
terjadi :
“Mematikan” tabiat duniawi (5-7) karena tabiat duniawi akan mendatangkan murka
Allah
“Membuang” Tabiat manusia lama (8- 11) karena akan menghambat pertumbuhan
iman, juga relasi dengan Tuhan dan sesama.
“Mengenakan” sifat-sifat manusia baru di dalam Tuhan (12-17).
Paulus menghendaki supaya ditengah-tengah tantangan zaman, orang percaya di
Kolose terus memiliki Integritas hidup di dalam Tuhan.
Kemudian, dalam Kolose Pasal 3:18-21: Paulus berbicara tentang prinsip-
prinsip dari “Hidup baru di Dalam Kristus” harus dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari, secara Khusus dalam keluarga. Paulus sangat
mengharapkan masing-masing anggota keluarga dapat menjalankan hak dan
kewajibannya, secara tertib dan teratur supaya nama Tuhan dimuliakan.
Salah satu tujuan pokok yang ingin di capai Paulus dalam konteks ini terdapat pada ayat
24b: “Kristus harus menjadi Tuan dalam keluarga dan seluruh anggota keluarga”.
Ketika seluruh anggota keluarga memahami posisi ini maka akan terbentuklah sebuah
keluarga yg sehat, kuat dan memiliki relasi yang indah dengan Tuhan dan sesama
anggota.
CONFUCIUS, Berkata “Kekuatan suatu bangsa berasal dari integritas keluarga”.
Artinya kalau keluarga kuat maka gereja dan negara kuat. Karena itu penting kita
menjadi keluarga yang kuat dan memiliki relasi indah dengan Tuhan dan sesama
anggota keluarga.
Dari ayat-ayat firman Tuhan Kolose Pasal 3:18-21 ini kita melihat ada empat
macam sikap yang diatur oleh Paulus, antara lain:
Namun, Paulus berbicara relasi cinta kasih suami terhadap istri harus didasarkan
kepada salib Kristus sebagai patokan untuk bertindak. Keluarga Kristen harus
menunjukkan relasi suami-istri yang saling menghargai sebagai mitra yang setara!.
Budaya Yahudi – para laki-laki memang setiap pagi dan malam berdoa dan
berterimakasih kepada Allah karena 3 hal: Pertama, mereka berterimakasih karena
Tuhan tidak menciptakan dia sebagai orang kafir, Mereka berterimakasih karena
Tuhan tidak menciptakan dia sebagai budak, dan yang terakhir Mereka
berterimaksih karena Tuhan tidak menciptakan dia sebagai perempuan/wanita.
Dan Nasehat rasul Paulus ini perlu dipahami dalam konteks budaya Yahudi atau suatu
masyarakat patriarkhat, di mana laki-laki/bapak selalu nomor satu. Tetapi, Paulus
menantang relasi yang tidak setara dengan menyerukan kepada para suami untuk
mengasihi istrinya sebagaimana Kristus mengasihi jemaatNya.
Suami adalah kepala dari isterinya, oleh karena itu patutlah seorang isteri tunduk
dan taat pada suaminya. Seorang isteri digambarkan seperti jemaat bagi Kristus.
Jemaat tidak pernah bisa mengajar dan menasihati Kristus. Jemaat yang baik
senantiasa taat dan tunduk kepada Kristus, dan tidak usah jemaat takut untuk
disesatkan oleh Kristus. Akan tetapi para suami bukanlah Kristus, lalu bagaimana sikap
seorang isteri terhadap suami yang menyimpang? Rasul Petrus berkata : “Jika ada di
antara para suami yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan
dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan
salehnya hidup isteri mereka”.
Artinya, Ketundukan yang seperti apakah yang diinginkan oleh nas ini dari para
istri kepada para suami? Apakah Paulus menghendaki istri 100% taat kepada suami,
sepenuhnya patuh dan tanpa banyak bicara? Ada suami yang menggunakan ayat ini
sebagai lampu hijau untuk bertindak semaunya bahkan sewenang-wenang terhadap
istrinya. Istri ditekan dan diajar bila tidak tunduk. Sebenarnya apakah ini maksud
Paulus? Tentu bukan demikian.
Ketundukan dalam konteks ini tentulah dalam hal-hal yang benar. Ketundukan umat
kepada Tuhan dalam segala sesuatu tentulah dalam hal-hal yang benar, sebab tidak
mungkin Tuhan memberi perintah yang tidak baik atau tidak benar bagi manusia.
Esensi Tuhan adalah kebenaran, kebaikan, kekudusan, dan kasih. Maka demikianlah
juga ruang lingkup ketundukan seorang istri kepada suaminya, yaitu dalam esensi
kebenaran, kebaikan, kekudusan, kesetiaan, ketaatan dan kasih.
Sebab apakah benar jika seorang istri harus tunduk kepada suami yang berbuat atau
memerintahkan ketidakbenaran? Tentu tidak, istri harus berani menyatakan kebenaran
kepada suami dengan maksud untuk membawa perubahan kepada suami, dan yang
pada gilirannya akan membawa kebaikan kepada keluarga.
Saya pernah mendengar pertanyaan seorang istri seperti ini, “Jika suami saya tidak
takut Tuhan, dan melarang saya pergi ke gereja, haruskah saya tunduk kepadanya?”.
Maka, sesungguhnya pilihan istri harus tunduk kepada suaminya, atau tunduk kepada
Tuhan.
Jadi ketaatan para isteri kepada Tuhan - dicerminkan oleh kesalehan mereka,
ketundukan mereka pada suami mereka. Hal itulah yang diperkenan Tuhan sehingga
Allah yang bertindak untuk mengubah suami dan mempertobatkan mereka. Jadi untuk
mengubah suami, jangan marah pada mereka atau jangan menasehati mereka, ibu-ibu
seharusnya menasehati anak-anaknya saja, jangan suaminya. Suami itu urusan Tuhan.
Jadi sikap seorang isteri yang baik adalah tunduk yaitu taat dan hormat kepada
suaminya. Tidak atau bukan hanya taat, tetapi juga dengan hormat. Tidak boleh taat
sambil melecehkan, taat sambil mencibir atau menggerutu, taat tidak hormat bukan
tunduk.
Tuhan menyediakan isteri sebagai penolong bagi suami mereka, oleh karena itu
Tuhan sudah menetapkan bahwa isterilah yang akan menolong suaminya artinya isteri
itu lebih kuat dari suaminya, sehingga mereka ditetapkan sebagai penolong. Alangkah
naifnya seorang yang wajib menolong seseorang di dalam kehidupannya bercerita
tentang kelemahan, kekurangan, kegagalan, kejelekan dan kelalaiannya. Apa lagi kalau
sampai menghinakan dan merendahkan suaminya, yang sepatutnya harus dia tolong
agar naik dan maju. Isteri adalah penolong yang harus tunduk. Tanpa Roh Kudus
pastilah seorang isteri akan gagal berfungsi sebagai penolong dan sekaligus harus
menghormati dan menaatinya. Hanya dengan pertolongan Kristus melalui Roh Kudus
saja seorang isteri bisa tunduk pada suaminya.
Istri juga bisa menjawab: “Pah, aku ngerti pikiranmu ya… kamu maunya istri
harus tunduk, bahkan tunduknya dalam segala sesuatu. Tapi nanti kalau tak turuti
semua (tunduk dalam segala sesuatu)… ya kamu pasti akan minta kawin lagi. Iya tho?
Dalam satu surat yang berisi nasihat dan bukan kitab hukum, maka yang penting bukan
urutannya pah, yang penting itu justru yang dijelaskan. …disana ada: nasihat
bagaimana mengasihi istri, nasihat bagaimana menguduskan istri dengan air dan
Firman, nasihat bagaimana membuat istri jadi cemerlang, tanpa cacat dan kerut. Apa
artinya itu, Pah? Artinya ya Papah harus jadi imam dalam keluarga. Selain itu juga istri
harus banyak banyak diberi uang untuk creambath, untuk perawatan tubuh dan
perawatan muka biar tetep cemerlang, tanpa cacat dan kerut.”
Begitulah kira-kiranya gambaran yang bisa terjadi saat nasihat Rasul Paulus ini
dibacakan. Perdebatan bisa muncul atas pertanyaan mana yang lebih didahulukan atau
mana yang perlu dijelas-utamakan. Intinya sebenarnya sih sederhana: dua-duanya,
suami istri harus tunduk pada otoritas Firman Tuhan dan bersedia menjadi pelaku
Firman.
Suami adalah kepala isteri. Suami digambarkan dengan Kristus. Seorang suami
merupakan Kristus bagi isteri mereka, hal itu yang menyebabkan isteri harus tunduk
pada suaminya. Sebagaimana Kristus rela menyerahkan diri-Nya bagi jemaat-Nya dan
mati bagi mereka, maka selayaknya suami meniru perlakuan Kristus terhadap jemaat
menjadi perlakuan suami terhadap isterinya. Maka suami yang pantas mendapat
respek, penghormatan, ketundukan dari istri (bahkan anak-anaknya) adalah suami yang
rela memberi hidupnya, mengorbankan segala sesuatunya bagi kebahagiaan istrinya
(dan anak-anaknya). Banyak suami yang kehilangan respek, penghormatan,
ketundukan, dari istri (dan anak-anaknya), karena sifat egoisnya, tidak pedulu, tidak
perhatian, tidak siap berkorban, lebih peduli dengan kebutuhannya sendiri.
Kristus tidak berlaku kasar terhadap jemaat-Nya apalagi sampai meninju atau
menempeleng jemaat-Nya, tidak pernah dituliskan itu di Alkitab karena memang Dia
tidak akan melakukan yang seperti itu. Apa yang Kristus lakukan terhadap murid-
murid-Nya, itulah yang seharusnya dilakukan oleh seorang suami terhadap isterinya.
Kerelaan Kristus berkorban bagi jemaat merupakan dasar yang kuat untuk para suami
rela berkorban bagi isterinya. Suami rela bekerja keras untuk mencari nafkah bagi
keluarganya. Dia bertanggung jawab untuk menyediakan seluruh kebutuhan
keluarganya. Seorang suami sepatutnya melindungi isterinya dan memelihara, merawat
serta mengasuhnya.
Kata mengasuh berbicara tentang dua pekerjaan yang dilakukan sekaligus, yakni
mendidik dan menjaga. Seorang suami yang menceritakan kelemahan dan kekurangan
isterinya merupakan suami yang tidak sadar kekurangan dan kebodohan dan
kegagalannya. Kelemahan dan kekurangan seorang isteri merupakan akibat suami yang
tidak mendidik dan merawat isterinya dengan baik.
Maka, seorang suami harus mengikuti teladan Kristus dengan mengasihi istri
seperti Kristus mengasihi jemaat-Nya. Seorang suami harus terus mengasihi istrinya
apapun kondisinya sesuai dengan teladan Kristus yang mengasihi jemaat-Nya:
Seperti Kristus mengasihi jemaat-Nya dengan menyerahkan diri-Nya dan
mengorbankan nyawa-Nya, mati di kayu salib karena kesalahan dan untuk kepentingan
jemaat-Nya, suami harus mau berkorban.
Seperti Kristus menyucikan dan menguduskan jemaat-Nya menjadi tanpa cacat cela,
suami harus mengusahakan supaya istrinya tidak bercacat cela. Suami harus menjadi
teladan kerohanian (imam).
Seorang suami akan gagal untuk mengasihi isterinya jika dia tidak mengandalkan
Tuhan di dalam hubungannya dengan isterinya. Hanya Kristus melalui Roh Kudus yang
dapat mengajar para suami untuk mengasihi isteri mereka seperti Kristus mengasihi
jemaat.
IMPLEMENTASI:
Untuk menjaga agar aturan-aturan Firman Tuhan ini dapat dilaksanakan, maka
tidak ada yang lebih baik, kecuali setiap keluarga memiliki mezbah ditengah keluarga
mereka. Mezbah yang menyebabkan Tuhan hadir di dalam keluarga itu Kehadiran
Allah yang akan menyebabkan timbulnya keharmonisan.
Oleh karena itu adalah sangat penting untuk setiap kita mendorong agar ditiap-tiap
rumah kita ada mezbah keluarga, artinya ada korban yang sedang di persembahkan.
Persembahan berupa pujian, nyanyian maupun ketaatan kepada firman atau perintah
Tuhan menyebabkan kehadiran Allah yang Maha Kudus.
Ingat saudara-saudara, keluarga yang terbentuk dalam hidup kita bukanlah keluarga
yang kebetulan, pasti ada rancangan Yesus didalamnya... Jangan jadikan keluarga kita
sebagai “rumah sakit” dimana hanya tempat menyimpan sakit lebih spesifik lagi yaitu
sakit hati,,, serta usahakan jangan jadikan keluarga kita sebagai “hotel” dimana hanya
tempat singgah dan melepas lelah setelah perjalanan jauh, atau jangan jadikan keluarga
sebagai “cafe” dimana hanya untuk bersantai-santai, atau jangan jadikan pula keluarga
hanya sebagai “diskotik” dimana hanya untuk mencari kesenangan,, tetapi usahakan
keluarga kita menjadi sebuah “gereja” dimana kita bisa melayani Tuhan, bersekutu,
bersukacita, dan terlebih menyenangkan Tuhan dengan pujian atau ucapan syukur kita.
Jikalau dalam kehidupan rumah tangga, setiap keluarga Kristen senantiasa
bercermin pada Tuhan Yesus, dan menjadikan kasih Kristus itu sebagai dasar
kehidupan rumah tangganya. Maka Rumah tangga Kristen akan menjadi keluarga yang
serasi dan harmonis.
Bangunlah keluarga di dalam RELASI yang benar! –kata “Tunduklah, kasihilah
dan Taatilah” (ay 18 -20). Relasi sesama anggota keluarga sangat menentukan kekuatan
dan sehatnya sebuah keluarga. Jika relasi antar anggota keluarga berjalan normal, maka
ketundukan, mengasihi dan ketaatan, bukan menjadi suatu beban yang berat untuk
dilakukan, tetapi dipandang sebagai sesuatu panggilan yang indah di dalam Tuhan (ayat
20 b). Di dalam Relasi yang baik, semua masalah dalam rumah tangga pasti dapat
diselesaikan. Di dalam relasi yang sehat ada, semangat dan kerinduan untuk bersekutu,
saling mendoakan, saling membangun, saling menghargai, saling mendahulukan &
saling mengasihi.
Maka sekali lagi, ingatlah Prinsip-prinsip Firman Tuhan yang telah kita
enungkan bersama tadi bahwa:
1. Prinsip untuk para suami Kristen (Kol. 3:19; Ef.5:22,23,31)
a. Suami adalah kepala rumah tangga Kristen (Ef. 5:22,23)
b. Suami harus mengasihi istri (Kol. 3:19)
c. Suami jangan berlaku kasar pada istri (Kol. 3:19)
d. Suami jangan menyakiti anak-anak (Kol. 5:31)
e. Suami harus bersatu dengan istri (Kol. 5:31)
2. Prinsip untuk para istri Kristen (Kol. 3:18; Ef.5:33).
a. Istri harus tunduk pada suami (Kol 3:18)
b. Istri harus menghormati suami (Ef. 5:33)
3. Prinsip untuk anak-anak Kristen (Kol. 3:20)
a. Anak-anak harus taat pada orangtua (Kol. 3:20)
b. Ketaatan anak-anak pada orangtua, sebatas yang sesuai dengan firman Allah (Kol. 3:20)
Maka langkah-langkah praktis yg dapat kita mulai terapkan untuk mewujudkan Kasih
Kristus di dalam keluarga kita:
Bersepakatlah untuk mewujudkan suasana keluarga sorgawi terjadi dirumahmu.
Mulailah dengan sikap istri yang tunduk kepada suami.
Posisikanlah dalam hatimu, pikiran dan perbuatanmu bahwa suami adalah kepala bagi
istri.
Sesulit apapun untuk mengasihi, suami harus dapat mengasihi istrinya dan
menyerahkan dirinya.
Kasih suami harus dinyatakan melalui kehidupan yg senantiasa kudus.
Kasih suami harus direalisasikan dalam mengajarkan kebenaran firman dikeluarganya.
Kasih suami harus ditunjukkan dengan merawat, serta memperhatikan kebutuhan istri
dan keluarganya.
Mentaati dan menghormati orang tua, merupakan sikap respon kepada kerinduan
Allah.
Ketaatan dan hormat kepada orang tua dapat memberi umur panjang dan kebahagiaan.
Rindukanlah hal itu!
Bangunlah pilar kehadiran Allah di dalam rumahmu, melalui dasar kasih yang Allah
kehendaki.
ketaatan keluarga di dalam Tuhan menjadi teladan dalam sebuah keluarga rasul Paulus
Label: ketaatan keluarga di dalam Tuhan menjadi teladan dalam sebuah keluarga rasul Paulus
Komentar
1.
Balas
Posting Komentar
Pengikut
Arsip
Label
Laporkan Penyalahgunaan