Anda di halaman 1dari 5

Biaya Kualitas

Pengukuran Biaya Kualitas


Yang dimaksud dengan Biaya kualitas adalah biaya yang muncul karena produk yang
dihasilkan tidak memenuhi standar yang diinginkan oleh konsumen atau dengan kata lain
produk tersebut memiliki kualitas yang jelek, baik yang akan terjadi ataupun yang telah
terjadi dalam suatu perusahaan. Kita mengenal 4 macam biaya kualitas (Hansen dan
Mowen 1995):
a. Prevention Cost, Biaya yang dikeluarkan agar barang yang akan dihasilkan tidak
berkualitas rendah Misal : biaya program pelatihan kualitas, pemilihan supplier,dll
b. Appraisal Cost, Biaya yang dikeluarkan untuk memastikan bahwa produk yang
dihasilkan sesuai dengan keinginan konsumen, sehingga jangan sampai terjadi
barang rusak yang dikirim ke konsumen. Misal : biaya pengujian dan inspeksi bahan
baku, inspeksi dan pengujian peralatan,dll.
c. Internal Failure Cost, Biaya yang dikeluarkan karena produk yang dihasilkan tidak
sesuai dengan keinginan konsumen. Misal : biaya pengerjaan ulang (rework),
penghentian mesin, inspeksi ulang,dll.
d. External Failure Cost, Biaya yang dikeluarkan karena produk yang dihasilkan tidak
sesuai dengan keinginan konsumen setelah produk tersebut dikirim ke konsumen
Misal : biaya penarikan kembali,jaminan,perbaikan,kehilangan pangsa pasar, dll.

Pengukuran Biaya Kualitas


Dilihat dari segi akuntansi,terdapat dua tipe biaya kualitas (H.Daniel,1994):
1. Observable Quality Cost, merupakan biaya kualitas yang tercatat dalam catatan
akuntansi dan dapat diperkirakan dengan mudah (secara kuantitatif) berapa besar
biaya kualitas yang timbul.
2. Hidden Quality Cost, merupakan biaya kualitas yang sukar untuk diperhitungkan
secara kuantitatif karena sifatnya yang abstrak. Yang termasuk dalam Hidden Quality
Cost ini adalah semua external failure cost seperti contohnya ketidakpuasan
konsumen dan kehilangan pangsa pasar.

Taguchi (H.Daniel,1994) mendefinisikan biaya kualitas tersembunyi ini sebagai :


Sejumlah kerugian yang muncul dan harus dipikul oleh perusahaan apabila produk
yang dihasilkan menyimpang dari nilai target, walaupun produk tersebut masih
berada dalam batas spesifikasi produk yang dihasilkan.

Pengukuran Biaya Kualitas Tersembunyi


Terdapat berbagai metode yang telah dikembangkan untuk mengukur biaya kualitas
tersembunyi. Metode-metode ini berkembang setelah adanya fakta bahwa biaya kualitas
yang tersembunyi merupakan biaya yang walaupun tidak diharapkan muncul, tetapi selalu
ada bahkan akan berdampak merugikan perusahaan apalagi dengan adanya resiko
kehilangan pangsa pasar. Metode-metode tersebut antara lain:

a. Multiplier Method, Metode ini digunakan untuk mengukur besarnya biaya kualitas
tersembunyi dengan cara mengalikan biaya kegagalan eksternal yang dialami oleh
perusahaan dengan suatu konstanta efek pengganda (multiplier). Adapun besarnya
konstanta, yang dilambangkan dengan k, tersebut adalah berlainan untuk setiap
perusahaan karena besarnya k tersebut didasarkan pada pengalaman masa lalu
masing-masing perusahaan. Apabila dituliskan adalah sebagai berikut :

Total External Failure Cost = k ( Measured External Failure Cost ) k = efek


pengganda , yang didasarkan pada pengalaman

Sebagai contoh, misalkan Westinghouse Electric melaporkan bahwa nilai k yang


didasarkan pada pengalaman sebesar antara 3 dan 4. Jika biaya kegagalan
eksternal yang terukur adalah $2 juta, maka biaya kegagalan eksternal yang aktual
adalah antara $6 juta sampai $8 juta.

Metode ini memiliki kelemahan karena penentuan besarnya k hanya didasarkan atas
pengalaman masa lalu, sehingga besarnya hidden cost yang timbul dari kegagalan
eksternal tidak dapat mencerminkan kondisi yang sebenarnya

b. Market Research Method


Dengan menggunakan metode Market Research, pengukuran biaya kualitas yang
timbul dilakukan atas dasar penyelidikan terhadap pasar (konsumen) yang
mengkonsumsi produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Metode ini biasanya
digunakan untuk menilai pengaruh kualitas jelek terhadap penjualan dan pangsa
pasar. Metode Market Research ini dilakukan dengan cara melakukan survei
konsumen dan wawancara dengan bagian penjualan. Biasanya perusahaan yang
melakukan metode ini menggunakannya sebagai proyeksi terhadap laba/rugi yang
berkaitan dengan kualitas produk jelek.

Metode ini sulit untuk diterapkan karena dalam penyelidikan terhadap pasar, sistem
sampling yang dilakukan terkadang tidak bisa mewakili seluruh lapisan konsumen
yang menggunakan produk tersebut. Selain itu kelemahan dari metode ini adalah
kurang bisa mencerminkan kondisi kerugian perusahaan yang sebenarnya akibat
adanya produk rusak/kualitas jelek.

c. Metode Taguchi
Alternatif metode pengukuran biaya kualitas muncul setelah disadari adanya
kekurangan-kekurangan dari metode-metode yang sudah ada. Metode yang
dimaksud dikenal dengan nama metode Taguchi. Metode ini diciptakan oleh
Dr.Genichi Taguchi, direktur The Japanese Academy of Quality yang telah
memenangkan empat kali penghargaan di bidang kualitas (Deming Prize). Metode
yang dikembangkannya didasarkan atas metode eksperimental desain, untuk
mendapatkan karakteristik yang efisien dari suatu produk atau prosess produksi dan
dikombinasikan dengan analisis statistical untuk setiap penyimpangan atas varian
yang muncul.

Taguchi mendefinisikan biaya kualitas sebagai (N.Logothetis, 1991:17) kerugian


yang dilimpahkan kepada konsumen pada saat barang (produk) dikirim ke
konsumen. Menurut Taguchi kerugian ini termasuk juga aspek ketidakpuasan
konsumen yang akan menyebabkan buruknya reputasi perusahaan yang
bersangkutan.

Pelaporan Informasi Biaya Kualitas


Sebuah sistem pelaporan biaya kualitas memiliki arti penting bagi perusahaan yang
menaruh perhatian serius terhadap perbaikan dan pengendalian biaya kualitas. Langkah
perhatian serius dan paling sederhana dalam menciptakan system semacam itu adalah
menilai biaya kualitas aktual saat ini. Pencatatan biaya kualitas aktual secara terperinci
berdasarkan kategorinya dapat memberikan dua masukan pandangan penting. Pertama,
catatan tersebut mengungkapkan besarnya biaya kualitas dalam setiap kategori yang
memugkinkan para manajer menilai dampak keuangannya. Kedua, catatan tersebut
menunjukkan distribusi biaya kualitas menurut kategori yang memungkinkan para manajer
menilai kepentingan relatif dari setiap kategori.

Laporan Biaya kualitas Pentingnya biaya kualitas terhadap segi keuangan perusahaan
dapat dinilai lebih mudah dengan menampilkan biaya-biaya kualitas sebagai persentase dari
penjualan actual. Ada dua pandangan mengenai biaya kualitas optimal, yaitu pandangan
tradisional yang mengacu pada pencapaian tingkat kualitas yang dapat diterima dan
pandangan kontemporer yang dikenal sebagai pengendalian kualitas total. Setiap
pandangan menawarkan kepada para manajer masukan pandangan tentang bagaimana
biaya kualitas sebaiknya dikelola.

Penggunaan Informasi Biaya Kualitas


Pelaporan biaya kualitas mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan dan memberi dasar
perencanaan pengendalian, dan pembuatan keputusan manajerial. Sebagai contoh, dalam
mengkualitaskan penerapan program pemilihan pemasok untuk menghasilkan kualitas
masukan bahan, seorang manajer akan memerlukan penilaian terhadap:
1. Biaya kualitas saat ini untuk setiap kelompok.
2. Tambahan biaya yang berhubungan dengan program tersebut.
3. Penghematan yang diproyeksikan untuk setiap elemen dan setiap kelompok.

Waktu terjadinya biaya dan penghematan tersebut juga harus diproyeksikan. Setelah
pengaruh-pengaruh terhadap kas dapat diproyeksikan, maka dapat dilakukan analisis
penganggaran modal untuk menilai keunggulan program. Pelaporan biaya kualitas sangat
penting peranannya bagi suatu perusahaan apabila perusahaan itu benar-benar serius
menerapkannya dan memandang penting peningkatan kualitas dan pengendalian biaya
kualitas. Langkah pertama yang dilakukan adalah penilaian biaya kualitas yang
sesungguhnya terjadi saat ini.

Daftar biaya kualitas yang sesungguhnya terjadi untuk setiap kelompok biaya dapat
memberikan dua pandangan, yaitu:
1. Daftar tersebut menunjukkan biaya kualitas untuk masing-masing kelompok
sehingga memungkinkan para manajer memperkirakan dampak keuangannya.
2. Daftar tersebut menunjukkan distribusi biaya kualitas setiap kelompok sehingga
memungkinkan para manajer untuk menaksir biaya relatif setiap kelompok

Produktivitas: Pengukuran Dan Pengendalian


Produktivitas berkaitan dengan memproduksi output secara efisien, dan secara spesifik
mengacu pada hubungan antara output dan input yang digunakan untuk memproduksi
output.
Pengukuran Produktivitas Parsial
Pengukuran Produktivitas adalah penilaian kuantitatif atas perubahan produktivitas. Tujuan
pengukuran ini adalah menilai apakah efisiensi produktif telah meningkat atau menurun.
Pengukuran produktivitas untuk satu input pada suatu waktu disebut pengukuran
produktivitas parsial.

Definisi Pengukuran Produktivitas Parsial


Definisi Pengukuran produktivitas parsial merupakan produktivitas dari satu input tunggal
biasanya diukur dengan menghitung rasio output terhadap input. Rasio Produktivitas =
Output/Input Karena hanya produktivitas dari satu input yang sedang diukur, ukuran itu
disebut pengukuran produktivitas parsial. Jika output dan input diukur dalam kuantitas fisik,
maka kita memperoleh ukuran produktivitas operasional.

Keunggulan Ukuran Parsial


Penggunaan ukuran parsial memiliki keunggulan yaitu mudah diinterpretasikan oleh semua
pihak di dalam perusahaan sehingga ukuran tersebut mudah digunakan untuk menilai
kinerja produktivitas dari karyawan operasional. Kelemahan Ukuran Parsial Ukuran parsial
yang digunakan secara terpisah dapat menyesatkan. Pertama, kemungkinan terjadi trade-off
menyebabkan perlu adanya ukuran produktivitas total untuk menilai kelebihan berbagai
keputusan produktivitas. Kedua, karena ada kemungkinan trade-off, ukuran produktivitas
total harus mempertimbangkan konsekuensi keuangan agregat sehingga harus dalam
bentuk sebuah ukuran keuangan.

Pengukuran Total Produktivitas


Pengukuran produktivitas dari seluruh input disebut Pengukuran Produktivitas Total. Dalam
praktiknya, mengatur pengaruh dari seluruh input mungkin tidak diperlukan. Perusahaan
hanya mengukur produktivitas dari faktor faktor yang dianggap sebagai indikator relevan
bagi keberhasilan dan kinerja perusahaan. Jadi, pengukuran produktivitas total dapat
didefinisikan sebagai pemfokusan perhatian pada beberapa input yang menunjukkan
keberhasilan perusahaan secara total. Terdapat 2 pendekatan dalam pengukuran ini:
a. Pengukuran profil produktivitas.
b. Pengukuran produktivitas yang berkaitan dengan laba.

Contoh: Kankul Company menerapkan proses produksi dan perakitan baru pada tahun
2015.
berikut data untuk tahun 2014 dan 2015: 2014 2015 Jumlah produksi mesin 120.000
150.000 Jam tenaga kerja 40.000 37.500 Penggunaan bahan 1.200.000 1.700.000 Harga
jual per unit (mesin) 50 48 Upah tenaga kerja per jam 11 12 Biaya bahan per kg 2 3

Diketahui: • Output berjalan (tahun 2015) adalah 150.000 mesin • Rasio produktivitas
periode dasar untuk tenaga kerja dan bahan masing-masing (3 dan 0,10).
1. Hitunglah pengukuran produktivitas
2. Hitunglah jumlah masing-masing input untuk keadaan tanpa perubahan produktivitas

Jawab: Pengukuran produktivitas


Rasio Produktivitas Operasional Parsial
2014 2015
Rasio produktivitas TK 3,000 4,000
Rasio produktivitas bahan 0,100 0,088
Jumlah masing-masing input untuk keadaan tanpa perubahan produktivitas PQ
(tenaga kerja) : 150.000/3 = 50.000 jam
PQ (bahan) : 150.000/0,10 = 1.500.000 kg
Biaya tenaga kerja : PQ x P = 50.000 x 12 = 600.000
Biaya bahan : PQ x P = 1.500.000 x 3 = 4.500.000
Total biaya PQ = 5.100.000
Biaya tenaga kerja : PQ x P = 37.500 x 12 = 450.000
Biaya bahan : PQ x P = 1.700.000 x 3 = 5.100.000
Total biaya berjalan = 5.550.000
Pengaruh produktivitas terhadap laba
Pengaruh terkait laba = Total biaya PQ – Total biaya berjalan
= 5.100.000 – 5.550.000
= 450.000 penurunan laba Output berjalan PQ
= Rasio produktivitas periode dasar

Komponen Pemulihan Harga


Selisih antara perubahan laba total dan perubahan produktivitas terkait dengan laba disebut
komponen pemulihan harga (price- recovery component). Komponen ini adalah perubahan
pendapatan dikurangi perubahan biaya input dengan asumsi tidak ada perubahan
produktivitas. Oleh karena itu, komponen pemulihan harga mengukur kemampuan
perubahan pendapatan untuk menutupi perubahan biaya input dengan asumsi tidak ada
perubahan aktivitas.

Kualitas dan produktivitas


Peningkatan kualitas dapat meningkatkan produktivitas dan juga sebaliknya. Penurunan
jumlah unit cacat memperbaiki kualitas, sedangkan pengurangan jumlah input yang
digunakan meningkatkan produktivitas. Sebuah perusahaan mungkin saja memproduksi
barang dengan sedikit atau tanpa cacat, tetapi masih menjalankan proses yang tidak efisien.

Insentif pembagian keuntungan


Insentif pembagian keuntungan adalah pemberian insentif uang tunai bagi seluruh tenaga
kerja perusahaan yang menjadi kunci pencapaian kualitas dan produktivitas.

Sumber

Hansen, Don R., dan Maryanne M. Mowen. (2007). Management Accounting, 8th edition.
South-Western,USA: Thomson Learning.

https://media.neliti.com/media/publications/73401-ID-pengukuran-biaya-kualitas-suatu-
paradigm.pdf

http://e-journal.uajy.ac.id/1562/3/2EA16250.pdf

http://fe.unisma.ac.id/MATERI%20AJAR%20DOSEN/AKMEN/HRR/Pert
%207%20Akmen.pdf

Anda mungkin juga menyukai