Anda di halaman 1dari 3

A.

Analisis bab III

Bab III “Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian” menjelaskan tentang ontology, the
quest for knowledge, the knowler, nalar dan kownledge hingga nalar atau berpikir.

Ontology merupakan azas dalam menerapkan batas atau ruang lingkup wujud yang
menjadi objek penelaah (objek ontologis atau objek formal dari pengetahuan) secara
penafsiran tentang hakikat realitas (metafisika) dari objek ontology atau objek formal
tersebut sehingga bisa dijadikan landasan ilmu untuk mengetahui apa yang dikasi oleh
pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan dengan alam kenyataan dan keberadaan.

Sedangkan The quest for knowledge adalah upaya manusia untuk mengetahui tentang
Tuhan, alam semesta, lingkungan. Dalama upaya quest for knowledge manusia
menggunakan segala kemampuannya (akal budinya). Manusia disebut sebagai the knower
karena sudah menjadi kehendak Allah, manusia diberi kemampuan untuk mengetahui
suatu kemampuan yang tidak dberikan kepada ciptaan yang lain. Kemampuan yang
diberikan ( kemampuan kognitif, afektif, dan konatif). Selain itu sifat manusia sebagai the
Known yaitu kesadaran manusia yang merupakan dasar dasar yang lebih penting utuk
proses dari kognitif, afektif dan konatif agar berjalan lancar.

Landasan untuk nalar atau berpikir adalah tentang segala sesuatu yang dapat dirasa oleh
pancaindera maupu yang tidak dapat di rasa oleh paca indra. Segala sesuatu yang dapat
dirasa panca indra disebut experiment dan yang tidak dapat dirasa panca indra adalah
dunia metafisika yang hanya dapat diketahui berdasarkan petunjuk dari Tuhan yang Maha
Esa.

Buku ini menjelaskan dengan jelas bahwa knowledge sangat penting untuk memahami
konsep berpikir yang baik dan benar.

B. Buku pembanding I
Buku filsafat ilmu dan metodologi penelitian ilmu social (filsafat ilmu dan ilmu
sebagai penelitian) Prof. Dr. H. Sulfian, M.Si dan Dr. Dra. Wiwik Suryandartiwi A,
MM
Buku ini terbagi menjadi bebrapa Bab. Bab 1 membahas tentang filsafat ilmu dan
Bab ke 2 membahas ilmu sebagai pengetahuan.
Pada Bab 1 menjelaskan tentang ontology yang merupakan hakekat dari ilmu
pengetahuan. Filsafat ilmu sebenarnya berbeda dengan filsafat tetapi sulit untuk
dipisahkan. Kemudian pada bab 2 menjelaskan tentang ilmu sebagai pengetahuan tetapi
tidak smeua pengetahuan adalah ilmu. Pengetahuan atau knowledge merupakan suatu yag
dikejar manusia untuk memenuhi keingintahuan.
Perbandingan buku utama dan buku pembanding. Pada buku utama lebih banyak
penjelasan dan lebih lengkap tetapi kalimat yang digunakan pada buku pembanding lebih
mudah dimengerti dan dipahami.
C. Buku pembanding ke II
Filsafat Ilmu pendekatan kajian keislman (epistemology dan kebenaran ilmiah) Dr.
Abdul Chalik
Penulis dalam tuliannya menjelaskan mengenai Epistemologi dan kebenaran
ilmiah. Epistemiologi merupakan sebuah jalan untuk smpai kepada pengetahuan atau
metode untuk memperoleh pengetahuan. Tujuannya sendiri untuk mengungkap sejauh
mana pengetahuan yang diperoleh mencapai validitas yang benar-benar memiliki
landasan yang kuat dan konsisten yang akhirnya kebenaran dapat dipertanggung
jawabkan.
D. Buku pembanding III
Filsafat Agama (Agama-Agama Besar di Indonesia) Magdalena Pranata Santoso
Penulis dalam tulisannya ini menyajikan pemahaman umum agama-agama besar
di Indonesia. Buku ini sangat menambah wawasan pembaca mengenai agama-agama
besar yang banyak dianut di Indonesia dan juga sedikit pengetahuan mengenai agama
Yahudi. Dalam buku ini menjelaskan secara singkat mengenai latar belakang lahirnya
agama-agama tersebut, konsep keselamatannya, kitab yang dipakai, tokoh penting
sebagai pelopor agama tersebut, serta prinsip utama doktrinnya. Banyak hal baik yang
tertuang di dalam buku ini mengenai agama-agama besar di Indonesia.
Pada buku ini lebih banyak membahas tentang wawasan agama-agama besar
diindoneisa untuk melengkapi pemahaman dari The quest for knowledge yang dijelaskan
pada buku utama.
E. Buku Pembanding III
Filsafat Ilmu Mencari Makna tanpa Kata dan Mentasbihkan Tuhan dalam Nalar
(Analisis Historis Kelahiran Filsafat Ilmu) Prof., Dr. Cecep Sumarna.
Pada bab ini, penulis mengajak kita untuk lebih mengenal filsafat dengan memahami
filsafat itu sendiri. Dalam arti yang agak umum, filsafat dapat digunakan untuk menjawab
berbagai pertanyaan yang muncul dalam pikiran manusia tentang berbagai kesulitan yang
dihadapinya, serta berusaha untuk menemukan solusi yang tepat. Namun demikian,
dalam bab ini juga diungkapkan bahwa filsafat dapat juga diartikan dalam arti yang
khusus. Dalam arti ini, kata filsafat biasanya bersinonim dengan sistem dari sebuah
madzhab tertentu dalam filsafat. Misalnya, filsafat dirangkaikan dengan salah seorang
filosof, seperti filsafat Aristoteles atau filsafat Plato. Penulis menjelaskan juga tentang
ciri berpikir filsafat dengan ciri-ciri sebagai berikut: radikal, sistemik, universal dan
spekulatif. Berpikir radikal artinya berpikir sampai ke akar persoalan. Sistemik adalah
berpikir logis, yang bergerak selangkah demi selangkah, penuh kesadaran, berurutan dan
penuh rasa tanggung jawab. Universal artinya berpikir secara menyeluruh tidak terbatas
pada bagian-bagian tertentu, tetapi mencakup keseluruhan aspek, yang konkret dan
abstrak atau yang fisik dan metafisik. Terakhir, spekulatif, karena seorang filosof
memiliki cara berpikir yang spekulatif, maka seorang filosof terus melakukan ujicoba dan
memberikan pertanyaan terhadap kebenaran yang dianutnya. Buku ini menjelaskan pula
tentang metafisika. Dalam filsafat ilmu, metafisika perlu dibahas, karena memiliki nilai
guna sebagai bahan studi atau pemikiran tentang sifat tertinggi atau terdalam (ultimate
nature) dari keadaan atau kenyataan yang tampak nyata dan variatif. Melalui pengkajian
dan penghayatan terhadap metafisika, manusia akan dituntun pada jalan dan penumbuhan
moralitas hidup. Hubungan antara metafisika dengan filsafat ilmu dapat diibaratkan
seperti hubungan dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan meski gampang dibedakan.
Filsafat ilmu membincangkan persoalan metafisika lebih karena hampir tidak ada
ilmupun yang terlepas dari persoalan metafisika. Bahkan dalam banyak hal, ilmu dan
pengkaji ilmu (ilmuwan) yang kering makna metafisika akan berakibat pada keringnya
makna ilmu itu sendiri. Tentu ini subjektif, tetapi kelihatannya sangat sulit ditolak.

Chalik, Abdul. 2015. Filsafat Ilmu Pendekatan Kajian Keislaman. Surabaya : Arti Bumi
Intaran
Pranata Santoso, Magdalena. 2009. Filsafat Agama. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sulfian dan Wiwik Suryandartiwi. 2022. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu
Sosial. Pekan Baru:Eureka Media Aksara
Sumarna,Cecep.2022. Filsafat Ilmu Mencari Makna Tanpa Kata dan Mentasbihkan
Tuhan dalam Nalar. Cirebon:Rosda karya

Anda mungkin juga menyukai