Irma Herawati-Fst
Irma Herawati-Fst
IRMA HERAWATI
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
IRMA HERAWATI
11160950000071
i
AKTIVITAS ENZIM PROTEASE KAPANG ENDOFIT YANG DIISOLASI
DARI DAUN TANAMAN PEPAYA (Carica papaya L.)
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
IRMA HERAWATI
11160950000071
Menyetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Mengetahui,
Ketua Program Studi Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ii
PENGESAHAN UJIAN
Menyetujui:
Penguji I, Penguji II,
Pembimbing II,
Pembimbing I,
Mengetahui,
iii
PERNYATAAN
Irma Herawati
11160950000071
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta‟ala karena atas rahmat dan
karunia-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada semua makhluknya. Shalawat
serta salam dicurahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam
yang telah memimpin manusia menuju jalan yang diridhoi Allah subhanahu wa
ta‟ala. Berkat rahmat Allah subhanahu wa ta‟ala, penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Aktivitas Enzim Protease Kapang Endofit yang diisolasi
dari Daun Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)” dalam rangka Tugas Akhir
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biologi
di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih karena adanya dukungan dari
banyak pihak yang terkait, untuk itu penulis berterima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, Env.Stud. selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Priyanti, M.Si. selaku Ketua Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku
Dosen penguji seminar proposal dan seminar hasil penelitian.
3. Dr. Megga Ratnasari Pikoli, M. Si. selaku Dosen pembimbing I.
4. Aerma Hastuty, M.Si. selaku Dosen pembimbing II.
5. Arina Findo Sari, M.Si. selaku Dosen penguji seminar proposal dan seminar
hasil penelitian.
6. Dr. Novik Nurhidayat selaku Kepala Laboratorium Mikrobiologi Kesehatan.
7. Kepala Pusat Penelitian Biologi dan Kepala InaCC-LIPI.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis
v
ABSTRAK
Irma Herawati. Aktivitas Enzim Protease Kapang Endofit yang diisolasi dari
Daun Tanaman Pepaya (Carica papaya L.). Skripsi. Program Studi Biologi.
Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2020. Dibimbing oleh Megga Ratnasari Pikoli dan Aerma Hastuty.
vi
ABSTRACT
Papaya plant is a plant that contains protease enzymes. Endophytic fungi produce
bioactive compounds that can be a source renewable natural product, one of which
is protease enzymes. The papaya leaf endophytic fungi isolates used were JE-
DP4, JE-BP1, and JE-BP3. This research aimed to analyze the potential of papaya
leaf endophytic fungi as a protease enzyme producer. The protease enzyme
activity was measured using the Chow and Peticolas method. Protein content was
measured using the Bradford method. Protease enzyme activity was measured at
λ280 nm and protein content at λ595 nm using a UV-Vis Spectrophotometer. The
protease enzyme activity was measured at three temperatures including 30°C,
37°C, 44°C; incubation times for 7 days, enzyme production media substrates in
the form of casein and skim milk and the pH of the growth was measured. The
results showed the highest protease enzyme activity using casein substrate was
46,72 U/mL while using skim milk substrate was 11,30 U/mL. The highest
protein content using a casein substrat of 0,107 mg/mL while using a skim milk
substrate of 0,068 mg/mL. JE-DP4 endophytic fungi isolate had the best ability to
produce protease enzymes compared to JE-BP1 and JE-BP3. The highest average
protease enzyme activity of JE-DP4 isolate at 37°C was 22,64 U/mL minutes,
incubation time was 7th days, and growth pH was 6 using casein substrate.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 3
1.5. Kerangka Berpikir Penelitian ........................................................... 4
viii
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Skrining Aktivitas Enzim Protease Kapang Endofit ........................ 23
4.2. pH Pertumbuhan Kultur pada Media Produksi Enzim Protease....... 25
4.3. Pengaruh Suhu dan Waktu Inkubasi terhadap Aktivitas Protease .... 28
4.4. Pengaruh Substrat Media Produksi terhadap Aktivitas Protease ...... 36
4.5. Kadar Protein .................................................................................... 38
LAMPIRAN ...................................................................................................... 51
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kandungan kimiawi bagian tanaman pepaya..................................... 6
Tabel 2. Hasil skrining aktivitas enzim protease kapang endofit..................... 23
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian ........................................................... 4
Gambar 2. Morfologi tanaman pepaya.............................................................. 5
Gambar 3. Isolat kapang endofit daun tanaman pepaya ................................... 11
Gambar 4. Fase reaksi enzimatik ...................................................................... 14
Gambar 5. Pembentukan ikatan peptida............................................................ 15
Gambar 6. Asam amino penyusun protein ........................................................ 16
Gambar 7. Nilai pH pertumbuhan kapang endofit JE-DP4............................... 26
Gambar 8. Nilai aktivitas enzim protease kapang endofit JE-DP4 ................... 29
Gambar 9. Nilai aktivitas enzim protease kapang endofit JE-DP4 ................... 33
Gambar 10. Nilai kadar protein enzim protease kapang endofit JE-DP4 ......... 39
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Komposisi reagen ......................................................................... 51
Lampiran 2. Hasil pengukuran larutan dan kurva standar tirosin ..................... 52
Lampiran 3. Hasil pengukuran larutan dan kurva standar BSA........................ 53
Lampiran 4. Nilai pH pertumbuhan kapang endofit JE-DP4 ............................ 54
Lampiran 5. Konsentrasi tirosin yang dilepaskan hasil hidrolisis protein ........ 55
Lampiran 6. Peremajaan kapang endofit daun pepaya...................................... 56
Lampiran 7. Skrining aktivitas enzim protease kapang endofit ........................ 57
Lampiran 8. Hasil uji statistik normalitas data substrat kasein ......................... 61
Lampiran 9. Hasil uji statistik homogenitas data substrat kasein ..................... 61
Lampiran 10. Hasil uji statistik Kruskal-Wallis data substrat kasein ............... 62
Lampiran 11. Hasil uji statistik normalitas data substrat susu skim ................. 64
Lampiran 12. Hasil uji statistik homogenitas data substrat susu skim.............. 64
Lampiran 13. Hasil uji statistik anova satu jalur data substrat susu skim ......... 65
Lampiran 14. Dokumentasi penelitian .............................................................. 66
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu bioteknologi menjadikan enzim sebagai salah satu
alternatif untuk memenuhi keperluan industri dan pengobatan. Salah satu enzim
yang banyak digunakan adalah enzim protease (Noviyanti, Ardiningsih, &
Rahmalia, 2013). Enzim protease merupakan kelompok besar enzim yang
mengkatalisis hidrolisis ikatan peptida pada protein. Pembelahan ikatan peptida
menyebabkan degradasi substrat protein menjadi asam amino penyusunnya (de
Souza et al., 2015). Enzim protease mewakili salah satu dari 3 kelompok enzim
industri terbesar yang menyumbang sekitar 59% dari total penjualan enzim global
(Mahajan & Badgujar, 2010).
Enzim protease tersebar luas hampir di seluruh tanaman, hewan, dan
mikroorganisme. Sumber enzim protease terbesar berasal dari tanaman yang
menempati peringkat teratas sebesar 43,85%; diikuti oleh bakteri 18,09%; kapang
15,08%; hewan 11,15%; alga 7,42%; dan virus 4,41% (Mahajan & Badgujar,
2010). Tanaman sebagai sumber enzim protease dibatasi oleh tersedianya lahan
dan kondisi pertumbuhan yang cocok. Produksi enzim protease dari tanaman dan
hewan juga tidak mudah serta sangat memakan waktu (Susanti, 2003). Sumber
enzim protease dari mikroorganisme lebih disukai karena pertumbuhannya yang
cepat, mudah dimanipulasi secara genetik sehingga lebih banyak dikembangkan,
dan memiliki karakteristik yang diinginkan dalam aplikasi bioteknologi (Pratush,
Gupta, & Bhalla, 2013).
Tanaman menjadi inang bagi komunitas mikroorganisme endofit yang dapat
menghasilkan sejumlah besar senyawa biologis. Endofit adalah mikroorganisme
bakteri atau kapang yang berkoloni di jaringan tanaman sehat secara interseluler
atau intraseluler tanpa menimbulkan gejala penyakit yang jelas (Nair &
Padmavathy, 2014). Senyawa bioaktif yang dihasilkan dapat menjadi sumber
produk alami yang terbarukan (Eze et al., 2018). Tanaman pepaya merupakan
salah satu tanaman yang mengandung enzim protease (Amazu et al., 2010).
Kapang endofit banyak terdapat di daun karena daun memiliki stomata dan
1
2
pembuluh vaskular yang menjadi jalur masuk mikroorganisme endofit (Eze et al.,
2019; Khan, Shahzad, Choudhary, Khan, & Ahmad, 2010).
Hasil penelitian sebelumnya mengenai isolasi dan skrining kapang endofit
daun tanaman pepaya telah dilaporkan oleh Puspitarini (2019), sebanyak 13 isolat
kapang endofit berhasil diisolasi dari daun pepaya. Tujuh isolat dari 13 isolat
kapang endofit berpotensi menghasilkan enzim protease. Ketiga isolat kapang
endofit dari 7 isolat yang digunakan belum diukur aktivitas enzim proteasenya,
yaitu JE-DP4, JE-BP1, dan JE-BP3. Ketiga isolat kapang endofit tersebut belum
diketahui identitasnya. Identifikasi dilakukan untuk membandingkan aktivitas
enzim protease termasuk tinggi atau rendah dan mengetahui kapang endofit tidak
bersifat patogen. Penelitian lain terkait enzim protease tanaman pepaya telah
dilaporkan oleh Konno et al. (2004), papain termasuk ke dalam protease sistein
yang terdapat pada getah daun pepaya bersifat toksik terhadap serangga herbivora
ulat sutra. Aktivitas enzim protease pada getah pepaya sebesar 257,621 U/mg.
Keragaman enzim protease telah menarik perhatian dunia untuk
mengeksploitasi aplikasi fisiologis dan bioteknologinya (Rani, Rana, & Datt,
2012). Pemanfaatan kapang endofit sebagai salah satu sumber penghasil enzim
protease perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan industri pangan dan
kesehatan karena kapang memiliki enzim yang lebih luas daripada bakteri.
Kapang mampu menghasilkan enzim protease asam, netral, atau basa sedangkan
bakteri hanya mampu menghasilkan enzim protease netral atau basa (Pratush et
al., 2013). Enzim protease kapang yang banyak digunakan dalam aplikasi industri
adalah protease aspartat untuk pembuatan keju, sebagai produk memperlancar
pencernaan, penjernihan bir, pengubah protein makanan, dan hidrolisat protein
(Vishwanatha, Rao, & Singh, 2010). Berdasarkan latar belakang tersebut,
penelitian ilmiah mengenai enzim protease yang dihasilkan oleh kapang endofit
daun tanaman pepaya untuk menganalisis potensi kapang endofit dalam
menghasilkan enzim protease.
Aktivitas enzim protease dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu,
pH pertumbuhan, waktu inkubasi, dan substrat protein (Saranraj, Jayaprakash, &
Bhavani, 2017). Suhu berpengaruh terhadap aktivitas enzim untuk mengetahui
kondisi yang sesuai dalam mendegradasi substrat (Baehaki & Rinto, 2012). Waktu
3
a c
Gambar 2. Morfologi tanaman pepaya; a. Perawakan tanaman pepaya; b. Daun
berukuran besar yang tersusun secara spiral berbatas; c. Bunga-bunga
muncul diaksil daun.
Tanaman pepaya termasuk ke dalam tumbuhan dikotil yang berasal dari
famili Caricaceae. Tanaman ini tersebar di sebagian besar daerah tropis di dunia,
berasal dari Amerika Tengah dan meksiko (Abonyi et al., 2019; Saeed et al.,
2014). Tanaman pepaya terdiri dari 31 spesies dalam 4 genera. Tiga genera
berasal dari Amerika, yaitu Carica, Jacaratia, dan Jarilla serta 1 genera berasal
dari Afrika, yaitu Cylicomorpha (Pinnamaneni, 2017). Tanaman digunakan secara
5
6
tradisional untuk pengobatan berbagai penyakit termasuk luka, borok, luka bakar,
diare, pendarahan, wasir, batuk, disentri, dan penyakit kulit. Daun pepaya
mengandung senyawa bioaktif untuk menyembuhkan kanker dan demam berdarah
(Sushma, Jayashankar, Vinu, & Saeed, 2018; Abonyi et al., 2019).
Artinya:
“Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-
buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang
mati dari yang hidup (yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka
mengapa kamu masih berpaling?”. (QS. Al-An’am: [6:95]).
Kata “dan mengeluarkan dari yang mati dari yang hidup” yang dimaksud
dalam ayat tersebut adalah senyawa bioaktif atau enzim ekstraseluler yang
dihasilkan dari kapang endofit. Kapang memiliki kapasitas yang luas untuk
menghasilkan senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas antimikroba dan
berpotensi sebagai obat (Suryanarayanan et al., 2009). Kebutuhan untuk
mengisolasi, menyintesis antibiotik, agen terapeutik, dan agrokimia dari kapang
endofit sangat efektif, rendah toksik, dan memiliki dampak lingkungan yang kecil
(Tenguria, Khan, & Quereshi, 2011).
Kapang menghasilkan sejumlah besar protease baik intraseluler atau
ekstraseluler (Vishwanatha et al., 2010). Kapang endofit memiliki kemampuan
untuk menghasilkan berbagai enzim ekstraseluler seperti pektinase, selulase,
lipase, amilase, lakase, dan protease. Enzim ekstraseluler ini berperan dalam
proses biodegradasi, hidrolisis terhadap infeksi patogen, dan memenuhi kebutuhan
nutrisi kapang dari tanaman inang (Sunitha, Devi, & Srinivas, 2013). Sebagian
besar kapang mempunyai kisaran suhu optimal 28-30°C untuk produksi protease
(K. M. Sharma et al., 2017).
11
a b c
Gambar 3. Isolat kapang endofit daun tanaman pepaya; a. JE-BP1; b. JE-BP3; c.
A
JE-DP4
asam (pH 2,0-6,0); netral (pH 6,0-8,0); alkali (pH 8,0-13) (de Souza et al., 2015).
Menurut klasifikasi enzyme commission (EC), enzim protease termasuk ke dalam
kelas 3, yaitu hidrolase dan sub-kelompok 4 yang menghidrolisis ikatan peptida
(K. M. Sharma et al., 2017). Enzim protease diklasifikasikan berdasarkan posisi
pemutusan ikatan peptida dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yaitu
eksopeptidase dan endopeptidase (de Souza et al., 2015).
Eksopeptidase menghidrolisis ikatan peptida protein pada ujung rantai
polipeptida baik dari ujung amino (terminal N) atau karboksil (terminal C) pada
substrat. Berdasarkan sisi aktif, eksopeptidase diklasifikasikan menjadi
aminopeptidase dan karboksipeptidase. Aminopeptidase dapat membebaskan
residu asam amino tunggal, dipeptida (dipeptidyl peptidase), atau tripeptida
(tripeptydil peptidase) dari ujung terminal N pada substratnya (Mótyán, Tóth, &
Tőzsér, 2013). Karboksipeptidase bekerja dari ujung terminal C dari rantai
polipeptida dan membebaskan asam amino tunggal atau dipeptida (de Souza et al.,
2015).
Endopeptidase memutus ikatan peptida yang berada di bagian dalam rantai
polipeptida (Sabotič & Kos, 2012). Endopeptidase terbagi menjadi 4 kelompok
utama, yaitu protease serin, protease aspartat, protease sistein, dan
metalloprotease. Protease serin ditandai dengan adanya residu serin di sisi aktif
enzim (Laskar & Chatterjee, 2009). Protease serin umumnya aktif pada pH netral
dan alkali. Protease aspartat umumnya mempunyai aktivitas katalitik optimal pada
pH asam. Protease sistein terbagi menjadi protease tanaman seperti papain,
bromelain, dan aktinidin. Protease sistein memiliki pH optimal netral meskipun
ada beberapa yang aktif pada pH optimal asam. Metalloprotease mengandung ion
logam esensial, salah satunya Zn yang mempunyai aktivitas optimal pada pH
netral (Mahajan & Badgujar, 2010). Protease alkali memiliki pusat serin atau
metallo-type dan merupakan kelompok enzim yang penggunaannya luas dalam
industri detergen, makanan, farmasi, dan kulit (K. M. Sharma et al., 2017).
2.4. Protein
Kata protein berasal dari kata Yunani, “proteios” yang berarti primer.
Protein sangat penting untuk sistem biologis. Protein mengandung karbon,
hidrogen, oksigen, dan nitrogen sebagai komponen utama, serta sulfur dan fosfor
sebagai komponen unsur minor. Semua protein adalah polimer asam amino.
Protein disintesis oleh polimerisasi asam amino melalui ikatan peptida. Kelompok
15
alfa karboksil dari satu asam amino bereaksi dengan gugus alfa amino dari asam
amino lain untuk membentuk ikatan peptida atau jembatan CO-NH (Gambar 5)
(Vasudevan, Vaidyanathan, & Sreekumari, 2017).
gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), dan rantai samping yang terikat
pada satu atom karbon pusat (Gambar 6). Perbedaan fungsional antara asam
amino terletak pada struktur rantai sampingnya atau gugus R (Van Goudoever et
al., 2014).
17
18
pengulangan dan 1 kontrol pada masing-masing substrat kasein dan susu skim.
Kontrol terdiri atas media produksi enzim protease beserta masing-masing
substrat berupa kasein dan susu skim tanpa penambahan isolat kapang endofit.
ditambahkan substrat kasein dan susu skim sebanyak 1 g/100 mL. Media
dihomogenkan menggunakan magnetic stirrer dan diukur pH nya. Media
disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121°C dengan tekanan 15 Psi selama 15-20
menit (Yusriah & Kuswytasari, 2013).
Tabel 2. Hasil skrining aktivitas enzim protease kapang endofit daun tanaman
pepaya
Indeks
Kode Aktivitas Diameter Zona Diameter
No. Hidrolisis
Isolat Protease Bening (mm) Koloni (mm)
Protein (IHP)
1 JE-DP4 + 38,5 26,5 1,45
2 JE-BP1 - - 90 -
3 JE-BP3 - - 64 -
Susu skim sebagai substrat enzim media skim milk agar memperlihatkan
adanya aktivitas hidrolitik enzim protease yang dilepaskan oleh miselium kapang.
Abdennabi, Triki, Salah, & Gharsallah (2017), melaporkan dalam penelitiannya
aktivitas enzim protease kapang endofit Fusarium sp. ditunjukkan dengan zona
bening yang terbentuk disekitar koloni sebesar 36 mm. Hal ini menunjukkan
bahwa aktivitas enzim protease kapang dapat terlihat dari zona bening yang
terbentuk.
Kapang endofit JE-DP4 bersifat proteolitik karena mampu memproduksi
enzim protease ekstraseluler. Enzim protease ekstraseluler, yaitu enzim pemecah
protein yang diproduksi di dalam sel untuk dilepaskan keluar dari sel. Enzim
23
24
protease ekstraseluler penting untuk hidrolisis protein di lingkungan bebas sel dan
memungkinkan sel untuk menyerap serta memanfaatkan produk hidrolitik tersebut
(Hamza, 2017). Identifikasi isolat kapang endofit JE-DP4 perlu dilakukan untuk
membandingkan aktivitas enzim protease yang dihasilkan oleh jenis kapang yang
sama termasuk tinggi atau rendah. Identifikasi kapang juga dapat mengetahui
kapang endofit bersifat patogen atau tidak patogen, sehingga kapang endofit aman
digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri pangan atau kesehatan. Kapang
endofit umumnya bersifat menguntungkan bagi tanaman inangnya, beberapa
kapang endofit ada yang bersifat patogen (Rodriguez et al., 2009).
Isolat kapang endofit JE-DP4, JE-BP1, dan JE-BP3 sebelumnya disimpan
dalam media malt extract agar. Isolat kapang endofit JE-DP4 masih mampu
menghasilkan zona bening sedangkan JE-BP1 dan JE-BP3 tidak menghasilkan
zona bening. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan jumlah induktor masing-
masing jenis dan strain kapang (Choliq, 2008). Isolat kapang endofit JE-BP1 dan
JE-BP3 tidak menghasilkan zona bening juga dapat disebabkan karena kehilangan
kemampuan aktivitas enzimnya akibat terlalu lama disimpan di media malt extract
agar. Media malt extract agar memiliki kandungan protein yang sedikit. Hal ini
menyebabkan tidak adanya yang menginduksi kemampuan kapang endofit
tersebut untuk menghasilkan enzim protease sehingga tidak dapat menyintesis
enzim protease ekstraseluler. Enzim protease ekstraseluler merupakan enzim
induktif yang sintesisnya dipengaruhi oleh induktor (Peterson, Grinyer, &
Nevalainen, 2011).
Indeks hidrolisis protein menunjukkan aktivitas enzim protease. Aktivitas
relatif protease isolat kapang endofit JE-DP4 mempunyai nilai indeks hidrolisis
protein >1, yaitu sebesar 1,45 pada hari ke-7 inkubasi (Tabel 2). Hasil pengukuran
indeks hidrolisis protein tersebut termasuk ke dalam kategori rendah karena nilai
aktivitas relatif proteasenya <2. Soeka & Sulistiani (2014), melaporkan dalam
penelitiannya nilai indeks hidrolisis protein sebesar 1,50 termasuk kategori
rendah. Nilai indeks hidrolisis protein >2 menunjukkan aktivitas enzim yang
tinggi. Nilai indeks hidrolisis protein yang dihasilkan oleh kapang endofit
semakin tinggi maka zona bening yang terbentuk akan semakin besar (Hastuti et
al., 2017). Maitig, Alhoot, & Tiwari (2018), melaporkan dalam penelitiannya
25
bahwa Aspergillus sp. memiliki nilai indeks hidrolisis protein sebesar 2,09 setelah
96 jam inkubasi. Nilai indeks hidrolisis protein kapang endofit tersebut sebesar
2,09 lebih besar dibandingkan nilai indeks hidrolisis protein yang dihasilkan isolat
kapang endofit JE-DP4 sebesar 1,45.
Isolat kapang endofit yang mampu menghasilkan enzim protease adalah JE-
DP4, sehingga yang akan diukur aktivitas enzim protease isolat tersebut. Isolat
kapang endofit JE-DP4, JE-BP1, dan JE-BP3 sebelumnya telah di skrining
aktivitas enzim protease setelah berhasil diisolasi dari daun pepaya. Pengujian
ulang aktivitas enzim protease perlu dilakukan ketika ingin mengukur aktivitas
enzim untuk memastikan aktivitas enzim protease masih aktif. Enzim dari kapang
endofit memiliki peran penting dalam pertanian, industri, dan kesehatan karena
stabilitasnya pada suhu tinggi dan pH yang ekstrim dibandingkan sumber enzim
dari tanaman dan hewan (Jalgaonwala & Mahajan, 2011; Sathish et al., 2012).
Kapang endofit memiliki fleksibilitas metabolisme yang baik dalam kelangsungan
hidupnya sehingga menjadikannya mikroorganisme terpilih untuk produksi enzim
tertentu (Zaferanloo, Virkar, Mahon, & Palombo, 2013).
dan penerima proton di sisi katalitik enzim berada pada tingkat ionisasi yang
diinginkan, sehingga dapat menghasilkan produk yang tinggi (Fathimah &
Wardani, 2014).
b
Gambar 7. Nilai pH pertumbuhan kapang endofit JE-DP4; a. menggunakan
substrat kasein, b. menggunakan substrat susu skim
Aktivitas enzim protease tertinggi isolat kapang endofit JE-DP4
menggunakan substrat kasein sebesar 46,72 U/mL (Gambar 8) terjadi pada pH
pertumbuhan sebesar 6,9. Aktivitas enzim protease tertinggi isolat kapang endofit
JE-DP4 menggunakan substrat susu skim sebesar 11,30 U/mL (Gambar 9) terjadi
pada pH pertumbuhan sebesar 6,4. Aktivitas enzim protease tertinggi berada pada
tingkat ionisasi yang sesuai untuk berikatan dengan substrat dan konformasi
enzim yang sangat stabil sehingga efektifitas pengikatan enzim-substrat menjadi
tinggi (Malle, Telussa, & Lasamahu, 2015). Perubahan keaktifan enzim
diakibatkan oleh ioniasi gugus ionik enzim pada sisi aktif atau sisi lain yang tidak
langsung memengaruhi sisi aktif. Gugus ionik berperan menjaga konformasi sisi
aktif dalam mengikat dan mengubah substrat menjadi produk (Baehaki, Rinto, &
Budiman, 2011). Perubahan muatan ion oleh asam amino penyusun enzim atau
substrat karena pH dapat menyebabkan aktivitas enzim menurun (Yusriah &
Kuswytasari, 2013).
Aktivitas enzim protease tertinggi yang dihasilkan oleh isolat kapang
endofit JE-DP4 aktif pada kisaran pH 6. Hal ini menunjukkan bahwa enzim
27
Gambar 8. Nilai aktivitas enzim protease kapang endofit JE-DP4 pada ketiga suhu
menggunakan substrat kasein selama 7 hari inkubasi; a. 30°C, b.
37°C, c. 44°C
30
aktivitas enzim menjadi sebesar 40 U/mL. Oleh karena itu, waktu inkubasi untuk
mengukur aktivitas enzim protease isolat kapang endofit JE-DP4 dilakukan
hingga hari ke-7. Al-Askar, Abdulkhair, & Rashad (2014), melaporkan bahwa
aktivitas enzim protease oleh Fusarium solani dari hari pertama inkubasi secara
bertahap meningkat dan mencapai aktivitas enzim tertinggi pada hari ke-7. Enzim
protease diproduksi dalam jumlah tinggi pada fase pertumbuhan eksponensial
hingga fase stasioner (Ilmiah, Mubarik, & Wahyuntari, 2018).
Aktivitas enzim protease tertinggi isolat kapang endofit JE-DP4
menggunakan substrat kasein pada suhu 37°C sebesar 46,72 U/mL sedangkan
aktivitas enzim protease terendah sebesar 8,92 U/mL (Gambar 8b). Aktivitas
enzim protease pada suhu 37°C hari ke-1 inkubasi nilainya tinggi sebesar 46,72
U/mL. Waktu inkubasi berikutnya nilai aktivitas enzim protease meningkat secara
bertahap hingga hari ke-7, yaitu sebesar 8,92 U/mL hingga 28,64 U/mL. Menurut
Yuniati et al. (2015), aktivitas enzim protease yang tinggi pada waktu awal
produksi karena masih tersedianya banyak nutrisi yang diperlukan oleh kapang
untuk melakukan metabolisme sel dan suhu 37°C merupakan suhu optimal
dihasilkannya enzim protease. Suhu mempunyai 2 mekanisme berlawanan dalam
memengaruhi aktivitas enzim, yaitu aktivasi dan denaturasi. Aktivasi akan
meningkatkan laju reaksi seiring dengan kenaikan suhu. Denaturasi
mengakibatkan pembukaan struktur kuartener dan tersier enzim karena suhu
tinggi (Vitolo, 2015).
Rata-rata aktivitas enzim protease tertinggi isolat kapang endofit JE-DP4
menggunakan substrat kasein dihasilkan pada suhu 37°C sebesar 22,64 U/mL
karena pada suhu 30°C rata-rata aktivitas enzim protease yang dihasilkan sebesar
14,74 U/mL dan suhu 44°C sebesar 20,96 U/mL. Menurut Ramya & Bharathi
(2015), suhu yang optimal untuk menghasilkan aktivitas enzim protease tertinggi
adalah suhu 37°C. Aktivitas enzim meningkat seiring bertambahnya suhu hingga
tercapai suhu optimal. Setiap enzim memiliki suhu optimal untuk menghasilkan
aktivitas enzim tertinggi (Sayem, Alam, & Hoq, 2006). Kenaikan suhu
menyebabkan aktivitas enzim meningkat karena terjadi peningkatan energi kinetik
yang mempercepat gerak vibrasi, translasi, dan rotasi enzim maupun substrat. Hal
ini dapat menambah intensitas tumbukan antara enzim dan substrat. Intensitas
32
Gambar 9. Nilai aktivitas enzim protease kapang endofit JE-DP4 pada ketiga suhu
menggunakan substrat susu skim selama 7 hari inkubasi; a. 30°C, b.
37°C, c. 44°C
34
karena kapang masih dalam fase adaptasi sehingga belum terjadi peningkatan
jumlah biomassa sel kapang. Aktivitas enzim protease tertinggi menggunakan
substrat susu skim pada suhu 37°C terjadi pada hari ke-5 sebesar 9,11 U/mL
sedangkan aktivitas enzim protease terendah terjadi pada hari ke-2 sebesar 4,95
U/mL (Gambar 9b). Aktivitas enzim protease dihasilkan pada fase eksponensial
hingga fase stasioner akhir karena terjadi peningkatan jumlah biomassa miselium
dan aktivitas enzim. Substrat protein terdegradasi selama fase eksponensial yang
digunakan untuk pertumbuhan kapang (Ilmiah et al., 2018). Sel-sel kapang mulai
kekurangan nutrisi pada hari ke-6 inkubasi sehingga menyebabkan aktivitas enzim
menurun menjadi sebesar 5,06 U/mL. Penurunan aktivitas enzim disebabkan oleh
inaktivasi enzim karena kapang mulai mengalami fase kematian dan substrat
protein semakin berkurang. Sel-sel kapang mulai mengalami lisis yang
menyebabkan fase kematian pada hari ke-7 inkubasi. Fase kematian terjadi hingga
akhir proses fermentasi (Ilmiah et al., 2018).
Pada akhir waktu produksi enzim terjadi penurunan aktivitas enzim
disebabkan karena berkurangnya jumlah substrat, yang dapat menghambat
pembentukan kompleks enzim-substrat dan perubahan struktur enzim yang
menyebabkan penurunan laju reaksi (Ramadhani et al., 2015). Perubahan struktur
enzim mengakibatkan sisi aktif enzim mengalami perubahan bentuk sehingga
tidak efektif dalam mengikat substrat (Yuniati et al., 2015). Enzim berperan
sebagai metabolit primer yang diproduksi pada fase logaritmik dari pertumbuhan
kapang untuk memanfaatkan nutrisi (protein) yang ada dalam media (Sumantha et
al., 2006).
Aktivitas enzim protease tertinggi isolat kapang endofit JE-DP4
menggunakan substrat susu skim pada suhu 44°C terjadi pada hari ke-5 sebesar
11,30 U/mL sedangkan aktivitas enzim protease terendah terjadi pada hari ke-1
sebesar 2,62 U/mL. Pada hari ke-6 inkubasi aktivitas enzim mengalami penurunan
menjadi sebesar 8,43 U/mL (Gambar 9c). Pada hari ke-7 inkubasi aktivitas enzim
protease sudah tidak dihasilkan karena kapang sudah mengalami fase kematian.
Agrawal et al. (2016), melaporkan dalam penelitiannya aktivitas enzim protease
yang dihasilkan oleh kapang endofit Alternaria alternata menggunakan substrat
susu skim sebesar 53 U/mL. Nilai aktivitas enzim protease kapang endofit
36
8) dibandingkan susu skim (Gambar 9). Hal ini karena substrat kasein
mengandung protein yang lebih besar dibandingkan substrat susu skim sehingga
semakin banyak substrat protein yang dapat menginduksi sintesis enzim protease.
Substrat kasein mengandung sebesar 90% protein sedangkan substrat susu skim
mengandung protein sebesar 38,71% (Kailasapathy, 2016; Suthar, Jana, &
Balakrishnan, 2017).
Hidrolisis substrat kasein dan susu skim menjadi asam amino yang lebih
sederhana menunjukkan adanya aktivitas enzim protease. Rantai peptida dari
substrat mengikat ke alur permukaan enzim. Enzim akan menggabungkan substrat
spesifik dengan sisi aktifnya untuk membentuk kompleks enzim-substrat. Residu
asam amino dari enzim akan mengikat substrat dan mengubahnya menjadi produk
(Mukhtar & Ikram-Ul-Haq, 2012).
Variasi nilai aktivitas enzim protease isolat kapang endofit JE-DP4
menggunakan substrat kasein dan susu skim dapat disebabkan oleh perbedaan
substrat yang digunakan untuk produksi enzim. Kasein mengandung protein susu
sebesar 90% yang terdiri dari fosfoprotein (Suthar et al., 2017). Susu skim
mengandung kasein sebesar 31,18%, whey protein 7,53%, laktosa 52,15%, asam
lemak 1,08%, dan kadar abu 8,06% (Kailasapathy, 2016). Menurut Mukhtar &
Ikram-Ul-Haq (2012), aktivitas enzim protease yang luas pada sejumlah substrat
yang berbeda menunjukkan bahwa enzim protease dapat diaplikasikan dalam
berbagai industri.
Media produksi enzim protease menggunakan media czapek dox broth yang
mengandung sukrosa (C12H22O11), sodium nitrat (NaNO3), dipotassium fosfat
(K2HPO4), magnesium sulfat-heptahidrat (MgSO4.7H2O), potassium klorida
(KCl), dan ferrous sulfat-heptahidrat (FeSO4.7H2O). Bahan-bahan tersebut
menjadi mineral yang dibutuhkan untuk produksi enzim protease. Logam-logam
yang terdapat dalam senyawa tersebut menjadi kofaktor yang mendukung
efisiensi katalitik enzim (Marnolia, Haryani, & Puspita, 2016). Logam membantu
reaksi katalitik dengan cara mengikat enzim-substrat pada sisi aktif. Logam juga
mengikat enzim secara langsung untuk menstabilkan konformasi sisi aktifnya atau
menginduksi formasi sisi aktif enzim (Baehaki, Rinto, & Budiman, 2011). Ion
38
logam berperan sebagai aktivator yang memengaruhi kerja enzim pada sisi aktif
katalitiknya (Sajuthi et al., 2010).
Sumber karbon yang digunakan dalam produksi enzim protease isolat
kapang endofit JE-DP4 adalah sukrosa (C12H22O11). Kapang endofit dapat
menggunakan sumber karbon seperti glukosa, laktosa, galaktosa, maltosa, dan
sukrosa untuk pertumbuhannya. Sifat dan jumlah sumber karbon dalam media
kultur sangat berperan penting dalam produksi enzim protease ekstraseluler.
Sumber karbon media pertumbuhan menjadi parameter kimia yang berperan
dalam menginduksi sekresi enzim (Jain et al., 2012; Agrawal et al., 2016).
Pertumbuhan kapang endofit menjadi lebih optimal apabila media
dilengkapi dengan sumber karbon spesifik yang dapat meningkatkan hasil
produksi enzim (Zaferanloo et al., 2014). Menurut Kamath, Subrahmanyam, Rao,
& Raj (2010), hampir semua penggunaan sumber karbon dalam media produksi
enzim protease meningkatkan hasil produksi enzim protease. Agrawal et al.
(2016), melaporkan bahwa media produksi enzim protease menggunakan sumber
karbon glukosa, maltosa, atau sukrosa dapat meningkatkan aktivitas enzim.
Penelitian lain terkait penggunaan sumber karbon juga dilaporkan oleh Negi &
Banerjee (2010), sumber karbon laktosa dalam media produksi enzim protease
oleh kapang Aspergillus awamori dapat meningkatkan aktivitas enzim protease.
Gambar 10. Nilai kadar protein enzim protease isolat JE-DP4 menggunakan
substrat; (a) kasein, (b) susu skim
Kadar protein yang diukur dari ekstrak kasar enzim protease menunjukkan
jumlah substrat yang telah didegradasi oleh mikroorganisme proteolitik. Kadar
protein mengggunakan substrat kasein tertinggi sebesar 0,107 mg/mL pada hari
ke-1 inkubasi karena jumlah substrat protein masih tinggi. Pada waktu inkubasi
berikutnya jumlah substrat kasein terus mengalami penurunan hingga akhir waktu
inkubasi hari ke-7 (Gambar 10a). Kadar protein menggunakan substrat susu skim
tertinggi sebesar 0,068 mg/mL pada hari ke-1 inkubasi karena jumlah substrat
protein masih tinggi. Pada waktu inkubasi berikutnya substrat protein susu skim
terus mengalami penurunan hingga akhir waktu inkubasi (Gambar 10b). Kadar
protein mengalami penurunan seiring dengan pertambahan umur isolat kapang.
Hal ini karena enzim protease yang dihasilkan oleh kapang endofit proteolitik
40
mampu mendegradasi substrat protein kasein dan susu skim. Kespesifikan suatu
enzim terhadap substrat dapat diketahui dari kemampuan enzim dalam
mendegradasi substrat tersebut untuk menyintesis enzim (Sajuthi et al., 2010).
Jain et al. (2012), melaporkan dalam penelitiannya kadar protein yang diuji
dari enzim protease yang dihasilkan oleh kapang endofit Acremonium sp. sebesar
0,02 mg/mL. Ramadhani et al. (2015), juga melaporkan dalam penelitiannya
kadar protein enzim protease tertinggi yang dihasilkan dalam pengujian aktivitas
enzim protease oleh Aspergillus niger PAM18A sebesar 0,460 mg/mL. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan substrat protein untuk menyintesis enzim
protease setiap jenis kapang endofit berbeda dipengaruhi oleh variasi gen
penyandi protease dan kemampuan kapang dalam mendegradasi substrat protein.
Rata-rata kadar protein total enzim protease isolat kapang endofit JE-DP4
menggunakan substrat kasein sebesar 0,063 mg/mL sedangkan menggunakan
substrat susu skim sebesar 0,047 mg/mL. Kadar protein yang diukur pada substrat
kasein sebesar 0,063 mg/mL lebih tinggi dari 0,047 mg/mL pada substrat susu
skim. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas enzim protease yang dihasilkan
menggunakan substrat kasein lebih tinggi dibandingkan susu skim. Kandungan
protein dalam enzim berpengaruh terhadap daya katalitik enzim (Ramadhani et
al., 2015). Kadar protein yang tinggi tidak berarti menunjukkan kandungan enzim
protease yang tinggi. Hal ini karena protein yang mengendap bukan hanya dari
enzim protease tetapi dari protein non enzim yang terukur ketika analisis kadar
protein (Pasaribu et al., 2018).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan:
1. Isolat kapang endofit JE-DP4 memiliki kemampuan terbaik menghasilkan
enzim protease dengan indeks hidrolisis protein sebesar 1,45 dibandingkan
kedua isolat lain yang tidak menghasilkan zona bening.
2. Substrat media produksi berupa kasein menghasilkan aktivitas enzim
protease lebih tinggi dibandingkan susu skim dengan aktivitas enzim
tertinggi sebesar 46,72 U/mL.
3. Rata-rata aktivitas enzim protease tertinggi isolat kapang endofit JE-DP4
sebesar 22,64 U/mL pada suhu 37°C, waktu inkubasi pada hari ke-7, dan
pH pertumbuhan sebesar 6 menggunakan substrat kasein.
5.2. Saran
Saran dari penelitian ini adalah:
1. Perlu adanya analisis molekuler isolat kapang endofit JE-DP4 yang
diisolasi dari daun tanaman pepaya untuk diidentifikasi.
2. Perlu dilakukan pengujian variasi pH aktivitas enzim protease isolat
kapang endofit JE-DP4 untuk mengetahui faktor lain yang memengaruhi
aktivitas enzim.
3. Kapang endofit daun pepaya yang kemampuan aktivitas enzimnya
menurun dapat diinduksi dengan penambahan ekstrak daun pepaya pada
media pertumbuhan kapang agar kondisinya sesuai lingkungan tempat
tumbuh kapang endofit.
41
DAFTAR PUSTAKA
A. Das dan A. Varma. (2009). Symbiosis: the art of living in symbiotic fungi
principles and practice. Germany, Berlin: Springer, 1–28.
Abdennabi, R., Triki, M. A., Salah, R. Ben, & Gharsallah, N. (2017). Antifungal
activity of endophytic fungi isolated from date palm sap (Phoenix dactylifera
L.). EC Microbiology, 13(4), 123–131.
Abonyi, D. O., Eze, P. M., Abba, C. C., Chukwunwejim, C. R., Ejikeugwu, C. P.,
Okoye, F. B. C., & Esimone, C. O. (2019). Metabolites of endophytic
Colletotrichum gloeosporioides isolated from leaves of Carica papaya.
American Journal of Essential Oils and Natural Products, 7(1), 39–46.
Achakzai, A. K. K., Achakzai, P., Masood, A., Kayani, S. A., & Tareen, R. B.
(2009). Response of plant parts and age on the distribution of secondary
metabolites on plants found in Quetta. Pakistan Journal of Botany, 41(5),
2129–2135.
Adachukwu, I., Ann, O., & Faith, E. (2013). Phytochemical analysis of Paw-Paw
(Carica papaya) leaves. International Journal of Life Science Biotechnology
and Pharma Research, 2(3), 347–351.
Agrawal, P. K., Rajput, K., & Chanyal, S. (2016). Optimization of protease
production by endophytic fungus, Alternaria alternata isolated from
gymnosperm tree-Cupressus torulosa D. Don. World Journal of Pharmacy
and Pharmaceutical Sciences, 5(7), 1034–1054.
Akinyemi, A. (2017). Antimicrobial activities of secondary metabolites from
fungal endophytes. IOSR Journal of Pharmacy and Biological Sciences,
12(6), 13–17. https://doi.org/10.9790/3008-1206061317
Akram, M., Asif, H. M., Uzair, M., Akhtar, N., Madni, A., Ali Shah, S. M.,
Hasan, Z. U., Ullah, A. (2011). Amino acids: a review article. Journal of
Medicinal Plants Research, 5(17), 3997–4000.
Al-Askar, A. A., Abdulkhair, W. M., & Rashad, Y. M. (2014). Production,
purification and optimization of protease by Fusarium solani under Solid
state fermentation and isolation of protease inhibitor protein from Rumex
vesicarius L. Journal of Pure and Applied Microbiology, 8(1), 239–250.
Amazu, L. U., Azikiwe, C. C. A., Njoku, C. J., Osuala, F. N., Nwosu, P. J. C.,
Ajugwo, A. O., & Enye, J. C. (2010). Antiinflammatory activity of the
methanolic extract of the seeds of Carica papaya in experimental animals.
Asian Pacific Journal of Tropical Medicine, 3(11), 884–886.
Aravind, G., Debjit, B., Duraivel, S., & Harish, G. (2013). Traditional and
medicinal uses of Carica papaya. Journal of Medicinal Plants Studies, 1(1),
7–15.
Arifah, S. P. (2019). Gula pasir sebagai pengganti dektrosa pada komposisi PDA
untuk efisiensi biaya praktikum dan penelitian di laboratorium fitopatologi.
Jurnal Teknologi Dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium (Temapela),
42
43
2(1), 28–32.
Baehaki, A., & Rinto. (2012). Karakterisasi protease dari isolat bakteri asal
tumbuhan rawa dari Indralaya. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Indonesia, 15(1), 59–65. https://doi.org/10.17844/jphpi.v15i1.5335
Baehaki, A., Rinto, & Budiman, A. (2011). Isolasi dan karakterisasi protease dari
bakteri tanah rawa Indralaya, Sumatera Selatan. Jurnal Teknologi Dan
Industri Pangan, 22(1), 37–42.
Baehaki, A., Suhartono, M. T., Palupi, S. N., & Nurhayati, T. (2008). Purifikasi
dan karakterisasi protease dari bakteri patogen Pseudomonas aeruginosa.
Jurnal Teknologi Dan Industri Pangan, 19(1), 80–87.
Benmrad, M. O., Mechri, S., Jaouadi, N. Z., Elhoul, M. Ben, Rekik, H., Sayadi,
S., Bejar, S., Kechaou, N., Jaouadi, B. (2019). Purification and biochemical
characterization of a novel thermostable protease from the oyster mushroom
Pleurotus sajor-caju strain CTM10057 with industrial interest. BMC
Biotechnology, 19(1), 1–18. https://doi.org/10.1186/s12896-019-0536-4
Choliq, A. (2008). Aktivitas enzim protease dari Mucor javanicus yang
ditumbuhkan pada media tepung singkong (Mannihot utilissima). Jurnal
Berila Biologi, 9(3), 299–303.
Chow, B. F., & Peticolas, M. (1948). A rapid method for the determination of
proteolytic activities of enzyme preparations. The Journal of General
Physiology, 32(1), 17–24.
de Souza, P. M., de Assis Bittencourt, M. L., Caprara, C. C., de Freitas, M., de
Almeida, R. P. C., Silveira, D., Fonseca, Y. M., Filho, E. X. F., Junior, A. P.,
Magalhães, P. O. (2015). A biotechnology perspective of fungal proteases.
Brazilian Journal of Microbiology, 46(2), 337–346.
https://doi.org/10.1590/S1517-838246220140359
Dhillon, A., Sharma, K., Rajulapati, V., & Goyal, A. (2016). Current
developments in biotechnology and bioengineering production, isolation,
and purification of industrial product. Edition 1. Amsterdam, Netherlands:
Elsevier Radarweg, 149-173.
Eze, P. M., Abonyi, D. O., Abba, C. C., Proksch, P., Okoye, F. B. C., & Esimone,
C. O. (2019). Toxic, but beneficial compounds from endophytic fungi of
Carica papaya. The EuroBiotech Journal, 3(2), 105–111.
https://doi.org/10.2478/ebtj-2019-0012
Eze, P. M., Ojimba, N. K., Abonyi, D. O., Esimone, C. O., Chukwunwejim, C. R.,
Abba, C. C., & Okoye, F. B. C. (2018). Antimicrobial activity of metabolites
of an endophytic fungus isolated from the leaves of Citrus jambhiri
(Rutaceae). Tropical Journal of Natural Product Research, 2(3), 145–149.
https://doi.org/10.26538/tjnpr/v2i3.9
Fadiji, A. E., & Babalola, O. O. (2020). Elucidating mechanisms of endophytes
used in plant protection and other bioactivities with multifunctional
prospects. Frontiers in Bioengineering and Biotechnology, 8(467), 1–20.
44
Joseph, B., & Priya, M. R. (2011). Bioactive compounds from endophytes and
their potential in pharmaceutical effect: a review. American Journal of
Biochemistry and Molecular Biology, 1(3), 291–309.
https://doi.org/10.3923/ajbmb.2011.291.309
Kailasapathy, K. (2016). Chemical composition, physical, and functional
properties of milk and milk ingredients. 2nd Edition. Australia: John Wiley
& Sons, Ltd. 77-105.
Kamath, P., Subrahmanyam, V. M., Rao, J. V, & Raj, P. V. (2010). Optimization
of cultural conditions for protease production by a fungal species. Indian
Journal of Pharmaceutical Sciences, 72(2), 161–166.
Karima, A., Nurhatika, S., & Prasetyo, E. N. (2016). Modifikasi enzimatik bahan
berbasis selulosa sebagai susbtrat potensial bioetanol. Jurnal Sains Dan Seni
ITS, 4(1), 1–7.
Khan, R., Shahzad, S., Choudhary, M. I., Khan, S. A., & Ahmad, A. (2010).
Communities of endophytic fungi in medicinal plant Withania somnifera.
Pakistan Journal of Botany, 42(2), 1281–1287.
Khusro, A. (2016). One Factor at a time based optimization of protease from
poultry associated Bacillus licheniformis. Journal of Applied Pharmaceutical
Science, 6(3), 88–95. https://doi.org/10.7324/JAPS.2016.60315
Konno, K., Hirayama, C., Nakamura, M., Tateishi, K., Tamura, Y., Hattori, M., &
Kohno, K. (2004). Papain protects papaya trees from herbivorous insects:
role of cysteine proteases in latex. The Plant Journal, 37(3), 370–378.
https://doi.org/10.1046/j.1365-313X.2003.01968.x
Kusumadjaja, A. P., & Dewi, R. P. (2005). Penentuan kondisi optimum enzim
papain dari pepaya burung varietas Jawa (Carica papaya). Indonesian
Journal of Chemistry, 5(2), 147–151. https://doi.org/10.22146/ijc.21822
Laskar, A., & Chatterjee, A. (2009). Protease-revisiting the types and potential.
Journal of Biotechnology, 1(1), 55–61.
Lehninger, A. (2004). Dasar-dasar biokimia. Jakarta: Erlangga.
Maciá-Vicente, J. G., Jansson, H. B., & Lopez-Llorca, L. V. (2009). Assessing
fungal root colonization for plant improvement. Plant Signaling and
Behavior, 4(5), 445–447. https://doi.org/10.4161/psb.4.5.8393
Mahajan, R. T., & Badgujar, S. B. (2010). Biological aspects of proteolytic
enzymes: a review. Journal of Pharmacy Research, 3(9), 2048–2068.
Maitig, A. M. A., Alhoot, M. A. M., & Tiwari, K. (2018). Isolation and screening
of extracellular protease enzyme from fungal isolates of soil. Journal of Pure
and Applied Microbiology, 12(4), 2059–2067.
https://doi.org/10.22207/JPAM.12.4.42
Malle, D., Telussa, I., & Lasamahu, A. A. (2015). Isolasi dan karakterisasi papain
dari buah pepaya (Carica papaya L.) jenis daun kipas. Indonesian Journal of
Chemical Research, 2, 182–189.
46
Marnolia, A., Haryani, Y., & Puspita, F. (2016). Uji aktivitas enzim protease dari
isolat Bacillus sp. endofit tanaman kelapa sawit (Elaeis quinensis). Jurnal
Photon, 6(2), 1–5.
Masri, M. (2013). Isolasi dan pengukuran aktivitas enzim bromelin dari ekstrak
kasar bonggol nanas (Ananas comosus) pada variasi suhu dan pH. Jurnal
Biology Science & Education, 2(1), 70–79.
Mótyán, J. A., Tóth, F., & Tőzsér, J. (2013). Research applications of proteolytic
enzymes in molecular biology. Biomolecules, 3(4), 923–942.
https://doi.org/10.3390/biom3040923
Mukhtar, H., & Ikram-Ul-Haq. (2012). Purification and characterization of
alkaline protease produced by a mutant strain of Bacillus subtilis. Pakistan
Journal of Botany, 44(5), 1697–1704.
Muthulakshmi, C., Gomathi, D., Kumar, D. G., Ravikumar, G., Kalaiselvi, M., &
Uma, C. (2011). Production, purification and characterization of protease by
Aspergillus flavus under solid state fermentation. Jordan Journal of
Biological Science, 4(3), 137–148.
Nair, D. N., & Padmavathy, S. (2014). Impact of endophytic microorganisms on
plants, environment and humans. The Scientific World Journal, 250693, 1–
11. https://doi.org/10.1155/2014/250693
Negi, S., & Banerjee, R. (2010). Optimization of culture parameters to enhance
production of amylase and protease from Aspergillus awamori in a single
fermentation. African Journal of Biochemistry Research, 4(3), 73–80.
Retrieved from http://www.academicjournals.org/AJBR
Noviyanti, T., Ardiningsih, P., & Rahmalia, W. (2013). Pengaruh temperatur
terhadap aktivitas enzim protease dari daun sansakng (Pycnarrhena
cauliflora Diels). Jurnal Kimia Khatulistiwa, 1(1), 31–34. Retrieved from
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jkkmipa/article/view/990
Omotayo, A. R., El-ishaq, A., Tijjani, L. M., & Segun, D. I. (2016). Comparative
analysis of protein content in selected meat samples (cow, rabbit, and
chicken) obtained within Damaturu Metropolis. American Journal of Food
Science and Health, 2(6), 151–155.
Pasaribu, E., Nurhayati, T., & Nurilmala, M. (2018). Ekstraksi dan karakterisasi
enzim pepsin dari lambung ikan tuna (Thunnus albacares). Jurnal
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 21(3), 486–496.
Pavithra, N., Sathish, L., & Ananda, K. (2012). Antimicrobial and enzyme activity
of endophytic fungi isolated from Tulsi. Journal of Pharmaceutical and
Biomedical Science, 16(12), 1–6.
Peterson, R., Grinyer, J., & Nevalainen, H. (2011). Extracellular hydrolase
profiles of fungi isolated from koala faeces invite biotechnological interest.
Mycological Progress, 10(2), 207–218. https://doi.org/10.1007/s11557-010-
0690-5
47
Rodriguez, R. J., Jr, J. F. W., Arnold, A. E., & Redman, R. S. (2009). Fungal
endophytes: diversity and functional roles. New Phytologist, 182(2), 314–
330.
Sabotič, J., & Kos, J. (2012). Microbial and fungal protease inhibitors-current and
potential applications. Applied Microbiology and Biotechnology, 93(4),
1351–1375. https://doi.org/10.1007/s00253-011-3834-x
Saeed, F., Arshad, M. U., Pasha, I., Naz, R., Batool, R., Khan, A. A., Nasir, M.
A., Shafique, B. (2014). Nutritional and phyto-therapeutic potential of
papaya (Carica papaya Linn.): an overview. International Journal of Food
Properties, 17(7), 1637–1653.
Safitri, R., Muchlissin, S. I., Mukaromah, A. H., Darmawati, S., & Ethica, S. N.
(2018). Isolasi bakteri penghasil enzim protease Bacillus thuringiensis pada
oncom merah pasca fermentasi 24 jam dan identifikasi molekuler bakteri
berbasis gen 16S rRNA. Seminar Nasional Edusaintek, 62–69.
Sajuthi, D., Suparto, I., Yanti, & Praira, W. (2010). Purifikasi dan pencirian enzim
protease fibrinolitik dari ekstrak jamur merang. Jurnal Makara Sains, 14(2),
145–150.
Sandhu, S. S., & Gupta, D. (2015). Role of endophytic fungi in preservation of
plant biodiversity. International Journal of Advances in Pharmacy, Biology
and Chemistry, 4(3), 635–647.
Saranraj, P., Jayaprakash, A., & Bhavani, L. (2017). Commercial production and
application of bacterial alkaline protease: a review. Indo-Asian Journal of
Multidisciplinary Research (IAJMR), 3(5), 1228–1250.
Sathish, L., Pavithra, N., & Ananda, K. (2012). Antimicrobial activity and
biodegrading enzymes of endophytic fungi from eucalyptus. International
Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 3(8), 2574–2583.
Sayem, S. M. A., Alam, M. J., & Hoq, M. M. (2006). Effect of temperature, pH,
and metal ions on the activity and stability of alkaline protease from novel
Bacillus licheniformis MZK03. Proceedings of the Pakistan Academy of
Science, 43(4), 257–262.
Sharma, A. K., Sharma, V., Saxena, J., Yadav, B., Alam, A., & Prakash, A.
(2015). Isolation and screening of extracellular protease enzyme from
bacterial and fungal isolates of soil. International Journal of Scientific
Research in Environmental Sciences, 3(9), 334–340.
https://doi.org/10.12983/ijsres-2015-p0334-0340
Sharma, K. M., Kumar, R., Panwar, S., & Kumar, A. (2017). Microbial alkaline
proteases: optimization of production parameters and their properties.
Journal of Genetic Engineering and Biotechnology, 15(1), 115–126.
https://doi.org/10.1016/j.jgeb.2017.02.001
Shen, F. T., Yen, J. H., Liao, C. Sen, Chen, W. C., & Chao, Y. T. (2019).
Screening of rice endophytic biofertilizers with fungicide tolerance and plant
growth-promoting characteristics. Sustainability (Switzerland), 11(4), 1–13.
49
Siala, R., Sellami-kamoun, A., Hajji, M., Abid, I., Gharsallah, N., & Nasri, M.
(2009). Extracellular acid protease from Aspergillus niger I1: purification
and characterization. African Journal of Biotechnology, 8(18), 4582–4589.
Soeka, Y. S., & Sulistiani. (2014). Karakterisasi protease Bacillus subtilis A1
InaCC B398 yang diisolasi dari terasi Samarinda. Berita Biologi, 13(2), 203–
212.
Sudha, V., Govindaraj, R., Baskar, K., Al-Dhabi, N. A., & Duraipandiyan, V.
(2016). Biological properties of endophytic fungi. International Journal
Brazilian Archives of Biology and Technology, 59(e16150436), 1–7.
https://doi.org/10.1590/1678-4324-2016150436
Sumantha, A., Deepa, P., Sandhya, C., Szakacs, G., Soccol, C. R., & Pandey, A.
(2006). Rice bran as a substrate for proteolytic enzyme production. Brazilian
Archives of Biology and Technology, 49(5), 843–851.
https://doi.org/10.1590/S1516-89132006000600019
Sumarlin, L. O. (2008). Aktivitas protease dari Bacillus circulans pada media
pertumbuhan dengan pH tidak terkontrol. Jurnal Kimia Valensi, 1(2), 58–62.
https://doi.org/10.15408/jkv.v1i2.215
Sunitha, V. H., Devi, D. N., & Srinivas, C. (2013). Extracellular enzymatic
activity of endophytic fungal strains isolated from medicinal plants. World
Journal of Agricultural Sciences, 9(1), 01–09.
https://doi.org/10.5829/idosi.wjas.2013.9.1.72148
Suryanarayanan, T. S., Thirunavukkarasu, N., Govindarajulu, M. B., Sasse, F.,
Jansen, R., & Murali, T. S. (2009). Fungal endophytes and bioprospecting.
Fungal Biology Reviews, 23(1), 9–19.
Susanti, E. (2003). Isolasi dan karakterisasi protease dari Bacillus subtilis
1012M15. Biodiversitas, Journal of Biological Diversity, 4(1), 12–17.
https://doi.org/10.13057/biodiv/d040103
Sushma, K. S., Jayashankar, M., Vinu, A. K., & Saeed, M. A. (2018).
Identification of endophytic fungi from the medicinal plants of
Biligirirangana hill, Karnataka. Journal of Applied and Natural Science,
10(4), 1156–1161. https://doi.org/10.31018/jans.v10i4.1890
Suthar, J., Jana, A., & Balakrishnan, S. (2017). High protein milk ingredients - a
tool for value-addition to dairy and food products. Journal of Dairy,
Veterinary & Animal Research, 6(1), 259–265.
https://doi.org/10.15406/jdvar.2017.06.00171
Tenguria, R. K., Khan, F. N. & Quereshi, S. (2011). Endphytes-mines of
pharmacological therapeutics. World Journal of Science and Technology,
1(5), 127–149.
Van Goudoever, J. B., Vlaardingerbroek, H., Van Den Akker, C. H., De Groof, F.,
& Van Der Schoor, S. R. D. (2014). Amino acids and proteins. World Review
of Nutrition and Dietetics, 110, 49–63. https://doi.org/10.1159/000358458
50
51
52
Gambar 1. Isolat kapang endofit JE- Gambar 2. Isolat kapang endofit JE-
BP1 (tampak depan) BP1 (tampak belakang)
Gambar 3. Isolat kapang endofit JE- Gambar 4. Isolat kapang endofit JE-
BP3 (tampak depan) BP3 (tampak belakang)
Gambar 5. Isolat kapang endofit JE- Gambar 6. Isolat kapang endofit JE-
DP4 (tampak depan) DP4 (tampak belakang)
57
Gambar 1. Isolat kapang endofit JE- Gambar 2. Isolat kapang endofit JE-
DP4 (tampak depan) DP4 (tampak belakang)
Gambar 3. Isolat kapang endofit JE-BP1 Gambar 4. Isolat kapang endofit JE-
(tampak depan) BP1 (tampak belakang)
Gambar 5. Isolat kapang endofit JE-BP3 Gambar 6. Isolat kapang endofit JE-
(tampak depan) BP3 (tampak belakang)
58
b. Hari ke-5
Gambar 1. Isolat kapang endofit JE- Gambar 2. Isolat kapang endofit JE-
DP4 (tampak depan) DP4 (tampak belakang)
Gambar 3. Isolat kapang endofit JE-BP1 Gambar 4. Isolat kapang endofit JE-
(tampak depan) BP1 (tampak belakang)
Gambar 5. Isolat kapang endofit JE-BP3 Gambar 6. Isolat kapang endofit JE-
(tampak depan) BP3 (tampak belakang)
59
c. Hari ke-6
Gambar 1. Isolat kapang endofit JE- Gambar 2. Isolat kapang endofit JE-
DP4 (tampak depan) DP4 (tampak belakang)
Gambar 3. Isolat kapang endofit JE-BP1 Gambar 4. Isolat kapang endofit JE-
(tampak depan) BP1 (tampak belakang)
Gambar 5. Isolat kapang endofit JE-BP3 Gambar 6. Isolat kapang endofit JE-
(tampak depan) BP3 (tampak belakang)
60
d. Hari ke-7
Gambar 1. Isolat kapang endofit JE- Gambar 2. Isolat kapang endofit JE-
DP4 (tampak depan) DP4 (tampak belakang)
Gambar 3. Isolat kapang endofit JE-BP1 Gambar 4. Isolat kapang endofit JE-
(tampak depan) BP1 (tampak belakang)
Gambar 5. Isolat kapang endofit JE-BP3 Gambar 6. Isolat kapang endofit JE-
(tampak depan) BP3 (tampak belakang)
61
Lampiran 8. Hasil uji statistik normalitas data aktivitas enzim protease isolat
kapang endofit JE-DP4 pada ketiga suhu terhadap waktu
inkubasi menggunakan substrat kasein
Hipotesis:
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data berdistribusi tidak normal
Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah 0,810; 0,821;
0,277; 0,714; 0,699; 0,785; 0,855 atau probabilitas >0,05. Dengan demikian H0
diterima atau distribusi data aktivitas enzim protease menggunakan substrat
kasein pada ketiga suhu selama 7 hari inkubasi berdistribusi normal.
Hipotesis:
H0 : varians ketiga populasi homogen
H1 : varians ketiga populasi heterogen
Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah 0,011 di bawah
0,05 (0,011 < 0,05). Dengan demikian H0 ditolak atau varians ketiga populasi
heterogen, sehingga analisis variansi satu jalur tidak bisa dilakukan. Analisis
statistik data aktivitas enzim protease isolat kapang endofit JE-DP4 pada ketiga
suhu terhadap waktu inkubasi menggunakan substrat kasein dilakukan
menggunakan statistik non parametrik uji Kruskal-Wallis.
62
Lampiran 10. Hasil uji statistik Kruskal-Wallis data aktivitas enzim protease
isolat kapang endofit JE-DP4 pada ketiga suhu terhadap waktu
inkubasi menggunakan substrat kasein
Hipotesis:
H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata aktivitas enzim protease menggunakan
substrat kasein dari ketiga suhu terhadap waktu inkubasi selama 7 hari
H1 : terdapat perbedaan rata-rata aktivitas enzim protease menggunakan substrat
kasein dari ketiga suhu terhadap waktu inkubasi selama 7 hari
Terlihat bahwa pada kolom Asymp. Sig adalah 0,037 atau probabilitas di
bawah 0,05 (0,037 < 0,05). Dengan demikian H0 ditolak atau terdapat perbedaan
rata-rata aktivitas enzim protease menggunakan substrat kasein dari ketiga suhu
terhadap waktu inkubasi selama 7 hari. Hasil uji Kruskal-Wallis untuk melihat
perbedaan signifikannya dilakukan uji stepwise step-down.
63
Lampiran 11. Hasil uji statistik normalitas data aktivitas enzim protease
isolat kapang endofit JE-DP4 pada ketiga suhu terhadap
waktu inkubasi menggunakan substrat susu skim
Hipotesis:
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data berdistribusi tidak normal
Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah 0,141; 0,374;
0,358; 0,883; 0,343 atau probabilitas >0,05. Dengan demikian H0 diterima atau
distribusi data aktivitas enzim protease menggunakan substrat susu skim pada
ketiga suhu selama 7 hari inkubasi berdistribusi normal.
Lampiran 12. Hasil uji statistik homogenitas data aktivitas enzim protease
isolat kapang endofit JE-DP4 pada ketiga suhu terhadap
waktu inkubasi menggunakan substrat susu skim
Hipotesis:
H0 : variansi ketiga populasi homogen
H1 : variansi ketiga populasi heterogen
Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah 0,058 di atas 0,05
(0,011 > 0,05). Dengan demikian H0 diterima, yang menunjukkan bahwa variansi
ketiga populasi tersebut homogen.
65
Lampiran 13. Hasil uji statistik analisis variansi satu jalur data aktivitas
enzim protease isolat kapang endofit JE-DP4 pada ketiga
suhu terhadap waktu inkubasi menggunakan substrat susu
skim
Hipotesis:
H0 : tidak terdapat perbedaan nyata rata-rata aktivitas enzim protease selama 7
hari yang dipengaruhi oleh ketiga suhu
H1 : terdapat perbedaan nyata rata-rata aktivitas enzim protease selama 7 hari
yang dipengaruhi oleh ketiga suhu
Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah 0,000 atau
probabilitas di bawah 0,05 (0,000 < 0,05). Dengan demikian H0 ditolak, terdapat
perbedaan nyata rata-rata aktivitas enzim protease menggunakan substrat susu
skim selama 7 hari yang dipengaruhi oleh ketiga suhu.