Anda di halaman 1dari 2

Penjabaran Model Sibaliparriq

Nama Sibaliparriq diambil dari istilah/konsep yang berkembang dan membudaya di


masyarakat suku mandar, yang diartikan sebagai konsep saling membantu/saling sirondo-
rondoi (bergotong-royong) sekaligus kesetaraan.
Sibalipaariq merupakan Model Penanganan Perkawinan Usia Anak mengusung 5 Prinsip:
Sinergis, Integratif, Preventif, Kuratif, dan Holistik.
Ada 5 Organisasi Perangkat Desa (OPD) yang akan saling bekerja secara holistik
(menyeluruh), bersinergi antara semua OPD dan atau sebagian OPD, saling berintegrasi
program kerjanya, melaksanakan program secara preventif serta melakukan kegiatan kuratif
walaupun dampaknya sudah terjadi. Upaya ini dilakukan agar:
1. Semua OPD bekerja secara holistik, bersinergi, saling berintegrasi, tidak hanya
melakukan kegiatan preventif tapi juga melakukan kegiatan kuratif.
2. OPD tidak menjalankan program secara sendiri-sendiri.
3. Pelaksanaan Program penangan usia anak dapat dilakukan secara efektif dan
efisien. Efektif dalam hal pikiran, tenaga dan waktu diperlukan lembaga vertikal
(Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, Desa/lurah, RT/RW) dan OPD
(kemenag, dinkes, dikbud, P2KBP3A, dan Polsek) bisa dicapai sesuai
harapan/tujuan, hasil, dan target yang diharapkan dan tepat waktu. Efisien dalam hal
penanganan usia anak dilakukan secara tepat, cermat, serta berdaya
guna/bermanfaat.
4. Holistik: Semua OPD (kemenag, dinkes, dikbud, P2KBP3A, dan Polsek) memiliki
cara pandang yang sama dalam artian secara menyeluruh/keseluruhan, merupakan
satu kesatuan dalam hal penangaan perkawinan usia anak di Prov. Sulbar
Ditambahkan Organisasi Wanita, Darmawanita, dan PKK)
5. Sinergis: Kerjasama antara semua pihak, OPD (kemenag, dinkes, dikbud, P2KBP3A,
dan Polsek), dan lembaga vertikal (Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kecamatan,
Desa/lurah, RT/RW) untuk mencapai tujuan yaitu penanganan perkawinan usia
anak.
6. Integratif: Penyatuan atau penggabungan, pembaharuan program dari semua OPD
hingga menjadi satu model penanganan perkawinan usia anak
7. Preventif: Tindakan/langkah/program pengendalian perkawinan usia anak yang
dilakukan sebelum terjadi, sehingga dapat dihindari atau dicegah.
8. Kuratif: Tindakan penanganan untuk mengatasi terjadinya perkawinan usia anak
sebagai upaya solutif
9. Seperti ini model penanganan perkawinan usia anak yang kita inginkan bersama
lembaga vertikal dan OPD
Penjabaran Kegiatan
1. Berangkat dari Organisasi Perangkat Desa, misal DEPAG memiliki program kerja
sebagai bentuk tindakan PREVENTIF yaitu melakukan pembinaan bagi pemuka
agama untuk berpartisipasi menerapkan khutbah seragam dalam hal perkawinan
usia anak. Dalam merancang khutbah seragam diperlukan data faktual dan aktual
perkembangan/update berita/informasi perkawinan usia anak yang terjadi di dearah
sulawesi barat (mencakup kabupaten, kecamatan, desa/lurah, RT/RW). Data
tersebut meliputi jumlah rasio perkawinan usia anak yang terjadi, rentang umurnya,
dan penyebab terjadinya perkawinan usia anak. Data update informasi hanya bisa
diperoleh dari DINKES. Diperlukan SINERGITAS antara DEPAG dan DINKES dalam
merancang Khutbah seragam. Khutbah seragam yang dibuat berdasarkan data
faktual dan aktual akan menambah kepercayaan audiens/jamaah terkait penyajian
data dari para pemuka agama. Kegiatan SINERGIS antara DEPAG dan DIKBUD
dapat dengan mudah dilaksanakan. DIKBUD menyurat ke DEPAG meminta
kesediaan pemuka agama untuk dapat membacakan khutbah seragam di
masjid/mushalla sekolah di hari besar nasioanal (hari anak, hari ibu). Kegitan berupa
penyebaran Khutbah seragam dari DEPAG, dicetak massif dan dibagikan ke
sekolah-sekolah untuk dibacakan oleh siswa bidang kerohanian secara
berkesinambungan. Bentuk SINERGIS bersama P2KBP3A dapat dilakukan dengan
memberikan naskah khutbah seragam dalam bentuk poster/infografis perkawinan
usia anak untuk disebarkan ke wilayah-wilayah yang rentang atau tinggi perkawinan
usia anak serta kegiatan SIGERNIS dengan POLSEK dengan memberikan naskah
Khutbah Seragam dalam bentuk poster/infografis untuk disebarkan ke perumahan-
perumahan masyarakat desa yang jumlah pernikahan usia anaknya tinggi. Program
kerja Dengan adanya sistem SIGERNIS dari semua OPD, kegiatan yang diawali
merancang khutbah, pembinaan pemuka agama, mencetak naskah khutbah beserta
poster/infografis penanganan usia anak, terakhir sampai tahap penyebaran,
INTEGRASI program dapat dilakukan dengan menyatukan dan menggabungkan
serta memperbaharui program kerja yang sudah ada di setiap OPD. Prinsip
KURATIF dilaksanakan bersama dengan kegiatan pengedalian berupa PREVENTIF
yaitu mengkampanyekan di ruang majelis taklim dalil keagamaan guna mendukung
upaya perkawinan usia anak, dalam hal sasaran wilayah dan waktu pelaksaan
kegiatan di semua OPD. Gerakan dan cara pandang yang sama semua OPD secara
HOLISTIK dalam penanganan usia anak dapat dilakukan dengan Gerakan
#ViralSayNoToPernikahanUsiaAnak.
Membagiakan Brosur/Infografis Pernikahan Usia Anak ke Kepala Desa
Membuat video pendek (tiktok, reals, short) tentang bahaya pernikahan anak.
Gerakan APS dimasukkan ke preventif dan kuratif (mengembalikan anak
kembali sekolah), Membuat paket B dan Paket C.

2. Mengkampanyekan di ruang majelis taklim dalil keagamaan guna mendukung


upaya perkawinan usia anak.

3.
4. fbsb

Anda mungkin juga menyukai