Anda di halaman 1dari 24

Rekaman 1

Saya nama saya Muhammad Akmal, Lurah Baras. Yang saya ingin pertanyakan dan
sedikit solusi juga, karena 1 tahun kemarin kami juga mengalami pak/bu, pernikahan
pernikahan di bawah usia itu, namun dalam hal ini saya juga sudah sampaikan
kepada bapak KUA, bahwasanya kalau bisa jangan menerima, apakah itu
namamnya, yang ingin menikah di bawah usia nah dalam hal ini masyarakat yang
ada di bawah itu nanti datang ke kantor mengurus N1, N2, N3nya ketika sudah
mendekati hari H jadi dia tidak ada koordinasi ke kita bahwa anak usia di bawah usia
dini itu mau dinikahkan andaikata ia mau melapor sebelum ini kami juga bisa cegah
karena kenapa bapak/ibu dalam waktu dekat ini mereka juga menyampaikan kepada
kami bahwa apa responnya pak Lurah atau pak Desa ketika ada di wilayah Bapak
ada anak nikah di bawah usia Jadi mungkin saran saya dulu sedikit ini lebih
bagusnya dibuatkan barangkali aturan sedikit supaya kita juga bisa tekan ke
KUAnya bahwa sebelum menikah harus koordinasi dulu ke Kelurahan Jadi kalau
sudah pengurusan N1 sampai N4nya baru kita tinggal tanda tangan yang kita mau
bilang apa lagi karena sudah mau terjadi tentu kita diangkat semua juga karena ada
responnya dari KUA mungkin ini saja terima kasih assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.

Rekaman 2

Terkait pernikahan usia dini, mungkin saya dari perempuan pemberdaya, mungkin
meneruskan juga dari kelurahan baras, saya ... juga terjadinya pernikahan usia dini
dan juga kadang itu, yang menikahkan, eh masyarakat-masyarakat dan dia juga
meluangkan, apa, memberikan kesempatan yang menikahkan usia dini, kadang
umurnya tidak sesuai dan kadang juga dinikahkan, direspon bahwa nanti keluar
buku nikahnya setelah umurnya mencapai 19. Jadi saya minta pihak yang terkait,
minta tolong kalau bisa dikeluarkan aturannya, disurati tiap-tiap yang
menangani ... seperti KUA, mungkin seperti itu, jadi kita menindak lanjuti juga,
terkang itu, ... kita terjebak disitu .. lapangan, padahal itu harusnya dipanggil dulu, eh
dipanggil itu orang tuanya, ya orang tua yang bersangkutan yang mau menikahkan
anaknya. Jadi dalam hal ini kadang kita disalahkan dalam pemerintah, seperti
pernikahan dini. Jadi seperti itu bu yah, usulan ke kelurahan, khususnya saya sendiri
perempuan pemberdaya, kalau bisa ditekan pak KUAnya. Kalaupun disurati secara
resmi, setidaknya ada perintah seperti itu, dan kedua kalau tidak salah selalu ada
kegiatan bu, kita selalu peringati tekan anak-anaknya ke ibu-ibu yang bersangkutan,
jangan nikahkan anak kita kalau usia masih dibawah, itu pencegahan dari
pemerintah setempat. Mungkin cukup sekian, wabbillahi taufik wal hidayat,
waassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Rekaman 3

Saya dari dinas .... kebetulan saya juga masuk dalam .... terkait tadi apa yang di
samapaikan di slide tadi yang menjadi persoalan yang sangat urgent untuk kendala
di kita, itu di MBI (Merried By Accident), karena itu harus dinikahkan, ya kan harus
dinikahkan, itu yang menjadi kendala, jujur, kurva tadi yang kami itu tertinggi,
kasusnya tertinggi tu itu, ya, MBI itu. Merried by accident itu. Nah, kemarin juga
sempat melakukan kegiatan ini di kantor dan mengundangan dari pihak kemenag,
mereka juga kewalahan dengan yang merried by accident itu, karena kan setiap
agama harus dinikahkan. Kami meminta sedikit, apa ya, solusi, artinya ketika nanti
penelitian ini bisa belanjut bu, itu mungkin bisa menjadi pertimbingan yang penitng.
Karena jujur, kasus itu yang tinggi di kita. Karena budaya mungkin, karena
pergaulan, dan itu juga berdasarkan hasil jalan-jalan kita. Anak-anak disini kan ada
namanya forum anak. Forum anak itu sebagai pelapor dan pelopor di desa mereka,
dan alhamdulillah forum anak di kami itu, sudah terbentuk di 12 kecamatan. Dan
mereka itu menjadi agen, agen pelapor dan pelopor. Di pandemi kemarin, 3 tahun
terakhir, pernikahan merried by accident itu sangat tinggi. Karena mereka tidak
bersekolah. Kemudian sibuk dengan gadgetnya masing-masing, sehingga itu yang
mengakibatkan tingginya kasus pernikahan anak kami ya, khusus di kabupaten
pasangkayu. Mungkin itu dari kami, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Rekaman 4 (Camat)

Hal yang paling penting kita antisipasi adalah pernikahan dini ... jadi kalau dilihat dari
peran kami yang ada di daerah ini, khusus di kabupaten pasangkayu, yang
kabupaten tertinggi di sulawesi barat. tentunya kami sudah melakukan, hal yang
tentunya menekan angka tersebut. Namun diluar dari itu, dengan fenomen proses
digitalisasi yang ada sekarang, kemungkinan peran dan waktu, peran pendidikan
khususnya di sekolah, yang sudah kita terapkan, kita sudah kurung anak-anak mulai
dari masuknya sampai keluarnya pelajar itu tanggung jawab guru, diluar pun
tanggung jawab orang tua. Namun, apa namanya, situasi interaksi sosialnya, tidak
bertemu tapi proses digital yang bisa mempertemukan mereka. Nah disni, kalau
pemerintah kabupaten pasangkayu, pak, kami sudah melakukan forum-forum, baik
yang sifatnya formal, maupun informal, yang kami lakukan dengan pak camat
pasangkayu kemarin, itu turun ke desa-desa bagaimana bisa berkolaborasi dengan
penyuluh kb, PKK, terus kelompok-kelompok wanita yang ada di desa itu. Untuk
membicarakan bagaimana perwakinan ini, pertemuan anak ini harus kita kontrol.
Namun perjalanannya, itu tadi, ada hal-hal yang dalam tanda kutip diluar dari
kemampuan kita semua. Nah, harapan saya disini, bagaimana cara mencegah
pernikahan ini tentunya penyediaan pendidikan formal. Guru juga saya apresiasi di
kecamatan pasangkayu ini berperan sangat sudah baik. Dalam menangani itu,
memberikan motivasi kepada siswa tentunya dalam hal pendidikan spritual
agamanya serta menyampaikan bahwa dampak dari pernikahan dini itu, ya diluar
dari sisi ekonomi, mungkin ada hal lain yang ... karena takutnya mereka untuk
konsultasi ke pihak sekolah. Nah, yang kedua, sosialisasi harus kita lebih intens lagi,
kami juga dari pemerintah kecamatan terkadang diluar dari jangkauan, pihak
sekolah pun, walaupun di SMA ini dalam hal provinsi yang punya naungan, saya
rasa dari pihak SMA juga ... hadirkan kami di setiap forum-forum yang ada di
sekolah baik itu edukasi, baik itu, apa namanya, memberikan arahan dari siswanya
sebagai pendekatan bagaimana memberikan spirit, minimal ada lah buah pikiran
yang kami berikan kepada institut sekolah ini, supaya tidak, apa namanya, terkesan
jalan masing-masing. Walapun di SMA itu, provinsi yang tangani. Jadi SD, SMP,
forum yang ada disini saya harap ada forum-forum yang mengundang orang tua
siswa, hadirkan pemerintah kecamatan, baik .... supaya pemikiran itu, tentunya
kalau kita berkolaborasi, terasah itu ... jadi kita luruskan ataupun informasi yang kita
ketahui. Jadi saya kira FGD ini, endingnya jadi yang saya maksud tadi mari kita
berkolaborasi disini, pihak litbang sudah melakukan forum, melakukan penelitian,
namun terkuak kepada kita disini, kalau tidak berkolaborasi tentunya program opd
yang harus kita ... capai. Namun ... tanpa melibatkan .. karena proses yang kita
kejar, laporan, apanya, dan upaya yang kita anggap ini, tapi mengesampingkan
kalau kiri tangannya maksudnya. Terkadang juga jadi ... inilah yang menjadi kendala
barangkali, apa namanya, menjadi pemikiran yang positif kita bangun ini, sehingga
FGD ini punya output di litbang provinsi sulawesi barat juga memberikan nanti
harapan, apa namanya, hasil untuk bagaimana bisa kami implementasikan di
lapangan, minimal ada aturan-aturan pendamping yang ada di daerah kami. Sesuai
dengan kondisi yang ada. Itu sementara barangkali pak, sekian, waasalamualaikum
warahmatullahi wabaraktuh.

Rekaman 5

Saya dari polsek pasayangkayu, terkait dengan pernikahan anak. Yang program,
program di polsek pasayangkayu secara khusus tidak ada tentang pernikahan anak
tetapi secara umum kami punya program yang bernama jumat curhat (preventif dan
kuratif). Jumat curhat itu adalah program kepolisian yang setiap hari jumat turun ke
kelompok-kelompok warga kemudian kami menyapaikan kepada warga bahwa
apakah ada keluhan atau masukan atau ada yang ingin dipertanyakan kemudian
kami menjawab dan kalau bisa kami menangani langsung. Terakit dengan
pernikahan anak pernah kami dapatkan suatu laporan. Jadi disini bu, eh warga
disini, eh itu anak SMP, kemudian ada sepupunya di depan rumah sering minum
minuman keras (polsek harus bertindak dari sisi kenakalan remaja). Setelah dia
minum sampai mabuk, sampai dia masuk kedalam rumah, setelah dia masuk
kedalam rumah dia melalukan persetubuhan terhadap sepupunya sendiri. Nah
laporan masuk ke kami, kami arahkan itu laporkan saja, karena sudah termasuk
persetubuhan terhadap anak. Cuma karena keluargnya berpikiran lain, makanya dia
bilang nikahkan saja. Nah kami sudah sarankan lapor, tindak pidana, tapi mereka
bilang nikahkan saja, tidak usah, karena keluarga juga itu yang anu. Jadi mau
dinikahkan saja. Jadi saya melihat bu, salah satu faktor juga terjadinya pernikahan
itu adalah, untuk wilayah pasangkayu ini, bebasnya minuman keras yang dijual.
Pemicunya itu. Disini sudah ada pemda, pemda nomor 16 tahun 2006 tentang
pengendalian minuman keras dan di pasangkayu ini tidak ada yang diberikan izin
untuk menjual. Jadi salah satu penyebabnya sudah ada, jd kronolgisnya sudah
didengar dan sudah ditangani dari minuman keras. Kemudian pekerja-pekerja, biasa
disebut dengan ladies, pekerja-pekerja cafe itu yang malam, ada pula yang dibawah
umur, misalnya biasa, pekerjaan yang seperti itukan hampir sama dengan pacaran,
yang mengakibatkan hamil diluar nikah, lahir lagi pernikahan anak, jadi seperti itu
saya lihat faktor di pasangkayu. Kemudian, saya kira itu yang bisa saya sampaikan.
Terima kasih.

Mungkin masih ada dari bapak/ibu sekalian..


(Masalah Imam Nikah dari Desa, diberi sanksi jika melanggar menikahkan anak
di bawah umur: jangan dijadikan imam nikah lagi)
Ya, baik, Terima kasih bu, atas kesempatan yang diberikan, langsung saja nama
saya ... dari desa apo terkait dengan pernikahan anak, di desa kami itu, kami sudah
lakukan pencegahan pernikahan anak bersifat pelayanan administrasi. Kalau ada
masyarakat yang mau menikah, kami meminta kartu keluarganya dari orang tua dan
yang bersangkutan. Tentu berdasarkan aturan .... yaitu yang berumur 20 tahun
kebawah tidak diberikan surat pengantar dari desa. Itu yang kami lakukan di desa.
Jadi kami minta surat, apa namanya, kartu keluarga orang tua, kalau anak itu
dibawah umur 20 tahun kami tidak berikan surat pengatar dari desa, kalau umur 20
tahun ke atas itu kami berikan surat pengantar dari desa untuk mendaftar
pernikahan di Kantor KUA, tetapi, hal ini ... masyarakat. Karena begini tidak
diberikan surat pengantar untuk melakukan pernikahan tetapi terjadi juga pernikahan
di kampung-kampung yang dilakukan oleh imam kampung. Jadi kami ini, karena
kami pernah didatangi dari, apa namanya, perlindungan karena di desa kami
beberapa orang itu, terdapat sebuah pernikahan dini, kami dilaporhkan ke
pengadilan bahwa administrasi di desa tidak boleh kami keluarkan, tetapi juga, apa,
selalu terjadi pernikahan di masyarakat walapun kami tidak berikan surat pengantar
pernikahan ke KUA, tetap juga dilakaukan oleh masyarakat. Jadi mungkin apa yang
dikatakan tadi oleh lurah, bahwa mungkin ada surat, kalau kami, mungkin surat ini
kami buat di desa, desa, kemudian kami berikan surat ini kepada seluruh
masyarakat yang ada di desa. Karena apa? Kalau di pak KUA, kalau kami tidak
berikan surat pengantar untuk melakukan pernikahan, pak KUA tidak akan
menikahkan yang bersangkutan. Tetap seperti itu, karena kami akan selalu dipanggil
sama KUA koordinasi bahwa kalau ada surat yang bapak keluarkan pernikahan usia
dini, kami tidak mau bertanggung jawab karena bapak yang keluarkan surat
pengantarnya, begitu, jadi menyurat ke KUA beda dengan ..... kalau kami di desa
Apo tidak perlu intinya bagi kami .... mungkin seperti itu. Mungkin seperti itu, itu yang
saya sampaikan, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Rekaman 6

assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yth ibu/bapak, dan sekalian kami


hormati dan bapak/ibu sama-sama kami hormati. Terima kasih atas kesempatan
yang diberikan, kami dari perwakilan kemetrian agama, memang terkadang kita, apa
namanya, eh terjadi beda persepsi. Karena mungkin ya begitu, yang perlu kita
luruskan disini bahwa, ya langsung saja ya, dari bapak itu, mungkin, UU No. 1
Tahun 1974 itu masih berkisar 18 tahun kebawah. Kemudian ada perubahan
undang-undang nomor itu tadi, nomor 16 ya, tahun 2019. Jd itu umur 19 tahun
sudah masuk, ya sudah bisa, jadi saya kasi tahu bapak kalau umur 19 tahun itu
masih bisa dikasi’ lah, ya dikasi surat pengantar, karena dibawah 19 tahun itu, 18
tahun kebawah itu kami kategorikan sebagai dibawah umur. Itu berlaku untuk laki-
laki dan perempuan. Kemudian sekaligus saya luruskan bahwa kami di kemetrian
agama khususnya di kantor KAU, Itu calon pengantin kami haruskan melapor 10 hari
sebelum hari H. Jadi itu, eh, harus melapor 10 hari sebelum hari H. Jadi itu aturan.
Namun terkadang banyak juga masyarakat, karena berbagai macam faktor, ya hari
ini datang hari itu juga mau, dinikahkan nah itu yang jadi masalah bu, akhirnya
karena berbagai macam masalah yang harus kita atasi, apakah bentuk kekerasan
itu, ya kita kasi’ lah surat izini, apa yang disampaikan tadi ibu tidak salah juga bahwa
KUA jangan memberikan arahan bahwa nanti di anu, nikahkan saja dulu, baru nanti
di belakang buku nikahnya. Itu adalah solusi untuk meminimalisir kekerasan yang
ada. Jadi intinya kita bisa redam itu, redam kita kemarahan masyarakat. Jadi
sebenarnya, kami kalau, khususnya di KUA, ya saya mewakili 12 KUA, bahwa akad
nikah yang tidak tercatat di KUA, itu tidak boleh kami hadiri, walapun pestanya itu
ada di samping kantor KUA. Karena begitu terjadi, waktu kami di toraja ya, di
mamuju tengah, ini pernikahan ada di samping KUA. Kemudian yang ada kan itu
kan pegawai orang besar disitu. Jadi kami disitu tidak bisa menghadiri. Jadi
besoknya datang istrinya melapor ke KUA, kenapa kau kasi’ menikah suamiku?
Kami jawab walaupun ini tendanya ada di samping KUA, tapi kami tidak tahu ini,
karena tidak tercatat, mereka juga tidak berani untuk mencatat karena kami di KUA,
kalau menghadiri akad nikah yang tidak tercatat itu pelanggaran besar, bisa
langsung dipecat, ya itu konsekuensinya. Mungkin bisa saya lanjut sedikit terkiat
dengan program yang berkaitan dengan perkawinan usia anak, kalau di kabupaten
ini tahun 2022 kemarin, itu tercatat, yang paling tinggi perkawinan usia anak itu ada
di kecamatan baras. Kemarin ada dikonfrimasi dari kanwil, kementerian agam
provinsi bahwa yang mana itu yang paling tinggi karena ada yang paling tinggi di
pasangkayu. Saya laporkan bahwa kecapatan baras. Jadi mungkin ini bisa menjadi
ojek penelitian, kenapa disana itu, jadi menyusul dengan kecamatan-kecamatan
yang lain. Ya pasangkayu juga termasuk tinggi. Kemudian lanjut di program
kementerian agama dalam mengatasi pernikahan usia anak ini, ada kami punya
program wajib yaitu bimbingan pra nikah khusus sekolah dan pesertanya itu
maksimal usia 15, 16 dan 17 tahun. Jadi usia kebawah itu kami belum sentuh. Jadi
itu menjadi problema juga, karena artinya pembatasan dalam ini. Kemudian dalam
program ini kami jga hanya bisa menyentuh yang ada di sekolah-sekolah,
maksudnya anak yang usia sekolah tapi putus sekolah itu belum pernah kami
sentuh. Karena sulit untuk mendeksinya, dan sulit untuk mengumpulkannya. Jadi di
kemetrian agama memang ada anggaran, cuman itu minim, dan ini memang sudah
menjadi masalah nasional. Karena anggaran untuk setiap peserta itu, peserta
bimbingan ini, hanya berkisar 20 ribuan untuk tahun ini. Jadi itu kendala kami, ya
kami laksanakan kegiatan ini, kami dibantu oleh, kita kerjasama oleh pihak
kesehatan dan saya juga berterima kasih kepada pihak kesehatan karena sangat
antusias dalam membantu kami, dalam menyelesaikan program ini, kemudian dari
pihak bkkbn juga kami beterima kasih, kemudian bapak/ibu guru kepala sekolah dan
madrasah juga antusias membantu kami, Cuma ya itu tadi bu, keterbatasan kami
hanya di dana, dan itu susah diatasi karena masalah nasional. Karena kemarin rapat
di kanwil itu sudah masalah nasional. Jadi solusinya dari pusat mungkin. Jadi saya
kira cukup, kalau ada mau ditanyakan tentang program kami di kementerian agama
kami persilahkan.
Rekaman Puskesmas 1

Peneliti 1 : P1
Peneliti 2 : P2
Peneliti 3 : P3
Sumber 1 : S1
Sumber 2 : S2

S1 : Mohon maaf, ibu bidangnya sudah pulang, ada kegiatan di dinas


katanya.
P1 : Tidak apa-apa, baik. Pokoknya siapa saja yang bisa memberikan
informasi yang terkait pernikahan usia anak.
Kami dari Peneliti Balitbanda Provinsi itu yang sedang berusaha untuk
mengembangkan model penanganan perkawinan anak, ibu. Yang
sekarang kan memang Provinsi Sulawesi Barat itu menempati posisi
yang pertama ya untuk perkawinan anak dan nanti efeknya biasanya itu
kepada stunting yang kami terima informasinya semacam itu. Sedangkan
stunting ini posisi kedua ya sekarang ini bahkan data yang sekarang ini
kecenderungannya menempati yang pertama. Kecenderungannya
walaupun belum dicek ya dan diinformasikan secara formal. nah ini kami
ingin memperoleh informasi khususnya di pasangkayu, karena pasang
kayu ini menempati posisi yang pertama kabupaten yang tertinggi dalam
soal pernikahan anak di sulawesi barat. Sehingga kami mencoba untuk
memperoleh informasi, di pasang kayu ini barangkali barangkali selama
ini sudah menangani Puskesmas ini mungkin menangani anak-anak
yang melahirkan, melahirkan Iya tapi posisinya menikahnya itu di bawah
umur. Apakah mungkin dikelahiran pertama, kedua dan seterusnya. kan
jadi oh mungkin efeknya Apa mungkin ada bayi yang kemudian stunting,
disamping ataukah mungkin juga beberapa yang mudah meninggal atau
hambatan-hambatan apa yang terjadi selama ada kasus-kasus
pernikahan anak itu.
S2 : Untuk tahun kemarin ada yang 19 tahun dan ada yang 16 tahun. Tapi
yang 16 tahun belum lahiran, inijie yang 2 tahun lalu berumur 19 tahun
meninggal, terus ini di bulan januari 19 tahun juga.
P1 : itu masalahnya apa bu?
S2 : kalau yang itu yang ini yang baru-baru itu kayaknya ada kelainan darah.
Kalau yang Ayu lalu, inveksi masa nifas.
S1 : Ada juga penyakit-penyakitnya juga dia, ginjal.
P1 : Itu juga karena pernikahan usia anak.
S1 : Dia menikah karena usia 17 tahun bu, dan masa hamilnya usia 18
menuju ke 19. Jadi lahiran di usia 19 tahun, ada memang penyakitnya
karena sering kontrol.
P1 : Itu pernikahan anak itu sendiri, terjadinya kapan? Karena kan ada
macam-macam faktor mungkin di sini?
S1 : eee yang satu itu, yang dari Makassar itu karena unsur dari ekonomi
keluarga. Pisah orang tua, dia tinggal sama tantenya. Dia sudah menikah
tapi kayanya sudah cerai.
P1 : Jadi pernikahannya itu, sampai kapan itu?
S1 : Tidak sampai 6 bulan bu. Itu karena sering kontrol disini, untuk
mengontrol penundaan kehamilan. Waktu covid kalau tidak salah.
S2 : Kalau kasus Ayu lain, dia hamil di luar nikah jadi harus di nikahkan.
P1 : Usia berapa itu bu, baru dinikahkan?
S2 : Umur 18.
P1 : Kecelakaannlah
S2 : Jadi mau tidak mau, harus dinikahkan
P1 : Jadi meninggalnya karena sakit waktu itu ya.
S2 : Iya, jadi memang anak ini ada penyakit-penyakitnya, bukan karena
melahirkan, tapi ada penyakit penyerta.
P1 : Kalau ini upaya prefentifnya yang sudah dilakukan disini untuk
mensosialisasikan usia perkawinan anak?
S2 : Sudah dilakukan, kayak misalkan prefentifnya itu, sosialisasi remaja.
S1 : penyuluhan-penyuluhan desa, di gereja, di masjid.
P1 : Itu program dari puskesmas?
S2 : Kerjasama antara desa dengan puskesmas ibu.
P1 : Apa nama programnya Ibu?
S1 : Stunting juga bu, biasanya kami diundang oleh desa.
S2 : Biasa desa mengundang untuk memanggil sebagai pembicara, pemateri.
P1 : Jadi kalau dari puskesmasnya sendiri belum ada secara khusus untuk
hal itu?
S1 : Ee, dipuskesmas itu pembinaannya lewat pembinaan usia remaja ibu,
pembinaan UKS di sekolah. Selalu terpantau karena ana guru Biologi,
apa namanya itu, BK.
S2 : Yang di desa itu mencakup yang tidak sekolah, itu lewat posyandu
remaja.
P2 : Seperti apa biasa bu, kegiatan yang ada di posyandu remaja dalam
bentuk apa?
S1 : Kalu di posyandu remaja, karena saya sendiri kebetulan pengelola yang
juga turun langsung, jadi dilakukan sosialisasi inkubasi. Jadi pada saat,
Kan kami sama dengan posyandu balita jadi di meja terakhir itu, jadi
kami mengstringer pertanyaan tentang masalahnya apa, ada juga
kegiatan desa edukasi terkait kejiwaan.
P2 : Berarti remaja-remaja yang dikumpulkan ya bu?

S1 : Iya remaja yang usia 10 tahun sampai 18 tahun.


P1 : Kalau ini upaya kuratifnya Bagaimana artinya kalau sudah terjadi
pernikahan usia anak mungkin ada program-programnya tersendiri
mungkin supaya mereka tidak bermasalah kesehatan.
S2 : Ia selalu dipantau, selalu dikontrol sama bidang desa. Kan biasanya
sembunyi-sembunyi ya Bu ya, kalau dia kecelakaan, ada yang malu-
malu. Biasanya ada kader yang mencari, (holistik dan Sinergis) dia yang
sampaikan ke bidang desa. Bidang Desa akan melakukan pendekatan
ke dia. Bidang desa yang menangkap masalah.
S1 : Jadi kader yang membawa beritanya ke bidang desa. Bidang desa
bersama dengan petugas dari desa melakukan pendekatan kalau sudah
dia mau diarahkan ke puskesmas. sama dokter dengan bimbingan
konseling mi juga disini. biasanya juga diatur pemeriksaannya kita kan
belum belum dekat-dekat Tuh ada di akun jadwal adalah supaya ini tidak
ketahuan terlebih dan ke sana e bahasa Indonesianya malu kalau yang
begitu kan. Kalau sudah dilakukan konseling baru ke KUA.
S2 : Biasa juga diatur pemeriksaannya misalkan belum dekat-dekat mau
melahirkan kan di atur jadwal supaya tidak ketahuan kalau bidang ke
sana. Biasanya malu kalau yang begitu kan.
P1 : Kalau program begitu apa namanya ibu.
S2 : Pemantauan ibu hamil memang bu. Pemantauan Wilayah setempat.
P1 : Mungkin ada data Buk yang terkait dengan ini.
P2 : Data anak yang itu ada ndak Bu? Data anak yang melahirkan di usia.
S1 : Kalau disayat tidak ada. biasanya itu ada di desa. Setahu saya ada tapi
dia sudah tidak tinggal di sini. Ada satu tapi dia sudah pindah domisili.
Ada juga data tapi dia sudah melahirkan.
P2 : Datanya itu ada nggak bu yang dari tahun 2019 ke 2020
S2 : Posyandu remaja baru terbentuk tahun 2022.
P2 : Berarti datanya da dari tahun 2022 sampai tahun 2023 ya bu?
S2 : Ada di bidang desa. Tidak bisa di minta satu kali. Ada prosesnya juga.

P1 : Kalau untuk masalahnya apa ya Bu ya untuk penanganan-penanganan


seperti itu. Menangani pernikahan usia anak.
S2 : Caranya susah juga, biasakan ibu-ibunya orang tua tertentu, ibu itu
tantangannya orang tuanya tertutup, keluarganya tertutup, jadi kita ini
maksudnya maju mundur ,mau untuk melakukan tetapi… Kemarin-
kemarin ibu yang Pernikahan Dini terkait masalah orang tua Bu.
S1 : kemarin-kemarin itu yang pernikahan ini, kayak sedikit masalah orang
tua Bu. dia tinggal sama orang, tinggal sama tentaenya. Mungkin masih
usia remaja, tidak bisa diatur. Kenakalan remaja, kadang-kadang oratua
sudah, Iya begitulah merasa aneh kalau urus kalau tidak, apalagi kalau
tinggal sama tante. Disuruh menikah, jadi menikah mi. Daripada bikin
pusing kan sehingga dinikahkan. karena ada juga satu orang tua, anak
yang hamil itu, jawabannya tidak bisa Kak bertanggung jawab Bu karena
kenapa, karena mamanya tidak tinggal, tinggal sama saya, saya juga
kerja, lebih baik dikasih menikah saja supaya mereka hanya supaya
suaminya bisa bertanggung jawab.
P1 : Berarti tidak selalu pernikahan usia anak itu ketika dia sudah. Tidak
selalu, Maksudnya tidak selalu sebabnya karena kecelakaan. Biasanya
terjadi karena faktor keluarga.
S1 : Kalau yang di sini Bu seperti itu tidak tahu kalau di luar. Mungkin juga
ada yang kecelakaan juga tapi bukan di daerah sini.
P2 : Berarti rata-rata yang di sini bu terjadi desakan keluarga.
S1 : Iya kalau saya yang tangani tiga kasus seperti itu semua.
P2 : Berarti yang ditangani tahun ini ada 3 kasus.
S1 : tahun lalu 1, tahun ini 2. yang tahun lalu itu masih usia 13 tahun tapi
sudah cerai mi. Pada saat dia mau menikah, karena sering konseling, dia
kesini sebelum menikah, disarankan untuk ber KB mau juga dia.
P2 : Disuruh sama orang tuanya Bu menikah?
S1 : Disuruh sama Tantenya.
P2 : Tapi setelah di konseling masih tetap
S1 : Masih tetap aktif kesini.
P1 : Perjodohan itu bu karena sudah pacaran?
S1 : Kayaknya Perjodohan Bu. Karena pacarnya sudah tua. (ketawa)
Pacarnya itu sudah pulang.
P1 : Pacarnya malah kakek-kakek. Jadi kembali juga.
P2 : Oh dinikahkan sama kakek-kakek.
P1 : Bukan
S1 sama kakek-kakek ki menikah. Mungkin kakek itu simpati sama dia.
dikasi perhatian khusus atau apalah. Kita juga tidak dalami seperti apa.
Tapi sudah menikah dikasih tinggal. Tapi mungkin Belum jodohnya Bu
pasangannya karena baru beberapa bulan cerai mi.
P2 Jadi yang 13 tahun ini Bu tidak sempat hamil.
S1 Iya karena dipasangkan KB sebelum menikah.
P2 Kalau yang dua ini Bu.
S1 kalau yang dua, satu tahun baru dia punya anak.
P2 Pakai KB juga Bu
S1 KB kayaknya sama bidangnya. memang waktu konseling dianjurkan
P2 dianjurkan semua sampai umur di usia 19, 20.
S1 Tapi yang satu sudah lahiran. mungkin lepas KBnya. mungkin ada
keluarganya suaminya mau punya anak, jadi dia dilepas.
P2 Bentuk konselingnya itu, apasaja saat yang ditanyakan.
S1 Konseling itu dari Prokes yang laksanakan bisa kesediaan dia mau
menikah apakah dia mau punya anak nanti dikasih gambaran toh kalau
punya anak begini-begini Begini kalau nikahnya begini orang tuanya juga
di konseling Ki di desa.
S2 Dari situ nih Bu dianjur Kan supaya lepas kb-nya di umur 19 sampai 20.
di umur 18 kami sudah sudah siap. Setidaknya dia harus 20 tahun
umurnya baru boleh hamil.
P2 Kalau dari biologisnya Bu 20 ya baru bisa matang. Sistem reproduksinya
sudah matang.
P1 Makanya di usia 19 tahun itu sudah boleh kan Karena ada jedanya
S2 Iya, tidak langsung melahirkan
P3 Kalau kegiatannya Bu yang dari puskesmas mungkin ada bentuk
kerjasama kolaborasi dari organisasi pemerintah daerah untuk bisa
menangani pernikahan usia anak. Apa bentuk kerjasama-kerjasama
mungkin dari dari sekolah kah.
S1 Belum ada (Program).
P3 berarti jalan sendiri ya Puskesmas.
S1 Puskesmas yang lebih aktif. Lebih aktif menjemput.
P1 Jadi kasus sekarang yang ditangani berapa Bu
S1 ada dua Bu. yang satu sudah melahirkan di kampung orang tuanya
kalau dari batu Oge dia tinggal di Donggala. Satu sudah punya anak.
P1 Kalau pasca melahirkan masih di perhatikan.
S2 Masih di tangani sampai 42 hari kalau anak bayinya.
P1 Kalau anaknya?
S2 Tetap Posyandu Sampai usia 5 tahun.
P2 Yang berarti meninggal kemarin ibu melahirkan bukan yang menikah di
usia anak
S2 Usia anak. Satu orang.
P1 Ya kan karena melihat apa melahirkannya 19 berarti pernikahannya di
bawah 19 pernikahannya dia.
S1 Bu ada 1 kemarin yang dari menunda tapi dia pendatang, yang dari
Poltekkes kemarin
P2 kalau anaknya stunting Bu tidak ada
S2 kalau stunting yang anaknya di melahirkan di usia perkawinan anak ini?
P1 stunting yang yang pada akhirnya berpotensi atau sebaliknya anak
stunting yang terdeteksi kemudian dari ibu yang Pernikahan Dini.
Kadang-kadang kan kita baru tau oh ternyata…
S2 Tidak sampai kesana juga bu, kerana itu juga yang kita masing-masing
pegang programnya jadi bagiannya lagi gizi yang tahu Ki Iya berlanjut ke
gizi
P1 Oh iya berarti gizi.
S1 Iya kalau kelahirannya anak dari ibu yang Pernikahan Dini
P1 iya iya yang ini bagian kelahiran Anak sampai pada melahirkan anak
S2 Remaja, kelahiran, dan melahirkan anak. sudah melahirkan ke gizi lagi
P1 Oh iya iya iya iya beda

P2 Beda job desk nya masing-masing ya. (kurang integrasi dan sinergi) Jadi
tidak ada koordinasi antara, pernah ngak dalam timnya itu, beda timnya
remaja, tim ibu melahirkan timnya pasca melahirkan di gizinya misalkan
ada satu program yang mengkordinasikan ketiga-tiga ini, atau jalan
msing-masing?
S1 biasanya di prokes. biasanya juga itu gizi kalau sudah dapat masalah
maka duduk bareng untuk bicara solusinya
S2 untuk penanganan lebih lanjutnya anak-anak tapi sejauh ini belum ada
untuk duduk bareng
P1 belum ya belum ada ya
S1 ada tapi biasanya anu tuh bicara-bicara ada kasus
P1 informal ya
S1 biasanya kayak kemarin kita ada kejadian. tidak di tau datanya data
tinggal di kependudukannya di mana. Apakah, di sini tidak melapor juga
sama Pak desa, di gisi buruk. Jadi mau ke konsul tempat anak ini tapi
tidak punya BPJS, dia juga melapor ke desa. Desa juga bukan tidak mau
bertanggung jawab karena dia tidak melapor juga tinggal di sini
kan.Karena anggaran Desa itu kan dipertanggungjawabkan juga, nanti
salah penempatan anggaran, kasihan nanti yang kena lagi desa
P1 kalau kader itu, itu kader Apa itu bu ya? yang informasikan misalnya ada
anak yang Pernikahan Dini
S1 kadernya
S2 ada kader posyandu, kader KB (integratif dan sinergis)
P1 jadi itu semua yang bergerak Kader KB, kader Posyandu, kader remaja.
S2 ya Karena biasa juga Bu kita juga kerja sama dengan PKK untuk
menyampaikan itu bila ada informasi di desa minta tolong disampaikan
ke bidangnya
S1 Karena biasanya juga kasihan anak-anak dikira sakit maag ditanya.
Dikirakan hamil toh jadi kalu dibawa ke sini sembunyi-sembunyi periksa
hasil kencingnya siapa tau hamil Jadi begitu triknya karena kalau ditanya
mengaku kan tidak mungkin jadi diperiksa sekalian. (Kurang pendidikan
seks, edukasi terkait kehamilan bagi orangtua dan anak).

P2 Diperiksa saluran ekskresi padahal untuk di tespek. (Saran: Tes urin


rutin
S1 Iya jangan sampai ada orang tua yang tidak mau terima dikatakan
anaknya toh marah ah Kenapa dituduh anakku hamil Kenapa itu di
begini-begini tidak mungkin kan. (S
P1 kalau di tahu begitu sudah hamil dikatakan selamat ataukah Apa itu
bagaimana caranya menyampaikan itu Bu kalau di tahu ini anak
Bagaimana ya Ada itu kan dalam penanganan kan prosesnya itu gimana
kalau di tahu ini anak belum menikah kok sudah hamil misalnya gimana
itu pernah terjadi begitu Bu ya?
S1 Pernah, pernah dipanggil orang tuanya dibisikkan ini bukan sakit maag.
Karena kan dia selalu kembali UGD Periksa juga jadi kita Jelaskan.
S2 Karena masih Mts waktu dia Hamil.
S1 Jadi kita sampaikan, ke gurunya juga dipanggilkan kita sampaikan ke
orang tua.
P2 SMP
P1 Harapan mungkin ya, harapannya gimana Bu mungkin ada program apa
harapan daripada petugas di sini supaya tertangani supaya jangan tinggi
lagi supaya dipasang kayu khususnya paling tinggi pasang kayu
S2 ya harapannya itu Bu supaya lintas sektor juga bergerak bukan cuman
Puskesmas yang menjemput biar itu supaya kita saling membantu untuk
ini.
P1 Selama ini berarti belum ya Bu ya
S2 kerjasama lintas sektor belum ya (belum ada sinergitas)
P1 belum ada program yang terintegrasi
S2 belum belum ada. karena Puskesmas ini yang paling aktif selama ini
mengurusi masalah remaja (Pada waktu orang tua memeriksa
anaknya, diberikan sosialisasi pola asuh sehat bagi remaja,
program bina asuh)
Dikbud: ATS Dibuatkan program
Program Kerohanian sekolah.
Kanwil/KUA: jangan hanya peduli di madrasah. Sekolah negeri juga
terlayani, kerjasama dengan guru agama.
S1 stunting itu kadang-kadang nanti di bayinya betul-betul sudah stunting itu
anak baru di tangani. tapi kan tidak melihat dari latarnya. seolah-olah
yang ditangani yang sudah kena status baru ditangani. Belum ada
penanganan khusus.Yang sebenarnya kan dari remaja kan,.Gizinya
kalau dari sekolah memang belum pernah ada koordinasi
P2 Kalau dari sekolah Memang bu Belum pernah ada koordinasi
S1 Kalau di sekolah untuk tablet tambah darah itu sudah. tapi kan kadang
ya lepas kontrol, gurunya sibuk tapi tetap dikasih. walaupun sudah lewat
2 3 hari, tapi tetap di kasih. petugas dari sini yang bawa
S2 iya tetap di pantau.
P2 laki-laki dikasi juga.
S1 tidak, ini untuk persiapan kelahiran. iya untuk repreduksi, kan kasihan
perempuan kan haid.
P2 tapi e cuman sekedar pemberian tablet tambah darah
S1 kalau periksa HB sudah, kalau di sekolah setiap tahunhya ada screaning,
HB, Gula, darah, dan kolesterol.
P1 3 bulan ya bu ya.
S1 setiap tahun.
P1 kan ada hal-hal tiap satu bulan sekali.
S1 setiap tahun bu.
P1 itu namanya programnya apa bu.
S1 penjaringan dan pemeriksaan.
S2 kendalanya itu biasa, dianggaran bu. berapa anak mau diperiksa
semua.
P2 programnya berarti dari dinas kesehatan
S1 dari program nasional, program skalaustik (di cek lagi) dari kabupaten.
P1 kalau anu bu, pernikahan sory, pemeriksanaan, kira-kira misalnya
mengetahui ada aanak yang hamil dilakukan upaya prepentifnya,
berangkali ada upaya-upaya semacam itu, tes semacam itu. tidak ada
ya?
S1 tes saja yang dilakukan itu karena ada beberaa kasus, kejadian kan
disana. pemeriksaaan secara menyeluruh di sekolah.
karena memang waktu itu, tidak tau, baku ajak, atau bagaimana kah, ada
berapa anak bersamaan semua, sehinga gurunya minta diadakan
pemeriksaan.
S2 biasanya kan dari pembiayaan. kegiatannya ada tapi anggaran.
cakupannya luas tapi anggarannya kecil
P1 harapannya besar tapi anggarannya kecil.
S1 cuman kan sekarang dikatan 100 % tercover semua pemeriksaannya,
tapi karena kalau logistiknya tidak ada
S2 logistik 100, sasarannya 1000. harapannya besar.
P1 Terima kasih bu atas informasi. Ini sangat bermakna untuk kedepannya.

Rekaman Puskesmas 2

Peneliti 1 : P1
Peneliti 2 : P2
Sumber 1 : S1

P1 : Jadi kami eee ingin mengetahui, ingin memperoleh data bu tentang


Bagaimana penanganan perkawinan anak di sini, mungkin di Puskesmas
bisa memperoleh informasi karena Puskesmas antara lain kan rujukan
untuk yang ibu-ibu yang melahirkan berangkali diketahui bagaimana ibu-
ibu yang melahirkan ini dalam posisi pernikahannya itu pernikahan usia
anak.
S1 kalau tikke memang pernikahan usia anak agak tinggi karena disini ada 2
tempat, desa tikke dengan jengeng. Tapi tidak merata, kalau di tikke itu
ada 1 dusun yang memang disitu tapi kebanyakan Memang banyak yagn
putus sekolah tapi ada juga yang masih sekolah
P1 itu penyebabnya apa bu
S1 rata-rata sih kalau pernikahan usia anak itu apa ya enggak bisa enggak
bisa lagi dihindari beberapa kali sih seperti di kalau ada MMD
dibicarakan dulu ya bicarakan mau dibagaimanakan ini pak kalau untuk
kan kalau untuk kami petugas kesehatan, kegiatan sekolah ke sekolah-
sekolah sudah, ya tapi kalau untuk masalah pendampingan di luar di luar
memang baru mulai dibentuk tahun ini tapi kalau untuk apa itu sudah
menyerah mi Pak Desa Ya ya seperti itu Bahasanya Pak desa. yang
kami mau bagaimana lagi ya seperti itu rata-rata sih memang yang anak-
anak di sini yang bukan SMA, SMP rata-rata SMP 14 ini rata-rata 15
P1 yang seperti ini itu Penanganannya bagaimana dari pihak Puskesmas?
S1 kalau datang ke sini pasti ambil, kalau apa ketentuan pertama Ya
pastikan mau ambil keterangan catim, walaupun di KUA tidak ini juga. Ya
paling kalau karena sudah di apa sudah ketahuan mau nikah, tinggal
pendamping yang begitu.
P1 pemeriksaan ada?
S1 iya pemeriksaan.
P1 Yang meninggal atau mungkin masalah kesehatan lainnya?
S1 Belum ada sih.
P1 Kalau yang melahirkan nanti dideteksi bayinya ternyata pas bermasalah
stunting?
S1 kemarin baru ada satu kejadian sampai lahir prematur.
P1 Ada berapa tuh yang sudah berkonsultasi ke puskesmas untuk yang
pernikahan anak
S1 Untuk pastinya Saya tidak tahu. kalau eee 3 bulan ini agak menurun
yang awal-awal tahun kemarin Januari itu banyak, kalau yang April ini
agak menurun.
P1 banyak ada Puluhan.
S1 Tidak.
P2 tapi diatas lima?
S1 ada lima iya .
P2 oh ini biasanya Penanganannya berkoordinasi dengan dengan mana bu
ada ada program yang mengkordinir soal penanganan anak.
S1 Itu sama-sama dibawa naungan Dinas Kesehatan
P1 kan ya sesama urusan untuk kesehatan seperti rumah sakit Puskesmas
Terus mungkin apalagi, OPD yang terkait tentng itu.
S1 Biasanya sih kalau yang ini di dinas apa, kami ininya di penyuluh KB
bukan BKKBN. Ya BKKBN.
P1 bagaimana selama itu dijalankan untuk urusan penanganan pernikahan
pernikahan anak.
S1 sebenarnya tidak muncul kan kalau kami dengan ada tim pendamping
keluarga yang terkait masalah itu program bersama dengan tim
pendamping keluarga.
P1 jadi yang memang khusus menangani ini belum ya Bu ya jadi selip-
selipkan ke program-program lain
S1 kan kalau misalnya memang masalahnya program remaja, misal
repreduksi
P2 Tapi ini kan anak yang kemarin itu rata-rata sudah hamil baru menikah…
(ada pasien berkunjung)
P2 Yang menikah usia anak itu rata-rata karena Upaya dari pihak
Puskesmas untuk kehamilan selanjutnya misal ditunda dulu atau sudah
tidak ada pengawasan dari Puskesmas
S1 Kalau itu iya, karena kalaupun sebenarnya tetap dikasih konseling untuk
penundaan, untuk penundaan masa hamil.
P2 Biasa kan yang menikah yang SMP, berarti masih jauh sekali untuk usia
19 untuk matang repreduksinya itu harus lumayan lama.
S1 Biasanya sih Memang, karena kontaknya pasti dengan dokternya ya Dan
kalau memang di sini instruksinya sih bukan instruksi kalau memang sih
biasanya yang bersalin itu dibawa pada umur 14 15 kan biasanya
dianjurkan ke rumah sakit, persalinannya. Iya seperti itu.
P2 Karena berisiko.
S1 Iye.

P1 kalau data yang lengkapnya ada ya yang kelahiran dimasa usia anak.
Karena pernikahannya.
S1 Tidak ada.
P2 Mungkin di dinas.
S1 Iya, biasanya kan kami di Puskesmas eee kalau untuk laporan seperti itu
Yang permintaan dari kabupaten kami buat. seperti kalau untuk data-
data yang eee apa yang ternyata hamil ya usia anak ya harus \ buka lagi
apa Eh registernya
Karena tidak ada dalam laporan
biasanya minta yang berisiko jadinya ya, terhintugn semua dari situ.
Berarti ada data terpilah. Mengengai ini pasien yang melahirkan.
P1 Jadi untuk saat ini belum ada data khusus untuk anak yang melahirkan di
usia anak.
S1 Kalau sejauh ini, data ini belum ada.
P1 Iya kalau belum ada, nanti di rekomendasiin.
P2 Terima kasih bu, atas informasinya. Terima kasih.
Rekaman Puskesmas 3

Peneliti 1 : P1
Peneliti 2 : P2
Sumber 1 : S1
Sumber 2 : S2

P2 Sebelumnya ada pertemuan di kantor Balitbang Kabupaten dan


diundang beberapa Lurah Bu termasuk pasang kayu termasuk Kelurahan
baras. Ternyata diperoleh data bahwa di Lurah Baras tertinggi ininya,
apa terkait pernikahan usia dini. Jadi kami ke sini, mau minta beberapa
konfirmasi terkait dengan pernikahan usia dini. Nah yang ibu bidang
ketahui terkait pernikahan usia anak di daerah sini memang tinggi ya,
(disela)
S1 iya tinggi.
P2 Sudah berapa kasus bu
S1 ada sekitar 10. 10 ya Bu, dan ini ada daerah terpencil, kayak ada kurang
pendidikan begitu, Itu pun kalau tamat SMP atau SD dia sudah tidak
lanjut sekolah. Ada beberapa, dua Dusun di sini itu yang betul-betul, dia
pokoknya, dia asal tamat sekolah. (Tingkat pendidikan rendah,
pemberantasan ATS bisa berfungsi sebagai preventif dan bisa
menjadi kuratif)
P1 Usia berapa bu rentangnya yang melakukan pernikahan usia anak?
S1 ada di sini usia yang 17 tahun 16 tahun. Semua desa, kami kan ada 3
Desa, masing-masing sudah, rata-rata 16-17.
S2 Rata-rata 16-17 tahun
S1 rata-rata ini kan ada kasus lagi, baru-baru ini baru baru, masih sekolah,
masih sekolah, masih umur16 tahun maksudnya, sama-sama SMP,
kelas 3 SMP ini terpaksa dia dikawinkan karena sudah, sudah 6 bulan
umur kehamilan, 6 bulan sudah pada khawatir daripada jadi aib
mendingan dikasih nikah.
P1 itu kesehatannya Bagaimana Bu setelah melahirkan Kalau sudah seperti
itu Penanganannya bagaimana, seperti apa?
S1 tetap kita melakukan pendekatan bersama keluarga, kan mereka biasa
sudah begitu mereka tidak mau ke Posyandu tidak mau periksa terpaksa
kami yang datangi untuk dekati, kita kunjungi padahal tidak dapat
kehamilannya. (bidang desa harus difungsikan)
S2 (kurang jelas)
S1 Kita kalau kadang dapat begitu Bu, karena pasti kalau mau mengurus
KUA, disuruh datang ke sini dulu, untuk minta data SKDS untuk
kesehatan. Walaupun berapa umur cek kehamilannya akan didapat,
karena kan KUA biar berapa bulan kehamilannya tetap disuruh kemari,
untuk mengurus berkas-berkas kan kami tetap akan dapat.
P2 Ini yang 10 orang, dalam waktu beberapa bulan itu yang 10 orang
S1 yang jelasnya dalam satu bulan itu pasti ada. ini bulan Januari ada dua
orang, Desa kasano dengan baras
P2 semuanya itu Hamil Duluan bu
S1 Iya Hamil Duluan
P2 Oh Hamil Duluan semuanya Bu
S1 ada dua desa saja itu tapi kalau yang di pelosok sini ndak begitu juga di
luar nikah, ada yang tamat sekolah tapi tidak lanjut sekolah
P2 dari tahun lalu Bu
S1 iya
P2 berarti belum ada trend menurun atau masih masih tinggi ya Bu
S1 Iya masih tinggi. karena kondisi rumah tangga, karena memang di dua
dusun ini Bu pemahamannya ya pendidikannya kurang Bu. Kalau
sudah ada yang lamar langsung dikasih kawin daripada dia lain-lain mi
dia kerja, apalagi kan ada dikasi HP, pokoknya serba, iya betul-betul
Yang dia di luar nikah ada berapa kasus laporan kemarin yang masuk.
P1 kalau ini dari puskesmas untuk mengatasi itu sosialisasikah ke remaja,
ke orang tua dan cara menghindari pernikahan usia anak
S1 kita tetap, kami sudah jalankan ya. apalagi kan kita punya program
remaja. sudah tetap kita.
S2 Sosialisasi ke SMP, ke SMA.
P1 apa namanya programnya itu bu?
S2 PKPR Remaja
P1 PKPR Remaja apa itu bu?
S2 Program Kesehatan Remaja
P1 kalau itu preventifnya bu ya. kalau kuratifnya Penanganannya bu selain
di kunjungi ke rumah-rumah mungkin ada upaya-upaya tertentu untuk
menjaga kesehatan, kadang kan malu biasanya masyarakat menutup
menutup
S2 (kurang jelas) jadi kesehatannya ke desa Lurah kantor camat
S1 kalau cek kesehatannya bu tetap kami walaupun kita serahkan
puskesmas atau ke posyandu tetap tidak mau, artinya masih menutupi
dia punya
P1 ada yang sampai meninggal bu
S1 tidak ada
P1 tidak ada.
P2 kalau anaknya teridentifikasi stunting
S1 Ada. yang biasa umur 16 tahun itu memang sudah ada gejala kecil,
namanya memang faktor dari umur atau dari kondisi badan, tidak cukup
bulan.
P2 Prematur ya bu?
S1 Iya lahir prematur. Ndak banyak, ini selama tahun ini baru dua orang kita
dapatkan. tapi memang betul-betul umurnya bu 16 tahun. 16 tahun.
P2 belum matang
S1 Betul.
P3 Belum matang berarti usia 19 tahun ke bawah
S1 Iya SMP pak. SMP, sama-sama SMP maksudnya pasangan ini, suami
istri sama-sama SMP, dia SMP kelas 3
P1 Aduh ini Jadi bagaimana itu Penanganannya
S1 kalau misalnya di kesehatan kita tetap itu kasihkan tambah darah,
konseling, penyuluhannya Begitu. Tetap. tapi kalau disarankan ke
Posyandu ke Puskesmas kita saling mengerti.
P1 karena biasanya kan pasti kondisinya kalau sekolah ada pekerjaan,
sedangkan keburuhan ibu hamil per bulannya banyak, makanya berpikir
juga, makanya stunting di Sulbar juga tertinggi
S2 disini pokoknya semua lintas sektor harus bekerja sama
S1 makanya kemarin sudah ketemu sama pak KUA, bagaimana solusinya
kalau dibawah umur? selain yang kecelakaan ini bagaimana anunya.
sudah saya bilang, “susah Bu, kalau sudah orang mau kawin”. “tapi kan
ada persyaratannya?” Bagaimana persyaratan orang kalau mau
menikah. kadang juga yang tahu boleh diKasih kawin, karena mungkin
dari sistem agama
P2 Banyak bu?
S1 daerah sini banyak
P2 kalau yang menikah tanpa surat nikah dari KUA tetap ada pengantar dari
Puskesmas
S1 Iya karena ada ada surat rekomendasi dari KUA jadi tetap dikasih
P2 Berarti ada bu ya yang bukan kasus kecelakaan
S1 ada ada tapi tetap dikasih walaupun tidak sesuai dengan undang-undang
tapi agama kan, dia bilang tidak usah itu undang-undang, nanti Cukup
Umur, kita kasi surat nikah (tidak konsisten menerapkan aturan)
P2 berarti pengantarnya dari KUA sendiri Bu?
S1 Iya, begitu.
P1 Oh apa pertimbangannya mereka Bu
S1 daripada kawin begitu saja lebih baik dikasih.
P2 Mungkin karena sudah dekat hari Hnya bu
S1 Iya, biasa ada juga orangtuanya marah.
S2 pihak sekolah juga (…kurang jelas) karena bagaimanapun kejadian saat
ini banyak di sekolah
P2 Dari sekolah belum pernah dipanggil Bu dikasih materi penyuluhan di
sekolah sosialisasi
S2 Kami sudah jalan
S1 Ada, ada sudah ada.
P1 tapi itu kayaknya sudah menyerah ya. Karena…(disambung oleh S1)
S1 Dan intinya dia juga bilang “ah yang penting kawin agama dulu, masalah
surat nikah, nanti cukup umur baru di urus ke pengadilan. itu ada berapa
kali saya dapat keluarga-keluarga, keluarga pribadi. kawinkan agama
saja dulu. kalau memang KUA tidak mau terima umur di bawah itu, yang
penting sah dengan agama. masalah surat nikahnya nanti umpamanya
sudah cukup umur baru bisa.
Perangkat desa, kepala desa dan kepala lurah dan staf KUA jangan
menghadiri perkawinan usia anak, sebagai sabagai sanksi sosial
P1 kalau sudah menikah Bagaimana kehidupan rumah tangganya itu bu?
S1 ya ikut dengan orang tua, tetap dengan orang tua.
S2 Iya tetap dengan orang tua. ini gadget ini bisa jadi faktor juga
P1 jadi penyelesaiannya tidak tuntas Pak ya artinya permasalahan anak itu
sendiri gitu artinya permasalahan ekonomi, tapi kembali ke orangtua.
S1 kalau kami di sini Bu betul-betul kalau cukup umur maksudnya ada
rekomendasi dari KUA Kami tetap fasilitasi, surat berbadan Sehatnya,
kadang juga kami Bu, kami tidak lengkapi berkasnya dan itu satu
kerjasama kami dengan KUA, tanpa surat keterangan kesehatan dari
kami jangan kita, jangan kita lanjutkan.
P1 kalau itu Bu mereka yang menikah itu tanpa sebelum hamil ya bukan
menikah karena kecelakaan itu, itu ada prosedurnya? Misal pemberian
Pil KB atau apa?
P2 supaya jangan melahirkan dulu di usia 19 tahun
S1 kalau pengalaman saya di daerah sini karena ada orang masih hidup, KB
dulu maksudnya sebelum kawin dikasih KB dulu supaya tidak hamil
P2 tapi kalau konseling bimbingan dari Puskesmas misal tidak ada…(disela)
S1 di sini kami tidak boleh maksudnya kan umurnya sudah cukup, sudah
matang untuk jenjang pernikahan, kami tidak kasih KB nanti ujung-
ujungnya nanti kami disalahkan. Kenapa kami di KB kan sedangkan kami
kawin untuk produksi anak.
P2 tapi misal di bawah ini ki bu, buat di usia matang repproduksinya, Apakah
ada misal pertimbangan dari dari dinas, eh dari tenaga kesehatan bisa
kalau usia begini Itu belum matang, anjuran mungkin di kasih KB saja
dulu.
S1 kami juga ada kami pilih-pilih karena ada umur di bawah belum bisa,
kami anjurkan untuk KB dulu supaya repreduksinya matang dulu, jangan
sampai buru-buru mau hamil akhirnya ini ke bayinya juga bermasalah
P1 ini harapannya Bagaimana sebagai tenaga medis Bu?
S1 ya mudah-mudahan kerjasamanya kami dengan semua lintas sektor bisa
berjalan dengan baik artinya tidak ada kasus seperti ini lagi walaupun
bagaimana kita sudah memberikan penyuluhan yang bagaimana
bagaimana ya tergantung dari pihak keluarganya masing-masing,
yang penting kami kan sudah kasih pengarahan, penyuluhan begini
artinya yang terbaik untuk anaknya juga
P1 kalau itu yang Ibu rasakan hambatannya apa ya Bu? penanganan
supaya bisa menekan pernikahan usia anak, itu hambatan utamanya
apa?
S1 biasa dari orang tuanya Bu daripada kami bagaimana bagaimana,
walaupun dari kami artinya dari kesehatan sudah memberikan arahan
tapi kalau terlalu cepat kawin ini belum matang, apanya, daripada nanti
ujung-ujungnya kecolongan. Tidak juga sekolah, tidak ada juga kerjanya,
P2 tapi kalau di daerah sini tidak ada peraturan dari desa atau apakah yang
berusaha untuk menurunkan tingginya pernikahan usia anak? karena
kalau trendnya
S2 ada perdes, kan itu sudah ada perdes tapi mereka juga punya juknisnya.
Misalnya tidak lagi melahirkan di rumah.
S1 tapi kami tetap usulkan sama semua aparat, pak camat Pak desa bahwa
Bagaimana caranya kita untuk menekan pernikahan ini ya itu dengan
adanya mengeluarkan Aturan itu,
P1 jadi memang desa harus merujuk ke kabupaten, keprovinsi. (Harus
konsisten aturannya: data aturan soal usia perkawinan, batasanna
seperti apa)
S2 Iya dari provinsi sampai ke bawah.
S1 karena kalau kita langsung berbuat aturan, tanggungjawabnya terus kita
kena. tetap kerja keras untuk tetap memberikan penyuluhan, kembali
lagi sama keluarga
P1 baik bapak ibu, terima kasih atas informasinya

Anda mungkin juga menyukai