Anda di halaman 1dari 88

SPESIFIKASI TEKNIK

I. PEKERJAAN PERSIAPAN :
1. Pengukuran di Lapangan untuk Mutual Check (MC) :
Penyedia Jasa diwajibkan melakukan pengukuran di lapangan sebelum mulai
pelaksanaan pekerjaan, selama pelaksanaan pekerjaan dan setelah pekerjaan selesai
semua dilaksanakan atau akhir pekerjaan finishing.

Pedoman utama pelaksanaan pekerjaan pengukuran di lapangan, adalah patok beton


yang merupakan titik tetap utama ( “ Bench Mark “ ) yang akan ditentukan oleh
Direksi pekerjaan.

Penyedia Jasa diwajibkan memasang minimal tambahan 2 (dua) buah patok beton,
yang akan dijadikan sebagai titik bantu utama, diletakkan diujung awal dan ujung akhir
dari lokasi rencana bangunan, dan tidak boleh terusik atau rusak atau berubah
posisinya secara langsung maupun tidak langsung selama pelaksanaan pekerjaan dan
untuk lahan pekerjaan yang cukup panjang perlu ditambah patok beton sebagai titik
Bantu utama dengan jarak + 500 m atau sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.

Patok beton yang merupakan titik bantu utama, posisi elevasi dan koordinatnya harus
diikat secara sempurna dengan patok beton titik utama. Patok beton sebagai titik bantu
utama, harus mempunyai ukuran lebar (10 x 10) cm panjang 100 cm serta harus
tertanam sedalam  50 cm dengan posisi tegak dan cukup kokoh tidak meudah
berubah bentuk dan posisinya.

Semua data, gambar sketsa pengukuran dan perhitungan hasil pengukuran sebelum
dimulainya pelaksanaan pekerjaan, harus disyahkan oleh Direksi pekerjaan, dan
selanjutnya dipakai sebagai pedoman untuk penggambaran rencana gambar
pelaksanaan (“Construction Drawing”). `

1
Pengukuran lapangan dan pematokan pada saluran, sungai, embung dll. harus
dilaksanakan dengan jarak/ interval paling jauh setiap 50 m atau sesuai instruksi
Pengguna Jasa khususnya pada lokasi tikungan jarak tersebut harus lebih dekat/
pendek yang dimulai dari titik awal tikungan, tengah-tengah tikungan dan ujung akhir
tikungan.

Selama masa pelaksanaan, semua data dan perhitungan hasil pengukuran harus
disyahkan oleh Direksi pekerjaan, dan dari waktu ke waktu selama masa pelaksanaan
pekerjaan akan dipergunakan sebagai dasar perhitungan prestasi hasil pelaksanaan
pekerjaan.

Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan, Penyedia Jasa diwajibkan melakukan


pengukuran akhir dari hasil pelaksanaan pekerjaan. Semua data dan perhitungan hasil
pengukuran harus disyahkan oleh Direksi pekerjaan dan dipergunakan sebagai dasar
acuan guna mempersiapkan gambar purna bangun (As built Drawing).

Pada hal-hal khusus yang ada kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan, Direksi
pekerjaan sewaktu-waktu berwenang dan berhak memberikan instruksi kepada
Penyedia Jasa, dan Penyedia Jasa harus bersedia untuk melaksanakan pengukuran
tertentu yang sifatnya sebagai check berkala atau stick proof, misalnya kedalaman
fondasi, batas pembebasan tanah dan lain sebagainya.

2
Pada saat penyerahan gambar purna bangun, Penyedia Jasa harus menyerahkan data
dan perhitungan hasil pengukuran yang sudah disyahkan oleh Direksi pekerjaan.

Mutual Check (MC-0%) adalah hasil perhitungan kuantitas pekerjaan yang dihitung
oleh Penyedia Jasa berdasarkan gambar kerja dan disetujui Pengguna Jasa.
Perhitungan kuantitas pekerjaan tersebut harus disampaikan oleh Penyedia Jasa paling
lambat 15 (lima belas) hari sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan, kepada PPK
untuk mendapatkan persetujuan.

Penyedia Jasa tidak diperbolehkan melaksanakan pekerjaan bila Mutual Check (MC-
0%) pekerjaan bersangkutan belum mendapat persetujuan Pengguna Jasa. Kegagalan
Penyedia Jasa dalam mendapatkan persetujuan dari Pengguna Jasa atas MC-0% yang
ia sampaikan, tidak dapat dipergunakan sebagai alasan Penyedia Jasa untuk
mengusulkan perpanjangan waktu pelaksanaan.

Penyedia Jasa wajib menyerahkan hasil seluruh perhitungan kuantitas semua


pekerjaan dalam format MC-100% kepada Pengguna Jasa untuk mendapatkan
persetujuan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum berakhirnya masa pelaksanaan.
Pekerjaan dimaksud Pengukuran lokasi pekerjaan untuk MC pekerjaan embung dan
fasilitasnya. Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa dihitung berdasarkan yang tertera dalam daftar
kuantitas dan harga (bill of Quantity).

2. Papan Nama Kegiatan


Sebagai pertanda bahwa pada lokasi dimaksud ada kegiatan/pembangunan maka
penyedia jasa harus memasang papan nama kegiatan ukuran 80 X 120 cm, dengan
papan tebal 1 cm, tiang 5/7 cm, cat dasar putih tulisan hitam huruf balok sedangkan
redaksi berisi :
a) Kop Pengguna Jasa pada bagian paling kiri atas
b) Judul Kegiatan
c) Nilai Kegiatan

3
d) No. Kontrak
e) Masa Kontrak
f) Sumber Biaya
g) Pelaksana
Pemasangan papan kegiatan setinggi 2 m diatas tanah dan tiang bagian bawah dicor
beton untuk memperkuat dan ditempatkan pada tempat yang mudah terlihat.

3. Bangunan Direksi Keet


Penyedia Jasa wajib menyediakan ruang direksi, dengan luas 36 m 2 atau sesuai
dengan kebutuhan di lapangan. Bangunan direksi terbuat dari atap seng
bergelombang, dinding triplek, lantai dari bata dinat atau beton rabat, jendela kaca dan
pintu. Bangunan tersebut dilengkapi dengan kotak obat P3K, meja dan kursi tamu,
papan kegiatan, sarana administrasi pendukung untuk pelaksanaan pekerjaan, harus
diserahkan kepada Direksi pekerjaan setelah semua pekerjaan selesai seluruhnya.
Bangunan direksi keet ditempatkan pada daerah yang tidak mengganggu kelancaran
kegiatan

3. Perlengkapan dan Sarana K3


Yang dimaksud kecelakaan K3 bukan hanya mengakibatkan cedera/sakitnya tenaga
kerja, tapi juga menyangkut rusak/kurangnya produktivitas bahan/peralatan. Jadi
penanganan K3 yang tidak baik akan berakibat pada turunnya Produktivitas.
Perlengkapan dan Peralatan Penunjang Program K3 dalam pelaksanaan Proyek
meliputi beberapa hal antara lain :
1. Promosi program K3
Promosi program K3 terdiri dari :
1) Pemasangan bendera K3, bendera RI, bendera perusahaan.
2) Pemasangan sign Board K3 yang dapat berisi antara lain :
Slogan-slogan yang mengingatkan akan perlunya bekerja dengan selamat seperti
bias dilihat di Selain itu bisa berisi gambar-gambar/pamphlet tentang
bahaya/pamphlet-pamflet dapat dipasang dikantor proyek atau lokasi pekerjaan
dilapangan.
2. Sarana peralatan untuk K3

4
Sarana peralatan untuk K3 terdiri dari :
1) Yang melekat pada orang, yaitu :
(1). Topi helm,
(2). Sepatu lapangan,
(3). Sabuk pengaman untuk pekerja ditempat tinggi,
(4). Sarung tangan untuk pekerja tertentu,
(5). Masker pengaman untuk gas beracun untuk pekerja tertentu,
(6). Kaca mata las goggle,
(7). Obat-obatan untuk P3K
(8). Pelampung renang (untuk lokasi tertentu).
2) Sarana peralatan lingkungan, yaitu :
(1) Tabung pemadaman kebakaran pada ruangan antara lain : Kantor proyek,
Gudang bahan bakar, Gudang Material/peralatan, Ruang genset, Bengkel,
Gudang Bahan peledak, Mess karyawan, Barak tenaga kerja. Tiap lantai
bangunan royek (pada saat pekerjaan bekisting dan finishing).
(2) Pagar pengaman yang terdiri dari : Pagar/railing yang kaut dan tali warna
kuning sebagai tanda pembatas/peringatan. Pagar ini diperlukan untuk
lokasi antara lain : lubang di lantai, lubang di sumur galian tanah, tepi
bangunan tinggi. Lokasi kerja alat berat (bila dianggap perlu)
(3) Penangkal petir darurat
(4) Pemeliharaan jalan kerja dan jembatan kerja
(5) Jaringan pengaman pada bangunan tinggi.
(6) Pagar pengaman lokasi proyek
3) Rambu-rambu Peringatan
Fungsi rambu-rambu peringatan antara lain untuk :
(1) Peringatan bahaya dari atas
(2) Peringatan bahaya benturan kepala
(3) Peringatan bahaya longsoran
(4) Peringatan bahaya api/kebakaran
(5) Peringatan tersengat listrik
(6) Penunjuk ketinggian (untuk bangunan yang lebih dari dua lantai)
2. Mobilisasi dan Demobilisasi :

5
1. Lingkup Pekerjaan :
a. Dalam daftar kuantitas disediakan biaya tetap/lumsump untuk
mendatangkan alat-alat berat/ termasuk pengembalian ke workshop,
tenaga dan bahan-bahan/material.
Biaya ini termasuk :
- Biaya ini termasuk mobilisasi/demobilisasi untuk personil dan alat
berat.
- Untuk mendirikan kantor, gudang, instalasi, dan fasilitas lain di tempat
pekerjaan.
b. Semua fasilitas, instalasi, dan alat – alat yang dikirim atau dibawa ke lokasi
proyek, merupakan penyediaan/fasilitas untuk pelaksanaan proyek, kecuali
Direksi secara tertulis menentukan lain untuk hal tersebut diatas.
Dalam hal ini Penyedia Jasa harus bertanggung jawab agar penyediaan itu
mencukupi dan efisien, serta dapat melindungi, menjalankan, memperbaiki
dan mempersiapkan fasilitas instalasi dan alat – alat. Alat – alat tersebut
seperti tersebut diatas tidak boleh dibongkar atau dipindahkan dari
lapangan/ lokasi pekerjaan tanpa izin tertulis dari Direksi Pekerjaan/ PPK.
b. Semua fasilitas, instalasi, dan alat – alat dilapangan, juga menjadi kewenangan
dalam pengawasan Direksi untuk digunakan selama pelaksanaan proyek
berlangsung.

2. Pembersihan Akhir :
Jika pekerjaan telah selesai seluruhnya, Pemborong harus memindahkan semua
fasilitas, instalasi, dan alat – alat dari proyek yang akan menjadi bagian yang
permanen dari bangunan lapangan akan diserahkan hingga memuaskan Direksi
dalam keadaan bersih bebas dari kotoran, material – material yang sudah tak
digunakan dan alat – alat bantu sementara.

3. Pembayaran :
a. Pembayaran untuk mobilisasi alat berat dan lain-lain harus dibuat atas dasar
harga lump sum dalam daftar kuantitas pekerjaan.

6
b. Kemajuan pembayaran harus dibuat sebagai berikut :
Jika 5 % dari total harga kontrak sudah diterima pembayarannya dari
bagian – bagian lain dari lingkup pekerjaan, maka 45 % dari jumlah untuk
mobilisasi dan pembersihan lapangan akhir dapat dibayarkan apabila :
semua alat – alat konstruksi atau yang disetujui untuk diganti telah dipenuhi
0 % sampai 50 % seperti tercantum dalam proposal teknik dalam daftar
lingkup pekerjaan dan berada dilapangan, tak ada pembayaran untuk alat –
alat yang didaftar tetapi tidak ada dilapangan.
c. Jika 50 % dari harga borongan telah dibayarkan dari lingkup pekerjaan
yang lain, maka sampai 45 % dari mobilisasi dan pembersihan lapangan
dapat dibayarkan kepada Pemborong apabila : semua alat – alat konstruksi
atau disetujui untuk diganti sudah dipenuhi 50 % sampai 100 %, seperti
tercantum dalam proposal teknik dan dalam daftar lingkup pekerjaan,
berada dilapangan dan dalam keadaan bekerja.
d. Kemajuan Pembayaran untuk mobilisasi dan demobilisasi serta pembersihan
lapangan akhir akan dikenakan retensi 5 % dan retensi ini tidak akan
dibayarkan apabila kegiatan tersebut belum dilaksanakan sesuai petunjuk
Direksi Pekerjaan.

II. PEKERJAAN TANAH :


RUANG LINGKUP :
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan,
pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran.

Pedoman ini mencakup kegiatan penggalian, penanganan, pembuangan atau


penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari sumber bahan yang diperlukan untuk
penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini untuk pekerjaan galian.
Pedoman ini mencakup kegiatan pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk
penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang
diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan

7
elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui untuk penyelesaian dari
pekerjaan dalam Kontrak ini untuk pekerjaan timbunan.

1. ACUAN NORMATIF
Standar Nasional Indonesia (SNI).

2. KETENTUAN, PERSYARATAN DAN PELAKSANAAN :


2.1. Pengupasan Tanah Lapis Atas (Stripping) :
(1) Lingkup Pekerjaan :
Yang dimaksud dengan pekerjaan pengupasan tanah lapis atas (stripping)
adalah pengupasan tanah lapis atas yang banyak mengandung bahan
organik: rumput, akar-akaran maupun bahan non-organik: sisa bangunan
fondasi dan lain-lain dan membuang material hasil kupasan tersebut dari
lokasi pekerjaan saluran dan bangunan dan lokasi pengambilan tanah bahan
timbun (borrow-area) atau lokasi lain sesuai dengan gambar kerja atau
printah Pengguna Jasa.
Pengupasan lapisan tanah bagian atas dilaksanakan setebal 20 cm atau
sesuai dengan gambar kerja kecuali bila ditentukan lain oleh Pengguna
Jasa. Penyedia Jasa sebelum melaksanakan pekerjaan ini terlebih dahulu
harus mendapatkan persetujuan Pengguna Jasa tentang batas wilayah yang
tanah lapisan atasnya akan dikupas dan lokasi pembuangan material hasil
kupasan.

(2) Pengukuran dan Pembayaran :


Prestasi kerja untuk pekerjaan ini diukur dalam satuan m-persegi (m 2) yang
dihitung dari elevasi permukaan tanah asli sampai elevasi batas kupasan
sesuai dengan gambar kerja yang telah disepakati.
Pembayaran pekerjaan pengupasan lapisan tanah bagian atas ini dilakukan
berdasarkan harga satuan yang ditawarkan Penyedia Jasa dalam Daftar
Kuantitas dan Harga kecuali dilokasi borrow-pit pengupasan tanah lapisan
atas tidak dibayar.

8
2.2. Galian :
(1) Umum :
Pekerjaan galian yang dimaksud adalah galian tanah endapan, tanah biasa
dan galian batu termasuk pekerjaan lainnya yang berkaitan misalnya upaya
perlakuannya, jalan akses dan bangunan penunjang (separator, relokasi,
bangunan pengaman dan lain-lain) yang diperlukan serta pengangkutan
material hasil galian kelokasi yang disepakati untuk tempat pembuangan
akhir atau penimbunan sementara (stock piling) sebelum dimanfaatkan
lebih lanjut.

Penyedia Jasa wajib melaksanakan pekerjaan pengukuran dan pematokan


bersama Pengguna Jasa sesudah pekerjaan penebasan dan pembersihan
semak belukar selesai dikerjakan atau waktu yang lain sesuai dengan
perintah Pengguna Jasa yang hasilnya berupa gambar hasil pengukuran
yang menunjukkan elevasi muka tanah, tampang memanjang dan
melintang harus diserahkan kepada Pengguna Jasa untuk mendapatkan
persetujuan.
Gambar-gambar hasil pengukuran pra-konstruksi diatas untuk selanjutnya
dipergunakan sebagai acuan dan dasar perhitungan kuantitas pekerjaan
galian.
Penyedia Jasa wajib mencegah dari kerusakan dan melindungi tanah
dibawah elevasi galian pekerjaan permanen: saluran dan bangunan agar
tetap dalam keadaan yang baik, kerusakan tanah pada tanah pondasi
tersebut yang disebabkan oleh kesalahan Penyedia Jasa harus segera
diperbaiki dengan biayanya sendiri.
Dalam hal pekerjaan galian melampaui batas yang ditetapkan dalam
gambar kerja (gambar hasil pengukuran pra-konstruksi) Penyedia Jasa
dengan biayanya sendiri harus menimbun bagian tersebut dengan bahan
timbun yang disetujui Pengguna Jasa .

9
Penyedia Jasa harus memberitahu Pengguna Jasa bila pekerjaan galian
telah selesai dikerjakan untuk dilakukan pemeriksaan guna persetujuan
sebelum pekerjaan lanjutan/bangunan irigasi atau pengecoran beton
dilaksanakan. Penggunaan stockpiling dan pembuangan tanah hasil galian
harus sesuai dengan spesifikasi teknis ini.
(2) Pekerjaan galian tanah yang dimaksud adalah galian tanah, sedimen/
endapan, pasir, kerikil, kerakal, atau batu yang dapat digali dengan mudah
tanpa menggunakan alat khusus (ripper) atau peledakan termasuk upaya
penanganannya, pembentukan/perapian lubang galian agar sesuai dengan
lokasi, jalur, elevasi, kelandaian dan dimensi seperti yang telah ditetapkan
dalam gambar atau petunjuk/perintah Pengguna Jasa, serta pengangkutan
material hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi penampungan
sementara sebelum dipergunakan sebagai tanah bahan timbun.

(3) Pengukuran dan Pembayaran untuk Galian :


Pekerjaan galian tanah diukur dalam satuan meter kubik (m 3) galian tanah
sesuai dengan dimensi dan kemiringan yang ditunjukkan dalam gambar
kerja dan telah diselesaikan dengan rapi.
Pembayaran untuk pekerjaan galian tanah dilaksanakan sesuai dengan
harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang sudah termasuk biaya
untuk pekerja, peralatan, bahan bangunan dan semua pekerjaan penunjang
dan upaya lain untuk kelancaran pelaksanaan yang diperlukan untuk
pekerjaan galian, pengangkutan hasil galian ke lokasi pembuangan atau
lokasi penampungan sementara (stock-pile) dan lain-lain.

2.3. Timbunan Tanah :

(1) Jenis Timbunan :


Pekerjaan timbunan tanah adalah semua jenis pekerjaan timbunan tanah
yang dilaksanakan untuk terwujudnya konstruksi permanen : saluran, jalan
inspeksi, pekerjaan timbunan bagian dari bangunan konstruksi yang

10
tanahnya berasal dari pekerjaan galian atau borrow-area dan berdasarkan
hasil uji laboratorium memenuhi syarat dan spesifikasi teknik serta sudah
mendapat persetujuan Pengguna Jasa sebelum pekerjaan timbunan
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa.
Penyedia Jasa wajib menyampaikan metoda kerja pekerjaan timbunan
kepada Pengguna Jasa termasuk semua kegiatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan tersebut untuk mendapatkan persetujuan sebelum
dilaksanakan.
Pekerjaan timbunan harus dilaksanakan sesuai dengan jalur, dimensi,
elevasi dan kemiringan timbunan yang ditetapkan dalam gambar kerja yang
telah disepakati. Kecuali bila ada ketentuan lain, Penyedia Jasa harus
menambah timbunan tambahan (extra filling), lima persen (5%).
(a) Jenis Timbunan Berdasarkan Jarak Angkut :
Tipe-A : pekerjaan timbunan dengan tanah yang berasal dari
pekerjaan galian disekitarnya.
Tipe-B : pekerjaan timbunan dengan tanah yang berasal dari
borrow area atau dari pekerjaan galian dengan jarak
angkut sesuai dengan yang ditentukan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga. Kecuali bila ada ketentuan lain,
pada umumnya semua jenis pekerjaan timbunan
termasuk kategori Tipe-B ini.

(b) Jenis/Kelompok Pekerjaan Timbunan Berdasarkan Pemadatan :


(i) Pemadatan Ringan (Tipe-A1, B1, C1) :
Pekerjaan timbunan tanah untuk mengganti tanah yang asli,
sebagai bangunan penyangga beban (counter-weight) dan
pekerjaan timbunan lainnya sesuai dengan perintah Pengguna
Jasa .
Tingkat kepadatan untuk pekerjaan timbunan dengan
pemadatan ringan harus tidak boleh kurang dari 85% kepadatan
kering maksimum (85% MDD, maximum dry density).

11
Pekerjaan timbunan dengan pemadatan ringan terdiri dari 3
(tiga) golongan :
- Tipe-A1, menggunakan tanah dari hasil pekerjaan galian;
- Tipe-B1, menggunakan tanah dari borrow-area;
(ii) Pemadatan Biasa/Normal (Tipe-A2, B2, C2) :
Pekerjaan timbunan tanah untuk saluran, tanggul, jalan,
timbunan untuk bangunan irigasi dan bangunan pelengkap dan
konstruksi permanen lainnya yang diperintahkan Pengguna Jasa.
Tingkat kepadatan untuk kelompok pekerjaan timbunan dengan
pemadatan biasa harus tidak boleh kurang dari 95% kepadatan
kering maksimum (95% MDD, maximum dry density) sesuai
dengan ketentuan dalam ASTM D-698 atau SNI.
Kelompok pekerjaan timbunan dengan pemadatan biasa terdiri
dari :
- Tipe-A2, menggunakan tanah dari hasil pekerjaan galian;
- Tipe-B2, menggunakan tanah dari borrow-area;

(2) Penghamparan, Perlakuan dan Pemadatan :


(a) Uji Coba Timbunan :
Sebelum pekerjaan timbunan untuk konstruksi yang permanen akan
dilaksanakan, Penyedia Jasa wajib terlebih dahulu mengerjakan uji
coba pelaksanaan pekerjaan timbunan dilapangan menggunakan
tanah bahan timbunan, peralatan, tenaga kerja dan metoda kerja
yang sudah mendapat persetujuan Pengguna Jasa sebelumnya.
Uji coba timbunan ini dimaksudkan guna memilih metoda kerja untuk
pekerjaan timbunan yang efisien berdasarkan jumlah peralatan yang
dipergunakan, tebal lapisan yang dipadatkan, jumlah lintasan alat
pemadat serta tingkat kepadatan yang dicapai yang harus memenuhi
Spesifikasi Teknik ini.

12
Metoda kerja yang disetujui oleh Pengguna Jasa tidak dapat dipakai
alasan bagi Penyedia Jasa untuk lepas tanggung jawab terhadap
tingkat kepadatan dan kinerja pekerjaan timbunan.
Apabila karena suatu sebab perlu dilakukan perubahan metoda kerja
atau tanah bahan timbunan dari lokasi borrow pit lainnya, Penyedia
Jasa wajib melakukan uji coba timbunan ulang.
Bila uji coba timbunan tersebut dilaksanakan dilokasi tanggul, saluran,
jalan atau pekerjaan permanen lainnya, maka hasil uji coba tersebut
dapat dibayar sebagai bagian dari pekerjaan timbunan bila menurut
pertimbangan Pengguna Jasa telah memenuhi persyaratan. Sebaliknya
bila hasil tes kepadatan uji coba timbunan tidak memenuhi ketentuan
dalam Spesifikasi ini, maka timbunan hasil uji coba tersebut harus
dibongkar oleh Penyedia Jasa dari lokasi pekerjaan

(b) Fondasi Timbunan :


(i) Tipe-A, dan Tipe-B :
Sebelum timbunan tanah dilaksanakan, permukaan tanah
fondasinya harus terlebih dulu dikupas sesuai dengan ketentuan.
Spesifikasi Teknik ini. Selanjutnya permukaan tanah yang telah
dibersihkan dari humus dan bahan organik lainnya,
dicangkul/dibajak sedalam tidak kurang dari 15 cm merata pada
seluruh permukaan, sebelum lapis pertama (1) tanah bahan
timbunan dihamparkan.
Biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa untuk pekerjaan
diatas dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan
timbunan yang ditawarkannya dalam Daftar Kuantitas dan
Harga.

(c) Penghamparan, Pengendalian Kadar Air, dan Pemadatan Tanah :


(i) Penyedia Jasa wajib menyerahkan metoda kerja termasuk
peralatan yang dipergunakan kepada Pengguna Jasa untuk

13
mendapatkan persetujuan sebelum timbunan tanah dikerjakan.
Sebelum timbunan lapisan pertama dihampar dipermukaan tanah
fondasi, perlakuan terhadap permukaan tanah fondasi seperti
diuraikan harus terlebih dahulu diselesaikan.
Permukaan tanah asli atau timbunan lama harus dibuat
bertangga sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar kerja
atau perintah Pengguna Jasa sebelum penghamparan tanah
bahan timbunan dikerjakan.
Untuk lereng timbunan lama yang akan digali dengan bertangga,
terlebih dahulu permukaan lereng tersebut harus dikupas dan
dibersihkan dari bahan organik, setelah selesai baru kemudian
dibuat bertangga, sehingga tanggul yang baru dapat sepenuhnya
menyatu dengan tanggul/timbunan yang lama.
Penghamparan tanah bahan timbunan secara mendatar dengan
tebal tidak boleh lebih dari 30 cm atau harus sesuai dengan hasil
uji coba timbunan tanah yang berbentuk bongkah-bongkah
harus dipecah-pecah sebelum dipadatkan. Tidak diperkenankan
memperlebar timbunan tanah dengan cara mencurahkan tanah
lepas dari atas timbunan lama.
(ii) Kadar air tanah bahan timbunan harus dijaga agar disekitar
kadar air optimum dengan toleransi + 3% sampai -5% dari
kadar air optimum hasil uji laboratorium atau ketentuan lain atas
perintah Pengguna Jasa berdasarkan soil-properties tanah
tersebut.
Pemadatan harus dikerjakan hingga tingkat kepadatan timbunan
mencapai 95% kepadatan kering maksimum untuk pemadatan
biasa/normal dan 85% untuk pemadatan ringan sesuai dengan
ketentuan.
Untuk lereng timbunan yang akan diperkuat dengan
lapisan/talud beton, sebelum talud beton dipasang/dicor, lereng
timbunan terlebih dahulu harus dirapikan dan dipadatkan dengan

14
tamping-rammer atau alat lain yang disetujui Pengguna Jasa
sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan dalam gambar kerja.

(3) Pengukuran dan Pembayaran :


(a) Pengukuran :
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan timbunan Tipe-B1 dan B2
dilakukan dalam satuan meter-kubik (m 3) timbunan padat yang diukur
berdasarkan tampang memanjang, tampang melintang, elevasi,
kemiringan, dan jarak sesuai dengan gambar kerja yang telah
disepakati dan hasil pengukuran prestasi kerja yang terakhir dengan
memperhatikan settlement dan subsidence tanah fondasi yang masih
berlanjut.

(b) Pembayaran :
Tipe-B1 dan Tipe-B2 :
Pembayaran dilakukan berdasarkan harga satuan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga termasuk biaya untuk menyediakan borrow-
area, angkutan, pembuangan, penampungan sementara,
platform alat berat diatas tanah lembek, penghamparan,
pengendalian kadar air dan pemadatan, pembentukan dan
perapian timbunan dan segala biaya yang dikeluarkan Penyedia
Jasa untuk kelancaran dan kemudahan dalam pelaksanaan
pekerjaan termasuk biaya untuk upah, bahan, peralatan,
perijinan, royalty dan lain-lain.

Pembayaran tersebut diatas adalah :


- Timbunan tanah Tipe-B.1 : dari hasil galian (Mekanis).
- Timbunan tanah Tipe-B.2 : dari hasil galian di borrow
area (Mekanis).
2.4. Timbunan/ Urugan Kembali :

15
Pekerjaan urugan kembali harus dikerjakan sesuai dengan gambar kerja yang
disepakati atau atas perintah Pengguna Jasa, berdasarkan tujuannya urugan
kembali digolongkan dalam 2 (dua) tipe, ialah :
Tipe-A : urugan kembali tanpa pengendalian pemadatan yang ketat,
dimaksudkan untuk saluran pengelak sementara dan lokasi lain
yang ditetapkan Pengguna Jasa .
Tipe-B : urugan kembali untuk bangunan : bendung, saluran irigasi,
drainasi, sungai dan di lokasi lain sesuai dengan perintah
Pengguna Jasa dengan pemadatan biasa/ normal seperti yang
diuraikan dalam spesifikasi ini.
Penyedia Jasa wajib menyampaikan metoda kerja, bahan dan peralatan yang
direncanakan akan digunakan, kepada Pengguna Jasa untuk mendapatkan
persetujuan sebelum pekerjaan urugan/ timbunan tanah kembali dilaksanakan :
Tipe-A : tanah bahan timbunan berasal dari tanah hasil pekerjaan galian
dilokasi bangunan atau lokasi lain sesuai persetujuan Pengguna
Jasa .
Tipe-B.1 : - tanah bahan timbunan harus berasal dari tanah hasil
pekerjaan galian atau dari borrow area yang memenuhi
syarat sebagai tanah bahan timbun berdasarkan hasil uji
laboratorium dan atas persetujuan/ perintah Pengguna
Jasa.
- dikerjakan paling sedikit 14 (empat belas) hari sesudah
pekerjaan beton untuk struktur selesai dilaksanakan.
- dikerjakan lapis demi lapis dengan tebal lapisan
berdasarkan hasil uji coba yang tergantung dari material/
tanah bahan timbunan, peralatan yang dipergunakan dan
jumlah lintasannya.
- pada umumnya tebal lapisan urugan kembali yang telah
dipadatkan tidak boleh lebih dari 30 cm.
- kadar air tanah bahan timbunan berkisar antara + 3%
sampai -5% dari kadar air optimum berdasarkan hasil uji

16
laboratorium dengan tingkat kepadatan 95% kepadatan
kering maksimum sesuai dengan kriteria ASTM D-968.
- pemadatan dengan menggunakan Baby roller / stamper
atau Alat Pemadat yang disetujui Pengguna Jasa .
Tipe-B.2 : sesuai Tipe-B.1 proses penimbunan dengan excavator dan
pemadatan dengan alat berat lainnya.

Pengukuran untuk pekerjaan timbunan/ urugan kembali Tipe-A dilakukan dalam


satuan meter kubik (m3) yaitu volume yang diukur mulai dari garis batas
pekerjaan galian dan dinding/ permukaan paling luar bangunan atau elevasi yang
telah ditetapkan yang tidak melampaui elevasi permukaan tanah asli atau
berdasarkan data hasil pengukuran sebelum dan segera setelah pekerjaan urugan
kembali selesai dikerjakan diatas fondasi tanah lembek dimana settlement dan
land subsidence masih terus berlanjut atau sesuai perintah Pengguna Jasa .
Kecuali bila ditetapkan lain oleh Pengguna Jasa, biaya untuk urugan kembali
Tipe-B.1 dan B.2 sudah termasuk dalam harga Lump Sum dalam Daftar Kuantitas
dan Harga. Tapi bila berdasarkan perintah Pengguna Jasa , pembayaran
pekerjaan urugan kembali Tipe-B.1 dan B.2 harus dilakukan berdasarkan harga
satuan maka pembayarannya dilakukan berdasarkan volume pekerjaan tersebut
yang diperoleh dari data pengukuran sebelum dan sesudah selesainya pekerjaan
yang memuaskan Pengguna Jasa .
Pembayaran pekerjaan urugan kembali dilakukan berdasarkan harga yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang sudah termasuk biaya untuk :
galian, angkutan, re-handling, penghamparan, pengendalian kadar air,
pemadatan, perapian dan biaya lain termasuk, upah, bahan, peralatan serta
pekerjaan penunjang yang diuraikan dalam Sub-bagian A.
Pembayaran tersebut diatas adalah :
- Timbunan tanah Tipe-A : dari hasil galian (Manual).
- Timbunan tanah Tipe-B1: dari hasil galian (Mekanis).
- Timbunan tanah Tipe-B2: dari hasil galian dengan alat berat.

17
CATATAN :
- Yang dimaksud dengan Manual adalah proses pemadatan yang
dilaksanakan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia dengan
alat pemadat timbris, dll, sejenis.
- Yang dimaksud dengan Mekanis adalah proses pemadatan yang
dilaksanakan secara mekanis yaitu dengan menggunakan peralatan antara
lain : baby roller, stamper, dll.
- Sedangkan yang dimaksud Alat Berat adalah proses pemadatan dengan alat
berat antara lain dengan menggunakan peralatan : Excavator, Bulldozer,
wheel loader, compaction roller, dll sejenis.

2.5. Pengangkutan Tanah Bahan Timbunan dan Sisa Galian :


Penyedia Jasa wajib menyerahkan metoda kerja untuk pengangkutan tanah
bahan timbunan dari lokasi borrow-pit dan/atau galian serta pembuangan sisa
galian dan/atau tanah yang tidak memenuhi syarat sebagai bahan timbunan ke
lokasi pembuangan yang disediakan oleh Penyedia Jasa, paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sebelum dikerjakan kepada PPK untuk mendapatkan persetujuan.
Metoda kerja tersebut dilampiri dengan peta rencana pemindahan tanah secara
mekanis (earth moving work plan) dilengkapi jalur/lintasan jalan untuk
transportasi tanah.
Harga satuan untuk pekerjaan galian dan timbunan yang tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, sudah termasuk biaya untuk angkutan.

2.6. Toleransi Pekerjaan Tanah :


Dimensi, elevasi dan kemiringan pekerjaan tanah setelah selesai dirapikan dapat
diberi toleransi seperti daftar dibawah ini kecuali bila ditetapkan lain oleh
Pengguna Jasa .
(a) Saluran irigasi dan drainasi termasuk bangunan pelengkapnya :
- permukaan dasar : - 5 cm, + 0 cm
- lebar dasar : - 0 cm, + 5 cm
- lebar puncak : - 0 cm, + 5 cm

18
- jalur : ± 5 cm
- kemiringan memanjang : ± 0,1%
(b) Jalan :
- permukaan jalan : - 0 cm, + 5 cm
- lebar jalan : - 0 cm, + 10 cm
- jalur : ± 5 cm
(c) Galian bangunan :
- dasar galian : + 0 cm, - 5 cm

2.7. Uji Laboratorium untuk Bahan dan Pekerjaan Selesai :


Uji laboratorium untuk bahan timbunan dan urugan sebelum pelaksanaan
pekerjaan dan untuk pengendalian mutu selama pelaksanaan pekerjaan harus
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa menggunakan laboratoriumnya di lapangan atau
laboratorium lain yang disetujui Pengguna Jasa dengan disaksikan/diawasi oleh
Pengguna Jasa .
Penyedia Jasa wajib melaksanakan uji SPT (Standard Cone Penetration Test)
pada dasar galian untuk memastikan kesesuaian tanah sebagai fondasi sebelum
dilakukan pengecoran beton.
Hasil uji laboratorium untuk semua bahan bangunan yang akan dipergunakan
untuk pekerjaan harus disampaikan oleh Penyedia Jasa kepada Pengguna Jasa
untuk dikaji dan disetujui.
Uji laboratorium yang akan dikerjakan Penyedia Jasa, metoda baku untuk uji
laboratorium yang akan digunakan dan frekuensi uji laboratorium untuk bahan
bangunan selama pelaksanaan sampai selesainya pekerjaan harus secara rinci
sesuai ketentuan dalam SNI atau sesuai perintah Pengguna Jasa (JIS equivalent)
atau mengikuti tabel sebagai berikut :

Uji laboratorium untuk pekerjaan tanah :


Nilai yang Frekuensi Uji
Uji Laboratorium Metoda Baku
disyaratkan Laboratorium
Specific Gravity ASTM C127 - 1. Sebelum tanah bahan

19
Nilai yang Frekuensi Uji
Uji Laboratorium Metoda Baku
disyaratkan Laboratorium
timbunan digunakan
ASTM C 128 2. Sesudah kejadian:
ASTM D 854 (i) setiap 50.000 m3
JIS 1203 or - atau
Natural Moisture
ASTM ZD 2216- (ii) sekali setiap bulan
Content
51 (iii) perubahan lokasi
Liquid Limit ASTM D423 - borrow-pit
Plasticity Index - > sekitar 15% (iv) setiap ada
Moisture/Density perubahan tanah
ASTM D2216 -
Relationship bahan timbunan
Unconfined
JIS 1216 -
Compression Test
Sesuai petunjuk
Permeability Test
Engineer
1. Setiap 10 km panjang
subgrade atau setiap
seksi/bagian panjang
Untuk jalan.
California Bearing perkerasan 2. Perkerasan Jalan:
AASHTO T193
Ratio (CBR) jalan 30% (i) untuk setiap
minimum sumber material
baru
(ii) paling sedikit sekali
sebulan.
Cone Penetration Pada setiap dasar galian
AASHTO T206 -
Test untuk bangunan
Field Density Test ASTM D1556 * 2 kali sehari (pagi,
> 95% MDD sore) pada setiap

20
Nilai yang Frekuensi Uji
Uji Laboratorium Metoda Baku
disyaratkan Laboratorium
lokasi pekerjaan, atau
* setiap 250 m³
pekerjaan rehabilitasi
saluran, atau
* sesuai perintah PPK

III. PEKERJAAN PASANGAN :


1. RUANG LINGKUP :
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan,
pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran dalam pelaksanaan pekerjaan.
Termasuk dalam lingkup pekerjaan batu antara lain :
- Pasangan batu diikat dengan campuran spesi 1 PC : 2 Pasir
- Plesteran tebal 1,5 cm dengan campuran spesi 1 PC : 2 Pasir
- Siaran dengan campuran spesi 1 PC : 2 Pasir

2. ACUAN NORMATIF :
Standar Nasional Indonesia (SNI).

3. BAHAN MATERIAL
3.1. Bahan Material Batu
Material batu harus berupa batu pecah, berdiameter rata-rata 15-25 cm, keras, kuat,
tahan terhadap perubahan cuaca dan bahan kimia. Batu kapur dan batu cadas tidak
boleh dipergunakan.
Permukaan bahan batuan harus bersih, tidak mengandung bahan organik, tidak
terbungkus tanah atau lumpur atau lumut, serta kandungan lumpur yang ada pada
satuan volume bahan material bahan batu harus < 1%.
Apabila satuan volumen material bahan batu mengandung lumpur > 1%, maka bahan
material batu harus dicuci terlebih dahulu sampai kandungan lumpur yang ada pada
satuan volume bahan material batu < 1 %.

21
Material batu harus mempunyai minimum 2 (dua) bidang sisi yang permukaannya
kasar, agar ada ikatan bidang geser yang kuat antara satu batu dengan yang lain jika
tidak mempergunakan ikatan spesi, atau untuk bidang kontak ikatan spesi yang kuat
antara satu batu dengan yang lainnya jika pasangan batu memakai ikatan spesi.
Bahan material batu pecah yang mempunyai diameter < 10 cm, hanya boleh
dipergunakan sebagai batuan pengisi atau batuan pengunci disela-sela bahan material
batuan utama / pokok.
Bila terdapat batu utuh, bulat atau blondos, maka material batu harus dibelah dahulu
sehingga minimum mempunyai 2 (dua) bidang sisi yang kasar untuk ikatan antara
bahan material batu spesinya.
Ketentuan yang belum diatur dalam spesifikasi ini, harus mengikuti dan mengacu pada
ketentuan SNI-04-1989-F "Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A / Bahan Bangunan
Bukan Logam".

3.2. Bahan Material Pasir atau Agregat Halus


Bahan material pasir yang dipakai, adalah pasir pasang atau pasir beton (untuk
campuran beton) yang tidak boleh mengandung bahan kimia atau organik, harus
keras, tahan terhadap perubahan cuaca dan kandungan lumpur dalam satuan volume
bahan material harus < 3%.
Apabila kandungan lumpur atau bahan lainnya dalam satuan volume bahan material >
3 %, maka satuan volume bahan material pasir harus dicuci terlebih dahulu sampai
kandungan lumpur yang ada didalam satuan volume bahan menjadi < 3%.
Sedangkan persyaratan susunan gradasi bahan material pasir yang boleh dipakai harus
memenuhi kriteria dan standard sebagai berikut :
Tabel Kriteria dan Standart Susunan Gradasi Bahan
Standard prosentase terhadap satuan
Ukuran Saringan
No. berat yang lewat tiap saringan
(mm)
(%)

22
1. 10 100
2. 5 95 - 100
3. 2,5 80 - 100
4. 1,5 50 - 90
5. 0,6 25 - 35
6. 0,3 10 - 35
7. 0,15 2 - 10

Sedangkan test laboratorium untuk material pasir yang harus di-laksanakan oleh
Kontraktor adalah sebagai berikut :

Tabel Test Laboratorium Material Pasir

No. Jenis Test Frequency Test Jumlah Sampel

1. Gradasi Tiap 2 minggu sekali 5


2. Kadar Lumpur Tiap 3 hari sekali 3
3. Berat Volume Tiap 1 bulan sekali 3

Bahan material pasir yang akan dipakai sebagai campuran spesi, pada saat akan
dipakai harus pada kondisi SSD atau "Saturated Surface Dry" atau kondisi permukaan
jenuh air, guna mendapatkan campuran spesi yang baik.
Ketentuan yang belum diatur dalam spesifikasi ini, harus mengikuti dan mengacu pada
ketentuan SNI M-08-1989-F "Metode Pengujian Tentang Analisa Saringan Agregat
Halus dan Kasar" dan SNI S-04-1989-F "Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A / Bahan
Bangunan Bukan Logam".

3.3. Bahan Material Semen


Bahan material semen yang dipakai adalah jenis portland atau yang ada di pasaran,
harus memenuhi standart SNI S-04-1989-F "Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A /
Bahan Bangunan Bukan Logam".

23
Bahan material semen yang penyimpanannya telah berumur lebih dari 3 (tiga) bulan
tidak boleh dipakai.
Bahan material semen yang telah mengeras karena pengaruh cuaca, air atau bahan-
bahan organik lainnya juga tidak boleh dipakai.
Apabila Kontraktor akan menyimpan stock bahan material semen di gudang lapangan
tempat penyimpanan harus kering atau terbebas dari pengaruh air, alas tempat
penyimpanan minimum 30 cm diatas permukaan tanah guna menghindari kelembaban
udara dan tinggi tumpukan semen dalam tempat penyimpanan maximum 3.0 meter.
Urutan penggunaan bahan material semen yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor
selama pelaksanan pekerjaan antara lain :
Tabel Penggunaan Bahan Material Semen
No. Jenis Uji Test Laboratorium Frequency Test Jumlah Sampel
1. Waktu ikat awal dan akhir Tiap 1.000 zak Min 3
2. Berat jenis Tiap 2.500 zak Min 3
3. Berat isi Tiap 2.500 zak Min 3
4. Kehalusan butiran Tiap 1.00 zak Min 3

Metode pengujian bahan material semen di laboratorium harus mengikuti standard SNI
M-150-1990-03 "Metode Pengujian Kehalusan Semen Portland", SNI M-106-1990-03"
Pengujian Berat Jenis Semen Portland" SNI M-113-1990-03 "Metode Pengujian Waktu
Ikat Awal Semen Portland" dan SNI S-04-1989-F "Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A
/ Bahan Bangunan Bukan Logam".

3.4. Bahan Material Air


Bahan material air yang dipergunakan sebagai bahan pencampur spesi, harus air yang
bersih, tidak mengandung lumpur, bahan organik ataupun bahan kimia.

3.5. Pembuatan lubang suling - suling


Bila lubang suling-suling diperlukan untuk membentuk pada suatu tembok atau
bangunan lainnya, maka metode pembetukan lubang suling-suling harus didasarkan
atas persetujuan dari Direksi.

24
Lubang suling-suling yang pertama harus dipasang 500 mm dari atas dasar saluran dan
selanjutnya dipasang setiap 1000 mm ke arah vertikal. Pemasangan secara horisontal
setiap jarak 1000 mm secara selang-seling, terkecuali disyaratkan atau diperintahkan
oleh Direksi Lapangan.
Lubang suling-suling harus dibentuk agak miring terkecuali diperintahkan lain oleh
Direksi.
Terkecuali disyaratkan atau diperintahkan oleh Direksi, lubang suling-suling
berdiameter 50 mm harus ditempatkan pada jarak antara baik horizontal maupun
vertikal tidak lebih dari masing-masing 1000 mm.
Di belakang pipa-pipa suling harus diberi serat/filter dari ijuk atau serabut kepala untuk
mencegah agar tanah / pasir tidak masuk kedalam pipa-pipa suling.

3. PASANGAN BATU BELAH DENGAN SPESI 1 PC : 2 PASIR


3.1. Pelaksanaan Pekerjaan
Sebagai pengikat satu batu dengan batu lainnya, dipergunakan spesi yang merupakan
adukan semen, pasir dan air.
Perbandingan campuran spesi adalah 1 bagian semen : 2 bagian pasir pasang yang
diaduk secara rata dengan air, agar adukan spesi bisa homogen, Kontraktor diwajibkan
memakai mixer.
Waktu pengadukan campuran semen, pasir dan air dengan memakai molen, tidak
boleh lebih dari 10 menit, untuk menghindari terjadinya ikatan awal antara semen dan
pasir didalam mixer.
Tebal lapisan spesi pada permukaan batuan minimum 1,5 cm agar bisa terjadi ikatan
yang kuat antara satu batuan dengan lainnya.
Untuk bangunan dengan pasangan batu yang tingginya lebih dari 1 meter, seperti
dinding penahan tanah, pelindung tebing dan lain sebagainya, tinggi pengerjaan
pasangan batu tidak boleh lebih dari 1 meter.
Penghentian pelaksanaan pasangan, tidak boleh dibuat rata, melainkan harus dibuat
sistem bertangga, agar sambungan pasangan lama dengan pasangan berikut diatasnya
bisa terjadi satu ikatan yang kuat.

25
Sebelum meletakkan pasangan baru diatas pasangan lama, permukaan pasangan lama
harus dibersihkan terlebih dahulu dari segala kotoran, dan setelah bersih permukaan
pasangan lama disiram dengan air semen sebagai bahan pengikat.
Bidang permukaan pasangan batu yang nampak dari luar, permukaan pasangan batu
harus dibuat rata dalam satu bidang.

3.2. Perhitungan Volume dan Pembayaran


Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan jadi
yang telah disetujui oleh Pemilik Pekerjaan, dan diperhitungkan dalam satuan (unit)
m3. Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh Kontraktor sudah harus meliputi
upah tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang dipergunkan, biaya test
laboratorium termasuk pembuatan laporan, "Overhead" dan keuntungan Kontaktor
pada analisa harga satuan pekerjaan.

4. PEKERJAAN PLESTERAN DENGAN SPESI 1 PC : 2 PASIR


4.1. Pelaksanaan Pekerjaan
Campuran spesi plesteran terdiri dari 1 bagian portland semen : 2 bagian pasir pasang
yang diaduk secara merata dengan air, dan agar adukan spesi bisa homogen,
Kontraktor diwajibkan memakai mixer.
Permukaan bangunan yang akan diplester seperti pasangan batu, pasangan batu bata,
pasangan beton dan lain-lain harus dibersihkan dari segala kotoran dan dibuat agak
kasar agar ada ikatan yang kuat antara permukaan bangunan dengan spesi plesteran.
Permukaan plesteran harus dibuat rata bidang, dan permukaanya dilapisi dengan
adukan semen dan air agar bisa halus sempurna.
Untuk menghindari retak-retak rambut pada permukaan plesteran yang sudah selesai
karena susut pengerasan, maka permukaan plesteran yang sudah jadi harus dibasahi
dengan air selama minimum 7 (tujuh ) hari berturut-turut.

4.2. Perhitungan Volume dan Pembayaran

26
Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan jadi
yang telah disetujui oleh Pemilik Pekerjaan, dan diperhitungkan dalam satuan (unit)
m2.
Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh Kontraktor sudah harus meliputi upah
tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang dipergunakan, "Overhead" dan
keuntungan Kontraktor pada analisa harga satuan pekerjaan.

5. PEKERJAAN SIARAN DENGAN SPESI 1 PC : 2 PASIR


5.1. Pelaksanaan Pekerjaan
Spesi pekerjaan siaran barupa campuran adukan 1 bagian portland semen : 2 bagian
pasir halus lolos saringan 0,15 mm dan air secukupnya diaduk sampai merata.
Siaran pada celah-celah pasangan batu, harus betul-betul padat, cekung kedalam,
halus permukaanya dan untuk menghindari retak-retak rambut, pada permukaannya
harus dibasahi air selama 7 (tujuh) hari berturut-turut.

5.2. Perhitungan Volume dan Pembayaran


Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan jadi
yang telah disetujui oleh Pemilik Pekerjaan, dan diperhitungkan dalam satuan (unit)
m2.
Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh Kontraktor sudah harus meliputi upah
tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang dipergunakan "Overhead" dan
keuntungan Kontraktor pada analisa harga satuan pekerjaan.

6. BRONJONG.
6.1. U M U M.
(1) Uraian.
a. Pekerjaan ini terdiri dari membangun keranjang anyaman kawat diisi
batu sebagai Bronjong ditempatkan, pada posisi di atas landasan yang
disetujui yang sesuai dengan rincian yang ditunjukkan pada Gambar
Rercana dan diuraiakan dalam spesifikasi ini.

27
b. Bronjong akan dipasang untuk mendukung dan memantapkan talud
timbunan, kemiringan galian atau kemiringan urugan, serta untuk
menunjang dan melindungi tebing-tebing sungai, kepala jembatan dan
pilar-pilar, gorong-gorong dan bangunan yang sejenis terhadap
gerusan.
(2) Contoh Bahan.
a. Dua contoh bahan yang menggambarkan batu yang diusulkan
digunakan dalam keranjang Bronjong harus diserahkan kepada Direksi
paling sedikit 14 hari sebelum pekerjaan memulai bersama-sama
dengan rincian sumber pengadaan dan hasil data uji sesuai dengan
persyaratan Spesifikasi untuk mutu batu sebagaimana diuraikan dalam
Spesifikasi ini.
b. Contoh keranjang kawat yang digunakan harus disediakan pada waktu
yang sama bersama-sama dengan sertifikat pabrik pembuat.

6.2. BAHAN - BAHAN.


(1) Bronjong.
a. Persyaratan umum akan dibuat dari kawat baja dilapisi seng
(galvanisasi) yang akan dipasok dalam gulungan datar, demi
pengangkatan dan penangananya. Bronjong dipasok dalam berbagai
panjang dan tinggi yang diperlukan oleh gambar rencana atau menurut
perintah Direksi, kecuali dinyatakan lain, ukuran keranjang satuan
standar adalah :
- Lebar = 1 atau 1,5 meter
- Tirggi = 0,50 meter atau 1 meter
- Panjang = 1 meter atau 2 meter sesuai dergan kebutuhan.
b. Kawat Bronjong.
• Kawat tersebut harus baja galvanisasi. Kekuatan tarik dari kawat
harus 4200 kg/cm 2 dengan satu elastisitas minimum 10 % untuk
memungkinkan perpanjangan anyaman tersebut Galvanisasi harus
dengan pelapisan minimum 0,26 kg/m 2.
• Ukuran minimum kawat yang digunakan dalam pabrikasi keranjang
bronjong harus :

28
- Kawat pokok = Ø 3.2 mm
- Kawat keliling dibuat 2 bt. kawat = Ø 5 mm
- Kawat pengikat dan kawat penyambung = Ø 2.1 mm
c. Pabrikasi.
• Bronjong harus berbentuk keranjang persegi dari ukuran yang
diperlukan dan harus dibuat dari kawat yang ditetapkan seperti di
atas.
• Anyaman tersebut harus berbentuk kawat anyaman hexagonal
dianyam dalam pola tiga kali dua bagian dengan bukaan sekitar 30
cm < 60 cm. Sisi-sisi dibentuk menjadi sudut yang disambungkan
secara aman untuk mencegah berai.
(2) Pengisian Bronjong.
a. Batu untuk pengisian bronjong terdiri dari butir-butir batu yang keras,
awet, yang tidak akan merosot kualitasnya bila terendam dalam air
ataupun berhubungan langsung dengan kondisi cuaca yang berubah-
ubah.
b. Butiran-butiran batu pada umumnya bergradasi seragam dalam ukuran
dengan batas beda antara 10 cm dan 20 cm / batu belah dan bronjong
tersebut bila diisi dengan batu akan memiliki berat jenis paling sedikit
1400 kg/m 3..

6.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN.


(1) Persiapan untuk Pemasangan.
Landasan untuk bronjong harus digali dan dibentuk sampai ke garis dan
ketinggian yang benar dan harus disetujui Direksi sebelum penempatan.
(2) Pemasangan Bronjong
a. Keranjang bronjong harus disambung dengan aman oleh pegikatnya
dengan kawat sepanjang seluruh ujung kontak dan harus ditarik
secukupnya sampai bentuk dan alinyemen yang benar untuk menerima
isian batu.
b. Potongan-potongan batu harus dipilih secara hati-hati mengenai
keseragaman ukuran dan harus dipasang dengan tangan untuk
memberikan kerapatan maksimum (dan rongga minimum). Bilamana

29
setiap bronjong diisi sampai setengah jalan, dua kawat ikatan harus
dipasang dari depan ke belakang.
c. Keranjang tersebut akan diisi sedikit berlebihan sebagai cadengan
untuk penurunan dan batu-batu sebelah luar akan disesuaikan demikian
sehingga muka datar batu-batu itu menumpu pada anyaman kawat.
d. Pada penyelesaian pengisian batu, penutup dengan engsel anyaman
kawat akan direnggangkan dengan pengumpil ke atas permukaan atas
dan diikat.
e. Keranjang Bronjong akan ditempatkan dalam lapis-lapis dengan
susunan sambungan vertical.
f. Broniong dibuat / dianyam dengan 4 (empat) lilitan kawat, sis i-sisi segi
enam bronjong dibuat + 7.5 cm.

6.4. PENGENDALIAN MUTU.


Pengendalian muta akan dilaksanakan oleh Direksi seluas yang diperlukan
untuk menjamin bahwa syarat-syarat mutu yang diberikan dalam Spesifikasi ini
dipatuhi. Sejumlah data uji yang cukup harus disediakan oleh Penyedia Jasa
untuk kelulusan dan persetujuan bahan tersebut.

6.5. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN.


(1) Cara Pengukuran Pekerjaan. Volume bronjong yang diukur untuk
pembayaran berupa total jumlah meter kubik bronjong lengkap terpasang
dan dapat diterima. Ukuran yang digunakan antuk perhitungan volume
bronjong adalah ukuran nominal masing-masing keranjang bronjong yang
ditunjukkan dalam Gambar rencana atau menurut perintah dan persetujuan
Direksi.
(2) Dasar Pembayaran.
Volume yang ditentukan sebagaimana diberikan di atas akan dibayar pada
harga kontrak per satuan pengukuran, yang mana harga dan pembayaran
merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan, pabrikasi dan
penempatan semua bahan, termasuk semua galian, persiapan, urugan
kembali, tenaga, peralatan pengujian dan pekerjaan lainnya yang

30
diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan yang memuaskan sebagaimana
diuraikan sebelumnya dalam gambar rencana dan Spesifikasi.

7. PIPA PERESAPAN (SULING-SULING)


7.1. RUANG LINGKUP :
Tembok-tembok penahan, pasangan miring dan tembok-tembok kepala harus
dilengkapi dengan suling-suling. Suling-suling harus dibuat dari pipa PVC dengan diameter
50 mm (2”) dan paling tidak satu buah untuk setiap 2 m² luas permukaan. Setiap ujung
pemasukan suling-suling harus dilengkapi dengan saringan. Suling-suling dipasang
bersamaan dengan pasangan batu / beton dan disisakan 0,20 m keluar sisi belakang
pasangan batu guna pemasangan saringan sebelum diurug. Pada pasangan miring saringan
kerikil juga dibuat bersamaan dengan pasangan batu / beton.

Saringan terdiri atas lapisan ijuk yang dipasang pada ujung pipa menonjol keluar
pasangan, dibungkus dengan krikil atau batu pecah sekeliling pipa setebal 15 cm. Saringan
krikil tersebut dibungkus lagi dengan ijuk untuk membatasi saringan dari tanah asli atau
tanah urug.

7.2. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN.


(1) Cara Pengukuran Pekerjaan.
Volume pipa resapan (suling-suling) yang diukur untuk pembayaran berupa
total jumlah unit lengkap terpasang dan dapat diterima. Ukuran yang
digunakan antuk perhitungan volume pipa resapan (suling-suling) adalah
ukuran nominal masing-masing pipa resapan (suling-suling) yang
ditunjukkan dalam Gambar rencana atau menurut perintah dan persetujuan
Direksi.
(2) Dasar Pembayaran.
Volume yang ditentukan sebagaimana diberikan di atas akan dibayar pada
harga kontrak per satuan unit, yang mana harga dan pembayaran
merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan, pabrikasi dan
penempatan semua bahan, termasuk tenaga dan peralatan pekerjaan
lainnya yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan yang memuaskan

31
sebagaimana diuraikan sebelumnya dalam gambar rencana dan
Spesifikasi.

8. CERUCUK BAMBU
8.1. BAHAN :
Pekerjaan ini mencakup penyediaan cerucuk dengana Ø 10,00 cm dan ditempatkan
sesuai dengan spesifikasi dan sedapat mungkin mendekati gambar menurut penetrasi atau
kedalamannya seagaimana yang diperintahkan direksi pekerjaan.

8.2. PELAKSNAAN
a. Runcingkan bagian ujung bawah cenrcuk kayu agar mudah rnenembus ke dalam
tanah.
b. Pasang perancah atau platform sedemikian rupa sehingga orang dapat dengan
mudah memukul kepala tiang pada ketinggian tertentu.
c. Ratakan bagian ujung tiang yang akan dipukul dan beri topi tiang.
d. Tegakkan tiang cerurcuk dan masukkan sedikit ke dalarn tanah agar dapat
dipukul dengan stabil dan tetap tegak lurus.
e. Pukul tiang dengan palu pemukul atau excavator pada ujung atas cerucuk yang
sudah diberi topi sampai kedalaman rencana.

8.3. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN.


(1) Cara Pengukuran Pekerjaan.
Volume cerucuk yang diukur untuk pembayaran berupa total jumlah satuan
meter lengkap terpasang dan dapat diterima. Ukuran yang digunakan antuk
perhitungan volume cerucuk adalah ukuran nominal masing-masing
cerucuk yang ditunjukkan dalam Gambar rencana atau menurut perintah
dan persetujuan Direksi.
(2) Dasar Pembayaran.
Volume yang ditentukan sebagaimana diberikan di atas akan dibayar pada
harga kontrak per satuan meter, yang mana harga dan pembayaran
merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan bahan, termasuk tenaga
dan peralatan pekerjaan lainnya yang diperlukan untuk penyelesaian

32
pekerjaan yang memuaskan sebagaimana diuraikan sebelumnya dalam
gambar rencana dan spesifikasi.

IV. PEKERJAAN BETON :


1. RUANG LINGKUP :
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan,
pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran dalam pelaksanaan pekerjaan
beton. Pedoman ini mencakup kegiatan pelaksanaan seluruh bangunan beton bertulang,
beton tanpa tulangan, beton pracetak, beton untuk bangunan baja komposit dan
waterstop. Pedoman ini mencakup penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton,
pengadaan penutup beton, lantai kerja dan pemeliharaan pondasi seperti pemompaan
atau tindakan lain untuk mempertahankan agar pondasi tetap kering.

2. ACUAN NORMATIF :
Standar Nasional Indonesia (SNI).

3. ISTILAH DAN DEFINISI :


3.1. Agregat halus adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 0,25 mm
sampai 4 mm.
3.2. Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 4 mm
sampai 31.5 mm.
3.3. Benda uji beton inti adalah benda uji beton berbentuk silinder hasil pengeboran
beton pada bangunan yang sudah dilaksanakan.
3.4. Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrualik yang lain,
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran
tambahan membentuk masa padat.
3.5. Beton ringan adalah beton yang berat izin maksimum 1,9 ton/m3.
3.6. Beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai beberapa
saat karakteristiknya tidak berubah (masih plastis dan belum terjadi pengikatan).
3.7. Beton siklop adalah beton yang terdiri dari campuran mutu beton fc’=14,5 Mpa
dengan batu-batu pecah ukuran maksimum 25 cm.

33
3.8. Construction joint adalah sambungan konstruksi beton.
3.9. Fly ash adalah residu halus yang dihasilkan dari sisa proses pembakaran batu
bara.
3.10. Form in place merupakan salah satu metode perawatan beton dengan tetap
mempertahankan cetakan sebagai dinding penahan pada tempatnya selama
waktu yang diperlukan beton dalam masa perawatan.
3.11. Kaping adalah pemberian lapisan perata pada permukaan bidang tekan benda
uji.
3.12. Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan
benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan
oleh mesin tekan.
3.13. Pozzolan adalah bahan yang mengandung silika atau silika dan alumunium yang
bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada temperatur biasa
membentuk senyawa bersifat cementitious.
3.14. Segregasi adalah terpisahnya antara pasta semen dan agregat dalam suatu
adukan.
3.15. Silica fume adalah bahan pozzolanic yang sangat halus yang mengandung silica
amorf yang dihasilkan dari elemen silica atau senyawa ferro-silica.
3.16. Slump beton adalah besaran kekentalan (viscosity) / plastisitas dan kohesif daro
beton segar.
3.17. Superplasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi air dalam campuran
dengan cukup banyak dan sangat berbeda.

4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN :


Ketentuan dan persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi
teknis pekerjaan beton dan bekisting harus memuat :
4.1. Toleransi :
1) Bangunan Beton :
a) Batas penyimpangan pada gambar-gambar plat, balok mendatar dan
pengganti pagar.
Terlihat : 1 cm setiap 3 m

34
Tertimbun : 5 cm setiap 3 m
b) Penyimpangan dalam dimensi potongan melintang dari kolom, pilar,
lantai, dinding, balok dan sebagainya.
Minus : 1 cm
Plus : 5 cm
c) Penyimpangan pada plat jembatan
Minus : 1 cm
Plus : 2 cm
d) Dasar Pondasi
Penyimpangan ukuran-ukuran dalam perencanaan
Minus : 1 cm
Plus : 5 cm
e) Salah penempatan atau penyimpangan 2% dari lebar dasar pondasi,
terhadap rencana tidak lebih dari 5 cm.
f) Pengurangan ketebalan : 5%
g) Penyimpangan lokasi dan ukuran pada lantai dan dinding yang terbuka
: 5 cm
h) Penyimpangan dari garis unting pada sisi dinding tembok untuk pintu
dan bangunan-bangunan air yang serupa : 0,1%
i) Penempatan tulangan baja
Penyimpangan untuk beton pelindung : 10%
Penyimpangan dari tempat yang seharusnya : 2 cm
j) Perletakan beton pra cetak
Penyimpangan terhadap trase yang seharusnya dibangun 1% dari
panjang beton pra cetak yang ada, dan tidak lebih dari 5 cm
Penyimpangan terhadap elevasi rencana adalah 1% dari panjang
beton pra cetak yang ada, dan tidak lebih dari 5 cm.
Penyimpangan garis unting setiap beton pra cetak yang ditempatkan
vertical tidak boleh lebih dari 1 cm setiap 3 m

4.2. Persyaratan Bahan :

35
1) Bangunan Beton :
a) Semen :
(1) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis
semen portland yang memenuhi SNI. Apabila menggunakan
bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung udara,
maka gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5
%, dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
(2) Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang
boleh digunakan, kecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Jika di
dalam satu proyek digunakan lebih dari satu merk semen, maka
Penyedia Jasa harus mengajukan kembali rancangan campuran
beton sesuai dengan merk semen yang digunakan.
b) Air :
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian
lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti
minyak, garam, asam, basa, gula atau organis.
c) Agregat :
(1) Ketentuan Agradasi Agregat :
- Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi
ketentuan yang diberikan, tetapi bahan yang tidak
memenuhi ketentuan gradasi tersebut harus diuji dan
harus memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan.
- Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga
ukuran agregat terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih
minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan
dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton
harus dicor.
(2) Sifat-sifat Agregat :
- Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang
diperoleh dari pemecahan batu atau koral, atau dari

36
pengayakan dan pencucian (jika perlu) kerikil dan pasir
sungai.
- Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang
ditunjukkan oleh pengujian SNI dan harus memenuhi sifat-
sifat lainnya bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai
dengan prosedur yang berhubungan.

4.3. Persyaratan Kerja :


1) Pengajuan Kesiapan Kerja :
a) Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang
akan digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang
memenuhi seluruh sifat bahan sesuai dengan Pasal ini.
b) Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran untuk
masing-masing mutu beton yang akan digunakan, 30 hari sebelum
pekerjaan pengecoran beton dimulai.
c) Penyedia Jasa harus menyerahkan secara tertulis seluruh hasil
pengujian pengendalian mutu sesuai dengan ketentuan kepada
Direksi Pekerjaan sehingga data tersebut selalu tersedia apabila
diperlukan.
d) Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan pada umur 7
hari, 14 hari, dan 28 hari setelah tanggal pencampuran dengan
volume beton minimal 50 m3.
e) Penyedia Jasa harus mengirimkan gambar detail dan perhitungan
terinci untuk seluruh perancah yang akan digunakan, dan harus
memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap
pekerjaan perancah dimulai.
f) Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis
mengenai rencana pelaksanaan pencampuran atau pengecoran setiap
jenis beton untuk mendapatkan persetujuannya paling sedikit 24 jam
sebelum tanggal pelaksanaan, seperti yang disyaratkan disertai

37
dengan metode pengecoran, kapasitas peralatan yang digunakan,
tanggung jawab personil dan jadwal pelaksanaannya.

2) Penyimpanan dan Perlindungan Bahan :


a) Untuk penyimpanan semen, Penyedia Jasa harus menyediakan
tempat yang terlindung dari perubahan cuaca dan diletakkan di atas
lantai kayu dengan ketinggian tidak urang dari 30 cm dari permukaan
tanah serta ditutup dengan lembaran plastik (polyethylene) selama
penyimpanan dan tidak lebih dari 3 bulan sejak disimpan dalam
tempat penyimpanan di lokasi pekerjaan. Semen tidak boleh
ditumpuk melebihi melebihi 8 sak ke arah atas.
b) Penyedia Jasa harus menjaga kondisi tempat kerja terutama tempat
penyimpanan agregat, agar terlindung dan tidak langsung terkena
sinar matahari dan hujan pepanjang waktu pengecoran.
c) Penyimpanan agregat harus dilakukan sedemikian rupa sehingga jenis
agregat atau ukuran yang berbeda tidak tercampur.

3) Kondisi Tempat Kerja :


Setiap pelaksanaan pengecoran beton harus terlindung dari sinar matahari
secara langsung.

4) Pencampuran dan Penakaran :


a) Rancangan Campuran :
Proporsi bahan dan berat penakaran harus berdasarkan hasil tes
campuran.
b) Campuran Percobaan :
Penyedia Jasa harus membuat dan menguji campuran percobaan
dengan rancangan campuran serta bahan yang diusulkan dengan
disaksikan oleh Direksi Pekerjaan, yang menggunakan jenis instalasi
dan peralatan sebagaimana yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan.

38
5) Permukaan Tampak :
a) Semua permukaan beton yang telah selesai harus terlihat padat
bersih dan tidak keropos.
b) Semua permukaan yang tampak harus rata atau bulat.
c) Pekerjaan plesteran pada permukaan beton tidak diijinkan dan setiap
beton yang kelihatan cacat harus dibongkar hingga kedalaman
tertentu dan diganti atau diperbaiki dengan cara seperti yang
diinginkan oleh Direksi Pekerjaan atas biaya Penyedia Jasa.

6) Blockout :
a) Blockout harus dibuat jika akan memasang bagian–bagian bangunan
dari pekerjaan besi. Permukaan dimana beton block (blockout) akan
dibuat, dikasarkan, dibersihkan, dan dijaga agar tetap lembab untuk
paling sedikit 4 jam. Sesudah permukaan demikian disetujui Direksi
Pekerjaan, maka pekerjaan logam dan lainnya seperti tersebut diatas,
dapat dilaksanakan. Penyedia Jasa dapat memasang tulangan (jika
diperlukan) dan adukan beton dengan 500 kg semen atau lebih per
meter kubik, atau beton dari tipe yang sama.
b) Pada saat pengisian beton blockout, haruslah dilakukan berhati–hati,
harus bersatu dengan beton lama, mempunyai ikatan yang baik
dengan beton lama dan semua pekerjaan besinya.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN :
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan beton dan bekisting harus memuat :
5.1. Pembetonan :
a) Penyiapan tempat kerja :
(i) Penyedia Jasa harus membongkar bangunan lama yang akan
diganti dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar
untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang

39
baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan dalam dari Spesifikasi ini.
(ii) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi
atau formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang
ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan
dalam Spesifikasi ini, dan harus membersihkan serta menggaru
tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga
dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan.
Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk
menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan
mudah dan aman
(iii) Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan
beton harus dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh
dicor di atas tanah yang berlumpur, bersampah atau di dalam
air. Apabila beton akan dicor di dalam air, maka harus dilakukan
dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran
seperti pada dasar sumuran atau cofferdam dan atas
persetujuan Direksi Pekerjaan.
(iv) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan
dan benda lain yang harus berada di dalam beton (seperti pipa
atau selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga
tidak bergeser pada saat pengecoran.
(v) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka
bahan lantai kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai
dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.
(vi) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan
untuk pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja
tulangan atau pengecoran beton.
(vii) Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, maka Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk

40
mengubah dimensi atau kedalaman pondasi dan/atau menggali
dan mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah
pondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
(viii) Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari
resiko terkena air hujan dengan memasang tenda seperlunya.
Direksi Pekerjaan berhak menunda pengecoran sebelum tenda
terpasang dengan benar. Penyedia Jasa juga harus memastikan
lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang atau
muka air tanah dengan penanganan seperlunya.

b) Bekisting Kayu termasuk Pembongkaran :


Sebelum pekerjaan beton dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan
pekerjaan bekisting / cetakan supaya memperoleh bentuk konstruksi
yang diinginkan.
A. Ketentuan dalam pelaksanaan bekisting/cetakan :
1. Bekisting harus sesuai dengan berbagai bentuk, bidang –
bidang, batas – batas dan ukuran dari beton yang diinginkan
sebagaimana pada gambar – gambar atau seperti yang
ditetapkan oleh Direksi.
2. Penyedia jasa harus menyerahkan kepada Direksi semua
perhitungan dan gambar rencana bekistingnya untuk
mendapat persetujuan bilamana diminta Direksi, sebelum
pekerjaan dilapangan dimulai. Dalam hal bekisting ini,
walaupun Direksi telah menyetujui untuk digunakan suatu
rencana bekisting dari penyedia jasa , segala sesuatunya yang
diakibatkan oleh bekisting tadi tetap sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penyedia jasa.
3. Material untuk bekisting dapat dibuat dari kayu, besi, atau
material lain yang disetujui direksi. Kesemua tipe material tadi
bila digunakan tetap harus memenuhi kebutuhan untuk bentuk,

41
ukuran, kwalitas dan kekuatan, sehingga didapat hasil beton
yang halus, rata, dan sesuai dimensi yang direncanakan.
4. Bekisting harus benar-benar menjamin agar air yang
terkandung dalam adukan beton tidak hilang atau berkurang.
Pengerjaan bekisting harus sedemikian rupa sehingga
hubungan papan bekisting terjamin rapat dan tidak akan
menimbulkan kebocoran. Konstruksi bekisting harus cukup
kaku, dengan pengaku-pengaku (bracing) dan pengikat (ties)
untuk mencegah terjadinya pergeseran ataupun perubahan
bentuk yang diakibatkan gaya-gaya yang mungkin bekerja pada
bekisting tadi. Hubungan-hubungan antara bagian bekisting
harus menggunakan alat-alat yang memadai agar didapat
bentuk dan kekakuan yang baik. Pengikatan bagian bekisting
harus dilakukan horizontal dan vertikal. Semua bekisting harus
direncanakan agar dalam proses pembukaan tanpa memukul
atau merusak beton. Untuk pengikatan dalam beton harus
menggunakan batang besi dan murnya.
5. Bila diperkirakan akan terendam air, penyedia jasa harus
membuat bekisting kedap air dengan melapisinya
menggunakan bahan yang tidak tembus air sesuai petunjuk
direksi.
6. Semua material yang selesai digunakan sebagai bekisting harus
dibersihkan dengan teliti sebelum digunakan kembali, dan
bekisting yang telah digunakan berulang kali dan kondisinya
sudah tidak dapat diterima Direksi, harus segera disingkirkan
untuk tidak dapat dipergunakan lagi atau bilamana mungkin
diperbaiki agar kembali sempurna kondisinya.
7. Bila dipakai bekisting multiplek atau tripleks maka permukaan
harus cukup rata dan tebal yang dipakai minimal adalah 10 mm
dengan perkuatan balok kayu 5/7 cm dengan jarak maksimal
40 cm dan pemakaiannya maksimum 3 kali. Kayu yang dipakai

42
adalah kayu kelas II yang sesuai dengan persyaratan PPKI
1970 atau kayu lokal yang setaraf. Semua pekerjaan sudut-
sudut beton, bilamana tidak dinyatakan lain dalam gambar
harus ditakik 25 mm.
8. Konstruksi dari bekisting, seperti sokongan-sokongan perancah
dan lain-lain yang memerlukan perhitungan harus diajukan dan
disetujui Direksi.
9. Bagian dalam dari bekisting besi dan kayu boleh dipoles dengan
non-staining mineral oil dengan sepengetahuan Direksi.
Pelumasan tadi harus dilakukan dengan hati-hati agar cairan
tadi tidak mengenai bidang dasar pondasi dan juga pembesian.
10. Bekisting kayu bilamana tidak dipoles minyak seperti tersebut
diatas, harus dibasahi hingga benar-benar basah sebelum
pengecoran beton.
11. Sebelum pengecoran dimulai, bagian dalam dari bekisting harus
bersih dari kotoran dan kering dari air.
12. Pembersihan dan pengeringan harus sedemikian rupa hingga
terjamin mutu beton yang baik. Finishing beton bertulang
sejauh mungkin dihindari dan perataan permukaan beton harus
dilakukan sesuai petunjuk Direksi.
Pembongkaran bekisting :
Secara umum, kecuali dinyatakan lain oleh Direksi, semua
bekisting harus disingkirkan dari permukaan beton ketika kekuatan
beton telah mencukupi. Untuk memungkinkan tidak terganggunya
kemajuan pekerjaan dan dapat dengan segera dilakukan langkah
perbaikan bila perlu, bekisting harus secepatnya dibongkar segera
setelah beton mempunyai kekerasan dan kekuatan seperlunya.
Bekisting untuk bagian atas dari bidang beton yang miring, harus
segera dibongkar segera setelah beton mempunyai kekakuan
untuk mencegah berubahnya bentuk permukaan beton. Bilamana
diperlukan perbaikan pada bidang atas beton yang miring, maka

43
perbaikan tadi harus sesegera mungkin, dan dilanjutkan dengan
langkah-langkah penjagaan pada proses pengerasan beton
(curing).

B. Perhitungan dan Pembayaran :


Volume pekerjaan begisting dan pembongkarannya dihitung sesuai
dan berdasarkan gambar pelaksanaan yang telah disetujui oleh
Pengguna Jasa, dan diperhitungkan dalam satuan (Unit) M 2.
Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus
meliputi Upah tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang
digunakan, Biaya umum dan keuntungan.

c) Pencampuran Beton :
(i) Perbandingan Campuran
. Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi baik, air
dan bahan additive bila diperlukan, dicampurkan bersama –
sama dan digunakan untuk menghasilkan kekuatan yang
diharapkan.
(ii). Beton diklasifikasikan berdasarkan tekanan pada 7 hari dan
umur 28 hari dengan ukuran maksimum agregat dan dibuat
mengikuti tabel di bawah ini :

Tabel 1 Klasifikasi Beton berdasarkan Besarnya Tekanan :


Kuat Kuat Ukuran Nilai factor Perkiraan
Tekan Tekan agregat air semen kebutuhan
Tipe Campuran umur 7 umur 28 maksimum maksimum semen
Beton hari hari (mm) (%) (kg/m3)
(kg/ (kg/cm2)
cm2)
AR fc’ = 26,4 195 300 20 50 413
MPa (K-300)

44
A fc’ = 19,3
Mpa (K-225) 147 225 40 (20) 50 371
B fc’ = 14,5
Mpa (K-175) 114 175 40 50 326
C fc’ = 9,8
MPa (K-125) 62 125 40 57 276
D fc’ = 7,4
MPa (K-100) 65 100 40 60 247

Tabel 2 Klasifikasi Jenis Beton :

Tipe Uraian

AR Beton bertulang untuk melapis permukaan lantai bendung,


mercu dan tembok bendung.
A Beton, pipa beton pra cetak, tiang beton pra cetak dan
sebagainya.
B Beton bertulang untuk bangunan lainnya dan linning beton.
C Beton tumbuk.
D Beton tumbuk untuk lantai kerja dan pengisi.
E Beton cyclop K-175 per m3 dengan perbandingan 0,60 m3
beton K-175 dan batu kali 0,44 m3 (karena ada faktor
kehilangan) digunakan untuk bagian tertentu di konstruksi
pelimpah maupun lainnnya (sesuai design).

(iii). Proporsi campuran untuk masing–masing klas beton diatas akan


diberikan oleh Direksi, berdasarkan hasil–hasil test percobaan
campuran yang dikerjakan Penyedia Jasa.

45
(iv). Penyedia Jasa dapat merubah proporsi dari waktu ke waktu
untuk mendapatkan kepadatan maksimum dari beton,
kemudahan pengerjaan, kekentalan dan kekuatan dengan faktor
air semen yang sekecil mungkin dengan persetujuan Direksi
tidak ada tambahan biaya atas perubahan tersebut.
(v). Kandungan air di dalam beton akan diatur oleh Direksi, dalam
batas yang ditetapkan untuk mendapatkan faktor air semen
pada beton dengan kekentalan yang benar. Tidak
diperkenankan penambahan air untuk mengatasi mengerasnya
beton sebelum ditempatkan. Keseragaman kekentalan beton
pada setiap adukan adalah perlu. Slump dari pada adukan beton
harus mengikuti tabel di bawah ini, setelah beton diendapkan.

Tabel 3 Nilai Slump Beton :


Tipe Tipe Konstruksi Besaran Nilai Slum
Campuran
AR Mercu lantai dan tembok 7,5 – 2,5
bendung.
A Unit beton pra cetak 12,5 – 5,0
Plat dan balok jembatan
Klas I dan Klas II. 15,0 – 7,5
B Plat, dinding, balok dari
tembok dan dermaga. 12,5 – 5,0
Talud pada transisi. 5,0 – 2,5
C Konstruksi massal. 7,5 – 2,5
D Trotoar, gorong-gorong 7,5 – 5,0
pondasi 9,0 – 2,5

d) Penakaran
(i). Penyedia Jasa harus menyediakan alat penakar yang disetujui
Direksi.

46
Pekerjaan dan harus memelihara serta mengoperasikan
peralatan seperti yang diperlukan agar secara tepat mengontrol
dan menentukan jumlah dari masing–masing bahan yang
dicampurkan, sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.
(ii). Peralatan harus mampu memproduksi beton sebanyak 1 (satu)
hingga 5 (lima) meter kubik atau lebih per jam secara
keseluruhan dengan mencampurkan agregat, semen, bahan
additive (bila perlu), dan air menjadi suatu campuran yang
merata tanpa pemisahan–pemisahan. Juga mampu
mengimbangi perubahan–perubahan kadar air dari agregat,
serta merubah berat material–material yang ikut tercakup.
(iii). Jumlah masing–masing bahan yang membentuk beton tersebut
dapat ditentukan dengan timbangan kecuali jumlah air yang
diukur dengan takaran. Meskipun demikian material beton dapat
juga diukur secara volume, bilamana disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
(iv). Penyedia Jasa juga harus menyediakan penguji berat yang
standar dan peralatan lain yang diperlukan untuk mengecek
operasi dan tiap–tiap skala pengukuran pengaduk tersebut,
serta melakukan pengujian periodik terhadap perubahan harga
pengukuran dalam pekerjaan–pekerjaan adukan.

e) Mesin Pengaduk Beton :


(i). Material beton harus dimasukkan dalam pengaduk yang
berpenakar dalam waktu yang tidak lebih dari satu setengah
menit, kecuali sejumlah air yang diperlukan sudah ada dalam
alat pengaduk tersebut.
(ii). Seluruh air pencampur harus diberikan sebelum seperempat
waktu pencampuran terlampaui. Waktu pencampuran adukan
yang volumenya lebih besar dari 0,75 m3 harus ditambah
seperempat menit pada setiap penambahan 0,5 m3 .

47
(iii). Alat pencampur beton tidak boleh dibebani volume yang
melebihi kapasitas maksimum, atau dioperasikan melebihi
kecepatan yang dianjurkan pabrik pembuatnya. Alat tersebut
dapat menghasilkan beton dengan kekentalan dan warna yang
merata secara menerus dan disetujui Direksi Pekerjaan.
(iv). Semua peralatan pencampur harus selalu dibersihkan sebelum
melakukan pekerjaan. Pencampuran pertama setelah
pembersihan, tidak boleh digunakan dalam pekerjaan. Blades
penumbuk yang ada dalam alat pencampur perlu diganti bila
telah aus menjadi 2 cm.

f) Truk Pencampur :
(i). Material beton juga dicampur di dalam truk pencampur. Drum–
drum yang ada pada truk pencampur harus berputar dengan
kecepatan yang dianjurkan oleh Pabrik
(ii). Operasi pencampuran dapat dimulai dalam waktu 30 menit
setelah bahan–bahan pencampur tersebut berada di dalam
pencampur, setelah itu beton dapat diangkut menuju tempat
pekerjaan dan satu jam setelah penambahan air pengecoran
harus selesai.
(iii). Pada saat cuaca panas atau pada kondisi adukan beton yang
cepat mengeras, waktu pencampuran harus kurang dari 1 jam,
sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.

g) Mencampur Beton dengan Tenaga Manusia :


(i). Pekerjaan mencampur beton dengan manual tidak diijinkan
kecuali jika situasi tidak memungkinkan untuk menggunakan
mesin pencampur setelah mendapat persetujuan Direksi
Pekerjaan.
(ii). Dalam keadaan seperti itu, beton harus diaduk dengan tangan,
sedekat mungkin ke lokasi dimana beton akan ditempatkan.

48
Harus dilakukan dibak pengaduk yang bersih dan kedap air. Jika
bak dibuat dari kayu, maka sela–sela kayu harus ditutup agar
tidak ada kehilangan air dari adukan.
(iii). Semua agregat dan semen harus diaduk–aduk dalam keadaan
kering sekurang–kurangnya 3 kali. Kemudian air ditambahkan
berangsur-angsur dipuncak adukan, selanjutnya agregat kembali
diaduk dalam keadaan basah, sekurang–kurangnya 3 (tiga) kali
sebelum adukan diangkat ketempat pengecoran.

5.2. Pengecoran :
a) Pelaksanaan Pengecoran :
(i). Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara
tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran
beton, atau meneruskan pengecoran beton jika pengecoran
beton telah ditunda lebih dari 6 jam (final setting).
(ii) Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu
beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi
Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan
tersebut dan akan memeriksa acuan, tulangan dan
mengeluarkan persetujuan tertulis untuk memulai pelaksanaan
pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh
melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari
Direksi Pekerjaan.
(iii) Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah
diterbitkan, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan jika
Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan
operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan
(iv). Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus
dibasahi dengan air atau diolesi pelumas di sisi dalamnya yang
tidak meninggalkan bekas.

49
(v). Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa hingga
penempatan dan penanganannya mudah dilakukan tanpa
adanya pemisahan butiran.
(vi). Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan
tertentu, berurutan mulai dari bawah. Agar lapisan yang baru
dapat menyatu dengan lapisan dibawahnya, adukan beton
digetar dari lapisan bawah dengan alat penggetar (vibrator).
(vii). Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan
besi tulangan dan bagian – bagian yang ditanam, cetakan dan
perancah belum diperiksa dan disetujui Direksi Pekerjaan secara
tertulis.
(viii). Dalam pengecoran beton bertulang, harus dijaga jangan
sampai terjadi pemisahan butiran. Apabila bentuk tulangan pada
dasar cetakan cukup rapat, dicor terlebih dahulu lapisan selimut
beton setebal 3 cm, dengan spesi yang sama dengan yang
dibutuhkan oleh beton diatasnya.
(ix) Jika pengecoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih dari
yang ditentukan oleh Direksi, kelebihan ini harus segera
dibuang. Semua pengecoran harus selesai dalam waktu 60
menit telah keluar dari mesin pengaduk, kecuali jika ditentukan
lain oleh Direksi.
(x). Beton jangan dicor di dalam atau pada aliran kecuali jika
ditentukan atau disetujui sebelumnya. Air yang mengumpul
selama pengecoran harus segera dibuang. Beton jangan dicor
diatas beton lain yang baru saja dicor selama lebih dari 30
menit, kecuali jika ada konstruksi sambungan yang akan
ditentukan kemudian.
(xi). Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan
harus ditempatkan pada posisi yang benar secara vertikal
maupun horizontal, dengan permukaan dibuat kasar atau
bergerigi untuk menahan gesekan dan membentuk ikatan

50
sambungan beton berikutnya, seperti yang diinginkan oleh
Direksi Pekerjaan .
(xii). Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat
kasar atau disambungkan untuk menyingkap agregat.
Permukaan beton harus tetap lembab dan dilindungi dengan
mortel semen (perbandingan berat) 1 : 2 setebal 1 cm.
(xiii) Beton harus dicor pada posisi dan urutan – urutan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar, atau atas petunjuk Direksi
Pekerjaan. Beton yang dicor ditempatkan langsung pada
cetakannya sedemikian rupa untuk menghindari pemisahan
butiran dan penggeseran tulangan beton, acuan, atau bagian –
bagian yang tertanam, serta membentuk lapisan – lapisan yang
tidak lebih tebal dari 40 cm padat.
(xiv) Pengecoran harus secara menerus hingga mencapai sambungan
ditentukan pada gambar atau menurut petunjuk Direksi
Pekerjaan.
(xv) Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan
kereta dorong lebih tinggi dari 1,5 m kecuali jika diijinkan oleh
Direksi Pekerjaan untuk menjatuhkan ketempat penampungan
sementara dan kemudian diambil lagi dengan sekop sebelum
dicorkan.
(xvi) Pengecoran beton tumbuk/lantai kerja dikerjakan pada urutan
sebelumnya atau mengikuti petunjuk Direksi dan harus
dikerjakan secara menerus sampai dengan selesai. Bila perlu
Penyedia Jasa harus bekerja lembur untuk mencapai target
tersebut.

b) Pemadatan :
(i). Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam
atau dari luar acuan yang telah disetujui. Jika diperlukan dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, penggetaran harus disertai

51
penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk
menjamin kepadatan yang tepat dan memadai. Alat penggetar
tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari
satu titik ke titik lain di dalam acuan.
(ii). Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan
semua sudut, di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar
terisi tanpa menggeser tulangan sehingga setiap rongga dan
gelembung udara terisi.
(iii). Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi
pada hasil pemadatan yang diperlukan.
(iv). Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan
sekurang- kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat
efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas acuan supaya dapat
menghasilkan getaran yang merata.
(v). Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk
memadatkan beton di dalam acuan harus vertikal sedemikian
hingga dapat melakukan penetrasi sampai kedalaman 10 cm
dari dasar beton yang baru dicor sehingga menghasilkan
kepadatan yang menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila alat
penggetar tersebut akan digunakan pada posisi yang lain maka,
alat tersebut harus ditarik secara perlahan dan dimasukkan
kembali pada posisi lain dengan jarak tidak lebih dari 45 cm.
Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 15
detik atau permukaan beton sudah mengkilap.
(vi). Jumlah minimum alat penggetar mekanis
(vii). Apabila kecepatan pengecoran 20 m3 /jam, maka harus
digunakan alat penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar
dari 7,5 cm.
(viii). Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai
sebelum terjadi waktu ikat awal (initial setting).

52
5.3. Pengerjaan Akhir :
a) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa) :
- Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan
segera setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat
atau logam yang telah digunakan untuk memegang acuan, dan
acuan yang melewati badan beton, harus dibuang atau dipotong
kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton.
Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh
sambungan cetakan harus dibersihkan.
- Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera
setelah pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan
penambalan atas kekurang sempurnaan minor yang tidak akan
mempengaruhi bangunan atau fungsi lain dari pekerjaan beton.
Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan
lekukan dengan adukan semen.
- Jika Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat
keropos, pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh
(sound), membentuk permukaan yang tegak lurus terhadap
permukaan beton.
Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan pasta (semen dan
air, tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang.
Selanjutnya lubang harus diisi dengan adukan yang kental yang
terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir dan
dipadatkan. Adukan tersebut harus dibuat dan didiamkan sekira
30 menit sebelum dipakai agar dicapai penyusutan awal, kecuali
digunakan jenis semen tidak susut (non shrinkage cement).

b) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus) :


Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir
berikut ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan :

53
- Bagian atas pelat, kerb, dan permukaan horisontal lainnya
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru
dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta
ketinggian
yang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus
diselesaikan secara manual sampai rata dengan menggerakkan
perata kayu secara memanjang dan melintang, atau dengan
cara lain yang sesuai sebelum beton mulai mengeras.
- Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti
untuk trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan
penyapuan, atau cara lain sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan, sebelum beton mulai mengeras.
- Permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau yang
masih belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak
kasar (medium), dengan menempatkan sedikit adukan semen
pada permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir
halus yang dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan
untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan
sampai seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan
hilang, dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh permukaan
yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini harus
dibiarkan tertinggal di tempat.

c) Perawatan Beton :
(1) Perawatan dengan Pembasahan
(i). Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari
pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan
gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan
kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh
temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan

54
untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada
semen dan pengerasan beton.
(ii). Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton
mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah)
dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat
menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini yang harus
dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 7 hari. Semua
bahan perawatan atau lembaran bahan penyerap air harus
menempel pada permukaan yang dirawat.
(iii). Jika acuan kayu tidak dibongkar maka acuan tersebut
harus dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan
dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-
sambungan dan pengeringan beton.
(iv). Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis
aus harus dirawat setelah permukaannya mulai mengeras
(sebelum terjadi retak susut basah) dengan ditutupi oleh
lapisan pasir lembab setebal 5 cm paling sedikit selama 21
hari.
(v). Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang
tinggi, harus dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70
% dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.
(2) Perawatan dengan Uap :
(i). Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan
kekuatan awal yang tinggi, tidak diperkenankan
menggunakan bahan tambahan kecuali atas persetujuan
Direksi Pekerjaan.
(ii). Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus
sampai waktu dimana beton telah mencapai 70 % dari
kekuatan rancangan beton berumur 28 hari. Perawatan
dengan uap untuk beton harus mengikuti ketentuan di
bawah ini :

55
- Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan
beton tidak boleh melebihi tekanan luar.
- Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton
tidak boleh melebihi 380 C selama 2 jam sesudah
pengecoran selesai, dan kemudian temperatur
dinaikkan berangsur-angsur sehingga mencapai 650
C dengan kenaikan temperatur maksimum 140 C /
jam secara bertahap.
- Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam
ruangan uap tidak boleh melebihi 5,50C.
- Penurunan temperatur selama pendinginan
dilaksanakan secara bertahap dan tidak boleh lebih
dari 110 C per jam.
- Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan
dari ruang penguapan tidak boleh lebih dari 110C
dibanding udara luar.
- Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu
jenuh dengan uap air.
- Semua bagian bangunanal yang mendapat
perawatan dengan uap harus dibasahi selama 4 hari
sesudah selesai perawatan uap tersebut.
(iii). Penyedia Jasa harus membuktikan bahwa peralatannya
bekerja dengan baik dan temperatur di dalam ruangan
perawatan dapat diatur sesuai dengan ketentuan dan tidak
tergantung dari cuaca luar.
(iv). Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok
harus dilindungi secukupnya agar beton tidak terkena
langsung semburan uap, yang akan menyebabkan
perbedaan temperatur pada bagian-bagian beton.
(3) Perawatan dengan Cara Lain :
(i). Membran cair :

56
Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan
beton segera esudah air meningggalkan permukaan
(kering), terlebih dahulu setelah beton dibuka cetakannya
dan finishing dilakukan. Jika seandainya hujan turun maka
harus dibuat pelindung sebelum lapisan membran cukup
kering, atau seandainya lapisan membran rusak maka
harus dilakukan pelapisan ulang lagi.
(ii). Selimut kedap air :
Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan
beton dengan bahan lembaran kedap air yang bertujuan
mencegah kehilangan kelembaban ari permukaan beton.
Beton harus basah pada saat lembaran kedap air ini
dipasang. Lembaran bahan ini aman untuk tidak
terbang/pindah tertiup angin dan apabila ada
kerusakan/sobek harus segera diperbaiki selama periode
perawatan berlangsung.
(iii) Form-In-Place :
Perawatan yang dilakukan dengan tetap mempertahankan
cetakan sebagai dinding penahan pada tempatnya selama
waktu yang diperlukan beton dalam masa perawatan.

6. PENGENDALIAN MUTU :
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan beton, bekisting dan waterstop harus memuat :
6.1. Penerimaan bahan :
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila diperlukan)
harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/
memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah
diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan pada Pekerjaan
Beton dan Bekisting.
6.2. Pengawasan :

57
Direksi pekerja harus menempatkan seorang personal khusus yang mempunyai
keahlian untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai dengan persyaratan kerja.
6.3. Perencanaan Campuran :
1) Ketentuan Sifat-sifat Campuran :
a) Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan (misalnya
dinyatakan dengan nilai “slump”) seperti yang diusulkan tidak boleh
digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam
beberapa hal menyetujui penggunaannya secara terbatas. Kelecakan
(workability) dan tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga
beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga, celah,
gelembung udara atau gelembung air, dan sedemikian rupa sehingga
pada saat pembongkaran acuan diperoleh permukaan yang rata,
halus dan padat.
b) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat
tekan yang disyaratkan, atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan
SNI.
c) Jika pengujian beton umur 7 hari menghasilkan kuat tekan beton di
bawah kekuatan yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa tidak
diperkenankan mengecor beton lebih lanjut, sampai penyebab dari
hasil yang rendah tersebut diketahui dengan pasti dan diambil
tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton berikutnya
memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi.
Kuat tekan beton umur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang
disyaratkan harus dipandang sebagai pekerjaan yang tidak dapat
diterima dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki sebagaimana
disyaratkan di atas. Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang
disyaratkan jika hasil pengujian serangkaian benda uji dari suatu
bagian pekerjaan yang dilaksanakan lebih kecil dari kuat tekan beton
karakteristik yang diperoleh dari rumus yang diuraikan.

58
d) Direksi Pekerjaan dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau
memerintahkan Penyedia Jasa untuk mengambil tindakan perbaikan
dalam meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian kuat
tekan beton umur 3 hari. Dalam keadaan demikian, Penyedia Jasa
harus segera menghentikan pengecoran beton yang diragukan tetapi
dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton
umur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan,
pada waktu tersebut Direksi Pekerjaan akan menelaah kedua hasil
pengujian umur 3 hari dan 7 hari, dan dapat segera memerintahkan
tindakan perbaikan yang dipandang perlu.
e) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan
dapat mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton.
Tindakan tersebut tidak boleh berdasarkan pada hasil pengujian kuat
tekan beton umur 3 hari saja, kecuali bila Penyedia Jasa dan Direksi
Pekerjaan sepakat dengan perbaikan tersebut.
2) Penyesuaian Campuran :
a) Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability)
Jika sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula
dirancang sulit diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan
perubahan rancangan agregat, dengan syarat dalam hal apapun
kadar semen yang semula dirancang tidak berubah, juga rasio
air/semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian yang
menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak dinaikkan.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara
menambah air atau oleh cara lain tidak diijinkan. Bahan tambahan
untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila telah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
b) Penyesuaian Kekuatan :
Jika beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar
semen dapat ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan
dengan syarat disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

59
c) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru :
Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan
tanpa pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan. Bahan baru
tidak boleh digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan
tersebut secara tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan
atas hasil pengujian campuran percobaan baru yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa.
d) Bahan Tambahan (admixture) :
Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka Penyedia Jasa harus
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Jenis dan takaran
bahan tambahan yang akan digunakan untuk tujuan tertentu harus
dibuktikan kebenarannya melalui pengujian campuran di
laboratorium. Ketentuan mengenai bahan tambahan ini harus
mengacu pada SNI.
Bila akan digunakan bahan tambahan berupa butiran yang sangat
halus, sebagian besar berupa mineral yang bersifat cementious
seperti abu terbang (fly ash), mikrosilika (silicafume), atau abu slag
besi (iron furnace slag), yang umumnya ditambahkan pada semen
sebagai bahan utama beton, maka penggunaan bahan tersebut harus
berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa
hasil kuat tekan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang
diinginkan pada Gambar Rencana dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
Dalam hal penggunaan bahan tambahan dalam campuran beton,
maka bahan tersebut ditambahkan pada saat pengadukan beton.
Bahan tambahan ini hanya boleh digunakan untuk meningkatkan
kinerja beton segar (fresh concrete).
Penggunaan bahan tambahan ini dilakukan dalam hal-hal sebagai
berikut :
- Meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah
air;

60
- Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa
mengurangi kelecakan;
- Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
- Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan
beton;
- Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton;
- Mengurangi kecepatan terjadinya slump loss;
- Mengurangi susut beton atau memberikan sedikit
pengembangan volume beton (ekspansi);
- Mengurangi terjadinya bleeding;
- Mengurangi terjadinya segregasi.
Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras, bahan
tambahan campuran beton bisa digunakan untuk keperluan-keperluan
sebagai berikut :
- Meningkatkan kekuatan pada beton muda ;
- Mengurangi atau memperlambat panas hidrasi pada proses
pengerasan beton, terutama untuk beton dengan kekuatan awal
yang tinggi;
- Meningkatkan kinerja pengecoran beton di dalam air atau di
laut;
- Meningkatkan keawetan jangka panjang beton;
- Meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas
beton);
- Mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat;
- Meningkatkan daya lekat antara beton baru dan beton lama;
- Meningkatkan daya lekat antara beton dan baja tulangan;
- Meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi dan tumbukan.
Walaupun demikian, penggunaan aditif dan admixture perlu dilakukan
secara hati-hati dan dengan takaran yang tepat sesuai manual
penggunaannya, serta dengan proses pengadukan yang baik, agar
pengaruh penambahannya pada kinerja beton bisa dicapai secara

61
merata pada semua bagian beton. Dalam hal ini perlu dimengerti
bahwa dosis yang berlebih akan dapat mengakibatkan menurunnya
kinerja beton, atau dalam hal yang lebih parah, dapat menimbulkan
kerusakan pada beton.

3) Pelaksanaan Pencampuran :
a) Penakaran Agregat :
(i). Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat,
untuk mutu beton fc’ < 19,3 MPa diijinkan ditakar menurut
volume sesuai SNI. Bila digunakan semen kemasan dalam zak,
kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas
semen yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau
kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus ditimbang
beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh
melebihi kapasitas alat pencampur.
(ii). Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering
permukaan (SSD-saturated surface dry). Apabila hal tersebut
tidak dilakukan maka harus dilakukan koreksi penakaran sesuai
dengan kondisi agregat di lapangan. Untuk mendapatkan kondisi
agregat yang jenuh kering permukaan dapat dilakukan dengan
cara menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala
paling sedikit 12 jam sebelum penakaran untuk menjamin
kondisi jenuh kering permukaan.
(iii) Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang
masih berlaku untuk seluruh peralatan yang digunakan untuk
keperluan penakaran bahan-bahan beton termasuk saringan
agregat pada perangkat ready mix.
b) Pencampuran :
(i). Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara
mekanis dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat
menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan.

62
(ii). Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai
dan alat ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan
jumlah air yang digunakan dalam setiap penakaran.
(iii). Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut,
pertama masukkan sebagian air, kemudian seluruh agregat
sehingga mencapai kondisi yang cukup basah, dan selanjutnya
masukkan seluruh semen yang sudah ditakar hingga tercampur
dengan agregat secara merata. Terakhir masukkan sisa air
untuk menyempurnakan campuran.
(iv). Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air
dimasukkan ke dalam campuran bahan kering. Seluruh sisa air
yang diperlukan harus sudah dimasukkan sekira seperempat
waktu pencampuran tercapai. Waktu pencampuran untuk mesin
berkapasitas ¾ m3 atau kurang harus sekira 1,5 menit; untuk
mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk
tiap penambahan 0,5 m3.
(v). Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Direksi
Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara
manual dan harus dilakukan sedekat mungkin dengan tempat
pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara
manual harus dibatasi hanya pada beton non-bangunan.

4) Pengujian Campuran :
a) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability) :
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran
beton yang dihasilkan, dan pengujian harus dianggap belum
dikerjakan kecuali disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya.
Nilai slump pada setiap campuran tidak boleh berada diluar rentang
nilai slump (± 2 cm) yang disyaratkan.

63
b) Pengujian Kuat Tekan :
(i). Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah
benda uji per set) untuk pengujian kuat tekan berdasarkan
jumlah beton yang dicorkan untuk setiap kuat tekan beton dan
untuk setiap jenis komponen bangunan yang dicor terpisah pada
tiap hari pengecoran.
(ii). Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa
harus menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai
dengan SNI. Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan
diambil dari contoh yang sama dengan benda uji silinder yang
akan dirawat di laboratorium.
(iii) Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas
pengecoran atau komponen bangunan yang dicor secara
terpisah dan diambil jumlah terbanyak diantara keduanya.
(iv). Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari
pencampuran secara manual, setiap 10 meter kubik beton harus
dibuat 1 set benda uji dan untuk setiap komponen bangunan
yang dicor terpisah minimal diambil 3 set benda uji.
(v). Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil
produksi ready mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk
setiap truk). 1set = 3 buah benda uji
(vi). Setiap set pengujian minimum tersebut harus diuji untuk kuat
tekan beton umur 28 hari.
(vii). Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat
perbedaan nilai kuat tekan yang > 5% antara dua buah benda
uji dalam set tersebut, maka benda uji ketiga dalam set tersebut
harus diuji kuat tekannya. Hasil kuat tekan yang digunakan
dalam perhitungan statistik adalah hasil dari 2 buah benda uji
yang berdekatan nilainya.

64
(viii). Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc karakteristik
dari benda uji lebih besar atau sama dengan fc rencana. fc
karakteristik dihitung dengan rumus sebagai berikut :
fc’= fcm ± k.S , di mana S menyatakan nilai deviasi standar
dari hasil uji tekan, dan k adalah konstanta yang tergantung
pada jumlah hasil kuat tekan dari benda uji (k=1,64 untuk
jumlah hasil kuat tekan benda uji lebih besar atau sama dengan
dari 30

dimana,

n 0f – f 2 fc’ = Kuat tekan beton karakteristik

ci cm fci = Kuat tekan beton yang diuji

(ix). Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di
bawah 0,85 fc’.
(x). Jika salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi,
maka harus diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari
hasil uji kuat tekan berikutnya, dan langkah-langkah lain untuk
memastikan bahwa kapasitas daya dukung dari bangunan tidak
membahayakan.
(xi). Jika dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan
bahwa kapasitas daya dukung bangunan berkurang, maka
diperlukan suatu uji bor (core drilling) pada daerah yang
diragukan berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam
hal ini harus diambil paling tidak 3 (tiga) buah benda uji bor inti
pada daerah yang tidak membahayakan bangunan untuk setiap
hasil uji tekan yang meragukan atau terindikasi bermutu rendah
seperti disebutkan di atas.
(xii). Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa
dianggap secara bangunan antara lain cukup baik bila rata-rata
kuat tekan dari ketiga benda uji bor inti tersebut tidak kurang

65
dari 0,85 fc’, dan tidak satupun dari benda uji bor inti yang
mempunyai kekuatan kurang dari 0,75 fc’. Dalam hal ini,
perbedaan umur beton saat pengujian kuat tekan benda uji bor
inti terhadap umur beton yang disyaratkan untuk penetapan
kuat tekan beton (yaitu 28 hari, atau lebih bila disyaratkan),
perlu diperhitungkan dan dilakukan koreksi dalam menetapkan
kuat tekan beton yang dihasilkan.

c) Pengujian Tambahan :
Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang
diperlukan untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau
pekerjaan beton akhir, sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan. Pengujian tambahan tersebut meliputi :
(i). Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact
Echo, Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji
lainnya (hasil pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar
penerimaan);
(ii). Pengujian pembebanan bangunan atau bagian bangunan yang
dipertanyakan;
(iii). Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
(iv). Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan.

5) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan :


a). Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria
toleransi yang disyaratkan,atau yang tidak memiliki permukaan akhir
yang memenuhi ketentuan,atau yang tidak memenuhi sifat-sifat
campuran yang disyaratkan, harus mengikuti petunjuk yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan antara lain.
b) Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum
dikerjakan.

66
c). Penanganan pada bagian bangunan yang hasil pengujiannya gagal;
d) Perkuatan, pembongkaran atau penggantian sebagian atau
menyeluruh pada bagian pekerjaan yang memerlukan penanganan
khusus.
e). Jika terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton
atau adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi
Pekerjaan dapat meminta Penyedia Jasa melakukan pengujian
tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan
yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil dengan meminta
pihak ketiga untuk melaksanakannya.
f). Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser sesuai
dengan ketentuan dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa harus
mengajukan detail rencana perbaikan untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum memulai pekerjaan.

7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN :


Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi
teknis pekerjaan beton harus memuat :
7.1. Pengukuran :
Pekerjaan Beton :
a) Cara Pengukuran :
(i). Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton
yang digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang
ditunjukkan pada Gambar Kerja atau yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan dengan batas toleransi yang diijinkan dan
dibayar ukuran minimal yang masih masuk dalam toleransi.
Tidak ada pengurangan yang akan dilakukan untuk volume yang
ditempati oleh pipa dengan garis tengah kurang dari 20 cm atau
oleh benda lainnya yang tertanam seperti "water stop", baja
tulangan, selongsong pipa (conduit) atau lubang sulingan
(weephole).

67
(ii). Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan
dilakukan untuk acuan, perancah untuk balok dan lantai
pemompaan, penyelesaian akhir permukaan, penyediaan pipa
sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya untuk penyelesaian
pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah
dianggap termasuk dalam harga penawaran untuk Pekerjaan
Beton.
(iii). Kuantitas bahan untuk lantai kerja, bahan drainase porous, baja
tulangan dan mata pembayaran lainnya yang berhubungan
dengan bangunan yang telah selesai dan diterima akan diukur
untuk dibayarkan seperti disyaratkan pada Bagian lain dalam
Spesifikasi ini.
(iv). Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan
dibayar sebagai beton bangunan atau beton tidak bertulang.
Beton Bangunan harus beton yang disyaratkan atau disetujui
oleh Direksi Pekerjaan sebagai fc’=19,3 MPa (K-225) atau lebih
tinggi dan Beton Tak Bertulang harus beton yang disyaratkan
atau disetujui untuk fc’=14,5 MPa (K-175) atau fc’=9,8 Mpa (K-
125). Jika beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih tinggi
diperkenankan untuk digunakan di lokasi untuk mutu (kekuatan)
beton yang lebih rendah, maka volumenya harus diukur sebagai
beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.
b) Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki :
(i). Jika pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur
untuk pembayaran harus sejumlah yang harus dibayar bila mana
pekerjaan semula telah memenuhi ketentuan.
(ii). Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap
peningkatan kadar semen atau setiap bahan tambah
(admixture), juga tidak untuk tiap pengujian atau pekerjaan
tambahan atau bahan pelengkap lainnya yang diperlukan untuk
mencapai mutu yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.

68
7.2. Dasar Pembayaran :
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan sebagaimana
yang disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran
dan menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas
Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata
Pembayaran lain, lubang sulingan, acuan, perancah untuk pencampuran,
pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton, dan untuk semua biaya lainnya
yang perlu dan lazim untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana mestinya.

LAMPIRAN :
Tabel A Jumlah pengambilan contoh beton segar :
No Macam Pengujian Volume Contoh
. (Liter)

1 Slum 8
2 Berat Jenis 6
3 Kadar Udara 9
4 Uji Kuat Tekan ( 3 contoh ) 28
5 Uji Kuat Lentur ( 3 contoh ) 28
6 Uji Kuat Tarik ( 3 contoh ) 28
7 Uji Modulus Elastis ( 3 contoh ) 28

Tabel B. Ketentuan Agradasi Agregat :


Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat
Inchi Standart Halus Kasar
(m) (mm) # 467 # 56 # 67 #7
2 50,8 - 100 - - -

69
11/2 38,1 - 95 – 100 100 - -
1 25,4 - - 95 – 100 100 -
¾ 19 - 35 – 70 - 90 – 100
½ 12,7 - - 25 – 60 - 100
3/8 9,5 100 10 – 30 - 20 – 55 90 – 100
#4 4,75 95 – 100 0–5 0 – 10 0 – 10 40 – 70
#8 2,36 80 – 100 - 0–5 0–5 0 – 15
#16 1,18 50 – 85 - - - 0–5
#50 0,300 10 – 30 - - - -
#100 0,150 2 - 10 - - - -

Tabel C. Ketentuan sifat campuran :


Kuat Tekan Minimum
Mutu Beton Benda Uji Silinder Benda Uji Kubus
(MPa) (Kg/cm2)
F15 – 30 cm 15 x 15 x 15 cm3
fc’ Sbk’ 7 hari 28 hari 7 hari 28 hari
(MPa) (kg/cm2)
31,2 K-350 21,0 29,0 250 350
26,4 K-300 18,0 25,0 215 300
19,3 K-225 15,0 21,0 180 250
14,5 K-175 9,5 14,5 115 175
9,8 K-125 7,0 100 80,0 125

8. BESI TULANGAN BETON :


8.1. Umum.

70
Yang dimaksud dengan lingkup pekerjaan besi disini adalah semua
pekerjaan yang memakai bahan material dasar logam sebagai komponen utama.
Bahan material dasar logam tersebut bisa berupa besi, baja dan material
lain yang sejenis dan bisa dikategorikan logam.
Apabila karena kondisi dan satu lain hal komponen bahan bangunan belum
bisa diproduksi di dalam negeri sehingga harus di import, maka semua
persyaratan yang ada apabila dikorelasikan pada standart ketentuan diatas
minimum harus mempunyai standart nilai yang sama.
Adapun lingkup pekerjaan besi antara lain : pembesian dan tulangan besi
pada beton.

8.2. Pelaksanaan Pekerjaan.


Sebelum melaksanakan pembuatan atau pembentukan pada pekerjaan besi,
Penyedia Jasa diwajibkan membuat rencana gambar pelaksanaan atau “shop
drawing” secara lengkap yang memuat antara lain bentuk tulangan, dimensi atau
diameter tulangan, panjang tulangan, total berat tulangan, jumlah tulangan, jarak
pemasangan tulangan, total berat tulangan yang dipakai dan lain sebagainya.
Gambar pelaksanaan tersebut harus dimintakan persetujuan dari Pengguna Jasa
dan selanjutnya gambar yang telah disetujui tersebut menjadi acuan pelaksanaan
dilapangan dan sebagai dasar perhitungan volume pekerjaan.
Besi tulangan yang dipakai adalah besi polos harus baru dan tidak berkarat, besi
tulangan bekas tidak boleh dipergunakan.
Ikatan sambungan besi tulangan satu dengan yang lainnya memakai kawat baja,
dan apabila akan memakai sambungan las harus mendapat persetujuan tertulis
dari Direksi pekerjaan.
Pada sambungan perpanjangan tulangan dibuat overlap, sepanjang minimum
40 D dibuat berselang seling (tidak dalam satu garis).

8.3. Perhitungan dan Pembayaran.

71
Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan
bangunan jadi yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan diperhitungkan
dalam satuan (unit) Kg.
Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus
meliputi upah tenaga, bahan material yang dipakai, kawat baja pengikat
sambungan, peralatan yang dipergunakan termasuk Biaya umum dan
keuntungan.

9. BEKISTING
9.1. Umum
Bekisting, penopang dan perancah harus cukup kuat untuk memikul beban hidup dan
beban mati, termasuk peralatan, ketinggian jatuh beton, tekanan pondasi dan beton, tenaga
luar yang menyebabkan perusakan. Stabilitas lateral dan faktor keamanan lain yang
diperlukan selama konstruksi. Bekisting direncanakan dan dibuat sehingga dapat
menghasilkan beton yang rapi sesuai toleransi pada Tabel.

9.2. Bahan dan Mutu Finishing


Finishing untuk permukaan beton yang dicetak diklasifikasikan sebagai F1, F2 dan
F3 atau jenis finishing lainnya yang ditentukan. Bila mutu finishing tidak ditentukan semua
bagian luar beton (external concrete) harus difinishing mutu F2, bagian luar beton yang
berada dalam tanah difinishing dengan mutu F2.
Bekisting untuk finishing F3, harus dilapis dengan menggunakan panel dari material
/ bahan yang tidak berkarat dengan permukaan yang harus tanpa cacat seperti plywood
yang diamplas papan fiber (" hard compressed fibre board") disusun dalam pola yang telah
disetujui dan dipakukan ke bagian bekisting.
Besi yang ditempa dan panel besi tidak boleh digunakan. Bekisting untuk finishing
F2, harus diberi permukaan plat besi tempa, papan atau plywood atau panel dari metal yang
diatur dalam pola yang seragam yang telah disetujui, bebas dari kerusakan yang dapat
dilihat dari bentuk permukaannya.
Bekisting untuk finishing F1 harus dibuat dari kayu, lembaran metal atau bahan lain
yang sesuai untuk mencegah hilangnya adukan encer semen bila divibrasi.

72
CATATAN KHUSUS :
Untuk semua PEKERJAAN BETON, bahan bekisting harus menggunakan multiplek
yang dilapisi dengan VENOLITH FILM, agar menghasilkan EKSPOSE yang tidak
lagi memerlukan pekerjaan PLESTERAN DAN ACIAN. Untuk bahan penyambung
lapis bekisting ini menggunakan TYROOT, mur baut khusus yang mengunci dari
kedua sisi lapis bekisting agar kokoh dan tidak goyah pada saat pengecoran
dilaksanakan.

9.3. Pembuatan Bekisting, Pemasangan dan Penjelasan Umum


Semua bekisting harus dibuat dari kayu, lembaran metal, atau bahan lain yang telah
disetujui. Bekisting harus didukung dengan merata dan ditopang dengan cukup, diikat dan
dikencangkan untuk menahan pengecoran dan vibrasi pada beton, serta dari pengaruh
cuaca. Toleransi pada jalur dan ketinggian harus sedemikian sehingga finishing permukaan
beton masih dalam toleransi yang dicantumkan dalam Tabel 6.8. Kontraktor bertanggung
jawab terhadap perhitungan dan rencana bekisting, dan jika diperlukan harus memasukkan
perhitungan dan rencana tersebut untuk disetujui sebelum pekerjaan dimulai. Pada bekisting
yang nantinya hasil cetakan berupa beton expose secara permanen, semua sambungan
vertikal dan horizontal pada bekisting harus diatur sedemikian rupa sehingga jalur
sambungan membentuk pola yang seragam pada permukaan beton. Bila Kontraktor
mengusulkan membuat bekisting dari ukuran standar bekisting panel buatan pabrik, ukuran
setiap panel harus disetujui Direksi sebelum digunakan pada pelaksanaan pekerjaan.
Bentuk akhir keseluruhan ketinggian dari struktur dan struktur yang berdekatan
harus diperhatikan pada saat perencanaan pola jalur sambungan yang disebabkan bekisting
atau oleh siar cor untuk memastikan jalur vertikal dan horizontal yang menerus. Permukaan
bekisting, yang langsung ber-sentuhan dengan beton harus bebas dari benda-benda asing
yang melekat, tonjolan paku dan sejenisnya, pecah atau kerusakan lain, dan bekisting harus
bersih dan bebas dari genangan air, debu, pecahan kayu, pecahan atau benda asing lainnya.
Sambungan harus kedap air untuk mencegah lepasnya adukan atau formasi sirip atau noda
pada permukaan beton. Bekisting diperlukan untuk permukaan atas yang miring, dimana
kemiringan melebihi 15 (derajat) dari garis horizontal (kecuali bilamana permukaan
ditentukan sebagai "spaded finish") dan harus diangker supaya beton dapat dipadatkan

73
secukupnya untuk mencegah pengapungan, tindakan perlu dilakukan untuk menjaga udara
jangan sampai terkurung. Bukaan untuk tujuan pemeriksaan bagian dalam bekisting dan
untuk membuang air yang digunakan untuk pencucian perlu dibuat sedemikian rupa
sehingga mudah dibuka sebelum pengecoran beton.
Sebelum pengecoran beton, semua baut, pipa dan saluran atau peralatan lain yang
akan dipasang harus distel pada posisinya yang benar, dan teras lubang (" cores") dan
peralatan lain untuk membuat lubang harus dalam posisi yang kuat/mantap dengan
mengikat pada bekisting atau kedudukan lainnya. Lubang tidak boleh dipotong dalam beton
tanpa persetujuan Direksi. Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi semua bagian luar profil
siku beton expose dengan melihat struktur lengkap akan dicetak dengan sudut yang benar
pada keseluruhan panjang dan penanganan yang baik perlu dilakukan agar beton tidak
menggelombang sepanjang sudut dan "spalling" tidak timbul pada saat bekisting dibuka.
Kecuali bila diperintahkan lain bagian luar sudut pada beton dengan sudut 90 derajat atau
lebih kecil harus diberi 18 mm x 18 mm spacing ( chamfers). Tidak ada batang tarik atau
peralatan lain yang dibuat ke dalam beton dengan tujuan untuk mendukung bekisting tanpa
izin terlebih dahulu dari Direksi.
Seluruh atau sebagian dari pendukung / penopang harus dapat dibuang tanpa
meninggalkan sesuatu pada beton lebih dekat 25 mm dari permukaan untuk beton tulangan
dan 150 mm untuk beton tanpa tulangan.
Lubang-lubang yang tertinggal setelah pembongkaran pendukung / penopang harus
diisi dengan rapi dan baik menggunakan adukan isi kering. Bekisting yang bersentuhan /
kontak dengan beton harus dioles dengan minyak cetakan yang sesuai untuk mencegah
melekatnya beton pada bekisting. Penanganan perlu dilakukan untuk mencegah minyak
tersebut bersentuhan dengan besi tulangan atau dengan beton pada siar cor. Zat pelambat
perkerasan permukaan digunakan hanya bilamana diperintahkan oleh Direksi.
Butir c,d,e,f,g,h dan i berlaku untuk perancah dan bagian acuan untuk menunjang
beban penuh dari beton. Bagian tepi acuan yang tidak menunjang beban tidak akan
dibongkar sebelum 3 hari berlaku setelah pengecoran beton.

9.4. Kerusakan pada Permukaan Bekisting

74
Pembuatan bekisting dan pembetonan harus sedemikian sehingga tidak diperlukan
lagi perbaikan, permukaan harus rata / halus dan padat. Jika noda timbul setelah
pembongkaran bekisting, keputusan Direksi dalam hal per-baikan yang diperlukan harus
dilakukan segera.
Tindakan tersebut termasuk (tetapi tidak dibatasi) dalam :
1. Sirip, lubang gelembung, pelunturan warna permukaan dan kerusakan kecil lain
dapat disikat dengan karung / kain kasar segera setelah bekisting dilepas ;
2. Permukaan beton yang tidak rata dan ketidak teraturan yang lambat laun harus
digosok dengan Carbo rundum dan air setelah beton dipelihara dengan baik.
Kerusakan yang seperti ini dan kerusakan lain harus diperbaiki dengan cara yang
disetujui Direksi yang mungkin termasuk penggunaan " epoxy resin" yang cocok, dimana
perlu, dipotong membentuk "dovetail" yang teratur paling sedikit dengan kedalaman 75 mm
dan diisi kembali dengan beton diatas tulangan kawat baja dan mengikat pada " dovetail".

Tabel 12.9. Periode Pembongkaran Acuan


POSISI UMUR
a. Kolom dan muka dinding (belum terhitung beban penunjang) 3 hari
b. Pilar massa dan kepala jembatan massa (belum terhitung beban- 3 hari
beban penunjang) kecuali poerpilar
c. Trotoar pada jembatan. Bagian acuan trotoar dalam semua hal 10 hari
d. harus dibebaskan sebelum gelagar utama dan bagian acuan 14 hari
e. pelat dibebaskan 14 hari
f. Gelegar persegi 10 hari
g. Poerpilar yang tidak ditunjang secara menerus. Batang-batang 10 hari
h. desak panjang, pelat atas pada gorong-gorong beton persegi 7 hari
i. Pelat kuda-kuda, bila ditunjang pada kayu 21 hari
j. Pelat, bila ditunjang pada baja atau gelegar beton pratekan 3 hari
Poerpilar yang ditunjang secara menerus
Busur Landasan rel, susuran lalu lintas, penghalang median

9.5. Pengisian Lubang

75
Lubang yang terbentuk di permukaan beton yang disebabkan oleh bekisting atau yang
sejenis harus ditutup dengan adukan isi kering ( dry pack mortar) yang dibuat dari 1 bagian
berat semen Portland biasa, 3 bagian agregat halus yang melalui ayakan No.14 BS, adukan
dicampur dengan air secukupnya agar bahan tetap melekat bila dicetak dalam tangan.
Kontraktor harus membersihkan lubang-lubang yang akan diisi adukan isi kering, bilamana
permukaannya rusak Kontraktor harus mengikis material lepas, pecahan beton atau agregat.
Beton disekeliling lubang harus disiram kemudian permukaan harus dikeringkan, untuk
mengurangi jumlah air yang berada di permukaan. Permukaan kemudian ditaburi dengan
Portland semen biasa cukup tipis saja dengan menggunakan sikat kering, sampai seluruh
permukaan yang akan melekat dengan adukan isi kering telah ditutupi dan menjadi gelap
karena semen menghisap air. Semen kering yang terdapat pada lubang harus di-singkirkan.
Bahan adukan isi kering harus ditempatkan dan dibubuhkan dalam lapisan yang mempunyai
ketebalan pemadatan tidak lebih besar dari 12 mm.
Pemadatan harus dilakukan dengan menggunakan papan, kayu dan palu dan harus
meliputi keseluruhan permukaan dari lapisan tersebut, penanganan khusus perlu dilakukan
bagi pemadatan adukan isi kering pada lubang. Setelah pemadatan permukaan setiap
lapisan, lapisan tersebut harus digaru / dikikis sebelum material lepas ditambahkan. Lubang
tidak boleh diisi berlebihan dan permukaannya harus difinishing dengan meletakkan
potongan kayu di atas adukan isi kering tersebut dan membongkarnya beberapa waktu
kemudian. Alat finishing baja tidak boleh digunakan demikian pula air tidak boleh di-
tambahkan untuk finishing.

V PEKERJAAN TIANG PANCANG


1. URAIAN
Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan tiang pancang, pemancangan, penyambungan,
pemotongan sesuai dengan persyaratan dalam Gambar Rencana serta uraian dalam spesifik-
asi ini. Termasuk juga dalam pekerjaan ini adalah penyediaan semua peralatan yang
diperlukan baik dalam pembuatan, pemancangan, pemeliharaan tiang-tiang pancang serta
menentukan jumlah dan panjang tiang pancang yang akan dilaksanakan.

2. JENIS TIANG PANCANG

76
Jenis-jenis tiang pancang yang akan digunakan adalah :
a) CCSP (Corrugated Concrete Sheet Piles)
b) Tiang pancang bulat atau sering disebut prestressed spun pile
c) Jenis tiang pancang yang akan digunakan harus seperti yang dicantumkan dalam
Gambar Rencana.

3. PERSYARATAN KUALITAS
Kualitas bahan-bahan yang disediakan, kecakapan kerja dan hasil akhir harus sesuai
dengan persyaratan dalam spesifikasi, khususnya persyaratan bahan-bahan untuk masing-
masing jenis komponen seperti beton, baja dan sebagainya serta dirinci dalam Standar
Nasional Indonesia (SNI)

4. TOLERANSI
Tiang-tiang pancang harus dipancang pada posisi sesuai dengan Gambar Rencana.
Penggeseran kepala tiang pancang ke arah samping maksimum yang diperkenankan adalah
sebesar 75 mm dalam setiap arah.
Variasi-variasi vertikal atau kemiringan harus tidak lebih dari 20 mm per meter (yaitu
1 dalam 50). Bengkokan dari suatu tiang beton cor langsung di tempat harus tidak
melampaui 0,01 dari panjang tiang.
Diameter lubang bor yang tidak dilapisi adalah 0 sampai + 5% dari diameter
nominal lubang. Toleransi yang diijinkan sesuai toleransi beton dalam spesifikasi ini.

5. PENGAJUAN DAN PERSETUJUAN


Sebelum memulai dengan pekerjaan pemancangan, Kontraktor harus mengajukan
kepada Direksi hal-hal sebagai berikut :
a) Program yang terinci tentang pekerjaan pemancangan.
b) Perincian metode yang diusulkan tentang pembenaman tiang pancang atau tiang
corong berikut perlengkapan yang akan digunakan. Kontraktor harus
mengusahakan agar kebisingan dan kerusakan akibat pemancangan agar semin-
imal mungkin, serta Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kerusakan dan
klaim yang timbul akibat adanya pekerjaan tersebut.

77
c) Perhitungan-perhitungan rencana, termasuk rumus pemukulan, yang
menunjukkan kapasitas tiang pancang bilamana menggunakan alat pancang yang
diusulkan oleh Kontraktor.
d) Usul-usul untuk pengujian pembebanan tiang serta pemancangan percobaan
sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan atau petunjuk Direksi. Dalam hal ini
termasuk metode tentang penggunaan beban-nya, pengukuran beban- bebannya
dan penurunan serta penyajian data yang diusulkan.
e) Persetujuan tertulis dari Direksi untuk hal-hal yang tersebut di atas harus didapat
terlebih dahulu sebelum memulai setiap pekerjaan pemancangan.

6. PENYIMPANAN DAN PENGAMANAN BAHAN-BAHAN


Semen, agregat dan baja tulangan harus disimpan sesuai dengan persyaratan dalam
spesifikasi ini. Unit-unit dari beton bertulang atau pratekan dan unit-unit baja harus disimpan
tidak menyentuh tanah, yaitu di atas penopang kayu yang ditempatkan pada tanah yang
kuat / keras yang tak dapat terkena endapan baik basah atau kering di bawah dari unit-unit
tersebut.
Unit-unit ditumpuk dalam lapisan-lapisan, namun tidak boleh ditumpuk lebih dari 3
lapis, di mana topangan-topangan kayu yang ditempatkan di antara setiap lapisan.
Penopang-penopang untuk setiap lapisan harus ditempatkan diatas lapisan
sebelumnya. Penopang-penopang harus ditempatkan tidak lebih dari 20% panjang unit dari
setiap ujung.

7. PERBAIKAN PEKERJAAN YANG KURANG MEMUASKAN


a. Bilamana batas-batas toleransi sesuai spesifikasi ini tidak dapat dipenuhi, maka
Kontraktor harus mengadakan perbaikan serta mengambil langkah-langkah
lainnya sesuai petunjuk Direksi dengan biaya sepenuh-nya ditanggung oleh
Kontraktor.
b. Setiap kerusakan yang terjadi pada tiang pancang sebagai akibat kelalaian pihak
Kontraktor, maka harus segera diperbaiki atau diganti agar sesuai dengan
Gambar Rencana serta uraian dalam spesifikasi ini dengan biaya sepenuhnya
ditanggung oleh Kontraktor. Kerusakan-kerusakan tersebut diantaranya meliputi :

78
1. Pembuatan, pengiriman, penanganan tiang pancang yang tidak memenuhi
persyaratan kualitas;
2. Pemukulan tidak tepat;
3. Bergesernya posisi tiang pancang dari posisi rencana;
4. Pekerjaan perbaikan seperti yang telah ditetapkan oleh Direksi dan
dilaksanakan oleh Kontraktor atas beban Kontraktor;
5. Penarikan kembali tiang pancang yang rusak atau tidak sesuai dan mengganti
dengan tiang pancang yang baru;
6. Pemancangan tiang kedua sisi tiang yang tidak memenuhi syarat;
7. Penyambungan tiang yang kurang panjang.

8. BAHAN-BAHAN
Beton harus memenuhi persyaratan dalam spesifikasi ini. Bilamana beton akan
ditempatkan di bawah air seperti halnya dengan tiang-tiang beton cor langsung di tempat,
maka pengecoran dilaksanakan dengan menggunakan corong pipa cor dan mempunyai nilai
slump test tidak kurang dari 150 mm dan kadar semen sebanyak 400 Kg per meter kubik
beton.
Baja tulangan yang dipakai harus memenuhi persyaratan spesifikasi ini. Tiang
pancang beton pracetak harus dibuat sesuai persyaratan dalam bab Pekerjaan Beton. Tiang
pancang beton pratekan pracetak, harus dibuat sesuai dengan persyaratan beton pratekan
yang berlaku.
Sepatu dan Sambungan Tiang Pancang harus sesuai dengan yang tertera pada
Gambar Rencana atau seperti yang telah disetujui oleh Direksi.

9. TIANG PANCANG BETON PRACETAK


9.1. Umum
Tiang pancang yang dimaksud dalam Bab ini adalah tiang pancang pracetak pratekan
dengan diameter 40 cm dan CCSP W450.
Untuk tiang pancang dengan diameter 40 cm dan CCSP W450, Momen Crack = 17
t.m dan Momen Ultimate = 34 t.m. Mutu beton diatas K - 500. Panjang total sesuai yang

79
tercantum dalam disain gambar yang terdiri dari 2 macam, tiang pancang diameter 40 cm
dan CCSP W450 masing-masing 9,00 m dan 15,00 m.

9.2. Penyambungan
Biasanya penyambungan tidak diperbolehkan. Namun demikian bilamana
perpanjangan dari tiang-tiang tak dapat dihindarkan, tulangan memanjang harus disambung
dengan las-tumbuk sepenuhnya. Beton dari tiang semula harus dipotong untuk menyingkap
tidak kurang 200 mm dari batang-batang baja untuk menghindari kerusakan beton karena
panas.

9.3. Sepatu Tiang Pancang


Tiang-tiang harus dilengkapi dengan sepatu yang mempunyai sumbu yang sama (co-
axial), lancip atau datar, kalau akan dipancang ke dalam atau menembus batuan, batu
kerikil, tanah liat dengan batu bulat, dan lain-lain tanah yang mungkin dapat merusak beton
pada ujung tiang. Sepatu- sepatu itu dapat dibuat dari baja atau besi tuang.
Luas dari puncak sepatu harus sedemikian rupa sehingga tekanan dalam beton di
bagian ini dari tiang adalah dalam batas yang aman seperti yang telah disetujui oleh Direksi.

9.4. Pembuatan dan Perawatan


Pada umumnya tiang pancang dibuat dan dirawat menurut ketentuan-ketentuan
yang bersangkutan dari spesifikasi ini. Pada tiap-tiap pengecoran tiang pancang dibuat 3
buah contoh dari adukan yang sama dan dirawat dengan cara yang sama.
Tiang pancang dapat dipindahkan apabila hasil pengujian pecah dari contoh tersebut
menunjukkan tegangan yang lebih besar daripada tegangan yang terjadi apabila tiang
tersebut dipindahkan, membuat perincian untuk efek- efek dinamis dan dikalikan dengan
faktor keamanan, semua berdasarkan persetujuan dari Direksi.
Penampang-penampang tiang yang terlihat (expose) yaitu tiang-tiang rangka
pendukung, harus diselesaikan sesuai dengan. spesifikasi ini. Tak ada tiang yang akan
dipancang sebelum berumur paling sedikit 28 hari.

9.5. Pengupasan Kepala Tiang Pancang

80
Beton harus dikupas sampai pada suatu elevasi sehingga beton yang tertinggal akan
masuk 50 mm sampai 75 mm ke dalam poer. Untuk tiang-tiang beton bertulang, tulangan
penguat tiang yang terbuka harus cukup panjang untuk dilekatkan secara penuh ke dalam
poer.
Untuk tiang-tiang beton pratekan, kawat-kawat pratekan yang terbuka harus
dipanjangkan paling sedikit 600 mm ke dalam poer. Ini harus di-lengkapi bilamana perlu,
dengan batang-batang baja tulangan yang dicor ke dalam bagian atas tiang.
Pengupasan dari beton tiang harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah
penghancuran atau merusak sisa dari tiang. Setiap beton yang cacat atau retak harus
dipotong dan diperbaiki dengan beton baru yang diletakkan dengan tepat pada tempat yang
lama.

10. PEMANCANGAN TIANG


10.1. Umum
Tiang-tiang dapat dipancang dengan setiap jenis palu, asalkan tiang tersebut
menembus pada kedalaman yang telah ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah
ditentukan, tanpa kerusakan. Palu, topi baja, bantalan topi dan tiang harus mempunyai
sumbu yang sama dan harus duduk dengan tepat satu di atas lainnya. Jika pemukulan tiang
pancang sampai kedalaman yang ditentukan belum mencapai daya dukung tanah yang
disyaratkan, maka harus diteruskan hingga kondisi final set. Berat atau kekuatan palu harus
cukup untuk meyakinkan suatu penembusan terakhir tidak lebih dari 5 mm setiap pukulan,
kecuali kalau mencapai batuan. Lebih baik menggunakan palu yang paling berat, mudah dan
membatasi pukulan, demikian tidak akan merusak tiang. Bilamana memilih ukuran palu,
harus diperhatikan apakah tiang akan dipancang pada suatu daya dukung yang telah
ditentukan ataukah suatu kedalaman yang telah ditentukan.
Pukulan dari suatu palu kerja-tunggal atau palu jatuh harus dibatasi sampai 1,2
meter, dan lebih baik 1 meter. Suatu pukulan yang lebih pendek dan perhatian khusus harus
digunakan bilamana ada suatu bahaya kerusakan tiang. Contoh-contoh berikut ini adalah
tentang kondisi yang dimaksud. Dimana dalam tingkat / tahap permulaan dari pemancangan
suatu tiang pancang, suatu lapisan yang keras dekat permukaan tanah harus ditembus.

81
Di mana di tempat itu terdapat tanah yang lunak sekali pada suatu kedalaman yang
patut untuk dipertimbangkan, sehingga diperoleh suatu penembusan yang besar pada tiap-
tiap pukulan palu. Dimana tiang diperkirakan sekonyong-konyong akan mendapatkan
penolakan pada batu atau tanah lain yang benar-benar tak dapat ditembus. Bilamana suatu
rangkaian pukulan pancang yang memuaskan untuk 10 kali pukulan terakhir telah tercapai,
pukulan pancang ulangan hanya akan dilaksanakan dengan berhati- hati, dan pemancangan
yang terus menerus setelah tiang hampir berhenti menembus harus dicegah, terutama bila-
mana menggunakan suatu palu berukuran sedang. Suatu catatan pemancangan yang
lengkap harus dilakukan.
Setiap perubahan yang mendadak dalam kecepatan penembusan yang tidak dapat
dianggap sebagai perubahan-perubahan biasa dalam sifat alamiah tanah harus dicatat dan
sebab-sebabnya harus dapat diketahui, kalau mungkin sebelum pemancangan diteruskan.
Bilamana penerimaan pemancangan telah ditentukan oleh pukulan pancang sampai suatu
rangkaian, maka kondisi pukulan pancang bilamana mengambil rangkaian tersebut harus
sama dengan seperti yang digunakan ketika rangkaian-rangkaian tiang pancang uji
diperoleh.

10.2. Bantalan Topi Tiang Pancang Panjang


Pemancangan tiang pancang dengan bantalan topi tiang pancang panjang sedapat
mungkin harus dihindari, dan hanya akan dilakukan dengan seijin Direksi.

10.3. Peninggian Tiang Pancang


Dalam tanah di mana terdapat suatu kemungkinan peninggian tiang oleh karena
naiknya dasar tanah, permukaan puncak tiang harus diukur pada selang antara sementara
tiang-tiang yang berdekatan sedang dipasang.
Tiang- tiang yang naik sebagai akibat pemancangan tiang yang ber-dekatan, harus
dipancang kembali sampai kedalaman atau tahanan semula, kecuali jika uji pemancangan
kembali sampai kedalaman atau tahanan semula, pada tiang-tiang yang berdekatan
menunjukkan bahwa hal ini tidak diperlukan.

10.4. Tiang Pancang yang Rusak / Cacat

82
Prosedur pemancangan tidak akan mengharuskan tiang- tiang dipancang dengan
terlalu banyak pukulan dan disalahgunakan, yang dapat menyebabkan kerusakan dan
kehancuran beton, keretakan, pecah dan kerusakan kayu, atau deformasi baja,
penyalahgunaan tiang-tiang untuk memaksanya kedalam kedudukan yang tepat, tak akan
diijinkan.
Pemancangan yang rusak harus dibetulkan / diperbaiki atas biaya Kontraktor seperti
ditetapkan dalam spesifikasi ini dan seperti yang disetujui oleh Direksi.

10.5. Tiang Pancang Percobaan


Kontraktor wajib melakukan pemancangan tiang pancang percobaan. Hal itu
bertujuan untuk mengetahui kondisi tanah di lapangan yang selanjutnya dibandingkan
dengan data hasil penyelidikan tanah.
Jika hasil data hasil penyelidikan tanah tidak sesuai dengan kondisi tanah di
lapangan, maka data yang digunakan adalah data tanah hasil pemacangan tiang pancang
percobaan.

10.6. Pengukuran Dan Pembayaran


A. Pengukuran
Tiang pancang pracetak (bertulang atau pratekan) diukur dalam jumlah meter
panjang dari tiang yang dipancang sebenarnya sampai pada garis dan elevasi yang
ditunjukkan pada Gambar Rencana. Jika Kontraktor mencetak tiang beton pracetak sampai
panjang seluruhnya dari batang-batang baja tulangan untuk memudahkan pemancangan,
tidak akan diadakan pengukuran untuk bagian dimana beton harus dibongkar supaya
batang- batang baja itu dapat masuk ke dalam konstruksi- konstruksi yang melapisi.
Bahan yang dipotong, yang menurut pendapat Direksi tidak berharga untuk
diselamatkan, akan dibuang menurut keputusan Direksi.
Tiang pancang beton akan diukur untuk pemancangan dalam jumlah meter panjang
dari tiang yang telah diterima dan tetap dalam konstruksi yang lengkap. Panjang dari
masing-masing tiang harus diukur dari perencanaan atau ujung tiang yang telah disetujui
sampai elevasi pemotongan rencana.

83
Tidak ada pengukuran dan pembayaran khusus untuk penyediaan perancah dalam
pemancangan tiang- tiang. Tiang pancang yang cacat / rusak, tiang-tiang yang dipancang di
luar dari tempatnya atau tiang-tiang yang rusak selama penanganan atau pemancangan
tidak akan diukur untuk pembayaran.

B. Pembayaran
Jumlah tiang-tiang yang disediakan ditentukan seperti yang diuraikan dalam spesi-
fikasi ini akan dibayar sesuai dengan jumlah meter panjang dari tiang, yang diterima untuk
instalasi dalam struktur pada Harga-harga Penawaran untuk jenis-jenis pembayaran seperti
yang ditunjukkan dalam Penawaran. Pembayaran harus meliputi semua bahan-bahan yang
diperlukan siap untuk pemasangan, termasuk bahan-bahan yang diperlukan untuk
perpanjangan dan tambahan-tambahan untuk penyempurnaan tiang-tiang, dan untuk semua
tenaga kerja, alat-alat, pengangkutan, penanganan, bahan-bahan untuk perawatan atau
pengecatan, dan semua pekerjaan insidental pada konstruksi pemancangan sebelum
pemancangan atau konstruksi perpanjangan dan tambahan-tambahan.
Pembayaran juga akan meliputi tulangan dalam tiang-tiang beton yang diperlukan
untuk perpanjangan di luar ujung tiang untuk menghubungkan pada konstruksi yang
melapisi, penyetelan dan pengikatan sepatu-sepatu bilamana disyaratkan, dan penyediaan
serta pengikatan pendukung-pendukung, pengangkatan, penyumbat dinding penghalang
rembesan dan pelat topi untuk tiang baja.
Jumlah tiang pancang yang ditentukan sebagaimana diuraikan dalam spesifikasi ini
akan dibayar dalam jumlah meter panjang dari tiang yang dipancang sebenarnya dan
diterima dalam struktur pada Harga-harga Penawaran untuk jenis-jenis pembayaran yang
terlihat dalam Penawaran. Pembayaran semacam itu akan mencakup untuk penyediaan
semua pekerja, peralatan, bahan-bahan, perbekalan, perlengkapan dan biaya lain-lain yang
diperlukan untuk penanganan pemancangan, pemotongan kepala tiang baja dan semua
pekerjaan insidental lainnya atau ongkos-ongkos yang berhubungan dengan itu.
Hal itu akan termasuk pula kompensasi penuh untuk semua pemancangan,
pemboran, atau pekerjaan lain-lain yang diperlukan untuk mendapatkan penembusan yang
diperlukan atau nilai dukung dari tiang.

84
Jumlah tiang pancang uji yang disediakan dan dipancang, diukur menurut spesifikasi
ini, akan dibayar sebagai tiang biasa pada Harga-harga Penawaran untuk jenis-jenis
pembayaran seperti yang ditunjukkan dalam Penawaran.
Pengujian beban akan dibayar sebagai jumlah dari pengujian beban yang telah

diselesaikan dan diterima pada Harga-Harga Penawaran untuk jenis-jenis pembayaran

seperti tercantum dalam Penawaran. Pembayaran semacam itu akan merupakan kompensasi
sepenuhnya untuk penyediaan semua pekerja, beban lawan, kerangka-kerangka, tiang
jangkar, perancah, dongkrak hidrolik, alat-alat ukur dan peralatan pengukur lainnya,
pencatatan pembebanan, penambahan dan penurunan, persiapan laporan pengujian dan
semua pekerjaan yang diperlukan atau insidental untuk melaksanakan pengujian dan

laporan hasilnya.dapat dilihat pada pasal urugan dan timbunan tanah.

VI PEKERJAAN PERKERASAN JALAN


1. UMUM
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada
permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal
berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus dihampar diatas permukaan pondasi tanpa bahan
pengikat Lapis Pondasi Agregat, sedangkan Lapis Perekat harus dihampar di atas
permukaan berbahan pengikat (seperti : Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston (HRS)
dan diatas Semen Tanah, RCC, CTB, Perkerasan Beton, dll).

2. BAHAN
Umum
Bahan harus terdiri dari agregat pokok, agregat pengunci, agregat penutup (hanya
digunakan untuk lapis permukaan) dan aspal. Setiap fraksi agregat harus disimpan terpisah
untuk mencegah tercampurnya antar fraksi agregat dan harus dijaga agar bersih dari benda-
benda asing lainnya.
Agregat
Agregat harus terdiri dari bahan yang bersih, kuat, awet, bebas dari lumpur dan
benda-benda yang tidak dikehendaki dan harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam
Tabel .

85
Pengujian Standar Nilai
Abrasi dengan mesin Los 100 putaran SNI 2417 : 2008 Maks. 8 %
500 putaran Maks. 40 %
Penyelimutan dan Pengelupasan SNI 2439 : 2011 Min. 95 %
Indeks Kepipihan BS 812 Part I 1975 Article Maks.25 %
7.3

Aspal
Bahan aspal haruslah salah satu dari berikut ini :
a) Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70 yang memenuhi AASHTO M20.
b) Aspal emulsi CRS1 atau CRS2 yang memenuhi ketentuan SNI 03-4798-1998
atau RS1 atau RS2 yang memenuhi ketentuan AASHTO M140.
c) Aspal cair penguapan cepat (rapid curing) jenis RC250 atau RC800 yang
memenuhi ketentuan SNI 03-4800-1998, atau aspal cair penguapan sedang
(medium curing) jenis MC250 atau MC800 yang memenuhi ketentuan SNI 03-
4799-1998.
Jenis aspal lainnya mungkin dapat digunakan dengan persetujuan Direksi
Pekerjaan.

3. PELAKSANAAN
1) Persiapan Lapangan
a) Profil memanjang atau melintang harus disiapkan menurut rancangan
potongan melintang.
b) Permukaan harus bebas dari benda-benda yang tidak diinginkan
2) Penghamparan dan Pemadatan
a) Agregat harus tersedia di lapangan sebelum pekerjaan dimulai, harus dijaga
dengan hati-hati untuk menjamin bahwa bahan tersebut bersih dan siap
digunakan.
b) Pemadatan agregat awal harus menggunakan alat pemadat 6 - 8 ton yang
bergerak dengan kecepatan kurang dari 3 km/jam. Pemadatan dilakukan
dalam arah memanjang, dimulai dari tepi luar hamparan dan dijalankan
menuju ke sumbu jalan. Lintasan penggilasan harus tumpang tindih (overlap)

86
paling sedikit setengah lebar alat pemadat. Pemadatan harus dilanjutkan
sampai diperoleh permukaan yang rata dan stabil (minimum 6 lintasan).
c) Tebal padat untuk lapisan agregat harus berada di dalam toleransi 1 cm.
Pemeriksaan untuk ketebalan lapis agregat harus seperti yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.
d) Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan,pada HRS A maka campuran
harus dirancang sampai memenuhi semua ketentuan yang diberikan dalam
Spesifikasi.
e) Kepadatan semua jenis campuran beraspal yang telah dipadatkan, seperti
yang ditentukan dalam SNI 03-6757-2002, tidak boleh kurang dari 97 %
Kepadatan Standar Kerja (Job Standard Density) yang tertera dalam JMF
untuk Lataston (HRS) dan 98 % untuk semua campuran beraspal lainnya
e) Perbedaan kerataan lapisan permukaan
- Kerataan melintang
Bilamana diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang diletakkan tepat
di atas permukaan jalan tidak boleh melampaui 5 mm untuk lapis
permukaan atau 10 mm untuk lapis pondasi. Perbedaan setiap dua titik
pada setiap penampang melintang tidak boleh melampaui 5 mm dari
elevasi yang dihitung dari penampang melintang
- Kerataan memanjang
Setiap ketidakrataan individu bila diukur dengan Roll Profilometer tidak
boleh melampaui 5 mm.

4. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Pengukuran
Kuantitas yang diukur untuk pembayaran dari Lapis agregat dan lapis HRS
yang digunakan sebagai lapis pondasi/perata dan lapis penetrasi, lapis ulang dan
lapis permukaan harus merupakan jumlah meter kubik bahan yang dihampar dan
diterima, yang dihitung sebagai hasil kali luas yang diukur dan diterima dan tebal
rancangan.
2) Pembayaran
Kuantitas yang sebagaimana disyaratkan di atas harus dibayar menurut Harga
Kontrak per satuan pengukuran m3, untuk Mata Pembayaran yang tercantum di

87
bawah ini dan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran
tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan, produksi,
pencampuran dan penghamparan seluruh bahan, termasuk semua pekerja, alat,
pengujian, alat-alat kecil dan hal-hal yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan

88

Anda mungkin juga menyukai