REFERAT - Distosia Bahu - DR Bogie
REFERAT - Distosia Bahu - DR Bogie
DISTOSIA BAHU
Disusun oleh:
Afrizal Agri Hayat 122810002
Ghinannisa Juddatu Dalily 122810055
Muhammad Syifa Abdurrahman 122810191
Pembimbing :
dr. Bogie Prabowo Rahmajanto, Sp.OG
(K)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan tugas
Referat ini dengan judul “Distosia Bahu” Tugas referat ini diajukan untuk
memenuhi tugas dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Waled Kabupaten Cirebon.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran yang
bersifat membangun dalam tema dan judul yang diangkat dalam laporan kasus ini.
Akhir kata semoga referat ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-
pihak yang membutuhkan umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Distosia bahu adalah komplikasi persalinan pervaginam di mana bahu bayi tersangkut
di atas tulang kemaluan ibu. Hal ini ditandai dengan kegagalan melahirkan bahu janin hanya
dengan traksi ke bawah yang lembut, perlunya manuver persalinan tambahan agar bayi dapat
dilahirkan dengan sukses, dan/atau interval kepala-ke-tubuh yang tercatat lebih dari 1 menit.
Selama studi prospektif selama 2 tahun yang dilakukan oleh Lagerkvist et al., pleksopati
obstetri terjadi pada 2,9 per 1000 kelahiran secara total dan 3,6 per 1000 kelahiran
pervaginam. Dari 114 bayi yang dimasukkan, 70 adalah laki-laki, dan 44 adalah perempuan
(p ~0,015).1
Setelah diagnosis distosia bahu ditegakkan, penting untuk mengenali situasinya dan
memberi tahu anggota tim lain tentang distosia tersebut. Hal ini memungkinkan anggota tim
lainnya untuk membantu manuver serta meminta bantuan. Penyedia layanan kemudian dapat
mencoba melakukan manuver untuk membantu meringankan distosia bahu. Manuver
biasanya dibagi menjadi manuver lini pertama dan manuver lini kedua.3
3
TINJAUAN PUSTAKA
Distosia bahu termasuk dalam kedaruratan obsetri, sehingga dibutuhkan tindakan segera,
serta keterampilan dan kemampuan teknik persalinan yang tepat untuk menghidari morbiditas
dan mortalitas perinatal. Hal ini terjadi ketika bahu depan terjepit oleh simpisis pubis atau
bahu belakang terjepit oleh sacral promontorium sehingga terjadi kegagalan dalam
pengeluaran bahu. Persalinan kepala umumnya diikuti oleh persalinan bahu dalam waktu 24
detik, sedangkan jika persalinan bahu lebih dari 60 detik dianggap sebagai distosia bahu.3
4
Tabel 2. Faktor risiko distosia bahu
1.3. Patofisiologi
5
Patofisiologi distosia bahu atau perjalanan penyakit distosia bahu pada
persalinan normal disebabkan oleh ketidaksesuaian ukuran antara bahu bayi dan
pelvis inlet ibu. Pada persalinan normal, setelah terjadi ekspulsi kepala janin maka
akan terjadi rotasi eksternal yang diikuti dengan turunnya bahu janin.
Bahu janin bagian depan harus muncul di bawah ramus pubis. Distosia bahu
merupakan salah satu distosia yang sering dilaporkan, yang biasanya terjadi ketika
bahu anterior janin ini terhalang oleh simfisis pubis ibu. Selain itu, bisa juga
diakibatkan oleh impaksi bahu posterior pada promontorium sakrum ibu. Akibat bahu
yang terhalang tersebut, terjadi retraksi kepala bayi terhadap perineum ibu yang
disebut turtle sign. Tanda ini adalah kepala bayi seperti kura-kura yang menarik
kepala kembali ke cangkangnya.
6
1.5. Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Diagnosis distosia bahu berdasarkan prosedur kebidanan ditegakkan bila waktu untuk
melahirkan kepala ke tubuh bayi > 60 detik setelah ibu mengejan dengan baik atau
dengan bantuan traksi yang cukup kuat pada kala II persalinan.1
Anamnesis Antenatal
Selama antenatal care, sebaiknya telah direncana apakah persalinan nanti akan
pervaginal dengan/tanpa analgesik epidural. Anamnesis untuk mencari faktor risiko
distosia bahu di antaranya:
a. Riwayat melahirkan bayi besar (makrosomia) pada persalinan sebelumnya
b. Riwayat penyakit diabetes melitus, termasuk diabetes gestasional sebelumnya
c. Riwayat sectio caesarea sebelumnya
Pemeriksaan Fisik
Tanda klinis yang khas dari distosia bahu adalah turtle sign, di mana kepala bayi secara
tiba-tiba masuk kembali ke dalam perineum ibu setelah keluar dari vagina, yang disertai
pipi bayi menonjol (seperti kepala kura-kura yang kembali ke dalam cangkangnya). Hal
ini terjadi karena bahu depan bayi terperangkap oleh tulang pubis ibu.1
Distosia bahu umumnya dialami oleh ibu hamil dengan obesitas dan/atau hiperglikemia.
Oleh karena itu, beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan selama antenatal adalah:
a. Indeks massa tubuh (IMT)
Diagnosis
7
Distosia bahu juga dapat dikenali bila didapatkan keadaan :4,5
a. Kepala bayi telah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan
b. Kepala bayi telah lahir, tetapi tetap menekan vulva dengan kencang
c. Dagu tertarik dan menekan perineum
d. Traksi pada kepala bayi tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap berada di cranial
simfisis pubis.
1.6. Penatalaksanaan
a. Partus Percobaan
Partus dikatakan maju apabila partus berjalan fisiologis, terjadi perubahan pada
pembukaan serviks, tingkat turunnya kepala, danposisi kepala (rotasi). Jika tidak
terjadi perubahan tersebut makadisebut partus tidak maju. Apabila terjadi
kegagalan, partusdihentikan dengan indikasi dan harus dilakukan seksio sesarea.
b. Seksio sesarea
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin denganmembuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perutatau vagina, atau seksio sesarea adalah
suatu histerotomiamelahirkan janin dari dalam rahim.
c. Simfisiotomi
Menurut Hartfield, simfisiotomi adalah sebuah operasi untuk memperbesar
kapasitas pelvis dengan memotong jaringan ikat tulang pubis dibagian depan
pelvis.
8
Algoritma Penatalaksanaan Distosia Bahu
The HELPERR
Algoritma The HELPERR melihat beberapa aspek yaitu : Help, Evaluate (untuk episiotomy),
Legs (Posisi McRoberts’), Pressure (suprapubic), Enter (rotational maneuvers), Remove
(bahu posterior), dan Roll (tangan dan kaki).
a. Panggil bantuan,
9
b. Lebarkan perineotomy,
c. Suprapubic pressure
d. McRoberts’ maneuver
e. Lahirkan dari bahu posterior, dan
f. Wood’s screw maneuver atau Rubin maneuver.
Obstetri dan Ginekologi Inggris dan Collège National des Gynécologues et Obstétriciens
Français mengusulkan algoritma sebagai berikut:
a. Panggil bantuan,
b. Tidak mendorong,
c. Manuver McRoberts,
d. Tekanan suprapubik dan traksi kepala yang lembut,
e. Perineotomi lebar,
f. Manuver Jacquemier dan manuver Rubin atau Wood, dan bila terjadi kegagalan,
g. Posisi lutut-siku, dan ulangi algoritma.
h. Jika ini juga gagal maka manuver lini ketiga: direkomendasikan fraktur klavikula,
manuver Zavanelli, dan simfisiotomi.
Karena distosia bahu tidak dapat diramalkan, tenaga medis obstetrik harus mengetahui
betul prinsip-prinsip penatalaksanaan penyulit yang terkadang dapat sangat melumpuhkan ini.
Pengurangan interval waktu antara pelahiran kepala sampai pelahiran badan amat penting
untuk bertahan hidup. Usaha untuk melakukan traksi ringan pada awal pelahiran, yang
dibantu dengan gaya dorong ibu, amat dianjurkan. Traksi yang terlalu keras pada kepala atau
leher, atau rotasi tubuh berlebihan, dapat menyebabkan cedera serius pada bayi.4
Beberapa ahli menyarankan untuk melakukan episiotomi luas dan idealnya diberikan
analgesi yang adekuat. Tahap selanjutnya adalah membersihkan mulut dan hidung bayi.
Setelah menyelesaikan tahap-tahap ini, dapat diterapkan berbagai teknik untuk membebaskan
bahu depan dari posisinya yang terjepit di bawah simfisis pubis:1,4,5
1. Manuver McRoberts
10
Manuver McRoberts yang ditemukan oleh Gonik dan rekannya (1983) dan
dinamai sesuai nama William A. McRoberts.
Manuver McRobert dimulai dengan memosisikan ibu dalam posisi McRobert,
yaitu terlentang, memfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi sedekat mungkin
ke dada, dan rotasikan kedua kaki ke arah luar (abduksi). Lakukan episiotomy yang
cukup lebar. Gabungan episiotomy dan posisi McRobert akan mempermudah bahu
posterior melewati promontorium dan masuk ke dalam panggul. Mintalah asisten
menekan suprasimfisis ke arah posterior menggunakan pangkal tangannya untuk
menekan bahu anterior agar mau masuk di bawah simfisis. Sementara itu lakukan
tarikan pada kepala janin kearah posterokaudal dengan mantap.
Langkah tersebut akan melahirkan bahu anterior. Hindari tarikan yang berlebihan
karena akan mencederai pleksus brakialis. Setelah bahu anterior dilahirkan, langkah
selanjutnya sama dengan pertolongan persalinan presentasi kepala. Manuver ini cukup
sederhana, aman, dan dapat mengatasi sebagian besar distosia bahu derajat ringan
sampai sedang.
Gherman dan rekannya (2000) menganalisa manuver McRoberts dengan
pelvimetri radiologik. Mereka mendapati bahwa manuver ini dapat membuat
pelurusan relatif sakrum terhadap vertebra lumbal, bersama dengan rotasi simfisis
pubis ke arah kepala ibu yang menyertainya serta pengurangan sudut kemiringan
panggul. Meski manuver ini tidak memperbesar ukuran panggul, rotasi panggul ke
arah kepala cenderung membebaskan bahu depan yang terjepit. Gonik dan rekannya
(1989) menguji posisi McRoberts secara obyektif pada model di laboratorium dan
menemukan bahwa manuver ini mampu mengurangi tekanan ekstraksi pada bahu
janin (lih. Gambar 3).
11
Gambar 5. Manuver McRoberts.
2. Manuver Massanti
Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara bersamaan dilakukan
traksi curam bawah pada kepala janin, ini disebut sebagai disimpaksi bahu anterior
atau manuver Massanti (lihat. Gambar ) .
3. Manuver Rubin,
Manuver rubi yang terdiri dari dua tahapan yaitu :
Pertama, kedua bahu janin diayun dari satu sisi ke sisi lain dengan
memberikan tekanan pada abdomen.
Bila hal ini tidak berhasil, tangan yang berada di panggul meraih bahu yang
paling mudah diakses, yang kemudian didorong ke permukaan anterior bahu. Hal ini
biasanya akan menyebabkan abduksi kedua bahu, yang kemudian akan menghasilkan
diameter antar-bahu mengecil dan pergeseran bahu depan dari belakang simfisis pubis
12
Gambar 7. Manuver Rubin
13
Gambar 8. Manuver Wood’s corkscrew.
5. Manuver Schwartz
Manuver ini dilakukan dengan operator memasukkan tangan kedalam vagina
menysuri humerus posterior janin kemudian fleksi lengan posterior atas didepan
dengan mempertahankan posisi fleksi siku, tangan janin dicekap dan lengan
diluruskan melalui wajah janin, lengan posterior dilahirkan
6. Manuver Gaskin
Gaskin Manuver dengan melakukan perubahan posisi yaitu saat ibu dalam posisi
berbaring, si ibu langsung diminta untuk berputar dan mengubah menjadi posisi
merangkak
14
Gambar 10. manuver gaskins
8. Kleidotomi, yaitu memotong klavikula dengan gunting atau benda tajam lain, dan
biasanya dilakukan pada janin mati (lih. Gambar 9).
9. Simfisiotomi, ialah tindakan untuk memisahkan tulang panggul kiri dari tulang
panggul kanan pada simfisis agar rongga panggul menjadi lebih luas.
15
10. Manuver Zavanelli,
Manuver ini bertujuan untuk mengembalikan kepala ke dalam rongga panggul dan
kemudian melahirkan secara sesar. Bagian pertama dari manuver ini adalah
mengembalikan kepala ke posisi oksiput anterior atau oksiput posterior bila kepala
janin telah berputar dari posisi tersebut. Langkah kedua adalah memfleksikan kepala
dan secara perlahan mendorongnya masuk kembali ke vagina, yang diikuti dengan
pelahiran secara sesar (lih. Gambar 8). Terbutaline (250 mg, subkutan) dapat
diberikan untuk menghasilkan relaksasi uterus.
Beberapa literatur mengungkapkan beberapa cara dalam mengatasi distosia bahu yaitu
Manajemen ALARMER dan 4 P.
Manajemen ALARMER :1,3
16
Penekanan suprapubik (Manuver Massanti) dan pendekatan pervaginam dengan
adduksi bahu depan dengan tekanan untuk mempermudah aspek bahu belakang (yaitu
dengan mendorong ke arah dada) sehingga akan menghasilkan diameter terkecil
(Manuver Rubin)
Rotation of the posterior shoulder (Pemutaran bahu belakang)
Manuver ini dilakukan dengan memutar 180 derajat bahu psterior sehingga menjadi
bahu anterior (Manuver Woodscrew)
Manual removal posterior arm (Manuver Jacquemier)
Ditentukan siku lengan posterior bayi, difleksikan dengan tekanan pada fossa
antecubital sehingga tangan bayi dapat dipegang. Tangan tersebut kemudian ditarik
hingga melewati dada bayi sehingga keseluruhan lengan dapat dilahirkan.
Episiotomi
Prosedur ini secara tidak langsung membantu penanganan distosia bahu, dengan
memungkinkan penolong untuk meletakkan tangan penolong ke dalam vagina untuk
melakukan manuver tertentu.
Hindari 4 P :
a. Panic (Panik)
b. Pulling (Menarik)
17
c. Pushing (Mendorong)
d. Pivot
Jika cara tersebut sudah dilakukan dan distosia bahu tetap belum teratasi maka dapat
dilakukan:
1. Manuver Zavanelli
2. Kleidotomi
3. Simfisiotomi
Komplikasi1,3,4
18
Walaupun distosia bahu dan penggunaan manuver dalam penatalaksanaan
distosia bahu sering duhubungkan dengan kelemahan otot di atas, cedera plexus
brachialis juga dapat terjadi pada persalinan pervaginam. Mekanisme yang mungkin
terjadi pada cedera akibat persalinan intrauterin adalah akibat tekanan endogeneous
propulsive dari uterus ketika bayi berada pada OUE, kegagalan bahu untuk berputar,
kelainan tekanan intrauterin akibat kelainan pada uterus (fibroid, septum intrauterin,
uterus bikornuate). Semua kondisi ini dapat menyebabkan cedera plexus brachialis.
Selain itu, tekanan berlebihan saat traksi juga dapat menyebabkan cedera ini. Cedera
tidak hanya disebabkan oleh karena traksi namun juga bisa diakibatkan oleh karena
tenaga pendorong ibu.
Komplikasi lain akibat distosia bahu seperti fraktur klavikula dan humerus
dapat saja sembuh tanpa cacat.
Sedangkan beberapa komplikasi lain yang fatal dari distosia bahu dapat
menyebabkan hipoksia-iskemik enselofati dan bahkan kematian.
Tabel 2. Komplikasi Distosia Bahu
Prognosis
Apabila persalinan dengan disproporsi kepala panggul tanpatindakan yang tepat, maka: 2
19
c. Dalam disproporsi kepala panggul, bagian terbawah janin akanmenekan tulang dan
pintu panggul dengan kuat dan lama yang akanmenimbulkan gangguan sirkulasi
dengan akibat terjadinya iskemiadan kemudian nekrosis pada tempat tersebut.
Beberapa hari setelahmelahirkan akan terjadi fistula vesikoservikalis, atau
fistulavesikovaginalis, atau fistula rektovaginalis.
d. Peregangan dan pelebaran dasar panggul menyebabkan terjadinyaperubahan
fungsional dan anatomik otot, saraf, dan jaringan ikat.
Bahaya pada janin :
a. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal, ditambah dengan infeksi
intrapartum.
b. Persalinan panggul sempit menyebabkan kaput suksedaneum.
c. Molase (molding) atau lempeng tulang tengkorak yangbertumpang tindih tidak
menimbukan kerugian yang nyata, tetapi apabila terdapat distorsi yang mencolok,
molase dapat menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin,dan
perdarahan intrakranial janin.
d. Penekanan tulang-tulang panggul pada jaringan di atas tulangkepala janin, dapat
menyebabkan fraktur pada os parietalis
20
BAB III
KESIMPULAN
1. Distosia bahu termasuk dalam kedaruratan obsetri, sehingga dibutuhkan tindakan segera.
2. Distosia bahu menyebabkan komplikasi serius pada ibu dan janin.
3. Faktor risiko distosia bahu dapat terjadi pada saat antepartum maupun intrapartum.
4. Manajemen penanganan distosia bahu disebut ALARMER, yang terdiri dari:
Ask for help (Minta bantuan)
Lift/hyperflex Legs
Episiotomi
21
Daftar Pustaka
1. Allen, Robert H. Shoulder dystocia. 2016. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1602970-overview.
2. Akbar H, Prabowo AY, Rodiani. Kehamilan aterm dengan distosia bahu. Medula
Edisi November 2017. Vol 7. Nomor 4. Lampung: Fakultas Kedokteran Unila. 2017.
3. Manuaba C, Manuaba F, Manuaba IBG. Pengantar Kuliah Obsetri. Jakarta: EGC; 2007.
4. Cuningham, F Gary. Distosia: kelainan presentasi, posisi, dan perkembangan janin.
Dalam: Obstetri William Edisi 21. Vol 1. Jakarta : EGC; 2010.
5. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan sarwono. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
22