Anda di halaman 1dari 56

ANAMNESIS IBU HAMIL KUNJUNGAN AWAL

S No. Dokumen 001


O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 2
Pengertian Suatu Teknik pengumpulan data yang dilakukan lewat suatu percakapan atau
wawancara antara seorang bidan dengan ibu hamil secara langsung atau dengan orang
lain yang mengetahui tentang kondisi ibu hamil, dengan tujuan untuk mendapatkan
data ibu hamil
Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan anamnesis ibu hamil pada kunjungan awal.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan
1. Alat Tulis
2. Buku KIA
B. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik dan memperkenalkan diri.
2. Menanyakan maksud dan tujuan klien.
3. Menanyakan kesiapan klien.
4. Menjelaskan maksud dan tujuan serta prosedur tindakan.
5. Menjaga privasi.
C. Fase Kerja
1. Menanyakan identitas ibu : nama, usia, nama suami, alamat, no kontak, tahun
menikah, agama, pekerjaan.
2. Menanyakan golongan darah ibu.
3. Melakukan pengkajian data subyektif
a. Riwayat kehamilan sekarang
1) HPHT, apakah haid normal atau tidak.
2) Gerakan janin.
3) Tanda bahaya atau penyulit.
4) Keluhan umum.
5) Mual dan muntah.
6) Keputihan.
7) Obat, vitamin, tablet Fe dan jamu yang dikonsumsi.
8) Kekhawatiran-kekhawatiran khusus.
b. Riwayat kehamilan terdahulu
1) Jumlah kehamilan.
2) Jumlah anak yang lahir hidup, berat badan lahir dan jenis klamin.
3) Jumlah kelahiran premature.
4) Riwayat kehamilan/ kehamilan kembar.
5) Jumlah keguguran.
6) Riwayat persalinan dengan tindakan (vacuum, forceps, SC)
7) Riwayat perdarahan pada persalinan dan pasca persalinan.
8) Riwayat kehamilan dengan hipertensi.
9) Berat badan bayi < 2,5 kg atau > 4 kg.
10) Riwayat kehamilan sungsang.
11) Durasi menyusui ekslusif.
12) Masalah lainnya.
c. Riwayat penyakit yang diderita sekarang/dulu
1) Riwayat penyakit kardiovaskuler.
2) Riwayat hipertensi.
3) Riwayat diabetes.
4) Riwayat malaria.
5) Riwayat penyakit kelamin – HIV/ AIDS.
6) Riwayat penyakit ginjal.
7) Riwayat penyakit kejiwaan.
8) Riwayat alergi obat/ makanan.
9) Riwayat penyakit lainnya.
d. Skrining statusi imuniasi TT1, TT2, TT3, TT4, TT5
e. Riwayat KB terdahulu dan terakhir sebelum kehamilan ini
1) Jenis KB yang digunakan.
2) Efek samping KB.
3) Alasan dihentikannya KB.
f. Riwayat social ekonomi
1) Status perkawinan.
2) Respon ibu hamil dan keluarga terhadap kehamilan.
3) Dukungan keluarga.
4) Pengambilan keputusan dalam keluarga.
5) Gizi yang di konsumsi selama kehamilan.
6) Kebiasaan hidup sehat (merokok, alcohol, NAFZA).
7) Beban kerja dan aktifitas sehari-hari.
8) Tempat dan petugas kesehatan yang diinginkan untuk membanti
persalinan.
9) Jaminan kesehatan yang dimiliki.
D. Evaluasi
1. Menjelaskan hasil anamnesis.
2. Memberikan informasi setelah anamnesis ini akan dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik.
3. Dokumentasi hasil anamnesis.
Dibuat Oleh : Paraf :
ANAMNESIS IBU HAMIL KUNJUNGAN AWAL
S No. Dokumen 002
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 1
Pengertian Suatu Teknik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara seorang
bidan dengan ibu hamil secara langsung atau melalui orang lain yang mengetaui
tentang kondisi ibu hamil, untuk mendapatkan data ibu hamil beserta permasalahan
medis pada saat kunjungan ulang.
Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan anamnesis ibu hamil pada kunjungan ulang.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan
1. Alat Tulis
2. Buku KIA
B. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik dan memperkenalkan diri.
2. Menanyakan maksud dan tujuan klien.
3. Menanyakan kesiapan klien.
4. Menjelaskan maksud dan tujuan serta prosedur tindakan.
5. Menjaga privasi.
C. Fase Kerja
1. Mananyakan kabar ibu dan bagaimana perasaan klien sejak kunjungan terakhir.
2. Menanyakan apakah klien mempunyai pertanyaan atau kekhawatiran yang
timbul sejak kujungan terakhir.
3. Menanyakan tentang Gerakan janin dalam 24 jam terakhir.
4. Mendapatkan informasi tentang tanda-tanda bahaya yang mungkin dialami
klien sejak kunjungan terakhir.
5. Mendapatkan informasi tentang masalah atau keluhan ketidaknyamanan yang
biasa dialami ibu hamil.
D. Evaluasi
1. Menjelaskan hasil anamnesis.
2. Memberikan informasi setelah anamnesis ini akan dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik.
3. Dokumentasi hasil anamnesis.
Dibuat Oleh : Paraf :
PEMERIKSAAN FISIK IBU HAMIL (KUNJUNGAN AWAL)
S No. Dokumen 003
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 2
Pengertian Suatu Teknik pengumpulan data obyektif yang dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi untuk menentukan diagnosis, mengidentifikasi masalah,
menentukan rencana, dan tindakan asuhana pada ibu hamil kunjungan awal.
Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan pemeriksaan fisik ibu hamil.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan
1. Persiapan Alat : Stetoskop, tensimeter, thermometer, jam tangan, pengukur
LILA, pita pengukur, fetoskop, reflek hammer, bak instrument, sarung tangan
DTT, baju ganti, buku catatan, timbangan badan, lampu sorot, kom berisi
cairan DTT, bengkok, penlight, tissue, larutan klorin.
2. Persiapan pasien
a. Menjelaskan seluruh prosedur pemeriksaan.
b. Menyarankan ibu hamil untuk mengosongkan kandung kencing.
c. Menganjurkan ibu hamil untuk mengganti pakaian dengan baju
pemeriksaan (jika dibutuhkan).
d. Memperhatikan keadaan umum, emosi dan postur ibu selama dilakukan
pemeriksaan.
e. Menjaga privasi.
B. Fase Kerja
1. Mencuci tangan.
2. Melakukan pemeriksaan antropometri (tinggi badan, berat badan, LILA).
3. Pemeriksaan tanda-tanda vital (suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah dan
respirasi).
4. Membantu ibu hamil berbaring di meja pemeriksaan yang bersih.
5. Pemeriksaan kepala, muka dan leher :
a. Memeriksa rambut, kebersihan dan benjolan di kepala.
b. Memeriksa apakah terjadi odema pada wajah.
c. Memeriksa mata : konjuntiva pucat/tidak, sklera berwarna kuning
(jaundice)/tidak.
d. Memeriksa rahang dan rongga mulut.
e. Memeriksa dan meraba leher : pembesaran kelenjar tiroid, pemesaran
pembuluh limfe.
6. Pemeriksaan payudara :
a. Dengan posisi tangan ibu hamil disamping memeriksa payudara : lihat
bentuk/kesimetrisan dan ukuran payudara, puting payudara menunjol atau
masuk ke dalam.
b. Pada saat ibu hamil mengangkat tangan ke atas kepala, memeriksa
payudara untuk mengamati ada tidaknya retraksi atau dimpling.
c. Ibu hamil berbaring dengan tangan kiri di atas, lalu lakukan palpasi secara
sistemis pada payudara ke axilla untuk mengetahui : massa, pembesaran
pembuluh limfe, nyeri tekan, pengeluaran kolostrum atau cairan lain.
7. Pemeriksaan abdomen :
a. Memeriksakan kondisi kulit dan ada tidaknya luka bekas operasi.
b. Mengukur TFU dengan tangan (apabila > 12 minggu), atau dengan pita
ukur (metline) (apabila > 22 minggu).
c. Melakukan pemeriksaan leopold pada abdomen untuk mengetahui letak,
presentasi, posisi, dan penuruan kepala janin (jika usia kehamilan > 36
minggu) :
a. Leopold I : menentukan usia kehamilan dengan memposisikan uterus di
tengah abdomen dan tentukan bagian janin apa yang terdapat di fundus
(kepala atau bokong).
b. Leopold II : tentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus
dengan cara letakan telapak tangan kiri di dinding perut lateral kanan
dan telapak tangan kanan di dinding perut lateral kiri secara sejajar lalu
tentukan bagian janin pada kedua sisi dinding uterus (punggung atau
ekstermitas)
c. Leopold III : tentukan bagian janin yang terdapat dibagian bawah perut
serta tentukan apakah bagian terendah janin tersebut sudah memasuki
pintu atas panggul (PAP).
1) Letkan ujung tangan kiri pada dinging lateral kiri bawah, telapak
tangan kanan di bawah perut ibu, tekan perlahan untuk menentukan
bagian terendah janin (kepala atau bokong)
2) Goyangkan terendah janin (jika masih dapat digoyangkan maka
bagian terendah janin belum masuk PAP, jika sulit digoyangkan
maka bagian terendah janin sudah masuk PAP).
d. Leopold IV : tentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk PAP
dengan cara pertemukan kedua jari-jari tangan pada bagian terendah
janin. Perhatikan sudut yang terbentuk (jika bertemu konvegen/
sebagian besar bagian terendah janin belum masuk PAP, jika tidak
bertemu divergen/ sebagian besar bagian terendah janin sudah masuk
PAP).
8. Pemeriksaan tulang punggung.
9. Pemeriksaan kaki dan tangan :
a. Memeriksa apakah terdapat odema pada bagian ekstermitas atas dan
bawah.
b. Mengamati kuku jari ibu hamil apakah pucat atau tidak.
c. Memeriksa dan meraba kaki untuk mengatahui ada tidaknya varices.
d. Memeriksa refleks patella untuk melihat apakah terjadi Gerakan hipo atau
hiper reflex pada kedua kaki ibu.
10. Mencuci tangan.
C. Evaluasi
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan.
2. Dokumentasi tindakan yang di lakukan.
Dibuat Oleh : Paraf :
PENILAIAN AWAL IBU BERSALIN
S No. Dokumen 004
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 3
Pengertian Suatu tindakan yang dilaksanakan untuk melakukan penapisan pada ibu bersalin.
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan penapisan pada ibu bersalin.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Anamnesis
1. Menyambut ibu dan keluarga dengan sopan dan ramah.
2. Memperkennalkan diri.
3. Menanyakan identitas ibu.
4. Melakukan pengkajian data
a. Gravida dan Para
b. Usia Kehamilan
c. HPHT
d. Riwayat alergi obat-obatan
e. Gerakan janin pertama kali dirasakan
5. Melakukan pengkajian mengenai masalah-masalah dengan kehamilan saat ini
No Komplikasi Ya Tidak
1 Riwayat seksio terdahulu
2 Perdarahan pervaginam
3 Persalinan kurang bulan (< 37 minggu)
4 Ketuban pecah dengan meconium kental
5 Ketuban pecah lama ( > 24 jam)
6 Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (< 37 minggu)
7 Anemia berat
8 Ikterus
9 Tanda / gejala infeksi
10 Preeklamsi / hipertensi dalam kehamilan
11 TFU 40 cm atau lebih
12 Gawat janin
13 Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala
janin mash 5/5
14 Presentasi bukan belakang kepala
15 Presentasi majemuk
16 Kehamilan gemelli
17 Tali pusat menumbung
18 Syok
19 Riwayat penyakit yang menyertai

6. Menanyakan apakah pernal melakukan pemeriksaan antenatal (Jika Ya, periksa


buku KIA).
7. Menanyakan masalah selama kehamilan.
8. Menanyakan apa yang dirasakan ibu saat ini.
9. Menanyakan mengenai kontraksi (kapan mulai terasa, frekuensi, durasi dan
kekuatannya).
10. Menanyakan mengenai pervaginam (perdarahan vagina, lendir darah, aliran atau
semburan cairan : kapan, warna dan bau).
11. Menanyakan mengenai Gerakan janin.
12. Menanyakan mengenai istirahat dan makan terakhir.
13. Menanyakan mengenai BAK dan BAB.
14. Menanyakan riwayat kehamilan sebelumnya :
a. Masalah selama persalinan atau kelahiran.
b. Berat bada bayi yang di lahirkan.
c. Bayi bermasalah pada kehamilan atau persalinan.
15. Menanyakan riwayat kesehatan (asma, hipertensi, gangguan jantung, berkemih
dll).
16. Lakukan pencatatan di status pasien.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Mempersiapkan alat meliputi tensimeter, stetoskop, thermometer, reflex
hammer, metlin, jam tangan, baskom berisi larutan klorin 0.5%, sarung tangan
DTT, kapas DTT dalam kom, tempat sampah medis dan non medis, partograf,
status pasien.
2. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan fisik.
3. Menunjukan sikap yang sopan dan ramah.
4. Meminta ibu untuk BAK (jika perlu periksa jumlah urine, protein dan aseton).
5. Menilai keadaan umum ibu, tingkat nyeri kontraksi.
6. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
7. Melakukan pemeriksaan ada tidaknya odema.
8. Melakukan pemeriksaan ada tidaknya warna kuning pada sklera.
9. Melakukan pemeriksaan pucat pada mata dan mulut.
10. Melakukan pemeriksaan abdomen :
a. Bekas luka operasi
b. Tinggi fundus uteri
c. Pemeriksaan leopold
d. Penuruan bagian terendah dengan perlimaaan
e. Kontraksi uterus : frekuensi, durasi, intensitas his
11. Melakukan penilaian detak jantung janin setelah kontraksi berakhir (120-160 x/
menit).
C. Pemeriksaan Dalam
1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta keringkan dengan handuk
bersih.
2. Menjelaskan prosedur tindakan kepada ibu dan memberitahu kemungkinan
ketidaknyamanan.
3. Menggunakan sarung tangan DTT atau steril.
4. Menggunakan kapas DTT yang di celupkan ke air DTT. Basuh labia secara hati-
hati, seka dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi feses.
5. Melakukan pemeriksaan genetalia luar. Perhatikan apakah ada luka atau massa
termasuk kondilomata, varikositas vulva atau rectum atau luka parut di area
perineum.
6. Menilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan
pervaginam atau mekonium.
7. Menilai vagina.
8. Dengan hati-hati pisahkan labia mayora dengan jari manis dan ibu jari. Masukan
jari telunjuk yang diikuti jari tengah. Nilai :
a. Penipisan dan konsistensi serviks
b. Pembukaan serviks
c. Penurunan, presentasi dan posisi
d. Bagian lain yang menumbung.
9. Melakukan dekontanminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih menggunakan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0.5% dan
kemudian lepaskan dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan
tersebut selama 10 menit. Cuci kedua tangan.
10. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan.
11. Memberitahu asuhan saying ibu.
12. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan serta asuhan lainnya pada patograf atau
status ibu.
Dibuat Oleh : Paraf :
ASUHAN PERSALINAN NORMAL
S No. Dokumen 005
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 5
Pengertian Suatu tindakan pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau
dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir secara spontan dengan presentasi belakang
kepala dan tanpa komplikasi.
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan asuhan persalinan normal.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan Alat Dan Bahan
N Alat Jumlah No Alat Jumlah
o
1 APD 1 Set 19 Spuit dalam kemasan 3 buah
2 Baki beralas 1 buah 20 Celemek 1 buah
3 Stetoskop 1 buah 21 Kom bertutup 2 buah
4 Thermometer 1 buah 22 Kapas DTT Secukupnya
5 Tensimeter 1 buah 23 Obat- obatan : betadine Secukupnya
6 Monoaural 1 buah 24 Oksitosin 2 ampul
7 Handuk besar 1 buah 25 Metergin 2 ampul
8 Kain manajemen aktif 1 buah 26 Vitamin K 1 ampul
9 Pernel 1 buah 27 Partus Set
10 Kain samping 1 buah a. Bak instrument 1 buah
11 Pembalut 1 buah b. Pemecah ketuban 1 buah
12 Baju bayi 1 buah c. Gunting episiotomi 1 buah
13 Popok bayi 1 buah d. Klem tali pusat 2 buah
14 Baskom berisi air DTT 1 buah e. Gunting tali pusat 1 buah
15 Baskom berisi larutan klorin 1 buah f. Benang tali pusat 1 buah
16 Tempat sampah medis 1 buah g. Kom betadine 1 buah
17 Tempat sampah nonmedis 1 buah h. Kassa Secukupnya
18 Bengkok 1 buah i. handschoon 5 pasang

B. Mengenali Gejala Dan Tanda Kala II


1. Mendengar dan melihat tanda kala II persalinan :
a. Ibu merasakan adanya dorongan kuat dan meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
c. Perineum tampak menonjol
d. Vulva dan sfingter ani membuka
C. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong dan menatalaksana komplikasi ibu dan BBL.
Untuk asuhan bayi baru lahir dan BBL atau resusitasi, siapkan :
a. Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat
b. 3 handuk/kain berish dan kering
c. Alat penghisap lendiri\
d. Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
Untuk ibu :
a. Menggelar kain dari perut sampai bawah ibu
b. Menyiapkan oksitosin 10 Unit
c. Alat suntik steril sekali pakai
3. Memakai APD : penutup kepala, kacamata, masker, celemek, sepatu booth.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai, cuci tangan dengan
sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk
bersih dan kering.
5. Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang digunakan untuk periksa dalam.
6. Memasukan oksitosin ke dalam tabung suntik (menggunakan tangan yang telah
memakai sarung tangan DTT serta pastikan tidak ada kontaminasi pada alat suntik.
D. Memastikan Pembukaan Lengkap Dan Keadaan Janin
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari anterior ke
posterior menggunakan kapas atau kasa yang telah dibasahi air DTT
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan
seksama dari arah depan ke belakang.
b. Buang kapas atau kasa pembersih yang terkontaminasi pada wadah yang
tersedia.
c. Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam sarung
tangan dalam larutan klorin 0.5% → langkah No. 9. Pakai sarung tangan DTT
untuk melaksanakan langkah lanjutan.
8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila selaput
ketuban masih utuh saat pembukaan lengkap maka lakukan amniotomy.
9. Melakukan dekontaminasi sarung tangan pada larutan klorin 0.5%. Cuci kedua
tangan setelah sarung tangan di lepaskan.
10. Memeriksa DJJ setelah kontraksiuterus mereda untuk memastika DJJ dalam batas
normal.
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b. Mendokumentasi hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua temuan yang
pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke dalam partograf.
E. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses Meneran
Proses Meneran
11. Memberitahu pembukaan sudah lengkap dan keadaan bayi cukup baik, kemudian
bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
a. Tunggu hingga timbul kontraksi, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin dan dokumentasikan semua temuan yang ada.
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran dengan benar.
12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin
meneran dan kontraksi yang kuat. Pada kondisi ini ibu diposisikan setengah duduk
atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.
13. Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau timbul
kontraksi yang kuat :
a. Bombing ibu agar dapat meneran dengan benar dan efektif
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya
d. Anjurkan ibu untuk beristirahat di sela kontraksi
e. Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat pada ibu
f. Beri cukup cairan peroral (minum)
g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah pembukaan
lengkap dan dipimpin meneran 120 menit (2 jam) pada primigravida atau 60
menit (1 jam) pada multigravida.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, jongkok atau mengambil posisi yang nyaman,
jika ibu belum merasa adanya dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
F. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Meletakan handul bersih (untuk mengerikan bayi) di perut bawah ibu, jika kepala
bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang di lipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.
17. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan peralatan dan
bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan.
G. Pertolongan Untuk Melahirkan Bayi
Lahirnya Kepala
19. Menolong melahirkan bayi setelaha tampak kepala bayi membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan
kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk
mempertahakan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk
meneran secera efektif atau bernafas cepat dan dangkal.
20. Melakukan pengecekan adanya lilitan tali pusat (ambil tindak yang sesuai jika hal
itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi. Jika tali pusat melilit leher
secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi dan jika tali pusat melilit
leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di antara dua klem
tersebut.
21. Menunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara spontan.
Lahirnya Bahu
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal. Anjurkan
ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian Gerakan
arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan ke bawah untuk menopang kepala dan bahu.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah
atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukan telunjuk ke antara
kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari
lainnya pada sisi yang lain agar bertemu jari telunjuk).
H. Asuhan Bayi Baru Lahir
25. Melakukan penilaian (Selintas)
a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjut ke langkah resusitasi pada bayi
baru lahir dengan asfiksia.
Bila semua jawaban adalah “YA”, lanjut ke-26.
26. Keringkan tubuh bayi
Keringkan bayi dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk lain yang kering,
biarkan bayi diatas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal.
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik. Dalam
waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukkan oksitosin 10 Unit IM dari 1/3 paha atas
bagian distal lateral.
29. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira- kira 3 cm dari
pusat bayi, dorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada
2 cm distal dari klem pertama.
30. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi)
dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul mati
pada sisi lainnya
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
31. Meletakan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi. Luruskan bahu
bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibu. Usahakan kepala bayi berada di
antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting susu.
a. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi pada kepala bayi.
b. Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit dari dada ibu paling sedikit 1 jam.
c. Sebagaian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 30-60 menit.
I. Manajemen Aktif Kala III Persalinan (MAK III)
32. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
33. Melakukan pengecekan kontraksi dengan cara letakkan satu tangan di atas kain
pada perut ibu, ditepi atas simfisis, untuk mendeteksi ada tidaknya kontraksi.
Tangan lain menegangkan tali pusat.
34. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang
lain mendorong uterus ke belakang –atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur diatas.
a. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga
untuk melakukan stimulasi putting susu.
35. Mengeluarkan plasenta dengan cara : bila pada penekanan bagian bawah dinding
depan uterus kearah dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah
distal maka lanjutkan dorongan ke arah cranial hingga plasenta dapat dilahirkan.
a. Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya boleh ditegangkan sesuai dengan
sumbu jalan lahir.
b. Jika tali pusat bertambah Panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10
cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
c. Jika plasenta tidak lepas dalam 15 menit menenangkan tali pusat :
1) Ulang pemberian oksitosin 10 unit IM.
2) Lakukan katerisasi jika kandung kemih penuh.
3) Minta keluarga untuk mempersiapkan rujukan.
4) Ulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya.
5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi
perdarahan maka segera lakukan plasenta manual.
36. Melahirkan plasenta dengan kedua tangan saat palsenta sudah lahir. Pegang dan
putar plasenta ketika selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah di sediakan.
a. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem ovum steril
untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
37. Melakukan masase uterus segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi.
J. Menilai Perdarahan
38. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pasrtikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantong plastic atau tempat
khusus.
39. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum, lakukan penjahitan bila
ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.
K. Asuhan Pascapersalinan
40. Membersihkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0.5% bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan dengan kain
bersih.
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
Evaluasi
42. Pastikan kandung kemih kosong dan uterus berkontraksi.
43. Mengajarkan ibu dan keluarga cara masase uterus dan menilai kontraksi.
44. Melakukan evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
46. Melakukan pemantauan keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik (40-60 x/menit).
a. Jika sulit bernafas, merintih atau retraksi di resusitasi dan segera rujuk.
b. Jika bayi bernafas terlalu cepat atau sesak nafas, segera lakukan perujukan.
c. Jika kaki bayi teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali kontak
kulit ke kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam 1 selimut.
Kebersihan dan Keamanan
47. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%untuk
dekontaminasi (10 menit), cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
48. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
49. Bersihkan ibu dengan air DTT, bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.
Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
50. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu Ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
51. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
52. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%balikkan bagian dalam
ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
53. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir lalu seka dengan handuk bersih.
54. Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi.
55. Melakukan asuhan bayi baru lahir pada 1 jam pertama : memberikan salep tetes
mata profilaksis infeksi, vitamin K 1 mg IM di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan
fisik bayi baru lahir, pernafasan bayi (40-60kali/menit) serta suhu tubuh (36,5-
37,5°) setiap 15 menit sekali.
56. Setelah 1 jam pemberian vitamin K, berikan suntikan imunisasi Hepatitis B dipaha
kanan bawah lateral.
57. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin
0.5% selama 10 menit.
58. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir, lalu keringkan.
Dokumentasi
59. Periksa tanda vital dan asuhan kala IV persalinan.
60. Melengkapi partograf.

Dibuat Oleh : Paraf :


PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR
S No. Dokumen 006
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 2
Pengertian Suatu tindakan pemeriksaan yang dilaksanakan untuk mendeteksi adanya komplikasi
pada bayi baru lahir dalam 24 jam pertama.
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan Alat
No Alat Jumlah N Alat Jumlah
o B.
1 Penlight 1 buah 10 Celemek 1 buah P
2 Meteran Gulung 1 buah 11 Baskom air klorin 0.5% 1 buah
3 Stetoskop 1 buah 12 Baskom berisi air DTT 1 buah
4 Thermometer 1 buah 13 Tempat sampah medis 1 buah
5 Kom kecil berisi tissue 1 buah 14 Tempat sampah non medis 1 buah
6 Bengkok 1 buah 15 Tongue spatel 1 buah
7 Kom tutup berisi air DTT 1 buah 16 Kassa steril Secukupnya
8 Kain Pernel 1 buah 17 Timbangan Bayi 1 buah
9 Mikrotoir/ Penggaris Bayi 1 buah 18 Jam tangan 1 buah
ersiapan Diri
1. Memakai celemek.
2. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, lalu keringkan.
3. Memakai sarung tangan DTT.

C. Fase Kerja
1. Menilai keadaan umum
a. Menilai keseluruhan (perbandingan bagian tubuh bayi proposional/tidak).
b. Bagian kepada, badan dan ekstermitas (ada kelainan/tidak).
c. Tonus otot, tingkat aktifitas (gerakan bayi aktif/tidak).
d. Warna kulit dan bibir (kemerahan/ kebiruan)
e. Tangis bayi (melengking, merintih, normal).
2. Tanda-tanda vital
a. Pemeriksaan laju nafas dengan cara melihat tarikan nafas pada dada
menggunakan petunjuk waktu. Laju nafas normal 40-60 permenit, tidak ada
wheezing dan ronchi.
b. Pemeriksaan laju jantung dengan menggunakan stetoskop dan petunjuk
waktu. Laju jantung normal 100-120 permenit, tidak terdengar murmur
jantung.
c. Periksa suhu dnegan menggunakan thermometer aksila. Suhu normal 36.5 –
37.2 oC.
3. Melakukan penimbangan berat badan. Berat bayi normal 2500 gr – 4000 gr.
4. Melakukan pengukuran tinggi badan. Tinggi bayi normal 45 – 50 cm.
5. Memeriksa bagian kepala bayi
a. Memeriksa ubun-ubun : ubun-ubun besar dan ubu-ubun kecil.
b. Memeriksa sutura untuk memastikan adanya molase.
c. Penonjolan atau daerah mencekung. Periksa adanya kelainan baik trauma
persalinan atau adanya cacat congenital.
d. Mengukur lingkar kepala.
6. Memeriksa mata akan adanya tanda-tanda infeksi dan kelainan.
7. Memeriksa telinga akan dihubungkan letak dengan mata dan kepala serta ada
tidaknya gangguan pada pendengaran.
8. Memeriksa hidung dan mulut, langit-langit, bibir dan reflek rooting.
9. Memeriksa leher bayi. Perhatikan adanya pembesaran atau tonjolan dengan
mengamati pergerakan leher.
10. Memeriksa bahu, leher dan tangan. Perhatikan apakah ada kelainan atau
abnormalitas.
11. Memeriksa dada. Perhatikan bentuk dada dan putting susu serta
kesimetrisannya.
12. Mengkaji adanya refleks moro.
13. Memeriksa perut. Perhatikan apakah ada ketidaknormalan pada perut misalnya
benjolan.
14. Memeriksa genetalia. Perhatikan apakah ada kelainan pada organ genetalia.
15. Memeriksa tungkai dan kaki. Periksa gerakan dan kelengkapan jari untuk
mengetahui adanya kelemahan, kelumpuhan dan kelainan lainnya.
16. Memeriksa punggung. Perhatikan dan lakukan perabaan pada punggung untuk
memastikan tidak ada cekungan/benjolan/spina bifida.
17. Memeriksa anus. Pastikan ada lubang pada anus.
18. Memeriksa kulit. Perhatikan adanya verniks, pembengkakan, adanya bercak
hitam atau tanda lahir.

Dibuat Oleh : Paraf :


PERAWATN LUKA PERINEUM
S No. Dokumen 007
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 1
Pengertian Suatu tindakan untuk merawat dan membersihkan luka robekan perineum pada saat
nifas
Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan perawatan luka perineum.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Handschoen
2. Kapas DTT
3. Air DTT
4. Air Klorin 0.5%
5. Bengkok
6. Tempat sampah
7. Celemek
B. Persiapan Diri
1. Mencuci tangan.
2. Memberi salam dan bersikap sopan.
3. Menjaga privasi ibu.
C. Tindakan
1. Memasang handschoen pada kedua tangan.
2. Membuang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah
ke rectum dan letakan pembalut dalam tempat sampah atau bengkok.
3. Membersihkan daerah kelamin dan vulva dengan kapas DTT.
4. Mengganti dan memasang kembali pembalut.
5. Membereskan alat.
6. Mencuci tangan.
7. Melakukan pendidikan kesehatan pada ibu, sebagai berikut :
Perawatan luka perineum dilakukan setiap kali BAK/BAB dengan sabun dan
air, serta setiap kali pembalut penuh langsung diganti sesering mungkin,
tidak membubuhkan apapun pada luka, mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan perawatan.
Dibuat Oleh : Paraf :
TEKNIK MENYUSUI
S No. Dokumen 008
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 1
Pengertian Suatu cara memberikan ASI kepada bayi dengan posisi dan pelekatan ibu dan baik
dengan benar.
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan konseling Teknik menyusui.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan
1. Ruangan yang nyaman.
2. Kursi 1 buah.

B. Tindakan
1. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan.
2. Menjaga privasi.
3. Menganjurkan ibu untuk duduk dengan nyaman dan tidak menggantungkan
kaki.
4. Mencuci tangan.
5. Mengeluarkan sedikit ASI dengan menekan areola dan oleskan ASI ke sekitar
putting.
6. Mendekatkan bayi dengan menopangkan kepala dengan lengan ibu.
7. Memposisikan bayi sedemikian rupa sehingga perut dan seluruh badan bayi
menghadap perut ibu. Muka bayi menghadap payudara. Seluruh badan bayi
tersanggah dengan baik, tidak hanya leher dan bahu saja. Memegang payudara
dengan satu tangan dengan cara meletakan empat jari di bawah payudara dan
ibu jari di atas payudara. Ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf C.
8. Memastikan perlekatan bayi dengan cara : menggamati mulut bayi saat
mencari putting susu. Menunggu sampai mulut bayi terbuka kemudian
mengarahkan mulut bayi ke putting susu hingga bibir bayi dapat menangkap
putting susu. Memastikan sebagian besar areola sudah masuk ke dalam mulut
bayi. Dah=gu rapat ke payudara dan hidung menyentuh payudara bagian atas.
Bibir bawah bayi melengkung ke luar.
9. Mengeluarkan mulut bayi dari putting susu jika sudah selesai menyusu dengan
cara memasukan jari kelingking di antara mulut dan payudara.
10. Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di Pundak atau
menelungkup bayi melintang lalu menepuk-nepuk punggung bayi.
Dibuat Oleh : Paraf :
PEMBERIAN IMUNISASI
S No. Dokumen 009
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 2
Pengertian Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit, dengan
memasukan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan
kekebalan atau resisten terhadap penyakit itu saja, sehingga terhindar dari penyakit lain
diperlukan imunisasi lainnya.
Tujuan Sebagai acuan dalam pemberian imunisasi.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur 1. Menggunakan ADS (Auto Disable Syringe) baru dah steril
a. Memeriksa bungkus ADS untuk memastikan tidak rusak dan belum kadaluarsa.
b. Tidak menyentuh jarum.
c. Membersihkan kulit dengan kapas dan air hangat, tunggu kering.
d. Menyuntikan vaksin sesuai dengan jenis vaksin.
e. Tidak memijat-mijat daerah bekas suntikan.
f. Jika perdarahan, menekan daerah suntikan dengan kapas kering baru hingga
darah berhenti.
g. Membuang ADS bekas pakai langsung ke dalam safety box tanpa melakukan
penutupan kembali jarum suntik.
2. Cara imunisasi BCG
a. Suntik BCG diberikan secara intrakutan pada lengan kanan atas.
b. Dosis 0.05 cc, disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan pelan-pelan.
c. Untuk memberikan suntikan intrakutan secara tepat harus menggunakan jarum
pendek yang sangat halus (10mm, ukuran 26).
3. Cara imunisasi Polio
a. Petugas mencuci tangan.
b. Pastikan vaksin dalam keadaan baik.
c. Buka tutup vaksin dengan menggunakan pinset/ gunting kecil.
d. Pasang pipet di atas botol vaksin.
e. Letakan anak pada posisi yang senyaman mungkin.
f. Buka mulut anak dan teteskan vaksin polio sebanyak 2 tetes.
g. Pastikan vaksin yang telah diberikan di telan oleh anak yang diberikan
imunisasi.
h. Jika dimuntahkan atau dikeluarkan oleh anak ulang lagi penetesan.
i. Saat meneteskan vaksin ke dalam mulut anak, pastikan vaksin tetap steril,
j. Rapikan alat.
4. Cara imunisasi DPTHiB
a. Suntikan diberikan pada paha tengah luar secara intramuscular dengan dosis
0,5 cc.
b. Letakan bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh kaki
telanjang.
c. Orang tua sebaiknya memang kaki bayi.
d. Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk.
e. Masukan jarum dengan sudut 90o.
f. Suntikan seluruh jarum langsung ke bawah masuk ke dalam otot. Lakukan
pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit.
5. Cara imunisasi Campak
a. Suntikan campak diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan dengan dosis
0.5 cc.
b. Atur bayi dengan posisi miring dipakuan ibu dengan seluruh lengan telanjang.
c. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi. Gunakan ibu jari dan jari telunjuk
untuk menekan ke atas (mencubit) lengan bayi.
d. Cepat tekan jarum pada kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 45o.
e. Untuk mengontrol jarum, peganglah ujung semprit dengan ibu jari dan jari
telunjuk anda tetapi jangn sentuh jarum.
Prosedur Pelarutan Vaksin
a. Menggunakan pelarut yang tepat dan berasal dari produsen yang sama.
b. Memperhatikan tanggal kadaluarsa.
c. Perhatikan vaccine vial monitor dan kadaluarsa vaksin.
d. Hanya melarutkan vaksin bila ada sasaran imunisasi.
e. Saat membuka vaksin, suhu pelarut dan vaksin harus sama (2-8oC).
f. Memperhatikan tindakan aseptic dalam pelarutan.
g. Hanya menggunakan satu semprit pada satu vial vaksin. Setelah digunakan
buang buang dalam safety box.
h. Catat jam pelarutan vaksin.
i. Tidak menggunakan vaksin bila lewat masa pakai setelah pelarutan.
Dibuat Oleh : Paraf :
PEMBERIAN KONTASEPSI PIL
S No. Dokumen 010
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 1
Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan dengan cara memberikan kontrasepsi PIL pada
aksepstor KB.
Tujuan Sebagai acuan dalam pemberian kontrasepsi PIL
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Konseling Pra Pelayanan
1. Menyapa ibu dengan ramah dah memperkenalkan diri.
2. Menanyakan tujuan kedatangan.
3. Menanyakan alasan ingin menggunakan PIL.
4. Menanyakan tujuan ibu menggunakan kontrasepsi.
5. Menjelaskan keuntungan dan kerugian menggunakan PIL KB dengan media alat
bantu pengambilan keputusan (ABPK)
B. Tindakan
1. Menjelaskan cara memulai minum PIL KB bagi akseptor baru.
2. Melakukan persiapan PIL KB yang akan digunakan.
3. Memberikan PIL KB.
4. Menyerahkan kartu Kb yang telah diisi.
5. Melakukan pencatatan hasil pelayanan dan register KB.
C. Konseling Pascar Pelayanan
1. Mendiskusikan apa yang harus dilakukan bila ibu mengalami masalah, yaitu
segera menghubungi petugas atau fasilitas kesehatan terdekat.
2. Meminta ibu mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.
3. Menjawab semua pertanyaan ibu.
4. Memberitahu ibu cara menggunakan pIL KB.
Dibuat Oleh : Paraf :
PEMBERIAN KONTASEPSI SUNTIK
S No. Dokumen 011
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 1
Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan dengan cara memberikan suntikan KB secara
intramuscular pada akseptor KB.
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pelayanan kontrasepsi suntik KB
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur 1. Konseling pra pelayanan.
2. Mencuci tangan.
3. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
4. Melakukan penimbangan berat badan.
5. Melakukan pengukuran tekanan darah.
6. Mengambil obat kemudia memasukan ke dalam spuit sesuai dosis, lalu letakan
pada bak instrument.
7. Meminta ibu untuk berbaring di meja tindakan
8. Memeriksan tempat yang akan dilakukan penyutikan.
9. Melakukan desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan
penyuntikan.
10. Melakukan penyuntikan pada ventrogluteal dengan cara menganjurkan ibu untuk
miring, tengkurap atau telentangdengan lutut dan pinggung pasi sisi yang akan
dilakukan penyutikan dalam keadaan fleksi.
11. Melakukan penyuntikan dengan posisi jarum tegak lurus.
12. Menarik spuit dan menekan area penyuntikan dengan kapas alcohol.
13. Memasukan spuit bekas pada safety box.
14. Memcacat reaksi pemberian jumlah dosis dab waktu pemberian.
15. Mencuci tangan.
Dibuat Oleh : Paraf :
PEMASANGAN ALAT KONTASEPSI DALAM RAHIM
S No. Dokumen 012
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 3
Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan dengan cara memasang alat kontrasepsi dalam Rahim.
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pelayanan kontrasepsi AKDR.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan alat
1. IUD Kit, IUD Steril, Duk Steril.
2. Larutan klorin 0,5%.
3. Obat desinfektan
4. Handschoen steril.
B. Persiapan ruangan
1. Ruangan tertutup.
2. Penerangan untuk melihat serviks.
C. Persiapan klien
1. Konseling awal (sapa klien dengan ramah, perkenalkan diri, beri informasi
umum KB dan jenis alkon yang tersedia dan resiko serta keuntungan dari
masing-masing kontrasepsi, jelaskan apa yang dapat diperoleh dari
kunjungannya).
2. Konseling metode khusus
a. Berikan jaminan akan kerahasiaan klien.
b. Kumpulkan data pribadi klien.
c. Tanyakan agama yang mungkin menentang penggunaan kontrasepsi.
d. Diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan sikap
simpatik.
e. Bantu klien untuk memilih metode yang tepat.
f. Jelaskan kemungkinan efek samping AKDR sampai benar-benar
dimengerti oleh klien.
3. Seleksi riwayat kesehatan reproduksi klien
a. HPHT, lama haid, pola perdarahan.
b. Paritas dan riwayat kelahiran yang terakhir.
c. Riwayat kehamilan ektopik.
d. Nyeri hebat setiap haid.
e. Anemia berat.
f. Riwayat infeksi system genital / ISG dan PMS.
g. Berganti-ganti pasangan.
h. Kanker serviks
4. Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul sebelum
pemasangan AKDR.
5. Persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan.
6. Membuat surat persetujuan.
7. Klien diminta ke kamar mandi untuk kencing dan membersihkan alat kelamin
D. Pemeriksaan panggul
8. Bantu klien naik ke meja pemeriksaan dan atur posisi litotomi.
9. Kenakan kain penutup pada klien untuk pemeriksaan.
10. Bidan cuci tangan dengan air dan sabun dan dikeringkan dengan kain bersih.
11. Palpasi daerah perut dan periksa adakah nyeri, benjolan atau kelainan lainnya
di daerah supra pubik.
12. Atur lampu untuk melihat serviks.
13. Pakai sarung tangan DTT.
14. Atur alat dan bahan yang akan dipakai.
15. Lakukan inspeksi genitalia eksterna.
16. Palpasi kelenjar skene dan bartolini, amati adanya nyeri dan duh (discharge)
vagina.
17. Masukkan speculum vagina untuk ginekologik.
18. Lakukan pemeriksaan inspekulo : adanya lesi, keputihan pada vagina dan
inspeksi serviks.
19. Keluarkan speculum dengan hati-hati dan letakkan kembali ke tempat semula
tanpa menyentuh alat lain.
20. Lakukan pemeriksaan bimanual.
21. Lakukan pemeriksaan rektovaginal bila ada indikasi.
22. Celupkan sarung tangan pada larutan klorin, buka dan rendam dalam keadaan
terbalik.
23. Jelaskan hasil pemeriksaan panggul.
24. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan klien rasakan pada
proses pemasangan, persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan.
25. Masukkan lengan AKDR cut 380 A tetap dalam kemasan.
E. Tindakan pemasangan AKDR
26. Pakai sarung tangan yang baru.
27. Pasang speculum untuk melihat servik.
28. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptic 2 – 3 kali.
29. Jepit serviks dengan tenaculum.
30. Masukkan sonde uterus dengan No Touch Technique.
31. Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde uterus.
32. Ukur kedalaman kavum pada tabung inserter yang masih dalam kemasan.
33. Angkat tabung AKDR dari kemasan.
34. Pegang tabung AKDR dengan leher biru dengan posisi horizontal, lakukan
tarikan hati-hati pada tenakulum, masukkan tabung inserter ke dalam uterus
sampai leher leher biru menyentuh serviks.
35. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan.
36. Lepaskan lengann AKDR dengan menggunakan tehnik With Drawal.
37. Keluarkan pendorong, tabung inserter di dorong kembali ke serviks sampai
leher biru menyentuk serviks.
38. Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benaang AKDR ±3-4 cm.
39. Keluarkan seluruh tabung inserter buang ke tempat sampah terkontaminasi.
40. Lepaskan tenakulum dengan hati-hati dan rendam dalam larutan klorin 0,5% .
41. Priksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan tenakulum
tekan dengan kasa selama 30 – 60 detik.
42. Keluarkan spekulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5% 
Tindakan paska pemasangan.
43. Rendam seluruh alat dalam klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi
44. Buang bahan yang tidak dipakai ke tempat yang sudah disediakan.
45. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5%.
46. Cuci tangan dengan air sabun.
47. Pastikan klien tidak mengalami kram hebat dan amati selama 15 menit sebelum
klien pulang  Konseling paska pemasangan.
48. Ucapkan selamat dan jabat tangan klilen berutahu bahwa AKDR telah berhasil
terpasang.
49. Ajarkan klien memeriksa sendiri benang AKDR dan kapan harus dilakukan.
50. Jelaskan klien apa yang harus dilakukan bila mengalam efek samping.
51. Beritahu kapan klien harus kembali ke klinik untuk control.
52. Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR cut 390A.
53. Yakinkan pada klien ia dapat datang ke klinik setiap saat bila memerlukan
konsultasi.
54. Mintalah klien mengulang kembali penjelasan yang telah diberikan oleh
petugas.
55. Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien.
56. Merapkan alat.
57. Pemberian kartu akseptor.
Dibuat Oleh : Paraf :
PENCABUTAN ALAT KONTASEPSI DALAM RAHIM
S No. Dokumen 013
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 1
Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan dengan cara mengangkat atau melepaskan alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dari tempatnya.
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pencabutan AKDR
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur 1. Menyambut pasien dengan sopan dan ramah.
2. Memperkenalkan diri dan menjaga privasi
3. Melakukan anamnesa pada klien.
4. Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dalam proses pencabutan dan
mempersilahkan klien untuk bertanya.
5. Mempersilahkan klien untuk naik ke tempat tidur gynecology.
6. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang (jika diperlukan).
7. Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang AKDR.l.Mengusap
serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali.
8. Mengatakan pada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan.Meminta klien
untuk tenang dan menarik nafas panjang.memberitahu mungkin timbul rasa sakit
tapi itu normal.
9. Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem lurus atau lengkung yang
sudah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril dan tarik benang pelan-pelan, tidak
boleh menarik dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut dengan mudah. Untuk
mencegah benang putus tarik dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR dengan
pelan-pelan. Bila benang putus saat ditarik tetap ujung AKDR masih dapat dilihat
maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik keluar.
Pencabutan sulit
Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis servikalis dengan
menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila tidak ditemukan pada kanalis
servikalis, masukkan klem atau alat pencabut AKDR ke dalam kavum uteri untuk
menjepit benang atau AKDR itu sendiri.
10. Menunjukkan kepada klien AKDR yang telah dicabut.
11. Pasang AKDR yang baru bila klien menginginkan dan kondisinya memungkinkan.
12. Mempersilahkan klien untuk turun dari tempat tidur gynecology.
13. Melakukan pemantauan medis dan pemberian konseling.
14. Dokumentasi hasil pelayanan.
Dibuat Oleh : Paraf :
PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT
S No. Dokumen 014
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 3
Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan guna memasang implant atau alat kontrasepsi bawah
kulit (AKDK).
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pemasangan AKDK
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Alat dan bahan
N Alat No Alat
o
1 Handschoen steril 6 Lidocain
2 Spuit 7 Spuite disposibel
3 Set Implant 8 Plester
4 Implant kit 9 Kassa
5 Alkohol 10 Larutab povidone lodin

B. Fase Kerja
1. Persiapan
a. Sapa klien dengan ramah dan hangat
b. Tanyakan tujuan pemakaian alat kontrasepsi .
c. Bila belum dilakukan konseling implant,berikan konseling sebelum
dilakukan pemasangan 2/2.
d. Pastikan bahwa klien memang memilih implant.
e. Periksa kembali rekam medikdan lakukan penilaian lanjutan bila ada
indikasi.
f. Tanyakan tentang adanya reaksi alergi terhadap obat anestesi.
g. Berikan konseling tentang prosedur pemasangan implant.
h. Periksa kembali untuk meyakinkan bahwa klien telah mencuci lengannya
sebersih mungkin dengan sabun dan air dan membilasnya sehingga tidak
ada sisa sabun.
i. Bantu pasien naik ke meja periksa.
j. Letakkan kain yang bersih dan kering dibawah lengan pasien dan atur
posisi lengan pasien dengan benar.
k. Tentukan tempat pemasangan pada bagian dalam lengan atas, dengan
mengukur 8 cm di atas lipatan siku.
l. Beri tanda pada tempat pemasangan untuk memasang kapsul implant m.
Periksa bahwa peralatan yang steril atau telah didesinfeksi tingkat tinggi
(DTT) sudah tersedia.
m. Buka peralatan steril dari kemasannya.
n. Buka kemasan implant.
2. Tindakan pra pemasangan implant
a. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih.
b. Pakai sarung tangan steril.
c. Siapkan peralatan dan bahan – bahan yang diperlukan.
d. Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik, gerakkan ke arah luar
secara melingkar seluas 8 – 13 cm dan biarkan kering.
e. Pasang kain penutup (doek) steril di sekeliling lengan pasien.
3. Pemasangan kapsul implant
a. Suntikkan anestesi lokal 0,3 – 0,5 cc tepat dibawah kulit (intradermal) pada
tempat insisi yang telah ditentukan, sampai kulit sedikit menggelembung.
b. Teruskan penusukan jarum ke lapisan dibawah kulit, (subdermal) kurang
lebih 4 cm.
c. Uji efek anestesinya sebelum melakukan insisi pada kulit.
d. Buat insisi dangkal selebar 2 mm dengan scalpel.
e. Masukkan trokar dan pendorongnya melalui tempat insisi dengan sudut
yang tidak terlalu dalam sambil mengungkit kulit.
f. Masukkan terus trokar dan pendorongnya sampai batas tanda 1 (pada
pangkal trokar) tepat berada pada luka insisi.
g. Keluarkan pendorong.
h. Masukkan kapsul yang pertama ke dalam trokar dengan tangan atau dengan
pinset, tadahkan tangan yang lain dibawah kapsul sehingga dapat
menangkap kapsul bila jatuh.
i. Masukkan kembali pendorong dan tekan kapsul ke arah ujung dari trokar
sampat terasa adanya tahanan.
j. Tahan pendorong ditempatnya dengan satu tangan, dan tarik trokar keluar
sampai mencapai pegangan pendorong.
k. Tarik trokar dan pendorongnya secara bersama – sama sampai batas tanda 2
(pada ujung trokar) terlihat pada luka insisi. Jangan mengeluarkan trokar
dari tempat insisi.
l. Tahan kapsul yang telah terpasang dengan satu jari dan masukkan kembali
trokar serta pendorongnya sampai tanda 1.
m. Setelah setiap kapsul terpasang, arahkan kembali trokar 15 derajat
mengikuti tanda yang telah digambar pada kulit untuk memasang kapsul.
n. Hindari kapsul yang telah dipasang mengalami kerusakan akibat tertusuk
trokar pada waktu pemasangan kapsul selanjutnya. Gunakan jari telunjuk
untuk memegang kapsul yang sudah terpasang sementara memasukkan
trokar ke posisi berikutnya.
o. Jangan menarik ujung trokar dari tempat insisi sampai seluruh kapsul
sudah terpasang.
p. Raba kapsul untuk memastikan keenam kapsul implant telah terpasang
dalam pola kipas.
q. Raba daerah insisi untuk memastikan seluruh kapsul berada jauh dari insisi.
4. Tindakan pasca pemasangan
a. Tekan pada tempat insisi dengan kasa untuk menghentikan perdarahan b.
Dekatkan ujung – ujung insisi dan tutup dengan band – aid.
b. Beri pembalut tekan untuk mencegah perdarahan dan mengurangi memar.
c. Letakkan semua peralatan dalam larutan klorin selama sepuluh menit untuk
dekontaminasi, pisahkan trokar dari pendorongnya.
d. Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ke tempatnya (kasa, kapas ,
sarung tangan, alat suntik sekali pakai).
e. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin, kemudian buka dan rendam selama sepuluh menit.
f. Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan dengan kain bersih
h. Gambar letak kapsul pada rekam medik dan catat bila ada hal khusus.
g. Beri petunjuk pada pasien cara merawat luka (misalnya bila ada nanah atau
darah atau kapsul keluar dari luka insisi).
h. Yakinkan pada klien bahwa dapat datang ke klinik setiap saat bila
menginginkan untuk mencabut kembali implant.
i. Lakukan observasi selama 5 menit sebelum memperbolehkan pasien pulang
Dibuat Oleh : Paraf :
PENCABUTAN ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT
S No. Dokumen 015
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 1
Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan guna mengangkat kontrasepsi implant dari tempat
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pengangkatan AKBK.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur 1. Mencuci tangan.
2. Memakai sarung tangan steril.
3. Mengusap tempat pemasangan dengan menggunakan cairan antiseptic.
4. Memasang kain penutup (doek) steril.
5. Menyuntikan anastesi local di bawah ujung kapsul 1/3 kapsul.
6. Menguji efek anestesi sebelum membuat insisi pada kulit.
7. Membuat insisi kecil (4 mm) di bawah ujung dari kapsul.
8. Menjepit ujung kapsul dengan klem lengkung (mosquito).
9. Membersih kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan
menggunakan kassa atau scalpel.
10. Menjepit ujung kapsul yang sudah di bersihkan dengan klem ian, menarik keluar
dan menyimpannya pada tempat yang berisi larutan klorin 0.5%.
11. Mendekatkan ujung insisi dan menutup dengan band aid.
12. Membilas jarum suntik dengan klorin dan merendam semua alat untuk
mendekontaminasinya.
13. Membuang benda habis pakai pada tempatnya.
14. Mencelupkan sarung tangan yang sudah di pakai lalu melepasnya dalam
keadaan terbalik untuk di dekontaminasi.
15. Mencuci tangan.
Dibuat Oleh : Paraf :
PENATALAKSANAAN EKSPLORASI SISA PLASENTA
S No. Dokumen 016
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 1
Pengertian Suatu tindakan intervensi untuk mengeluarkan sisa plasenta dan selaput ketuban yang
masih tertinggal dalam rongga rahim.
Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan eksplorasi digital pada sisa plasenta.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan alat dan obat
1. Sarung tangan steril
2. Infus set dewasa
3. Abocath No. 18
4. Cairan RL
5. Nierbeikan
6. Underpad
7. Rekam medik pasien
8. Alat tulis
B. Persiapan klien
1. Jelaskan pada klien prosedur dan tujuan tindakan.
2. Berikan dukungan dan support mental.
3. Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi.
C. Penatalaksanaan
1. Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan Nacl 0.9%/ RL dengan
kecepatan 60 tetes/ menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit
dalam 1000 ml larutan Nacl 0.9%/ RL dengan kecepatan 40 tetes/ menit hingga
perdarahan berhenti.
2. Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan bekuan arah
dan jaringan.
3. Berikan antibiotic profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g IV dan
metronidazole 500 mg).
4. Jika perdarahan berlanjut, tatalaksana seperti atonia uteri dan lakukan
perujukan.
Dibuat Oleh : Paraf :
PENATALAKSANAAN ATONIA UTERI
S No. Dokumen 017
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 3
Pengertian Suatu tindakan intenvesi kepada ibu bersalin untuk menghentikan perdarahan segera
setelah plasenta lahir akibat tidak adanya kontraksi uterus setelah 15 detik dilakukan
masase.
Tujuan Sebagai acuan dari penanganan perdarahan yang disebabkan karena atonia uteri.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan Alat dan Obat
No Alat Jumlah N Alat Jumlah
o B.
1 Sarung tangan steril 1 pasang 8 Spuit 3 cc 3 buah B.
2 Kateter nelaton 1 buah 9 Alas bokong/ underpad B.
3 Infus set dewasa 2 set 10 Kondom steril B.
4 Abocath no 18 3 buah 11 Nierbeiken B.
5 Cairan Nacl / RL 5 buah 12 APD
B.
6 Oxcitocyn 5 ampul 13 Rekam medik
B.
7 Metilergometrin 0.2 mg 2 ampul 14 Alat Tulis
B.
Penerimaan Pasien dan Persetujuan Tindakan Medis
1. Menyapa pasien, keluarga serta memperkenalkan diri setiap pertama kali
berinteraksi dengan pasien dan keluarga.
2. Memberikan informed consent ibu dan keluarga.
3. Mencuci tangan dengan alcohol rub sebelum menyentuh pasien.
C. Penatalaksanaan Perdarahan Pascasalin Karena Atonia Uteri
1. Teriak minta tolong (petugas atau penanggungjawab pasien)
2. Nilai sirkulasi, jalan nafas dan pemafasan pasien – bila ibu tidak bernafas,
segera lakukan tindakan resusitasi.
3. Orarg kedua dalam tim respon awal emergency segera mendekatkan troli
emergency ke tempat kejadian emergency.
4. Bidan penanggungjawab pasien menyampaikan kepada orang pertama atau
dokter jaga tentang ibu saat ini dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi :
a. Usia ibu
b. Kehamilan keberapa
c. Usia kehamilan
d. Proses persalinan yang baru saja di alami, termasuk riwayat induksi,
kelahiran memggunakan alat, persalinan lama atau terlalu cepat, riwayat
ketuban pecah, kelahiran plasenta, jumhh perdarahan yang terjadi.
e. Berat lahir bayi
f. Tanda-tanda vital saat ini
g. Kadar HB saat hamil
h. Riwayat HPP/ atonia pada kehamilan sebelumnya jika ada
5. Berikan oksigen 4-6 liter/ menit melalui sungkup atau kanula.
6. (orang kedua dibantu orang ketiga — secara simultan) melakukan pemerksaan
tanda vital dan pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran
b. Hitung frekuensi nadi
c. Hitung frekuensi napas
d. Pemeriksaan tekanan darah menggunakan manset yang sesuai
7. Bila menemukan tanda-tanda syok orang pertama mengambil alih situasi dan
melakukan tatalaksana syok sesuai daftar tilik syok sementara itu orang kedua
secara sirnultan melakukan :
a. Masase uteru
b. Bersihkøn bekuan darah dan pastikan kavum uteri bersih
c. Berikan infus oksitosin 20-40 l delam 1 liter cairan kristaloid
d. Bila oksitosin tidak tersedia berikan ergometrin 0.2 mg IM
e. Bila perdarahan masih tidak berhasil diatasi, diberikan misoprostolprektal
800-1000 rng
f. Berikan injeksi 1 gr asam traneksamat IV
g. Jika perdarahan masih terus berlangsung lakukan kompresi.
h. Melakukan pencatatan hasil pemeriksaan awal terarah (quick check) dengan
baik dan lengkap.
i. Pada saat memasang infus, lakukan juga pemasangan sampel darah untuk
pemerksaan kadar HB dan golongan darah
D. Melakukan Kompresi Bimanual
Dapat dilakukan oleh orang pertama/ dokter jaga atau orang kedua/ bidan senior.
Bila perdarahan masih berlangsung, uterus tidak berkontraksi, lakukan Kompresi
Bimanual Interna
1. Ganti dengan sarung tangan panjang steril menutup siku
2. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan non dominan menyisihkan kedua labia
minora ke lateral dan tarngan dominan secara obstetrik dimasukan melalui
introitus vagina
3. Kepalkan tangan dominan dan letakkan dataran punggung jari telunjuk hingga
kelingking pada forniks anterior, dorong uterus kearah cranio — anterior
4. Tapak tangan non dominan menekan bagian belakang corpus uteri
5. Lakukan kompresi dengan jalan telapak tangan kiri dengan kepalan tangan
kanan pada forniks anterior
6. Penolong berdiri di depan vulva dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri,
sisihkan kedua labia mayora ke lateral dan secara obstetrik, masukkan tangan
kanan melalui introitus
7. Kepalkan tangan kanan dan letakkan dataran punggung jari telunjuk hingga
kelingking pada fomiks anterior, dorong uterus ke cranio — anterior
8. Tapak tangan kiri menekan bagian belakang corpus uteri
9. Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan tangan kiri dengan kepalan
tangan kanan pada anterior
10. Lakukan kompresi bimanual interna selama 5 menit. Perhatikan perdarahan
yang terjadi, bila berhenti, pertahankan posisi demikian hingga kontraksi uterus
membaik keluarkan tangan seteIah 1-2 rnent
11. Keluarkan tangan kanan, bersihkan sarung tangan rendam dalam klorin 0.5%
12. Cuci tangan dan lengan keringkan dengan handuk
13. Jika uterus tetap tidak berkontraksi setelah bimanual selama 5 menit, lakukan
kompresi bimanual eksternal oleh orang kedua atau ketiga
14. Orang pertama segera menyiapkan rujukan
E. Perawatan pasca tindakan jika atonia teratasi
1. Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (lakukan skin test terlebih dahulu)
a. Ampisilin 2 gram dan metronidazol 500 mg IV
b. Atau sepazolin 1 gram dan metronidazole 500 mg IV
2. Lakukan pengawasan dan pencatatan (orang kedua dan orang ketiga) tanda vital
dengan mengukur tensi, nadi serta kontraksi uterus dan volume perdarahan
a. Setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama
b. Setiap 30 menit pada jam kedua
c. Setiap jam untuk waktu Seterusnya hingga pasien benar-benar dalam
keadaan stabil
3. Pasang kateter untuk mengawasi jumlah urine yang keluar, ukur volume urine
setiap 3 sampai 4 jam
4. Periksa kadar HB pasca tindakan
5. Buat laporan tindakan dan catat kondisi pasien pada catatan medis
6. Buat intruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting yang memerlukan
pemantauan ketat
7. Beritahu pada pasien dan keluarga bahwa tindakan telah selesai dan pasien
masih memerlukan perawatan
F. Persiapan dan Proses RuJukan
1. Surat rujukan
2. Transportasi
3. Pertahankan cairan infuse dan kondisi pasien dan lanjutkan resusitasi cairan jika
diperlukan
4. Lanjutkan pemberian uterotonika selama perjalanan
5. Menghubungi faskes tujuan melali telepon/SMS
6. Petugas kesehatan mendampingi rujukan
G. Dekontaminasi dan Pencegahan Infeksi Pasca Tindakan
1. Letakkan semua peralatan yang digunakan dalam tindakan kedalam bak berisi
Klorin 0.5% untuk dekontaminasi
2. Buang semua benda tajam kedalam kontainer yang tidak tembus, khusus untuk
pembuangan benda tajam
3. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan tangan
menggunakan handuk kering sekali pakai.
Dibuat Oleh : Paraf :
PENATALAKSANAAN PRE EKLAMSIA
S No. Dokumen 018
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 2
Pengertian Suatu tindakan intenvensi kepada ibu hamil dengan kehamilan diatas 20 minggu yang
di tandai dengan tekanan darah ≥ 140 / 90 mmhg dan protein ≥2 +1.
Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan pre eklamsia.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan Alat
No Alat No Alat
1 Tensimeter 8 MgSo4
2 Stetoskop 9 Calsium glukonat
3 Monoaural 10 Folly catheter
4 Spatula lidah 11 Refleks hammer
5 Oksigen 12 Spuit 10 cc
6 Infus Set dan abocath 13 Jam
7 Cairan RL 14 Isap lendir

B. Penerimaan Pasien dan PersetujuanTindakan Medis


1. Menyapa pasien, keluarga sena memperkenalkan diri setiap pertama kali
berinteraksi dengan pasien dan keluarga.
2. Memberikan informed consent pada ibu dan keluarga.
3. Mencuci tangan dengan alcohol rub sebelum menyentuh pasien.
C. Tindakan Pertolongan Pre Eklamsia dan Pendokumentasian
1. lakukan anamnesis singkat dan terarah tentang kondisi ibu saat ini dan kondisi
lain yang dapat mempengaruhi :
a. Usia ibu
b. Usia kehamilan
c. Sejak kapan tekanan darah tinggi di alami pada kehamilan ini
d. Kehamilan berapa
e. Adakah keluhan sakit kepala, pandangan kabur, mual, nyeri ulu hati,
f. Adakah kejang
g. Obat yang sudah di dapat
h. Riwayat tekanan darah tinggi sebelum kehamilan ini
2. Lakukan pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik secara simultan
a. Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran
b. Pemeriksaan tekanan darah menggunakan manset yang sesuai dalam posisi
setengah duduk, ulang pemeriksaan selang waktu 4 jam
c. Hitung frekuensi napas
d. Hitung frekuensi nadi
e. Pemeriksaan reflex patella
f. Lakukan pemeriksaan dipstick protein urine
g. Bila diagnosis pre eklamsia berat ditegakkan syarat pemberian MgS04
terpenuhi
3. Melakukan pencatatan hasil pemeriksaan awal terarah (quick check) dengan baik
dan lengkap
4. Buat diagnosis kerja dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
5. Memberikan dosis awal Magnesium Sulfat
a. Beritahu bahwa Ibu pertu mendapatkan Obat suntikan yang berguna untuk
mencegah terjadinya kejang
b. Beritahu bahwa pada saat penyuntikan ibu akan merasakan panas pada saat
Magnesium Sulfat diberikan
c. Lakukan pemasangan infus dengan menggunakan kateter vena nomor 18 dan
cairan ringer asetat /ringer laktat.
d. Lakukan pemesangan kateter urine menetap untuk memantau produksi urine
e. Berikan 4 gram MgS04 (10 ml larutan MgS04 dilarutkan dengan 10 ml
aquades) IV perlahan-lahan selama 15-20 menit.
f. Jika akses intravena sulit berikan masing-masing 5 gram MgS04 (12.5 lar
MgS04 40%) IM di bokong kanan dan Kiri
g. Sambil menunggu rujukan segera lanjutkan dengan dosis pemeliharaan 6
gram MgS04 (15 ml larutan MgS04 40%) dalam larutan ringer asetat atau
ringer laktat secara IV dengan kecepatan 28 tetes/ menit selama 6 jam dan
diulang hingga 24 jam setelah persalinan jika syarat-syarat terpenuhi.
h. Jika terjadi kejang setelah 15 menit berikan MgS04 (40%) 2 gram IV selama
5 menit
i. Alat suntik sekali pakai dibuang dalam tempat sampah yang tahan tusukan
j. Mengetahui antidotum MgS04 Ca Glukonas 10% 10 ml (1 gram)
6. Pemberian anti hipertensi :
a. Ibu dengan hipertensi berat perlu mendapatkan terapi anti hipertensi (tekanan
darah>160/110 mmHg)
b. Obat anti hipertensi : Nifedipin 3-4 kali 10-30 mg per oral
7. Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan rujukan.
8. Melakukan pendokumentasian yang baik dan lengkap, berikan keterangan pada
keluarga dan pasien tentang kondisi saat ini dan penanganan lebih lanjut sampai
keluarga pasien mengerti.
D. Persiapan Rujukan
1. Surat rujukan
2. Transportasi
3. Obat-obatan emergency jika diperlukan
4. Menghubungi faskes rujukan melalui telepon/ SMS
5. Petugas kesehatan mendampingi rujukan
6. Melakukan observasi dan pencatatan selama proses
Dibuat Oleh : Paraf :
PENATALAKSANAAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR
S No. Dokumen 019
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 4
Pengertian Suatu intervensl tindakan yang dilakukan untuk membantu baayi baru lahir yang tidak
bemafas spontan dan teratur.
Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan asfiksia bayi baru lahir.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan Resusitasi
a. Infomed Consent dan komunikasi
b. Menyusun tim
c. Pengenalan faktor resiko ibu dan bayi baru lahir
d. Menyiapkan alat dan memastikan berfungsi
e. Mengetahui indikasi melakukan resusitasi (langkah awal)
B. Resusitasi Pada Bayi Baru Lahir
1. Penilaian awal (bernafas, menangis, tonus otot) jika salah satu jawaban tidak
rnaka bayi perlu tindakan resusitasi.
2. Melakukan langkah awal
a. Memastikan bayi tetap hangat (metakkan bayi baru lahir di bawah
penghangat dengan pemancar panas) dan pemasangan plastic dan topi bayi
sebagai metode kehangatan.
b. Atur posisi dan bersihkan jalan nafas
c. Membersihkan jalan napas
d. Mengeringkan, menganti kain basah
e. Melakukan stimulasi
f. Reposisi kepala (memposisikan kembali)
3. Melakukan evaluasi (usaha nafas, laju denyut jantung dan tonus otot)
4. Membuat keputusan untuk langkah selanjutnya
5. Mengetahui indikasi melakuan Ventilasi Tekanan Positif
a. Jika bayi baru lahir tidak bornafas/ megap-megap atau laju denyut jantung <
100 x / menit maka lakukan VTP dan pasang sensor pulse oxymetri di tangan
kanan (saturasi oksigen).
b. Jika bayi baru lahir bernafas spontan dan denyut jantung > 100 x/ menit
tetapi ada distress respirasi (takipnea, tarikan dinding dada, merintih) maka
lakukan pemasangan CPAP dan pasang pulse oxymeter ditangan kanan.
6. Melakukan ventilasi Tekanan Positif dengan Balon sungkup + katup PEEP
7. Menentukan ukuran sungkup yang sesuai
8. Memastikan jalan nafas terbuka
9. Melekatkan sungkup dengan benar
10. Melakukan VTP
11. Melakukan koreksi jika dada tidak mengembang
12. Melakukan VTP dengan frekuensi 20-30 x per 30 detik
13. Melakukan evaluasi setelah VTP selama 30 detik
14. Setelah VTP 30 detik, evaluasi usaha napas, denyut jantung dan saturasi oksigen.
15. Membuat keputusan untuk melakukan langkah berikutnya :
a. Bila nafas spontan denyut jantung > 100 x/ menit dan tidak ada tanda-tanda
doistres respirasi, lakukan perawatan pasca resusitasi
b. Bila nafas spontan denyut jantung > 100 x/ menit dan ada tanda-tanda
distress respirasi, berikan CPAP
c. Bila belum ada nafas spontan, denyut jantung > 60 x/ menit lanjutkan VTP.
d. Bila bayi belum bernafas dan denyut jantung < 60 x// menit lakukan VTP
dan kompresi dada.
e. Jika sudah kompeten lanjutkan ke VTP berkelanjutan dengan t-piece
resuscitator, jika tidak kompeten dalam melakukan kompresi dada maupun
VTP dengan t-piece lakukan rujukan dengan tetap melakukan VTP sampai
ketempat rujukan.
16. Melakukan persiapan alat untuk melakukan VTP lanjutan dengan t-piece dengan
mengatur tekanan positif akhir respirasi (end-expiratory pressure/ PEEP yang
akan diberikan antara 5-8 cm H20 (umumnya dimulai dengan 7, hingga
manometer menunjukkan PEEP yang diinginkan).
17. Melekatkan sungkup dengan ukuran yang sesuai pada wajah bayi.
18. Melakuann pengamatan saturasi oksigen pada pulse oxymetri.
19. Melakukan evaluasi saturasi oksigen
a. Jika setelah pemberian PEEP, saturasi oksigen masih belum naik. maka
pemberian FIO2 dinaikan bertahap.
b. Pada bayi cukup bulan pemberian oksigen dari konsentrasi 21% dan pada
bayi kurang bulan pemberian oksigen dimulai dari konsentrasi 30%
kemudian bias dinaikan bertahap sesuai dengan tabel yang telah ditentukan.
c. Pikirkan pemasangan LMA bila VTP dengan t-piece resuscitator tidak
efektif.
20. Petugas mampu mengetahui indikasi dilakukannya pemasangan Laryngeal Mask
Airway (LMA)
21. Melakukan persiapan alat
22. Kempiskan cuff dan jaga agar tidak terlipat
23. Mengolesi bagian belakang dan samping LMA dengan air liur bayi
24. Peganglah LMA seperti memegang pensil dengan bagian sungkup menghadap
ke depan.
25. Masukan LMA menyusuri bagian tengah langir-langit mulut.
26. Dorong sungkup dengan jari telunjuk menyusuri langit- langit mulut kearah
faring sampai terasa ada tahanan.
27. Pegang pipa LMA agar tidak berubah posisi dengan tangan kjri, jari telunjuk
kanan ditarik dari mulut bayi.
28. Kembangkan cuff dengan memasukkan 4 ml udara dengan spuita pada waktu
tersebut tampak LMA sedikit terdorong ke luar.
29. Hubungkan dengan alat resusitasi ventilasi.
30. Peserta mengetahui indikasi dilakukannya kompresi dada.
31. Kompresi dada dilakukan terkoordinasi dengan VTP satu orang melakukan
kompresi dada dan satu orarg melakukan VTP.
32. Posisi penolong dalam melakukan kompresi dada menghadap ke kepala dengan
kedua tanggannya dalam posisi yang benar.
33. Tempat melakukan kompresi dada di sepertigaga distal sternum tepat di kaudal
linea intermamillaria dengan diameter sepertiga kedalaman penekanan
anteroposterior rongga dada.
34. Bisa menggunakan dua teknik yaitu teknik ibu jari dengan menggunakan ujung
ibu jari, jari jari yang lain melingkari dada, dan teknik dua jari dengan
menggunakan ujung dua jari (jari tengah dan teiunjuk) tangan yang satunya
menopanv di punggung bayi.
35. Rasio kompresi 3:1 dengan totol 90 kali kompresi dan 30 nafas setiap menitnya.
36. Konsentrasi Oksigen dinaikan 100%, perhatikan efektifitas ventiiasi.
37. Kompresi dada dan VTP selama 1 menit dan konsistensi.
38. melakukan evaluasi (laju denyut jantung, usaha nafas) setiap 60 detik.
39. Petugas mampu memutuskan dan melakukan:
a. Menghentikan VTP - kompresi dada jika laju denyut jantung > 100 x/ menit
bayi brnapas spontan.
b. Menghentikan kompresi dada dan melanjutkan VTP jika laju denyut jantung
> 60 x/ menit dan bayi belum bernapas spontan.
c. Opsi hanya periu diketahui; memberikan adrenalin 1:10.000 dengan dosis
0,1 mL/KgBB melalui vena umbilikal, melanjutkan kompresi dada dan VTP
jika laju denyut janturg< 60 x/ menit dan bayi belum bernapas spontan:
1) Melakukan pemasangan kateter vena umbilikal
2) Mengidentifikasi kebutuhan pemberian volume
3) Melakukan stabilisasi pada bayi baru lahir pasca resusitasi
4) Melakukan transportasi pada bayi baru lahir pasca resusitasi
40. Mengetahui indkasi dilakukannya kateterisasi umbilical.
41. Petugas melakukan katetirisasi umbilical :
a. Persiapan Alat
b. Cuci tangan dengan antiseptic
c. Memakai sarung tangan steril
d. Isi lebih dahulu kateter ukuran 3.5 F atau 5 F telah disambung dengan
semprit dan stopcock dengan garam fisiologis.
e. Pasang sebuah keran 3 arah (3 way stopper) steril dan semprit pada kateter 5
FG dan isi dengan saline normal, lalu tutup keran.
f. Bersihkan umbilicus dan kulit sekelilingnya dengan larutan antiseptic, lalu
ikat longgar dengan benang mengelilingi dasar umbilicus.
g. Potong umbilicus 1-2 cm dari batas kulit dan Wharton jelly dengan pisau
steril. Tentukan vena umbilicus (pembuluh darah yang menganga lebar) dan
arteri umbilicus (dua pembuluh darah berdinding tebal).
h. Pegang umbilicus (yang dekat dengan pembuluh vena dengan forsep steril
i. Tekan ringan bila ada perdarahan, bersihkan dan asepsis kembali.
j. Pegang bagian dekat ujung kateter forceps steril dan masukkan kateter ke
dalam vena (kateter harus dapat menembus dengan mudah tanpa ada
tahanan) sedalam 4-6 cm. Alur vena akan menuju kearah jantung. Tarik
darah sehingga mengailir dengan mudah ketika membuka threeway stopcock
kearah semprit dan menghisap secara pertahan.
k. Periksa kateter tidak menekuk dan darah tidak balik dengan mudah, bila ada
sumbatan tarik pelan-pelan umbilicus, tarik ke belakang sebagian kateter dan
masukan kembali.
l. Kaji jangan sampai ada udara di selang infuse dan tutup ujung set, masukkan
obat-obatan atau cairan fisiologis sesuai indikasi.
m. Bila sudah didapatkan perbaikan denyut kateter segera dilepas.
n. Asepsis kembali area pemasargan kateter umbilical.
42. Mengidentifikasi kebutuhan pemberian volume.
43. Melakukan stabilisasi pada bayi baru lahir pasca resusitasi.
44. Melakukan transportasi pada bayi baru lahir pasca resusitasi.

Dibuat Oleh : Paraf :


MANUAL PLASENTA
S No. Dokumen 020
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 2
Pengertian Suatu tindakan intervensi kepada ibu bersalin, segera setelah 30 menit bayi lahir namun
tidak disertai lahirnya plasenta dengan cara melepaskan placenta dari tempat
implantasinya dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual.
Tujuan Sebagai acuan dalam penanganan retensio plasenta.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Penerimaan Pasien dan Persetujuan Tindakan Medis
1. Menyapa pasien, keluarga serta memperkenalkan diri setiap pertama kali
berinteraksi dengan pasien dan keluarga.
2. Memberikan informed consent pada ibu dan keluarga.
3. Mencuci tangan dengan alkohol rub sebelum menyentuh pasien.
Tindakan ini harus dilakukan oleh petugas yang kompeten yang bekerja dalam
tim.Tindakan manual plasenta dapat dilakukan oleh orang pertama atau orang
kedua.
B. Persiapan Klien
1. Cairan dan slang infus sudah terpasang. Perut bawah dan paha sudah
dibersihkan.
2. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan
3. Menyiapkan kain alas bokong dan penutup perut bawah
4. Medikamentosa :
a. Analgetik (Petidin 1-2 mg/kg BB / Ketamine HCL 0.5 mg/kg BB /
Tramadol 1-2 mg/kg BB (harus dilakukan oleh petugas kesehatan yang
kompeten di fasiiitas dengan supervisi dari dokter).
b. Sedativa (Diazepam 10 mg)
c. Uterotonika (Oksitosin, Ergomotrin, prostaglandin).
d. Betadine
e. Oksigen dan regulator
C. Persiapan Penolong
1. Celemek, masker, kacamata pelindung, sepatu bot
2. Sarung tangan panjang DTT/ Steril
3. Instrumen :
a. Klem : 2 buah
b. Spuin 5 cc dan jarum no 23 : 4 buah
c. Wadah plasenta : 1 buah
d. Kateter dan penampung air kemih : 1 buah
e. Hecting set: 1 set
f. Larutan klorin 0.5 %
D. Tindakan Pertolongan Perdarahan Pasca Salin Karena Retensio Plasenta
1. Mencuci tangan hingga siku dengan air dan sabun kemudian keringkan.
2. Ibu dalam posisi litotomi pada tempat tidur ginekologi.
3. Memberikan sedative dan analgetik melalui karet infus (dilakukan oleh petugas
kesehatan sesuai kompetensi).
4. Memakai sarung tangan steril hingga mencapai siku.
5. Mengosongkan kandung kemjh menggunakan kateter.
6. Jepit tali pusat dengan klem, tegangkan tali pusat dengan tangan kiri sejajar
lantai.
7. Targan kanan djmasukkan secara obstetrik ke dalam kavum uteri dengan
mengikuti tali pusat hingga menyentuh serviks.
8. Setelah tangan mencapai pembukaan servik, meminta asisten untuk memegang
klem, kemudian tangan penolong yang lain menahan fundus uteri.
9. Sambil menahan fundus uteri, memasukkan tangan dalam kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
10. Membuka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam (ibu Jari merapat
kepangkal jari telunjuk).
11. Tentukan tepi plasenta kemudian lepaskan secara tumpul dengan sisi ulnar
tangan kanan kemudian dilepaskan sedikit demi sedikit sampai terlepas.
12. Apabila plasenta sudah lepas, gunakan tangan kiri untuk menarik tali pusat
guna mengeluarkan plasenta secara perlahan sementara tangan kanan masih di
dalam kavum uteri, untuk memastikan tidak ada sisa plasenta. Lahirkan
plasenta dengan menahan korpus uteri pada suprasimfisis.
13. Letakkan plasenta pada tempat yang tersedia.
14. Perhatikan kontraksi uterus dan kemungkinan perdarahan.
15. Memeriksa kelengkapan plasenta.
16. Dekontaminasi alat bekas pakai ke dalam larutan klorin 0.5% dan membuka
sarung tangan di dalam larutan klorin 0.5%. kenakan sarung tangan DTT
kembali.
17. Membersihkan dan merapikan ibu.
18. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk kering
dan bersih sekali pakai.
E. Perawatan Pasca Tindakan
1. Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal :
a. Ampisilin 2 gram dan metronidazole 500 mg IV
b. Atau sefazolin I gram dan metronidazole 500 mg IV
2. Memantau tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
a. Setiap 15 menit pada jam pertama
b. Setiap 30 menit pada jam kedua
3. Buat laporan tindakan dan catat kondisi pasien pada catatan medik.
4. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting yang memerlukan
pemantauan ketat.
5. Beritahu pada pasien dan keluarga bahwa tindakan telah selesai dan pasien
masih memerlukan perawatan.
F. Persiapan Rujukan
1. Surat rujukan
2. Transportasi
3. Pertahankan cairan infuse sesuai dengan kondisi pasien
4. Lanjutkan pemberian uteretonika selama perjalanan
5. Menghubungi faskes rujukan melalui telepon/ SMS
6. Petugas kesehatan mendampingi rujukan
Dibuat Oleh : Paraf :
PENANGANAN KONDOM KATETER
S No. Dokumen 021
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 2
Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan kepada ibu bersaLin menghentIkan perdarahan segera
setelah plasenta lahir tidak adanya kontraksi uterus setelah 15 detik masase.
Tujuan Sebagai acuan dalam penangangan atonia uteri.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan Alat dan Obat
1. Kateter Folley No 24
2. Kondom
3. Larutan NaCL %
4. Selang Infus atau spuit 50 ml
B. Pelaksanaan
1. Baringkan ibu dalam posisi litotomi.
2. Cuci tangan.
3. Gunakan sarung tangan steril.
4. Masukkan kateter ke dalam kondom.
5. Ikat dengan tali dekat dengan mulut kondom.
6. Pertahankan buli dalam keadaan kosong dengan kateter Folley.
7. Masukkan kondom yang sudah terikat dengan kateter ke dalam rongga uterus.
8. Biarkan ujung dalam kateter di dalam kondom.
9. Ujung luar kateter dihubungkan dengan set infuse
10. Kondom dikembangkan dengan 250-500 ml larutan NaCl %.
11. Observasi perdarahan. Jika berkurang, hentikan pengembangan kondom lebih
lanjut.
12. Ujung luar kondom dilipat dan diikat dengan tali.
13. Kontraksi uterus dipertahankan dengan drip oksitosin sampai setidaknya 6 jam
setelah prosedur.
14. Pertahankan posisi kondom dengan kasa gunting yang dimasukan di dalam
vagina atau kembangkan kondom lainnya di dalam vagina.
15. Kondom kateter dipertahankan solama 24 jam dan setelah itu dikempiskan
bertahan (10-15 merit) dan dikeluarkan
16. Berikan antibiotika profilaksis dosis turqgal:
a. Ampisilin 2 g IV dan metronidazol 500 IV
b. Atau sefazolin 1 g IV dan metrodinazol 500 IV
17. Jika ada tanda infeksi berikan antibiotic kombinasi sampai pasien bebas demam
selama 48 jam:
a. Ampisilin 2 g IV tiap 6 jam
b. Dan gentamisin 5 mg/kgBB IV setjap 24 jam
c. Dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
CATATAN
1. Perhatikan kondisi pasien selama tindakan dan pascapersalinan.
2. Pastikan posisi balon kondom tetap di dalam kavum uteri.
3. Komplikasi yang dapat terjadi adalah infeksi.
Dibuat Oleh : Paraf :
PENATALAKSANAAN SESAK NAFAS
S No. Dokumen 22
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 1
Pengertian Suatu tindakan intervensi kegawatdaruratan kebidanan. Untuk penanggualangan segera
pada keadaan sukar bernafas yang mengancam jiwa.
Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan sesak nafas.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan dan Pengelolaan Segera
1. Teriak minta tolong (mencari bantuan tenaga kesehatan lain).
2. Mencuci tangan dengan alkohol rub sebelum menyentuh pasien.
3. Petugas dengan keterampilan tertinggi (orang pertama) mengambil alih situasi,
melakukan quick check dan menenangkan keluarga.
4. Orang kedua segera mendekatkan troli emergency kedekat pasien dan bersama
dengan orang pertama rnelakukan langkah-langkah awal.
5. Tugas orang ketiga membantu menyediakan peralatan yang masih dibutuhkan
atau memobilisasi tenaga lain (laboratorium, dokter jaga, dan lain lain) di
bawah koordinasi orang pertama.
B. Langkah-Langkah Pertolongan
1. Buka jalan nafas dan bersihkan dari benda asing.
2. Posisikan ibu duduk.
3. Berikan oksigen dengan kanul nasal atau sungkup.
4. Evaluasi tanda vital dan bunyi nafas.
5. Jika terdengar bunyi mengik (wheezing) dan expirasi memanjang: tangani
sebagai asma akut.
a. Berikan bronkodilator (terbutalin sulfat 0.25 mg subkutan tiap 15 menit
dalam 3 dosis)
b. Berikan dexametason 10 mg
6. Jika tidak terdengar mengik, tetapi terdapat ronkhi basah halus dan bunyi
jantung gallop: tangani sebagai edema paru
a. Berikan purosemide 40 mg IV
b. Batasi cairan
c. Pasang kateter urine menetap
7. Jika tidak satupun di atas ditemukan segera lakukan rujukan.

Dibuat Oleh : Paraf :


PENANGANAN KETUBAN PECAH DINI
S No. Dokumen 023
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 1
Pengertian Suatu tindakan intervesi kepada ibu hamil atau bersalin tejadinya ketuban pecah
sebelum usia kehamilan aterm ketuban tanpa disertai adanya tanda-tanda persalinan.
Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan pecah ketuban dini.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan Alat dan Obat
1. Sarung tangan steril
2. Spekulum cocor bebek
3. Kertas lakmus
4. Antibiotik
5. Tensimeter dan stetoskop
6. Nier beiken
B. Persiapan Klien
1. Jelaskan pada klien prosedur dan tujuan tindakan
2. Kosongkan kandung kemih
3. Posisi klien lithotomi/ dorsal recumbent
C. Pelaksanaan
1. Mencuci tangan dan keringkan
2. Gunakan sarung tangan steril
3. Inspeksi keberadaan tanda-tanda keluarnya cairan di genetalia eksterna.
4. Pasang spekulum secara perlahan dan lihat adanya genangan cairan amnion di
forniks vagina.
5. Jika tidak terlihat adanya genangan cairan minta klien mengejan (perasat
Valsalva) yaitu dengan cara memberikan tekanan pada fundus secara periahan
lahan dan naikkan bagian presentasi pada abdomen untuk memungkinkan
cairan melewati bagian presentasi sehingga dapat mengamati keluarnya cairan.
6. Gunakan kertas lakmus (Nitrazin Test) dengan cara mengusapkan ke cairan
ketuban dan amati reaksinya yaitu dari merah menjadi biru.
7. Observasi adanya tanda - tanda infeksi bila suhu > 38 oC, apabila ada tanda
infeksi berikan antibiotik.
8. Observasi kemajuan persalinan apabila pecahnya ketuban disertai adanya
tanda-tanda persalinan pada klien dengan umur kehamilan > 37 minggu.
9. Tidak melakukan pemeriksaan dalam pada klien ketuban pecah dini dengan
umur kehamilan < 37 minggu.
10. Siapkan Rujukan apabila :
a. Pecahnya ketuban tidak disertai adanya tanda-tanda persalinan.
b. Pecahnya ketuban < 37 minggu umur kehamilan.
c. Pecahnya ketuban lebih dari 12 jam dan tidak disertai kemajuan persalinan.
Dibuat Oleh : Paraf :
PENATALAKSANAAN PERDARAHAN KEHAMILAN DAN SYOK
S No. Dokumen 024
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 2
Pengertian Suatu tindakan intervesi untuk mempertahankan perfusi adekuat ke organ organ vital
sehingga jantung dan pembuluh darah dapat mensuplai oksigen untuk mencukupi
kebutuhan
Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan perdarahan dan syok.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan/Pengelolaan segera
1. Call for help.
2. Mencuci tangan dengan alcohol rub sebelum menyentuh pasien.
3. Petugas dengan ketrampilan tinggi (orang pertama) mengambil alih situasi,
melakukan quick check dan menenangkan keluarga.
4. Orang kedua segera mendekatkan troli emergensi ke dekat pasien dan bersama
orang dengan pertama melakukan langkah-langkah awal dan mempersiapkan
resusitasi neonatus.
5. Tugaskan orang ketiga untuk membantu menyediakan peralatan yang masih
dibutuhkan atau memobilisasi tenaga lain (laboratorium, dokter jaga dan lain
lain) di bawah koordinasi orang pertama.
B. Langkah-langkah pertolongan
1. Bebaskan jalan nafas dan berikan oksigen 6-8 liter permenit dengan sungkup.
2. Posisikan kaki lebih tinggi 300 dari kepala.
3. Hangatkan Ibu.
4. Pasang infus intravena (2 jalur bila mungkin) memakai jarum terbesar (no 16
atau 18 atau ukutan terbesar yang tersedia).
5. Beri cairan (NaCl 0,9% atau Rirger Laktat) sebanyak 1 L dengan cepat (15-20
menit).
6. Pasang kateter urine (Foley catheter).
7. Kemudian segera lakukan estimasi jurnlah perdarahan untuk mencukupi
kebutuhan cairan.
8. Mencari penyebab syok
C. Pengawasan Kondisi Ibu
1. Pantau TTV dan kondisi ibu tiap 15 menit.
2. Pantau keseimbangan cairan.
3. Minta orang kedua atau orang ketiga selalu mencatatcan kondisi yang dipantau
ke daftar pemantauan dalam rekam medis.
D. Menilai Keberhasilan Tatalaksana Syok
1. Tekanan darah sistolik > 100 mmHg
2. Denyut nadi < 90 x/ menit
3. Status mental membaik (gelisah berkurang)
4. Produksi urin > 30 ml/ jam
5. Setelah berhasil mengkoreksi cairan, pertahankan infus pada kecepatan 500 ml
per 3-4 jam (40-50 tetes/ menit)
6. Rujuk ibu ke RS yang lebih lengkap
E. Persiapan dan Proses Rujukan
1. Surat rujukan
2. Transportasi
3. Pertahankan cairan infus dan bantuan napas yang diperlukan sesuai dengan
kondisi pasien.
4. Menghubungi faskes rujukan melalui telepon/SMS
5. Petugas kesehatan mendampingi rujukan.
Dibuat Oleh : Paraf :
PENATALAKSANAAN DISTOSIA BAHU
S No. Dokumen 025
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 2
Pengertian Suatu intervensi tindakan yang dilakukan saat bahu janin tidak dapat dilahirkan setelah
kepala janin dilahir.
Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan distosia bahu.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Gunting episiotomi
2. Apron plastic, masker, kacamata pelindung
3. Sarung tangan DTT/steril
4. Alas kaki/ sepatu boot karet
B. Persiapan Klien
1. Informasikan pada klien apa yang akan dilakukan
2. Berikan dukungan emosiaonal agar ibu percaya diri
C. Langkah-langkah
1. Minta bantuan tenaga kesehatan lain, untuk menolong persalinan dan resusitasi
neonatus bila diperlukan. Bersiaplah untuk kemungkinan perdarahan pascasalin
atau robekan perineum setelah tatalaksana.
2. Lakukan manuver Mc Robert. Dalam posisi ibu berbarirg telentang, mintalah ia
untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya sejauh mungkin
ke arah dadanya.
3. Mintalah bantuan 2 orang asisten untuk menekan fieksi kedua lutut ibu kearah
dada. Mintalah salah seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan
ke arah lateral bawah pada daerah suprasimfisis untuk membantu persalinan
bahu.
4. Dengan memakai sarung tangan yang telah di disinfeksi tingkat tinggi, lakukan
penarikan yang mantap dan torus menerus ke arah aksial (searah tulang
punggung janin) pada kepala janin untuk menggerakan bahu depan di bawah
simpisi pubis.
Jika bahu masih belum dapat dilahirkan:
5. Buatlah episiotomy untuk memberi ruangan yang cukup untuk memudahkan
manuver intemal.
6. Pakailah sarung targan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi, masukkan tangan
ke dalam vagina pada sisi punggung bayi.
7. Lakukan penekanan di sisi posterior pada bahu posterior untuk
mengadduksikan bahu dan mengecilkan diameter bahu.
8. Rotasikan bahu ke diameter oblik untuk membebaskan distosia bahu.
9. Jika diperiukan, lakukan juga penekanan pada sisi posterior bahu anterior dan
rotasikan bahu ke diameter oblik.
Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah dilakukan tindakan di atas:
10. Masukkan tangan kedalam vagina.
11. Raih humerus dari lengan posterior, kemudian sembari menjaga lengan tetap
fleksi pada siku, pindah kalengan ke arah dada. Raih pergehngan tangan bayi
dan tarik lurus ke arah vagina. Manuver ini akan memberikan ruangan untuk
bahu anterior agar dapat melewati bawah simfisis pubis.
12. Jika semua tirdakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, terdapat
manuver-manuver lain yang dapat dilakukan, misalnya kjeidotomi,
simfisiotomi, metode sling atau manuver Zavanelli. Namun manuver-manuver
ini hanya boleh dikerjakan oleh tenaga terlatih.
Dibuat Oleh : Paraf :
PENANGANAN PERSALINAN SUNGSANG
S No. Dokumen 026
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 3
Pengertian Suatu intervensi tindakan dengan menggunakan manuver dalam penanggnan persalinan
dongan presentasi bokong (sungsang)
Tujuan Sebagai acuan dalam penanganan persalinan.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persjapan Alat
1. Partus set : 2 klem / kocher, gunting tali pusat, benang tali pusat, ½ kocher,
sarung tangan DTT, kateter nelaton, gunting episiotomi, kassa secukupnya.
2. Kapas DTT dalam tempatnya.
3. Spuit 3 ml.
4. 1 ampul oksitosin.
5. De Lee dan Leanec.
6. Alat tenun : kain bersih 2, handuk 2, pakaian ibu dan pakaian bayi, perlak,
waslap serta pembalut.
7. APD : masker, mata, alas kaki tenutup, Celemek plastic.
8. Tensimeter.
9. Larutan klorin 0.5 % dan air DTT dalam tempatnya
B. Persiapan Klien
1. Informasikan pada ibu apa yang akan dilakukan dan diberikan dukungan
emosional agar ibu percaya diri.
2. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk
yang bersih.
3. Pakai sarung tangan DTT atau steril.
4. Membersihkan daerah vulva dengan cairan antiseptik
5. Jika diperiukan, kateterisasi kandung kernih.
6. Lakukan episiotomi sesuai dengan kebutuhan saat bokong membuka vulva dan
perineum sudah tipis.
MELAHIRKAN BOKONG DAN KAKI
1. Spontan Brach
a. Pimpin ibu meneran bersamaan dengan adanya his
b. Biarkan bokong lahir sampai skapula lahir dan kelihatan di vagina
c. Pegang bokong dengan hati-hati, kedua ibu jari berada sejajar dengan sumbu
panjang paha Janin, Jari lain memegang panggul. Jangan lakukan penarikan
dan ikuti proses keluarnya janin.
d. Bila terdapat hambatan pada tahap lahir setinggi scapula, bahu atau kepala,
longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada serta raba
denyutan.
e. Lakukan hiperlordosis janin pada saat angulus skapula inferior tampak
dibawah simfisis, punggung janin dekatkan ke arah perut ibu tanpa tarikan
dan lahirkan seluruh badan bayi.
f. Letakan bayi diatas perut ibu, lakukan penilaian sepintas sambil
mengeringkan bayi, potong tali pusat dan IMD-kan.

Apabila terjadi hambatan pengeluaran saat tubuh janin mencapai daerah


skapula inferior, segera lakukan pertolongan dengan cara Manual Aid.
1. Klasik (apabila dengan Bracht bahu dan tangan tidak bisa lahir)
a. Segera setelah bokong lahir, pegang bokong dan lahirkan kaki.
b. Tali pusat dilonggarkan dan raba denyutan.
c. Pegang kedua kaki pada pergelangannya dengan menggunakan satu
tangan dan tarik seluruh badan bayi ke arah atas, hadapkan abdomen bayi
ke arah paha ibu bagian dalam.
d. Masukan dua jari kedalam vagina menyusuri lengan posterior sampai
meraba siku, tekan kearah dada, keluarkan lengan bayi seolah-olah
mengusap dadanya.
e. Tarik bayi kearah bawah dengan tetap memegang kedua kaki pada
pergelangannya untuk melahirkan bahu anterior.
2. Muller (apabila dengan Brocht bahu tidak bias lahir)
a. Segerah setelah bokong lahir, pegang bokong lahirkan kaki.
b. Tali pusat dilonggarkan dan raba denyutan.
c. Pegang badan bayi dengan meletakkan kedua ibu jari pada bokong bayi
dan jari lain dipangkal paha.
d. Tarik badan bayi ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan tarik ke
atas untuk melahirkan bahu belakang.
3. Lovset (apabila dengan Bracht bahu dan tidak bisa lahir karena terjungkit)
a. Setelah bokong dan kaki bayi lahir, pegang bayi dengan kedua tangan
b. Putar bayi 180 derajat ke arah abdomen bayi sambil tarih ke bawah
dengan sehingga posterior berada di bawah simpisis (depan).
c. Bantu melahirkan lengan dengan memasukkan 2 jari pada lengan atas
serta menarik secara perlahan tangan ke bawah melalui dada (seolah olah
tangan bayi mengusap dadanya) sehingga siku dalam keadaan fleksi dan
lengan depan lahir
d. Putar kembali 180 derajat ke arah yang berlawanan ke kiri/ke kanan
sambil ditarik secara perlahan sehingga lengan belakang menjadi lengan
depan dan lahir di depan.
4. Mauriceau (melahirkan kepala)
a. Masukkan tangan kiri penolong ke dalam vagina.
b. Letakkan badan bayi di atas tangan kiri penolong sehingga badan bayi
seolah-olah menunggang kuda.
c. Letakkan jari telunjuk dan jari manis kiri pada maxila bayi, dan jari
tangan di dalam mulut bayi.
d. Tangan kanan memegang/mencengkram tengkuk bahu bayi dan jari
tengah mendorong oksipital sehingga kepala menjadi fleksi.
e. Dengan koordinasi tangan kiri dan kanan secara hati-hati tariklah kepala
sesuai dengan jalan lahir.
f. Minta asisten menekan atas tulang pubis ibu, sewaktu melahirkan kepala.
g. Angkat badan bayi (posisi menunggarg kuda) ke atas untuk melahirkan
mulut hidung dan seluruh kepala.
Manajemen Kala III dan IV
1. Cek janin kedua bila tidak ada beritahu ibu akan disuntik oksitosin
2. Berikan oksitosin secara 10 iu IM
3. Lakukan PTT setelah ada tanda pelepasan plasenta dan lahirkan plasenta
dengan posisi tangan kiri memegarg secara dorso cranial diatas simfisis.
4. Masase fundus dan cek kelengkapan placenta.
5. Periksa Jaserasi jalan lahir dan lakukan penjahitan
6. Lakukan pemeriksaan dan pengawasan kala IV
7. Dekontaminasi alat
8. Cuci tangan
9. Lakukan pendokumentasian
Dibuat Oleh : Paraf :
PENATALAKSANAAN SYOK
S No. Dokumen 027
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 1
Pengertian Penatalaksaan pada suatu kondisi di mana terjadi kegagalan pada sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekoat ke organ-organ vital.
Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan syok
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Tatalaksana Umum Penanganan Syok
1. Carilah bantuan tenaga kesehatan lain.
2. Pastikan jalan napas bebas dan berikan oksigen.
3. Miringkan ibu ke kiri.
4. Hangatkan ibu.
5. Pasang infus intravena (2 jalur bila mungkin) dengan menggunakan jarum
terbesar (no. 16 atau 18 atau ukuran terbesar yang tersedia).
6. Berikan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) sebanyak 1 liter
dengan cepat (15-20 menit).
7. Pasang kateter urin (kateter Folley) untuk memantau jumlah urin yang keluar.
8. Lanjutkan pemberian cairan sampai 2 liter dalam 1 jam pertama, atau hingga 3
liter dalam 2-3 jam (pantau kondisi ibu dan tanda vital).

Waspadai kemungkinan syok kardiogenik


Pada syok kardiogenik, pemberian cairan berlebihan akan memperburuk kondisi
pasien (ditandai dengan ibu tampak makin sesak dan frekuensi nadi yang makin
cepat dibanding kondisi awal syok).
9. Cari penyebab syok dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lebih
lengkap secara simultan, kemudian beri tatalaksana yang tepat sesuai penyebab.
10. Pantau tanda vital dan kondigi ibu setiap 15 menit.
11. Bila ibu sesak dan pipi membengkak, turunkan infus menjadi 0.5 ml/menit (8-
10 tetes/menit), pantau keseimbangan cairan.
12. Tanda-tanda bahwa kondisi ibu sudah stabil atau ada perbaikan adalah sebagai
berikut:
a. Tekanan darah sistolik >100 mmHg
b. Denyut nadi < 90 kali/menit
c. Status mental membaik (gelisah berkurang)
d. Produksi urin > 30 ml/jam
13. Setelah kehilangan cairan dikoreksi (frekuengi nadi < 100 kali/menit dan
tekanan darah Sistolik > 100 mmHg), pemberian infus dipertahankan dengan
kecepatan 500 mL tiap 3-4 jam ( 40-50 tetes/menit)
14. Pertimbangkan merujuk ibu ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang lebih
lengkap.
B. Tatalaksana Khusus
1. SYOK HEMORAGIK
a. Jika perdarahan hebat dicurigai sebagai penyebab syok, cari tahu dan atasi
sumber perdarahan.
b. Perdarahan sebelum usia kehamilan 22 minggu.
c. Perdarahan setelah usia kehamilan 22 minggu dan saat persalinan.
d. Perdarahan setelah persalinan (untuk transfusi dibutuhkan jika Hb < 7 g/dl
atau secara klinis ditemukan keadaan anemia berat
2. SYOK SEPTIK
a. Ambil sampel darah, urin, dan pus/nanah untuk kultur mikroba lalu mulai
terapi antibiotika sambil menunggu hasil kultur. Berikan kombinasi
antibiotika kepada ibu dan lanjutkan sampai ibu tidak demam selama 48
Jam:
1) Ampjsilin 2 g IV setiap 6jam, DITAMBAH
2) Gentamisin 5 mg/ kgBB IV setiap 24 jam, DITAMBAH
3) Metronidazol 500 mg IV setiap 8 Jam
3. SYOK ANAFILAKTIK
a. Hentjkan kontak dengan alergen yang dicurigai.
b. Koreksi hipotensi dengan resusitasi cairan yang agresif (lihat tatalaksana
syok di awal) dan berikan epinefrin/adrenalin 1:1000 (1 mg/ml) dengan
dosis 0.2-0.5 ml/ IM atau subkutan.
c. Berikan terapi suportif dengan antihistamin (difenhidramin 25-50 mg 1M
atau IV). pengharnbat (ranitidin 1 mg/ kgBB IV) reseptor H2 kortikosteroid
(metilprednisolon dan mg/kgBB/hari, diberikan tiap 6 jam).

Dibuat Oleh : Paraf :

Anda mungkin juga menyukai