SOP Pelayanan Kebidanan PMB. Rufina Santoso
SOP Pelayanan Kebidanan PMB. Rufina Santoso
C. Fase Kerja
1. Menilai keadaan umum
a. Menilai keseluruhan (perbandingan bagian tubuh bayi proposional/tidak).
b. Bagian kepada, badan dan ekstermitas (ada kelainan/tidak).
c. Tonus otot, tingkat aktifitas (gerakan bayi aktif/tidak).
d. Warna kulit dan bibir (kemerahan/ kebiruan)
e. Tangis bayi (melengking, merintih, normal).
2. Tanda-tanda vital
a. Pemeriksaan laju nafas dengan cara melihat tarikan nafas pada dada
menggunakan petunjuk waktu. Laju nafas normal 40-60 permenit, tidak ada
wheezing dan ronchi.
b. Pemeriksaan laju jantung dengan menggunakan stetoskop dan petunjuk
waktu. Laju jantung normal 100-120 permenit, tidak terdengar murmur
jantung.
c. Periksa suhu dnegan menggunakan thermometer aksila. Suhu normal 36.5 –
37.2 oC.
3. Melakukan penimbangan berat badan. Berat bayi normal 2500 gr – 4000 gr.
4. Melakukan pengukuran tinggi badan. Tinggi bayi normal 45 – 50 cm.
5. Memeriksa bagian kepala bayi
a. Memeriksa ubun-ubun : ubun-ubun besar dan ubu-ubun kecil.
b. Memeriksa sutura untuk memastikan adanya molase.
c. Penonjolan atau daerah mencekung. Periksa adanya kelainan baik trauma
persalinan atau adanya cacat congenital.
d. Mengukur lingkar kepala.
6. Memeriksa mata akan adanya tanda-tanda infeksi dan kelainan.
7. Memeriksa telinga akan dihubungkan letak dengan mata dan kepala serta ada
tidaknya gangguan pada pendengaran.
8. Memeriksa hidung dan mulut, langit-langit, bibir dan reflek rooting.
9. Memeriksa leher bayi. Perhatikan adanya pembesaran atau tonjolan dengan
mengamati pergerakan leher.
10. Memeriksa bahu, leher dan tangan. Perhatikan apakah ada kelainan atau
abnormalitas.
11. Memeriksa dada. Perhatikan bentuk dada dan putting susu serta
kesimetrisannya.
12. Mengkaji adanya refleks moro.
13. Memeriksa perut. Perhatikan apakah ada ketidaknormalan pada perut misalnya
benjolan.
14. Memeriksa genetalia. Perhatikan apakah ada kelainan pada organ genetalia.
15. Memeriksa tungkai dan kaki. Periksa gerakan dan kelengkapan jari untuk
mengetahui adanya kelemahan, kelumpuhan dan kelainan lainnya.
16. Memeriksa punggung. Perhatikan dan lakukan perabaan pada punggung untuk
memastikan tidak ada cekungan/benjolan/spina bifida.
17. Memeriksa anus. Pastikan ada lubang pada anus.
18. Memeriksa kulit. Perhatikan adanya verniks, pembengkakan, adanya bercak
hitam atau tanda lahir.
B. Tindakan
1. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan.
2. Menjaga privasi.
3. Menganjurkan ibu untuk duduk dengan nyaman dan tidak menggantungkan
kaki.
4. Mencuci tangan.
5. Mengeluarkan sedikit ASI dengan menekan areola dan oleskan ASI ke sekitar
putting.
6. Mendekatkan bayi dengan menopangkan kepala dengan lengan ibu.
7. Memposisikan bayi sedemikian rupa sehingga perut dan seluruh badan bayi
menghadap perut ibu. Muka bayi menghadap payudara. Seluruh badan bayi
tersanggah dengan baik, tidak hanya leher dan bahu saja. Memegang payudara
dengan satu tangan dengan cara meletakan empat jari di bawah payudara dan
ibu jari di atas payudara. Ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf C.
8. Memastikan perlekatan bayi dengan cara : menggamati mulut bayi saat
mencari putting susu. Menunggu sampai mulut bayi terbuka kemudian
mengarahkan mulut bayi ke putting susu hingga bibir bayi dapat menangkap
putting susu. Memastikan sebagian besar areola sudah masuk ke dalam mulut
bayi. Dah=gu rapat ke payudara dan hidung menyentuh payudara bagian atas.
Bibir bawah bayi melengkung ke luar.
9. Mengeluarkan mulut bayi dari putting susu jika sudah selesai menyusu dengan
cara memasukan jari kelingking di antara mulut dan payudara.
10. Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di Pundak atau
menelungkup bayi melintang lalu menepuk-nepuk punggung bayi.
Dibuat Oleh : Paraf :
PEMBERIAN IMUNISASI
S No. Dokumen 009
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 2
Pengertian Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit, dengan
memasukan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan
kekebalan atau resisten terhadap penyakit itu saja, sehingga terhindar dari penyakit lain
diperlukan imunisasi lainnya.
Tujuan Sebagai acuan dalam pemberian imunisasi.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur 1. Menggunakan ADS (Auto Disable Syringe) baru dah steril
a. Memeriksa bungkus ADS untuk memastikan tidak rusak dan belum kadaluarsa.
b. Tidak menyentuh jarum.
c. Membersihkan kulit dengan kapas dan air hangat, tunggu kering.
d. Menyuntikan vaksin sesuai dengan jenis vaksin.
e. Tidak memijat-mijat daerah bekas suntikan.
f. Jika perdarahan, menekan daerah suntikan dengan kapas kering baru hingga
darah berhenti.
g. Membuang ADS bekas pakai langsung ke dalam safety box tanpa melakukan
penutupan kembali jarum suntik.
2. Cara imunisasi BCG
a. Suntik BCG diberikan secara intrakutan pada lengan kanan atas.
b. Dosis 0.05 cc, disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan pelan-pelan.
c. Untuk memberikan suntikan intrakutan secara tepat harus menggunakan jarum
pendek yang sangat halus (10mm, ukuran 26).
3. Cara imunisasi Polio
a. Petugas mencuci tangan.
b. Pastikan vaksin dalam keadaan baik.
c. Buka tutup vaksin dengan menggunakan pinset/ gunting kecil.
d. Pasang pipet di atas botol vaksin.
e. Letakan anak pada posisi yang senyaman mungkin.
f. Buka mulut anak dan teteskan vaksin polio sebanyak 2 tetes.
g. Pastikan vaksin yang telah diberikan di telan oleh anak yang diberikan
imunisasi.
h. Jika dimuntahkan atau dikeluarkan oleh anak ulang lagi penetesan.
i. Saat meneteskan vaksin ke dalam mulut anak, pastikan vaksin tetap steril,
j. Rapikan alat.
4. Cara imunisasi DPTHiB
a. Suntikan diberikan pada paha tengah luar secara intramuscular dengan dosis
0,5 cc.
b. Letakan bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh kaki
telanjang.
c. Orang tua sebaiknya memang kaki bayi.
d. Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk.
e. Masukan jarum dengan sudut 90o.
f. Suntikan seluruh jarum langsung ke bawah masuk ke dalam otot. Lakukan
pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit.
5. Cara imunisasi Campak
a. Suntikan campak diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan dengan dosis
0.5 cc.
b. Atur bayi dengan posisi miring dipakuan ibu dengan seluruh lengan telanjang.
c. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi. Gunakan ibu jari dan jari telunjuk
untuk menekan ke atas (mencubit) lengan bayi.
d. Cepat tekan jarum pada kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 45o.
e. Untuk mengontrol jarum, peganglah ujung semprit dengan ibu jari dan jari
telunjuk anda tetapi jangn sentuh jarum.
Prosedur Pelarutan Vaksin
a. Menggunakan pelarut yang tepat dan berasal dari produsen yang sama.
b. Memperhatikan tanggal kadaluarsa.
c. Perhatikan vaccine vial monitor dan kadaluarsa vaksin.
d. Hanya melarutkan vaksin bila ada sasaran imunisasi.
e. Saat membuka vaksin, suhu pelarut dan vaksin harus sama (2-8oC).
f. Memperhatikan tindakan aseptic dalam pelarutan.
g. Hanya menggunakan satu semprit pada satu vial vaksin. Setelah digunakan
buang buang dalam safety box.
h. Catat jam pelarutan vaksin.
i. Tidak menggunakan vaksin bila lewat masa pakai setelah pelarutan.
Dibuat Oleh : Paraf :
PEMBERIAN KONTASEPSI PIL
S No. Dokumen 010
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 1
Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan dengan cara memberikan kontrasepsi PIL pada
aksepstor KB.
Tujuan Sebagai acuan dalam pemberian kontrasepsi PIL
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Konseling Pra Pelayanan
1. Menyapa ibu dengan ramah dah memperkenalkan diri.
2. Menanyakan tujuan kedatangan.
3. Menanyakan alasan ingin menggunakan PIL.
4. Menanyakan tujuan ibu menggunakan kontrasepsi.
5. Menjelaskan keuntungan dan kerugian menggunakan PIL KB dengan media alat
bantu pengambilan keputusan (ABPK)
B. Tindakan
1. Menjelaskan cara memulai minum PIL KB bagi akseptor baru.
2. Melakukan persiapan PIL KB yang akan digunakan.
3. Memberikan PIL KB.
4. Menyerahkan kartu Kb yang telah diisi.
5. Melakukan pencatatan hasil pelayanan dan register KB.
C. Konseling Pascar Pelayanan
1. Mendiskusikan apa yang harus dilakukan bila ibu mengalami masalah, yaitu
segera menghubungi petugas atau fasilitas kesehatan terdekat.
2. Meminta ibu mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.
3. Menjawab semua pertanyaan ibu.
4. Memberitahu ibu cara menggunakan pIL KB.
Dibuat Oleh : Paraf :
PEMBERIAN KONTASEPSI SUNTIK
S No. Dokumen 011
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 1
Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan dengan cara memberikan suntikan KB secara
intramuscular pada akseptor KB.
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pelayanan kontrasepsi suntik KB
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur 1. Konseling pra pelayanan.
2. Mencuci tangan.
3. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
4. Melakukan penimbangan berat badan.
5. Melakukan pengukuran tekanan darah.
6. Mengambil obat kemudia memasukan ke dalam spuit sesuai dosis, lalu letakan
pada bak instrument.
7. Meminta ibu untuk berbaring di meja tindakan
8. Memeriksan tempat yang akan dilakukan penyutikan.
9. Melakukan desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan
penyuntikan.
10. Melakukan penyuntikan pada ventrogluteal dengan cara menganjurkan ibu untuk
miring, tengkurap atau telentangdengan lutut dan pinggung pasi sisi yang akan
dilakukan penyutikan dalam keadaan fleksi.
11. Melakukan penyuntikan dengan posisi jarum tegak lurus.
12. Menarik spuit dan menekan area penyuntikan dengan kapas alcohol.
13. Memasukan spuit bekas pada safety box.
14. Memcacat reaksi pemberian jumlah dosis dab waktu pemberian.
15. Mencuci tangan.
Dibuat Oleh : Paraf :
PEMASANGAN ALAT KONTASEPSI DALAM RAHIM
S No. Dokumen 012
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 3
Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan dengan cara memasang alat kontrasepsi dalam Rahim.
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pelayanan kontrasepsi AKDR.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan alat
1. IUD Kit, IUD Steril, Duk Steril.
2. Larutan klorin 0,5%.
3. Obat desinfektan
4. Handschoen steril.
B. Persiapan ruangan
1. Ruangan tertutup.
2. Penerangan untuk melihat serviks.
C. Persiapan klien
1. Konseling awal (sapa klien dengan ramah, perkenalkan diri, beri informasi
umum KB dan jenis alkon yang tersedia dan resiko serta keuntungan dari
masing-masing kontrasepsi, jelaskan apa yang dapat diperoleh dari
kunjungannya).
2. Konseling metode khusus
a. Berikan jaminan akan kerahasiaan klien.
b. Kumpulkan data pribadi klien.
c. Tanyakan agama yang mungkin menentang penggunaan kontrasepsi.
d. Diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan sikap
simpatik.
e. Bantu klien untuk memilih metode yang tepat.
f. Jelaskan kemungkinan efek samping AKDR sampai benar-benar
dimengerti oleh klien.
3. Seleksi riwayat kesehatan reproduksi klien
a. HPHT, lama haid, pola perdarahan.
b. Paritas dan riwayat kelahiran yang terakhir.
c. Riwayat kehamilan ektopik.
d. Nyeri hebat setiap haid.
e. Anemia berat.
f. Riwayat infeksi system genital / ISG dan PMS.
g. Berganti-ganti pasangan.
h. Kanker serviks
4. Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul sebelum
pemasangan AKDR.
5. Persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan.
6. Membuat surat persetujuan.
7. Klien diminta ke kamar mandi untuk kencing dan membersihkan alat kelamin
D. Pemeriksaan panggul
8. Bantu klien naik ke meja pemeriksaan dan atur posisi litotomi.
9. Kenakan kain penutup pada klien untuk pemeriksaan.
10. Bidan cuci tangan dengan air dan sabun dan dikeringkan dengan kain bersih.
11. Palpasi daerah perut dan periksa adakah nyeri, benjolan atau kelainan lainnya
di daerah supra pubik.
12. Atur lampu untuk melihat serviks.
13. Pakai sarung tangan DTT.
14. Atur alat dan bahan yang akan dipakai.
15. Lakukan inspeksi genitalia eksterna.
16. Palpasi kelenjar skene dan bartolini, amati adanya nyeri dan duh (discharge)
vagina.
17. Masukkan speculum vagina untuk ginekologik.
18. Lakukan pemeriksaan inspekulo : adanya lesi, keputihan pada vagina dan
inspeksi serviks.
19. Keluarkan speculum dengan hati-hati dan letakkan kembali ke tempat semula
tanpa menyentuh alat lain.
20. Lakukan pemeriksaan bimanual.
21. Lakukan pemeriksaan rektovaginal bila ada indikasi.
22. Celupkan sarung tangan pada larutan klorin, buka dan rendam dalam keadaan
terbalik.
23. Jelaskan hasil pemeriksaan panggul.
24. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan klien rasakan pada
proses pemasangan, persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan.
25. Masukkan lengan AKDR cut 380 A tetap dalam kemasan.
E. Tindakan pemasangan AKDR
26. Pakai sarung tangan yang baru.
27. Pasang speculum untuk melihat servik.
28. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptic 2 – 3 kali.
29. Jepit serviks dengan tenaculum.
30. Masukkan sonde uterus dengan No Touch Technique.
31. Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde uterus.
32. Ukur kedalaman kavum pada tabung inserter yang masih dalam kemasan.
33. Angkat tabung AKDR dari kemasan.
34. Pegang tabung AKDR dengan leher biru dengan posisi horizontal, lakukan
tarikan hati-hati pada tenakulum, masukkan tabung inserter ke dalam uterus
sampai leher leher biru menyentuh serviks.
35. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan.
36. Lepaskan lengann AKDR dengan menggunakan tehnik With Drawal.
37. Keluarkan pendorong, tabung inserter di dorong kembali ke serviks sampai
leher biru menyentuk serviks.
38. Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benaang AKDR ±3-4 cm.
39. Keluarkan seluruh tabung inserter buang ke tempat sampah terkontaminasi.
40. Lepaskan tenakulum dengan hati-hati dan rendam dalam larutan klorin 0,5% .
41. Priksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan tenakulum
tekan dengan kasa selama 30 – 60 detik.
42. Keluarkan spekulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5%
Tindakan paska pemasangan.
43. Rendam seluruh alat dalam klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi
44. Buang bahan yang tidak dipakai ke tempat yang sudah disediakan.
45. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5%.
46. Cuci tangan dengan air sabun.
47. Pastikan klien tidak mengalami kram hebat dan amati selama 15 menit sebelum
klien pulang Konseling paska pemasangan.
48. Ucapkan selamat dan jabat tangan klilen berutahu bahwa AKDR telah berhasil
terpasang.
49. Ajarkan klien memeriksa sendiri benang AKDR dan kapan harus dilakukan.
50. Jelaskan klien apa yang harus dilakukan bila mengalam efek samping.
51. Beritahu kapan klien harus kembali ke klinik untuk control.
52. Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR cut 390A.
53. Yakinkan pada klien ia dapat datang ke klinik setiap saat bila memerlukan
konsultasi.
54. Mintalah klien mengulang kembali penjelasan yang telah diberikan oleh
petugas.
55. Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien.
56. Merapkan alat.
57. Pemberian kartu akseptor.
Dibuat Oleh : Paraf :
PENCABUTAN ALAT KONTASEPSI DALAM RAHIM
S No. Dokumen 013
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 1
Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan dengan cara mengangkat atau melepaskan alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dari tempatnya.
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pencabutan AKDR
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur 1. Menyambut pasien dengan sopan dan ramah.
2. Memperkenalkan diri dan menjaga privasi
3. Melakukan anamnesa pada klien.
4. Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dalam proses pencabutan dan
mempersilahkan klien untuk bertanya.
5. Mempersilahkan klien untuk naik ke tempat tidur gynecology.
6. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang (jika diperlukan).
7. Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang AKDR.l.Mengusap
serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali.
8. Mengatakan pada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan.Meminta klien
untuk tenang dan menarik nafas panjang.memberitahu mungkin timbul rasa sakit
tapi itu normal.
9. Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem lurus atau lengkung yang
sudah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril dan tarik benang pelan-pelan, tidak
boleh menarik dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut dengan mudah. Untuk
mencegah benang putus tarik dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR dengan
pelan-pelan. Bila benang putus saat ditarik tetap ujung AKDR masih dapat dilihat
maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik keluar.
Pencabutan sulit
Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis servikalis dengan
menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila tidak ditemukan pada kanalis
servikalis, masukkan klem atau alat pencabut AKDR ke dalam kavum uteri untuk
menjepit benang atau AKDR itu sendiri.
10. Menunjukkan kepada klien AKDR yang telah dicabut.
11. Pasang AKDR yang baru bila klien menginginkan dan kondisinya memungkinkan.
12. Mempersilahkan klien untuk turun dari tempat tidur gynecology.
13. Melakukan pemantauan medis dan pemberian konseling.
14. Dokumentasi hasil pelayanan.
Dibuat Oleh : Paraf :
PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT
S No. Dokumen 014
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 3
Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan guna memasang implant atau alat kontrasepsi bawah
kulit (AKDK).
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pemasangan AKDK
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Alat dan bahan
N Alat No Alat
o
1 Handschoen steril 6 Lidocain
2 Spuit 7 Spuite disposibel
3 Set Implant 8 Plester
4 Implant kit 9 Kassa
5 Alkohol 10 Larutab povidone lodin
B. Fase Kerja
1. Persiapan
a. Sapa klien dengan ramah dan hangat
b. Tanyakan tujuan pemakaian alat kontrasepsi .
c. Bila belum dilakukan konseling implant,berikan konseling sebelum
dilakukan pemasangan 2/2.
d. Pastikan bahwa klien memang memilih implant.
e. Periksa kembali rekam medikdan lakukan penilaian lanjutan bila ada
indikasi.
f. Tanyakan tentang adanya reaksi alergi terhadap obat anestesi.
g. Berikan konseling tentang prosedur pemasangan implant.
h. Periksa kembali untuk meyakinkan bahwa klien telah mencuci lengannya
sebersih mungkin dengan sabun dan air dan membilasnya sehingga tidak
ada sisa sabun.
i. Bantu pasien naik ke meja periksa.
j. Letakkan kain yang bersih dan kering dibawah lengan pasien dan atur
posisi lengan pasien dengan benar.
k. Tentukan tempat pemasangan pada bagian dalam lengan atas, dengan
mengukur 8 cm di atas lipatan siku.
l. Beri tanda pada tempat pemasangan untuk memasang kapsul implant m.
Periksa bahwa peralatan yang steril atau telah didesinfeksi tingkat tinggi
(DTT) sudah tersedia.
m. Buka peralatan steril dari kemasannya.
n. Buka kemasan implant.
2. Tindakan pra pemasangan implant
a. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih.
b. Pakai sarung tangan steril.
c. Siapkan peralatan dan bahan – bahan yang diperlukan.
d. Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik, gerakkan ke arah luar
secara melingkar seluas 8 – 13 cm dan biarkan kering.
e. Pasang kain penutup (doek) steril di sekeliling lengan pasien.
3. Pemasangan kapsul implant
a. Suntikkan anestesi lokal 0,3 – 0,5 cc tepat dibawah kulit (intradermal) pada
tempat insisi yang telah ditentukan, sampai kulit sedikit menggelembung.
b. Teruskan penusukan jarum ke lapisan dibawah kulit, (subdermal) kurang
lebih 4 cm.
c. Uji efek anestesinya sebelum melakukan insisi pada kulit.
d. Buat insisi dangkal selebar 2 mm dengan scalpel.
e. Masukkan trokar dan pendorongnya melalui tempat insisi dengan sudut
yang tidak terlalu dalam sambil mengungkit kulit.
f. Masukkan terus trokar dan pendorongnya sampai batas tanda 1 (pada
pangkal trokar) tepat berada pada luka insisi.
g. Keluarkan pendorong.
h. Masukkan kapsul yang pertama ke dalam trokar dengan tangan atau dengan
pinset, tadahkan tangan yang lain dibawah kapsul sehingga dapat
menangkap kapsul bila jatuh.
i. Masukkan kembali pendorong dan tekan kapsul ke arah ujung dari trokar
sampat terasa adanya tahanan.
j. Tahan pendorong ditempatnya dengan satu tangan, dan tarik trokar keluar
sampai mencapai pegangan pendorong.
k. Tarik trokar dan pendorongnya secara bersama – sama sampai batas tanda 2
(pada ujung trokar) terlihat pada luka insisi. Jangan mengeluarkan trokar
dari tempat insisi.
l. Tahan kapsul yang telah terpasang dengan satu jari dan masukkan kembali
trokar serta pendorongnya sampai tanda 1.
m. Setelah setiap kapsul terpasang, arahkan kembali trokar 15 derajat
mengikuti tanda yang telah digambar pada kulit untuk memasang kapsul.
n. Hindari kapsul yang telah dipasang mengalami kerusakan akibat tertusuk
trokar pada waktu pemasangan kapsul selanjutnya. Gunakan jari telunjuk
untuk memegang kapsul yang sudah terpasang sementara memasukkan
trokar ke posisi berikutnya.
o. Jangan menarik ujung trokar dari tempat insisi sampai seluruh kapsul
sudah terpasang.
p. Raba kapsul untuk memastikan keenam kapsul implant telah terpasang
dalam pola kipas.
q. Raba daerah insisi untuk memastikan seluruh kapsul berada jauh dari insisi.
4. Tindakan pasca pemasangan
a. Tekan pada tempat insisi dengan kasa untuk menghentikan perdarahan b.
Dekatkan ujung – ujung insisi dan tutup dengan band – aid.
b. Beri pembalut tekan untuk mencegah perdarahan dan mengurangi memar.
c. Letakkan semua peralatan dalam larutan klorin selama sepuluh menit untuk
dekontaminasi, pisahkan trokar dari pendorongnya.
d. Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ke tempatnya (kasa, kapas ,
sarung tangan, alat suntik sekali pakai).
e. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin, kemudian buka dan rendam selama sepuluh menit.
f. Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan dengan kain bersih
h. Gambar letak kapsul pada rekam medik dan catat bila ada hal khusus.
g. Beri petunjuk pada pasien cara merawat luka (misalnya bila ada nanah atau
darah atau kapsul keluar dari luka insisi).
h. Yakinkan pada klien bahwa dapat datang ke klinik setiap saat bila
menginginkan untuk mencabut kembali implant.
i. Lakukan observasi selama 5 menit sebelum memperbolehkan pasien pulang
Dibuat Oleh : Paraf :
PENCABUTAN ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT
S No. Dokumen 015
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 1
Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan guna mengangkat kontrasepsi implant dari tempat
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pengangkatan AKBK.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur 1. Mencuci tangan.
2. Memakai sarung tangan steril.
3. Mengusap tempat pemasangan dengan menggunakan cairan antiseptic.
4. Memasang kain penutup (doek) steril.
5. Menyuntikan anastesi local di bawah ujung kapsul 1/3 kapsul.
6. Menguji efek anestesi sebelum membuat insisi pada kulit.
7. Membuat insisi kecil (4 mm) di bawah ujung dari kapsul.
8. Menjepit ujung kapsul dengan klem lengkung (mosquito).
9. Membersih kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan
menggunakan kassa atau scalpel.
10. Menjepit ujung kapsul yang sudah di bersihkan dengan klem ian, menarik keluar
dan menyimpannya pada tempat yang berisi larutan klorin 0.5%.
11. Mendekatkan ujung insisi dan menutup dengan band aid.
12. Membilas jarum suntik dengan klorin dan merendam semua alat untuk
mendekontaminasinya.
13. Membuang benda habis pakai pada tempatnya.
14. Mencelupkan sarung tangan yang sudah di pakai lalu melepasnya dalam
keadaan terbalik untuk di dekontaminasi.
15. Mencuci tangan.
Dibuat Oleh : Paraf :
PENATALAKSANAAN EKSPLORASI SISA PLASENTA
S No. Dokumen 016
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 1
Pengertian Suatu tindakan intervensi untuk mengeluarkan sisa plasenta dan selaput ketuban yang
masih tertinggal dalam rongga rahim.
Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan eksplorasi digital pada sisa plasenta.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan alat dan obat
1. Sarung tangan steril
2. Infus set dewasa
3. Abocath No. 18
4. Cairan RL
5. Nierbeikan
6. Underpad
7. Rekam medik pasien
8. Alat tulis
B. Persiapan klien
1. Jelaskan pada klien prosedur dan tujuan tindakan.
2. Berikan dukungan dan support mental.
3. Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi.
C. Penatalaksanaan
1. Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan Nacl 0.9%/ RL dengan
kecepatan 60 tetes/ menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit
dalam 1000 ml larutan Nacl 0.9%/ RL dengan kecepatan 40 tetes/ menit hingga
perdarahan berhenti.
2. Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan bekuan arah
dan jaringan.
3. Berikan antibiotic profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g IV dan
metronidazole 500 mg).
4. Jika perdarahan berlanjut, tatalaksana seperti atonia uteri dan lakukan
perujukan.
Dibuat Oleh : Paraf :
PENATALAKSANAAN ATONIA UTERI
S No. Dokumen 017
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 3
Pengertian Suatu tindakan intenvesi kepada ibu bersalin untuk menghentikan perdarahan segera
setelah plasenta lahir akibat tidak adanya kontraksi uterus setelah 15 detik dilakukan
masase.
Tujuan Sebagai acuan dari penanganan perdarahan yang disebabkan karena atonia uteri.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan Alat dan Obat
No Alat Jumlah N Alat Jumlah
o B.
1 Sarung tangan steril 1 pasang 8 Spuit 3 cc 3 buah B.
2 Kateter nelaton 1 buah 9 Alas bokong/ underpad B.
3 Infus set dewasa 2 set 10 Kondom steril B.
4 Abocath no 18 3 buah 11 Nierbeiken B.
5 Cairan Nacl / RL 5 buah 12 APD
B.
6 Oxcitocyn 5 ampul 13 Rekam medik
B.
7 Metilergometrin 0.2 mg 2 ampul 14 Alat Tulis
B.
Penerimaan Pasien dan Persetujuan Tindakan Medis
1. Menyapa pasien, keluarga serta memperkenalkan diri setiap pertama kali
berinteraksi dengan pasien dan keluarga.
2. Memberikan informed consent ibu dan keluarga.
3. Mencuci tangan dengan alcohol rub sebelum menyentuh pasien.
C. Penatalaksanaan Perdarahan Pascasalin Karena Atonia Uteri
1. Teriak minta tolong (petugas atau penanggungjawab pasien)
2. Nilai sirkulasi, jalan nafas dan pemafasan pasien – bila ibu tidak bernafas,
segera lakukan tindakan resusitasi.
3. Orarg kedua dalam tim respon awal emergency segera mendekatkan troli
emergency ke tempat kejadian emergency.
4. Bidan penanggungjawab pasien menyampaikan kepada orang pertama atau
dokter jaga tentang ibu saat ini dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi :
a. Usia ibu
b. Kehamilan keberapa
c. Usia kehamilan
d. Proses persalinan yang baru saja di alami, termasuk riwayat induksi,
kelahiran memggunakan alat, persalinan lama atau terlalu cepat, riwayat
ketuban pecah, kelahiran plasenta, jumhh perdarahan yang terjadi.
e. Berat lahir bayi
f. Tanda-tanda vital saat ini
g. Kadar HB saat hamil
h. Riwayat HPP/ atonia pada kehamilan sebelumnya jika ada
5. Berikan oksigen 4-6 liter/ menit melalui sungkup atau kanula.
6. (orang kedua dibantu orang ketiga — secara simultan) melakukan pemerksaan
tanda vital dan pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran
b. Hitung frekuensi nadi
c. Hitung frekuensi napas
d. Pemeriksaan tekanan darah menggunakan manset yang sesuai
7. Bila menemukan tanda-tanda syok orang pertama mengambil alih situasi dan
melakukan tatalaksana syok sesuai daftar tilik syok sementara itu orang kedua
secara sirnultan melakukan :
a. Masase uteru
b. Bersihkøn bekuan darah dan pastikan kavum uteri bersih
c. Berikan infus oksitosin 20-40 l delam 1 liter cairan kristaloid
d. Bila oksitosin tidak tersedia berikan ergometrin 0.2 mg IM
e. Bila perdarahan masih tidak berhasil diatasi, diberikan misoprostolprektal
800-1000 rng
f. Berikan injeksi 1 gr asam traneksamat IV
g. Jika perdarahan masih terus berlangsung lakukan kompresi.
h. Melakukan pencatatan hasil pemeriksaan awal terarah (quick check) dengan
baik dan lengkap.
i. Pada saat memasang infus, lakukan juga pemasangan sampel darah untuk
pemerksaan kadar HB dan golongan darah
D. Melakukan Kompresi Bimanual
Dapat dilakukan oleh orang pertama/ dokter jaga atau orang kedua/ bidan senior.
Bila perdarahan masih berlangsung, uterus tidak berkontraksi, lakukan Kompresi
Bimanual Interna
1. Ganti dengan sarung tangan panjang steril menutup siku
2. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan non dominan menyisihkan kedua labia
minora ke lateral dan tarngan dominan secara obstetrik dimasukan melalui
introitus vagina
3. Kepalkan tangan dominan dan letakkan dataran punggung jari telunjuk hingga
kelingking pada forniks anterior, dorong uterus kearah cranio — anterior
4. Tapak tangan non dominan menekan bagian belakang corpus uteri
5. Lakukan kompresi dengan jalan telapak tangan kiri dengan kepalan tangan
kanan pada forniks anterior
6. Penolong berdiri di depan vulva dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri,
sisihkan kedua labia mayora ke lateral dan secara obstetrik, masukkan tangan
kanan melalui introitus
7. Kepalkan tangan kanan dan letakkan dataran punggung jari telunjuk hingga
kelingking pada fomiks anterior, dorong uterus ke cranio — anterior
8. Tapak tangan kiri menekan bagian belakang corpus uteri
9. Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan tangan kiri dengan kepalan
tangan kanan pada anterior
10. Lakukan kompresi bimanual interna selama 5 menit. Perhatikan perdarahan
yang terjadi, bila berhenti, pertahankan posisi demikian hingga kontraksi uterus
membaik keluarkan tangan seteIah 1-2 rnent
11. Keluarkan tangan kanan, bersihkan sarung tangan rendam dalam klorin 0.5%
12. Cuci tangan dan lengan keringkan dengan handuk
13. Jika uterus tetap tidak berkontraksi setelah bimanual selama 5 menit, lakukan
kompresi bimanual eksternal oleh orang kedua atau ketiga
14. Orang pertama segera menyiapkan rujukan
E. Perawatan pasca tindakan jika atonia teratasi
1. Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (lakukan skin test terlebih dahulu)
a. Ampisilin 2 gram dan metronidazol 500 mg IV
b. Atau sepazolin 1 gram dan metronidazole 500 mg IV
2. Lakukan pengawasan dan pencatatan (orang kedua dan orang ketiga) tanda vital
dengan mengukur tensi, nadi serta kontraksi uterus dan volume perdarahan
a. Setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama
b. Setiap 30 menit pada jam kedua
c. Setiap jam untuk waktu Seterusnya hingga pasien benar-benar dalam
keadaan stabil
3. Pasang kateter untuk mengawasi jumlah urine yang keluar, ukur volume urine
setiap 3 sampai 4 jam
4. Periksa kadar HB pasca tindakan
5. Buat laporan tindakan dan catat kondisi pasien pada catatan medis
6. Buat intruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting yang memerlukan
pemantauan ketat
7. Beritahu pada pasien dan keluarga bahwa tindakan telah selesai dan pasien
masih memerlukan perawatan
F. Persiapan dan Proses RuJukan
1. Surat rujukan
2. Transportasi
3. Pertahankan cairan infuse dan kondisi pasien dan lanjutkan resusitasi cairan jika
diperlukan
4. Lanjutkan pemberian uterotonika selama perjalanan
5. Menghubungi faskes tujuan melali telepon/SMS
6. Petugas kesehatan mendampingi rujukan
G. Dekontaminasi dan Pencegahan Infeksi Pasca Tindakan
1. Letakkan semua peralatan yang digunakan dalam tindakan kedalam bak berisi
Klorin 0.5% untuk dekontaminasi
2. Buang semua benda tajam kedalam kontainer yang tidak tembus, khusus untuk
pembuangan benda tajam
3. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan tangan
menggunakan handuk kering sekali pakai.
Dibuat Oleh : Paraf :
PENATALAKSANAAN PRE EKLAMSIA
S No. Dokumen 018
O No Revisi
P Tanggal Terbit
Halaman 2
Pengertian Suatu tindakan intenvensi kepada ibu hamil dengan kehamilan diatas 20 minggu yang
di tandai dengan tekanan darah ≥ 140 / 90 mmhg dan protein ≥2 +1.
Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan pre eklamsia.
Referensi TIM Penulis PD IBI Jawa Barat. 2019. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan
Kebidanan. PT Islampos Global Media : Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan Alat
No Alat No Alat
1 Tensimeter 8 MgSo4
2 Stetoskop 9 Calsium glukonat
3 Monoaural 10 Folly catheter
4 Spatula lidah 11 Refleks hammer
5 Oksigen 12 Spuit 10 cc
6 Infus Set dan abocath 13 Jam
7 Cairan RL 14 Isap lendir