Anda di halaman 1dari 19

AKUNTANSI PERPAJAKAN

MAKALAH KEWAJIBAN PEMBUKUAN

DISUSUN OLEH :

1. TARISATU SAKINAH (011210)

2. DIAH ALMAWATI K (01121035)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NAROTAMA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

rahmatnya penulis bisa menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Seiring rasa syukur

dan bahagia, adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akuntansi

perpajakan. Dalam penyusunan makalah ini tentu penulis menemui beberapa hambatan,

namun berkat dukungan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah

ini dengan sebaik-baiknya,

Makalah ini masih terdapat berbagai kesalahan baik itu dalam penulisan atau tata

bahasa, dan kritik beserta saran yang membangun demi perbaikan tugas ini,, maka, penulis

harapkan guna untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan pada tahap selanjutnya.

Surabaya, 04 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam dunia bisnis, setiap perusahaan membutuhkan sistem pencatatan yang

mencatat dan merekam semua aktivitas perusahaan secara rapi dan teratur. Secara umum,

sistem pencatatan aktivitas suatu usaha dinamakan akuntansi, yaitu suatu sistem

informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan

mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Dengan demikian, pemimpin

perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil berbagai alternatif

kebijakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.

Di Indonesia, pajak tidak dapat terlepas dari aktivitas bisnis. Dengan kata lain, pajak

dan bisnis saling mempengaruhi satu sama lain. Seperti halnya dunia bisnis, dunia pajak

juga mengharuskan beberapa wajib pajak untuk melakukan sistem pencatatan suatu

aktivitas bisnis. Dalam pajak, sistem pencatatan tersebut lebih dikenal dengan nama

pembukuan. Pembukuan yang disusun secara rapi dan teratur dapat menghasilkan

informasi mengenai pajak yang terutang atas jumlah seluruh objek pajak yang diterima,

diperoleh, diserahkan dan dilakukan selama masa pajak (bulanan/tahunan) tertentu.

Dengan demikian, pembukuan atau akuntansi dapat memudahkan wajib pajak untuk

melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya, antara lain mempermudah wajib pajak

dalam mengisi Surat Pemberitahuan Masa dan Tahunan, mempermudah perhitungan

besarnya Penghasilan Kena Pajak (Dasar Pengenaan Pajak untuk PPN) dan menyajikan

informasi tentang posisi finansial dan hasil usaha untuk dianalisa oleh pengambil

kebijakan perusahaan.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud pembukuan dan pencatatan pajak ?

2. Apa tujuan penyelenggaraan pembukuan dan pencatatan pajak ?

3. Bagaimana tempat penyimpanan buku/ catatan/ dokumen ?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui tentang pembukuan dan pencatatan

2. Memahami, Menguasai dan Menjabarkan pengetahuan tentang pembukuan dan

pencatatan.

3.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

1. Pembukuan Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara

teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,

kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan

penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan

berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut.

2. Pencatatan Pencatatan yaitu pengumpulan data secara teratur tentang peredaran

bruto dan atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak

yang terutang termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang

dikenakan pajak yang bersifat final.

B. KETENTUAN UMUM PEMBUKUAN DAN PENCATATAN

1. Ketentuan Umum Pembukuan

Menurut Ketentuan Pokok Pembukuan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 28

tahun 2007, yang wajib menyelenggarakan pembukuan adalah:

 Wajib Pajak (WP) Badan

 Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas, kecuali Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran

brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp 4.800.000.000,00.

Sedangkan yang dikecualikan dari kewajiban pembukuan menurut pasal 28

ayat 2 UU KUP adalah:


 WP OP yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas yang

diperbolehkan meghitung penghasilan neto dengan menggunakan

norma perhitungan penghasilan neto.

 WP OP yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

2. Ketentuan Umum Pencatatan Adapun yang wajib menyelenggarakan pencatatan

yaitu:

1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan atau usaha atau

pekerjaan bebas dan peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp

4.800.000.000,00 dapat menghitung penghasilan neto dengan menggunakan

norma penghitungan penghasilan neto, dengan syarat memberitahukan ke

Direktur Jenderal Pajak jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak yang

bersangkutan.

2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas.

C. SYARAT-SYARAT PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN DAN

PENCATATAN

1. Syarat Pembukuan

Adapun syarat-syarat untuk penyelenggaraan pembukuan adalah sebagai

berikut:

a. Diselenggarakan dengan memeperhatikan itikad baik yang mencerminkan

keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya

b. Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab

satuan mata uang rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam

bahasa asing yang diizinka oleh Menteri Keuangan

c. Diselenggarakan dengan prinsip taat azas dengan stelsel akrual atau stelsel kas
d. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah,

dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri

Keuangan

e. Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harus mendapat

persetujuan dari Direktur Jendral Pajak

f. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harga,

kewajiban modal, penghasilan dan biaya serta penjualan dan pembelian

sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang

g. Dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan pencatatan serta

dokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan atau usaha pekerjaan bebas

Wajib Pajak wajib disimpan selama 10 tahun.

2. Syarat Pencatatan Syarat-syarat penyelenggaraan pencatatan adalah:

a. Pencatatan harus diselenggarakan secara teratur dan mencerminkan keadaan

yang sebenarnya dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata

uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia

b. Pencatatan dalam suatu tahun harus diselenggarakan secara kronologis

c. Catatan dan dokumen yang menjadi dasar pencatatan harus disimpan di tempat

tinggal Wajib Pajak atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

dilakukan selama 10 (sepuluh) tahun

d. Pencatatan harus dapat menggambarkan anatara lain:

 Peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruto

yang diterima dan/atau diperoleh

 Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang

pengenaan pajaknya bersifat final.


D. TUJUAN PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN DAN

PENCATATAN

Adalah untuk mempermudah:

 Pengisian SPT

 Penghitungan Penghasilan Kena Pajak

 Penghitungan PPN dan PPnBM,

 Penyelenggaraan pembukuan juga untuk mengetahui posisi keuangan dan

hasil kegiatan usaha/pekerjaan bebas.

Tujuan kewajiban menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan adalah agar

dapat digunakan untuk menghitung besarnya pajak yang terutang, jumlah pajak yang

sudah dibayar sendiri atau melalui pemotongan dan atau pemungutan pihak lain,

penghasilan yang bukan objek pajak, penghasilan yang merupakan objek pajak, tetapi

telah dikenakan pajak bersifat final maupun tidak final. Pembukuan atau pencatatan

tersebut harus diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik dan

mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.

E. PRINSIP TAAT AZAS

Prinsip taat azas adalah prinsip yang konsisten digunakan dalam metode

pembukuan dengan tahun-tahun sebelumnya untuk mencegah penggeseran laba atau

rugi. Prinsip taat azas dalam metode pembukuan misalnya dalam penerapan:

 Stelsel pengakuan penghasilan, apakah penghasilan diakui pada saat dilakukan

penerimaan uang tunai atau berdasarkan pengakuan penghasilan

 Stelsel pengakuan biaya, apakah beban diakui setelah dilakukan pembayaran

atau dicatat pada saat diakui sebagai beban


 Tahun buku, yaitu periode yang digunakan adalah Januari sampai dengan

Desember

 Metode penilaian persediaan, yaitu tidak dilakukan perubahan metode

pencatatan penilaian persediaan

 Metode penyusutan dan amortisasi, yaitu tidak boleh menyusutkan Aktiva

Tetap Perusahaan dengan metod penyusutan yang lain

F. STELSEL AKRUAL DAN STELSEL KAS / ACCRUAL BASIS

AND CASH BASIS

Stelsel pengakuan penghasilan yang diakui dalam perpajakan terdiri dari

stelsel akrual dan stelsel Kas.

1. Stelsel Akrual

Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya

dalam arti penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada

waktu terutang. Jadi, tidak tergantung kapan penghasilan itu diterima dan

kapan biaya itu dibayar secara tunai. Termasuk dalam pengertian stelsel

akrual adalah pengakuan penghasilan berdasarkan metode persentase

tingkat penyelesaian pekerjaan yang umumnya dipakai daiam bidang

konstruksi dan metode lain yang dipakai dalam bidang usaha tertentu

seperti build operate and transfer (BOT) dan real estate.

2. Stelsel Kas Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya

didasarkan atas penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayar secara

tunai. Menurut stelsel kas, penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan

apabila benar- benar telah diterima secara tunai dalam suatu periode

tertentu serta biaya baru dianggap sebagai biaya apabila benar-benar telah

dibayar secara tunai dalam suatu periode tertentu. Stelsel kas biasanya
digunakan oleh perusahaan kecil orang pribadi atau perusahaan jasa,

misalnya transportasi, hiburan, dan restoran yang tenggang waktu antara

penyerahan jasa dan penerimaan pembayarannya tidak berlangsung lama.

Dalam stelsel kas murni, penghasilan dari penyerahan barang atau jasa

ditetapkan pada saat pembayaran dari pelanggan diterima dan biaya-biaya

ditetapkan pada saat barang, jasa, dan biaya operasi lain dibayar. Dengan

cara ini, pemakaian stelsel kas dapat mengakibatkan penghitungan yang

mengaburkan terhadap penghasilan, yaitu besarnya penghasilan dari tahun

ke tahun dapat disesuaikan dengan mengatur penerimaan kas dan

pengeluaran kas.

Oleh karena itu, untuk penghitungan Pajak Penghasilan dalam memakai

stelsel kas harus memperhatikan hal-hal antara lain sebagai berikut:

a. Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi

seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan. Dalam

menghitung harga pokok penjualan harus diperhitungkan seluruh

pembelian dan persediaan.

b. Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang

dapat diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan dari penghasilan

hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi.

c. Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat asas (konsisten).

Dengan demikian penggunaan stelsel kas untuk tujuan perpajakan dapat juga

dinamakan stelsel campuran.

G. PENGECUALIAN PEMBUKUAN DAN PENCATATAN


Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan

dan melakukan pencatatan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak wajib

menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

H. PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING DAN MATA UANG

SELAIN RUPIAH

Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah

dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat persetujuan Menteri

Keuangan dalam rangka:

a. Penanaman Modal Asing

b. Kontrak Karya yang beroperasi berdasarkan kontrak dengan Pemerintah

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan

perundang-undangan pertambangan selain pertambangan minyak dan gas

bumi

c. Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan

perundangundangan pertambangan minyak dan gas bumi

d. Bentuk Usaha Tetap sebagaimana diatur dalam Perjanjian Penghindaran

Pajak Berganda (P3B) terkait

e. Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun

seluruhnya di bursa efek luar negeri

f. Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana dalam

denomina satuan mata uang Dolar Amerika Serikat dan telah memperoleh

Surat Pemberitahuan Efektif Pernyataan Pendaftaran dan Badan Pengawas

Pasar ModalLembaga Keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan pasar modal, atau


g. Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk luar

negeri yaitu perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan/atau

dikuasai oleh perusahaan induk (parent company) di luar negeri yang

mempunyai hubungan istimewa.

Izin tertulis dari Menteri Keuangan untuk menggunakan bahasa Inggris dan

satuan mata uang Dolar Amerika Serikat dapat diperoleh Wajib Pajak dengan

mengajukan surat permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah, paling lambat 3 (tiga)

bulan:

a. Sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa

Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat tersebut dimulai, atau

b. Sejak tanggal pendirian bagi Wajib Pajak baru untuk Bagian Tahun Pajak

atau Tahun Pajak pertama

Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan memberikan keputusan

atas permohonan Wajib Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan dari

Wajib Pajak diterima secara lengkap.

Apabila jangka waktu telah lewat dan Kepala Kantor Wilayah belum

memberikan keputusan maka permohonan dianggap diterima dan Kepala Kantor

Wilayah atas nama Menteri Keuangan menerbitkan keputusan pemberian izin untuk

menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata

uang Dolar Amerika Serikat.

Bagi Wajib Pajak yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan

menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat, berlaku

ketentuan konversi ke satuan mata uang Dolar Amerika Serikat sebagai berikut :

1. Pada awal tahun buku


Pertama kali dilakukan dengan bertitik tolak dari Nearca akhir

tahun buku sebelumnya (dalam satuan mata uang Rupiah) yang

dikonversikan ke satuan mata uang Dolar Amerika Serikat dengan

menggunakan kurs:

a. Untuk harga perolehan harta berwujud dan/atau harta tidak

berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)

tahun meenggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat

perolehan harta tersebut

b. Untuk akumulasi penyusutan dan/atau amortisasi harta

sebagaimana dimaksud pada huruf (a) menggunakan kurs yang

sebenarnya berlaku pada saat perolehan harta tersebut

c. Untuk harta ainnya dan kewajiban menggunakan kurs yang

sebenarnya berlaku pada akhir tahun buku sebelumnya,

berdasarkan sistem pembukuan yang dianut yang dilakukan

secara taat azas

d. Jika terjadi revaluasi aktiva tetap, di samping menggunakan

nilai historis, atas nilai selisih lebih dikonversi ke dalam satuan

mata uang Dolar Amerika Serikat dengan menggunakan kurs

yang sebenarnya berlaku pada saaat dilakukannya revaluasi

e. Untuk laba ditahan atau sisa kerugian dalamsatuan mata uang

Rupiah dari tahun-tahun sebelumnya, dikonversi ke dalam

satuan mata uang Dolar Amerika Serikat dengan menggunakan

kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun bukku

sebelumnya, yakni kurs tengah Bank Indonesia, berdasarkan

sistem pembukuan yang dianut yang dilakukan secara taat azas


f. Untuk modal saham dan ekuitas lainnya menggunakan kurs

yang sebenarnya berlaku pada saat terjadinya transaksi

g. Dalam hal terdapat selisih laba atau rugi sebagai akibat

konversi dari satuan mata uang Rupiah ke satuan mata uang

Dolar Amerika Serikat sebagaimana dimaksud pada huruf (a)

sampai dengan huruf (e) maka selisih laba atau rugi tersebut

dibebankan pada rekening laba ditahan.

2. Dalam tahun berjalan

a. Untuk transaksi yang dilakukan dengan satuan mata uang Dolar

Amerika Serikat, pembukuannya dicatat sesuai dengan dokumen

transaksi yang bersangkutan

b. Untuk transaksi baik dalam negeri maupun luar negeri, yang

menggunakan satuan mata uang selain Dolar Amerika Serikat,

dikonversikan ke satuan mata uang Dolar Amerika Serikat dengan

menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat terjadinya

transaksi, yaitu sebagai berikut :

 Apabila dari dokumen transaksi diketahui kurs yang berlaku,

maka kurs yang dipakai adalah kurs yng diketahui dari

transaksi tersebut

 Apabila dari dokumen transaksi tidak diketahui kurs yang

berlaku, maka kurs yang dipakai adalah kurs tengah Bank

Indonesia yang berlaku, berdasarkan sistem pembukuan yang

dianut yang dilakukan secara taat azas.


Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pencabutan atas izin

untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris

dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat dengan syarat:

a. Disampaikan secara tertulis kepada Direktur Jendral Pajak

paling lama 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku berakhir

b. Mengemukakan alasan pencabutan sesuai dengan kondisi

sebenarnya.

I. PERUBAHAN TAHUN BUKU DAN METODE PEMBUKUAN

Pada dasarnya metode pembukuan yang dianut harus taat asas, yaitu harus

sama dengan tahun-tahun sebelumnya, misalnya dalam hal penggunaan metode

pengakuan penghasilan dan biaya (metode kas atau akrual), metode penyusutan aktiva

tetap, dan metode penilaian persediaan. Namun, perubahan metode pembukuan masih

dimungkinkan dengan syarat telah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak

sebelum dimulainya tahun buku yang bersangkutan dengan menyampaikan alasan

yang logis dan dapat diterima serta akibat yang mungkin timbul dari perubahan

tersebut. Perubahan metode pembukuan akan mengakibatkan perubahan dalam

prinsip taat asas yang dapat meliputi perubahan metode dari kas ke akrual atau

sebaliknya atau perubahan penggunaan metode pengakuan penghasilan atau

pengakuan biaya itu sendiri, misalnya dalam metode pengakuan biaya yang berkenaan

dengan penyusunan aktiva tetap dengan menggunakan metode penyusutan tertentu.

J. TEMPAT PENYIMPANAN BUKU/CATATAN/DOKUMEN

Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan

dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola

secara elektronik atau secara program online wajib disimpan selama 10 (sepuluh)

tahun di Indonesia, yaitu tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak Orang
Pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak Orang Badan. Perubahan tahun buku

dan metode Pembukuan Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku,

harus mendapat persetujuan dari Direktur Jendral Pajak.

K. SANKSI PIDANA

Pasal 39 Undang-Undang KUP, yaitu barang siapa dengan sengaja:

1. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu

atau dipalsukan seolah-olah benar

2. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak

memperhatikan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen

lainnya, atau

3. Tidak menyimpan buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar

pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan

data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program

aplikasi online di Indonesia.

Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana

penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan

denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang

bayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau

kurang bayar.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

1. file:///C:/Users/user/Downloads/downacademia.com_pembukuan-dan-pencatatan-

perpajakan-1.pdf

2. https://repository.unikom.ac.id/61986/1/PERTEMUAN%202.pdf

3. downacademia.com_pembukuan-dan-pencatatan-perpajakan-1.pdf

Anda mungkin juga menyukai