Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PEMBELAJARAN IPA MI/SD

Hakikat Pembelajaran IPA di SD yang dilakukan Secara Terpadu


Makalah Ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran IPA MI/SD
Dosen pegampu : Ida Fiteriani, M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 1


Kelas : PGMI 5 E
Anggota Kelompok :
1. Anjally Nabiatus Sholehah (2111100165)
2. Anggun zadsa dinanda (2111100161)
3. Aulia Hanifia (2111100023)
4. Chika Marsyandra Fazriani (2111100025)
5. Elfa Margareta (2111100200)
6. Erika Deanti Putri (2111100202)
7. Eva Lestari (2111100203)
8. Evi Zahrotun Nisa (2111100204)
9. Nanda Oktalia Saputri (2111100264)
10. Riska Ananda (2111100362)
11. Salma Erifa Noviana (2111100356)
12. Yunita Pratiwi (2111100328)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hakikat Pembelajaran IPA di SD
yang diakukan secara terpadu”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Pembelajaran IPA I/SD di Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung.
Dalam makalah ini akan diantarkan kepada suatu pemahaman mengenai pengetahuan
hakikat pembelajaran IPA untuk jenjang anak SD secara terpadu.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.

Bandarlampung, 04 Oktober 2023

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 6
A. Pengertian, Tujuan, dan Maksud serta karakteristik Pembelajaran IPA
Secara Terpadu........................................................................................................ 6
B. Penjelasan Terpadu Kajian Keilmuan IPA serumpun ............................................ 9
C. Alasan pada anak usia dini, pembelajaran IPA Lebih cocok
dilakukan secara terpadu ......................................................................................... 11
D. Model yang digunakan dalam pembelajaran IPA Terpadu ..................................... 13
E. Model pembelajaran terpadu yang cocok diimplementasikan dalam materi rotasi
dan revolusi bumi .................................................................................................... 22
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 23
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 23
B. Saran ....................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 24

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikat IPA mencerminkan persoalan yang holistik dalam kehidupan nyata. IPA (Ilmu
Pengetahuan Alam) dapat dikaji dari beberapa aspek yaitu sebagai bangunan ilmu (body of
knowledge), cara berpikir (a way of thinking), cara penyelidikan (a way of investigation) dan
kaitannya dengan teknologi dan masyarakat. Dalam IPA terkandung serangkaian proses ilmiah,
yang sering disebut sebagai metode ilmiah. IPA sebagai bangunan ilmu meliputi serangkaian
konsep, prinsip, hukum, teori. Bangunan ilmu ini dikonstruksi melalui proses ilmiah. Tiap
konten materi IPA memiliki karakteristik khas yang mencerminkan cara memperoleh dan cara
menyajikan kepada peserta didik. Karakteristik tiap konten materi tersebut erat kaitannya
dengan cara membelajarkan IPA kepada peserta didik. Cara memyajikan pembelajaran IPA
secara spesifik tercermin dalam perangkat pembelajaran yang dirancang oleh seorang guru
IPA. Istilah yang sesuai untuk perangkat tersebut adalah SSP (Subject Spesific Pedagogy).
Subject berkaitan dengan sasaran materi yang akan disampaikan yaitu IPA Terintegrasi pada
tema atau pokok bahasan tertentu. Spesific berarti berlaku khusus untuk materi yang akan
diberikan. Pedagogy berarti cara mengajarkan materi tersebut. SSP diartikan sebagai perangkat
mengajar yang spesifik pada subjek materi tertentu berkaitan dengan penggunaan srategi,
pendekatan, model, media, cara penilaian, bahan ajar dan lain sebagainya. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan mengamanahkan bahwa pembelajaran IPA di tingkat Sekolah Menengah
Pertama disajikan secara terpadu.
Keterpaduan memberikan makna bahwa persoalan IPA dapat dikaji secara holistik dari
aspek fisika, kimia, biologi dan aspek lainnya. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran IPA
terpadu masih mengalami beberapa kendala, antara lain ketersediaan sumber daya manusia
yaitu guru yang belum mempunyai latar belakang Pendidikan IPA. Guru juga belum
memperoleh sosialisasi secara merata mengenai pembelajaran IPA Terpadu. Pada intinya
bahwa guru masih merasa asing dengan konsep pembelajaran IPA Terpadu. Hasil observasi
pada PLPG 2012 bahwa guru belum memahami maksud keterpadua, guru memerlukan contoh
cara membelajarkan IPA secara terpadu. Beberapa hal tersebut mendasari perlunya
dikembangkan perangkat pembelajaran IPA terpadu yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan keterampilan proses peserta didik. Dengan harapan, siswa akan terbiasa
dalam menghadapi persoalan IPA dalam kehidupan sehari-hari.1

1
Academia.edu
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirmuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian, tujuan dan maksud serta karakteristik pembelajaran IPA Secara terpadu?
2. Bagaimana penjelasan singkat mengenai kajian keilmuan IPA yang serumpun?
3. Mengapa anak usia dini lebih cocok mempelajari IPA secara Terpadu?
4. Apasaja model yang digunakan dalam pembelajaran IPA Secara Terpadu?
5. Berdasarkan model yang telah ditemukan model apa yang cocok digunakan untuk materi
rotasi dan revolusi bumi?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian, Tujuan, dan Maksud serta karakteristik Pembelajaran IPA Secara Terpadu
a) Pengertian hakikat pembelajaran ipa
Ilmu pengetahuan alam (ipa) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang
semula berasal dari bahasa inggris "scientia" yang berarti saya tahu. "science" terdiri dari
social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam).
Mendefinisikan ipa tidaklah mudah, karena sering kurang dapat menggambarkan secara
lengkap pengertian sains sendiri. Menurut h.w fowler, "ipa adalah pengetahuan yang
sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan
didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi."
Ipa mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam
perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat
diamati indera. Oleh karena itu, dalam menjelaskan hakikat fisika, pengertian ipa dipahami
terlebih dahulu. Kardi dan nur mengemukakan ipa atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang
dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati.
Pembelajaran ipa, harus disesuaikan dengan kebijakan yang berlaku sebagai salah satu
mata pelajaran di sekolah. Berdasarkan lampiran permendiknas nomor 22 tahun 2006 mata
pelajaran ipa berkaitan dengan cara mencapai tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
ipa bukan hanyapenguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (inquiry).2
Pembelajaran ipa merupakan pembelajaran yang membuat siswa memperoleh
pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan siswa untuk menerima,
menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Pada hakikatnya ipa dibangun
atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, dipandang pula sebagai
proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur. Selain sebagai proses dan produk, daud joesoef
pernah menganjurkan agar ipa dijadikan sebagai suatu "kebudayaan" atau suatu kelompok
atau institusi sosial dengan tradisi nilai aspirasi, maupun inspirasi.
Sementara itu, menurut laksmi prihantoro, mengatakan bahwa ipa hakikatnya
merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk,ipa merupakan sekumpulan

2
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 136
6
pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, ipa merupakan
proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan
produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori ipa akan melahirkan teknologi yang
dapat memberi kemudahan bagi kehidupan. Secara umum ipa meliputi tiga bidang ilmu dasar,
yaitu biologi, fisika, dan kimia.
Prihanto laksmi menyatakan hakikat ipa sebagaimana dijelaskan diatas maka nilai-
nilai ipa yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran ipa antara lain sebagai berikut:
a) kecakapan bekerja dan berfikir secara teratur dan sistematis
Menurut langkah-langkah metode ilmiah
b) keterampilan dan kecakapan dalam memecahkan masalah
c) memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitannya
dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan.3
b) Tujuan pembelajaran ipa
Pembelajaran ipa secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum
sebagaimana termaktub dalam taksonomi bloom bahwa: diharapkan dapat memberikan
pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama pembelajaran. Jenis pengetahuan yang
dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hakikat dan tujuan pembelajaran ipa diharapkan
dapat memberikan antara lain sebagai berikut:
1) kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap
tuhan yang maha esa
2) pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di
alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi
3) keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan
melakukan observasi
4) sikap ilmiah, atara lain skeptis, kritis, sensitive, objektif, jujur terbuka, benar, dan dapat
bekerja sama
5) kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dengan
menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam

3
Iswatun, M. Mosik, and Bambang Subali, "Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing
untuk meningkatkan KPS dan hasil belajar siswa SMP kelas VIII." Dalam jurnal I novasi
Pendidikan IPA 3.2, 2017, 150-160
7
6) apresiatif terhadap sains dengan menikmati.4
c) Maksud Pembelajaran IPA
Menurut Darmodjo menyatakan, pembelajaran IPA didasarkan pada hakikat IPA
sendiri yaitu dari segi proses, produk, dan pengembangan sikap. Pembelajaran IPA di Sekolah
Dasar sebisa mungkin didasarkan pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam raya
ini dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-mata bergantung pada
metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen, dan analisis
rasional. Dalam hal ini juga digunakan sikap tertentu, misalnya berusaha berlaku seobjektif
mungkin dan jujur dalam mengumpulkan dan mengevaluasi data. Proses dan sikap ilmiah ini
akan melahirkan penemuan-penemuan baru yang menjadi produk IPA.5
Menurut Depdiknas tujuan pembelajaran IPA terpadu sebagai berikut:
1. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
Banyak ahli yang menyatakan bahwa pembelajaran IPA yang disajikan secara disiplin
keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, karena anak pada usia ini masih
dalam masa transisi dari tingkat berpikir operasional konkrit ke berpikir abstrak. Selain itu,
peserta didik melihat dunia sekitarnya masih secara holistik (menyeluruh). Atas dasar itu,
pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam bentuk yang utuh dan tidak parsial.
2. Meningkatkan minat dan motivasi.
Pembelajaran IPA terpadu memberi peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi
pembelajaran yang utuh, menyeluruh, dinamis dan bermakna sesuai dengan harapan dan
kemampuan guru serta kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran
IPA terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan tema yang disampaikan.
3. Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus.
Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, sarana dan biaya
karena pembelajaran beberapa Kompetensi Dasar dapat diajarkan sekaligus.6

4
Husnul Khotimah, dkk. 2015. " Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan
Teknik Mind Mapping Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VIII" dalam
jurnal JurusanBiologi-Fakultas MIPA UM.
5
Hendro Darmodjo dan R. E Kaligis. (1993). Pendidikan IPA II. Jakarta: Dirjen Dikti
6
Depdiknas. 2006a. Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran IPA Terpadu SMP/MTs. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
8
d) Karakteristik Pembelajaran IPA terpadu
Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-
ciri yaitu7:
1) Holistik
Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran
terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut
pandang yang terkotak-kotak.
2) Bermakna
Pengkajian suatu dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas,
memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsepyang
berhubungan. Hal ini berdampak pada kebermaknaan dari materi yang diajarkan.
3) Otentik
Pembelajaran terpadu memungkinkan peserta didik memahami secara langsung
prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung.
4) Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran, baik
secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar
yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa
sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar.

B. Penjelasan Terpadu Kajian Keilmuan IPA serumpun


Pembelajaran terpadu yaitu suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa
bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada anak didik. Dikatakan
bermakna karena dalam pengajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari itu melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain
yang mereka pelajari.8

7
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan, hlm. 61-62.28 Nuryani Y. Rustaman dkk, Strategi
Belajar Mengajar Biologi, (Bandung: Universitas
8
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan, hlm. 57.25 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu
Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan, hlm.
136-137.

9
Secara umum IPA meliputi tiga ilmu bidang dasar, yaitu biologi fisika dan kimia ditambah
dengan ilmu bumi dan antariksa. Jadi pembelajaran IPA terpadu yaitu gabungan antara dua
atau lebih kajian IPA (biologi, fisika dan kimia) yang dilakukan dengan pengidentifikasian
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dekat dan relevan untuk dikemas dalam satu
tema dan disajikan dalam kegiatan pembelajaran yang terpadu, berikut merupakan penjelasan
singkat mengenai kajian IPA yang serumpun :
a) Biologi
Biologi adalah ilmu yang mempelajari asal-usul, evolusi dan karakteristik
makhluk hidup , serta proses vitalnya, perilaku dan interaksinya satu sama lain dan
dengan lingkungan. Kata seperti itu dibentuk dari akar kata Yunani βίος (bíos), yang
berarti ‘hidup’, dan -λογία (-logy), yang berarti ‘sains’ atau ‘studi’. Dengan demikian,
biologi bertanggung jawab untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tingkah laku dan
ciri-ciri yang membedakan makhluk hidup, baik sebagai individu, maupun secara
keseluruhan, sebagai spesies.9
b) Fisika
Fisika adalah cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari fenomena alam
melalui pengamatan, eksperimen, dan analisis matematis. Dalam fisika, terdapat
berbagai besaran yang digunakan untuk menggambarkan dan mengukur fenomena
alam. Besaran ini dapat dibagi menjadi dua kategori utama: besaran pokok dan besaran
turunan.10
c) Kimia
Kimia (serapan dari bahasa Arab: ‫ )كيمياء‬adalah cabang dari ilmu fisik yang
mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, dan perubahan materi. Ilmu kimia meliputi
topik-topik seperti sifat-sifat atom, cara atom membentuk ikatan kimia untuk
menghasilkan senyawa kimia, interaksi zat-zat melalui gaya antarmolekul yang
menghasilkan sifat-sifat umum dari materi, dan interaksi antar zat melalui reaksi kimia
untuk membentuk zat-zat yang berbeda. Kimia kadang-kadang disebut sebagai ilmu
pengetahuan pusat karena menjembatani ilmu-ilmu pengetahuan alam, termasuk fisika,
geologi, dan biologi.11

9
https://biologi.uma.ac.id/2021/04/20/arti-biologi/
10
Salsabila Syahira. 2023. Besaran Pokok, Besaran Turunan Pengertian dan Pengukuran dalam
Ilmu Fisika https://umsu.ac.id/berita/besaran-pokok-besaran-turunan-pengertian-dan-
pengukuran-dalam-ilmu-fisika/
11
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Kimia
10
d) Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) adalah cabang dari Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari mengenai fenomena-fenomena alam di
bumi dan benda langit yang ada di tata surya serta jagad raya secara keseluruhan.12
Menurut Plotnick, Varelas, & Fan IPBA merupakan sintesis dan gabungan dari disiplin
ilmu oseanografi, geologi, geofisika, astrofisika, biologi, kimia, fisika dan ilmu sains
lain yang mempelajari tentang langit, kehidupan dan bumi beserta isinya secara
keseluruhan.13 IPBA mengkaji mengenai lapisan-lapisan yang ada di bumi, litosfer,
hidrosfer, atmosfer dan antariksa secara menyeluruh. IPBA sangat penting diajarkan
karena ilmu pengetahuan tersebut sangat erat dengan kehidupan.
Manfaat mempelajari IPBA yaitu memudahkan dalam memahami mengenai
fenomena-fenomena alam yang ada di bumi, memahami mengenai lapisan-lapisan yang
ada di bumi, memahami mengenai proses terbentuknya tata surya serta bagian-bagian
dari tata surya yang secara keseluruhan sangat berkaitan dengan kehidupan manusia.14

C. Alasan pada anak usia dini, pembelajaran IPA Lebih cocok dilakukan secara terpadu
Beberapa alasan pembelajaran terpadu cocok digunakan di tingkat SD sebagai berikut.
Pendidikan di SD harus memperhatikan perkembangan intelektual anak. Sesuai dengan taraf
perkembangannya, anak SD melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh, mereka belum dapat
memisah-misahkan bahan kajian yang satu dengan yang lain. Arah dan tujuan pembelajaran
terpadu menurut Frazee dan Rosse mengarah pada pembentukan pemikiran anak-anak secara
utuh, karena secara kodrati anak-anak terutama usia SD memandang sesuatu selalu dengan
pandangan yang utuh dan menyeluruh (holistik). Alasan lain, karena dalam kehidupan sehari-
hari, anak-anak menggunakan pengetahuan tidak secara per bagian, melainkan secara utuh.
Oleh karena itu, akan lebih baik bila pembelajaran di sekolah, diarahkan untuk menuju
pemikiran secara utuh. Selain itu dengan guru menerapkan. Pembelajaran terpadu, siswa akan

12
Handhita, E. T., Akhlis, I., & Marwoto, P. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran
Materi Astronomi Berbasis Visual Novel Ren’py. Unnes Physics Education Journal, 5(2), 7.
doi: https://doi.org/10.15294/upej.v5i2.13617
13
Plotnick, R. E., Varelas, M., & Fan, Q. (2009). An Integrated Earth Science, Astronomy, and
Physics Course for Elementary Education Majors. Journal of Geoscience Education, 57(2),
152–158. doi: 10.5408/1.3544251
14
Yuniawatika, W., E. A., A.R., M. F., L., N. T., & W, R. I. (2020). Modul Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Bumi dan Antariksa sebagai Suplemen Bahan Ajar bagi Guru SD/MI di Desa
Jambesari. Karinov, 3(3), 133–139.
11
diberikan pengalaman secara nyata dalam proses pembelajaran. Kesiapan belajar siswa
merupakan salah satu prinsip belajar yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.15
 Landasan Teori, Ahli, dan Pemikirannya
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada
kebutuhan perkembangan anak. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang
menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan
struktur intelektual anak.
a) Teori pembelajaran ini dimotori oleh para tokoh Psikologi Gestalt, (termasuk
teori Piaget) yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan
menekankan pentingnya program pembelajaran yang berorientasi pada
kebutuhan perkembangan anak. Pendukung utama pembelajaran terpadu
muncul dari kalangan konstruktivisme, seperti Vygotsky. Kalangan ini
menganjurkan dengan kuat bahwa seseorang belajar secara aktif membangun
kebermaknaan dari pengalaman - pengalaman yang diperolehnya secara
melekat. Kalangan konstruktivis juga menganjurkan bahwa pembentukan
pengetahuan dan keterampilan seseorang terjadi secara dinamis dan tergantung
dengan pembuatan kaitan, merasakan pola - pola, keterhubungan dari
pengalaman yang dilaluinya.
b) Konsep pembelajaran terpadu pada dasarnya telah lama dikemukakan oleh John
dewey sebagai upaya untuk mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan
peserta didik dan kemampuan pengetahuannya. Ia memberikan pengertian
bahwa pembelajaran terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan
pengetahuan peserta didik dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan pada
interaksi dengan lingkungan dan pengalaman kehidupannya. Hal ini membantu
peserta didik untuk belajar menghubungkan apa yang telah dipelajari dan apa
yang sedang dipelajari.16
c) Menurut T. Raka Joni ( 1996 ) bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu
sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik secara individual
maupun kelompok aktif mencari , menggali , dan menemukan konsep serta
prinsip keilmuan secara holistik , bermakna , dan otentik Pembelajaran terpadu

15
Maulana,Dadan Djuanda,,dkk,Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar
(UPI Sumedang Press : 2015) hal.76
16
Beans, (1993) dalam udin syaefudin dkk, 2006 : 4
12
akan terjadi apabila peristiwa - peristiwa otentik atau eksplorasi topik / tema
menjadi pengendali di dalam kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisipasi di
dalam eksplorasi tema / peristiwa tersebut peserta didik belajar sekaligus proses
dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak.
d) Sri Anitah menyatakan , bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep
yang menggunakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan konsep - konsep
secara terkoneksi baik secara inter maupun antar mata pelajaran. Terjalinnya
hubungan antar setiap konsep secara terpadu , akan memasilitasi peserta didik
untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan mendorong peserta didik
untuk memahami konsep- konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman
langsung dan menghubungkannya dengan pengalaman-pengalaman nyata.
Dengan demikian sangat dimungkinkan hasil belajar yang diperoleh peserta
didik akan lebih bermakna dibandingkan jika hanya dengan cara drill merespon
tanda-tanda atau signal dari pendidik yang diberikan secara terpisah-pisah.17

D. Model yang digunakan dalam pembelajaran IPA Terpadu


Ada beberapa model yang digunakan dalam pembelajaran IPA Terpadu, yaitu :
1. Model Pembelajaran Somatic Auditory Visual Intelectual (SAVI)
Pengertian Model Pembelajaran Somatic Auditory Visula Intelectual (SAVI)
menurut Dewiyani (2012) dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Somatic berasal dari bahasa
Yunani yaitu soma yang berarti tubuh. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan
belajar dengan indera peraba, kinestetik, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta
mengerakkan tubuh ketika belajar atau bergerak dan berbuat. Menurut Dave Meier
pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh.
Temuan penelitian menyimpulkan bahwa pikiran tersebar di seluruh tubuh. langkah-
langkah model pembelajaran Somatic Auditory Visual Intelectual (SAVI) memiliki
empat tahap yaitu : 1) Pertama, persiapan. Tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan
minat para pembelajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar
yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. 2) Kedua,
penyampaian Tujuan tahapan ini adalah membentuk pembelajar menentukan materi belajar
yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan

17
Malawi, ibadullah. kadarwati, Ani. Permatasari Kusuma Dayu, Dian. Teori dan Aplikasi
Pembelajaran Terpadu. Cv. Ae Media Grafika. (2019).
13
cocok semua gaya belajar. 3) Ketiga, pelatihan. Tujuan tahap ini adalah membantu
pembelajar mengintagrasikan dan menyerap pengetahuan dan ketempilan baru dengan
berbagai cara. 4) Keempat, penampilan hasil. Tujuan tahap ini, membentuk pembelajar
menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada
pekerjaan, sehingga hasil belajar akan melekat dan terus meningkat.

2. Model Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran Kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru
untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan
juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pembelajaran Kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru
untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan
juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Landasan filosofi CTL adalah :
a. konstruktivisme artinya filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya
sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri.
Pengetahuan tidak bisa dipisah-pisahkan harus utuh.
b. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey
pada awal abad ke 20 yaitu filosofi belajar yang menekankan kepada pengembangan
minat dan pengalaman siswa

3. Model Pembelajaran Kolaboratif


Ciri-ciri dari Model Pembelajaran Kolaboratif yaitu adanya kerja sama dua orang
atau lebih, memecahkan masalah bersama, sertamencapai tujuan tertentu
Bentuk-Bentuk Belajar Collaborative
a. Student Teams Achievement Divisions (Stad):
 Sajian Guru
 Diskusi Kelompok siswa
 Tes/Kuis/Silang tanya antar kelompok
 Penguatan Guru

14
b. Student Teams Achievement Devision (STAD)
Mencakup lima langkah pokok:
 Presentasi guru,perhatian cermat siswa, membantu quis
 Tim (kelompok):
a. Fungsi utama :membantu anggota mengerjakan quis dengan baik
b. Anggota mengerjakan SST yang terbaik untuk tim
- Presentasi Guru satu atau dua pereode
- Satu atau dua periode praktek kelompok,ada quis individual
- Siswa tidak diijinkan saling bantu

4. Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Konsep Pembelajaran Kooperatif
adalah menciptakan interaksi yang asah, asih dan asuh, sehingga tercipta masyarakat
belajar sehingga memungkinkan siswa untuk tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari
sesama siswa. Teknik Pembelajaran Kooperatif, yaitu :

a. Metode STAD (Student Teams Achievement Division)


Diberikan kepada siswa baik verbal maupun tertulis.
Berikut adalah langkah-langkah metode STAD :
1. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok.
2. Tiap anggota menggunakan lembar kerja akademik kemudian saling membantu untuk
menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar anggota tim.
3. Tiap minggu atau 2 minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan
materi yang telah diberikan. untuk mengaja
4. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap materi, yang meraih
prestasi tinggi diberi penghargaan.

b. Metode Jigsaw, yaitu dengan kelompok ahli


Metode ini dikembangkan oleh Slavin dkk. Langkah- langkah dari metode ini adalah
sebagai berikut:

15
1. Kelas dibagi menjadi beberapa tim/kelompok anggotanya 5-6 yang karakteristiknya
heterogen.
2. Bahan yang disajikan bentuk teks, tiap siswa bertanggung jawab mempelajari.
3. Setiap kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab mengkaji bagiannya. Bila
berkumpul disebut kelompok pakar.
4. Para siswa yang ada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula untuk
mengajar anggota baru mengenai materi yang dipelajari dalam kelompok pakar.
5. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi para siswa dievaluasi secara individual
mengenai bahan yang pernah di pelajari.
6. Pemberian skor diberikan / dilakukan seperti dalam metode STAD. Nilai tertinggi diberi
penghargaan oleh guru.

c. Metode TGT ( Teams Games Tournament)


Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau
model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa
tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang
dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT)
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab,
kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Implementasi Model Pembelajaran TGT
Dalam pengimplementasian yang hal yang harus diperhatikan yaitu.
1.Pembelajaran terpusat pada siswa
2. Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi
3. Pembelajaran bersifat aktif (siswa berlomba untuk dapat menyelesaikan persoalan)
4. Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim
5. Dalam kompetisi diterapkan system point
6. Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal kesetaraan dalam
kinerja akademik
7. Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang
diterbitkan secara mingguan
8. Dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal
9. Adanya system penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak

16
5. Model Pembelajaran Quantum Teaching
Proses pembelajaran quantum teaching intinya pembelajaran yang menyenangkan,
kreatif tidak membosankan.
Karakteristik Umum Pembelajaran Quantum
a. Berpangkal pada psikologi kognitif
b. Bersifat Humanistis bukan positivistis-empiris
c. Siswa sebagai pebelajar menjadi pusat perhatian.
d. Lebih bersifat pada konstruktivistis
e. Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna.
f. Sangat menekankan pada pencapaian pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
g. Sangat menekankan kealamiyahan dan kewajaran proses pembelajaran.

6. Model Pembelajaran Tematik


Pembelajaran tematik adalah pembelajaran berdasarkan tema untuk mempelajari
suatu materi guna mencapai kompetensi tertentu. Tema adalah suatu bidang yang luas, yang
menjadi fokus pembahasan dalam pembelajaran. Topik adalah bagian dari tema / sub
tema. Keunggulan pembelajaran tematik adalah sebagai berikut :
a. Pembelajaran lebih mudah memahami apa & mengapa mereka belajar
b. Hubungan antara konten & proses lebih jelas
c. Mempercepat transfer konsep lintas bidang studi
d. Belajar secara mendalam dan meluas
e. Penggunaan waktu efektif
f. Mengembangkan sikap positif

7. Model Pembelajaran Konstruktivisme


Model Pembelajaran Konstruktivisme merupakan suatu model pembelajaran
dimana seseorang aktif membangun pengetahuannya sendiri
Landasan Teori :
a. Siswa mengkonstruksi idea berdasarkan pengalaman dan interaksi dng sumber belajar
b. Hasil belajar dapat ditampilkan dengan berbagai cara.
Langkah-langkah dari model pembelajaran ini adalah:
a. Orientasi, Penggalian Idea,

17
b. Restrukturisasi Idea,
c. Aplikasi Idea,
d. Reviu,
e. Membandingkan

8. Model pembelajaran berbasis pengalaman (Experiential Learning)


Model Experiential Learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang
mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui
pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, Experiential Learning menggunakan
pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas
dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.
Experiential learning dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu
berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan guna
meningkatkan keefektifan dari hasil belajar itu sendiri. Tujuan dari model ini adalah untuk
mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu; 1) mengubah struktur kognitif siswa, 2)
mengubah sikap siswa, dan 3) memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang telah
ada. Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan memengaruhi seara keseluruhan, tidak
terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya
tidak akan efektif.
Prosedur pembelajaran dalam experiential learning terdiri dari 4 tahapan, yaitu; 1)
tahapan pengalaman nyata, 2) tahap observasi refleksi, 3) tahap konseptualisasi, dan 4)
tahap implementasi. Keempat tahap tersebut oleh David Kolb (1984).

9. Model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle)


Siklus belajar ( learning cycle ) merupakan model pembelajaran yang berorientasi
pada teori Piaget dan teori pembelajaran kognitif serta aplikasi model pembelajaran
konstruktivis. Model ini dikembangkan oleh Robert Karplus dan koleganya dalam rangka
memperbaiki kurikulum sains SCIS ( Science Curriculum Improvement Study) dengan
tahapan-tahapannya : exploration, invention dan discovery, namun kemudian
dikembangkan oleh Charles R. Barman dengan tahapan-tahapannya : exploration phase,
concept introduction, dan concept application. Selanjutnya model ini kemudian
dikembangkan lagi dan dewasa ini lebih dikenal dengan model siklus belajar sains 4-E ( 4-

18
E science learning cycle ), dengan tahapan-tahapan : exploration phase, explanation phase,
expansion phase, evaluation phase.18

10. Model Connected


Model connected merupakan model integrasi kurikulum interbidang studi. Model
iterfokus dalam membuat hubungan yang eksplisit antara satu topik dengan topik
berikutnya, menghubungkan konsep satu dengan konsep lain, menghubungkan
keterampilan dengan keterampilan yang berhubungan, menghubungkan pertemuan hari ini
dengan pertemuan berikutnya, atau kon- sep dalam semester yang sedang berlangsung
dengan semester berikutnya (Fogarty, 1991).

11. Model Webbed


Integrasi yang dilakukan dalam model webbed adalah dengan pengajuan tema yang
dapat digunakan untuk mempelajari beberapa bidang kajian IPA. Model ini juga dapat

18
https://www.rijal09.com/2016/12/10-model-pembelajaran-ipa-di-sd.html
19
disebut dengan pendekatan tematik (Fogarty, 1991). Model pengintegrasian tipe webbed
termasuk pengintegrasian antar bidang kajian IPA. Tema yang dipilih untuk dipelajari
merupakan tema yang dapat digunakan untuk mempelajari beberapa bidang kajian. Misal-
nya, tema "Cahaya dan Alat Optik", merupakan tema yang digunakan untuk mempelajari
bidang kajian energi dan perubahannya (fisika) pada topik cahaya, cermin, lensa, dan alat
optik, sedangkan pada bidang kajian makhluk hidup dan alam semesta (biologi) dapat
digunakan untuk mempelajari alat optik pada mata serangga.
Keuntungan pendekatan webbed untuk mengintegrasikan kurikulum adalah faktor
motivasi sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik perhatian paling besar, faktor
motivasi siswa juga dapat berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan
pada minat siswa. Adapun kelemahan model ini adalah banyak guru sulit memilih tema.
Mereka cenderung menyediakan tema yang dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi
siswa, dan guru sering kali terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi
terabaikan.19

12. Model Integrasi

Model integrasi Pembelajaran terpadu model integrasi (integrated model) adalah


model pembelajaran yang menggunakan pendekatan antar bidang studi, menggabungkan
bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan,
konsep dan sikap yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi Fogarty.
Pengintegrasikan konsep, keterampilan, dan isi konsep yang tumpang tindih secara
keseluruhan, contohnya Matematika, IPA, IPS, dan Bahasa.20

19
Asih Widi Wisudawati, Eka Sulistyowati, "Model Pembelajaran IPA" Jakarta : Bumi Aksara
Hal.98-101
20
rianto, "Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi dan implementasinya dalam
Kurikulum Satuan Pendidikan", Bumi Aksara: Jakarta, Hal. 47 (2007)
20
13. Model Pembelajaran Children Learning In science (CLIS)

Model pembelajaran CLIS adalah kerangka berpikir untuk menciptakan lingkungan


yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa dalam
kegiatan pengamatan dan percobaan dengan menggunakan LKS. Model pembelajaran
CLIS bertujuan membentuk pengetahuan (konsep) ke dalam memori siswa agar konsep
tersebut dapat bertahan lama, karena model pembelajaran CLIS memuat sederetan tahap-
tahap kegiatan siswa dalam mempelajari konsep yang diajarkan.

Berdasarkan tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada model pembelajaran CLIS maka


dapat dikemukakan karakteristik model pembelajaran CLIS antara lain:

1) Dilandasi oleh pandangan konstruktivisme


2) Pembelajaran berpusat pada siswa
3) Melakukan aktifitas hands on/ minds on
4) Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
Faktor-faktor penting dalam pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran CLIS ini
adalah:
1) Menciptakan situasi belajar terbuka dan memberikan kebebasan pada siswa dalam
mengemukakan ide atau gagasan.
2) Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya pada teman atau gurunya,
kemudian pada akhir kegiatan pembelajaran guru menjelaskan konsep-konsep
ilmiah untuk menghidari miskonsepsi pada siswa.
3) Memberikan tugas perorangan yang dikerjakan siswa di rumah berupa PR sebagai
penerapan konsep.Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Children Learning
In Science(CLIS)
21
Kelebihan-kelebihan CLIS sebagai berikut :
1) Gagasan anak lebih mudah dimunculkan.
2) Membiasakan siswa untuk belajar mandiri dalam memecahkan suatu masalah.
3) Empat syarat perubahan konsepsi yang dikemukakan oleh posner et alterpenuhi.
4) Menciptakan kreatifitas siswa untuk belajar sehingga tercipta suasana kelas yang
lebih nyaman dan kreatif, terjadi kerjasama sesama siswa dan siswaterlibat langsung
dalam melakukan kegiatan.
5) Menciptakan belajar yang lebih bermakna karena timbulnya kebanggaan siswa
menemukan sendiri konsep ilmiah yang dipelajari.
6) Guru mengajar akan lebih efektif karena dapat menciptakan suasana belajar yang
aktif Adapun kelemahan CLIS adalah sarana laboratorium harus lengkap, kemudian
siswa yang belum terbiasa belajar mandiri atau berkelompok akanmerasa asing dan
sulit untuk menguasai konsep.21

E. Model pembelajaran terpadu yang cocok diimplementasikan dalam materi rotasi


dan revolusi bumi
Berdasarkan sekian banyak model diatas, model yang cocok untuk
diimplementasikan dalam materi rotasi dan revolusi bumi yaitu model eksperimental.
Karena, di dalam model pembelajaran ini menganut sistem mengaktifkan pembelajar untuk
membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung yang
menggunakan pengalaman sebagai media untuk menolong pembelajar mengembangkan
kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.
Contohnya pada saat melihat gerak semu harian matahari yang terbit dar timur ke
barat juga terjadinya siang dan malanm serta adanya perbedaan waktu yang menandakan
bumi berputar pada porosnya atau yang biasa disebut rotasi, kemudian terjadinya perbedaan
musim di utara dan selatan yang mengakibatkan perbedaan musim dibagian utara dan
selatan yang menandakan terjadinya revolusi bumi akibat bumi mengelilingi matahari.

21
Ismail, A. Penerapan Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS) Berbantuan
Multimedia untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Pokok Bahasan
Fluida. JIPFRI (Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Dan Riset Ilmiah), 1(2), hal. 83-87. (2017).
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ipa mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut
bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati
indera. Oleh karena itu, dalam menjelaskan hakikat fisika, pengertian ipa dipahami terlebih
dahulu. Kardi dan nur mengemukakan ipa atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat,
baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati.
2. Secara umum IPA meliputi tiga ilmu bidang dasar, yaitu biologi fisika dan kimia ditambah
dengan ilmu bumi dan antariksa. Jadi pembelajaran IPA terpadu yaitu gabungan antara dua
atau lebih kajian IPA (biologi, fisika dan kimia) yang dilakukan dengan pengidentifikasian
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dekat dan relevan untuk dikemas dalam satu
tema dan disajikan dalam kegiatan pembelajaran yang terpadu.
3. Alasan mengapa pada anak usia dini lebih cocok menggunakan pembelajaran IPA secara
terpadu karena pendidikan di SD harus memperhatikan perkembangan intelektual anak. Sesuai
dengan taraf perkembangannya, anak SD melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh, mereka
belum dapat memisah-misahkan bahan kajian yang satu dengan yang lain.
4. Ada beberapa model yang digunsksn dslam metode pembelajaran IPA Secara terpadu, salah
satunya adalah Model Pembelajaran Somatic Auditory Visual Intelectual (SAVI)
5. Berdasarkan sekian banyak model diatas, model yang cocok untuk diimplementasikan
dalam materi rotasi dan revolusi bumi yaitu model eksperimental. Karena, di dalam model
pembelajaran ini menganut sistem mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan
dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung yang menggunakan pengalaman
sebagai media untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya
dalam proses pembelajaran.
B. Saran
Sebaiknya guru lebih belajar untuk menguasai kelas agar pembelajaran menjadi lebih
menarik dan interaktif.

23
DAFTAR PUSTAKA
Asih Widi Wisudawati, Eka Sulistyowati. 2022. "Model Pembelajaran IPA", Bumi Aksara.
Beans, 1993 dalam udin syaefudin dkk Belajar Mengajar Biologi
Depdiknas. 2006. Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran IPA Terpadu SMP/MTs. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang
Depdiknas.
Handhita, E. T., Akhlis, I., & Marwoto, P. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Materi
Astronomi Berbasis Visual Novel Ren’py. Unnes Physics Education Journal, 5(2), 7.
doi: https://doi.org/10.15294/upej.v5i2.13617
Hendro Darmodjo dan R. E Kaligis. 1993. Pendidikan IPA II. Jakarta: Dirjen Dikti
https://biologi.uma.ac.id/2021/04/20/arti-biologi/
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Kimia
https://umsu.ac.id/berita/besaran-pokok-besaran-turunan-pengertian-dan-pengukuran-dalam-
ilmu-fisika/
https://www.rijal09.com/2016/12/10-model-pembelajaran-ipa-di-sd.html
Husnul Khotimah, dkk. 2015." Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan
Teknik Mind Mapping Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VIII"
dalam jurnal Jurusan Biologi-Fakultas MIPA UM.
Ismail, A. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)
Berbantuan Multimedia untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
pada Pokok Bahasan Fluida. JIPFRI (Jurnal InovasiPendidikan Fisika Dan Riset
Ilmiah)
Iswatun, M. Mosik, and Bambang Subali 2017 "Penerapan model pembelajaran
Inkuiri terbimbing untuk meningkatkan KPS dan hasil belajar siswa SMP kelas VIII."
Dalam jurnal Inovasi Pendidikan IPA 3.2.
Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan, Trianto, Model Pembelajaran Terpadu
Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan, Nuryani Y. Rustaman dkk, Strategi
Malawi, Ibadullah. kadarwati, Ani. Permatasari Kusuma Dayu, Dian. 2019. Teori dan
Aplikasi Pembelajaran Terpadu. Cv. Ae Media Grafika.
Maulana,Dadan Djuanda. 2015. Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar UPI Sumedang
Press
Plotnick, R. E., Varelas, M., & Fan, Q. 2009. An Integrated Earth Science, Astronomy, and
24
Physics Course for Elementary Education Majors. Journal of Geoscience Education,
57(2), 152–158. doi: 10.5408/1.3544251
Rianto. 2017 "Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi dan implementasinya dalam
Kurikulum Satuan Pendidikan"Jakarta : Bumi Aksara
Trianto, 2012. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Bumi Aksara
Yuniawatika, W., E. A., A.R., M. F., L., N. T., & W, R. I. 2020. Modul Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Bumi dan Antariksa sebagai Suplemen Bahan Ajar bagi Guru SD/MI di
Desa Jambesari. Karinov, 3(3).

25

Anda mungkin juga menyukai