Anda di halaman 1dari 6

Hukum Dagang

1. Definisi hukum dagang


Hukum dagang merupakan sebuah aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan
orang yang satu dengan yang lainnya, khusunya dalam perniagaan.
Bisa juga hukum dagang disebut dengan perdagangan atau perniagaan pada
umumnya ialah pekerjaan membeli barang dari suatu tempat atau pada suatu waktu
dan menjual barang itu di tempat lain atau pada waktu yang berikut dengan maksud
keuntungan.
2. Asas-asas Hukum Dagang
Pengertian Dagang (dalam arti ekonomi), yaitu segala perbuatan perantara antara
produsen dan konsumen.

Pengertian Perusahaan, yaitu seorang yang bertindak keluar untuk mencari


keuntungan dengan suatu cara dimana yang bersangkutan menurut imbangannya
lebih banyak menggunakan modal dari pada menggunakan tenaganya sendiri.

3. SUMBER HUKUM DAGANG


Sumber-sumber hukum dagang ialah tempat dimana bisa didapatkan peraturan-peraturan
mengenai Hukum Dagang. Beberapa sumber Hukum Dagang yakni sebagai berikut ;

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHD)


KUHD mengatur berbagai perikatan yang berkaitan dengan perkembangan lapangan
hukum perusahaan. Sebagai peraturan yang sudah terkodifikasi, KUHD masih
terdapat kekurangan dimana kekurangan tersebut diatur dengan sebuah peraturan
perundang-undangan yang lain.

2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)


Sesuai pasal 1 KUHD, KUH Perdata menjadi sumber hukum dagang sepanjang KUHD
tidak mengatur hal-hal tertentu dan hal-hal tertentu tersebut diatur dalam KUH
Perdata khususnya buku III. Dapat dikatakan bahwa KUH Perdata mengatur sebuah
pemeriksaan secara umum atau untuk orang-orang pada umumnya. Sedangkan
KUHD lebih bersifat khusus yang ditujukan untuk kepentingan pedagang.

3. Peraturan Perundang-Undangan
Selain KUHD, masih terdapat beberapa peraturan perundang-undangan lain yang
mengatur Hukum Dagang, diantaranya yaitu sebagai berikut :

UU No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan


UU No 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (PT)
UU No 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta
UU No 5 Tahun 1999 tentang Persaingan Usaha
UU No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
4. Kebiasaan
Kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus dan tidak terputus dan sudah diterima
oleh masyarakat pada umumnya serta pedagang pada khususnya, bisa digunakn juga
sebagai sumber hukum pada Hukum Dagang. Hal ini sesuai dengan pasal 1339 KUH
Perdata bahwa perjanjian tidak saja mengikat yang secara tegas diperjanjikan, tetapi
juga terikat pada kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan perjanjian tersebut.
Contohnya tentang pemberian komisi, jual beli dengan angsuran, dan lain sebagainya.

5. Perjanjian yang dibuat para pihak


Berdasarkan pasal 1338 KUH Perdata disebutkan perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dalam hal ini,
persetujuan, perjanjian ataupun kesepakatan memegang peranan bagi para pihak.
Contohnya yaitu dalam pasal 1477 KUH Perdata yang menentukan bahwa selama
tidak diperjanjikan lain, maka penyerahan terjadi di tempat dimana barang berada
pada saat terjadi kata sepakat. Misalkan penyerahan barang diperjanjikan dengan
klausula FOB (Free On Board) maka penyerahan barang dilaksanakan ketika barang
sudah berada di atas kapal.

6. Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional diadakan dengan tujuan supaya pengaturan tentang persoalan
Hukum Dagang bisa diatur secara seragam oleh masing-masing hukum nasional dari
negara-negara peserta yang terikat dalam perjanjian internasional tersebut. Untuk bisa
diterima dan memiliki kekuatan hukum yang mengikat maka perjanjian internasional
tersebut harus diratifikasi oleh masing-masing negara yang terikat dalam perjanjian
internasional tersebut.Macam perjanjian internasional yaitu sebagai berikut :

Traktat yaitu perjanjian bilateral yang dilakukan oleh dua negara saja. Contohnya traktat
yang dibuat oleh Indonesia dengan Amerika yang mengatur tentang sebuah
pemberian perlindungan hak cipta yang kemudian disahkan melalui Keppres No.25
Tahun 1989
Konvensi yaitu suatu perjanjian yang dilakukan oleh beberapa negara. Contohnya yaitu
Konvensi Paris yang mengatur tentang merek.

Sumber hukum dagang yang dikodifikasi, yaitu :


Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) atau Burgerlijke wetboek
(BW) yang terdiri dari 4 (empat) buku yaitu :
Buku I Tentang Orang (Van Personen)
Buku II Tentang Benda (Van Zaken)
Buku III Tentang Perikatan (Van Verbintennissen)
Buku IV Tentang Pembuktian dan Kedaluwarsa (Van Bewijs en Verjaring)
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) atau Wetboek Van Koophandel,
yang terdiri dari 2 (dua) buku, antara lain :
Buku I Tentang Perniagaan pada Umumnya
Buku II Tentang Hak-hak dan kewajiban yang timbul dari perkapalan.
Peraturan Kepailitan

Sumber hukum dagang diluar kodifikasi


meliputi peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain :

UU No. 1 tahun 1967 Tentang PMDN dan UU No. 12 Tahun 1967 Tentang PMA
UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Perasuransian dan UU No. 14 Tahun 1992 Tentang
Pengangkutan
UU No. 25 Tahun 1992 Tentang Koperasi dan UU No. 10 Tahun 1998
TentangPerbankan
UU No. 40 Tahun 2007 Tentang PT, UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan,
dan lain-lain

4. BENTUK PERKUMPULAN DAGANG

1. Persekutuan (Maatschap) : suatu bentuk kerjasama dan siatur dalam KUHS tiap
anggota persekutuan hanya dapat mengikatkan dirinya sendiri kepada orang-
oranglain. Dengan lain perkataan ia tidak dapat bertindak dengan mengatas namakan
persekutuan kecuali jika ia diberi kuasa. Karena itu persekutuan bukan suatu pribadi
hukum atau badan hukum.
2. Perseraoan Firma : suatu bentuk perkumpulan dagang yang peraturannya terdapat
dalam KUHD (Ps 16) yang merupakan suatu perusahaan dengan memakai nama
bersama. Dalam perseroan firma tiap persero (firma) berhak melakukan pengurusan
dan bertindak keluar atas nama perseroan.

3. Perseroan Komanditer (Ps 19 KUHD) : suatu bentuk perusahaan dimana ada sebagian
persero yang duduk dalam pimpinan selaku pengurus dan ada sebagian persero yang
tidak turut campur dalam kepengurusan (komanditaris/ berdiri dibelakang layar)
4. Perseroan Terbatas (Ps 36 KUHD) : perusahaan yang modalnya terbagi atas suatu
jumlah surat saham atau sero yang lazimnya disediakan untuk orang yang hendak
turut.
¨ Arti kata Terbatas, ditujukan pada tanggung jawab/ resiko para pesero/ pemegang
saham, yang hanya terbatas pada harga surat sero yang mereka ambil.
 ¨ PT harus didirikan dngan suatu akte notaris
 ¨ PT bertindak keluar dengan perantaraan pengurusnya, yang terdiri dari seorang
atau beberapa orang direktur yang diangkat oleh rapat pemegang saham.
 ¨ PT adalah suatu badan hukum yang mempunyai kekayaan tersendiri, terlepas
dari kekayaan pada pesero atau pengurusnya.
 ¨ Suatu PT oleh undang-undang dinyatakan dalam keadaan likwidasi jika para
pemegang saham setuju untuk tidak memperpanjang waktu pendiriannya dan
dinyatakan hapus jika PT tesebutmenderita rugi melebihi 75% dari jumlah
modalnya.
5. Koperasi : suatu bentuk kerjasama yang dapat dipakai dalam lapangan perdagangan
Diatur diluar KUHD dalam berbagai peraturan :
a. Dalam Stb 1933/ 108 yang berlaku untuk semua golongan penduduk.
b. Dalam stb 1927/91 yang berlaku khusus untuk bangsa Indonesia
c. Dalam UU no. 79 tahun 1958
¨ Keanggotaannya bersifat sangat pribadi, jadi tidak dapat diganti/ diambil alih oleh
orang lain.
¨ Berasaskan gotong royong
¨ Merupakan badan hukum
¨ Didirikan dengan suatu akte dan harus mendapat izin dari menteri Koperasi.
6. Badan-badan Usaha Milik Negara (UU no 9/ 1969)
a. Berbentuk Persero : tunduk pada KUHD (stb 1847/ 237 Jo PP No. 12/ 1969)
b. Berbentuk Perjan : tunduk pada KUHS/ BW (stb 1927/ 419)
c. Berbentuk Perum : tunduk pada UU no. 19 (Perpu tahun 1960)

5. Hubungan Hukum Perdata dan Hukum Dagang

Hubungan antara hukum dagang dan hukum perdata tercantum dalam pasal 1
KUHD. “Pasal 1 KUH Dagang, disebutkan bahwa KUH Perdata seberapa jauh dari
padanya kitab ini tidak khusus diadakan penyimpangan-penyimpangan, berlaku juga
terhadap hal-hal yang dibicarakan dalam kitab ini.”. Juga disebutkan dalam pasal 15
KUHD, “Pasal 15 KUH Dagang, disebutkan bahwa segala persoalan tersebut dalam
bab ini dikuasai oleh persetujuan pihak-pihak yang bersangkutan oleh kitab ini dan
oleh hukum perdata.”.
Jadi, Hubungan antara KUHD dengan KUH perdata adalah sangat erat, hal ini
dapat dimengerti karena memang semula kedua hukum tersebut terdapat dalam satu
kodefikasi.Pemisahan keduanya hanyalah karena perkembangan hukum dagang itu
sendiri dalam mengatur pergaulan internasional dalam hal perniagaan.
Hukum Dagang merupakan bagian dari Hukum Perdata, atau dengan kata lain
Hukum Dagang meruapkan perluasan dari Hukum Perdata.Untuk itu berlangsung
asas Lex Specialis dan Lex Generalis, yang artinya ketentuan atau hukum khusus
dapat mengesampingkan ketentuan atau hukum umum.KUHPerdata (KUHS) dapat
juga dipergunakan dalam hal yang daitur dalam KUHDagang sepanjang KUHD tidak
mengaturnya secara khusus.

6. Subyek Hukum

SUBJEK HUKUM
Subyek hukum adalah segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan kewajiban
untuk bertindak dalam hukum.
Jadi subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban., maka ia memiliki
kewenangan untuk bertindak. Kewenangan untuk bertindak yang dimaksud adalah
bertindak menurut hukum.
Klasifikasi Subyek Hukum

1. Subjek Hukum Manusia/orang


Adalah setiap orang yang mempunyai kedudukan yang sama selaku pendukung
hak dan kewajiban. Pada prinsipnya orang sebagai subjek hukum dimulai sejak lahir
hingga meninggal dunia. Pengecualiannya ialah bahwa menurut pasal 2 KUH Perdata
bagi yang masih dalam kandungan ibunya dianggap telah lahir bila kepentingannya
menghendaki. Tetapi bila bayi itu lahir dalam keadaan mati dianggap tidak pernah
ada, maka ia bukan subjek hukum.
Ada juga golongan manusia yang tidak dapat menjadi subjek hukum, karena
tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum (Personae miserabile) yaitu :
1. Anak yang masih dibawah umur, belum dewasa dan belum menikah.
2. Orang yang berada dalam pengampuan (curatele) yaitu orang yang sakit ingatan,
pemabuk, Pemboros, dan Isteri yang tunduk pada pasal 110 KUHPer, yg sudah
dicabut oleh SEMA No.3/1963

Kriteria dewasa seseorang berbeda beda, sesuai dengan hukum yang


mengaturnya.
· Menurut hukum perdata barat
· Dewasa untuk pria adalah 18 tahun
· Dewasa untuk wanita adalah 15 tahun
· Menurut Undang – undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
· Dewasa untuk pria adalah 19 tahun
· Dewasa untuk wanita adalah 16 tahun
Ketentuan dewasa menurut kedua hukum tersebut diatas adalah dewasa sebagai
syarat untuk melakukan pernikahan.
· Menurut hukum pidana seseorang dikatakan dewasa apabila ia telah mencapai
umur 16 tahun baik pria maupun wanita.
· Menurut hukum adat seseorang dikatakan dewasa apabila ia telah kuat gawe atau
telah mampu mencari nafkah sendiri.
· Menurut hukum islam
· Deawasa untuk pria apabila ia telah mimpi indah
· Dewasa untuk wanita apabila ia telah haid

2. Subjek Hukum Badan Hukum


Adalah suatu perkumpulan atau lembaga yang dibuat oleh hukum dan
mempunyai tujuan tertentu.
Sebagai subjek hukum, badan hukum mempunyai syarat-syarat yang telah
ditentukan oleh hukum yaitu :
1. Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan anggotanya
2. Hak dan Kewajiban badan hukum terpisah dari hak dan kewajiban para
anggotanya.
Badan hukum (rechts persoon) merupakan badan-badan perkumpulan yakni
orang-orang (persoon) yang diciptakan oleh hukum. Badan hukum sebagai subyek
hukum dapat bertindak hukum (melakukan perbuatan hukum) seperti manusia dengan
demikian, badan hukum sebagai pembawa hak dan tidak berjiwa dapat melalukan
sebagai pembawa hak manusia seperti dapat melakukan persetujuan-persetujuan dan
memiliki kekayaan yang sama sekali terlepas dari kekayaan anggota-anggotanya,
oleh karena itu badan hukum dapat bertindak dengan perantara pengurus-
pengurusnya.

Badan hukum terbagi atas 2 macam yaitu :


1. Badan Hukum Privat (Privat Recths Persoon)
Badan Hukum Privat (Privat Recths Persoon) adalah badan hukum yang
didirikan berdasarkan hukum sipil atau perdata yang menyangkut kepentingan banyak
orang di dalam badan hukum itu.

Dengan demikian, badan hukum itu merupakan badan swasta yang didirikan
orang untuk tujuan tertentu, yakni mencari keuntungan, social, pendidikan, ilmu
pengetahuan, dan lain-lainnya menurut hukum yang berlaku secara sah. Contohnya :
PT, Koperasi, Yayasan

2. Badan Hukum Publik (Publiek Rechts Persoon)


Badan Hukum Publik (Publiek Rechts Persoon) adalah badan hukum yang
didirikan berdasarkan publik untuk yang menyangkut kepentingan publik atau orang
banyak atau negara umumnya. Contohnya : Negara atau Instansi pemerintah
Ada empat teori yg digunakan sebagai syarat badan hukum untuk menjadi
subyek hukum,Yaitu :
1. Teori Fictie
2. Teori Kekayaan Bertujuan
3. Teori Pemilikan
4. Teori Organ

7. OBYEK HUKUM

1. Definisi Obyek Hukum


Obyek hukum Adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi subjek hukum dan dapat
menjadi objek dalam suatu hubungan hukum.
Objek hukum berupa benda atau barang ataupun hak yang dapat dimiliki dan
bernilai ekonomis.

2. Klasifikasi Hukum Dagang


Jenis objek hukum yaitu berdasarkan pasal 503-504 KUH Perdata disebutkan
bahwa benda dapat dibagi menjadi 2, yakni

1.Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen)


Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen) adalah suatu benda yang sifatnya
dapat dilihat, diraba, dirasakan dengan panca indera, terdiri dari benda berubah /
berwujud. Yang meliputi :
1. Benda bergerak / tidak tetap, berupa benda yang dapat dihabiskan dan benda yang
tidak dapat dihabiskan
· Benda bergerak yang dapat bergerak sendiri ( Hewan)
· Benda bergeraak yang dapat dipindahkan ( meja, kursi)
· Benda bergerak karena UU ( hak pakai, bunga yang di janjikan, sero )

2. Benda tidak bergerak


· Benda tidak bergerak karena sifatnya ( tanah, rumah )
· Benda tidak bergerak karena t ujuannya ( Gambar, Kaca, alat
percetakan yang ditempatkan di gedung )
· Benda tidak bergerak karena penetapan UU ( hak menumpang, hak usaha )

2. Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriekegoderen)


Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriegoderen) adalah suatu benda yang
dirasakan oleh panca indera saja (tidak dapat dilihat) dan kemudian dapat
direalisasikan menjadi suatu kenyataan, contohnya merk perusahaan, paten, dan
ciptaan musik / lagu dll.
Referensi
DAGANG, Tim Dosen STISNU Tangerang HUKUM. "HUKUM DAGANG."
Yulies Tiena Masriani, S.H., M.H.,”Hukum Dagang”, Edisi Revisi, PT. Citra Aditya
Bakti,Bandung, 2008.
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti,
2010, Hal. 317
Achmad Ichsan, Hukum Dagang, Jakarta: Pradnya Paramita, 1987 , Hal. 17
J.B. Daliyo, SH, 2001, “Pengantar Ilmu Hukum : panduan untuk mahasiswa”,
Prenhalindo, Jakarta
Van Kan, Prof. Mr. J & Prof. Mr. J.H. Beckhuis, “Pengantar Ilmu Hukum”, PT
Pembangunan, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai