Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT)

I. Latar Belakang Munculnya Konsep Manajemen Rantai Pasokan (Supply


Chain Management)
Munculnya Supply Chain Management SCM dilatarbelakangi oleh :
1. Praktek Tradisional
Produk atau jasa yang kita gunakan adalah hasil dari serangkaian proses panjang yang
melewati beberapa tahapan fisik maupun non fisik. Sebuah produk akan sampai ke
tangan pemakai akhir setelah setidaknya melalui beberapa proses dari pencarian bahan
baku, proses produksi, dan proses distribusi atau transportasi. Proses-proses ini
melibatkan berbagai pihak yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
Penyedia bahan baku pemasok mensuplai kebutuhan produksi para perusahaan
manufaktur yang akan mengolah bahan baku tersebut menjadi produk jadi. Produk jadi
disampaikan ke pemakai akhir lewat pusat-pusat distribusi, retailer, pedagang kecil dan
sebagainya. Rangkaian pihak- pihak yang menangani aliran produk inilah yang
dinamakan dengan istilah rantai pasokan atau Supply Chain. Pada kenyataannya,
struktur sebuah Supply Chain mungkin jauh lebih kompleks. Sebuah pemasok mungkin
sekaligus adalah industri manufaktur. Dengan kata lain, sebuah Supply Chain bisa saja
melibatkan sejumlah industri manufaktur dalam satu rantai hulu ke hilir. Demikian juga,
Supply Chain tidak selalu merupakan rantai lurus. Sebuah industri manufaktur bisa
memiliki ratusan bahan ribuan pemasok.

Produk- produk yang dihasilkan oleh sebuah industri mungkin didistribusikan oleh
beberapa pusat distribusi yang melayani ratusan bahkan ribuan grosir dan retailer,
pedagang kecil dan sebagainya. Setiap saluran dalam Supply Chain akan memiliki
aktivitas-aktivitas yang saling mendukung. Secara keseluruhan aktivitas- aktivitas
tersebut meliputi perancangan produk, peramalan kebutuhan, pengadaan material,
produksi, pengendalian persediaan, distribusi, penyimpanan, dukungan pelayanan
kepada pelanggan, proses pembayaran dan sebagainya. Pada tingkatan yang lebih
strategis ada aktivitas-aktivitas seperti pemilihan pemasok, penentuan lokasi pabrik,
gudang, pusat distribusi. Secara tradisional, semua aktivitas- aktivitas tersebut dilakukan
tanpa atau dengan sedikit koordinasi. Istilah tim lintas fungsi misalnya, tidak banyak
diaplikasikan dalam manajemen Supply Chain tradisional. Tiap bagian berusaha
membuat ukuran-ukuran tersendiri dalam menentukan kesuksesan pekerjaannya.
Demikian juga hubungan antar saluran dalam Supply Chain. Hubungan antara pemasok
dengan perusahaan yang disuplainya juga hanya terbatas pada transaksi jual beli. Pola-
pola negoisasi benar-benar mementingkan pihak-pihak secara individual, dan bukan
mengacu pada kinerja keseluruhan pihak yang menjadi pembentuk sebuah Supply Chain
secara utuh. Pemasok berkeinginan untuk memindahkan atau menjual produknya
secepat dan sebanyak mungkin dengan harga yang tinggi, sementara perusahaan yang
disuplainya menginginkan harga yang murah dan pengiriman yang cepat.
2. Perubahan Lingkungan Bisnis
. Lingkungan bisnis senantiasa berubah dan perubahan tersebut semakin lama semakin
cepat. Akselerasi perubahan ini disebabkan berkembangnya secara cepat faktor-faktor
penting antara lain :
a. Konsumen yang semakin kritis, membutuhkan produk atau jasa yang semakin
berkualitas dengan harga murah dan bisa diperoleh dengan mudah dan cepat.
b. Infrastruktur telekomunikasi, informasi, transportasi dan perbankan yang semakin
canggih sehingga memungkinkan berkembangnya model- model baru dalam
manajemen aliran material produk. Munculnya internet misalnya, memungkinkan
terjadinya transaksi-transaksi elektronik yang dikenal dengan nama Elektronic
Commerce (E-Commerce). Praktek E- Commerce dapat dilakukan karena informasi-
informasi tersedia dan mudah diakses lewat internet, pembayaran secara aman bisa
dilakukan secara aman dan cepat dengan menggunakan jasa pihak ketiga.
c. Kesadaran akan pentingnya aspek sosial dan lingkungan. Kalangan bisnis semakin
ditekan untuk memperhatikan aspek-aspek sosial dan lingkungan, baik atas
instruksi pemerintah maupun atas kesadaran kalangan bisnis sendiri bahwa
bisnisnya tergantung pada konsumen yang semakin tahu akan pentingnya aspek
lingkungan dalam hidup mereka. Industri manufaktur dewasa ini telah banyak yang
memasukkan konsep- konsep keramahan pada lingkungan mulai dari proses
perancangan produknya, proses produksi, sampai pada proses distribusinya.

Ketiga faktor di atas, ditambah dengan adanya globalisasi dan perubahan peta
ekonomi dunia ke arah meningkatnya kemampuan ekonomi negara-negara dunia ketiga,
telah menciptakan banyak paradigma baru dalam dunia bisnis. Salah satu paradigma penting
adalah meningkatnya persaingan antar produk maupun jasa di pasaran. Hanya produk atau
jasa yang aspiratif terhadap kepentingan konsumen yang pada akhirnya akan bisa bertahan.
Dengan praktek tradisional bisnis yang tidak cocok lagi dan persaingan yang semakin ketat
akibat perubahan-perubahan lingkungan bisnis, memaksa pelaku-pelaku, baik sektor
industri maupun jasa untuk memikirkan cara- cara baru dalam memenangkan persaingan.
Supply Chain Management muncul sebagai jawaban atas kebutuhan pelayanan yang cepat,
berkualitas dan murah.

II. Pengertian Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management)


Dalam industri manufaktur, kegiatan utamanya adalah mengkonversikan berbagai
bahan mentah serta bahan-bahan pendukungnya menjadi barang jadi dan
mendistribusikannya kepada pelanggan.
Dengan menjalankan kegiatan tersebut, maka apa yang disebut dengan supply chain
atau rantai pasokan pada dasarnya telah terbentuk. Namun bagi sebuah perusahaan
manufaktur, kegiatan supply chain atau rantai pasokan ini perlu dijalankan dengan efektif
dan efisien sehingga diperlukan manajemen yang profesional dalam pelaksanaannya.

Manajemen tersebut biasanya disebut dengan manajemen rantai pasokan atau supply chain
management yang sering disingkat dengan singkatan SCM.

Jika didefinisikan secara lengkap, maka supply chain management adalah


serangkaian kegiatan yang meliputi koordinasi, penjadwalan dan pengendalian terhadap
pengadaan, produksi, persediaan dan pengiriman produk ataupun layanan jasa kepada
pelanggan yang mencakup administasi harian, operasi, logistik dan pengolahan informasi
mulai dari pelanggan hingga ke pemasok. Sedangkan untuk definisi lainnya yang lebih
sederhana, supply chain management adalah mekanisme yang menghubungkan semua
pihak yang bersangkutan dan kegiatan yang terlibat dalam mengkonversikan bahan mentah
menjadi barang jadi. Pihak yang bersangkutan ataupun kegiatan yang dimaksud tersebut
bertanggung jawab untuk memberikan barang-barang jadi hasil produksi kepada pelanggan
pada waktu dan tempat yang tepat dengan cara yang paling efisien. Jadi pada dasarnya,
semua perusahaan yang melakukan pemasokan bahan baku, melakukan produksi hingga
pengiriman disebut dengan supply chain atau rantai pasok. Supply chain merupakan jaringan
secara fisik. Sementara supply chain management merupakan metode pengelolaan yang
memastikan rantai pasok berjalan dengan baik dan lancar.

III. Prinsip Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management)


Prinsip-prinsip supply chain management adalah sinkronisasi dan koordinasi
kegiatan- kegiatan dengan aliran barang atau jasa, baik dalam suatu organisasi, maupun antar
organisasi. Aliran produk dalam satu organisasi misalnya, suatu industri manufaktur adalah
suatu industri yang kompleks yang penanganannya membutuhkan campur tangan semua
pihak, bukan hanya dilalui langsung oleh aliran produk secara fisik tetapi juga bagian-
bagian lain
seperti bagian desain produk, manufaktur, marketing, akuntansi, dan lain-lain.

IV. Komponen Dasar Manajemen Rantai Pasokan (Supply


Chain Management)
Menurut Worthen dan Wailgum (2008), Supply Chain Management (SCM) memiliki
beberapa komponen dasar di antaranya :
1. Plan (Perencanaan)
Kesuksesan supply chain management terletak pada proses
penentuan strategi Supply Chain Management (SCM). Tujuan
dari proses perumusan strategi ialah agar tercapai efisiensi dan efektivitas biaya serta
terjaminnya kualitas produk yang dihasilkan hingga sampai ke konsumen.
2. Source (Sumber)
Perusahaan harus mampu memilih supplier bahan baku yang kredibel dan sanggup
untuk mendukung proses produksi yang akan dilakukan. Oleh sebab itu, manajer supply
chain management harus dapat menetapkan harga, mengelola pengiriman, pembayaran
bahan baku, dan menjaga serta meningkatkan hubungan bisnis terhadap supplier.
3. Make (Produksi)
Komponen ini adalah tahap manufacturing. Manajer Supply Chain Management (SCM)
melakukan penyusunan jadwal aktivitas yang dibutuhkan dalam proses produksi, uji
coba produk, pengemasan, dan persiapan pengiriman produk berupa barang atau jasa.
Perusahaan juga harus mampu melakukan pengukuran kualitas, output produksi, serta
produktivitas pekerja.
4. Deliver (Pengiriman)
Perusahaan memenuhi pesanan dari permintaan konsumen, mengelola jaringan gudang
penyimpanan, memilih distributor untuk menyerahkan produk ke konsumen, serta
mengatur sistem pembayaran.
5. Return (Pengembalian)
Perencana supply chain management harus mampu membuat jaringan yang fleksibel
serta responsif untuk produk (barang atau jasa) cacat dari konsumen dan membentuk
layanan aduan konsumen yang memiliki masalah dengan produk yang dikirimkan.

V. Manfaat Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management)


Berikut penjelasan mengenai manfaat dari rantai pasokan :
1. Meningkatkan Keuntungan
Salah satu alasan mengapa keuntungan bisa bertambah karena proses produksi berjalan
sesuai rencana. Produk bisa terjual habis dengan manajemen yang tepat. Maka, jangan
sampai produksi barang perusahaan hanya tertumpuk saja tanpa terjual habis.
2. Kepuasan Pelanggan
Pastinya supply chain management akan memberikan kepuasan terhadap
produk atau perusahaan. Manajemen yang tepat akan memastikan produk yang diterima oleh
konsumen dalam kondisi yang baik. Dengan demikian pelanggan akan menjadi konsumen yang
setia dan bisa memakai produk dalam waktu yang lama.
3. Dapat Menurunkan Biaya
Integrasi dan kerja sama antar divisi membuat biaya juga jauh lebih efisien. Tim akan
memastikan bahwa biaya produksi dari awal sampai akhir benar- benar sudah sesuai
dengan rancangan. Banyak perusahaan yang justru mengalami kesulitan untuk
mengatur biaya yang dikeluarkan sehingga keuntungan jadi minim.
VI. Proses Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management)
Rantai pasokan pada umumnya dimulai dari bahan baku. Bahan baku tersebut
kemudian dibawa oleh logistik ke pemasok, yang bertindak sebagai pedagang besar. Melalui
logistik, bahan-bahan tersebut dibawa ke pabrik manufaktur, atau mungkin ke berbagai
pabrik untuk mengolahnya menjadi produk jadi. Setelah itu, produk tersebut disebar ke
distributor yang merupakan penyalur partai besar produk jadi, yang selanjutnya dikirim ke
pengecer (retailer). Lalu para pengecer menjual produk tersebut ke toko kepada konsumen.
Setelah konsumen membelinya, maka siklus rantai pasokan selesai , tetapi jika permintaan
konsumen berlanjut maka siklus rantai pasokan berlanjut kembali. Manajemen rantai
pasokan mengawasi setiap titik kontak produk atau layanan perusahaan, dari penciptaan
awal hingga penjualan akhir.

Gambar 3.1 Supply Chain Management


VII. Manajemen Rantai Pasokan di Industri Tekstil

Rantai pasokan pada industri tekstil seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini
dimulai dari bahan baku kapas dari pemasok lokal dan berakhir dengan pelanggan akhir.
Gambar 3.2 Supply Chain Management di industri tekstil
B Pemasok Industri Pengecer/
ahan / Pelanggan/
Tekstil Retailer
Baku Suplier Customer

Tahapannya dapat dijelaskan sebagai berikut :


1. Pada tahap pertama, perusahaan tekstil harus berkonsentrasi untuk membangun
hubungan yang kuat dengan pemasok bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi.
Perusahaan perlu mengidentifikasi pemasok yang dapat diandalkan termasuk juga untuk
pengapalan, pengiriman, dan pembayaran produk. Perusahaan perlu memilih pemasok
untuk mengirimkan bahan baku, dalam hal ini kapas mentah yang diperlukan untuk
membuat produk mereka. Jadi pada tahap ini, manajer rantai pasokan perlu membangun
serangkaian proses penetapan harga, pengiriman, dan pembayaran dengan pemasok.
2. Tahap kedua dalam proses manajemen rantai pasokan adalah pembuatan produk yang
diminta oleh pelanggan. Pada tahap ini, produk dirancang, diproduksi, diuji, dikemas, dan
disinkronkan untuk pengiriman. Di pabrik tekstil proses produksi dapat mencakup proses
pembuatan benang, pembuatan kain hingga penyempurnaan, atau salah satu proses saja
tergantung dari pabriknya apakah bergerak di semua bidang atau hanya salah satu bidang
saja. Di sini, tugas manajer rantai pasokan adalah untuk menjadwalkan semua kegiatan
yang diperlukan untuk pembuatan, pengujian, pengemasan, dan persiapan untuk
pengiriman.
3. Tahap ketiga adalah tahap pengiriman. Di sini produk tersebut disebar ke distributor yang
merupakan penyalur partai besar kemudian dikirim ke pengecer yang pada akhirnya
dijual ke pelanggan.
4. Tahap terakhir adalah pengembalian pesanan yang biasanya terjadi ketika konsumen
mengajukan pengembalian karena kerusakan, kekeliruan, atau keterlambatan. Proses ini
melibatkan beberapa aktivitas seperti pemeriksaa

Anda mungkin juga menyukai