Anda di halaman 1dari 37

SURAT PERJANJIAN JUAL BELI

SIRTU
ANTARA
PT HUTAMA KARYA INFRASTRUKTUR
DENGAN
PT GLOBAL ENERGI KONSTRUKSI
PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL TRANS SUMATERA
RUAS BINJAI – LANGSA SEKSI BINJAI - PANGKALAN BRANDAN

Nomor : HKI.SCM/AM.2058.7/SPJB.28.2.BINBRAN/IV/2023

Pada hari ini Senin, tanggal Tiga bulan April tahun Dua Ribu Dua Puluh Tiga (03/04/2023), kami yang bertanda
tangan di bawah ini :

1. PT HUTAMA KARYA INFRASTRUKTUR, suatu perseroan terbatas yang didirikan dan tunduk kepada
hukum dan perundang undangan Negara Republik Indonesia, berkedudukan di Gedung HK tower lantai
15 , Jl. Letjend Haryono, MT Kavling 8 Jakarta 13340, dalam hal ini diwakili AGUS JATI WIYONO, ST, selaku
Kepala Departemen Supply Chain PT HUTAMA KARYA INFRASTRUKTUR berdasarkan Surat Keputusan
Direksi PT. Hutama Karya Infrastruktur Nomor: 1015/KPTS.08/IV/2019 tanggal 29 April 2019 tentang
Pembebasan dan Pengangkatan Pejabat Kantor Pusat dengan demikian sah bertindak mewakili untuk dan
atas nama perseroan PT HUTAMA KARYA INFRASTRUKTUR, dengan No. NPWP:
01.061.362.8-093.000, selanjutnya disebut “PIHAK PERTAMA”
2. PT GLOBAL ENERGI KONSTRUKSI suatu perseroan terbatas yang didirikan dan tunduk kepada hukum
dan perundang undangan Negara Republik Indonesia yang berkedudukan di Jalan Peutua Husain Blang
Geulumpang Idi Rayeuk, Kabupaten Aceh Timur Nangroe Aceh Darussalam 24454 dalam hal ini diwakili
oleh MUKHTAR M. AJI selaku Direktur Utama PT GLOBAL ENERGI KONSTRUKSI berdasarkan Akta Notaris
Amir Faisal Shabuddin Lubis, SH., M.Kn, Nomor 01 tanggal 03 April 2018 dengan demikian sah bertindak
mewakili untuk dan atas nama perseroan PT GLOBAL ENERGI KONSTRUKSI dengan Nomor NPWP :
84.686.044.3-105.000 selanjutnya disebut “PIHAK KEDUA”.

Sebelumnya menerangkan hal-hal sebagai berikut :


PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama – sama akan disebut sebagai ”PARA PIHAK“ dan secara
sendiri – sendiri akan disebut sebagai ”PIHAK”.
PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal – hal sebagai berikut:
a. Bahwa PIHAK PERTAMA adalah Perseroan Terbatas yang berbadan hukum dan Kontraktor Proyek
Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera;
b. Bahwa PIHAK KEDUA adalah Perseroan Terbatas yang berbadan hukum dan bergerak dibidang usaha
Pengadaan Sirtu;

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 1 of 25
c. Bahwa PIHAK KEDUA telah menyampaikan Surat Penawaran Harga dengan nomor 09/SP-GEK/III/2023
tanggal 06 Maret 2023
d. Bahwa PIHAK KEDUA telah menyampaikan Surat Penawaran Harga dengan nomor 10/SP-GEK/III/2023
tanggal 14 Maret 2023
e. Bahwa PIHAK KEDUA telah menyampaikan Surat Penawaran Harga dengan nomor 11/SP-GEK/III/2023
tanggal 24 Maret 2023
f. Bahwa PARA PIHAK telah melakukan Klarifikasi dan Negosiasi Harga dan dibuktikan dengan Berita Acara
Klarifikasi dan Negosiasi tanggal 29 Maret 2023
g. Bahwa PIHAK PERTAMA telah menerbitkan Surat Penentuan Rekanan tanggal 03 April 2023

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, PARA PIHAK setuju dan sepakat untuk mengikatkan diri dalam suatu
PERJANJIAN atas PENGADAAN /PRODUKSI SIRTU (selanjutnya disebut sebagai “PERJANJIAN”) pada PROYEK
PEMBANGUNAN JALAN TOL TRANS SUMATERA RUAS BINJAI – LANGSA, SEKSI BINJAI – PANGKALAN
BRANDAN, selanjutnya disebut “PROYEK“) dengan ketentuan dan syarat- syarat sebagai berikut:

PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN

1. Lingkup PENGADAAN oleh PIHAK KEDUA :


a. Melaksanakan PENGADAAN DAN PENGIRIMAN Material SIRTU berdasarkan kuantitas, spesifiksi
teknis, jadwal pengadaan barang, syarat pelaksanaan Mutu, Keselamatan & Kesehatan Kerja dan
Lingkungan yang ada di dalam dokumen PERJANJIAN ini ke lokasi PROYEK (lampiran III.3, III.4, III.5
dan III.6) ( Selanjutnya disebut “PENGADAAN” )
b. Sebelum PENGADAAN dimulai PIHAK KEDUA harus mengajukan persetujuan kepada PIHAK
PERTAMA dan PEMILIK PROYEK atas material yang akan dikirim:
1) Jadwal PENGADAAN.
2) Hasil test laboratorium
3) Menyerahkan Ijin galian C dan ijin -ijin lain yang berlaku pada wilayah setempat sesuai perturan
yang berlaku terkait dengan penambangan material alam.
c. PIHAK KEDUA tidak diijinkan untuk memulai PENGADAAN sebelum persyaratan sesuai ayat (1b)
perjanjian ini dipenuhi oleh PIHAK KEDUA.
2. PIHAK KEDUA bertanggung jawab untuk PENGADAAN sesuai dengan ayat (1) di atas dan diterima
dengan baik oleh PIHAK PERTAMA sesuai spesifikasi teknis yang ada di dalam dokumen perjanjian
PEMILIK PROYEK (lampiran III.3 Spesifikasi Teknis).
3. PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas ketersediaan material selama Jangka Waktu Pelaksanaan sesuai
pasal 4 PERJANJIAN ini

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 2 of 25
PASAL 2
HIERARKI DOKUMEN PERJANJIAN

Apabila terdapat perbedaan atau pertentangan isi dari ketentuan–ketentuan dalam dokumen perjanjian,
maka yang berlaku adalah sesuai hierarki dokumen sebagai berikut:
1. Addendum Perjanjian (apabila ada);
2. Perjanjian ini;
3. Ketentuan Khusus;
4. Ketentuan Umum;
5. Spesifikasi Teknis;
6. Berita Acara Klarifikasi & Negosiasi.
7. Surat Penawaran PIHAK KEDUA beserta lampirannya.
8. Bill Of Quantity (BOQ)
Bila terjadi perbedaan antara dokumen yang satu dengan yang lainnya, maka dokumen yang berlaku adalah
sesuai dengan hierarki dokumen perjanjian sebagaimana tersebut di atas, yang diurutkan dari yang paling
tinggi (nomor 1) sampai dengan yang paling rendah (nomor 8).

PASAL 3
JENIS DAN NILAI PERJANJIAN

1. Jenis PERJANJIAN adalah HARGA SATUAN (fixed unit price) dengan volume bersifat perkiraan /
sementara sesuai PROYEK.
2. Nilai PERJANJIAN untuk pengadaan material sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 PERJANJIAN ini
adalah sebesar: Rp. 1.465.000.000,00 (Satu Miliar Empat Ratus Enam Puluh Lima Juta RUpiah)
termasuk pajak–pajak yang berlaku berdasarkan peraturan perpajakan.
3. Harga PENGADAAN sebagaimana dimaksud dalam NILAI PERJANJIAN ayat 2 Pasal ini mulai berlaku
sejak ditandatanganinya PERJANJIAN ini sampai dengan Jangka waktu PERJANJIAN ini berakhir.
4. PERJANJIAN ini ditetapkan dengan menggunakan mata uang Rupiah (Rp).

PASAL 4
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PENGADAAN

1. Jangka waktu PERJANJIAN adalah sejak ditandatanganinya PERJANJIAN ini sampai dengan berakhirnya
kewajiban PARA PIHAK atau dinyatakan selesai secara tertulis oleh PARA PIHAK.
2. Jangka waktu pelaksanaan PENGADAAN adalah sejak tanggal 03 April 2023 sampai dengan tanggal 30
Juli 2023.
3. PIHAK KEDUA wajib menyerahkan jadwal PENGADAAN yang disetujui oleh PIHAK PERTAMA

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 3 of 25
4. PIHAK KEDUA dapat mengajukan perpanjangan waktu PENGADAAN kepada PIHAK PERTAMA tanpa
adanya kompensasi tambahan biaya apabila terjadi keterlambatan yang disebabkan hal-hal sebagai
berikut:
a. Keterlambatan yang disebabkan oleh PIHAK Ketiga yang dipekerjakan oleh PIHAK PERTAMA;
b. Adanya Pekerjaan tambah atau Pekerjaan kurang yang dapat mengakibatkan perubahan jangka
waktu pelaksanaan.
c. Adanya perubahan lokasi PENGADAAN dan spesifikasi bahan/material yang akan dikirim.
d. Adanya kendala dilapangan yang menyebabkan idle alat dan tenaga.

PASAL 5
CARA PEMBAYARAN

1. Pembayaran atas PENGADAAN dibayarkan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA secara bertahap
berdasarkan penerimaan barang yang dinyatakan dalam Berita Acara Penerimaan Barang (BAPB) yang
ditanda tangani PARA PIHAK
2. Pembayaran dilakukan secara transfer ke rekening PIHAK KEDUA pada :
Bank : Bank Aceh Syariah
Nomor Rekening : 042.019.1000.2732
Atas nama : PT GLOBAL ENERGI KONSTRUKSI
NPWP : 84.686.044.3-105.000
Setiap penagihan pembayaran PENGADAAN harus disertai dengan kelengkapan administrasi sebagai
berikut:
a. Rekapitulasi PENGADAAN yang ditandatangani PARA PIHAK
b. Berita Acara Pembayaran ditandatangan PARA PIHAK
c. Invoice / kuitansi yang ditandatangani PIHAK KEDUA (Penandatangan PERJANJIAN) ini.
d. Faktur Pajak Asli dan Bukti Setor Pajak pembayaran sebelumnya.
e. Copy PERJANJIAN atau Addendum (bila ada);
f. Copy NPWP perusahaan
g. Dibuat rangkap 2 (Dua)
h. Bukti Setor Retribusi Galian C
3. Setiap Berita Acara Pembayaran sudah harus memperhitungkan:
a. Jumlah nilai pembayaran terdahulu;
b. Pembayaran pemotongan pengeluaran (jika ada)
4. Pembayaran dilakukan dengan menggunakan Instrument Bank (SCF/SKBDN) Ussance 90 (sembilan
puluh) hari kerja.
5. PIHAK PERTAMA berhak menahan atau menunda pembayaran baik seluruh atau sebagian dari jumlah
yang ditagihkan oleh PIHAK KEDUA apabila :
a. Kualitas atau kuantitas yang diadakan/dimaksudkan dalam Berita Acara menyimpang dari
kebenaran yang telah ditentukan dan ditetapkan dalam Perjanjian ini.
b. Kualitas atau kuantitas material tersebut yang tercantum dalam Berita Acara tidak disetujui

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 4 of 25
sepenuhnya oleh PEMILIK PROYEK atau wakil yang ditunjuknya sebagai akibat kelalaian/kegagalan
PIHAK KEDUA, atau;
c. Timbul perselisihan antara PIHAK KEDUA dengan PIHAK PERTAMA sehubungan dengan
pelaksanaan Perjanjian ini.

PASAL 6
JAMINAN

(1) Jaminan Pelaksanaan PENGADAAN (jika ada)


a. Jaminan PENGADAAN berupa Bank Garansi dari Bank Pememerintah (Bamk BUMN) diberikan
kepada PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya 7 (tujuh ) hari kerja setelah diterbitkannya Surat
Pemesanan Barang ( PO/ Order ) dengan nilai 5% (lima perseratus) dari nilai PERJANJIAN atau
sebelum dilakukan penandatanganan PERJANJIAN dengan Masa berlaku Jaminan Pelaksanaan
sekurang-kurangnya sejak ditanda tanganinya Surat Pemesanan Barang (PO/Order ) sampai
dengan 30 hari sejak berakhirnya jangka waktu PERJANJIAN.
b. Jaminan Pelaksanaan dikembalikan setelah PENGADAAN dinyatakan selesai 100% (seratus
perseratus) .
(2) Jaminan Uang Muka (jika ada)
a. Jaminan Uang Muka berupa Bank Garansi diberikan kepada PIHAK PERTAMA dalam rangka
pengambilan uang muka dengan nilai yang sama dengan besaran uang muka.
b. Masa berlaku Jaminan Uang Muka sekurang-kurangnya sejak tanggal Surat Pemesanan Barang
sampai dengan tanggal berakhirnya waktu PENGADAAN.

PASAL 7
SANKSI DAN DENDA

(1). Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat menyelesaikan PENGADAAN sesuai dengan Jangka Waktu
Pelaksanaan PENGADAAN pada sebagaimana disebut pada Pasal 4 ayat 2 PERJANJIAN, maka untuk
setiap hari keterlambatan, PIHAK KEDUA akan dikenakan denda keterlambatan sebesar 1%o (Satu
Perseribu).
(2). Pembayaran denda akan dilakukan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA dengan cara dipotong
sekaligus dari pembayaran Nilai Pekerjaan pada tahapan pembayaran yang dikehendaki PIHAK
PERTAMA.
(3). Jika PIHAK KEDUA mengabaikan / tidak segera melaksanakan instruksi yang dikeluarkan oleh PIHAK
PERTAMA sedangkan instruksi tersebut telah dikeluarkan 3 kali berturut – turut dengan interval waktu
masing-masing 14 (Empat Belas) hari untuk tiap instruksi maka PIHAK KEDUA dapat dikenakan sanksi –
sanksi berupa:
a. Penghentian sebagian atau seluruh kegiatan PENGADAAN PIHAK KEDUA yang sedang
dilaksanakan, dengan segala risiko baik waktu, biaya, klaim PIHAK lain (dibayarkan ke PIHKEDUA
paket lain yang terkena akibatnya) dan sebagainya menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari
PIHAK KEDUA;

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 5 of 25
b. Kepada PIHAK KEDUA akan dikenakan denda sebesar Rp. 1.000.000 (Satu Juta rupiah) per instruksi
lapangan untuk setiap ketidaktaatan terhadap instruksi lapangan yang telah tertuang perjanjian
ini
(4). Pengenaan satu sanksi atau denda tidak mengecualikan pengenaan denda atau sanksi lainnya dan lebih
dari satu sanksi atau denda dapat dijatuhkan sekaligus. Pengenaan denda dan/atau sanksi administratif
tidak meniadakan hak PIHAK PERTAMA untuk juga melakukan pemutusan PERJANJIAN dan/atau
pencairan Jaminan Pelaksanaan ( jika ada )

PASAL 8
HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK

(1). HAK PIHAK PERTAMA


a. Mengawasi dan memeriksa PENGADAAN yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA.
b. Meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan PENGADAAN yang dilakukan oleh
PIHAK KEDUA.
c. Mengenakan denda keterlambatan kepada PIHAK KEDUA apabila terjadi keterlambatan
penyelesaian Pekerjaan sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (1) Perjanjian ini.
d. Mendapatkan hak atas kerugian yang diderita akibat pemutusan Perjanjian yang diakibatkan oleh
kesalahan PIHAK KEDUA sebagaimana diatur dalam Pasal 12 Perjanjian.
e. Menolak segala bentuk klaim yang diajukan oleh PIHAK KEDUA.

(2). KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA


a. Membayar kepada PIHAK KEDUA atas PENGADAAN yang telah diselesaikan oleh PIHAK KEDUA
dengan telah dibuatkan Berita Acara Penerimaan Barang (BAPB) yang ditanda tangani PARA PIHAK.
b. Apabila terjadi kendala pembebasan lahan yang menyebabkan idle alat, personil dari PIHAK KEDUA,
maka PIHAK PERTAMA hanya memberikan kompensasi tambahan waktu pelaksanaan kepada PIHAK
KEDUA terhitung selama tertundanya pekerjaan tanpa adanya kompensasi tambahan biaya.

(3). HAK PIHAK KEDUA


a. Meneriman pembayaran atas Progres PENGADAAN yang telah diselesaikan oleh PIHAK KEDUA
dengan telah dibuatkan Berita Acara Penerimaan Barang (BAPB) yang ditanda tangani PARA PIHAK.
b. Menerima bukti-bukti transaksi yaitu :
I. Bukti pemeriksaan pekerjaan sesuai Spesifikasi Teknis, gambar, volume/kuantitas dan kualitas
pekerjaan.
II. Bukti pembayaran sesuai dengan nilai tagihan.
c. Menghetikan sementara Pekerjaan Proyek (Suspend) apabila:
I. Adanya instruksi/perintah tertulis dari PIHAK PERTAMA.
II. Adanya sengketa berkaitan dengan status dan kondisi lahan Pekerjaan Proyek dari PIHAK
KETIGA, baik itu berupa gugatan/tuntutan hukum/administrasi dan/atau gangguan fisik yang
berdampak tidak dapat dilaksanakannya Pekerjaan Proyek.
III. Terjadinya Keadaan Kahar sebagaimana tercantum dalam Pasal 10 Perjanjian ini.
IV. Adanya perintah/instruksi Tertulis dari pihak/pejabat berwenang yang memerintahkan untuk
menghentikan Pekerjaan Proyek.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 6 of 25
V. Adanya sengketa hukum antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sehubungan dengan
Pekerjaan Proyek.
VI. PIHAK KEDUA tidak berhak mengajukan klaim atas kesalahan PIHAK PERTAMA termasuk dan
tidak terbatas mengajukan klaim atau gugatan baik perdata / pidanan termasuk mengajukan
gugatan “PKPU”.
VII. PIHAK KEDUA tidak berhak mengajukan atau melakukan tuntutan dan/atau gugatan dalam
bentuk apapun kepada PIHAK PERTAMA terkait tertundanya pekerjaan (idle alat, personil)
yang diakibatkan masalah pembebasan lahan.
VIII. PIHAK KEDUA tidak berhak menuntut baik perdata maupun pidana atas pembatalan
PERJANJIAN ini jika kejadian pada pasal 9 .

(4). KEWAJIBAN PIHAK KEDUA


a. Menyelesaikan PENGADAAN pada pasal 1.1 dengan baik dan dapat diterima oleh PIHAK PERTAMA
dan PEMILIK PROYEK
b. Melaporkan pelaksanaan Pekerjaan secara periodik kepada PIHAK PERTAMA.
c. Melaksanakan dan menyelesaikan PENGADAAN sesuai dengan jadwal pelaksanaan PENGADAAN
yang telah disepakati.
d. Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan pelaksanaan yang
dilakukan PIHAK PERTAMA.
e. Dalam melaksanakan Perjanjian, PIHAK KEDUA wajib memahami, tunduk dan mentaati undang-
undang dan/atau peraturan-peraturan hukum yang berlaku di Indonesia termasuk lisensi dan
semua peraturan yang berkaitan dengan lingkungan dan kesehatan karyawan dan keamanan yang
berlaku.
i. PIHAK KEDUA membebaskan PIHAK PERTAMA apabila ada tuntutan dan/atau gugatan dalam
bentuk apapun baik secara hukum perdata maupun pidana yang diajukan oleh pihak yang
dipekerjakan oleh PIHAK KEDUA atau adanya tuntutan/gugatan dari PIHAK KETIGA atau PIHAK
LAIN sehubungan dengan ketersediaan dana, desain, dan lahan yang mengakibatkan peristiwa
tertudanya pekerjaan.

PASAL 9
PEMUTUSAN PERJANJIAN

1. PARA PIHAK sepakat untuk mengesampingkan berlakunya ketentuan Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata terhadap Perjanjian ini sepanjang disyaratkan adanya suatu putusan pengadilan
untuk pembatalan atau pengakhiran lebih awal suatu Perjanjian. PARA PIHAK juga sepakat bahwa Pasal
1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak akan ditafsirkan sehingga pengadilanlah yang
mempunyai hak untuk menjatuhkan putusan tentang pelaksanaan Perjanjian dan/atau pemberian ganti
rugi.
2. PIHAK PERTAMA berhak memutuskan Perjanjian secara sepihak kepada PIHAK KEDUA, dengan
pemberitahuan tertulis, jika:
I. PIHAK KEDUA melakukan kesengajaan dan/atau kelalaian dengan catatan bahwa PIHAK PERTAMA
dapat (namun tidak wajib) secara tertulis memberikan kesempatan kepada PIHAK KEDUA untuk
memperbaiki akibat yang ditimbulkan atau memulihkan keadaan yang timbul dari kesengajaan
dan/atau kelalaian tersebut dan Perjanjian ini putus jika, menurut pandangan PIHAK PERTAMA

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 7 of 25
sendiri, perbaikan atau pemulihan itu tidak berhasil dilakukan oleh PIHAK KEDUA dalam waktu yang
diberikan PIHAK PERTAMA;
II. PIHAK KEDUA mengalihkan pekerjaan yang tertuang dalam PERJANJIAN ini kepada PIHAK KETIGA
dan atau tidak memulai pekerjaan 7 (tujuh) hari setelah penyerahan lahan oleh PIHAK PERTAMA.
III. Telah dimulainya proses kepailitan atau telah diajukannya permohonan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (“PKPU”) terhadap PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU;
IV. Dijatuhkannya sanksi administratif dari PIHAK PERTAMA terhadap PIHAK KEDUA yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan Perjanjian ini;
V. Diputusnya Perjanjian lain antara PIHAK KEDUA dengan PIHAK PERTAMA atau afiliasi PIHAK
PERTAMA karena kesalahan PIHAK KEDUA;
VI. PIHAK KEDUA atau afiliasinya telah atau sedang memperkarakan PIHAK PERTAMA atau afiliasinya
secara hukum mengenai suatu hal, meskipun tidak berkaitan dengan Perjanjian ini.
3. Pemutusan PERJANJIAN sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) di atas berlaku sejak tanggal surat
pemberitahuan tertulis PIHAK PERTAMA atau suatu tanggal lain yang disebut dalam surat
pemberitahuan tertulis itu.
4. Jika terjadi pemutusan sebagaimana diatur dalam ayat (2) di atas, maka:
I. PIHAK PERTAMA berhak menunjuk PIHAK lain atas kehendak dan pilihan PIHAK PERTAMA sendiri
untuk menyelesaikan Pekerjaan, tanpa persetujuan PIHAK KEDUA dan apabila keseluruhan biaya
yang harus dibayar oleh PIHAK PERTAMA untuk penyelesaian Pekerjaan apabila beayanya menjadi
lebih besar dari Nilai Pekerjaan maka selisih tersebut akan menjadi beban dan tanggung jawab
PIHAK KEDUA;
II. PIHAK KEDUA wajib untuk menyerahkan semua data, dokumen (termasuk dokumen ijin, sertifikat),
manual, gambar serta perhitungan-perhitungan dan/atau informasi lainnya yang berhubungan
dan/atau dihasilkan sehubungan dengan pelaksanaan Pekerjaan kepada PIHAK PERTAMA dalam
waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) Hari setelah tanggal pemutusan Perjanjian;
5. PIHAK PERTAMA berhak untuk mencairkan Jaminan Pelaksanaan. Salah satu PIHAK dapat memutuskan
PERJANJIAN apabila terjadi Keadaan Kahar yang berlangsung lebih dari 7 (tujuh) Hari. Jika Perjanjian
diputus karena Keadaan Kahar seperti disebut dalam ayat ini, maka PIHAK KEDUA dapat menagih dan
PIHAK PERTAMA akan membayar hasil Pekerjaan yang telah dilaksanakan dan Material yang telah
diserahkan oleh PIHAK KEDUA dan diterima dengan baik oleh PIHAK PERTAMA sampai dengan tanggal
putusnya Perjanjian ini. Jika Perjanjian diputus berdasarkan ayat ini, PIHAK PERTAMA akan
mengembalikan Jaminan Pelaksanaan kepada PIHAK KEDUA.
6. PIHAK PERTAMA berdasarkan alasan dan/atau pertimbangannya sendiri berhak untuk setiap waktu
secara sepihak memutuskan PERJANJIAN ini dengan pemberitahuan tertulis kepada PIHAK KEDUA,
paling lambat 7 (tujuh) Hari sebelum tanggal putusnya Perjanjian. Jika Perjanjian diputus secara sepihak
seperti diatur dalam ayat ini, PIHAK KEDUA dapat menagih dan PIHAK PERTAMA akan membayar hasil
Pekerjaan yang telah dilaksanakan dan/atau Material yang telah diserahkan oleh PIHAK KEDUA dan
diterima dengan baik oleh PIHAK PERTAMA sampai dengan tanggal putusnya Perjanjian ini. Jika
Perjanjian diputus berdasarkan ayat ini, PIHAK PERTAMA akan mengembalikan Jaminan Pelaksanaan
kepada PIHAK KEDUA.
7. PIHAK PERTAMA berhak memutuskan PERJANJIAN ini dan menarik kembali Surat Pemesanan Barang
(PO) secara sepihak apabila dalam waktu 14 (empat belas ) hari setelah ditanda tanganinya PERJANJIAN
ini PIHAK KEDUA tidak memulai pekerjaan dan atau tidak dapat menyerahkan Jaminan Pelaksanaan.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 8 of 25
8. Jika terjadi pemutusan PERJANJIAN, PIHAK KEDUA tetap wajib melaksanakan seluruh ketentuan
PERJANJIAN sampai tanggal putusnya Perjanjian sebagaimana diatur di atas.

PASAL 10
KEADAAN KAHAR

1. Suatu PIHAK dibebaskan dari kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini, jika kewajiban tersebut tidak
dapat dilaksanakan karena keadaan yang berada di luar kontrol yang wajar dari PIHAK tersebut, tidak
dapat dihindari meskipun dengan perencanaan yang baik dan tidak dapat diatasi dengan upaya yang
wajar (“Keadaan Kahar”).
2. Kejadian-kejadian berikut adalah keadaan Keadaan Kahar :
a) Kerusuhan masal, perang saudara, pemberontakan, perebutan kekuasaan, perang dengan negara lain
atau terorisme; atau
b) Gempa bumi, banjir, kebakaran, ledakan gunung berapi dan/atau bencana alam lainnya; atau
c) Perubahan peraturan perundang-undangan nasional maupun daerah secara material.
3. Salah satu PIHAK hanya akan dibebaskan dari kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini dengan alasan
Keadaan Kahar jika :
I. Keadaan dimaksud berdampak langsung pada pelaksanaan kewajiban PIHAK tersebut;
II. Tidak ada unsur kesengajaan dan/atau kelalaianyang dilakukan oleh PIHAK tersebut.
4. PIHAK yang mengalami Keadaan Kahar wajib memberitahukan PIHAK lainnya secara lisan selambat-
lambatnya dalam waktu 1x24 jam sejak terjadinya Keadaan Kahar yang diikuti dengan pemberitahuan
tertulis dalam waktu 7 (tujuh) Hari setelah terjadinya Keadaan Kahar tersebut. Pemberitahuan itu
sekurang-kurangnya harus menjelaskan jenis Keadaan Kahar yang terjadi, perkiraan lamanya Keadaan
Kahar akan berlangsung dan upaya-upaya penanggulangan yang telah dan akan dilakukan oleh PIHAK
yang mengirimkan pemberitahuan.
5. PIHAK yang mengalami Keadaan Kahar wajib mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar PIHAK
tersebut dapat melanjutkan pelaksanaan kewajibannya sesuai Perjanjian.
6. Apabila dalam waktu 7 (tujuh) Hari sejak terjadinya Keadaan Kahar, PIHAK yang mengalami keadaan itu
tidak mengirimkan pemberitahuan sesuai dengan ayat (4) di atas, maka Keadaan Kahar dianggap tidak
pernah terjadi.
7. PIHAK yang menerima pemberitahuan Keadaan Kahar dapat menolak mengakui adanya Keadaan Kahar
selambat-lambatnya 7 (tujuh) Hari setelah diterimanya pemberitahuan sebagaimana dimaksud ayat (4)
di atas. Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) Hari tersebut tidak ada penolakan dari PIHAK yang
diberitahu, maka PIHAK itu dianggap mengakui adanya suatu Keadaan Kahar.
8. Apabila adanya Keadaan Kahar ditolak untuk diakui oleh PIHAK yang diberitahu, maka PIHAK yang
menyatakan Keadaan Kahar tersebut harus tetap melaksanakan kewajibannya sesuai Perjanjian ini.
9. Jika PIHAK yang mengalami Keadaaan Kahar berkeberatan atas penolakan oleh PIHAK yang diberitahu,
maka PIHAK yang berkeberatan atas penolakan itu dapat meminta agar keberatannya diselesaikan
melalui mekanisme penyelesaian perselisihan sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini.
10. Apabila terjadinya Keadaan Kahar tersebut diakui oleh PIHAK yang diberitahu, maka PARA PIHAK akan
merundingkan perubahan-perubahan yang diperlukan agar Perjanjian dapat tetap dilaksanakan

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 9 of 25
PASAL 11
ASURANSI DAN RISIKO

1. PIHAK KEDUA wajib mengasuransikan terhadap resiko yang mungkin terjadi saat pelaksanaan Pekerjaan
atas kerugian yg mungkin timbul terhadap PIHAK KETIGA (Third Party Liability / TPL). Segala biaya yang
timbul sehubungan dengan pengajuan klaim asuransi (deductible) menjadi tanggung jawab PIHAK
KEDUA.
2. PIHAK PERTAMA tidak bertanggung jawab terhadap kecelakaan kerja para pekerja PIHAK KEDUA.
3. PIHAK KEDUA wajib menjamin keselamatan dan kesehatan kerja para pekerjanya dengan
mengasuransikan dalam BPJS.
4. PIHAK KEDUA harus mengasuransikan peralatan yang dipakai di proyek.

PASAL 12
PEKERJAAN TAMBAH DAN PEKERJAAN KURANG

Perubahan-perubahan yang merupakan penambahan dan/atau pengurangan Pekerjaan hanya dianggap sah
setelah mendapat perintah tertulis dari PIHAK PERTAMA

PASAL 13
KENAIKAN HARGA

Tidak ada kenaikan harga selama Perjanjian ini dilaksanakan.

PASAL 14
PENGALIHAN PEKERJAAN

(1). PIHAK KEDUA tidak diijinkan untuk mengalihkan sebagian atau seluruh hak dan/atau kewajibannya
dalam PERJANJIAN ini kepada PIHAK lain.
(2). PIHAK KEDUA dapat menunjuk partner untuk pelaksanaan sebagian Pekerjaan. Apabila PIHAK KEDUA
menunjuk partner, PIHAK KEDUA tetap bertanggungjawab atas seluruh maupun bagian-bagian dari
kewajiban berdasarkan Perjanjian ini, termasuk semua akibat hukum yang timbul dari hubungan
hukum antara PIHAK KEDUA dengan Subkontraktor
(3). PIHAK KEDUA wajib menyerahkan salinan dari kerjasama dengan partner yang sudah ditandatangani
kepada PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah
penandatanganan kerjasama
(4). Jika tidak adanya atau tersedianya bahan di pasaran akibat kelalaian dan keterlambatan PIHAK KEDUA
dalam pemesanan, maka bilamana PIHAK PERTAMA mengajukan perubahan kualitas bahan dengan
yang lain, PIHAK KEDUA diwajibkan mengajukan usulan terlebih dahulu dari beberapa alternatif yang
dilengkapi dengan contoh dan brosur. Perubahan kualitas bahan harus mendapat persetujuan dari
Kepala Proyek.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 10 of 25
PASAL 15
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

(1). Perjanjian ini menggunakan Bahasa Indonesia dan tunduk pada hukum Republik Indonesia.
(2). Apabila terjadi perselisihan antara PARA PIHAK maka akan diselesaikan dengan cara musyawarah untuk
mufakat. Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kalender sejak dimulainya musyawarah
tersebut tidak tercapai kesepakatan, maka semua perselisihan yang timbul dari Perjanjian ini akan
diselesaikan melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) di Jakarta.
(3). Selama proses penyelesaian perselisihan berlangsung, PIHAK KEDUA tidak dapat menjadikannya
sebagai alasan untuk menunda pelaksanaan Pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
(4). Keputusan BANI merupakan keputusan final dan mengikat, PARA PIHAK sepakat tidak ada upaya
hukum lain setelah putusan BANI tersebut.

PASAL 16
PENUNDAAN PEKERJAAN

(1). Dengan pemberitahuan tertulis, PIHAK PERTAMA dapat setiap waktu memerintahkan PIHAK KEDUA
untuk menunda pelaksanaan Pekerjaan baik sebagian atau seluruhnya. Pemberitahuan tersebut harus
mencantumkan tanggal mulainya penundaan dan perkiraan lamanya penundaan. Setelah menerima
pemberitahuan itu PIHAK KEDUA harus segera sesuai batas waktu yang tercantum dalam surat
pemberitahuan menghentikan pelaksanaan Pekerjaan dan menjaga serta melindungi bagian Pekerjaan
yang telah diselesaikan, termasuk namun tidak terbatas pada Pekerjaan dan/atau Material yang telah
ada di Lokasi Pekerjaan. Jika diminta oleh PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA harus segera menyerahkan
semua hasil Pekerjaan yang telah dilaksanakan dan material yang sudah ada kepada PIHAK PERTAMA.
(2). PIHAK KEDUA tidak berhak untuk menerima kompensasi apapun juga berkaitan dengan penundaan
pelaksanaan Pekerjaan kecuali disepakati tertulis oleh PARA PIHAK dalam suatu Addendum.

PASAL 17
KETENTUAN LAIN

(1). PARA PIHAK sepakat dan mengakui bahwa PERJANJIAN ini berikut dokumen lainnya sebagaimana
tercantum dalam Pasal 3 merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan mengikat antara PARA
PIHAK.
(2). Hal-hal yang belum diatur atau perubahan-perubahan yang dipandang perlu oleh PARA PIHAK dalam
Perjanjian ini, akan diatur kemudian kedalam bentuk Addendum Perjanjian Kerjasama yang nantinya
merupakan kesatuan dan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Perjanjian ini.
(3). Semua pemberitahuan dan atau surat-menyurat antara PARA PIHAK sehubungan dengan Perjanjian
ini dilakukan secara tertulis dan dianggap telah disampaikan kepada yang bersangkutan bilamana ada
tanda terima tertulis. Surat-menyurat juga dapat dilakukan oleh PIHAK PERTAMA atau wakil PIHAK
PERTAMA dilapangan kepada PIHAK KEDUA atau wakil PIHAK KEDUA di lapangan dengan kekuatan
hukum yang sama.
(4). Perjanjian ini ditandatangani oleh PARA PIHAK pada hari dan tanggal tersebut diatas, dan berakhir
setelah PARA PIHAK menyelesaikan kewajiban masing-masing dan dibuat dalam rangkap 2 (dua)

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 11 of 25
bermaterai cukup untuk masing-masing PIHAK yang mempunyai kekuatan hukum yang sama dan
berlaku sejak ditanda tangani.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA


PT HUTAMA KARYA INFRASTRUKTUR PT GLOBAL ENERGI KONSTRUKSI
DEPARTEMEN SUPPLY CHAIN DAN PERALATAN

AGUS JATI WIYONO, S.T. MUKHTAR M. AJI


Kepala Direktur Utama

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 12 of 25
I. KETENTUAN UMUM

PASAL 1
DEFINISI

Kecuali ditentukan secara tegas di bagian lain Perjanjian, atau konteks atau pokok masalahnya mensyaratkan
pengertian lain, maka istilah – istilah yang digunakan dalam Perjanjian wajib diartikan sebagaimana
didefinisikan dalam Pasal 1 Ketentuan Umum ini :
1. Barang adalah SIRTU
2. PARA PIHAK/KEDUA BELAH PIHAK adalah subyek hukum, yaitu PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA
yang mengikatkan diri dalam perjanjian ini.
3. Hari Kalender adalah hari kerja dan hari libur, yakni semua hari dalam satu tahun sesuai dengan
Kalender Gregorian tanpa kecuali, termasuk hari Minggu dan hari libur nasional yang sewaktu-waktu
ditetapkan oleh Pemerintah dan hari kerja biasa yang karena suatu keadaan tertentu ditetapkan oleh
Pemerintah sebagai bukan hari kerja biasa kecuali hari libur tersebut telah disepakati PARA PIHAK
sebagai hari kerja yang kemudian dituangkan dalam jadwal/schedule pelaksanaan pekerjaan.
4. Hari Kerja adalah setiap hari kecuali Sabtu, Minggu dan hari libur resmi dari pemerintah Republik
Indonesia kecuali hari kerja tersebut telah disepakati PARA PIHAK sebagai hari kerja yang kemudian
dituangkan dalam jadwal/schedule pelaksanaan pekerjaan.
5. Jadwal Pengadaan adalah jadwal yang menunjukkan kebutuhan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan pengadaan barang, terdiri atas tahap pelaksanaan yang disusun secara logis, realistis dan
dapat dilaksanakan.
6. Perjanjian/Kontrak adalah Perjanjian/Kontrak Jual Beli ini beserta dokumen-dokumen yang menjadi
lampiran yang tidak terpisahkan dengan perjanjian ini.
7. Jangka Waktu Pengadaan Barang adalah terhitung sejak tanggal penandatanganan Perjanjian sampai
dengan Perjanjian berakhir.
8. Nilai Perjanjian/Kontrak adalah total harga yang tercantum dalam Perjanjian/Kontrak termasuk pajak-
pajak yang terkandung didalamnya (serta pajak-pajak lainnya menjadi kewajiban PIHAK KEDUA
(berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku dan iuran/retribusi lain yang berlaku berdasarkan
peraturan perundangan atau peraturan daerah sesuai dengan perincian harga yang terdapat di BoQ) ,
kecuali dinyatakan lain dalam ketentuan khusus.
9. Penyerahan adalah peristiwa dimana PIHAK KEDUA menyerahkan barang/material sesuai milestone
kepada PIHAK PERTAMA dimana penyerahan tersebut telah memenuhi spesifikasi, volume/kuantitas,
kualitas barang, dan tepat waktu sesuai ketentuan dalam Prosedur Penyerahan Barang (Form P4).
10. Jaminan Pengadaan Barang adalah dokumen jaminan tertulis yang dapat dicairkan oleh PIHAK
PERTAMA sebagaimana diatur dalam Perjanjian, yang dikeluarkan oleh Bank dengan jenis unconditional
dan irrevocable mengacu pada pasal 1832 KUHPerdata serta mengesampingkan ketentuan pasal 1831
KUHPerdata dan diserahkan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA untuk menjamin dipenuhinya
kewajiban pengadaan barang oleh PIHAK KEDUA.
11. Jaminan Pemeliharaan (Retensi) adalah potongan sebesar 5% dari harga perjanjian yang di potong
setiap bulan penagihan sebagai jaminan pemeliharaan atau dapat berupa jaminan tertulis yang dapat

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 13 of 25
dicairkan oleh PIHAK PERTAMA sebagaimana diatur dalam Kontrak, yang dikeluarkan oleh Bank
Pemerintah/Asuransi dan diserahkan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA untuk menjamin
dipenuhinya kewajiban pemeliharaan oleh PIHAK KEDUA.
12. Addendum Perjanjian adalah tambahan klausa atau pasal yang secara fisik terpisah dari Perjanjian ini
namun secara hukum melekat pada perjanjian ini.
13. Prestasi Pekerjaan adalah nilai bobot pengadaan yang telah dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA.
14. Spesifikasi Teknis adalah persyaratan-persyaratan teknis dari pengadaan barang dan setiap
perubahannya yang disepakati bersama oleh PARA PIHAK (bila ada).
15. Tagihan adalah seluruh pengajuan pembayaran dari PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA untuk
pengadaan.
16. SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri) adalah instrumen yang diterbitkan oleh bank penerbit
(Issuing Bank) atas permintaan Applicant pembeli/pemohon, berisi janji bank untuk membayar sejumlah
uang kepada penjual/penerima apabila bank penerbit menerima dokumen sesuai dengan syarat yang
berlaku.
17. Tertulis adalah semua tulisan tangan, hasil ketikan mesin atau hasil komunikasi tertulis termasuk telex,
telegram, faksimili, email.
18. Penambahan Pengadaan ialah pengadaan yang diperintahkan secara tertulis oleh PIHAK PERTAMA
kepada PIHAK KEDUA untuk dilaksanakan, yang sebelumnya tidak tercantum dalam dokumen perjanjian
ini dan terperinci dengan jelas.
19. Pengurangan Pengadaan ialah pengadaan yang diperintahkan secara tertulis oleh PIHAK PERTAMA
kepada PIHAK KEDUA untuk tidak dilaksanakan, yang sebelumnya telah tercantum dalam dokumen
Perjanjian ini dan terperinci dengan jelas.
20. Pihak Berwenang adalah instansi pemerintah yang memiliki hak dan kekuasaan untuk menetapkan suatu
kebijakan.
21. Garansi adalah Jaminan atau Tanggungan yang diberikan atas barang/material dalam jangka waktu
tertentu.
22. Garansi Bank Unconditional adalah Garansi yang diberikan oleh Bank yang pencairannya tanpa syarat
apapun.
23. Garansi Bank Irrevocable adalah Garansi yang diberikan oleh Bank yang tidak dapat dibatalkan tanpa
persetujuan kedua belah pihak.
24. Badan Arbitrase Nasional Indonesia adalah Badan yang dipilih oleh PARA PIHAK yang bersengketa untuk
memberikan putusan mengenai sengketa tertentu.

PASAL 2
RENCANA PENGIRIMAN DAN JADWAL PENGADAAN

1. PIHAK KEDUA WAJIB melaksanakan pekerjaan menurut Rencana Kerja dan Jadwal Pengadaan tersebut
dalam ayat 1 pasal ini, sedangkan penyimpangannya hanya dibenarkan APABILA mendapat persetujuan
tertulis dari PIHAK PERTAMA.
2. PIHAK KEDUA WAJIB melaporkan kepada PIHAK PERTAMA kemajuan pelaksanaan pengadaan yang telah
dicapai terhadap rencana kerja dan jadwal pengadaan tersebut setiap minggu.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 14 of 25
3. Jadwal pengadaan material wajib sesuai dengan ketentuan khusus dan lampiran Perjanjian ini.

PASAL 3
SPESIFIKASI TEKNIS

1. Pengadaan Barang wajib dilakukan sesuai dengan Spesifikasi Teknis yang telah disepakatipada Ketentuan
Khusus.
2. Material yang diterima wajib sesuai spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen perjanjian.
3. Pengiriman barang dilakukan oleh PIHAK KEDUA ke lokasi proyek PIHAK PERTAMA dibuktikan dengan
Berita Acara Penerimaan Barang / Material.

PASAL 4
PROSEDUR PENGADAAN

Pelaksanaan pengadaan material mengikuti prosedur sebagai berikut :


1. Contoh Barang/Material yang akan dikirim harus mendapatkan persetujuan dari PIHAK PERTAMA yang
dilakukan secara back to back dengan PEMILIK PROYEK
2. PIHAK PERTAMA menerbitkan PO ke PIHAK KEDUA yang menyebutkan Nama Barang, Jumlah Barang,
Mutu Barang, Harga Satuan Barang, Total Biaya, Waktu Penyerahan dan Lokasi Penyerahan Barang.
3. PO yang berlaku adalah PO yang diterbitkan oleh PIHAK PERTAMA dari Departemen Supply Chain.
4. PIHAK KEDUA berkewajiban mengembalikan PO yang telah diterima dan ditandatangani oleh PIHAK
KEDUA paling lambat dalam 3 (tiga) hari sejak tanggal penerimaan PO kepada PIHAK PERTAMA, melalui
emal ke scm.hki@hkinfrastruktur.com dan proyek, bersamaan dengan proses pengiriman hard copynya
sebagai lampiran untuk proses penerbitan swift SKBDN.
5. Pengiriman barang/material oleh PIHAK KEDUA ke lokasi pekerjaan.
6. PIHAK PERTAMA wajib membongkar materil/produk yang sudah sampai di lokasi penyerahan barang
sesuai PO, selambat-lambatnya 1 x 24 jam sejak produk tersebut sampai di lokasi penyerahan barang.
7. Penerbitan Berita Acara Penerimaan Material/Barang (BAPB) ditanda tangani oleh PARA PIHAK

PASAL 5
PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN MUTU, K3 & LINDUNG LINGKUNGAN

1. Dalam melaksanakan pekerjaan, PIHAK KEDUA wajib mengikuti/melaksanakan sistem manajemen mutu
(ISO-9001:2015), sistem manajemen K3 (OHSAS 18001:2007) dan sistem manajemen lindung lingkungan
(ISO-14001:2015) yang ditetapkan oleh PIHAK PERTAMA.
2. Dalam Pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu K3 dan Sistem Manajemen Lindung Lingkungan, PIHAK
KEDUA diwajibkan menyediakan Personil Ahli demi menunjang Pelaksanaan sistem tersebut dan wajib
membuat rencana mutu K3 dan lingkungan terkait lingkup pekerjaan yang disetujui oleh PIHAK
PERTAMA.
3. Pelaksanaan sistem Manajemen mutu, K3 dan Lindung Lingkungan oleh PIHAK KEDUA, wajib

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 15 of 25
memberikan jaminan mutu, K3 dan Lingkungan pekerjaan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA.
4. Apabila persyaratan pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindung
Lingkungan (SMMK3LL) (Lampiran III.7, Syarat Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lingkungan (SMMK3LL) perjanjian ini tidak dipenuhi oleh PIHAK KEDUA sehingga
mengakibatkan kerusakan barang atau kecelakaan kerja maupun kerusakan lingkungan, maka biaya –
biaya yang timbul akibat tidak dipenuhinya persyaratan tersebut akan menjadi tanggung jawab PIHAK
KEDUA.

PASAL 6
HUKUM DAN BAHASA YANG BERLAKU

1. PERJANJIAN ini tunduk kepada hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara
Republik Indonesia.
2. Pelaksanaan PERJANJIAN ini termasuk tetapi tidak terbatas pada korespondensinya menggunakan
Bahasa Indonesia.

PASAL 7

KORESPONDENSI

Segala surat menyurat sehubungan dengan pelaksanaan perjanjian ini akan dialamatkan pada :
1. PT HUTAMA KARYA INFRASTRUKTUR (Kantor Operasional).
Alamat : HK Tower Lt. 15 Jl. MT. Haryono Kav 8, Jakarta Timur 13340, Indonesia
Telp : (021) 819 1584, 851 8965, 856 4502, 851 8965
E-mail : scm.hki@hkinfrastruktur.com atau hki@hkinfrastruktur.com
Web : hkinfrastruktur.com
Up. : AGUS JATI WIYONO, ST

2. PT GLOBAL ENERGI KONSTRUKSI


Alamat : Jalan Peutua Husain Blang Geulumpang Idi Rayeuk, Kabupaten Aceh Timur Nangroe
Aceh Darussalam
Telp : (081) 262826484
Faximile : -
E-mail : adm.ptgek@yahoo.com atau pt.gek@yahoo.com
Up. : MUKHTAR M. AJI

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 16 of 25
II. KETENTUAN KHUSUS
PERJANJIAN JUAL BELI

No. Ketentuan Uraian

1 Definisi PEMILIK PROYEK adalah PT Hutama Karya (Persero) Divisi


Pengembangan Jalan Tol

Nama Proyek adalah Proyek Pembangunan Jalan Tol Trans


Sumatera Ruas Binjai – Pangkalan Brandan

Nama Perjanjian adalah Pengadaan Sirtu.

2 Penggunaan BBM PIHAK KEDUA menggunakan BBM industri dari agen resmi
Pertamina. Penggunaan BBM tidak resmi/illegal tidak
diperkenankan. Resiko sepenuhnya menjadi tanggung jawab
PIHAK KEDUA

3 Lain – Lain Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dan apabila
ada perubahan-perubahan dalam Perjanjian ini, akan diatur
dalam ADDENDUM PERJANJIAN.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 17 of 25
III. LAMPIRAN PERJANJIAN JUAL BELI

III.1. BERITA ACARA KLARIFIKASI DAN NEGOSIASI.


III.2. SURAT PENAWARAN PIHAK KEDUA
III.3. SPESIFIKASI TEKNIS.
III.4. BILL OF QUANITTY (BOQ)
III.5. JADWAL PENGADAAN BARANG.
III.6. SYARAT PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN MUTU KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA DAN
LINDUNG LINGKUNGAN (SMMK3LL).
III.7. KOMITMEN SISTEM MANAJEMEN ANTI PENYUAPAN.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 18 of 25
LAMPIRAN III.1
BERITA ACARA KLARIFIKASI SPESIFIKASI DAN NEGOSIASI HARGA

Terlampir

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 19 of 25
LAMPIRAN III.2
SURAT PENAWARAN PIHAK KEDUA

Terlampir

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 20 of 25
LAMPIRAN III.3
SPESIFIKASI TEKNIS

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 21 of 25
LAMPIRAN III.4
BILL OF QUANTITY (BoQ)
PENGADAAN SIRTU
ANTARA PT HUTAMA KARYA INFRASTRUKTUR DENGAN PT GLOBAL ENERGI KONSTRUKSI
UNTUK PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL TRANS SUMATERA RUAS BINJAI – LANGSA,
SEKSI BINJAI - PANGKALAN BRANDAN ZONA 4

No. Nama Barang Sat. Jumlah Harga Satuan (Rp.) Jumlah Harga (Rp.)

Pengadaan Sirtu Curah


1 Sirtu Tujuan STA 38-43 m3 5.000,00 150.000,00 750.000.000,00
2 Sirtu Tujuan STA 55 m3 5.000,00 143.000,00 715.000.000,00

JUMLAH 1.465.000.000,00
PPn 11% -
TOTAL NILAI KONTRAK 1.465.000.000,00

Terbilang : Satu Miliar Empat Ratus Enam Puluh Lima Juta Rupiah

Nilai Jual Beli dalam Buku III Lampiran III.4 bersifat fixed unit price dengan volume bersifat perkiraan
(sementara) yang disesuaikan dengan kebutuhan di proyek.
Harga di atas sudah termasuk pajak–pajak lainnya (berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku;
peraturan perundangan atau peraturan daerah termasuk iuran/retribusi lain dan sesuai dengan perincian
harga yang terdapat di BoQ).
Syarat penagihan wajib menyertakan copy SSP yang lampirannya antara lain :
a. Copy SSP.
b. Tanda Terima Lapor SSP.
c. Form 1111, 111 AB, 111 A2.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 22 of 25
LAMPIRAN III.5
JADWAL PENGADAAN BARANG

Terlampir

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 23 of 25
LAMPIRAN III.6
SYARAT PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN MUTU KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA DAN LINDUNG
LINGKUNGAN (SMMK3LL).

DAFTAR PERSYARATAN PELAKSANAAN K3LL


PENGADAAN MATERIAL SIRTU
Bahwa dalam rangka pengadaan barang, dapat menimbulkan potensi bahaya atau aspek lingkungan, maka
pada saat melaksanakan Pengadaan Material Sirtu (misalnya saat muat barang dan bongkar muatan di lokasi
Proyek, untuk franco proyek), PIHAK KEDUA wajib melaksanakan pengendalian operasional sesuai tabel
berikut:

No Potensi Bahaya/Aspek Lingkungan Pengendalian Yang Wajib Dilakukan PIHAK KEDUA


1 Material jatuh di jalan Material ditutup terpal

2 Tertimpa material saat unloading material Pekerja unloading wajib menggunakan Helm, sarung
tangan, Safety Shoes dan APD terkait pelaksanaan
pekerjaan.

3 Tertabrak, terhimpit truck/alat berat saat 1. Driver wajib memiliki SIM B1/ B Umum / SIO
proses pengadaan 2. Rem Truck/alat berat wajib dalam kondisi baik
3. Mengikuti Rambu-Rambu dan Traffic
Management yang ada di Proyek
4 Truck pengangkut material terguling Driver wajib mengikuti Rambu-Rambu dan Traffic
Management yang ada di Proyek
5 Truck pengangkut tidak memenuhi Truck wajib mempunyai buku uji kir yang masih
persyaratan aturan lalu lintas & angkutan berlaku.
6 Tetesan/bocoran oli dari truck pengangkut ke Mesin truck/alat berat wajib tidak ada kebocoran
tanah di area proyek/akses menuju proyek
7 Pekerja terkena paparan debu Menggunakan masker / penutup mata

8 Membuat macet jalanan Wajib menyediakan flagman


9 Kecelakaan kerja saat pengiriman Wajib menyediakan petugas K3LL
Sedangkan biaya-biaya yang timbul sebagai konsekuensinya, menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA


PT HUTAMA KARYA INFRASTRUKTUR PT GLOBAL ENERGI KONSYRUKSI
DEPARTEMEN SUPPLY CHAIN DAN PERALATAN

AGUS JATI WIYONO, S.T. MUKHTAR M. AJI


Kepala Direktur Utama

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 24 of 25
LAMPIRAN III.7
KOMITMEN SISTEM MANAJEMEN ANTI PENYUAPAN

KOMITMEN SISTEM MANAJEMEN ANTI PENYUAPAN


PENGADAAN SIRTU

Bahwa dalam rangka Pelaksanaan Pengadaan Sirtu maka pada saat melaksanakan Pengadaan, PARA PIHAK
berkomitmen:
a. Menegakkan nilai-nilai dan kode etik perusahaan oleh segenap insan perusahaan dalam menjalankan
pelaksanaan Pengadaan/Pekerjaan.
b. Mensyaratkan transparansi dan kepatuhan dengan peraturan perundang-undangan anti penyuapan
yang berlaku.
c. Memenuhi dan menjalankan persyaratan Sistem Manajemen Anti Penyuapan secara efektif, konsisten,
dan efisien dengan upaya perbaikan secara berkesinambungan.
d. Melarang tindak penyuapan, menghindari gratifikasi, benturan kepentingan dan penyalahgunaan
wewenang.
e. Disiplin kepatuhan segenap insan perusahaan terhadap nilai – nilai, kode etik, ketentuan, peraturan,
kebijakan dan prosedur anti penyuapan.
f. Membangun hubungan dan sinergi yang berlandaskan pada prinsip integritas dan nilai anti penyuapan
pada setiap interaksi perusahaan dengan semua pihak berkepentingan.
g. Menetapkan Fungsi Kepatuhan Anti Penyuapan (FKAP) yang independent dengan wewenang untuk
pemenuhan persyaratan anti penyuapan.
h. Menjatuhkan Sanksi yang tegas terhadap semua bentuk pelanggaran, ketidakpatuhan dan
penyimpangan dari kebijakan anti penuyuapan ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
i. Melaporkan dugaan tindakan penyuapan kepada PIHAK PERTAMA melalui (021) 8191584 Ext. 1511
dan email sekretariat.wbs@hkinfrastruktur.com.
PIHAK PERTAMA memberi jaminan kerahasiaan terhadap identitas pelapor dan terlapor selama dugaan
pelanggaran belum terbukti.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA


PT HUTAMA KARYA INFRASTRUKTUR PT GLOBAL ENERGI KONSTRUKSI
DEPARTEMEN SUPPLY CHAIN DAN PERALATAN

AGUS JATI WIYONO, S.T. MUKHTAR M. AJI


Kepala Direktur Utama

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Page 25 of 25

Anda mungkin juga menyukai