Panduan Pelayanan Gizi
Panduan Pelayanan Gizi
PELAYANAN GIZI
TAHUN 2023
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
PKU MUHAMMADIYAH CIPONDOH
KOTA TANGERANG
Jl. Maulana Hasanudin No.63 Cipondoh Kota Tangerang. Tlp. (021) 55775013
PERATURAN DIREKTUR
NOMOR : 059/IV.6.AU/D2023
i
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
PKU MUHAMMADIYAH CIPONDOH
KOTA TANGERANG
Jl. Maulana Hasanudin No.63 Cipondoh Kota Tangerang. Tlp. (021) 55775013
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Peraturan Direktur Rsia Pku Muhammadiyah Cipondoh
Pelayanan Gizi RSIA Pku Muhammadiyah Cipondoh.
Pasal 1
Pengelolaan Limbah wajib diterapkan di Rumah Sakit untuk
mencegah terjadinya insiden keselamatan pasien, serta
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan
standar.
Pasal 2
Tujuan dari Pengelolaan Limbah adalah untuk mendorong
Rumah Sakit melakukan perbaikan yang menunjang tercapainya
keselamatan pasien
Pasal 4
Pasal 5
ii
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
PKU MUHAMMADIYAH CIPONDOH
KOTA TANGERANG
Jl. Maulana Hasanudin No.63 Cipondoh Kota Tangerang. Tlp. (021) 55775013
Ditetapkan di : Tangerang
Pada tanggal : 04 Juli 2023
DIREKTUR RSIA PKU MUHAMMADIYAH
CIPONDOH
iii
DAFTAR ISI
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmat Nya, sehingga
tersusunlah pedoman Pelayanan RSIA PKU Muhammadiyah Cipondoh ini.
Saat ini kebutuhan akan standar pelayanan merupakan suatu hal yang sangat penting,
khususnya di Instalasi Gizi, buku ini akan menjadi acuan bagi petugas untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai dengan batasan dan tanggung
jawab masing-masing. Disamping itu, dalam rangka meningkatkan mutu rumah sakit dan
melaksanakan visi dan misinya, diperlukan Pedoman Pelayanan Gizi agar senantiasa dapat
menjaga mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien.
Buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan saran dari berbagai
pihak sangat kami harapkan untuk revisi dikemudian hari.
Tim PPI
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Pada saat ini perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan semakin meningkat dan sudah mengarah
pada spesialisasi dan subspesialisasi. Semakin pesat laju pembangunan, semakin besar pula
tuntutan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Perlu disadari bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat,
tuntutan akan pelayanan kesehatan yang bermutu pun semakin meningkat. Di lain pihak
pelayanan rumah sakit yang memadai, baik di bidang gizi maupun pengobatan semakin
dibutuhkan. Sejalan dengan itu maka pelayanan gizi yang diselenggarakan oleh gizi rumah
sakit sangat perlu menerapkan sebuah standar mutu untuk menjamin kualitas pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat.
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Salah satu yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 23
Tahun 1992 tentang kesehatan bertujuan melindungi pemberi dan penerima jasa
pelayanan kesehatan serta memberi kepastian hukum dalam rangka meningkatkan,
mengarahkan dan memberi dasar bagi pembangunan kesehatan. Dalam pembangunan
kesehatan perlu dilakukan peningkatan pelayanan kesehatan termasuk peningkatan
Pelayanan gizi di Rumah Sakit.
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan
dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolism
tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit,
sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien.
Sering terjadi kondisi pasien yang semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan
zat gizi untuk perbaikan organ tubuh. Selain itu, masalah gizi lebih dan obesitas erat
hubungannya dengan penyakit degenerative, seperti diabetes mellitus, penyakit jantung
1
koroner, hipertensi, dan penyakit kanker, memerlukan terapi gizi untuk membantu
penyembuhannya.
B. Tujuan
Pedoman ini dibuat sebagai acuan pelayanan gizi di RSIA PKU Muhammadiyah
Cipondoh, hal ini karena pelayanan gizi adalah salah satu komponen penting dalam
penatalaksanaan pasien yang dapat berperan meningkatkan mutu gizi, sehingga
pengobatan terhadap pasien menjadi lebih terarah.
C. Ruang Lingkup
Pelayanan Gizi di RSIA PKU Muhammadiyah Cipondoh meliputi :
3. Tenaga Profesional / Formal Gizi adalah tenaga yang mencakup : Tenaga Gizi yang
telah lulus pendidikan di bidang gizi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) adalah kumpulan instruksi, langkah-langkah
yang telah dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu
5. Ruangan
2
Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung semua kegiatan yang
dipergunakan sesuai dengan standar ruangan gizi, aktifitas dan jumlah petugas yang
berhubungan dengan pasien untuk kebutuhan penyediaan makan pasien. Semua
ruangan harus mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan sesuai
dengan peraturan sarana dan prasarana rumah sakit.
6. Bahan Gizi
a. Spesifikasi bahan makanan adalah standar bahan makanan yang ditetapkan
oleh unit/instalasi gizi sesuai dengan ukuran dan bentuk.
b. Bahan makanan basah adalah bahan makanan yang harus disimpan dalam
lemari dingin untuk menjaga kualitas dan mutu dari bahan tersebut dengan
suhu yang telah ditetapkan.
c. Bahan makanan kering adalah bahan makanan yang harus disimpan dalam
tempat kering, tidak mengandung air/lembab untuk menjaga kualitas dan mutu
dari bahan tersebut dimana suhu ruangan biasanya berkisar 19-21oC.
d. Bahan tambahan pangan adalah bagian dari bahan baku pangan, yang
ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk
pangan. Bahan yang biasa digunakan untuk makanan antara lain bahan
pengawet, pemanis, pewarna, penyedap rasa dan aroma, bahan antigumpal,
bahan pemucat, antioksidan dan pengental.
e. Air adalah media yang digunakan dalam banyak kegiatan di unit gizi dan harus
memenuhi persyaratan kualitas air bersih dan atau air minum.
7. Metode Pemeriksaan
Tujuan melakukan suatu pemeriksaan antara lain untuk meningkatkan mutu
pelayanan gizi. Tiap tujuan pemeriksaan memerlukan sensitivitas dan spesifitas
yang berbeda-beda, sehingga perlu dipilih metode yang sesuai karena setiap
metode mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang berbeda-beda pula.
8. Pemantapan Mutu ( quality assurance ) gizi adalah semua kegiatan yang ditujukan
untuk menjamin mutu pelayanan terutama dibidang gizi. Pemantapan Mutu terbagi
menjadi 3 indikator :
a. Indicator proses : indicator yang mengukur elemen pelayanan yang disediakan
oleh institusi yang bersangkutan.
b. Indicator struktur : indicator yang menilai ketersediaan dan penggunaan
fasilitas, peralatan, kualifikasi professional, struktur organisasi yang berkaitan
3
dengan pelayanan yang diberikan. Indicator outcome : indicator untuk menilai
keberhasilan intervensi gizi yang diberikan.
9. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Gizi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) gizi merupakan bagian dari pengelolaan
gizi secara keseluruhan. Gizi adalah unit pelayanan dimana tempat kerjanya harus
terjamin dan aman dalam proses penyelenggaraan makanan banyak. Petugas harus
memahami keamanan gizi dan tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan
untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SOP, serta
mengontrol bahan makanan secara baik menurut standar pelayanan gizi yang
benar.
E. Landasan Hukum
1. UU No. 23/1992 tentang kesehatan menjadi landasan hukum yang kuat untuk
pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Sebagai penjabaran dari
undang-undang tersebut salah satunya adalah Surat Keputusan Direktur Jendral
Pelayanan Medik Nomor HK 006.06.3.5.00788 tahun 1995 tentang pelaksanaan
akreditasi Rumah Sakit (termasuk di dalamnya adalah pelayanan radiologi
diagnostik) untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
2. Departemen Kesehatan RI. 2013. Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
3. Depertemen Kesehatan RI.Sekretariat Jenderal. Pusat Sarana, Prasarana dan
Peralatan Kesehatan. 2007. Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
Kelas C. Departemen Kesehatan RI.
4. Departemen Kesehatan RI. 2008. Standar Profesi Gizi. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
5. Kementerian Kesehatan RI.2012. Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta
6. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
4
BAB II
Untuk menjalankan pelayanan gizi didukung oleh tenaga profesional gizi dan tenaga
penunjang gizi.
a. Memimpin dan mengelola Unit Gizi untuk pencapaian Visi dan Misi RSIA
PKU Muhammadiyah Cipondoh. Mengembangkan pelayanan Unit Gizi
sehingga mampu memberikan pelayanan yang unggul dan berperan optimal
sebagai revenue center.
b. Memimpin dan mengembangkan SDM Unit Gizi
c. Mengatur, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan rutin dan berkala
manajemen dan administrasi Unit Gizi
d. Mengembangkan fungsi pengawasan dan evaluasi terhadap pengelolaan diet
pasien.
e. Membina hubungan baik intern dan ekstern RS.
f. Penyelenggaraan tugas-tugas lain agar pelayanan gizi berjalan baik dan lancar.
2. Administrasi Gizi
Administrasi Gizi adalah staf dibawah kepala unit gizi yang memiliki uraian tugas
sebagai berikut :
5
3. Juru Masak
Juru Masak adalah staf dibawah kepala unit gizi yang memiliki uraian tugas sebagai
berikut :
4. Juru saji
Juru saji adalah staf dibawah kepala unit gizi yang memiliki uraian tugas sebagai
berikut :
6
Berdasarkan uraian kompetensi tersebut, kualifikasi SDM Unit Gizi secara
menyeluruh disajikan pada tabel 1.1 sebagai berikut :
NAMA
URAIAN TUGAS KUALIFIKASI
JABATAN
7
Administrasi a. Mencatat pengeluaran bahan basah D3 Gizi/SMU
gizi b. Mencatat pengeluaran bahan kering
c. Mencatat jumlah pasien
d. Mencatat permintaan ke logistik
umum dan logistic farmasi
e. Mencatat tambahan menu (atas
permintaan pasien sendiri)
Juru Masak a. Memasak nasi, nasi tim, bubur sesuai SMU/SMK
jumlah pasien.
b. Memasak sayuran, lauk hewani dan
nabati sesuai jumlah pasien dan
membedakannya sesuai diet pasien.
c. Memotong sayuran sesuai dengan
menu
d. Menyiapkan bumbu sesuai dengan
menu
e. Mencuci peralatan memasak
f. Merapihkan meja persiapan memasak
g. Mentestur makanan yang sudah
dimasak
h. Operan makanan yang sudah siap ke
juru saji.
8
f. Menyiapkan makan sesuai diet pasien
dan mengantarkannya ke pasien
g. Mengambil peralatan makan yang
kotor dari ruang perawatan pasien
h. Mencuci peralatan makan yang kotor
dari ruang perawatan pasien
i. Mengepel lantai dan membersihkan
saluran air
j. Menanyakan menu sarapan ke pasien
k. Mengisi air panas kedalam termos dan
mengantarkannya untuk kebutuhan
pasien
B. Distribusi Ketenagaan
1. Uraian Pekerjaan
Kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh petugas gizi tiap shiftnya adalah sebagai
berikut :
9
r. Menanyakan menu sarapan ke pasien
s. Mengisi air panas kedalam termos dan mengantarkannya untuk kebutuhan
pasien.
3. Perhitungan
Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan :
C. Pengaturan Jaga
10
Gizi merupakan salah satu penunjang medis terpenting di dalam rumah sakit, sehingga
Gizi harus ada sewaktu – waktu, sehingga gizii dibuat 24 jam untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. untuk pembagian dinas, gizi dibuat 3 shift untuk dapat memenuhi
kebutuhan tersebut :
1. Dinas pagi 7 jam kerja dengan kualifikasi ketenagaan 1 orang kepala unit, 2 orang
juru masak dan 1 orang juru saji
2. Dinas sore 7 jam kerja dengan kualifikasi ketenagaan 2 orang petugas gizi.
3. Dinas malam 10 jam kerja dengan kualifikasi ketenagaan 3 orang petugas gizi.
BAB III
11
12
B. Fasilitas
Instalasi Gizi memiliki fasilitas ruangan yang terdiri dari :
a. Chiller
b. Lemari bahan kering
c. Kulkas pendingin
a. Meja distribusi
b. Water heater
c. Bak cuci ganda
d. Lemari makan gantung
e. Lemari alat-alat
f. Kerata makan berpemanas/tidak berpemanas
g. Panci
h. Wajan
i. Alat pengaduk dan penggoreng
j. Alat makan (piring, gelas, sendok, mangkok,dll)
k. Blender
l. Oven listrik
m. Tempat sampah
a. Lemari pakaian
b. Meja dan kursi makan
13
c. Matras tidur
4. Ruang pengawas
Diperlukan untuk pengawas/kepala unit melakukan kegiatannya yang didalamnya
memiliki fasilitas :
14
BAB IV
A. Petugas gizi menerima laporan pasien baru dari bagian keperawatan atau ruang rawat
inap berupa daftar diet pasien.
B. Petugas perawatan melaporkan jika ada pasien baru masuk atau ada pasien pulang
sebelum jam makan pasien.
C. Petugas gizi memasukkan laporan kedalam buku jumlah pasien.
D. Petugas gizi mencatat di whiteboard sesuai tanggal masuk, ruang atau kelas, nama
pasien, umur, dokter dan diagnosa diet pasien.
E. Petugas gizi mencatat kedalam formulir makanan pasien.
F. Petugas gizi mempersiapkan makanan dan snack untuk pasien baru tersebut.
G. Jam makan pasien :
Sarapan pagi : 06.00 – 07.00 WIB.
Makan sore :
17.0 – 17.30 WIB.
H. Petugas gizi memasak bahan makanan yang sudah disiapkan sesuai dengan standar
menu dan standar diet.
I. Setelah makanan matang diletakan dalam wadah bersih
J. Petugas gizi memeriksa kelayakan kondisi fisik dan kebersihan makanan.
K. Menguji rasa makanan sesuai standar resep.
L. Memperhatikan kebutuhan gizi masing-masing pasien sesuai instruksi dokter.
M. Petugas gizi mengantar makanan keruang perawatan sesuai dengan formulir daftar diet
pasien untuk didistribusikan.
15
BAB V
LOGISTIK
Keperluan logistik di unit gizi meliputi bahan medis yang dipenuhi oleh instalasi gizi
seperti : handscoon, masker, alcohol swab, spuit, micropore, dll. Sedangkan untuk bahan-
bahan reagensia dan ATK (Alat Tulis Kantor) dipenuhi melalui bagian pengadaan/ logistik
.
16
B. Perencanaan
Pengadaan bahan gizi harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut :
1. Tingkat Persediaan
Pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah
persediaan yaitu jumlah persediaan minimum ditambah jumlah safety stock.
Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan untuk
memenuhi kegiatan operasional normal, sampai pengadaan berikutnya dari
pembekal atau ruang penyimpanan umum.
Safety stock adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk bahan -
bahan yang dibutuhkan atau yang sering terlambat diterima dari pemasok. Buffer
stock adalah stock penyangga kekurangan bahan makanan di gizi. Reserve stock
adalah cadangan bahan makanan/sisa.
17
Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau
pembelian bahan dalam periode 6-12 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah
pemeriksaan untuk periode 6-12 bulan untuk tahun yang akan datang. Jumlah
rata - rata pemakaian bahan untuk satu bulan perlu dicatat.
C. Permintaan
Permintaan barang tersebut dilakukan sesuai kebutuhan permintaan, kebagian
logistic farmasi (untuk barang medis) dan logistic umum (untuk barang non medis) atau
kebagian pengadaan dengan menggunakan formulir bon permintan barang. Dalam
keadaan mendesak dan stock barang di gizi kosong, maka permintaanbarang bisa
dilakukan sewaktu – waktu pada jam kerja sesuai kebutuhan.
D. Penyimpanan
Bahan makanan gizi yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan
mempertimbangkan :
2. Tempat penyimpanan
18
Harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi baik oleh bakteri, serangga,
tikus dan hewan lainnya maupun bahan berbahaya. Tempat/wadah penyimpanan
harus sesuai dengan jenis bahan makanan contohnya bahan makanan yang cepat
rusak disimpan dalam lemari pendingin dan bahan makanan kering disimpan
ditempat yang kering dan tidak lembab.
3. Kelembaban
Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80%-90%
19
Lamanya Waktu Penyimpanan
Jenis Bahan Makanan
< 3 hari ≤ 1 minggu ≥ 1 minggu
Daging, ikan, udang dan - 5˚C sampai 0˚C - 1˚sampai -5˚C < - 10˚C
hasil olahannya
Telur, buah, dan hasil 5˚C-7˚C -5˚C sampai 0˚c < - 5˚C
olahannya
E. Penggunaan
Penggunaan bahan makanan yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan
lebih dahulu.Sedangkan yang memiliki Masa kadarluarsa pendek juga dipakai terlebih
dahulu.
1
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien ( patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.
2. Tindakan Preventif
Tindakan Preventif sebenarnya adalah sistem yang diharapkan dapat mencegah
terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Tindakan
preventif dilakukan melalui pencegahan kejadian tidak diinginkan.
3. Tindakan Korektif
Tindakan Korektif adalah pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko Tindakan Korektif dilakukan terhadap laporan yang diputuskan
3
dalam pertemuan tertutup oleh kepala bidang melalui inspeksi dan verifikasi. Hasil
inspeksi harus menunjukan telah dilakukannya tindakan koreksi.
4
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pedoman Umum
Kesehatan dan Keselamatn Kerja ( K3 ) gizi merupakan bagian dari pengelolaan
gizi secara keseluruhan. Gizi melakukan berbagai tindakan dan kegiatan terutama
berhubungan dengan penyajian makanan pasien dan alat-alat memasak. Bagi petugas
gizi yang selalu kontak dengan makanan dan pasien, maka berpotensi terinfeksi kuman
patogen. Potensi infeksi juga dapat terjadi dari petugas ke petugas lainnya, atau
keluarganya dan ke masyarakat. Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, perlu adanya
kebijakan yang ketat. Petugas harus memahami keamanan gizi dan tingkatannya,
mempunyai sikap dan kemampuan untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan
pekerjaannya sesuai SPO, serta mengontrol bahan makanan secara baik menurut
pelayanan gizi yang benar.
5
Kepala gizi adalah penanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan K3 gizi.
Dalam pelaksanaannya kepala gizi dapat menunjuk seorang petugas atau
membentuk tim K3 gizi.
6
Keadaan kesehatan petugas gizi harus memenuhi standar kesehatan yang telah
ditentukan di gizi.
Untuk menjamin kesehatan para petugas gizi harus dilakukan hal – hal sebagai
berikut :
c. Pemantauan Kesehatan
Kesehatan setiap petugas gizi harus selalu dipantau, untuk itu setiap
petugas harus mempunyai Kartu Kesehatan yang selalu dibawa setiap saat dan
diperlihatkan kepada dokter bila petugas tersebut sakit. Minimal setiap tahun
dilaksanakan pemeriksaan kesehatan rutin termasuk pemeriksaan
laboratorium.
Bila petugas gizi sakit lebih dari 3 hari tanpa keterangan yang jelas tentang
penyakitnya maka petugas yang bertanggung jawab terhadap K3 gizi harus
melapor pada kepala unit gizi tentang kemungkinan terjadinya pajanan yang
diperoleh dari laboratorium dan menyelidikinya.
3. Sarana dan Prasarana K3 gizi umum yang perlu disiapkan di gizi adalah :
a. Baju kerja, celemek, dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin
dan enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja
b. Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada dilingkungan dapur (jangan
menggunakan sepatu yang berhak tinggi).
c. Menggunakan cempal/serbet pada tempatnya
d. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan
jumlah yang cukup, sabun, alat pengering dsb.
7
e. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah
dijangkau.
f. Tersedia alat/obat P3K yang sederhana
8
8) Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin diruang penerimaan
dan penyimpanan
b. Mencegah kecelakaan di ruang persiapan ,pengolahan dan pada saat distribusi
makanan, misalnya:
1) Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik misalnya
gunakan pisau, golok parutan kelapa yang baik dan tidak bercakap-cakap
selama menggunakan alat tersebut.
2) Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan/mengolah bahan makanan
3) Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk
pemakaiannya.
4) Bersihkan mesin sesuai petunjuk dan matikan mesin jika tidak digunakan
5) Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan
dibersihkan.
6) Berhati-hatilah bila membuka dan menutup, menyalakan atau mematikan
mesin, lampu, gas/listrik dan lain-lainnya.
7) Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan.
8) Mengisi panci-panci menurut ukuran semestinya, dan jangan melebihi
porsi yang ditetapkan
9) Tidak memasukkan muatan ke dalam kereta makan yang melebihi
kapasitasnya.
10) Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapih.
11) Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat dan jangan mengisi terlalu
penuh
a) Perhatikanlah, bila membawa makanan pada baki, jangan sampai
tertumpah atau makanan tersebut tercampur.
b) Perhatikan posisi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan isi
kaleng.
9
dalam ruang gizi. Selain itu, harus pula di sediakan peralatan untuk menangani keadaan
tersebut seperti :
1. Baju kerja, celemek, dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin dan
enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja
2. Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada dilingkungan dapur (jangan
menggunakan sepatu yang berhak tinggi).
3. Menggunakan cempal/serbet pada tempatnya
4. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan jumlah
yang cukup, sabun, alat pengering dsb.
5. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah
dijangkau.
6. Tersedia alat/obat P3K yang sederhana
C. Penanganan Limbah
Gizi dapat menjadi salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan gas yang
berbahaya bila tidak ditangani secara benar. Karena itu pengolahan limbah harus
dilakukan dengan semestinya agar tidak menimbulkan dampak negatif.
1. Penanganan
Prinsip pengolahan limbah adalah : pemisahan dan pengurangan volume. Jenis
limbah harus diidentifikasi dan dipilah – pilah dan mengurangi keseluruhan volume
limbah secara kontinue.
2. Penampungan
Harus diperhatikan serana penampungan limbah harus memadai, diletakkan
pada tempat yang pas, aman dan hygienis. Pemadatan adalah cara yang efisien dalam
penyimpanan limbah yang bisa dibuang dengan landfill, namun pemadatan tidak
boleh dilakukan untuk limbah infeksius dan limbah benda tajam.
3. Pemisahan limbah
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang adalah
dengan cara menggunakan kantong berkode (umumnya menggunakan kode warna).
Namun penggunaan kode tersebut perlu perhatian secukupnya untuk tidak sampai
menimbulkan kebingungan dengan sistem lain yang mungkin juga menggunakan
10
kode warna, mis: kantong untuk linen biasa, linen kotor, dan linen terinfeksi di
rumah sakit dan tempat-tempat perawatan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Agar upaya peningkatan mutu di RSIA PKU Muhammadiyah dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar upaya
peningkatan mutu pelayanan.
A. Mutu Pelayanan
1. Pengertian mutu
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa
b. Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan ( komitmen ) yang selalu
dicurahkan pada pekerjaan.
c. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar
d. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan
2. Pihak yang berkepentingan dengan Mutu
a. Konsumen
b. Pembayar / perusahaan / asuransi
c. Manajemen
d. Karyawan
e. Masyarakat
11
f. Pemerintah
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut diatas berbeda sudut pandang dan
kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional.
3. Dimensi Mutu
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek sosial budaya
4. Mutu terkait dengan Input, Proses, Output
Menurut Dinadebian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur
dengan menggunakan 3 variable,yaitu :
a. Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi,
organisasi, informasi dan lain – lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu
memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan
mutu pelayanan kesehatan adalah perencanaan dan peggerakan pelayanan
kesehatan.
b. Proses ialah interaksiprofesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen
(Pasien / Masyarakat ). Proses ini merupakan variable penilaian mutu yang
penting.
c. Output ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi
pada konsumen ( pasien / masyarakat ), termasuk kepuasan dari konsumen
tersebut.
12
2. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang
dilaksanakn secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien
3. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan pelayanan
kesehatan.
Setiap petugas harus mempunyai kompetensi bidang profesinya, sehingga mutu
pelayanan dapat ditingkatkan, angka kesalahan tindakan dapat diperkecil sesuai dengan
target mutu gizi dan kepuasan pelanggan dapat meningkat.
13
BAB IX
PENUTUP
Pedoman organisasi Unit Gizi yang sudah kita susun bersama, hendaknya menjadi dasar
setiap SDM di Unit Gizi khususnya dan SDM RSIA PKU Muhammadiyah Cipondoh dan
menjalankan organisasi demi tercapainya kinerja yang optimal.
Ditetapkan di : Tangerang
Pada tanggal : 04 Juli 2023
DIREKTUR RSIA PKU MUHAMMADIYAH
CIPONDOH
14