Anda di halaman 1dari 1

TARDIMAN JOYO

Ayah saya bernama Tardiman Joyo.


Ayah lahir di Maras pada tanggal 20 Juni
1979. Beliau adalah anak ke 6 dari 7
bersaudara. Ayah beliau bernama Isum dan
Ibu beliau bernama Imul. Ayah terlahir di
keluarga yang sederhana, dimana orang tua
ayah hanya bekerja sebagai seorang petani.
Dikarenakan perekonomian yang tidak
memungkinkan saat itu, ayah hanya bisa
bersekolah sampai SMA saja.
Saat SD dan SMP, beliau pergi
bersekolah dengan berjalan kaki menempuh
jarak sekitar 1-3 km. Ayah bersekolah di SD
Maras Tengah dan SMP 7 Jambat Akar.
Meskipun jauh, beliau tetap menjalaninya
dengan suka hati.
Saat SMA, ayah tinggal bersama
kakaknya di Manna. Beliau bersekolah di SMA Karya. Beliau bersekolah sambil bekerja
menolong usaha kakaknya yaitu dengan berdagang tempe. Pagi-pagi sekali ayah bersiap
untuk berdagang tempe di pasar, siangnya ayah bersiap untuk pergi ke sekolah. Saat itu SMA
ayah masuk sekitar jam 1 siang. Setelah pulang dari sekolah, ayah langsung menolong
membuat tempe bersama kakaknya. Sejak kecil ayah sudah bekerja upahan di desa untuk
mendapatkan uang jajan.
Setelah lulus SMA Ayah tidak melanjutkan pendidikannya, walaupun kakaknya
menawarkan untuk membantu biaya jika beliau berkuliah tetapi ayah tidak mau merepotkan
dan memutuskan untuk merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Ayah bekerja sebagai
buruh pabrik saat di Jakarta dan disanalah beliau bertemu dengan Ibu.
Setelah beberapa tahun tinggal di Jakarta, ayah memutuskan kembali ke Manna dan
bekerja sebagai pedagang tempe hingga sekarang.
Pada tahun 2002 ayah saya menikah dengan ibu saya. Pada bulan September 2004 ibu saya
melahirkan anak pertamanya yang bernama Elta Putri Setia Nengsi dan pada bulan Desember
2006 melahirkan anak keduanya yaitu saya yang bernama Dendra Ariyanto. Dengan kerja
kerasnya, beliau bisa membeli tanah dan membangun rumah untuk tempat tinggal saya dan
keluarga.
Ayah adalah sosok pekerja keras, sejak kecil beliau sudah hidup mandiri dengan
mencari pekerjaan untuk mendapatkan uang untuk mencukupi keperluan sehari-hari.
Walaupun ayah hanya bekerja sebagai pedagang kecil, namun ayah tidak malu dengan
pekerjaannya, selagi pekerjaan tersebut halal. Ayah rela bekerja siang dan malam tanpa kenal
lelah demi mencukupi kebutuhan keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai