Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

DISUSUN OLEH :

Natanael Oscar Rumbino


2020081024139

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2023
BAB I

KONSEP PENYAKIT

A. Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik ditandai dengan hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes
Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah) atau ketika tubuh tidak
dapat secara aktif menggunakan insulin yang dihasilkan (World Health Organization,
2020).
B. Etiologi
Menurut American Diabetes Association (ADA), (2020) etiologi diabetes melitus
adalah:
1. Diabetes Tipe 1
a. Faktor genetic
Pasien diabetes sendiri tidak mewarisi diabetes tipe 1 dengan sendirinya. tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kerentanan genetik dari diabetes tipe 1, dan
kerentanan genetik ini ada pada individu dengan antigen tipe HLA.
b. Faktor-fakror imunologi
Terdapat reaksi autoimun yang merupakan reaksi abnormal di mana antibodi
secara langsung terarah pada jaringan manusia normal dengan bereaksi terhadap
jaringan yang dianggap sebagai benda asing yaitu autoantibodi terhadap sel
pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Toksin atau virus tertentu yang dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
2. Diabetes Tipe 2
Mekanisme pasti yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada diabetes tipe 2 masih belum jelas. Faktor genetik berperan dalam
perkembangan resistensi insulin menurut Utomo et al (2020), adalah sebagai berikut:
a. Usia
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
C. Patofisiologi
Pada diabetes tipe 2 tedapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin
yaitu: resistensi dan gangguan sekresi insulin, Kedua masalah inilah yang menyebabkan
GLUT dalam darah aktif (Brunner & Suddarth, 2018). Glukose Transporter (GLUT)
yang merupakan senyawa asam amino yang terdapat di dalam berbagai sel yang berperan
dalam proses metabolisme glukosa. Insulin mempunyai tugas yang sangat penting pada
berbagai proses metabolisme dalam tubuh terutama pada metabolisme karbohidrat.
Hormon ini sangat berperan dalam proses utilisasi glukosa oleh hampir seluruh jaringan
tubuh. terutama pada otot, lemak dan hepar (Rini P. S et al, 2018). Pada jaringan perifer
seperti jaringan otot dan lemak, insulin berikatan dengan sejenis reseptor (insulin
receptor substrate) yang terdapat pada membrane sel tersebut. Ikatan antara insulin dan
reseptor akan menghasilkan semacam sinyal yang berguna bagi proses metabolisme
glukosa di dalam sel otot dan lemak, meskipun mekanisme kerja yang sesungguhnya
belum begitu jelas. Setelah berikatan, transduksinya berperan dalam meningkatkan
kuantitas GLUT-4 (Setyawati, 2020).
Proses sintesis dan transaksi GLUT-4 inilah yang bekerja memasukkan glukosa
dari ekstra ke intrasel untuk selanjutnya mengalami metabolisme. Untuk menghasilkan
suatu proses metabolisme glukosa normal, selain diperlukan mekanisme serta dinamika
sekresi yang normal, dibutuhkan pula aksi insulin yang berlangsung normal. Rendahnya
sensitivitas atau tingginya resistensi jaringan tubuh terhadap insulin merupakan salah
satu faktor etiologi terjadinya diabetes, khususnya diabetes melitus tipe 2. Diabetes
melitus tipe 2 terjadi karena sebetulnya insulin tersedia, tetapi tidak bekerja dengan baik
dimana insulin yang ada tidak mampu memasukkan glukosa dari peredaran darah untuk
ke dalam sel- sel tubuh yang memerlukannya sehingga glukosa dalam darah tetap tinggi
yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Hiperglikemia terjadi bukan hanya
disebabkan oleh gangguan sekresi insulin (defisiensi insulin), tapi pada saat bersamaan
juga terjadi rendahnya respons jaringan tubuh terhadap insulin (resistensi insulin)
(Usman, J, 2021).
Defisiensi dan resistensi insulin ini akan memicu sekresi hormon glukagon dan
epinefrin. Glukagon hanya bekerja di hati. Glukagon mula-mula meningkatkan
glikogenolisis yaitu pemecahan glikogen menjadi glukosa dan kemudian meningkatkan
glukoneogenesis yaitu pembentukan karbohidrat oleh protein dan beberapa zat lainnya
oleh hati. Epinefrin selain meningkatkan glikogenolisis dan glukoneogenesis di hati juga
menyebabkan lipolisis di jaringan lemak serta glikogenolisis dan proteolisis di otot.
Gliserol, hasil lipolisis. serta asam amino (alanin dan aspartat) merupakan bahan baku
glukoncogenesis hati. Faktor atau pengaruh lingkungan seperti gaya hidup atau obesitas
akan mempercepat progresivitas perjalanan penyakit. Gangguan metabolisme glukosa
akan berlanjut pada gangguan metabolisme lemak dan protein serta proses kerusakan
berbagai jaringan tubuh (Nasution. 2021).
D. Pathway

E. Manifestasi Klinis
Menurut Febrinasari et al (2020), manifestasi klinis diabetes melitus adalah:
1. Poliuria (sering kencing)
2. Polidipsia (sering merasa haus)
3. Polifagia (sering merasa lapar)
4. Penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya.
Selain hal-hal tersebut, gejala lain adalah:
1. Mengeluh lemah dan kurang energi
2. Kesemutan di tangan atau kaki
3. Mudah terkena infeksi bakteri atau jamur
4. Gatal
5. Mata kabur
6. Penyembuhan luka yang lama.
Manifestasi klinis diabetes melitus menurut (IDF. 2019) adalah:
1. Tipe IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) seperti:
a. Poliuria, polipagia, polidipsia, BB menurun, lemah, dan somnolen
berlangsung beberapa hari atau minggu.
b. Ketoasidosis dan dapat meninggal jika tidak segera ditangani.
c. Biasanya memerlukan terapi insulin untuk mengontrol karbohidrat
2. Tipe NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus) seperti :
a. Jarang menunjukkan gejala klinis
b. Diagnosis didasarkan pada tes darah laboratorium dan tes toleransi
glukosa, Jarang menderita ketoasidosis.
c. Hiperglikemia berat, poliuria, poliuria, kelemahan dan kelesuan.

F. Komplikasi
Komplikasi diabetes melitus sangat mungkin terjadi dan bisa menyerang seluruh
organ tubuh. Apabila kadar gula darah tidak dikendalikan maka akan terjadi komplikasi
baik jangka pendek (akut) maupun jangka panjang (kronis). Menurut Febrinasari et al
(2020) komplikasi diabetes melitus ada 2 (dua) yaitu :

1. Komplikasi diabetes melitus akut


Komplikasi diabetes akut dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu naik turunnya kadar
gula darah secara drastis. Keadaan ini membutuhkan perhatian medis segera, karena
jika terlambat dapat menyebabkan hilangnya kesadaran. kejang dan kematian.
Terdapat 3 macam komplikasi diabetes melitus akut :
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan kondisi dimana turunnya kadar gula darah
secara drastis akibat terlalu banyak insulin dalam tubuh, terlalu banyak
mengonsumsi obat penurun gula darah, atau terlambat makan. Gejala berupa
penglihatan kabur, detak jantung cepat, sakit kepala, gemetar, berkeringat dingin
dan pusing. Kadar gula darah yang terlalu rendah dapat menyebabkan pingsan,
kejang, bahkan koma (Widiastuti. 2020).
b. Ketosiadosis diabetik (KAD)
Ketosiadosis diabetik merupakan keadaan darurat medis yang disebabkan
oleh kadar gula darah yang tinggi. Ini merupakan komplikasi penyakit diabetes
yang terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan gula atau glukosa sebagai
sumber bahan bakar, sehingga tubuh mengolah lemak dan menghasilkan keton
sebagai sumber energi. Jika tidak segera mencari pertolongan medis, kondisi ini
dapat menyebabkan penumpukan asam yang berbahaya di dalam darah,
sehingga dapat menyebabkan dehidrasi, koma, sesak napas, bahkan kematian
(Istianah, 2019).
c. Hyperosmolar hyperglycemic state (HHS)
Situasi ini juga merupakan salah satu situasi darurat, dan tingkat situasi ini
juga merupakan salah satu situasi darurat dimana angka kematian mencapai
20%. Terjadinya HHS disebabkan oleh peningkatan mortalitas sebesar 20%
HHS terjadi karena lonjakan kadar glukosa darah yang sangat tinggi selama
periode waktu tertentu. Gejala HHS ditandai dengan rasa haus, kejang,
kelemahan dan gangguan kesadaran yang menyebabkan koma. Selain itu,
penyakit diabetes yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan komplikasi
serius lainnya yaitu hiperglikemia non ketosis dan sindrom hiperglikemia.
Komplikasi akut diabetes adalah kondisi medis serius yang memerlukan
perawatan dan pemantauan oleh dokter di rumah sakit (Mutia et al, 2021).
2. Komplikasi diabetes melitus kronis
Seringkali komplikasi jangka panjang secara bertahap terjadi saat diabetes tidak
terkontrol dengan baik. Tinggi kadar gula darah yang tidak terkontrol dari waktu ke
waktu akan menyebabkan kerusakan serius pada semua organ tubuh Beberapa
komplikasi jangka panjang pada penyakit diabetes melitus menurut Febrinasari et al.,
2020 yaitu:
a. Gangguan pada mata (retinopati diabetik)
Tingginya kadar gula darah bisa membahayakan pembuluh darah di retina
yang berpotensial menyebabkan kebutaan. Kerusakan pembuluh darah di mata
juga meningkatkan risiko gangguan penglihatan, seperti katarak dan glaukoma.
Deteksi dini dan pengobatan retinopati dapat dicegah atau ditunda secepat
mungkin kehutaan. Dorong penderita diabetes menjalani pemeriksaan mata
secara teratur (Hariyani, 2020),
b. Kerusakan ginjal (nefropati diabetik)
Kerusakan ginjal yang disebabkan oleh DM disebut dengan nefropati
diabetik Situasi ini bisa menyebabkan gagal ginjal dan bahkan bisa
mengakibatkan kematian jika tidak ditangani dengan baik. Saat terjadi gagal
ginjal pasien harus melakukan dialisis rutin atau Transplantasi ginjal. Dikatakan
bahwa diabetes adalah silent killer, karena biasanya tidak menimbulkan gejala
khas pada tahap awal Namun, pada stadium lanjut. gejala seperti anemia,
kelelahan. pembengkakan pada kaki, dan gangguan elektrolit dapat terjadi.
Diagnosis dini, kontrol gula darah dan tekanan darah, manajemen pengobatan
pada tahap awal kerusakan ginjal, dan membatasi asupan protein adalah cara
yang bisa dilakukan dalam menghambat perkembangan diabetes yang
menyebabkan gagal ginjal (Muhammad. 2018).
c. Kerusakan saraf (neuropati diabetik)
Diabetes juga dapat merusak pembuluh darah dan saraf, terutama saraf di
kaki. Kondisi ini disebut neuropati diabetes, ini karena saraf mengalami
kerusakan baik secara langsung akibat tingginya gula darah, maupun karena
penurunan aliran darah menuju saraf, Rusaknya saraf dapat menyebabkan
gangguan sensorik dengan gelaja berupa mati rasa. kesemutan, dan nyeri.
Kerusakan saraf juga bisa mempengaruhi saluran pencernaan (gastroparesis).
Gejalanya berupa mual, muntah dan cepat merasa kenyang saat makan. Pada
pria, komplikasi diabetes bisa menyebabkan disfungsi ereksi atan impotensi
Komplikasi ini dapat dicegah dan penundaan hanya bila diabetes terdeteksi
sejak dini agar kadar gula darah bisa terkontrol melalui pola makan dan gaya
hidup sehat dan minum obat yang sesuai rekomendasi dokter (Isnaini, 2018).
d. Masalah kaki dan kulit
Komplikasi yang juga sangat umum adalah masalah kulit dan luka pada
kaki yang sulit sembuh. Ini karena kerusakan pembuluh darah dan saraf serta
aliran darah kaki yang sangat terbatas. Gula darah yang tinggi bisa
mempermudah bakteri dan jamur berkembang biak. Selain itu, akibat diabetes,
kemampuan tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri juga berkurang. Jika
tidak dirawat dengan baik, kaki penderita diabetes berisiko mengalami cedera
dan infeksi, yang dapat menyebabkan gangren dan ulkus diabetes. Perawatan
luka di kaki penderita diabetes adalah dengan memberi antibiotik, perawatan
luka yang baik, hingga dapat diamputasi jika jaringan rusak ini sudah parah.
e. Penyakit kardiovaskular
Kadar gula darah yang tinggi bisa menyebabkan rusaknya pembuluh
darah sehingga seluruh sirkulasi darah tersumbat termasuk jantung. Komplikasi
yang menyerang jantung dan pembuluh darah yaitu penyakit jantung, stroke,
serangan jantung dan penyempitan arteri (aterosklerosis). (Isnaini, 2019).

G. Pemeriksaan penunjang
Kriteria diagnosa DM adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam.
2. Pemeriksaan glukosa darah ≥ 200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 mg.
3. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan klasik.
4. Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5 % dengan menggunakan metode yang terstandarisasi
oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP). Catatan untuk
diagnosa berdasarkan HbA1c, tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi
standar NGSP, sehingga harus hati-hati dalam membuat interpretasi (Perkeni,
2021).

H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1. Penatalaksanaan Medis
a. Obat Hipoglikemik oral
1) Golongan Sulfonilurea / sulfonylureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengn obat
golongan lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel-
sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe II
dengan berat badan yang berlebihan.
Obat-obat yang beredar dari kelompok ini adalah;
 Glibenklamida (5mg/tablet).
 Glibenklamida micronized (5 mg/tablet).
 Glikasida (80 mg/tablet).
 Glikuidon (30 mg/tablet)
2) Golongan Biguanid/Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki
ambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer). Dianjurkan sebagai obat
tunggal pada pasien dengan kelebihan berat badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan,
sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk
pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.

b. Insulin
1) Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan Human
Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi ), yang beredar
adalah Actrapid. Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita DM tipe II
yang kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil dengan
penggunaan obat obatan anti DM dengan dosis maksimal, atau mengalami
kontraindikasi dengan obat-obatan tersebut, bila mengalami ketoasidosis,
hiperosmolar, dana sidosis laktat, stress berat karena infeksi sistemik, pasien
operasi berat, wanita hamil dengan gejala DM gestasional yang tidak dapat
dikontrol dengan pengendalian diet.
2) Jenis Insulin
 Insulin kerja cepat
Jenis-jenisnya adalah regular insulin, cristalin zink, dan semilente.
 Insulin kerja sedang
Jenis-jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon)
 Insulin kerja lambat
Jenis-jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin) Muttaqin, 2015).

2. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Putra, I. W. A., & Berawi (2018) penatalaksanaan diabetes melitus
dikenal dengan 4 pilar penting dalam mengontrol perjalanan penyakit dan
komplikasi. Empat pilar tersebut adalah :
1. Edukasi
Edukasi yang diberikan adalah pahami perjalanan penyakitnya. pentingnya
pengendalian penyakit, komplikasi dan resikonya, pentingnya intervensi obat dan
pemantauan glukosa darah, bagaimana menangani hipoglikemia, kebutuhan
latihan fisik teratur, dan metode menggunakan fasilitas kesehatan. Mendidik
pasien bertujuan agar pasien bisa mengontrol gula darah dan kurangi komplikasi
serta meningkatkan keterampilan perawatan diri sendirian. Diabetes tipe 2
biasanya terjadi pada saat gaya hidup dan perilaku terbentuk kuat. Petugas
kesehatan mendampingi pasien dan memberikan pendidikan dalam upaya
meningkatkan motivasi dan perubahan perilaku. Tujuan jangka panjang yang
ingin dicapai dengan memberikan edukasi antara lain: Penderita diabetes bisa
hidup lebih lama dalam kebahagiaan karena kualitas hidup sudah menjadi
kebutuhan seseorang, membantu penderita diabetes bisa merawat diri sendiri
sehingga kemungkinan komplikasi dapat dikurangi, kselain itu jumlah hari sakit
bisa ditekan, meningkatkan perkembangan penderita diabetes, sehingga bisa
berfungsi normal dan manfaatkan sebaik-baiknya (Imelda, 2019).
2. Terapi nutrisi
Perencanaan makan yang bagus merupakan bagian penting dari manajemen
diabetes yang komprehensif. Diet keseimbangan akan mengurangi beban kerja
insulin dengan meniadakan pekerjaan insulin dalam mengubah gula menjadi
glikogen. Keberhasilan terapi ini melibatkan dokter. perawat, ahli gizi, pasien itu
sendiri dan keluarganya. Intervensi nutrisi bertujuan untuk menurunkan berat
badan dan memperbaiki gula darah dan lipid darah pada pasien diabetes yang
kegemukan dan menderita morbiditas. Penderita diabetes dan kegemukan akan
memiliki resiko yang lebih tinggi daripada mereka yang hanya kegemukan
(Nurdin, 2021).
3. Aktifitas fisik
Kegiatan fisik setiap hari latihan fisik teratur (3-4 kali seminggu sekitar 30
menit), adalah salah satu pilar pengelolaan DMT2. Aktivitas sehari-hari seperti
berjalan kaki ke pasar, naik turun tangga, dan berkebun tetap harus dilakukan
untuk menjaga kesehatan, menurunkan berat badan, dan memperbaiki sensitivitas
insulin. Latihan fisik dianjurkan yaitu berupa senam aerobik seperti jalan kaki,
bersepeda, jogging, dan berenang. sebaiknya latihan fisik disesuaikan dengan
umur dan status kesegaran. Bagi mereka yang relatif sehat, dapat meningkatkan
intensitas latihan fisik, dan mereka yang mengalami komplikasi diabetes dapat
dikurangi (Kistianita, 2018).
4. Farmakologi
Terapi farmakologis diberikan bersamaan dengan diet dan latihan fisik (gaya
hidup schat). Pengobatan termasuk dari obat-obatan oral dan suntikan. Obat
hipoglikemik oral berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan:
Memicu sekresi insulin sulfonylurea dan glinid, peningkatan metformin insulin
dan thiazolidinone, penghambat glukoneogenesis, penghambat penyerapan
glukosa: penghambat glukosidase, penghambat alfa. DPP-IV inhibitor
pertumbuhan dan status gizi, usia, stres akut dan latihan fisik untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan yang ideal. Total kalori yang dibutuhkan dihitung
berdasarkan berat tubuh ideal dikalikan dengan kebutuhan kalori dasar (30
Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25 Kkal/kg BB untuk wanita). Lalu tambahkan
kalori yang dibutuhkan untuk aktivitas (10-30% atlet dan pekerja berat bisa lebih
banyak lagi, sesuai dengan kalori yang dikeluarkan). Makanan berkalori berisi
tiga makanan utama pagi (20%), sore (30%) dan malam (25%) dan 2-3 porsi
(makanan ringan 10-15%) (Priyanto, 2018).

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan dilakukan secara komprehensif meliputi pengumpulan data, pola
fungsional kesehatan menurut gordon dan pemeriksaan fisik (Kartikasari et al., 2020).
1. Identitas pasien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, alamat,
suku/bangsa, diagnosa medis dan lain sebagainya.
2. Keluhan utama
Biasanya keluhan yang sering di alami adanya nyeri pada luka atau pesendian, badan
lemas, luka yang tak kunjung sembuh, bau luka khas diabetes, hambatan dalam
aktivitas fisik.
3. Status kesehatan saat ini
Terkait kondisi yang sedang dialami karena penyakitnya seperti luka, rasa nyeri,
nafsu makan berkurang, dan infeksi pada tulang (osteomielitis) di area luka.
4. Riwayat kesehatan lalu
Adanya riwayat penyakit terdahulu yang menyertainya yang terkait dengan diabetes
melitus seperti hipertensi dan lain sebagainya yang mempengaruhi defisiensi insulin
serta riwayat penggunaan obat- obatan yang biasa di konsumsi penderita.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Berdasarkan riwayat keluarga penderita diabetes melitus biasanya mempunyai faktor
genetik dari salah satu keluarganya yang mempengaruhi defiensi insulin seperti
hipertensi.
6. Pola fungsional kesehatan
Pola fungsional kesehatan berdasarkan data fokus meliputi :
a. Pola persepsi dan manajemen Kesehatan
Terkait kondisi pasien dalam menyikapi kesehatannya berdasarkan tingkat
pengetahuan, perubahan persepsi, tingkat kepatuhan dalam menjalani
pengobatan dan pola mekanisme koping terhadap penyakitnya.
b. Pola nutrisi dan metabolism
Efek dari defisiensi insulin akan menyebabkan beberapa kemungkinan seperti
polidipsi, polifagia, poliuria maka dalam memenuhi kebutuhan nutrisi serta
dalam proses metabolisme akan mengalami beberapa perubahan.
c. Pola eliminasi
Kadar gula yang terlalu tinggi menyebabkan penderita diabetes melitus sering
buang air kecil dengan jumlah urine yang melebihi batas normal.
d. Pola istirahat dan tidur
Pada penderita penyakit diabetes melitus biasanya mengalami ketidaknyamanan
dalam pola istirahat dan tidurnya karena diakibatkan adanya tanda dan gejala
dari penyakitnya sehingga harus beradaptasi terkait dengan penyakitnya.
e. Pola aktivitas dan Latihan
Akibat nyeri dan adanya luka pada kaki penderita diabetes melitus
menyebabkan adanya hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan
penderita cenderung mempunyai keterbatasan dalam mobilitas fisiknya di
karenakan kelemahan atau ketidakberdayaan akibat penyakitnya.
f. Pola Kognitif-Perseptual sensori
Pada penderita diabetes melitus cenderung mengalami beberapa komplikasi
pada penyakitnya yang mengakibatkan adanya perubahan dalam persepsi dan
mekanisme kopingnya.
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
Penyakit diabetes melitus akan mengakibatkan perubahan pada fungsional tubuh
yang akan mempengaruhi gambaran diri atau citra diri pada individu yang
menderita diabetes.
h. Pola mekanisme koping
Akibat penyakit diabetes melitus yang menahun menyebabkan penyakit ini akan
menimbulkan permasalahan baru pada penderitanya termasuk pada pola
pemikiran dari adaptif akan menuju ke maladatif sehingga secara otomatis akan
mempengaruhi mekanisme koping.
i. Pola Seksual-Reproduksi
Penyakit diabetes yang menahun dapat menimbulkan kelainan pada organ
reproduksi, penurunan rangsangan dan gairah pada penderitanya.
j. Pola peran berhubungan dengan orang lain
Penderita diabetes yang mengalami luka yang tak kunjung sembuh akan
menyebabkan dirinya merasa minder atau merasa malu dan cenderung akan
menarik diri.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Akibat dari penyakit diabetes melitus dapat mempengaruhi fungsional struktur
tubuh sehingga dapat menyebabkan perubahan status kesehatan pada penderita
diabetes dan akan mempengaruhi perubahan dalam pelaksanaan kegiatan dalam
beribadah.
l. Pemeriksaan fisik Head to Toe
Suatu tindakan dalam memeriksa keseluruhan tubuh pasien dari ujung kepala
sampai dengan ujung kaki dengan menggunakan metode pemeriksaan fisik yaitu
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi yang bertujuan untuk menentukan
status kesehatan pasien.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Dalam Darah
2. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
3. Resiko Infeksi
4. Nyeri Akut

C. Luaran dan Rencana/Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)


(SDKI) (SLKI)
1. D.0027 Setelah dilakukan intervensi SIKI Label
Ketidakstabilan kadar keperawatan maka diharapkan Manajemen hiperglikemia
glukosa darah b.d diabetes kestabilan kadar glukosa darah Observasi
melitus. Dibuktikan dengan : teratasi, dengan kriteria : 1. Monitor kadar glukosa darah,
Hipoglikemia Kestabilan kadar glukosa jika perlu
1. Gangguan koordinasi darah 2. Monitor tanda dan gejala
2. Kadar glukosa salam 1. Koordinasi meningkat 5 hiperglikemia (mis. poliuria,
darah/urin rendah 2. Mengantuk menurun 5 polidipsia, polifagia, kelemahan,
3. Gemetar 3. Pusing menurun 5 malaise, pandangan kabur, sakit
4. Kesadaran menurun 4. Lelah/lesu menurun 5 kepala)
5. Sulit berbicara 5. Keluhan lapar menurun 5 3. Monitor intake dan output cairan
6. keringat 6. Kadar glukosa dalam darah Terapeutik
membaik 5 1. Berikan asupan cairan oral
Hiperglikemia Edukasi
1. Kadar glukosa dalam 1. Anjurkan kepatuhan terhadap
darah/urin tinggi diet dan olahraga
2. Jumlah urin meningkat 2. Anjurkan pengelolaan diabetes
(mis. penggunaan insulin, obat
oral, monitor asupan cairan,
penggantian karbohidrat dan
bantuan professional kesehatan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin,
jika perlu
2. Kolaborasi pemberian cairan IV,
jika perlu
2. D.0077 Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
Nyeri akut b.d agens cedera selama maka di harapkan Observasi
biologis (penurunan perfusi Tingkat nyeri menurun dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
perifer) dibuktikam dengan : kriteria hasil : durasi, frekuensi, intensitas
1. Tampak meringis Tingkat Nyeri nyeri
2. Bersikap protektif (mis. 1. Kemampuan menuntaskan 2. Identifikasi sekala nyeri
Waspada, posisi aktivitas meningkat 5 3. Identifikasi respon nyeri verbal
menghindari nyeri) 2. Keluhan nyeri menurun 5 dan nonverbal
3. Gelisah 3. Meringis menurun 5 4. Identifikasi faktor yang
4. Frekuensi nadi 4. Gelisah menurun 5 memperberat dan memperingan
meningkat 5. Kesulitan tidur menurun 5 nyeri
5. Sulit tidur 6. Diapforesis menurun 5 5. Identifikasi pengetahuan dan
6. Tekanan darah 7. Perasaan depresi keyakinan tentang nyeri
meningkat 8. Ketegangan otot menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya
7. Pola napas berubah 5 terhadap respon nyeri
8. Nafsu makan berubah 9. Pupil dilatasi menurun 5 7. Identifikasi pengaruh nyeri
9. Menarik diri 10. Frekuensi nadi membaik 5 pada kualitas hidup
11. Pola napas membaik 5 8. Monitor keberhasilan terapi
12. Tekanan darah membaik 5 komplementer yang sudah
13. Pola tidur membaik 5 diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri
2. Control lingkungan yang
memberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istoirahat tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi pemicu nyeri
3. Anjurkan memonitoring nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analetik
Pemberian analgesic
Observasi
1. Identifikasi karakteristik nyeri
2. Identifikasi riwayat alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian jenis
analgesic dengan tingkat
keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah pemberian
analgesic
5. Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
1. Diskusikan jenis analgesic yang
disukai untuk mencapai
analgesia optimal
2. Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, atau bolus opioid
untuk mempertahankan kadar
dalam serum
3. Tetapkan target efektifitas
analgesic untuk
mengoptimalkan respon pasien
4. Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesic dan
efek yang tidak diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesic, sesuai indikasi
3. D.0142 Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Infeksi
Risiko infeksi d.b penyakit keperawatan selama, maka Observasi
kronis diabetes mellitus diharapkan tidak terjadi infeksi 1. Monitor tanda dan gejala
pada pasien, dengan kriteria : infeksi lokal dan sistemik
Tingkat Infeksi Terapeutik
1. Kebersihan tangan 1. Batasi jumlah pengunjung
meningkat 5 2. Berikan perawatan kulit pada
2. Kebersihan badan area edema
meningkat 5 3. Cuci tangan sebelum dan
3. Nafsu makan meningkat 5 sesudah kontak dengan pasien
4. Demam menurun 5 dan lingkungan pasien
5. Kemerahan menurun 5 4. Pertahankan Teknik aseptik
6. Nyeri menurun 5 pada pasien berisiko tinggi
7. Bengkak menurun 5 Edukasi
8. Cairan berbau busuk 1. Jelaskan tanda dan gejala
menurun 5 infeksi
9. Letargi menurun 5 2. Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

4. D.0129 Setelah dilakukan intervensi Perawatan Integritas Kulit


Gangguan integritas kulit b.d keperawatan selama maka Observasi
gangguan sensasi akibat diharapkan integritas kulit dan 1. Identifikasi penyebab gangguan
diabetes melitus. Dibuktikan jaringan meningkat, dengan integritas kulit (mis. Perubahan
dengan : kriteria : sirkulasi, perubahan status
1. Kerusakan jaringan / Integritas Kulit dan Jaringan nutrisi, penurunan kelembaban,
lapisan kulit 1. Elastisitas kulit meningkat suhu lingkungan ekstrem,
2. Nyeri 5 penurunan mobilitas)
3. Perdarahan 2. Hidrasi kulit meningkat 5 Terapeutik
4. Kemerahan 3. Kerusakan jaringan 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
5. Hematoma menurun 5 baring
4. Kerusakan lapisan kulit 2. Lakukan pemijatan pada area
menurun 5 penonjolan tulang, jika perlu
5. Nyeri menurun 5 3. Bersihkan perineal dengan air
6. Perdarahan menurun 5 hangat
7. Kemerahan menurun 5 4. Gunakan produk berbahan
8. Suhu kulit membaik 5 petroleum atau minyak pada
9. Sensasi membaik 5 kulit kering
5. Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitive
6. Hindari produk berbahan dasar
alcohol pada kulit kering
Edukasi
1. Anjurkan memnggunakan
pelembab (mis. Lotion, serum)
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrem
6. Anjurkan menggunakan tabir
surya SPF minimal 30 saat
berada di luar rumah
7. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya

BAB II
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian

A. Identitas

Nama : Tn.Z No. Mr 522291

Umur : 45 Th Ruangan Rawat :Ambunsur Lntai 3

Agama : Islam Tanggal Masuk :13- 06-2019

Jenis Kelamin :Laki laki Tanggal Pengkajian : 20-06-2019

Status :Kawin

Pekerjaan :Sopir

Pendidikan :Smp

Alamat :Jl. Hamka no.4 Tarok Dipo Guguak Panjang Bukitinggi

Penanggung Jawab

Nama : Ny. L

Umur : 43 Th

Hub. Keluarga :

Istri Pekerjaan : IRT

B. Alasan Masuk

Klien diantar keluarga ke Rumah Sakit Achmad Mocthar Bukittingi pada

tanggal 13 Juni 2019 dengan keluhan badan lemas, pusing, gula darah tinggi

dan juga ada luka di kaki sebelah kiri,luka terasa nyeri.


C. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada saat pengkajian klien mengatakan badan klien terasa letih Dan

lemah, dan sering merasa haus dan lapar,klien mengatakan klien sering

mual dan muntah, dan belum BAB sejak masuk rumah sakit, klien

mengatakan sering BAK yaitu sebanyak 10 x/perhari, klien mengatakan

gula darah tinggi saat masuk rumah sakit, karena klien jarang kontrol ke

rumah sakit kadar gula darah klien yaitu: 284,klien mengatakan ada luka

dikaki sebelah kanan dan nyeri pada bagian luka,klien mengatakan tidak

nyaman dengan luka nya dikaki terdapat pus pada kaki yang luka, klien

mengatkan susah saat beraktivitas

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien menderita penyakit Diabetes selama 14 tahun yang lalu ,pasien

tidak pernah dirawat karna penyakit Diabetes, klien hanya berobat

kepukesmas , tapi jarang minum obat.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien dan keluarganya mengatakan ada anggota keluarganya yang

menderita penyakit Diabetes, yaitu ibu klien


Genogram

Keterangan

: laki laki

: Perempuan

: Klien

Meninggal

: serumah

D. Pemeriksaan fisik

a. Tingkat Kesadaran : Compos mentis

b. GCS : 15 (E=4 ,V=5, M=6)

c. BB/TB : 57 Kg/ 160 Cm

d. Keadaan umum : Baik

e. Tanda- tanda vital : TD = 120/80 mmHg


Nadi = 80 x/i

P = 21 x/i

Suhu= 36,8

°C

1. Kepala

a. Rambut

Bentuk kepala bulat, rambut hitam , tidak terdapat benjolan, rambut

bersih, tidak ada ketombe.

b. Mata

Simetris kiri dan kanan,congjungtiva tidak anemis,sklera tidak ikterik,

tidak ada menggunakan alat bantu penglihatan ( Kaca mata), reflek pupil

isokor, reflek cahaya (+/+), Ukuran pupil 2 ml.

c. Telinga

Simetris kiri dan kanan, tidak ada pendarahan, tidak ada serumen,

telinga bersih, cairan pada telinga tidak ada,pendengaran klien masih

baik

d. Hidung

Simetris kiri dan kanan, ada benjolan di hidung, pasien tidak terpasang

O2, penciman normal

e. Mulut dan gigi

Keadaan mulut bersih, mukosa bibir kering, gigi klien kelihatan bersih ,

tidak ada kelainan pada bibir seperti bibir sumbing.

2. Leher

Simetris kiri dan kanan, Vena jugularis tidak teraba, dan tidak ada

pembengkan kelenjar tiroid, dan tidak ada terdapat lesi

3. Thorax
1) Paru- paru

I : simetris kiri dan kanan pergerakan dinding dada

P : tidak teraba nyeri tekan , tidak ada pembengkakan

P : Terdengar bunyi sonor disemua lapang paru

A: Tidak ada suara nafas tambahan/ vesikuler

2) Jantung

I : dada simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas luka, tidak ada

pembesaran pada jantung.

P: tidak ada pembengkakan/benjolan tidak ada nyeri tekan.

P: Bunyi suara jantung redup

A: bunyi jantung I (lup) dan bunyi jantung II (dup), tidak ada bunyi

tambahan, Teratur dan tidak ada bunyi tambahan seperti mur-mur dan

gallop.

4. Abdomen

I : Simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas operasi, warna kulit sama,

tidak ada terdapat lesi

A: bising usus 12x/i di kuadran ke 3 kanan bawah abdomen

P: tidak ada nyeri tekan pada abdomen

P: terdengar bunyi timpani

5. Punggung

Tidak teraba bengkak, simetris kiri dan kanan, dan tidak ada lesi pada

punggung, dan juga tidak ada dukubitus pada punggung.

6. Ektermitas

Bagian Atas : Tangan sebelah kiri terpasang infus Nacl 20 tts, tidak

ada edema, keadaan selang infus bersih.


Bagian Bawah : simetris kiri dan kanan, Kaki kiri terdapat luka

,terdapat edema dikaki sebelah kanan

kekuatan otot 5555 5555

4444 5555

7. Genetalia

Klien tidak diperiksa , klien tidak terpasang kateter.

8. Integumen

Kulit tampak tidak bersih,ada bekas luka dikulit, kering, luka di bagian

sela sela kaki,terdapat edema kaki sebelah kanan

9. Persyarafan
Tabel 3.1 persyarafan
No Nervus Hasil pemeriksaan
1. Olfaktorius Baik, tidak ada gangguan penciuman
2. Optikus Baik, tidak ada gangguan penglihatan
3. Oculomotorius Pergerakan bola mata tidak terganggu
4. Trochlearis Pergerakan bola mata tidak terganggu
5. Abdusen Pergerakan mata tidak terganggu
6 Trigeminus Reaksi sentuhan baik, pergerakan rahang
tidak terganggu
7. Facialis Tidak ada gangguan pengecapan, mampu
mengekspresikan rasa manis,asam, pahit,
asin dengan baik
8. Vestibulotrochlearis Mampu menjaga keseimbangan dengan
baik, tidak ada gangguan pendengaran
9. Glassofaringeus Tidak ada gangguan pengecapan
10. Vagus Tidak ada gangguan
11. Assesorius Tidak ada gangguan pada pergerakan
12 Hipoglasus kepala
Tidak ada gangguan pada pergerakan
lidah
E. Data Biologis

TABEL 3.2Data Biologis

No Aktifitas Sehat Sakit


1 Makan dan minumanNutrisi
a. Makanan
1. Menu Nasi dan sayur Diet :ML
2. Porsi Habis 1 piring Habis ¼
3. Pantangan Tidak ada porsi
Tidak ada
b. Minuman
1. Jumlah 7-8 gelas
2. Pantangan Tidak ada 5-6 gelas
Tidak ada
2 Eliminasi
a. BAB
1. Frekuensi 1x dalam sehari 1x seminggu
2. Warna Kuning Kuning
3. Bau Khas Khas
4. Konsistensi Lembab Lembab
5. Kesulitan Tidak ada ada
b. BAK
1. Frekuensi 5-6 x sehari 3x sehari
2. Warna Kuning kuning
3. Bau Pesing Pesing
4. Konsistensi Cair Cair
5. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
3. Istirahat dan tidur
a. waktu tidur malam siang malam
b. lama tidur 8 jam 9 jam,
c. hal yang mempermudah Tidak ada Tidak ada
tidur Tidak ada Ada, karna
d. kesulitan tidur nyeri
4 Personal hygine
a. mandi 2x sehari 1 x 2 sehari
b. cuci rambut 1 x sehari Tidak ada
c. gosok gigi 2 kali sehari 1 x 2 sehari
d. potong kuku 1 x seminggu 1x seminggu

F. Riwayat Alergi

Klien mengatakan tidak ada alergi obat, dan makanan

G. Data Psikologis

Prilaku Verbal

a. Cara menjawab
Klien menjawab pertanyaan dari orang lain selalu jelas

b. Cara memberi informasi

Klien selalu memberi informasi dengan jelas dan mudah dipahami

orang lain

c. Emosi

Klien tidak mudah emosi saat ada masalah baik kekeluarga maupun

orang lain

d. Persepsi penyakit

Klien pasrah dengan penyakitnya dan mencoba tetap

semangat,kadang timbul perasaan sedih karena tidak bisa melakukan

apa apa lagi ,terutama berkumpul dengan keluarga karena sedang

menjalin perawatan dirs

e. Adaptasi

Sejak sakit klien kurang bergaul dengan orang sekitarnya.

f. Mekanisme pertahanan diri

Klien tampak semangat walaupun dalam keadaan sakit

H. Data Sosial Ekonomi

Keluarga klien mengatakan penghasilan keluarga dari suaminya sebagai

sopir dan anak nya.untuk berobat klien tidak menggunakan BPJS.


I. Data Spritual

Klien yakin terhadap tuhan dan percaya penyakit ini adalah ujian dari yang

maha kuasa, klien yakin dengan agamanya, klien sebelum sakit sholat 5

waktu sehari semalam, selama klien dirawat klien tidak pernah melakukan

sholat 5x sehari dan tidak pernah berdzikir, tetapi selama dirawat di Rs klien

tidak mampu untuk sholat dan berdzikir

J. Data Penunjang

a. Pemeriksaan labor

13-06-2019

Tabel 3.3 laboratorium


PARAMETER NILAI RUJUKAN KETERANGAN
HGB 10.0 [g/dL] P 13.0- 16.0 Turun
W 12.0-14.0
RBC 3,67 [10^6/ul] P 4.5- 5.5 W 4.0- 5.0 Turun
HCT 30,1 [%] P 40.0- 48.0 Turun
W 37.0- 43.0
MCV 82.0 [fl]
MCH 27.2 [pg]
MCHC 33,2 [g/dl]
RDW-SD 39.8 [fl]
RDW-CV 13.7 [%]

WBC 27.31 [10^3/ul] 5.0-10.0 Naik


EO% 0.2 [%] 1-3 Turun
BASO% 0.2 [%] 0-1 Baik
NEUT% 87.5 [%] 50-70 Naik
LYMPH% 38.7 [%] 20-40 Baik
MONO% 7.4 [%] 2-8 Baik
EO% 0.06 [10^3ul]
BASO% 0.06 [10^3ul]
NEUT% 23,89 [10^3ul]
LYMPH% 1.27 [10^3ul]
MONO% 2.30 [10^3ul]
Guldarah/Gds 284 [mg/dl] 74-106 Naik
puasa
Albumin 1.41 [g/dl] 3.8-5.4 Turun
Urine 42,2 [mg/dl] 15-43 Baik

K. Data Pengobatan

Tabel 3.4 Data Pengobatan


N Nama Obat Dosis Indikasi Kontra Efek samping
O indikasi
1 Glikosrazol 2x1 Obat yang Untuk Iritasi saluran
hari digunakan penyakit pencernaan,mual
untuk diabetes ginjal, parumuntah perut
kembung
2 Insulin 3x6 io Obat untuk hipoglikemi Kadar insulin
menegendalika a dalam darah
n gula darah menurun,pusing
3 Ondansentro 2x1 Obat mnecegah Ibu hamil Sakit kepala,
n hari mual ,hipersensiti pusing,mudah
f terhadap mengantuk
obat
4 NACL 0,9 500m Untuk mengatur hipersensiti Detak jantung
% g jumlah air f cepat,iritasi,nyer
dalam tubuh i sendi

5 metronidazol 3x1 Untuk Alergi dan Perasaan mual


e hari membasmi ibu hamil muntah,penurun
bakteri dalam an nafsu makan
tubuh
6 plasbumin 25% Untuk pasien Anemia Peningkatan air
hipoalbuminem berat liur,mual muntah
ia jantung

L. Data fokus

 Data Subjektif

 Pasien mengatakan badan lemah dan letih

 Pasien mengatkan sering merasa haus dan lapar

 Pasien Sering buang aiar kecil sebanyak 10 x

 klien mengatakan nyeri pada kaki pada kaki yang luka

 klien mengatkan tidak nyaman dengan luka di kakinya


 klien mengatakan luka sejak 3 bulan sebelum masuk

 klien mengatakan ada luka dikaki sebelah kiri

 klien mengatakan luka masih basah

 klien mengtakan aktivitas dibantu keluarga

 klien mengatkan aktivitas tebatas

 Data Objektif

 Gula darah ,284)

 Klien tampak lelah

 Klien tampak sering buang air kecil

 Klien tampak sering minum

 Klien meringis kesakitan

 Skala nyeri 7

 Klien tampak gelisah

 Terdapat nyeri tekan di daerah kaki yang luka

 Klien tampak mengerakan bagian yang nyeri saat disentuh kakinya

 Klien tampak meringis kesakitan pada kaki

 Terdapat pus didaerah kaki yang luka

 Tampak edema, terdapat (luka terbuka),ukuran 2x2x3 cm


 aktivitas klien tampak dibantu keluaraga

 saat makan klien nampak dibantu keluarga

 saat duduk klien tampak dibantu keluarga

 saat kekamar mandi klien tampak dibantu keluarga

TABEL 3.5

ANALISA

DATA

No Data Masalah Etiologi

1 DS Ketidakstabilan gula Resistensi insulin


 Pasien mengatakan badan
lemah dan letih darah
 Pasien mengatkan sering
merasa haus
 Pasien Sering buang air
kecil sebanyak 10 x
DO
 (Gula darah ,284)
 Klien tampak lelah
 Klien tampak sering buang
air kecil
 Klien tampak sering minum
2 DS Nyeri Akut Agen Cedera fisik
 Klien mengatakan nyeri pada
kakinya yang luka
 Keluarga mengatakan
pasien tidak nyaman dengan
lukanya
DO
 Klien meringis kesakitan
 Skala nyeri 7
 Klien tampak gelisah
 Terdapat nyeri tekan di
daerah kaki yang luka
 Klien tampak mengerakan
bagian yang nyeri saat
disentuh kakinya
3 DS Infeksi Peningkatan
 Klien mengatakan luka
masih basah dan berbau Leukosit
 klien mengatakan ada luka
dikaki sebelah kiri
 klien mengatakan luka sejak
3 bulan sebelum masuk
DO
 Terdapat pus didaerah kaki
yang luka
 Leukosit 27.33[10^3/ul}]
 Tampak edema, terdapat
(luka terbuka),ukuran 2x2x3
cm
4 DS Intoleransi Aktivitas Imobilitas
 klien mengtakan aktivitas
dibantu keluarga
 klien mengatakan aktivitas
tebatas
DO
 aktivitas klien tampak
dibantu keluaraga
 saat makan klien nampak
dibantu keluarga
 saat duduk klien tampak
dibantu keluarga
 saat kekamar mandi klien
tampak dibantu keluarga

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakstabilan gula darah b.d resistensi insulin

2. Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik

3. Infeksi b.d peningkatan Leukosit

4. Intoleransi Aktivitas b.d imobilitas


3.1 RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Ketidakstabilan gula darah Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Manajemen hiperglikemia
b.d resistensi insulin selama 1x 24 jam maka ketidakstabilan gula Observasi :
darah membaik
DS - Identifikasi kemungkinan penyebab
KH :
hiperglikemia
 Pasien mengatakan - Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
badan lemah dan letih  Kestabilan kadar glukosa darah
 Pasien mengatkan membaik Terapeutik :
sering minum  Status nutrisi membaik
 Tingkat pengetahuan meningkat - Berikan asupan cairan oral
 Pasien Sering buang
aiar kecil ±10 X Edukasi :
DO - Ajurkan kepatuhan terhadap diet
 Gula darah puasa Kolaborasi :
,284)
 Klien tampak lelah - Kolaborasi pemberian insulin 6 Iu
 Edukasi program pengobatan
 Klien tampa sering
buang air kecil Observasi :
 Klien tampak sering
minum - Identifikasi pengobatan yang
direkomendasi

Terapeutik :
- Berikan dukungan untuk menjalani
program pengobatan dengan baik dan
benar
Edukasi:
- Jelaskan mamfaat dan efek samping
pengobatan
- Anjurkan mengosomsi obat sesuai
Indikasi
2 Nyeri Akut b.d Agen cedera Setelah dilakukan tindakan Keperawatan 1  Manajemen nyeri
fisik x24 jam diharapkan nyeri menurun
DS KH : Observasi :

 Klien mengatakan nyeri  Tingkat nyeri menurun - Identifikasi identifikasi lokasi,


pada kakinya yang  Penyembuhan luka membaik karakteristik, durasi, frekuensi,
luka  Tingkat cidera menurun kualitas,intensitas nyeri
 Keluarga mengatakan - Identifikasi skala nyeri
Terapeutik :
pasien tidak nyaman
- Berikan teknik non farmakologis untuk
dengan lukanya
mengurangi rasa nyeri
DO
Edukasi:
 Klien meringis - Jelaskan penyebab dan periode dan
kesakitan
 Klien meringis
kesakitan
 Skala nyeri 7
 Klien tampak gelisah pemicu nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi

pemberian analgetik

 Edukasi teknik nafas dalam

Observasi :

- Identifikasi kesiapan dan kemampuan


menerima informasi
Terapeutik :

- Sediakan materi dan media pendidikan


kesehatan
Edukasi:

- Jelaskan tujuan dan mamafaat teknik


nafas dalam
- Jelaskan prosedur teknik nafas dalam
3 Infeksi b.d Setelah dilakukan tintdakan keperawatan  Pengcegahan Infeksi
Peningkatan selama 1x 24 jam maka tingkat infeksi
Leukosit. menurun Observasi
DS
KH : - Monitor tanda
 Klien mengatakan  Tingkat nyeri menurun
dan gejala infeksi
luka masih basah dan  Integritas kulit dan jaringan
lokal dan sistematik
berbau Membaik Terapetik
 klien mengatakan ada  Kontrol resiko meningkat
- Berikan perawatan kulit pada area
luka dikaki sebelah
edema
kiri
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
 klien mengatakan luka
dengan pasien dan lingkungan pasien
sejak 3 bulan sebelum
Edukasi
masuk
DO - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
 Terdapat pus didaerah
kaki yang luka Kolaborasi
 Leukosit
- Kolaborasi pemberian analgetik
27.33[10^3/ul]
 Perawatan luka
 Tampakedema,
terdapat (luka Observasi :
terbuka) ,ukuran
2x2x3 cm - Monitor karakteristik luka (drainase,
warna ukuran, bau)
- Monitor tanda tanda infeksi

Terapeutik :

- Lepaskan balutan dan plester seccara


perlahan
- Bersihkan dengan Nacl
- Bersihkan jaringan nikrotik
- Berikan salaf yang sesuai kekulit
- Pertahan teknik steril saat
melakkanperawtan luka

Edukasi:

- Jelaskan tanda,gejala infeksi

Kolaborasi:

- Kolaborasi prosedur debridement

4 Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan tintdakan keperawatan  Terapi aktivitas


imobilitas selama 1x 24 jam intoleransi aktivitas
membaik Observasi :
DS
KH : - Identifikasi defisit tingkat aktivitas
 klien mengtakan  Toleransi aktivitas - Identifikasi kemapuan berpartisipasi
aktivitas dibantu  Ambulasi dalam aktivitas tertentu
keluarga  Tingkat keletihan
Terapeutik :
 klien mengatkan
aktivitas tebatas - Fasilitasi pasien dan keluarga
dalam menyesuiakan lingkungan
DO
untuk mengakomodasi aktivitas
 aktivitas klien tampak yang di pilih
dibantu keluaraga - Libatkan keluarga dalam aktivitas

 aktivitas tampak Edukasi:


terbatas
- Ajarkan cara
 saat makan klien
nampak dibantu melakukan aktivitas
keluarga yang dipilih

 Manajenen program latihan


Observasi :
- Identifikasi pengetahuan dan
pengalaman aktivitas fisik
sebelumnya
- Identifikasi kemampuan pasien
beraktivitas
Terapeutik :

- Motivasi untuk memulai/


melanjutkan aktivitas fisik
Edukasi:

- Jelaskan mamnfaat aktivitas fisik

N HARI/TANGG DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


O AL
1 Kamis 20-06- Ketidakstabilan 08.00  Melakukan manajemen S:
. 2019 gula darah hiperglikemia  Pasien mengatakan tidak bisa
berhubungan Observasi : mengontrol pola makan
dengan - Mengidentifikasi  Pasien mengatakan sering merasa
resistensi kemungkinan penyebab haus
insulin hiperglikemia(dengan cara  Pasien Sering buang aiar kecil
menanyakan bagaimana pola sebanyak ± 10 x
makan klien)  Keluarga klien mengatakan klien
- Memonitor tanda dan gejala minum obat
hiperglikemia(dengan cara O:
menanyakan apakah sering  (Gula darah puasa,284)
haus dan lapar dan sering  Klien tampak tidak bisa
BAK mengontrol pola makan
Terapeutik :  Klien tampak lelah
- Memberikan asupan cairan  Klien tampa sering buang air kecil
oral(menberikan minum pada  Klien tampak sering minum
pasien)
Edukasi : A : Masalah belum tertasi Ketidakstabilan
- mengajurkan kepatuhan gula darah
terhadap diet P :intervensi dilanjutkan
Kolaborasi :
 Melakukan manajemen
- melakukan kolaborasi hiperglikemia
pemberian insulin sebanyak
6 unit  Melakukan edukasi program
08.30  Melakukan edukasi program pengobatan
pengobatan
Observasi :
- Mengidentifikasi pengobatan
yang direkomendasi(dengan
menanyakan apakah klien
teratur minum obat)
Terapeutik :
- Memberikan dukungan untuk
menjalani program
pengobatan dengan baik dan
benar
Edukasi:
- Menjelaskan mamfaat dan
efek samping pengobatan
- Menganjurkan mengosomsi
obat sesuai indikasi

. Infeksi b.d 09.00  Melakukan Pengcegahan Infeksi S :


Peningkatan Observasi  Klien mengatakan luka masih
Leukosit - Memonitor tanda dan gejala basah bau
infeksi lokal dan sistematik  Klien mengatakan ada luka dikaki
Terapetik sebelah kiri
- Membeerikan perawatan kulit
pada area edema O:
- Mencuci tangan sebelum dan  Terdapat pus didaerah kaki yang
sesudah kontak dengan luka
pasien dan lingkungan pasien  27.33[10^3/ul]
Edukasi  Tampak edema, terdapat (luka
- Menjelaskan tanda dan gejala terbuka),ukuran 2x2x3 cm
infeksi A : Masalah belum teratasi gangguan
- Mengajarkan cara memeriksa integritas kulit
kondisi luka P : intervensi dilanjutkan
Kolaborasi  Melakukan perawatan luka
- Melakukan kolaborasi  Melakukan edukasi perawatan kulit
pemberian analgetik

10.00  Melakukan Perawatan luka


Observasi :
- Memonitor karakteristik luka
(drainase, warna ukuran, bau)
- Memonitor tanda tanda
infeksi
Terapeutik :
- Melepaskan balutan dan
plester seccara perlahan
- Memebersihkan dengan Nacl
- Membersihkan jaringan
nikrotik
- Memberikan salaf yang sesuai
kekulit
- Mempertahan teknik steril
saat melakkanperawtan luka
Edukasi:
- Menjelaskan tanda,gejala
infeksi
Kolaborasi:
- Melakukan kolaborasi
prosedur debridement
-
. Nyeri Akut b.d 11.00  Melakukan manajemen nyeri S:
Agen cedera Observasi :  klien mengatakan nyeri pada
fisik - Mengidentifikasi identifikasi kaki yang luka
lokasi, karakteristik, durasi,  klien mengatakan nyeri hilang
kualitas nyeri timbul
- Mengidentifikasi skala nyeri  klien mengatakan nyeri selama 30
(skala nyeri pada klien) detik
Terapeutik :  Keluarga mengatakan pasien tidak
- Memberikan teknik non nyaman dengan lukanya
farmakologis untuk  Klien belum memahami tentang
mengurangi rasa nyeri teknik nafas dalam
Edukasi: O:
- Menjelaskan penyebab dan  klien tampak meringis skala nyeri
11.30 periode dan pemicu nyeri 7-8
Kolaborasi  klien tampak gelisah
- Melakukan olaborasi  nyeri pada kaki kanan
pemberian analgetik  klien tampak tidak bisa melakukan
 Melakukan edukasi teknik nafas teknik nafas dalam
dalam A : Masalah belum teratasi nyeri akut
Observasi : P : intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi kesiapan dan  Melakukan manajemen nyeri
kemampuan menerima  Melakukan edukasi teknik nafas
informasi dalam
Terapeutik :
- Menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
Edukasi:
- Menjelaskan tujuan dan
mamfaat teknik nafas dalam
- Menjelaskan prosedur teknik
nafas dalam
Intoleransi 12.00  Melakukan terapi aktivitas S:
Aktivitas b.d Observasi :  Klien mengatakan tidak bisa
imobilitas - Mengidentifikasi kemapuan beraktivitas sendiri
berpartisipasi dalam aktivitas  klien mengtakan aktivitas dibantu
tertentu(dengan cara keluarga
menanyakan apa saja aktivitas
yang bisa dilakukan tampa O:
dibantu keluarga)  aktivitas klien tampak dibantu
Terapeutik : keluaraga
- Memfasilitasi pasien dan  saat makan klien nampak dibantu
keluarga dalam keluarga
menyesuiakan lingkungan  saat mau duduk klien dibanru
untuk mengakomodasi keluarga
aktivitas yang di pilih
- Melibatkan keluarga A : Masalah belum teratasi intoransi
12.30 dalam aktivitas aktivitas
Edukasi: P : intervensi dilanjutkan
- Mengajarkan cara  Melakukan terapi aktivitas
melakukan aktivitas yang  Melakukan manajemen program
ringan latihan
 Melakukan manajenen
program latihan
Observasi :
- Mengidentifikasi
pengetahuan dan
pengalaman aktivitas
fisik sebelumnya
- Mengidentifikasi
kemampuan pasien
beraktivitas
Terapeutik :
- Memotivasi untuk
memulai/ melanjutkan
aktivitas fisik
Edukasi:
- Menjelaskan manfaat
aktivitas fisik
2 Jumat 20-06- Ketidakstabilan 08.00  Melakukan manajemen S:
. 2019 gula darah hiperglikemia  Pasien mengatakan sudah mulai
berhubungan Observasi : bisa mengontrol pola makan
dengan - Mengidentifikasi  Pasien mengatkan sering merasa
resistensi kemungkinan penyebab haus
insulin hiperglikemia(dengan cara  Pasien mengatakan buang air kecil
menanyakan bagaimana pola ± 7 x / perhari
makan klien)  Klien mengatkan sudah mulai bisa
- Memonitor tanda dan gejala teratur minum obat
hiperglikemia(dengan cara O:
menanyakan apakah sering  (Gula darah puasa ,250)
haus dan lapar dan sering  Klien tampak sudah mulai bisa
BAK mengontrol pola makan
Terapeutik :  Klien tampak lelah
- Memberikan asupan cairan A :Masalah teratsi sebagian
oral(menberikan minum pada Ketidakstabilan gula darah
pasien) P :intervensi dilanjutkan
Edukasi :  Melakukan manajemen
- mengajurkan kepatuhan hiperglikemia
terhadap diet  Medukasi program pengobatan
Kolaborasi :
- melakukan kolaborasi
pemberian insulin sebanyak
6 unit
08.30  Melakukan edukasi program
pengobatan
Observasi :
- Mengidentifikasi pengobatan
yang direkomendasi(dengan
menanyakan apakah klien
teratur minum obat)
Terapeutik :
- Memberikan dukungan untuk
menjalani program
pengobatan dengan baik dan
benar
Edukasi:
- Menjelaskan mamfaat dan
efek samping pengobatan
- Menganjurkan mengosomsi
obat sesuai indikasi

. Infeksi b.d 09.00  Melakukan Pengcegahan Infeksi S:


Peningkatan Observasi  Klien mengatakan luka masih
Leukosit - Memonitor tanda dan gejala basah bau
infeksi lokal dan sistematik  Klien mengatakan ada luka dikaki
Terapetik sebelah kiri
- Membeerikan perawatan kulit
pada area edema O:
- Mencuci tangan sebelum dan  Terdapat pus didaerah kaki yang
sesudah kontak dengan luka
pasien dan lingkungan pasien  27.33[10^3/ul]
Edukasi  Tampak edema, terdapat (luka
- Menjelaskan tanda dan gejala terbuka),ukuran 2x2x3 cm
infeksi A : Masalah belum teratasi gangguan
- Mengajarkan cara memeriksa integritas kulit
kondisi luka P : intervensi dilanjutkan
Kolaborasi  Melakukan perawatan luka
- Melakukan kolaborasi  Melakukan edukasi perawatan kulit
pemberian analgetik

10.00  Melakukan Perawatan luka


Observasi :
- Memonitor karakteristik luka
(drainase, warna ukuran, bau)
- Memonitor tanda tanda
infeksi
Terapeutik :
- Melepaskan balutan dan
plester seccara perlahan
- Memebersihkan dengan Nacl
- Membersihkan jaringan
nikrotik
- Memberikan salaf yang sesuai
kekulit
- Mempertahan teknik steril
saat melakkanperawtan luka
Edukasi:
- Menjelaskan tanda,gejala
infeksi
Kolaborasi:
- Melakukan kolaborasi
prosedur debridement
. Nyeri Akut b.d 11.00  Melakukan manajemen nyeri S:
Agen cedera Observasi :  klien mengatakan nyeri pada kaki
fisik - Mengidentifikasi identifikasi yang luka sudah mulai berkurang
lokasi, karakteristik, durasi,  klien mengatakan nyeri hilang
kualitas nyeri timbul
- Mengidentifikasi skala nyeri  klien mengatakan nyeri selama 30
(skala nyeri pada klien) detik
Terapeutik :  Keluarga mengatakan pasien tidak
- Memberikan teknik non nyaman dengan lukanya
farmakologis untuk  Klien sudah mulai memahami
mengurangi rasa nyeri tentang teknik nafas dalam
Edukasi: O:
- Menjelaskan penyebab dan  klien tampak meringis skala nyeri
11.30 periode dan pemicu nyeri 5-6
Kolaborasi  klien tampak gelisah
- Melakukan olaborasi  nyeri pada kaki kanan
pemberian analgetik  klien tampak sudah bisa
 Melakukan edukasi teknik nafas melakukan teknik nafas dalam
dalam
Observasi : A : Masalah teratasi sebagian nyeri akut
- Mengidentifikasi kesiapan dan P : intervensi dilanjutkan
kemampuan menerima  Melakukan manajemen nyeri
informasi  Meedukasi teknik nafas dalam
Terapeutik :
- Menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
Edukasi:
- Menjelaskan tujuan dan
mamafaat teknik nafas dalam
- Menjelaskan prosedur teknik
nafas dalam
Intoleransi 12.00  Melakukan terapi aktivitas S:
Aktivitas b.d Observasi :  Klien mengatakan sudah mulai
imobilitas - Mengidentifikasi kemapuan bisa beraktivitas sendiri
berpartisipasi dalam aktivitas  klien mengatakan aktivitas masih
tertentu(dengan cara ada dibantu keluarga(seperti
menanyakan apa saja aktivitas makan,dan kekamar mandi)
yang bisa dilakukan tampa O:
dibantu keluarga)  aktivitas klien tampak dibantu
Terapeutik : keluaraga
- Memfasilitasi pasien dan  saat makan klien nampak dibantu
keluarga dalam keluarga
menyesuiakan lingkungan A : Masalah teratasi sebagian intoransi
untuk mengakomodasi aktivitas
aktivitas yang di pilih P : intervensi dilanjutkan
- Melibatkan keluarga  Melakukan terapi aktivitas
12.30 dalam aktivitas  Melakukan manajemen program
Edukasi: latihan
- Mengajarkan cara
melakukan aktivitas yang
dipilih
 Melakukan manajenen
program latihan
Observasi :
- Mengidentifikasi
pengetahuan dan
pengalaman aktivitas
fisik sebelumnya
- Mengidentifikasi
kemampuan pasien
beraktivitas
Terapeutik :
- Memotivasi untuk
memulai/ melanjutkan
aktivitas fisik
Edukasi:
- Menjelaskan manfaat
aktivitas fisik
3 Sabtu 22-06- Ketidakstabilan 08.00  Melakukan manajemen S :
. 2019 gula darah hiperglikemia  Pasien mengatakan sudah bisa
berhubungan Observasi : mengontrol pola makan
dengan - Mengidentifikasi  Pasien mengatakan buang air kecil
resistensi kemungkinan penyebab ± 5x/ hari
insulin hiperglikemia(dengan cara  Keluarga mengatakan sudah
menanyakan bagaimana pola teratur minum obat
makan klien) O:
- Memonitor tanda dan gejala  (Gula darah puasa ,184)
hiperglikemia(dengan cara  Klien tampak sudah bisa
menanyakan apakah sering mengontrol pola makan
haus dan lapar dan sering  Klien tampak lelah
BAK
Terapeutik : A :Masalah tertasi sebagian
- Memberikan asupan cairan Ketidakstabilan gula darah
oral(menberikan minum pada P :intervensi dilanjutkan
pasien)  Melakukan manajemen
Edukasi : hiperglikemia
- mengajurkan kepatuhan  Melakukan edukasi program
terhadap diet pengobatan
Kolaborasi :
- melakukan kolaborasi
pemberian insulin sebanyak
6 unit
08.30  Melakukan edukasi program
pengobatan
Observasi :
- Mengidentifikasi pengobatan
yang direkomendasi(dengan
menanyakan apakah klien
teratur minum obat)
Terapeutik :
- Memberikan dukungan untuk
menjalani program
pengobatan dengan baik dan
benar
Edukasi:
- Menjelaskan mamfaat dan
efek samping pengobatan
- Menganjurkan mengosomsi
obat sesuai indikasi

. Infeksi b.d 09.00  Melakukan Pengcegahan Infeksi S :


Peningkatan Observasi  Klien mengatakan luka masih
Leukosit - Memonitor tanda dan gejala basah bau
infeksi lokal dan sistematik  Klien mengatakan ada luka dikaki
Terapetik sebelah kiri
- Membeerikan perawatan kulit
pada area edema O:
- Mencuci tangan sebelum dan  Terdapat pus didaerah kaki yang
sesudah kontak dengan luka
pasien dan lingkungan pasien  27.33[10^3/ul]
Edukasi  Tampak edema, terdapat (luka
- Menjelaskan tanda dan gejala terbuka),ukuran 2x2x3 cm
infeksi A : Masalah belum teratasi gangguan
10.00 - Mengajarkan cara memeriksa integritas kulit
kondisi luka P : intervensi dilanjutkan
Kolaborasi  Melakukan perawatan luka
- Melakukan kolaborasi  Melakukan edukasi perawatan kulit
pemberian analgetik

 Melakukan Perawatan luka


Observasi :
- Memonitor karakteristik luka
(drainase, warna ukuran, bau)
- Memonitor tanda tanda
infeksi
Terapeutik :
- Melepaskan balutan dan
plester seccara perlahan
- Memebersihkan dengan Nacl
- Membersihkan jaringan
nikrotik
- Memberikan salaf yang sesuai
kekulit
- Mempertahan teknik steril
saat melakkanperawtan luka
Edukasi:
- Menjelaskan tanda,gejala
infeksi
Kolaborasi:
- Melakukan kolaborasi
prosedur debridement
. Nyeri Akut b.d 11.00  Melakukan manajemen nyeri S:
Agen cedera Observasi :  klien mengatakan nyeri tidak
fisik - Mengidentifikasi identifikasi terasa lagi
lokasi, karakteristik, durasi,  Keluarga mengatakan pasien tidak
kualitas nyeri nyaman dengan lukanya
- Mengidentifikasi skala nyeri  Klien sudah memahami tentang
(skala nyeri pada klien) teknik nafas dalam
Terapeutik : O:
- Memberikan teknik non  Skala nyeri 3-4
farmakologis untuk  klien tampak sudah mulai bisa
mengurangi rasa nyeri melakukan teknik nafas dalam
Edukasi: A : Masalah teratasi nyeri akut
- Menjelaskan penyebab dan P : intervensi dihentikan
11.30 periode dan pemicu nyeri
Kolaborasi
- Melakukan olaborasi
pemberian analgetik
 Melakukan edukasi teknik nafas
dalam
Observasi :
- Mengidentifikasi kesiapan
dan kemampuan menerima
informasi
Terapeutik :
- Menyediakan materi dan
media pendidikan kesehatan
Edukasi:
- Menjelaskan tujuan dan
mamafaat teknik nafas dalam
- Menjelaskan prosedur teknik
nafas dalam
Intoleransi 12.00  Melakukan terapi aktivitas S:
Aktivitas b.d Observasi :  Klien mengatakan sudah mulai bisa
imobilitas - Mengidentifikasi kemapuan beraktivitas sendiri(seperti duduk)
berpartisipasi dalam aktivitas  klien mengtakan aktivitas masih ada
tertentu(dengan cara dibantu keluarga(seperti kekamar
menanyakan apa saja aktivitas mandi dan makan
yang bisa dilakukan tampa  klien mengatkan aktivitas tebatas
dibantu keluarga) O:
Terapeutik :  aktivitas klien tampak dibantu
- Memfasilitasi pasien dan keluaraga
keluarga dalam  aktivitas tampak terbatas
menyesuiakan lingkungan  saat makan klien nampak dibantu
untuk mengakomodasi keluarga
aktivitas yang di pilih A : Masalah teratasi sebagian intoransi
- Melibatkan keluarga aktivitas
12.30 dalam aktivitas P : intervensi dilanjutkan
Edukasi:  Melakukan terapi aktivitas
- Mengajarkan cara  Melakukan manajemen program
melakukan aktivitas yang latihan
dipilih
 Melakukan manajenen
program latihan
Observasi :
- Mengidentifikasi
pengetahuan dan
pengalaman aktivitas
fisik sebelumnya
Terapeutik :
- Memotivasi untuk
memulai/ melanjutkan
aktivitas fisik
Edukasi:
- Menjelaskan manfaat
aktivitas fisik
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. (2016). Definition of Diabetes Mellitus. www.diabetes.org.


diakses tanggal 10 November 2020.

Febrinasari, R. P., Maret, U. S., Sholikah, T. A., Maret, U. S., Pakha, D. N., Maret, U. S., Putra,
S. E., & Maret, U. S. (2020). Buku saku diabetes melitus untuk awam. November. diakses
tanggal 20 November 2020.

IDF. (2019). IDF Diabetes Atlas, 9th edn. Brussels, Belgium. In Atlas de la Diabetes de la FID.

Putra, I. W. A., & Berawi, K. (2018). Empat Pilar Penatalaksanaan Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2. Majority, 4(9), 8 12. http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/
1401. diakses tanggal 20 November 2020.

WHO. (2020). Definition of Diabetes Mellitus and Prevalence of Diabetes Mellitus. diakses pada
tanggal 20 Januari 2021 di http://www.who.int/healthtopics/ diabetes.

Hariani et al. (2020). Hubungan Lama Menderita Dan Komplikasi DM Terhadap Kualitas Hidup
pasien DM Tipe 2 Diwilayah Puskesmas Batua Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis Volume 15 Nomor 1 Tahun 2020.

Utomo Alya Azzahra et al (2020). Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2: Systematic Review.
Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Website:
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/AN-NUR Vol. 01 Nomor 01

Agustus 2020 Hal. 44 52. Muhammad. I. A. (2018). Diabetic Foot Ulcer: Synopsis of the
Epidemiology and Pathophysiology. International Journal of Diabetes and Endocrinology, 3(2),
23. hups://doi.org/10.11648/j.ijde.20180302.11

Priyanto, (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Kekambuhan


Luka Diabetik, Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 3, Desember 2018, hlm. 233 240.

Istianah (2019). Mengidentifikasi Faktor Gizi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kota
Depok Tahun 2019. Jumal Kesehatan Indonesia (The Indonesian Journal of Health), Vol. X, No.
2, Maret 2020.

Widiastuti Linda. (2019). Acupressure Dan Senam Kaki Terhadap Tingkat Peripheral Arterial
Disease Pada Klien Dm Tipe 2. Jumal Keperawatan Silampari Volume 3, Nomor 2. Juni 2020.
Nurdin Fitriyanti. (2021). Persepsi Penyakit Dan Perawatan Diri Dengan Kualitas Hidup
Diabetes Mellitus Type 2. Jurnal Keperawatan Silampari Volume 4, Nomor 2, Juni 2021.

Isnaini, N., & Ratnasari, R. (2018). Faktor Risiko Mempengaruhi Kejadian Diabetes Tipe Dua.
Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan Aisyah, 14(1), 59-68.

Fitriani Nasution. (2021). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.
9 No.2, Mei 2021

Imelda, S. L. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Diabetes Melitus di


Puskesmas Harapan Raya Tahun 2018. Scientia Journal, 8(1), 28-39. JOUR.

Anda mungkin juga menyukai