Kelompok 4 Apresiasi Prosa, Fiksi, Dan Drama
Kelompok 4 Apresiasi Prosa, Fiksi, Dan Drama
Dosen Pengampu :
Nur Halifah, S.Pd., M.Pd
Di Susun Oleh :
Kelompok 4
ii
moral atau pelajaran praktis. Seperti banyak bentuk seni manapun, ciri khas dari sebuah
cerita pendek berbeda-beda menurut pengarangnya.
Adapun yang menjadi ciri khusus cerpen, di antaranya sebagai berikut.
• Isinya cenderung kurang kompleks
• Fokus cerita terpusat pada satu kejadian
• Hanya menggunakan satu alur cerita yang rapat
• Tokoh dalam cerpen sangat terbatas dan diulas secara sekilas
• Setting yang digunakan biasanya tunggal
• Tempo waktunya relatif pendek
• Menampilkan konflik yang tidak menimbulkan perubahan nasib pada tokohnya.
Dalam cerita pendek terkandung unsur-unsur intrinsik yaitu :
1. Tema
Tema yaitu pokok gagasan menjadi dasar pengembangan cerita pendek. Tema
suatu cerita mensegala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan,
kasih sayang, kecemburuan dan sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita,
diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu. Bisa saja
temanya itu dititipkan pada unsur penokohan, alur, ataupun pada latar.
2. Plot atau alur
Plot yaitu rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama sehingga
menggerakkan jalan cerita melalui perkenalan klimaks dan penyelesaian.
Pada umumnya alur terdiri atas beberapa tahap diantaranya:
1. Pengenalan
2. Penampilan masalah / konflik
3. Konflik memuncak
4. Puncak ketegangan/ klimaks
5. Ketegangan menurun
6. Penyelesaian
3. Penokohan dan perwatakan
Penokohan yaitu cerita pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak
para pelaku yang terdapat di dalam karyanya. Untuk mengetahui watak pelaku cerita,
perhatikanlah:
1. Apa yang dilakukan pelaku;
2. Apa yang dikatakan pelaku;
iii
3. Bagaimana sikap pelaku dalam menghadapi persoalan;
4. Bagaimana penilaian pelaku lain terhadap dirinya.
4. Setting atau latar
Latar yaitu tempat dan waktu terjadinya cerita. Latar ini berguna untuk
memperkuat tema, menuntun watak tokoh, dan membangun suasana cerita. Latar
terdiri atas latar tempat, waktu dan sosial.
5. Sudut pandang
Sudut pandang yaitu posisi pengarang dalam membawakan cerita.
Ada beberapa macam sudut pandang atas bercerita.
a. Sudut pandang orang pertama
Pengarang memakai istilah “aku” untuk menghidupkan tokoh, seolah-olah dia
menceritakan pengalamannya sendiri.
b. Sudut pandang orang ketiga
Pengarang memilih salah seorang tokohnya untuk menceritakan orang lain. Tokoh
yang diceritakan itu disebut “dia”.
c. Sudut pandang pengarang sebagai pencerita (objective point of view)
Pengarang hanya menceritakan apa yang terjadi, seolah-olah pembaca menonton
pementasan sandiwara. Pembaca hanya bisa menafsirkan cerita berdasarkan kejadian,
dialog, dan perbuatan para pelakunya karena pengarang tidak memberikan petunjuk
atau tuntunan terhadap pembaca.
d. Sudut pandang serba tahu (omniscient point of view)
Pengarang seolah serba tahu segalanya. Ia dapat menciptakan apa saja yang
diperlukan untuk melengkapi ceritanya sehingga mencapai efek yang diinginkan.
Pengarang bisa mengomentari kelakuan para pelakunya dan dapat berbicara langsung
dengan pembaca.
6. Amanat
Amanat yaitu pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya kepada
pembaca atau pendengar. Pesan bisa berupa harapan, nasehat, kritik dan sebagainya.
Unsur ekstrinsik pada cerpen
1. Latar belakang pengarang
Kehidupan pengarang dan kejiwaannya berpengaruh terhadap proses penciptaan
karya sastra.
2. Aspek-aspek sosial politik
iv
Situasi sosial politik seperti masalah ekonomi, budaya, dan pendidikan akan
berpengaruh terhadap karya sastra.
3. Hasil pemikiran manusia atau masyarakat
Hasil pemikiran manusia, baik berupa ideologi, filsafat, maupun pengetahuan lain
juga berpengaruh terhadap karya sastra. Kedekatan sastrawan dengan Tuhan,
misalnya, akan melahirkan karya sastra yang sarat dengan pesan religius.
4. Semangat zaman, atmosfer, atau iklim tertentu
Semangat zaman yang dimaksud disini menyangkut masalah aliran seni yang
digemari pada saat itu.
Hal lain yang juga termasuk unsur ekstrinsik yakni pengaruh sastra asing.
v
5. Alur. Alur ini akan sangat menentukan menarik tidaknya sebuah cerita. Munculkan
alur yang baik di awal paragraf cerpen Anda agar pembaca merasa tertarik dan penasaran
untuk mengetahui kelanjutan cerpen yang Anda buat.
6. Baca Ulang. Sebelum mempublikasikan cerpen yang Anda buat, sebaiknya Anda
membacanya terlebih dulu. perhatikan penggunaan tanda baca dan tata bahasa yang Anda
pakai. Jika dua hal ini Anda abaikan, bukan mustahil cerita yang menarik sekalipun akan
kehilangan maknanya karena pembaca sudah lebih dulu terpengaruh oleh format
penulisan yang tidak rapi.
Langkah langkahnya antara lain :
1. Pilih titik narasi sudut pandang cerita pendek. Anda dapat menulis kisah sebagai dalam
salah satu karakter (orang pertama), atau sebagai narator terpisah yang menyajikan hanya
satu pikiran karakter dan pengamatan (orang ketiga yang terbatas), atau sebagai narator
terpisah yang menyajikan pengalaman dan pengamatan dari beberapa karakter (orang
ketiga yang mahatahu). Titik pertama-orang pandang akan mengacu pada karakter sentral
sebagai ‘aku’ bukan ‘dia’ atau ‘dia’.
2. Pengembangan dan kekuatan dari sudut pandang narasi, akan menentukan jalan cerita.
Tentu saja sudut pandang orang ketiga akan lebih leluasa mengeksplorasi si tokoh dan
bagaimana penokohan berlangsung, namun akan kehilangan greget dalam proses
pencarian jati diri.
3. Buat protagonis, atau karakter utama. Ini harus menjadi yang paling berkembang dan
biasanya karakter paling simpatik dalam cerita.
4. Buat masalah, atau konflik, atau sudut kerja bagi protagonis. Konflik dari cerita pendek
harus mengambil salah satu dari lima bentuk dasar: orang vs orang, orang vs dirinya
sendiri, orang vs alam, orang vs masyarakat, atau orang vs Tuhan atau nasib.
vi
6. Mencoba mengenal lebih dalam perwatakan tokoh dan menindak lanjuti dengan
mengindentifikasinyaa
vii
(3) Bapak Sri, digambarkan sebagai tokoh ayah yang ingin menjaga anaknya agar
terhindar dari fitnah. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut: “Nak, banyak tetangga
yang membicarakanmu. Banyak berita tersebar, anak gadis Bapak dibawa pergi oleh laki-
laki. Menikahlah kalian,” (halaman 91).
(4) Ibu Sri, penggambaran watak tokoh ibu Sri di sini kurang digambarkan oleh
pengarang. Ibu Sri hanya berdialog hanya satu kali yaitu saat menyuruh menantunya
membelikan susu sapi kalengan. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan nya sebagai berikut:
“Harus merek ini supaya nanti dia jadi pandai” (halaman 94).
Alur yang terdapat dalam cerpen pada suatu hari minggu merupakan alur
campuran (maju-mundur). Alur maju, di awal pengarang menceritakan mengenai kisah di
hari minggu dengan nuansa kota yang indah yang dipadukan dengan artistik berupa
patung-patung dan di alun-alun terdapat berbagai jenis permainan tradisional. Kemudian
alur mundur, pengarang flashback beberapa tahun lalu menceritakan tentang tokoh utama.
Jadi alur yang terdapat dalam cerpen ini adalah alur campuran karena cerita dalam cerpen
ini meloncat-loncat antara masa lalu dan masa kini.
Latar, latar tempat pada cerpen ini adalah sebuah desa yang didalamnya terdapat
perkebunan karet dan jagung yang mendominasi; gubuk reyot belakang kantor bupati;
pabrik. Dan latar waktu pada cerpen ini tidak diceritakan secara jelas. Namun, disini
pengarang hanya mengatakan bahwa pada saat itu, tepatnya beberapa tahun lalu belum
banyak patung-patung di kota itu dan Pak Bupati juga belum gemar melantik kepala desa
di tengah sungai pada malam hari
Sudut pandang yang terdapat dalam cerpen Pada Suatu Hari Minggu adalah sudut
pandang orang ketiga. Dalam cerpen ini pengarang berada di luar cerita, hanya
menceritakan cerita tentang tokoh Sri kepada pembaca.
Amanat yang terdapat dalam cerpen ini adalah meskipun tinggal di pedesaan,
jangan membayangkan bahwa orang pedesaan merupakan kelompok individu yang
sikapnya selalu ramah dan suka membantu dengan tulus.
Ternyata masih saja ada kebiasaan atau tradisi di sana yang ketika kita
memberikan hadiah atau bantuan sesuatu harus ada timbal balik dari yang diberi dan
ketika kita ingin melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius, sebaiknya
dipersiapkan dengan matang. Karena banyak hal-hal yang harus dipertimbangkan dan
dikeluarkan.
Setelah menjalani proses pembuatan cerita pendek selama lima tahun, Fadjriah
Nurdiarsih akhirnya meluncurkan buku pertamanya yaitu kumpulan cerita pendek Rumah
Ini Punya Siapa?. Buku kumpulan cerita pendek Rumah Ini Punya Siapa? sebagian besar
berkisah soal masyarakat urban Jakarta dan Betawi. Buku cerita pendek karya Fadjriah ini
memuat 20 cerita pendek dengan tema yang beragam dan ceritanya berdasarkan
pengalamanya tentang kehidupan keseharian alam budaya Betawi. Jadi, kumpulan cerita
pendek Rumah Ini Punya Siapa? tercipta berdasarkan apa yang dia tahu dan paham serta
yang dekat dengannya. Buku kumpulan cerpen ini sangat bermanfaat dalam membumikan
kisah di kampung-kampung Betawi pada saat itu dan dekat dengan kehidupan kita sehari-
hari.
viii
Fadjriah Nurdiarsih atau yang akrab disapa Mpok Iyah merupakan seorang
penulis perempuan asal Jakarta yang juga berprofesi sebagai editor bahasa. Dia belajar
menulis cerpen sejak tahun 2014. Kehadiran Fadjriah sebagai pengarang perempuan
beretnis betawi dianggap seperti ketuban yang tengah pecah dari rahim perempuan yang
hendak melahirkan karena sangat sulit mendapatkan penulis perempuan Betawi.
Keadaan sosial budaya yang digambarkan pengarang dalam cerpen ini adalah
tentang adat istiadat atau tradisi yang masih sangat kental di beberapa desa.
Garis besarnya disini penulis ingin bercerita kepada pembaca mengenai suatu
kisah di hari minggu dengan nuansa kota kami yang indah. Kota yang dimana setiap
sudutnya dipadukan dengan artistik berupa patung-patung dan di alun-alun terdapat
berbagai jenis permainan tradisional. Hal ini terjadi karena dukungan dari Sang Bupati
yang juga memiliki jiwa seni dan menjunjung nilai kesenian. Melalui perintah dan
bimbingan beliau juga maka permainan tradisional seperti egrang, gobak sodor, dan
permainan tradisional lainnya masih dapat dilaksanakan dan kulihat hingga saat ini.
Namun, pemeran utama dari cerita ini bukanlah sang Bupati, pemeran utama dari kisah
ini adalah seorang perempuan yatim yang telah bersuami beserta suaminya. Sri
merupakan nama dari sosok istri yang tinggal dengan suami beserta ibunya yang letaknya
berada di belakang gedung mewah yang diketahui sebagai kantor bupati. Suatu dengan
keadaan terpaksa dan dengan alasan yang menyedihkan, mereka pindah ke gubuk reyot
atau tidak layak. Pada mulanya cerita ini terjadi sudah beberapa tahun yang lalu, keluarga
itu hidup di suatu desa yang didalamnya terdapat perkebunan karet dan jagung yang
mendominasi. Pada umumnya, mata pencaharian penduduk dalam desa ini yaitu berkebun
pada kebun jagung, penyadap nira, dan sisanya menjadi buruh pabrik serta supir angkot.
Walaupun rumah tempat tinggal mereka sangat jauh dari kota atau pemukiman, kita tidak
dapat menganggap mereka (orang pedesaan) merupakan kelompok orang-orang yang
sikapnya selalu ramah dan suka membantu dengan tulus seperti kisah-kisah di buku
dongeng. Penulis mendengar cerita ini berdasarkan dari ibu saya yang telah berkunjung
kesana dan merasa heran karena sifat manusia pada zaman sekarang.
Tanggapan tentang cerpen ini adalah cerpen ini ringkas sehingga bisa dibaca
sambil duduk santai tanpa menyita banyak waktu dan pengarang menggunakan bahasa
yang sederhana sehingga mudah dipahami tetapi sangat disayangkan dalam cerpen ini
terdapat beberapa pemborosan kata dan perwatakan tokoh tidak dijelaskan secara
mendalam.
ix
1