Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH EKONOMI MIKRO

“STABILITASI HARGA BERAS DALAM PERSPEKTIF EKONOMI MIKRO”

DISUSUN OLEH :

NAMA : NI LUH PUTU CENING ARSA


KELAS : D
NIM : A1A022127

DOSEN PENGAMPU : Dr. M IRWAN MP

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Stabilitasi
Harga Beras dalam Perspektif Ekonomi Mikro” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Ekonomi Mikro II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Stabilitasi Harga Beras.
Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. M Irwan MP
selaku Dosen Ekonomi Mikro II yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.
Kemudian, saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun saya butuhkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Mataram, 20 September 2023


DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
1. Latar Belakang....................................................................................................................4
2. Rumusan Masalah...............................................................................................................5
3. Tujuan..................................................................................................................................5
BAB II..............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................................6
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Padi atau beras merupakan bahan pangan utama bagi bangsa Indonesia,
berperan sebagai komoditas ekonomi. Implikasi ekonominya adalah ketika terjadi
peningkatan pendapatan masyarakat, maka akan diikuti oleh meningkatnya
permintaan kuantitas beras dan kualitas beras yang lebih baik.

Nilai beras secara politis bermakna bahwa apabila terjadi gejolak pada beras
yang berkaitan dengan ketersediaan pasokan maupun lompatan harganya maka akan
berdampak bagi stabilitas politik. Ketika gejolak tersebut tidak dapat diatasi dengan
baik, maka dapat berimbas ke ranah politik. Sehingga, ketersediaan dan kestabilan
harga beras merupakan salah satu kunci bagi tercapainya stabilitas nasional, terutama
stabilitas ekonomi.

Posisi harga beras sebagai pangan utama sangat menentukan besarnya jumlah
permintaan produk ini. Apabila karakter produk pangan memiliki nilai elastisitas
permintaan yang rendah, akan menyebabkan gerakan harga akan senantiasa dalam
arah yang menaik. Artinya, beras sebagai produk pangan yang utama memiliki
elastisitas permintaan yang tidak elastis karena, jika harga beras naik, para pembeli
enggan untuk mencari barang pengganti (karena merupakan produk pangan utama)
dan oleh karenanya harus tetap membeli beras tersebut sehingga permintaannya tidak
akan banyak berubah.

Karakter elastisitas permintaan beras seperti yang telah dijelaskan, maka


cendrung mendorong para pedagang untuk menaikkan tingkat haraga beras sehingga
terjadilah gerak harga beras yang semakin menaik. Hal ini menyebabkan terjadinya
Inflasi bahan makanan yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi makro.

Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya yang dapat menjamin kontinuitas
akses terhadap kecukupan pangan dan kestabilan harganya bagi masyarakat. Dengan
kata lain, diperlukan suatu kebijakan pangan yang diarahkan untuk mewujudkan
kesejahteraan dan mendukung ketahanan pangan.
2. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Harga Beras ?
2. Apa Saja Dampak Fluktuasi Harga Beras pada Tingkat Mikro ?
3. Apa Peran Pemerintah dalam Rantai Pasokan Beras ?
4. Studi Kasus Tentang Kenaikan Harga Beras di Kota Mataram

3. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Harga Beras
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Dampak Fluktuasi Harga Beras pada Tingkat Mikro
3. Untuk Mengetahui Apa Peran Pemerintah dalam Rantai Pasokan Beras
4. Untuk Mengetahui Kenaikan Harga Beras di Kota Mataram
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Harga Beras

Stabilitas Harga Beras Dipengaruhi Oleh Berbagai Faktor :

a. Produksi Padi
Produksi beras yang cukup untuk memenuhi permintaan adalah faktor kunci
dalam menjaga stabilitas harga. Faktor-faktor seperti cuaca, teknik pertanian, dan
investasi di sektor pertanian mempengaruhi produksi padi.
b. Permintaan
Tingkat permintaan beras dari konsumen dalam dan luar negeri memainkan
peran penting dalam menentukan harga. Perubahan dalam kebiasaan makanan atau
jumlah penduduk dapat memengaruhi permintaan.
c. Pasokan dan Distribusi
Efisiensi rantai pasokan dan distribusi dapat memengaruhi harga beras.
Masalah dalam transportasi, penyimpanan, atau distribusi dapat meningkatkan harga.
d. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah, seperti subsidi harga atau regulasi ekspor-impor, dapat
berdampak signifikan pada harga beras. Kebijakan ini sering digunakan untuk
menjaga stabilitas harga dalam negeri.
e. Harga Komoditas Global
Perubahan harga beras di pasar internasional dapat mempengaruhi harga di
tingkat domestik. Faktor-faktor seperti produksi global dan permintaan dunia
memainkan peran di sini.

2.2 Dampak Fluktuasi Harga Beras pada Tingkat Mikro

Fluktuasi harga atau instabilitas sebenarnya dibutuhkan untuk mendorong realokasi


sumberdaya dan realokasi konsumsi ketika ada goncangan ekonomi. Namun untuk pangan,
instabilitas harga yang berlebihan berpotensi memiliki dampak negatif yang cukup
substansial. Ada beberapa dampak negatif dari instabilitas harga pangan yang berlebihan,
yaitu:

 Pertama, misalokasi sumberdaya dan inefisiensi ekonomi. Instabilitas harga pangan


dapat menyebabkan inefisiensi baik pada sisi produksi maupun konsumsi, khususnya
untuk masyarakat berpenda- patan rendah. Ketidakstabilan harga pangan dapat
meningkatkan atau menurunkan tingkat tabungan masyara-kat dan investasi dalam
suatu kegiatan ekonomi. Konsumen memerlukan tabungan untuk melindungi diri dari
kemung- kinan kenaikan harga pangan, sementara produsen menabung untuk
melindungi diri dari kejatuhan harga pangan yang di- usahakan. Dampak negatif ini
belum mem- perhitungkan risiko usaha para pelaku perdagangan/industri pengolahan.
Pedagang/penggilingan padi misalnya, akan lebih mudah meramalkan tingkat keun-
tungan dalam situasi harga pangan yang stabil, sehingga risiko usaha akan menjadi
kecil sehingga akan mendorong perluasan investasi.
 Kedua, instabilitas Ekonomi Makro. Instabilitas harga pangan yang berlebihan dapat
berdampak pada ekonomi makro secara keseluruhan, terutama ketika sebagian
pendapatan masyarakat digunakan untuk konsumsi pangan. Instabilitas ini dapat
berpengaruh pada realokasi sumber daya yang berlebihan, perubahan nilai tukar, dan
inflasi yang berpengaruh pada ekonomi makro. Pada tingkat mikroekonomi, hal itu
akan terkait dengan ketidakcukupan dan ketidak- teraturan (inadequate and irregular)
akses terhadap pangan. Hal itu akan memasung produktivitas tenaga kerja serta
mengurangi investasi modal manusia (human capital). Sering munculnya krisis
pangan dan instabilitas harga pangan akan berdampak pada stabilitas ekonomi makro
dan stabilitas politik, yang kedua-duanya akan mengurangi tingkat dan efisiensi
investasi.
 Ketiga, kemiskinan dan Kerentanan Fluktuasi harga pangan dapat meningkatkan
jumlah orang miskin atau membuat kelompok orang yang berpendapatan rendah
menjadi lebih rentan secara ekonomi. Instabilitas harga pangan untuk kelompok
masyarakat ini dapat menyebabkan kekurangan gizi, kekurangan kesehatan, bahkan
kelaparan.
 Keempat, instabilitas politik. Instabilitas harga pangan yang berlebihan sering identik
dengan instabilitas politik atau paling tidak dapat mendorong instabilitas politik,
khususnya di negara yang tingkat kesejahteraannnya masih rendah. Untuk Indonesia,
sebagai contoh krisis politik pada tahun 1997 sampai tingkat tertentu berkaitan
dengan masalah instabilitas harga pangan.
2.3 Peran Pemerintah dalam Rantai Pasokan Beras

Konsumsi beras nasional di Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia, mencapai


29,13 juta ton di tahun 2017. Angka tersebut telah diperkirakan akan meningkat hingga
mencapai 31,7 juta ton pada tahun 2045 seiring dengan pertumbuhan populasi. Berlawanan
dengan peningkatan tersebut, produksi beras Indonesia justru turun dalam beberapa tahun
terakhir. Perpaduan meningkatnya permintaan dan menurunnya produksi berpotensi
menyebabkan semakin besarnya ketidakseimbangan pasok beras dan permintaan yang ada.

Sementara Indonesia masih mengimpor beras, negara ini juga memenuhi sebagian
besar kebutuhan beras secara domestik. Rantai pasok domestik di Indonesia menjadi hal yang
terpenting agar bisa mendapatkan pasok beras yang stabil, terjangkau, dan mudah diakses.
Akan tetapi, ada beragam saluran distribusi di tiap provinsi di Indonesia. Dari petani ke
konsumen, rantai pasok bisa melibatkan tengkulak, penggiling, penjual grosir, dan penjual
ritel. Setiap dari mereka memiliki fungsi yang unik. Mengatur jumlah pihak yang terlibat
dalam rantai distribusi dan pemrosesan beras yang diproduksi secara domestik sebetulnya
tidak diinginkan, karena pihak penengah yang terlibat ini diperlukan untuk menghubungkan
petani dengan konsumen.

Perum Bulog seharusnya membantu memastikan ketahanan pangan dengan cara


terlibat dalam rantai pasok domestik. Akan tetapi, mereka pun memiliki tantangan tersendiri,
baik di tingkat hulu maupun hilir. Perum Bulog diwajibkan untuk mengelola stok beras
nasional dan mendistribusikannya sebagai bantuan langsung. Namun, semenjak program
Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) lebih mengandalkan pemasok swasta, distribusi stok
beras negara yang dikelola Perum Bulog jadi terganggu. Terlebih lagi, kualitas buruk stok
beras di gudang Perum Bulog tidak bisa bersaing dengan beras dari pemasok swasta.

Di bawah kondisi tersebut, peran Perum Bulog perlu ditelaah kembali. Sektor swasta
harus memainkan peran yang lebih besar dalam pasar beras domestik dan Perum Bulog
sebaiknya berpartisipasi dalam pendistribusian beras saat situasi darurat. Peraturan Presiden
Nomor 48 Tahun 2016 Pasal 8 perlu direvisi guna mengizinkan Perum Bulog untuk fokus
melindungi konsumen melalui program bantuan bencana. Sebagai solusi praktis jangka
pendek untuk menurunkan harga beras dan meningkatkan efektivitas Perum Bulog maka
monopoli Perum Bulog untuk impor beras kualitas menengah harus dihapuskan. Perusahaan
swasta harus bisa mengakses sistem perizinan otomatis dan mengimpor beras kualitas
menengah ke Indonesia.

2.4 Contoh Kasus Kenaikan Harga Beras di Kota Mataram

KBRN, Mataram: Harga beras di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), dalam
seminggu terakhir masih stagnan di area Rp13.000-Rp15.000/Kg. Angka ini sebanding
dengan pantuan RRI pada minggu lalu di pasar Dasan Agung Mataram.

Salah seorang pedagang beras di Pasar kebon Roek Ampenan, Usmiatin kepada RRI
menyampaikan harga beras kualitas rendah yang biasanya dijual Rp12.000 per kilogram
masih bertengger di harga Rp13.000 perkg. Untuk beras medium dari Rp12.500 menjadi
Rp13.500 per kilogram. Sedangkan untuk beras super tembus mencapai Rp15.300 per
kilogram.

Naiknya harga beras ini dipicu oleh beberapa faktor, yaitu persediaan di pasar yang
menipis dan harga tebus dari pedagang pengumpul juga mengalami kenaikan. "Pasca maulid
nabi muhammad saw, saya kesulitan mendapatkan pasukan dari pedagang pengumpul
langganan saya di wilayah Lombok Barat, alasannya karena belum ada stok," kata Usmiatin,
Selasa (19/9/2023).

Di tempat terpisah Ramli, salah seorang pedagang pengempul gabah dan beras di
Kecamatan Labuapi, Lombok Barat, mengatakan meskipun saat ini terjadi panen padi di
beberapa sentra produksi di Kota Mataram dan Lombok Barat seperti di Kecamatan Lingsar
dan Narmada, harga beras tidak mengalami penurunan.

"Harga beras mengalami kenaikan karena panen padi hanya terjadi di sebagian kecil
sentra produksi, sementara sentra produksi lain seperti Lombok Tengah dan Lombok Timur
banyak yang menanam palawija seperti kedelai dan jagung yang harganya di pasaran cukup
tinggi," katanya.

Menurut Ramli, kenaikan beras juga dipengaruhi oleh tingginya curah hujan yang
terjadi di sentra produksi padi yang mengalami panen, akibatnya para petani tidak bisa
menjemur gabah. "Gabah hasil panen petani tidak bisa kering bahkan sudah ada yang
berjamur karena terlalu lama terendam air hujan yang mengguyur Pulau Lombok beberapa
hari ini," katanya.
Kenaikan harga beras ini tentu saja menjadi beban tersendiri bagi masyarakat,
terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Untuk itu, pemerintah diharapkan dapat
mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan harga beras, misalnya dengan melakukan
operasi pasar atau memberikan subsidi kepada petani. (Basri)

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Stabilitas harga beras memiliki dampak yang luas dalam ekonomi mikro sebuah
negara. Hal ini memengaruhi kehidupan sehari-hari konsumen, daya saing produsen, dan
stabilitas sektor pertanian. Stabilitas harga beras juga memiliki dampak penting pada
perekonomian secara keseluruhan, termasuk inflasi dan stabilitas politik.

Dalam rangka mencapai stabilitas harga beras yang diinginkan, pemerintah dan
stakeholders terkait harus bekerja sama untuk mengimplementasikan kebijakan yang tepat.
Ini termasuk langkah-langkah seperti subsidi pangan, pengawasan pasar, dan diversifikasi
pertanian. Dengan menjaga harga beras tetap stabil, kita dapat mempromosikan kesejahteraan
masyarakat, mendukung pertumbuhan ekonomi, dan memastikan ketahanan pangan yang
lebih baik bagi negara.

B. SARAN

 Cadangan Pangan: Pemerintah dapat memelihara cadangan beras strategis yang cukup
untuk mengatasi fluktuasi harga. Cadangan ini dapat digunakan untuk menjaga
stabilitas harga dalam situasi darurat atau pasokan yang berkurang.
 Pengawasan Pasar: Meningkatkan pengawasan pasar beras untuk mencegah praktik
monopoli atau manipulasi harga yang dapat menyebabkan fluktuasi harga yang tajam.
 Subsidi Pangan: Pemerintah dapat memberikan subsidi pada harga beras untuk
menjaga agar harga tetap terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Subsidi
ini dapat membantu melindungi konsumen dari kenaikan harga yang tiba-tiba.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.rri.co.id/bisnis/365448/harga-beras-di-kota-mataram-lombok-masih-enggan-
turun

Zacky, A. 2007. Peramalan dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Beras IR II Tingkat
Konsumen di Beberapa Kota Besar di Pulau Jawa dan Bali. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Sadono Sukirno (1994), “Pengantar Teori Mikroekonomi”, Rajawali Pers, Jakarta, pp 109-110

Sadoulet dan De Janvry (1995), Dawe (2001), Timmer (2003), Jayne (2004), dan Jordan et al.
(2007)

Anda mungkin juga menyukai