Anda di halaman 1dari 134

PEMANFAATAN LIMBAH DAUR ULANG PARALON SEBAGAI

SARANA PEMBELAJARAN SENI MUSIK DI SMP NEGERI I KENDARI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister pada
Program Studi Pendidikan Seni Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo

Oleh:
ANDYS BARLIANTA ADITHAMA
G2P121004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
PEMANFAATAN LIMBAH DAUR ULANG PARALON SEBAGAI SARANA
PEMBELAJARAN SENI MUSIK DI SMP NEGERI I KENDARI

TESIS

Diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar


Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Seni
Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo

Oleh:

ANDYS BARLIANTA ADITHAMA


G2P121004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023

ix
x
xi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin. Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. karena atas

karunia dan limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang

berjudul “Pemanfaatan Limbah Daur Ulang Paralon Sebagai Sarana Pembelajaran

Seni Musik di SMP Negeri 1 Kendari”. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat guna

memperoleh gelar magister (S2) pada Program Studi Pendidikan Seni, Program

Pascasarjana, Universitas Halu Oleo.

Setiap usaha untuk mencapai suatu kesuksesan akan mengalami hambatan dan

tantangan, demikian pula yang dialami penulis dalam penyusunan Tesis ini. Namun

dengan tekad, kemauan dan kerja keras yang dibarengi dengan adanya dorongan dan doa

dari orang tua, istri, rekan-rekan, dan bimbingan dari Bapak dan Ibu dosen, maka semua

hambatan dan tantangan tersebut dapat teratasi.

Untuk itu dengan segala kerendahan hati yang paling dalam, penulis

menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya serta ucapan terima kasih yang

sedalam-dalamnya pada semua pihak. yang terhormat Prof. Albert, S.Pd., M.A., Ph.D.

selaku pembimbing I, dan yang terhormat Dr. Sahlan, M.Pd. selaku pembimbing II,

yang meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan arahan yang sangat

berharga dan bermanfaat bagi penulis selama penulisan Tesis ini.

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda Karyadi, S.E. dan

Ibunda Dra. Sri Suryana Dinar, M.Hum. atas limpahan cinta, kasih dan sayang, doa restu,

segala pengorbanan selama penulis menempuh pendidikan di bangku kuliah sehingga

penulis dapat menyelesaikan studi. Terima kasih kepada ayah dan ibu atas segala nasihat

sederhana begitu bermakna dalam segalanya. Nasihat yang engkau tanamkan kepadaku
xii
dengan keberhasilan tanpa melupakan arti kegagalan. Maafkan aku yang terkadang hanya

bisa mengeluh tanpa pernah bisa memberikan sesuatu yang baik untuk senyumanmu.

Hanya doa yang bisa kupanjatkan untukmu karena jasamu tidak terbalas, hanya tangisku

sebagai saksi atas rasa cintaku kepadamu, terima kasih telah menjadi orang tua yang

membanggakan, semoga aku bisa menjadi pribadi yang kalian banggakan pula, semoga

aku bisa membuat bapak dan ibu tersenyum dengan keberhasilan menjadi keberhasilan

yang bapak dan ibu impikan. Amin.

Tak lupa ucapan terima kasih untuk keluarga kecilku, istriku tercinta Hartina

Hadrawi, S.Pd.,M.Pd. dan Anak gadisku tersayang Andina Phialsa Hasriditama atas

limpahan cinta, kasih dan sayang, doa dan dukungan selama menyelesaikan studi di

Pendidikan Seni. Dengan mencintaimu walau hanya sederhana aku percaya semua akan

menjadi istimewa.

Ucapan terima kasih pula penulis tunjukkan pada semua pihak yang telah

memberikan dorongan, bimbingan dan kemudahan serta bantuan moral maupun materi

secara langsung maupun tidak langsung selama studi sehingga penulis menyelesaikan

tugas akhir ini, tanpa mengurangi rasa hormat dengan kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Muhammad Zamrun F, S.Si. Selaku Rektor Universitas Halu Oleo.

2. Prof. Dr. Ir. H. Takdir Saili, M.Si. Selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas

Halu Oleo.

3. Dr. Irianto Ibrahim, S.Pd.,M.Pd. Selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Seni,

Pascasarjana, Universitas Halu Oleo.

4. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Karyawan Universitas Halu Oleo, Khususnya

Program Studi Pendidikan Seni, Pascasarjana, Universitas Halu Oleo.

xii
i
5. Terima kasih kepada Ibu Megawati Hasanuddin, S.Pd., M,Pd. dan Ibu Neneng dan

seluruh staf Pendidikan Seni, Pascasarjana, Universitas Halu Oleo yang telah banyak

membantu penulis dalam bentuk Administrasi dan juga nasihat serta dorongan agar

menyelesaikan studi dengan tepat waktu.

6. Untuk saudara-saudariku tersayang Drg. Arfina Eka Priana, S.K.G. dan Arloncy

Oktafian Agung yang telah memberikan dorongan moril maupun finansial. Serta

seluruh keluargaku yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan doa serta dukungannya.

7. Kepada seluruh teman-teman Program Studi Pendidikan Seni khususnya Ang. 2021

La Sahur, Kismon, Ikbal, Karlina, beserta teman-teman lainnya yang tidak sempat

penulis tuliskan, kalianlah yang terbaik yang selalu menemani dan saling memberi

dukungan dalam penyelesaian Tesis ini.

Akhirnya kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu kiranya

dapat memaafkan segala kekhilafan dan kesalahan selama ini, serta bantuan dan

dorongan dari semua pihak tak dapat dibalas, hanyalah do’a yang senantiasa terpatri

semoga segala kebaikan dari semua pihak dibalas setimpal oleh Yang Maha Kuasa.

Amin.....

Kendari, September 2023

Penulis

xi
v
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN..............................................................................................i
HALAMAN JUDUL........................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.........................................................iv
KATA PENGANTAR........................................................................................v
DAFTAR ISI.......................................................................................................ix
ABSTRAK..........................................................................................................xi
ABSTRACK.........................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................9
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................10
1.5 Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................11
1.6 Batasan Operasional....................................................................................12

BAB II KAJIAN PUSTAKA.............................................................................13


2.1 Definisi (Konsep Pemanfaatan)..................................................................13
2.2 Sampah Keras..............................................................................................13
2.2.1 Sampah Anorganik/kering....................................................................14
2.2.2 Sampah Organik/basah.........................................................................15
2.2.3 Sampah Berbahaya................................................................................15
2.3 Limbah Paralon...........................................................................................16
2.3.1 Pengertian Limbah Paralon..................................................................16
2.3.2 Jenis Limbah Paralon............................................................................16
2.4 Sarana Pembelajaran..................................................................................17
2.4.1 Pengertian Sarana dan Prasarana di Sekolah.....................................17
2.4.2 Sarana dan Prasarana dalam Proses Belajar Mengajar....................18
2.4.3 Pentingnya Sarana dan Prasarana dalam Pendidikan.......................18
2.4.4 Peran Guru dalam Administrasi Sarana dan Prasarana...................19
2.5 Media Pembelajaran....................................................................................20
2.5.1 Pengertian Media Pembelajaran..........................................................20
2.5.2 Karakteristik Media Pembelajaran.....................................................21
2.5.3 Manfaat Media Pembelajaran..............................................................22
2.5.4 Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran............................................22
2.6 Kreativitas....................................................................................................24
2.6.1 Pengertian Kreativitas...........................................................................24
2.6.2 Aspek-aspek Kreativitas........................................................................26
2.6.3 Ciri-ciri Kreativitas...............................................................................28
2.6.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas.................................30
2.7 Seni Musik....................................................................................................31
2.7.1 Sejarah dan Perkembangan Musik......................................................32
2.8 Teori Musik..................................................................................................34

xv
2.8.1 Unsur-unsur Pokok Musik...........................................................................35
2.9 Pembelajaran Musik........................................................................................41
2.9.1 Tujuan Pembelajaran....................................................................................42
2.9.2 Metode Pembelajaran Musik.......................................................................43
2.10 Perkusi..............................................................................................................44
2.10.1 Pengertian Perkusi......................................................................................44
2.10.2 Perkusi Menggunakan Bahan Bekas/sampah..........................................45
2.11 Alat-alat Musik Perkusi..................................................................................46
2.11.1 Alat Musik Perkusi Bernada......................................................................47
2.11.2 Alat Musik Perkusi tak Bernada...............................................................50
2.12 Model Analisis Data Menurut Miles and Hiberman.....................................51
2.13 SMP Negeri 1 Kendari.....................................................................................58
2.13.1 Gambaran Umum SMP Negeri 1 Kendari...............................................58
2.13.2 Visi dan Misi SMP Negeri 1 Kendari........................................................60
2.14 Penelitian yang Relevan..................................................................................61
2.15 Kerangka Berpikir...........................................................................................65

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..................................................................68


3.1 Metode dan Jenis Penelitian................................................................................68
3.1.1 Metode Penelitian.............................................................................................68
3.1.2 Jenis Penelitian.................................................................................................69
3.2 Tempat dan Waktu...............................................................................................69
3.3 Subjek Penelitian..................................................................................................70
3.4 Teknik Pengumpulan Data..................................................................................70
3.5 Teknik Analisis Data............................................................................................73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...........................................75


4.1 Hasil Belajar Peserta Didik dalam Menggunakan Alat Musik
dari Limbah Daur Ulang Paralon pada Kegiatan Belajar Seni Musik
Siswa Kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Kendari..........................................................
85
4.2 Hasil Belajar Peserta Didik dalam Menggunakan Alat Musik
dari Limbah Daur Ulang Paralon pada Kegiatan Belajar Seni
Musik Siswa Kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Kendari..............................................
96
4.2.1 Kelebihan dan Kelemahan Penggunaan Limbah Daur Ulang
Paralon dalam Kegiatan Belajar Seni Musik Siswa Kelas
VIII.5 SMP Negeri Kendari.............................................................................
99

BAB V PENUTUP.......................................................................................................102
5.1 Simpulan................................................................................................................102
5.2 Saran......................................................................................................................103

ii
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................104

LAMPIRAN
ABSTRAK
Andys Barlianta Adithama (G2P1121004), Pemanfaatan Limbah Daur Ulang
Paralon Sebagai Sarana Pembelajaran Seni Musik di SMP Negeri 1 Kendari.
Program Studi Pendidikan Seni, Pascasarjana, Universitas Halu Oleo.
Pembimbing I, Albert, S.Pd., M.A., Ph.D. dan Pembimbing I. Dr. Sahlan,
S,Pd.,M.Pd.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemanfaatan alat musik
limbah daur ulang paralon sebagai sarana pembelajaran seni musik, serta
mendeskripsikan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran seni budaya di
SMP Negeri 1 Kendari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif. Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan
dan lapangan. Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII.5
SMP Negeri 1 Kendari. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun
teknik analisis data menggunakan model Miles dan Huberman, dengan langkah-
langkah: 1) Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema tema dan polanya serta
membuang yang tidak diperlukan. 2) Penyajian data, adalah menampilkan atau
menyajikan data agar memiliki visibilitas yang lebih jelas . 3) Penarikan
kesimpulan dan verifikasi, Berdasarkan data yang telah dianalisis, dapat
disimpulkan bahwa: (2) Penilaian praktik pemanfaatan limbah daur ulang
paralon yang telah dipraktikkan oleh peserta didik menunjukkan bahwa terdapat
1 kelompok yang mendapat nilai dengan kategori sangat baik, 3 kelompok
mendapat kategori yang baik, dan 2 kelompok lainnya mendapat kategori cukup.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dari 34 siswa yang melakukan praktik secara
kelompok, terdapat peningkatan dan peserta didik sangat terbantu dengan
penggunaan alat musik yang didaur ulang dari limbah paralon sebagai sarana
pembelajaran di sekolah.

Kata Kunci: Daur ulang, paralon, sarana, pembelajaran, seni, musik.

iii
ABSTRACT
Andys Barlianta Adithama (G2P1121004), Utilization of Recycled Paralon
Waste as a Means of Learning Music Arts at SMP Negeri 1 Kendari. Art
Education Study Program, Postgraduate, Halu Oleo University. Supervisor I,
Albert, S.Pd., M.A., Ph.D. and Advisor II. Dr. Sahlan, S,Pd.,M.Pd.
This research aims to describe the use of recycled paralon waste musical
instruments as a means of learning the art of music, as well as describing the
learning outcomes of students in learning arts and culture at SMP Negeri 1
Kendari. The method used in this research is descriptive qualitative. This type of
research includes library and field research. The data source in this research is
students in class VIII.5 of SMP Negeri 1 Kendari. The data collection techniques
used in this research are observation, interview and documentation techniques.
The data analysis technique uses the Miles and Huberman model, with the
following steps: 1) Data reduction means summarizing, selecting the main
things, focusing on the important things, looking for themes and patterns and
discarding what is not needed. 2) Data presentation, is displaying or presenting
data so that it has clearer visibility. 3) Drawing conclusions and verification.
Based on the data that has been analyzed, it can be concluded that: (2)
Assessment of the practice of utilizing recycled paralon waste that has been
practiced by students shows that there is 1 group that got a score in the very
good category, 3 groups got the category good, and the other 2 groups received
the adequate category. So it can be concluded that of the 34 students who
practiced in groups, there was an increase and students were greatly helped by
the use of musical instruments recycled from paralon waste as a learning tool at
school.

Keywords: Recycling paralon, learning media, music art.

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah salah satu pengaruh yang sangat penting dalam

menentukan perkembangan mental maupun fisik peserta didik. Pada umumnya

tujuan pendidikan memungkinkan untuk menyediakan wadah untuk peserta didik

dalam mengembangkan bakat dan kreativitasnya secara optimal. Salah satu

pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik

adalah pendidikan seni budaya. Sebagaimana yang dinyatakan Suhaya (2016: 3).

Dengan pendidikan seni, perilaku peserta didik dapat terbentuk ke arah yang lebih

baik karena seni dapat mengenalkan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam

masyarakat kepada peserta didik. Konsep pendidikan seni ada dua macam yang

pertama yaitu konsep pendidikan seni yang berkaitan dengan aspek ekspresi

artistik dan kedua yaitu konsep pendidikan seni yang dikaitkan dengan tujuan

pendidikan. Dalam pendidikan seni terdiri dari beberapa cabang yang terangkum

dalam kurikulum seni budaya yaitu: seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni

teater.

1
2

Dalam pembelajaran seni musik terdapat beberapa cabang, salah satunya

yaitu seni Perkusi. Perkusi digolongkan ke dalam jenis musik yang dimainkan

dengan cara dipukul atau ditepuk.

Salah satu alat yang dapat digunakan sebagai alat perkusi adalah alat

perkusi barang bekas. Alat perkusi barang bekas ini antara lain berasal dari

peralatan rumah tangga seperti panci, wajan, gelas, galon air minum, maupun

ember plastik. Tidak hanya dari peralatan rumah tangga saja, tapi juga dari bahan

bangunan seperti kaleng bekas, cat rumah, paralon, atau drum bekas aspal jalan.

Sebenarnya semua benda bisa dijadikan alat musik. Perkusi dari barang bekas ini

pada umumnya dari peralatan rumah tangga, karena merupakan barang bekas,

berarti yang digunakan adalah peralatan yang sudah pernah terpakai dan sudah

berubah fungsi. Tapi tidak semua perkusi barang bekas ini kondisinya rusak.

Untuk menyetel nada perkusi barang bekas ini juga unik. Biasanya alat perkusi

barang bekas ini diberi tambahan seperti tempelan lakban di sekeliling peralatan

agar nada yang terbentuk lebih nyaring. Atau untuk memukul peralatan perkusi

barang bekas digunakan alat tambahan lain seperti stik atau tongkat.

Berdasarkan hal tersebut, maka Undang –undang No 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 ayat (2)

“Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan

terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan

mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang

meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan,


3

dan penegakan hukum”. Peran siswa dalam hal sikap, perilaku, pengetahuan, dan

keikutsertaannya dalam permasalahan kebersihan lingkungan perlu dibina dan

dikembangkan. Pemanfaatan sampah merupakan suatu gagasan untuk mengurangi

limbah sampah serta menghasilkan suatu karya seni yang bermanfaat bagi sekolah

pada khususnya.

Salah satu masalah terbesar yang ada di Indonesia adalah Limbah Paralon.

Paralon adalah pipa yang terbuat dari plastik dan memiliki sifat yang tahan lama

dan tidak gampang dirusak. Pipa Paralon juga tidak berkarat atau membusuk.

Oleh karena itu, pipa paralon ini paling sering digunakan dalam sistem

irigasi/perairan dan pelindung kabel. Limbah anorganik seperti limbah plastik,

kayu, paralon, banyak ditemukan di sekolah, di rumah, atau di lingkungan

masyarakat sekitar dan tentu menimbulkan permasalahan tersendiri, sehingga

harus ada solusi terhadap penanganan dan pengelolaan sampah Anorganik ini.

Dengan pemanfaatan limbah paralon ini dapat meningkatkan kreativitas

pengembangan siswa agar meningkatkan motivasi belajar yang lebih kreatif dan

inovatif di bidang seni musik. Dalam bukunya Rohidi (2016: 39-41) Secara umum

dapat dikatakan bahwa kreativitaslah yang paling utama muncul melalui seni dan

kebudayaan sebagai sumber potensial diberbagai kelompok masyarakat dan

bangsa di dunia ini. Kreativitas itu dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk

menghasilkan hal baru atau ide baru yang belum pernah ada sebelumnya. Proses

untuk menghasilkan hal baru tersebut berasal dari proses imaginatif dari

penciptanya sendiri (Hamalik, 2014: 179).


4

Memanfaatkan limbah paralon merupakan suatu aktivitas pembinaan yang

direncanakan untuk membantu siswa dalam pembelajaran seni musik secara

efektif. Agar pemanfaatan limbah dapat dilaksanakan secara efektif, maka harus

terdapat panduan dari guru yang mengajar dalam membentuk inovasi siswa dalam

pembelajaran pemanfaatan limbah paralon menjadi sarana pembelajaran. Sarana

pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan

berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik dan sempurna (Kustandi dan

Sutjipto, 2018: 8). Sarana adalah sebuah perangkatan peralatan, bahan, perabot

yang secara langsung digunakan dalam sebuah kegiatan atau aktivitas. Sarana

adalah sebuah perangkatan peralatan, bahan, perabot yang secara langsung

digunakan dalam sebuah kegiatan atau aktivitas. Sarana menjadi sebuah

kelengkapan keperluan dalam menjalankan sebuah kegiatan atau aktivitas

(Bafadal, 2011). Sarana belajar memberikan manfaat yang berarti bagi

keberhasilan proses belajar belajar. Arsyad (2015) berpendapat bahwa manfaat

sarana belajar adalah sebagai berikut : 1) Pemanfaatan sarana belajar dapat

memperjelas pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan

meningkatkan proses dan hasil belajar, 2) Meningkatkan dan menggairahkan

perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih

langsung antara siswa dan lingkungannya dan memungkinkan siswa untuk belajar

sendiri sesuai dengan kemampuan minat, dan 3) Memberikan kesamaan

pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta


5

memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan

lingkungannya, misal melalui karyawisata dan lain-lain.

Penggunaan sarana, media, dan bahan ajar yang tepat adalah solusi

peningkatan aktivitas dan minat siswa dalam pelaksanaan belajar mengajar.

Meningkatnya aktivitas dan minat siswa diharapkan dapat mempengaruhi

peningkatan prestasi siswa, dan memberikan nilai positif bagi sekolah terutama

siswa dalam mengembangkan kreativitasnya. Sehingga bisa menjadi kebiasaan

yang baik dalam setiap lingkungan.

Adapun kelebihan limbah daur ulang paralon sebagai sarana pembelajaran

bermain musik adalah yang pertama dapat memaminimalisir biaya jika

dibandingkan dengan membeli alat musik, dan peserta didik dapat langsung

mendengarkan bunyi musik dalam satu oktaf. Sedangkan kekurangan dari limbah

daur ulang paralon ini adalah hanya terdiri dari satu oktaf, jadi ada beberapa lagu

yang tidak dapat dimainkan menggunakan alat musik ini. Jenis musik yang dapat

dihasilkan yaitu lagu-lagu tradisional nusantara yang menggunakan tangga nada

pentatonik.

Tangga nada pentatonik adalah tangga nada yang menggunakan lima nada

pokok pada tiap oktafnya dan berasal dari tangga nada mayor. Terdapat dua jenis

tangga nada pentatonik, yaitu pelog dan slendro. Keduanya memiliki susunan

jarak nada dan ciri yang berbeda. Perbedaan tangga nada pentatonik pelog dan

slendro akan terdengar jelas jika dimainkan dalam musik.

Di samping itu, dengan memanfaatkan limbah daur ulang menjadi sesuatu

yang bermanfaat khususnya digunakan sebagai sarana pembelajaran di sekolah,


6

hal ini dapat meminimalisir sampah yang berasal dari kegiatan yang dilakukan

oleh manusia, termasuk kegiatan industri. Melihat kurangnya kesadaran

masyarakat menyebabkan kondisi lingkungan semakin hari semakin buruk. Upaya

potensial yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat adalah dengan

menerapkan pendidikan lingkungan hidup. Keadaan ini mengajak kita berfikir,

bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat

dalam melestarikan fungsi lingkungannya. Sebagai generasi muda penerus bangsa

harus berfikir agar limbah (plastik) tersebut dapat diminimalisir. Seperti yang

dilakukan pemerintah sekarang melalui program Adiwiyata.

Adiwiyata, secara internasional disebut pula dengan Green School adalah

salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong

terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian

lingkungan hidup. Diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan

sekolah menuju lingkungan yang sehat dan menghindari dampak lingkungan yang

negatif. Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Negara Lingkungan

Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga

sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan

setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang

sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif. Penelitian ini kemudian

penting untuk dikaji melihat fenomena dan fakta yang terjadi di lapangan dengan

adanya program Adiwiyata kemudian semakin banyak sekolah-sekolah yang

peduli akan lingkungan dengan memanfaatkan limbah menjadi karya seni.

SMP Negeri 1 Kendari merupakan sekolah berbasis sekolah adiwiyata.


7

SMP Negeri 1 Kendari terletak di Kota Kendari, letaknya berada di Jl.

Samratulangi, No. 111, Kemaraya, Kec. Kendari Barat, Kota Kendari, Sulawesi

Tenggara. SMP Negeri 1 Kendari merupakan salah satu SMP Negeri pertama

yang berada di Sulawesi Tenggara yang didirikan pada tanggal 1 Juli 1996.

Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kendari saat ini adalah Abdul Hamid, S.Pd., M.Pd.

SMP Negeri 1 Kendari menerima hasil akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional

Sekolah/Madrasah (BAN SM) dan mendapatkan nilai akreditasi A. Sekolah ini

memiliki lahan seluas 3.900 M2.

Ruang belajar untuk proses belajar mengajar terdapat 29 kelas setiap ruang

kelas memiliki masing-masing satu white board, satu meja dan kursi guru,

masing-masing satu meja dengan kursi untuk setiap siswa. Untuk semua ruangan

yang berada dilantai satu memiliki satu unit air conditioner (AC), sedangkan

untuk ruangan kelas yang berada di lantai dua hanya menggunakan kipas angin.

Ruangan yang selain digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang terdapat di

SMP Negeri 1 Kendari, terdiri dari ruang Kepala Sekolah, ruang Wakil Kepala

Sekolah, ruang guru, ruang perpustakaan, ruang bimbingan konseling (BK), unit

kesehatan sekolah (UKS), laboratorium Kimia/Fisika/Biologi, laboratorium

komputer, musholah, kantin, kamar mandi siswa dan guru, ruang osis.

SMP Negeri 1 Kendari menerapkan kurikulum 2013 dan kurikulum

merdeka dengan metode pembelajaran yang dirancang oleh guru-guru dalam

silabus sudah menggunakan metode yang interaktif, inspriatif, menyenangkan,

kreatif, menantang, dan memotivasi siswa. Oleh sebab itu, maka diangkat sebuah

penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Daur Ulang Paralon Sebagai


8

Media Pembelajaran Seni Musik di SMP Negeri I Kendari”. Alasan pemilihan

sekolah sebagai tempat penelitian didasari oleh yang pertama penghargaan yang

diperoleh SMP Negeri 1 Kendari sebagai sekolah adiwiyata yaitu sekolah yang

menjunjung tinggi prinsip dan nilai-nilai lingkungan, mengingat juga pentingnya

peranan media pembelajaran, guru harus menjadikannya sebagai bagian tak

terpisahkan dalam keseluruhan proses pembelajaran di sekolah menengah.

Penggunaan media dalam proses pembelajaran akan menumbuhkan

kebermaknaan belajar dimana para siswa akan lebih tertarik, merasa senang, dan

termotivasi untuk belajar, serta menumbuhkan rasa ingin tahu (curiosity) terhadap

sesuatu yang dipelajarinya.

Berkaitan dengan sarana pembelajaran seni musik yang tersedia di SMP

Negeri 1 Kendari khususnya tergolong cukup keberadaannya. Namun dengan

keterbatasan keterampilan alat musik yang dimiliki oleh tenaga pendidik (guru)

menjadi salah satu penghambat dalam proses pembelajaran yang memang

membutuhkan media yang berkaitan dengan alat musik. Dan beberapa guru masih

memiliki anggapan bahwa proses pembelajaran masih bisa berlangsung meskipun

tanpa disertai sarana pembelajaran. Sehingga suasana belajar pun menjadi kurang

efektif, dan tanpa disadari kurang adanya minat untuk mengikuti pembelajaran. Di

sisi lain terjadinya rasa bosan (jenuh) pada siswa selama proses pembelajaran

yang dengan sengaja mereka ekspresikan dalam bentuk kegiatan di luar rencana

pembelajaran. Seperti halnya bercanda, bermain di dalam kelas, ngobrol dengan

teman sebangkunya dan lain-lain. Jika dilihat dari hasil keseluruhannya kurang

adanya ketercapain tujuan pembelajaran dan bahkan mungkin sama sekali tidak
9

tercapainya tujuan dari pembelajaran yang diharapkan. Karena jika dilihat dari

karakteristik siswa sekolah menengah itu sendiri, khususnya siswa kelas VIII.5

SMP Negeri 1 Kendari yang tingkat kemampuan kognitif, serta pola pikir yang

masih konkrit dan masih memiliki imajinasi yang tinggi, sehingga benar-benar

membutuhkan sarana yang tepat untuk membantu memberikan pemahaman dan

memudahkan mereka dalam menerima materi selama proses pembelajaran serta

dapat meningkatkan minat mereka dalam mengikuti pelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka yang

menjadi masalah dalam penelitian ini yaitu seperti berikut.

1. Bagaimana pemanfaatan alat musik limbah daur ulang paralon sebagai sarana

pembelajaran seni musik di kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Kendari?

2. Bagaimana hasil belajar pada pembelajaran seni musik menggunakan alat

musik limbah paralon di kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Kendari ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan
dari penelitian ini dapat dilihat seperti berikut ini.
1. Mendeskripsikan pemanfaatan alat musik limbah daur ulang paralon sebagai

sarana pembelajaran seni musik di kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Kendari.

2. Mendeskripsikan hasil belajar pada pembelajaran seni musik menggunakan alat

musik limbah paralon di kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Kendari.


10

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini dapat dilihat seperti
berikut ini.
1. Manfaat secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan pembelajaran

seni khususnya seni musik, sehingga dapat memperbaiki mutu pendidikan dan

meningkatkan prestasi bermain musik dengan menguasai pelajaran seni musik.

Dengan demikian, hasil belajar siswa khususnya pembelajaran seni musik dapat

mencapai prestasi yang baik.

2. Manfaat secara Praktis

a. Bagi guru, dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan dalam

mengelola pembelajaran dan menjadi acuan guru dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran melalui media pembelajan daur ulang paralon.

b. Bagi siswa, dengan adanya penelitian ini siswa dapat menjadikan bahan

referensi pada kegiatan kreativitas lainnya.

c. Bagi sekolah, penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik

dalam mengembangkan kreativitas siswa dalam mengelolah limbah

plastik khususnya paralon menjadi media pembelajaran seni musik di

SMP Negeri 1 Kendari.

d. Bagi pembaca, dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu

memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan terhadap kreativitas

peserta didik dalam pengolahan limbah khususnya paralon menjadi

media pembelajaran seni musik. Dari hasil penelitian ini juga

diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan referensi bagi pembaca, dan
11

dapat digunakan sebagai bahan penelitian untuk penelitian lanjutan.

e. Manfaat lainnya juga diharapkan dapat menambah informasi bagi semua

pihak yang membutuhkannya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Adapun objek penelitian ini adalah terfokus pada pemanfaatan limbah daur

ulang paralon sebagai sarana pembelajaran seni musik dalam mata pelajaran Seni

Budaya kelas VIII.5 di SMP Negeri 1 Kendari. Adapun kurikulum yang

digunakan adalah kurikulum 2013. Berikut ini ditampilkan silabus yang memuat

kompetensi dasar seni musik kelas VIII pada mata pelajaran Seni Budaya

Semester Genap, Kurikulum 2013.

SILABUS
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Kendari
Mata Pelajaran : Seni Budaya
Kelas/Semester : VIII / (Genap)
Standar Kompetensi : 1. Menghargai dan Menghayati ajaran agama yang dianutnya
(KI)
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
( toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret ( menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori
12

1.6 Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah yang digunakan

Dalam penelitian ini, perlu diungkapkan batasan istilah seperti berikut ini.

1. Limbah Daur Ulang Paralon adalah sisa dari suatu aktivitas manusia yang

digunakan untuk proses produksi, pasca konstruksi, dan sebagainya yang

berfungsi sebagai media pengaliran suatu zat cair, uap, atau gas dimana

berbentuk batang silinder berongga.

2. Sarana Pembelajaran adalah

3. Seni Musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau

komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi (Konsep Pemanfaatan)


Definisi pemanfaatan adalah proses, cara, perbuatan memanfaatkan: sumber

alam untuk pembangunan, sampah untuk seni, dan lain-lain (Susilowati, 2006:

59). Pemanfaatan adalah suatu kegiatan, proses, cara atau perbuatan menjadikan

suatu yang ada menjadi bermanfaat. Istilah pemanfaatan berasal dari kata dasar

manfaat yang berarti faedah, yang mendapatkan imbuhan pe-an yang berarti

proses atau perbuatan memanfaatkan (Poerwadarminta, 2002: 125). Pemanfaatan

dalam hal ini adalah memanfaatkan sampah keras untuk alat musik perkusi, secara

tidak langsung memberikan arti, bahwa tidak selamanya sampah itu tidak

berguna. Pemanfaatan ini mengajarkan kita sebagai manusia, agar tidak menyia-

nyiakan barang atau benda, karena barang atau benda tersebut bisa kita

manfaatkan untuk hal-hal tertentu. Pemanfaatan sampah juga mengajarkan kita

akan peduli terhadap kebersihan lingkungan.

2.2 Sampah Keras


Sampah keras yaitu sampah anorganik/kering yang bersifat padat/keras.

Sepertihalnya, panci bekas, ember bekas, kaleng cat bekas, dan lain-lain. Sampah

merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia. Tidak hanya
14

di Negara-negara berkembang, tetapi juga di negara-negara maju, sampah

selalu menjadi masalah. Rata-rata setiap harinya kota-kota besar di Indonesia

menghasilkan puluhan ton sampah. Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk

khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah disediakan

tanpa apa-apakan lagi. Dari hari ke hari sampah itu terus menumpuk dan terjadilah

bukit sampah seperti yang sering kita lihat. Sampah yang menumpuk itu, sudah

tentu akan mengganggu penduduk di sekitarnya. Selain baunya yang tidak sedap,

sampah sering dihinggapi lalat. Dan juga dapat mendatangkan wabah penyakit.

Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga

untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak

atau bercacat dalam pembikinan atau materi berkelebihan atau ditolak atau

buangan. (Kamus Istilah Lingkungan, 1994: 17). Sampah adalah suatu bahan yang

terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam

yang belum memiliki nilai ekonomis. (Istilah Lingkungan untuk Manajemen,

Ecolink, 1996). Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh

pemiliknya atau pemakai semula. (Tandjung, 1982: 12) Sampah adalah sumber

daya yang tidak siap pakai. (Radyastuti, 1996: 28). Sampah dibedakan menjadi

tiga jenis yaitu:

2.2.1 Sampah Anorganik/kering

Contoh: logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dan lain-lain yang tidak

dapat mengalami pembusukan secara alami.


15

2.2.2 Sampah Organik/basah

Contoh: Sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah

atau sisa buah dll yang dapat mengalami pembusukan secara alami.

2.2.3 Sampah Berbahaya

Contoh: Baterei, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas dan lain-lain.

Namun, sampah tidak juga diklaim sebagai barang tidak berguna. Zaman sekarang

banyak orang yang memanfaatkan sampah. Seperti halnya, pengumpulan sampah

logam, besi, kaleng, plastik, kertas, karet, botol, dan dijadikan barang yang dapat

digunakan kembali.

a. Pengelolaan Sampah

Pemilahan yaitu memisahkan menjadi kelompok sampah organik dan non

organik dan ditempatkan dalam wadah yang berbeda.

b. Pengolahan dengan menerapkan konsep 3R yaitu:

Reuse (penggunaan kembali) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu

yang masih memungkinkan untuk dipakai (penggunaan kembali botol-botol

bekas). Reduce (pengurangan) yaitu berusaha mengurangi segala sesuatu yang

dapat menimbulkan sampah serta mengurangi sampah-sampah yang sudah ada.

Recycle (daur ulang) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu untuk diolah

menjadi barang yang lebih berguna (daur ulang sampah organik menjadi kompos).

Segala macam organisme yang ada di alam ini selalu menghasilkan bahan

buangan, Sebagian besar sampah yang berasal dari aktivitas manusia dapat

bersifat organik maupun anorganik. Contoh sampah organik adalah: sisa-sisa


16

bahan makanan, kertas, kayu dan bambu. Sedangkan sampah anorganik (hasil dari

proses pabrik) misalnya: plastik, logam, gelas, dan karet.

Berdasarkan tinjauan dari kepentingan kelestarian lingkungan, sampah yang

bersifat organik tidak begitu bermasalah karena dengan mudah dapat dirombak

oleh mikrobia menjadi bahan yang mudah menyatu kembali dengan alam.

Sebaliknya sampah anorganik sukar terombak dan menjadi bahan pencemar.

2.3 Limbah Paralon

2.3.1 Pengertian Limbah Paralon

Limbah paralon merupakan sisa dari suatu aktivitas manusia yang

digunakan untuk proses produksi, pasca konstruksi, dan sebagainya yang

berfungsi sebagai media pengaliran suatu zat cair, uap, atau gas dimana berbentuk

batang silinder berongga. Limbah paralon juga dikenal sebagai limbah pipa PVC

atau Polyvinyl Chloride yang terbuat dari proses polimerisasi. Limbah paralon

dengan jenis ini masuk ke dalam urutan ketiga dalam jenis limbah pipa yang

digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

2.3.2 Jenis Limbah Paralon


Pada umumnya limbah paralon terbagi menjadi tiga jenis:

1. Limbah paralon SDR 41. Limbah paralon ini merupakan jenis pipa PVC

pertama yang umumnya digunakan sebagai saluran pembuangan limbah karena

jenis ini memiliki ketebalan terbaik untuk mengalirkan limbah cair bertekanan

tinggi. Limbah paralon SDR 41 secara umum mempunyai ukuran panjang 6

meter per batangnya dan diameter 3 sampai 24 inch.


17

2. Limbah paralon JIS. Limbah paralon JIS atau Japanese Industrial Standard

merupakan salah satu jenis PVC yang paling banyak beredar di pasaran karena

kualitasnya yang terbaik.

3. Limbah paralon SNI. Limbah paralon SNI atau Standard Nasional Indonesia

berasal dari dalam negeri dengan panjang kurang lebih 4 meter hingga 6 meter

per batangnya. Pada umumnya limbah paralon ini mudah diaplikasikan dengan

disambung. Jenis dari limbah paralon SNI terbagi menjadi 4 jenis yaitu limbah

paralon SNI S 6.3 (batas tekanan 16 bar) , SNI S 10 (batas tekanan 12.5 bar),

SNI S 12 (batas tekanan 10 bar), dan SNI S 16 (batas tekanan 8 bar).

2.4 Sarana Pembelajaran


2.4.1 Pengertian Sarana dan Prasarana di Sekolah
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara lansung

dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar

mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja-kursi, alat-alat dan media

pembelajaran. Adapun yang dimaksud prasarana adalah fasilitas yang secara tidak

lansung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran seperti halaman,

kebun, taman sekolah, dan jalan menuju sekolah.

Menurut Ibrahim Bafadal (2003:2), sarana pendidikan adalah “semua

perangkatan peralatan, bahan dan perabot yang secara lansung digunakan dalam

proses pendidikan di sekolah”. Wahyuningrum (2004:5) ,berpendapat bahwa

sarana pendidikan adalah “segala fasilitas yang diperlukan dalam proses

pembelajaran, yang dapat meliputi barang bergerak maupun barang tidak bergerak

agar tujuan Pendidikan tercapai. Sedangkan menurut Soebagio, M. S manajemen

sarana dan prasarana merupakan proses kegiatan perencanaan, pengorganisasian,


18

pengadaan, pemeliharaan, penghapusan dan pengendalian logistik atau

perlengkapan.

2.4.2 Sarana dan Prasarana dalam Proses Belajar Mengajar

Pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi membuat adanya

perubahan dalam pendidikan. Mulai dari perubahan sarana dan prasarana belajar

sekolah yang diharuskan sesuai dengan standar sehingga tujuan pembelajaran

siswa di sekolah dapat dicapai secara efisien. Perubahan juga terjadi pada metode

belajar siswa, dari metode konvensional sampai metode belajar siswa aktif,

perubahan metode pembelajaran tersebut juga harus diimbangi dengan fasilitas-

fasilitas sekolah yang mendukung. Penentukan keberhasilan suatu Pendidikan

ialah guru. Seorang guru yang profesional memiliki kewajiban untuk mengetahui

fasilitas apa saja yang diperlukan oleh seorang siswa dalam proses belajar, mulai

dari sarana dan prasarana yang memadai seperti ruang kelas yang menyenangkan,

meja kursi yang memadai, media belajar yang cukup dan dapat menunjang

kegiatan belajar siswa.

2.4.3 Pentingnya Sarana dan Prasarana dalam Pendidikan

Mengingat pentingnya sarana prasarana dalam kegiatan pembelajaran,

maka peserta didik, guru dan sekolah akan terkait secara langsung. Peserta didik

akan lebih terbantudengan dukungan sarana prasarana pembelajaran. Tidak semua

peserta didik mempunyai tingkat kecerdasan yang bagus sehingga penggunaan

sarana prasarana pembelajaran akan membantu peserta didik, khususnya yang

memiliki kelemahan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Bagi guru akan

terbantu dengan dukungan fasilitas sarana prasarana. Kegiatan pembelajaran juga

akan lebih variatif, menarik dan bermakna. Sedangkan sekolah berkewajiban


19

sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap pengelolaan seluruh

kegiatan yang diselenggarakan. Selain menyediakan, sekolah juga menjaga dan

memelihara sarana prasarana yang telah dimiliki.

2.4.4 Peran Guru dalam Administrasi Sarana dan Prasarana

Peran guru dalam administrasi sarana dan prasarana dimulai dari

perencanaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan, serta pengawasan penggunaan

sarana prasarana.

1. Perencanaan

Perencanaan pengadaan barang menuntut keterlibatan guru karena

semua barang yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar harus sesuai

dengan rancangan kegiatan belajar mengajar itu, perencanaan pengadaan

barang yang menuntut keterlibatan guru diantaranya adalah pengadaan alat

pengajaran dan media pembelajaran.

2. Pemanfaatan dan Pemeliharaan

Guru harus dapat memanfaatkan segala sarana seoptimal mungkin dan

bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan pemakaian sarana dan

prasarana pengajaran yang ada.

3. Pengawasan Penggunaan

Apabila sarana dan prasarana pendidikan itu digunakan oleh siswa

yang ada dikelasnya, maka tugas guru adalah melakukan pengawasan atau

memberikan arahan agar siswa dapat menggunakan atau memakai sarana

dan prasarana Pendidikan itu sebagaimana mestinya.

2.5 Media Pembelajaran


2.5.1 Pengertian Media Pembelajaran
20

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media juga

dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima

pesan. Dalam bahasa Arab, Media adalah perantara atau pengantar pesan dari

pengirim kepada penerima pesan (Kustandi, 2011: 7).

Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Azhar Arsyad, media apabila

dipahamisecara garis besar adalah manusia, materi, dan kejadian yang

membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini guru, buku, teks, dan lingkungan

sekolah merupakan media (Azhar, 2011: 3).

Namun berbeda dengan pendapat Arief S.Sadiman yang menyatakan

bahwa media merupakan salah satu komponen komunikasibaik itu tercetak

maupun audio visual, media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat dan juga

dapat dibaca ,lebih lanjut dikatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga

dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat, serta perhatian siswa

sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2011: 7)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media

adalah segala sesuatu benda atau komponen yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim kepenerima sehingga dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar. Dengan kata lain media

pembelajaran adalah alat bantu proses dalam belajar mengajar sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan keinginan.


21

2.5.2 Karakteristik Media Pembelajaran

Kemajuan di bidag teknologi pendidikan menuntut digunakanya berbagai

media pembelajaran, namun setiap jenis media memiliki karakteristik masing-

masing dan menampilkan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses

belajar peserta didik berikut ini karakteristik beberapa jenis media yang biasanya

dipakai dalam kegiatan belajar mengajar yang dikemukakan oleh Wina Sanjaya.

a. Media Grafis

Media grafis adalah media yang menyampaikan fakta ,ide, gagasan

melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka, simbol, yang termasuk media grafis

adalah: garafik, diagram,bagan, sketsa,poster, papan, flanel, bulletin board (Wina

Sanjaya, 2016: 119).

b. Media Audio

Yaitu media yang hanya dapat di akses melalui organ pendengaran pesan

yang akan dituangkan kedalam lambang-lambang auditif, baik verbal kedalam

kata-kata atau bahasa latin) maupun non verbal, jenis media adiu yaitu radio, tape

recorder, kaset, piringan hitam dan rekaman suara (Wina Sanjaya, 2016: 118).

c. Media Proyeksi Diam


Media proyeksi diam mempunyai persamaan denfan media grafik dalam

arti menyajikan rasangan-rangsangan visual. Selain itu, bahan-bahan grafis

banyak sekali di pakai dalam proyeksi diam, perbedaan nya jelas diantara

keduanya yaitu pada media grafis dapat secara langsung berintekrasi dengan

pesan media yang bersangkutan pada media proyeksi, pesan tersebut harus

diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran terlebih dahulu

(Wina Sanjaya, 2016: 119).


22

2.5.3 Manfaat Media Pembelajaran

Manfaat praktis dari penggunaan media pembelajan di dalam proses

belajar mengajar yaitu:

a. Media pembelajaran dapat mempejelas penyajian pesan dan informasi sehingga

dapat memperlancar proses hasil belajar.

b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan pengertian siswa

sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar.

c. Media pembelajaran dapat menanggulangi keterbatasan indera, ruang serta

waktu

d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa

tentang peristiwa-peristiwa dilingkungan mereka (Hidayati, 2013)

Dari beberapa manfaat media seperti yang telah di kemukakan dapat

diketahui bahwa manfaat media dalam pembelajaran dapat memperjelas pesan

agar tidak terlalu verbalitas, mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya

indera, menimbulkan gairah belajar serta memberikan rangsangan berupa

pengalaman baru.

2.5.4 Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Berikut ini beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media

(Azhar, 2011: 73).

a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan

instruksional yang telah ditetapkan yang secra umum mengacu pada salah satu

atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
23

b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip tau

generalisasi. Media yang berbeda, misalnya film dan grafik merlukan simbol

yang berbeda dan kode yang berbeda, dan oleh karena itu memerlukan proses

dan keterampilan mental yang berbeda untuk memahaminya. Agar dapat

membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai

dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.

c. Praktis, luwes dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana atau sumber daya

lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan

memakan waktu lama untuk meproduksinya bukanlah jaminan sebagai media

yang terbaik. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan di manapun dan

kapanpun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya serta mudah

dipindahkan dan dibawa kemana – mana.

d. Guru terampil dalam menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria

utama. Apapun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses

pembelajaran. Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang

menggunakannya.

e. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu

sama efektifnya jika digunakan pada pada kelompok kecil atau perorangan.

Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang,

kelompok kecil, dan perorangan.

f. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus

memenuhi persyaratan teknis tertentu.

2.6 Kreativitas
24

Kurikulum 2013 sangat dituntut siswa agar dapat belajar aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan. Oleh sebab itu, siswa pada tahap sekolah dasar

dituntun agar dapat mengembangkan kemampuan berkreativitas. Adapun

beberapa pengertian kreativitas menurut para ahli yaitu.

2.6.1 Pengertian Kreativitas

Kreativitas berasal dari kata kreatif yaitu memiliki daya cipta, memiliki

kemampuan untuk menciptakan, bersifat (mengandung) daya cipta, sedangkan

kreativitas merupakan kemampuan untuk mencipta (Depdiknas, 2002: 599).

Hurlock menyatakan bahwa kreativitas adalah proses mental yang unik, suatu

proses yang semata-mata dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang baru

berbeda dan orisinil. (Supriadi, 2005: 15). menambahkan bahwa kreativitas adalah

kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan

maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.

Sejalan dengan pendapat di atas (Suratno, 2005: 24). mengemukakan

bahwa kreativitas adalah suatu aktivitas imajinatif yang memanifestasikan

kecerdikan dari pikiran yang berbeda untuk menghasilkan suatu produk atau

menyelesaikan persoalan dengan caranya sendiri. Seseorang yang kreatif ingin

memuaskan rasa keingintahuannya melalui berbagai aktivitas, seperti

bereksplorasi, bereksperimen, dan banyak mengajukan pertanyaan kepada orang

lain. Semua hal tersebut dilakukan sebagai upaya menciptakan sesuatu yang baru

dan berbeda dari yang pernah ada untuk memecahakan suatu masalah serta

dilakukan dengan caranya sendiri agar seseorang merasa puas akan hasil yang

telah dia ciptakan.


25

Menurut Supriadi bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk

melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang

relatif berbeda dengan apa yang tealah ada. Kreativitas merupakan kemampuan

berpikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam

kemampuan berpikir, ditandai oleh suksesi, diskontinuitas, diferensiasi, dan

integrasi antara tahap perkembangan. Kreativitas adalah kemampuan untuk

menciptakan atau daya cipta (Rachmawati, 2010: 15)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kreativitas adalah suatu proses untuk menghasilkan sesuatu yang baru, baik

berupa gagasan atau berupa suatu obyek tertentu serta mampu menerapkannya

dalam pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dengan

caranya sendiri. Dalam menghasilkan gagasan maupun suatu produk yang baru

dan orisinil tersebut, pendidik perlu memperhatikan aspek-aspek kreativitas yang

menjadi indikator yang digunakan sebagai acuan dalam mengukur kreativitas

anak, sehingga kreativitas dapat berkembang secara optimal. Kreativitas dalam

penelitian ini adalah suatu proses untuk menghasilkan sesuatu yang baru, baik

berupa gagsan atau berupa karya nyata yang tidak terfikirkan oleh orang lain

dalam pemecahan masalah untuk menghasilkan karya yang orisinil dan relatif

berbeda.

2.6.2 Aspek-aspek Kreativitas


Aspek kreatif menurut Guilford dalam (Mulyadi, 2016: 250) meliputi:
26

a. Flexibility, originality, dan elaborasi. Fluency, yaitu kesigapan, kelancaran,

untuk menghasilkan banyak gagasan secara cepat. Dalam kelancaran berpikir,

yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.

b. Flexibility, yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam macam cara

dalam mengatasi masalah, kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide,

jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat

suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, mencari alternatif atau arah

yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan

atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam

berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan

menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.

c. Originality, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau asli

d. Elaborasi, adalah kemampuan untuk melakukan hal yang detail dari suatu

objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Susanto (2011) juga menyatkan aspek kemampuan kreativitas anak

meliputi Kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (Originaliti), dan

penguraian (elaborastion).

a. Kelancaran (fluency)

Kelancaran (fluency) ini dapat dilihat dari ini indikator sebgai berikut:

Ekspresif, yaitu memiliki kemauan yang kuat serta dorongan yang disertai

semangat yang tinggi untuk maju dan berhasil dengan berusaha sekuat tenaga

untuk tercapai tujuan yang ditetapkannya.


27

1. Arus gagasan spontan, dimana orang yang kreatif itu dipenuhi dengan

gagasan dan ide-ide baru dan segar, serta mampu mencari solusi dan alternatif

jalan keluar yang terbaik.

2. Menggunakan waktu untuk menemukan masalah dan solusi, yaitu untuk

orang kreatif ini tidak banyak membuang-buang waktu untuk bersantai-santai

yang kurang berarti, tetapi banyak digunakan untuk mencari gagasan baru

dalam memecahkan masalah.

b. Kelenturan

Kelenturan (flexibility) ini dapat dilihat dari inidkator berikut :

1. Cenderung mengadakan percobaan mandiri dengan berbagai gagasan serta

media, bahan, dan teknik.

2. Tidak menggunakan metode umum dalam menyelesaikan masalah.

3. Melakukan pendekatan, sudut pandang dari perspektif yang berbeda.

4. Toleransi terhadap konflik dan kelancaran.

5. Kemampuan menyesuaiakan diri dari situasi satu kesituasi lainnya.

c. Keaslian (Originaliy) ini dapat dilihat dari indikator berikut:

1. Imajinasi tinggi, mampu menggambarkan dengan jelas fenomena yang

sifatnya futuristis

2. Tidak terpengaruh dari luar

3. Cenderung mengadakan percobaan dengan menemukan masalah sebelum

masalah dipahami.

d. Elaborasi dapat dilihat dari indikator berikut :

1. Penggunaan banyak unsur, tidak monoton pada satu aspek saja.


28

2. Menggunakan ide-ide dari masalah

Selain itu, aspek kreativitas menurut (Martini, 2006: 67) yaitu:

a. Kelancaran yaitu kemampuan untuk memberikan jawaban dan mengemukakan

gagasan atau ide-ide yang ada dalam pikiran anak dengan lancer.

b. Kelenturan yaitu kemampuan anak untuk mengemukakan berbagai alternatif

dalam pemecahan masalah sesuai dengan ide-ide yang dimilikinya.

c. Keaslian yaitu kemampuan untuk mnghasilan berbagai ide atau karya yang asli

hasil pemikiran sendiri. Hasil karya yang dihasilkan anak lebih unik dan

berbeda dengan lainnya.

d. Elaborasi yaitu kemapuan untuk memperluas atau memperkaya ide yang ada

dalam pikiran anak dan aspek-aspek yang mungkin tidak terpikirkan atau

terlihat orang lain.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

kreativitas anak meliptui kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian

(originality), elaborasi (elaboration), kepekaan (sensitivity) serta keuletan dan

kesabaran. Dalam penelitian ini, peneliti lebih merujuk pada aspek-aspek

keativitas anak menurut (Martini, 2006: 67). yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian

dan elaborasi.

2.6.3 Ciri-ciri Kreativitas

Menurut Supriadi (Yeni, 2005: 17). ciri kreativitas dapat dikelompokkan

dalam dua kategori, yaitu katagori kognitif dan katagori non kognitif. Ciri

kategori kognitif antara lain orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi.

Sedangkan ciri kategori non kognitif diantaranya motivasi sikap dan kepribadian
29

kreatif. Kategori kognitif dan katagori non kognitif ini keduanya sangat berkaitan

dan sama pentingnya, kecerdasan yang tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif

tidak akan menghasilkan suatu hasil apapun. Kreativitas hanya dapat dilahirkan

dari orang cerdas yang memiliki kondisi psikologis yang sehat. Kreativitas tidak

hanya perbuatan otak saja namun variabel emosi dan kesehatan mental sangat

berpengaruh terhadap lahirnya sebuah karya kreatif. Kecerdasan tanpa mental

yang sehat sulit sekali dapat menghasilkan karya kreatif.

Sumanto menambahkan bahwa anak kreatif mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut, 1) mempunyai kemampuan berfikir kritis, 2) ingin tahu, tertarik pada

kegiatan yang dirasakan yang dirasakan sebagai tantangan, 3) berani mengambil

resiko, 4) tidak mudah putus asa, 5) menghargai keindahan, 6) mau berbuat atau

berkarya, serta 7) menghargai diri sendiri dan orang lain (Sumanto, 2005: 39).

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan

bahwa seseorang yang kreatif yaitu seseorang memiliki karakteristik yaitu

mempunyai kemampuan berpikir kritis, mempunyai rasa ingin tahu yang besar,

tertarik pada kegiatan kegiatan kreatif, berani mengabil resiko, tidak mudah putus

asa, lentur (fleksibel), suka mengekspresikan diri dan bersikap natural (asli).

Dalam penelitian ini anak kreatif adalah anak yang mampu membuat hasil

karya dengan tekun, gagasan yang orisinil, fleksibel dalam berpikir dan merespon,

berani menambil resiko, serta tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah

dalam menciptakan ide ataupun karya baru yang orisinil. Dari ciri-ciri di atas,

seorang pendidik harus mengembangkan kreativitas anak dengan optimal

sehingga mencapai tujuan pengembangan kreativitas yang diharapkan. Dalam


30

mengembangkan kreativitas tersebut pendidik juga harus tau faktor-faktor yang

mempengaruhi kreativitas.

2.6.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kreativitas

Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk

mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing dalam bidang

dan kadar yang berbeda-beda. (Seto, 2016: 246). mengemukakan ada empat

strategi dalam pengembangan kreativitas yang sering disingkat dengan 4P, yaitu

pribadi, pendorong, proses dan produk.

a. Pribadi

Kreativitas adalah ungkapan (estetis) dari keunikan individu dalam

interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif yang unik dapat ditimbulkan

ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. Pendidik hendaknya dapat

menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat siswanya. Guru hendaknya

membantu anak untuk mengembangkan dan menemukan bakat-bakat dan

menghargainya

a. Pendorong

Bakat kreatif anak akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari

lingkungannya, jika ada dorongan yang kuat dalam dirinya sendiri untuk

menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang dalam lingkungan,

keluarga, maupun di masyarakat harus ada penghargaan dan dukungan terhadap

sikap dan perilaku kreatif individu atau kelompok individu.


31

b. Proses

Anak perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif untuk

mengembangkan kreativitasnya. Guru hendaknya dapat merangsang anak untuk

melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif, dengan membantu mengusahakan

sarana prasarana yang diperlukan. Proses bersibuk diri secara kreatif tanpa perlu

selalu menuntut dihasilkannya produk-produk kreatif yang bermakna, hal itu akan

datang dengan sendirinya.

d. Produk

Kondisi yang memungkinkan seseorang untuk menciptakan produk kreatif

yang bermakna adalah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu sejauh mana

keduanya mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses kreatif.

Guru hendaknya menghargai produk kreativitas anak dan mengkomunikasikannya

kepada yang lain, misalnya dengan menunjukkan atau memamerkan hasil karya

anak.

2.7 Seni Musik


Musik adalah bentuk suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau

komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui

unsur-unsur musik yaitu irama melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan

ekspresi sebagai satu kesatuan menurut (Jamalus, 1988:1-2). Menurut Banoe

(2003: 288) musik adalah cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai

suara ke dalam pola–pola yang dapat dimengerti dan dipahami manusia. Musik

adalah ilmu pengetahuan dan seni tentang kombinasi ritmik dari nada–nada, baik

vokal maupun instrumental, yang meliputi melodi dan harmoni sebagai ekspresi
32

dari segala sesuatu yang ingin diungkapkan terutama aspek emosional (Bahari,

2008: 55).

Pada saat ini musik juga sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi manusia.

Bagi pencipta musik, musik menjadi suatu luapan emosi jiwa, dimana perasaan

yang ada di pencipta musik tersampaikan. Bagi penikmat musik, dengan

mendengar musik yang sesuai dengan suasana hati maka harapannya agar bisa

merasa lebih relaks dan lebih baik.

2.7.1 Sejarah dan Perkembangan Musik


Kehadiran musik sebagai bagian dari kehidupan manusia bukanlah hal

yang baru. Setiap daerah dan budaya di dunia memiliki musik yang khusus

berbicara diperdengarkan atau dimainkan pada saat peristiwa-peristiwa bersejarah

dalam perjalanan hidup anggota masyarakatnya. Ada musik yang dimainkan

untuk mengungkapkan rasa syukur atas kelahiran seorang anak, ada juga musik

yang khusus mengiringi upacara-upacara tertentu seperti pernikahan dan

kematian. Musik juga menjadi pendukung utama untuk melengkapi dan

menyempurnakan beragam bentuk kesenian dalam berbagai budaya (Djohan,

2006: 23).

Musik yang merupakan kombinasi dari ritme, harmonik dan melodi sejak

dahulu diyakini mempunyai pengaruh terhadap pengobatan. Terapi musik adalah

keahlian menggunakan musik dan elemen musik oleh seorang terapis untuk

meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan fisik, mental,

emosional dan spiritual. Terapi musik merupakan suatu proses multidisipliner

yang harus dikuasai oleh seorang terapis, namun elemen dasarnya adalah musik
33

itu sendiri. Seorang terapis diwajibkan menguasai setidaknya satu alat musik

pokok dan satu pilihan lainnya (Djohan, 2006: 25).

Gagasan untuk menggunakan musik sebagai alat penyembuhan dan

perubahan perilaku sudah dimulai sejak zaman Phytagoras dan Plato (Djohan,

2006: 28). Phytagoras sudah memahami apa yang diketahui para ilmuwan saat ini

bahwa musik bisa mengubah perilaku. Phytagoras menganggap jagat raya sebagai

sebuah alat musik. Dia percaya adanya getaran kosmis yang bisa memasuki

manusia melalui pikiran. Orang yang selaras dengan getaran kosmis tersebut

adalah orang yang sehat (Merritt, 2003: 68).

Musik tidak hanya berfungsi dalam bidang pendidikan saja melainkan

musik juga berfungsi untuk sebagai hiburan. Musik dapat digunakan sebagai

musik latar, seperti digunakan di dalam suatu kegiatan, atau sebagai musik latar

disuatu tempat seperti klinik kecantikan, rumah sakit, tempat terapi dan lain-lain.

Digunakan ntuk memberi variasi, memberi tekanan, memberikan nuansa dan yang

terpenting mengunggah emosi pendengar.

Secara fidiologis, musik berhubungan dengan indra pendengaran, namun

secara psikologis musik berhubungan dengan berbagai fungsi psikis manusia

seperti persepsi, abstraksi, mood dan berbagai fungsi psikologis lainnya.

Perbedaan cepat-lambat tempo lagu contohnya, mempengaruhi persepsi terhadap

rangsang pendengaran yang merujuk pada penafsiran makna yang berbeda.

Penafsiran lagu bertempo cepat diartikan dengan sesuatu yang menggugah

semangat dibandingkan lagu yang bertempo lambat. Pemilihan lagu bernada


34

tinggi cenderung dipersepsi sebagai sesuatu yang mengandung emosi yang lebih

kuat dibandingkan yang rendah.

Menurut Tyas (2008: 107) musik merupakan keajaiban yang bersifat

subyektif. Hal ini karena cita rasa musik selalu menjadi rasa yang disadari dan

dinikmati dengan perasaan (emosi). Pemilihan jenis musik yang tepat akan

memberikan efek emosional bagi pendengarnya, seseorang akan hanyut dalam

suatu irama dan nada-nada lagu tersebut.

Pengertian pemanfaatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:

912) yaitu guna, memanfaatkan, dan bermanfaat. Pemanfaatan dapat diartikan

sebagai memanfaatkan sesuatu agar bermanfaat atau berguna untuk sesuatu.

Memanfaat berarti sesuatu yang dapat dinikmati langsung pada saat itu juga.

Dapat dikatakan mendatangkan keuntungan kepada suatu pihak. Dalam konteks

kesehatan, memanfaatkan sesuatu untuk memberikan kesembuhan kepada pasien.

2.8 Teori Musik

Teori musik adalah bidang pengetahuan yang diajarkan kepada siswa di

sekolah. Jamalus (1988: 2) mengatakan:

“Pemahaman unsur-unsur musik akan diperoleh melalui pengajaran yang


dinamakan teori musik dasar, bahwa pengajaran teori musik akan memberikan
pemahaman yang bermakna bagi seseorang. Jika ia telah mengalami serta
menghayati fungsi unsur-unsur musik itu dalam lagu yang dipelajarinya. Jadi,
untuk memperoleh pemahaman yang bermakna unsur-unsur musik itu haruslah
diberikan melalui pengalaman musik.”

Menurut Hardjana (1983:66) “Tujuan utama pendidikan musik adalah

membantu mengembangkan kemampuan setiap siswa untuk memiliki pengalaman

keindahaan sebagai tanggapan dan reaksinya terhadap musik.” Harison (1983:2) “

The heart of the matter in musik education is to help every child experience the
35

expressiveness of sound as fully as he is capable of doing so”, pendapat ini berarti

bahwa unsur pokok dalam pendidikan musik adalah untuk membantu setiap siswa

untuk mengalami ekspresi bunyi sesuai dengan kecakapan atau kemampuan yang

dimiliki siswa.

Pengalaman keindahan dan ekpresi musik baru dapat dirasakan jika seseorang

telah benar-benar menguasai teori musik. Karena penguasaan unsur-unsur teori

musik merupakan dasar untuk semua kegiatan bermusik. Penguasaan teori musik

tidak didapatkan dalam waktu singkat, karena dalam mempelajarinya dibutuhkan

proses yang cukup lama dan diperlukan latihan sebagai penunjangnya. Menurut

Kahono (1984:13) “Latihan harus ditetapkan sebagai kebutuhan yang mendasar,

karena seseorang tidak akan berhasil hanya dengan memboros-boroskan waktu

yang tersedia.”

Untuk memperoleh pemahaman tentang teori musik, maka unsur-unsur musik

dapat diberikan melalui pengalaman musik. Pengalaman musik dapat diperoleh

melalui pendidikan formal maupun non formal. Unsur-unsur musik itu akan

dibahas berikut ini.

2.8.1 Unsur-unsur Pokok Musik

Untuk memahami suatu musik, perlu kita mengetahui unsur-unsur yang

terdapat dam musik itu sendiri. Adapun unsur-unsur musik tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Melodi

Menurut Turek (1988: 80-81) “A melody is, in the most general sense, a

succession of pitches in rhythm. Those pitches are usually organized into one or
36

more large units. Thus, pitch, rhythm and form are the essence of most melodies”.

Dapat diterjemahkan secara bebas bahwa melodi dalam pengertian umum dapat

diartikan sebagai rangkaian atau urutan dari nada-nada didalam irama. Nada-nada

tersebut biasanya tersusun dalam satu kesatuan yang lebih besar. Jadi nada, irama

dan bentuknya adalah unsur dasar dari melodi. Sedangkan menurut Jamalus

(1996: 16) melodi adalah susunan rangkaian nada (bunyi dengan getaran teratur)

yang terdengar berurutan serta berirama dan mengungkapkan suatu gagasan atau

ide. Sedangkan menurut Ali (2006: 56) melodi adalah rangkaian nada-nada dalam

notasi yang dibunyikan secara berurutan. Dari ketiga penjelasan tersebut di atas

dapat disimpulkan bahwa.. Melodi adalah serangkaian nada-nada dalam waktu

tertentu yang dapat dibunyikan sendirian, yaitu tanpa iringan, atau dapat

merupakan bagian dari rangkaian akord dalam waktu tertentu.

Rangkaian nada-nada tersebut akan membentuk pola irama yang turun

naik dan terdengar berurutan serta berirama dan menungkapkan suatu gagasan.

Apabila terdapat dalam sebuah lagu, maka lagu tersebut akan terasa indah dan

nikmat untuk didengar. Yang diharapkan dari pemahaman tentang melodi adalah

agar siswa dapat membayangkan bunyi nada-nada dalam musik. Bunyi yang

terdengar dan langsung menghilang harus dapat diingat dan dibayangkan

Menurut Harison (1983: 200) ”They must memorize the sound before they are

asked to produce it.” yang berarti siswa harus dapat menghafal bunyi musik lebih

dahulu sebelum siswa diminta untuk mengungkapkan musik itu, yaitu membaca

notasi musik, bernyanyi dan bermain musik.


37

b. Irama/ritme

Irama/ ritme adalah pengaturan logis rangkaian bunyi berdasar

lamasingkatnya ia dibunyikan agar menghasilkan sebuah gagasan musikal

(Kristianto, 2007: 90). Sedangkan menurut Suwarto dkk (1996: 18) irama ialah

rangkaian gerak yang menjadi unsur dasar dalam musik dan tari. Irama dalam

musik terbentuk oleh bunyi dan diam dengan bermacam lama waktu yang

membentuk pola irama dan bergerak menurut pulsa nada dalam ayunan. Secara

umum ritme mencakup keseluruhan aspek musikal yang berhubungan dengan

waktu, sedangkan secara spesifik, ritme merupakan konfigurasi pola ketukan

tertentu baik yang berasosiasi dengan tempo atau sukat tertentu maupun tidak.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa irama/ ritme adalah pengaturan

bunyi dari suatu waktu tertentu yang dapat dirasakan dan didengar dengan

bermacam lama waktu yang membentuk pola irama. Bahkan Jamalus (1988: 22)

mengatakan: “Sensasi musik dari sebuah irama tidak saja akanmempengaruhi

otot, syaraf, dan bagian tubuh yang bersentuhan dengan instrument, tetapi

mempengaruhi seluruh organ tubuh seseorang.”

Pemahaman unsur irama meliputi notasi irama, tanda diam dan birama.

Notasi irama, notasi adalah not, sama dengan lambang atau simbol bunyi

(Hariyadi, 1989: 11). Tanda birama, gunanya untuk menunjukkan birama mana

yang akan dipakai pada sebuah lagu dan menentukan nilai not pada tiap ruas

birama. Macam-macam tanda birama tersebut antara lain birama tunggal

(sederhana) : 2/4, ¾, 4/4 dan birama susun : 6/8, 9/8, 12/8.


38

Pemahaman unsur irama ini jadi sangat penting bagi siswa karena

komunikasi melalui musik pada dasarnya adalah pengekspresian dari nada-nada

dan irama tersebut. Greenberg (1979: 8) mengatakan: “Musik is an art form. It

communicates ideas and feeling to us through its tones and rythms. This

communication develops in us a sense of richness fulfillment and beauty.” Yang

berarti musik adalah suatu bentuk seni. Melalui musik kita dapat berkomunikasi

dengan mengungkapkan ekspresi jiwa melalui nada-nada dan irama. Bentuk

komunikasi semacam ini akan mengembangkan serta menghidupkan kekayaan

perasaan dan keindahan kita.

c. Harmoni

Harmoni Harmoni secara praktis merupakan susunan dua atau tiga buah

nada yang berbeda tinggi atau rendahnya yang dibunyikan secara bersamaan

(akord). Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan Khodijat (1986: 32) bahwa

harmoni juga pengetahuan tentang hubungan nada-nada dalam akord serta

hubungan antara masing-masing akord. Sementara menurut Harry Suwarto dkk

(1996: 26) harmoni dalam seni musik dapat diartikan sebagai susunan atau gerak

perpindahan nadanada dalam keseimbangan.

Menurut Jamalus (1988: 30) trinada atau akord adalah gabungan tiga buah

nada yang terbentuk dari salah satu nada dengan nada terts atau nada ketiga nada

kwint atau nada kelima, dapat juga dikatakan terts tersusun. Sedangkan menurut

Mudjilah (2004: 56) istilah akord dapat terdiri dari empat buah nada atau bahkan

lebih, sedangkang akord yang hanya terdiri dari tiga buah nada disebut triad. Triad
39

disusun oleh tiga buah nada yang terdiri atas nada alas (root), nada ketiga (terts),

dan nada kelima (kuint). Terts dan kwint adalah istilah yang sering di jumpai

dalam interval atau jarak nada.

d. Bentuk/ Struktur

Menurut Jamalus (1988: 35-36) bentuk/struktur lagu ialah susunan serta

hubungan antara unsur-unsur musik dalam suatu lagu sehingga menghasilkan

suatu komposisi atau lagu yang bermakna. Dasar pembentukan lagu ini mencakup

pengulangan suatu bagian (repetisi), pengulangan dengan bermacam-macam

perubahan (variasi atau sekuens), atau penambahan bagian baru yang

berlainan/berlawanan (kontras), dengan selalu memperhatikan keseimbangan

antara pengulangan dan perubahannya.

Bentuk/struktur lagu tersebut ada yang dinamakan bentuk biner (dua

bagian) yang diberi simbol AB. Bentuk biner ini dapat diperpanjang sehingga

menjadi bentuk AAB, ABB, AABB. Sedangkan bentuk yang lainnya adalah

bentuk terner sederhana (tiga bagian) yang diberi simbol ABA. Bentuk terner ini

dapat juga diperpanjang/divariasikan menjadi AABA atau AABABA.

e. Ekspresi

Dalam memainkan sebuah karya musik dibutuhkan perasaan dalam

memainkannya hal itu biasa disebut ekspresi. Menurut Harry Suwarto dkk (1996:

22) ekspresi merupakan semacam ‘tema’ emosi dari sebuah lagu. Sedangkan

Menurut Jamalus (1988: 38) ekspresi dalam musik adalah unkapan pikiran dan

perasaan yang mencakup semua nuansa dari tempo, dinamik dan warna nada dari
40

unsur-unsur pokok musik. Berikut ini adalah yang merupakan unsur-unsur

ekspresi yaitu:

1. Tempo

Tempo adalah tingkatan kecepatan sebuah komposisi dimainkan dalam

beat/ ketukan per menit (Kristianto, 2007: 114). Sedangkan menurut Soeharto

(1992: 34) tempo adalah cepat lambatnya suatu karya musik. Dari kedua

penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tempo adalah cepat atau lambatnya

sebuah komposisi dimainkan per menit.

Sebagian tanda tempo menggunakan istilah dari bahasa Itali dan

merupakan istilah resmi yang dipakai secara umum. Disamping itu terdapat

istilah-istilah lain yang khusus menyatakan perubahan-perubahan kecepatan

dalam suatu lagu. Istilah-istilah tersebut diantaranya ritardando artinya makin

lama makin lambat dan accelerando artinya makin lama makin cepat.

2. Dinamik

Menurut Mudjilah (2004: 65) tanda dinamik adalah tanda untuk

menentukan keras lembutnya suatu bagian/ phrase kalimat musik. Sedangkan

menurut Jamalus (1988: 39) dinamik adalah keras lembutnya volume suara dalam

permainan 16 musik. Dinamik dinyatakan dengan istilah-istilah dalam bahasa

Latin. Secara garis besar dinamik dibagi menjadi dua macam yaitu keras dan

lunak.

Disamping itu terdapat istilah-istilah yang menyatakan perubahan dinamik

dalam suatu lagu. Istilah-istilah tersebut diantaranya crescendo artinya makin

lama makin keras dan decrescendo artinya makin lama makin lembut.
41

3. Warna Nada

Warna nada merupakan ciri khas bunyi yang terdengar bermacam-macam

melalui sumber bunyi yang berbeda-beda. Istilah untuk menunjukkan warna nada

adalah timbre. Faktor lain untuk menghasilkan warna nada pada instrument musik

sesuai dengan apa yang diinginkannya adalah cara memproduksinya. Dan warna

nada dipengaruhi juga oleh teknik memproduksinya seperti legato, staccato,

sporzando, arpeggio, glissando, dan vibrato. Perbedaan warna nada inilah yang

menghasilkan keindahan dalam suatu permainan musik.

Menurut teori diatas unsur-unsur pokok musik mencakup melodi,

irama/ritme, harmoni, bentuk/struktur dan ekspresi. Namun dalam pelaksaanaan

pembelajaran musik di SMP Negeri 2 Yogyakarta tidak semua unsur musik

diberikan hanya beberapa saja, antara lain melodi, irama/ritme, harmoni dan

ekspresi. Hal ini mengingat bahwa tujuan pembelajaran musik di SMP hanya

sebatas pengenalan untuk membantu pengekspresian siswa melalui pembelajaran

musik.

2.9 Pembelajaran Musik

Pembelajaran musik di sekolah termasuk dalam kelompok pelajaran seni

budaya. Sesuai dengan Peraturan Menteri (Permen No.22, th.2006:263) yang

menyatakan bahwa :

”Pendidikan seni budaya dan keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan,


kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap perkembangan siswa, yang terletak
pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi
melalui pendekatan “belajar seni”, “belajar melalui seni”, dan “belajar tentang
seni”. Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain.”
42

Sesuai dengan pernyataan tersebut, pembelajaran musik adalah kegiatan

pembelajaran untuk menggali potensi dan bakat siswa. Pengaruh yang

ditimbulkan kepada siswa adalah agar memiliki pengetahuan, pengalaman tentang

keindahan sehingga dapat memperhalus budi pekerti. Pemahaman tersebut

didasarkan bahwa seni memiliki unsur-unsur keindahan, keteraturan, kedisiplinan,

dan dinamika. Unsur-unsur tersebut kemudian membuat mata pelajaran seni di

sekolah termasuk dalam mata pelajaran estetika.

2.9.1 Tujuan Pembelajaran

Musik Pada proses pembelajaran hasil yang dicapai adalah melalui

tujuan. Dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum (Depdiknas,

2007:8) diterangkan bahwa pembelajaran musik memiliki tujuan yang meliputi:

1) Memberikan pengalaman estetik agar anak mampu mengembangkan kepekaan


artistik (sensitifitas) dan potensi kreatifitasnya;
2) Memberikan kesempatan anak untuk mengungkapkan ide gagasan dan fantasi
sesuai dengan tingkat perkembangan dalam berbagai medium seni;
3) Membentuk pribadi yang sempurna (self concept, self esteem);

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran seni musik

memberikan pemahaman, pengetahuan, pengalaman juga kemampuan berkarya

seni. Dari berkarya seni dimaksudkan agar siswa bisa berapresiasi terhadap

budaya daerah dan bisa menghargai orang lain 12 yang pada akhirnya mereka bisa

berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Seni mempunyai sifat unik dan memiliki karakteristik tertentu yang tidak

dimiliki pelajaran yang lain. Proses pembelajaran seni idealnya menggunakan

beberapa metode atau strategi mengajar yang disesuaikan dengan kebutuhan.

Metode atau strategi mengajar pun harus sesuai dengan tujuan kurikulum yang
43

tertuang dalam standar kompetensi dan dijabarkan melalui kompetensi dasar

dengan berbagai indikator dengan pengembangan disesuaikan kondisi sekolah.

2.9.2 Metode Pembelajaran Musik

Implementasi metode pembelajaran merupakan sesuatu yang sangat

penting dalam proses pembelajaran termasuk pada pembelajaran seni musik.

Metode pembelajaran akan berhasil jika ditunjang oleh strategi pembelajaran yang

tepat. Menurut Uno (2007:3) bahwa strategi pembelajaran adalah cara-cara yang

akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan

digunakan selama proses pembelajaran.

Proses implementasi metode pembelajaran tentu akan tepat sasaran jika

didukung dengan strategi pembelajaran yang tepat pula. Keterkaitan metode dan

strategi pembelajaran yang didukung inovasi serta pemanfaatan media dapat

sebagai solusi dari kompetensi dasar ekspresi dan kreasi seni. Bertolak dari

pemahaman konvensional ekspresi dan kreasi seni, pembelajaran tentu akan

memudahkan siswa jika dibantu 13 metode serta strategi pembelajaran yang

menggunakan media dari perkembangan teknologi. Hal ini dikemukakan oleh

Ditjen Dikdasmen Depdiknas (2007:11) yaitu melaksanakan pembelajaran yang

memadukan bidang-bidang seni dalam bentuk seni pertunjukan, seni multimedia,

atau kolaborasi seni.

Pengajaran seni baik materi maupun metode hendaknya disesuaikan

dengan taraf perkembangan atau psikologis dari peserta didik (Setiawati, 2006:

195) Berdasarkan pemahaman tersebut, pendidikan musik di tingkat dasar

diarahkan pada pengalaman-pengalaman konkret yang dilakukan siswa secara


44

mandiri sebelum menghadirkan teori-teori (prinsip praktik sebelum teori).

Pengalaman-pengalaman yang diterapkan melibatkan hal-hal yang disukai dan

sesuai dengan perkembangan psikologis siswa.

2.10 Perkusi
2.10.1 Pengertian Perkusi
Perkusi pada dasarnya merupakan benda apapun yang dapat menghasilkan

suara baik karena dipukul, dikocok, digosok, diadukan, atau dengan cara apapun

yang dapat membuat getaran pada benda tersebut. Istilah instrumen perkusi

biasanya digunakan pada benda yang digunakan sebagai pengiring dalam suatu

permainan musik. Kata ini berasal dari istilah Latin percussio (yang berarti

memukul) dan percussus (kata benda yang berarti "pukulan").

Antropolog dan sejarawan umumnya berpendapat instrumen musik

perkusi merupakan alat bantu bermain musik pertama yang pernah diciptakan,

sementara suara manusia merupakan alat musik pertama yang digunakan manusia.

Instrumen perkusi seperti tangan, kaki, tongkat, batu, dan batang kayu sangat

mungkin masuk sebagai generasi selanjutnya dalam evolusi musik.

Awal dibuatnya perkakas yang digunakan untuk berburu, dan bertani,

keahlian dan teknologi yang ada membuat manusia mampu untuk membuat

instrumen yang lebih kompleks. Sebagai contoh, batangan kayu sederhana

dilubangi agar menghasilkan bunyi dalam intonasi yang lebih panjang (sebagai

contoh: bedug, gendang), dan beberapa instrumen tersebut selanjutnya

dikombinasikan untuk menghasilkan ragam suara yang berbeda.


45

Instrumen perkusi diklasifikasikan ke dalam bermacam-macam kriteria,

kadang-kadang bergantung pada konstruksinya, adat istiadat/tradisi, fungsi dalam

teori musik dan orkestra, atau kelaziman dengan pengetahuan umum yang ada.

2.10.2 Perkusi Menggunakan Bahan Bekas/sampah

Sebenarnya semua benda bisa dijadikan alat musik. Macam-macam alat

perkusi barang bekas ini antara lain berasal dari peralatan rumah tangga seperti

panci, wajan, gelas, galon air minum, maupun ember plastik. Karena merupakan

barang bekas, berarti yang digunakan adalah peralatan yang sudah pernah terpakai

dan sudah berubah fungsi. Tapi tidak semua perkusi barang bekas ini kondisinya

rusak. Tidak hanya dari peralatan rumah tangga saja, tapi juga dari bahan

bangunan seperti kaleng bekas cat rumah, paralon atau drum bekas aspal jalan.

Untuk menyetel nada perkusi barang bekas ini juga unik. Biasanya alat

perkusi barang bekas ini diberi tambahan seperti tempelan lakban di sekeliling

peralatan agar nada yang terbentuk lebih nyaring. Atau untuk memukul peralatan

perkusi barang bekas digunakan alat tambahan lain seperti stik atau tongkat.

Sisi keunikan untuk mendapatkan nada atau suara perkusi barang bekas

yang menarik dan bagus, membutuhkan waktu yang tidak sebentar juga keahlian

khusus dalam membuatnya. Salah satu cara menyetel nada perkusi barang bekas

yaitu dengan menempelkan lakban, kemudian diatur nada yang akan dihasilkan.

Perkusi barang bekas ini mempunyai banyak manfaat dan berguna antara lain:
46

2.8.2.1 Ramah Lingkungan

Proses memakai perkusi dari barang bekas berarti ikut membantu menjaga

kelestarian lingkungan dengan menggunakan daur ulang peralatan yang tidak

terpakai lagi.

2.8.2.2 Mengurangi Sampah Anorganik

Pemakaian peralatan seperti botol plastik dan kaleng bekas sebagai perkusi

barang bekas dapat membantu mengurangi banyaknya sampah anorganik yang

tidak dapat diurai.

Entah disadari atau tidak, Indonesia yang terdiri dari banyak suku bangsa

yang tersebar di kepulauan di Indonesia, memiliki macam-macam budaya yang

berimbas pada macam-macam alat musik sebagai identitas budaya setempat.

Namun jika dicermati, akar budaya lebih khususnya akar musik yang ada di suku-

suku bangsa di Indonesia ini, mempunyai sifat yang sama. Yaitu bersifat perkusif,

maksudnya, keseluruhan musik hasil budaya suku bangsa tesebut adalah musik

perkusi.

Perkusif dalam hal ini bisa dilihat dari jenis instrument yang dimiliki oleh

masing-masing suku bangsa yang ada di Indonesia. Misal, Suku Jawa yang

memiliki alat musik gamelan, mayoritas instrument yang termasuk di dalam

seperangkat gamelan adalah instrument perkusi (instrument pukul). Suku Tolaki

pun demikian, khususnya Suku yang mendiami Provinsi Sulawesi Tenggara,

menggunakan alat musik ndengu-ndengu yang cara memainkannya dipukul.

2.11 Alat-alat Musik Perkusi


Contoh beberapa instrumen musik yang tergolong dalam alat musik

perkusi bernada dan tak bernada. Contoh alat musik bernada yaitu, Marimba,
47

Gambang, Saron, Calung, Angklung, Kolintang, dan Kenong. Di antara

instrumen-instrumen perkusi yang tidak bernada ialah bass drum; the side drum;

the tenor drum; tamborine and castanets; the triangle, cymbals, dan gong.

2.11.1 Alat Musik Perkusi Bernada

Perkusi yang bernada umumnya memiliki bilah-bilah yang tersusun sesuai

dengan prinsip keyboard. Sehubungan dengan itu beberapa dari jenis ini dapat

memainkan melodi-melodi standar, nadanada interval harmonis yang dibunyikan

secara serentak. Bunyi dihasilkan dengan cara memukulkan tongkat pad abilah-

bilah yang tersedia.

2.11.1.1 Marimba (Bernada)

Marimba memiliki dua deret bilah-bilah yang berukuran paling besar

dibandingkan dengan instrumen lain dari jenis ini. Deret bilah yang letaknya dekat

dengan pemain terletak lebih rendah dari deret yang lainnya. Deret bawah bernada

diatonis sementara deret atasnya adalah untuk nada-nada kromatis seperti tuts

hitam pada piano. Sementara bilah-bilah marimba terbuat dari kayu pilihan, bilah-

bilah instrumen lain yang mengacu ke keyboard piano, terbuat dari logam.

Instrumen ini dimainkan dalam posisi tegak sehingga bilah-bilahnya

cenderung menyamping, sambil dipegang bagian belakangnya oleh tangan kiri.

Sementara itu tangan kanan memegang tongkat dan dipukulkan pada bilah-bilah

tersebut untuk memproduksi nada-nada. Instrumen ini merupakan salah satu

instrumen pelengkap marching band.


48

2.11.1.2 Gambang (Bernada)

Gambang alat musik pukul tradisional (bagian dari perangkat gamelan)

yang dibuat dari bilah-bilah kayu (16—25 bilah) yang panjang dan besarnya tidak

sama, dimainkan dengan cara pukul.

2.11.1.3 Saron (Bernada)

Saron Saron (atau disebut juga ricik) adalah salah satu instrumen gamelan

yang termasuk. keluarga balungan. Dalam satu set gamelan biasanya punya 4

saron, dan kesemuanya memiliki versi pelog dan slendro. Saron menghasilkan

nada satu oktaf lebih tinggi daripada demung, dengan ukuran fisik yang lebih

kecil. Tabuh saron biasanya terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu.

Cara menabuhnya ada yang biasa sesuai nada, nada yang imbal, atau

menabuh bergantian antara saron 1 dan saron 2. Cepat lambatnya dan keras

lemahnya penabuhan tergantung pada komando dari kendang dan jenis

gendhingnya. Pada gendhing Gangsaran yang menggambarkan kondisi

peperangan misalnya, ricik ditabuh dengan keras dan cepat. Pada gendhing Gati

yang bernuansa militer, ricik ditabuh lambat namun keras. Ketika mengiringi lagu

ditabuh pelan.

Dalam memainkan saron, tangan kanan memukul wilahan / lembaran

logam dengan tabuh, lalu tangan kiri memencet wilahan yang dipukul sebelumnya

untuk menghilangkan dengungan yang tersisa dari pemukulan nada sebelumnya.

2.11.1.4 Calung (Bernada)

Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa)

dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara


49

digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan memukul batang (wilahan,

bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga

nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung

kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi

temen (bambu yang berwarna putih). Pengertian calung selain sebagai alat musik

juga melekat dengan sebutan seni pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda

yang dikenal, yakni calung rantay dan calung jinjing.

2.11.1.5 Angklung (Bernada)

Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara

tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di Pulau Jawa bagian

barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan

(bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan

bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran,

baik besar maupun kecil.

2.11.1.6 Kolintang (Bernada)

Kolintang atau kulintangadalah alat musik khas daerah Minahasa,

Sulawesi Utara. Kolintang dibuat dari kayu lokal yang ringan namun kuat seperti

telur,bandaran, wenang, kakinik kayu cempaka, dan yang mempunyai konstruksi

fiber paralel.

2.11.1.7 Kenong (Bernada)

Kenong merupakan salah satu alat musik yang menyusun gamelan Jawa.

Kenong termasuk dalam golongan pencon, yang termasuk di dalamnya juga gong,

bonang, dan kethuk. bentuk Kenong merupakan unsur instrumen pencon gamelan
50

yang paling gemuk, dibandingkan dengan kempul dan gong yang walaupun besar

namun berbentuk pipih. Kenong ini disusun pada pangkon berupa kayu keras

yang dialasi dengan tali, sehingga pada saat dipukul kenong tidak akan bergoyang

ke samping namun dapat bergoyang ke atas bawah, sehingga menghasilkan suara.

Bentuk kenong yang besar menghasilkan suara yang rendah namun nyaring

dengan timber yang khas (dalam telinga masyarakat Jawa ditangkap berbunyi

ning-nong, sehingga dinamakan kenong). Dalam gamelan, suara kenong mengisi

sela-sela antara kempul. Notasi setiap pencon dari kenong memiliki satu nada,

yang bervariasi antara 1 (ji) hingga 6 (nem).

2.11.2 Alat Musik Perkusi tak Bernada

Contoh antara instrumen-instrumen perkusi yang tidak bernada ialah bass

drum; the side drum; the tenor drum; tamborine and castanets; the triangle,

cymbals, dan gong. Keluarga instrumen drum atau drum set dimainkan dengan

cara memukulkan satu atau dua buah tongkat pada membran yang direntangkan

pada satu atau kedua ujung kelongsong. Sebagaimana keluarga seksi instrumen

lain drum juga memilki instrumen bas yauitu bass drum. Di samping keluarga

drum ada alat musik tak bernada lain yang mirip drum, semacam rebana, namun

berukuran kecil dan lebih tipis. Di seputar papan samping selongsongnya terdapat

beberapa pasang piringan kecil yang dipasangkan secara longgar sehingga jika

digerakan akan terdengar bunyi gemerincing.

Alat tak bernada lain, yang sama sekali berbeda dengan keluarga drum

ialah castanet. Instrumen ini terdiri dari dua piringan cembung dari lempengan

kayu yang dihubungkan oleh seutas tali yang dicantolkan pada salah satu jari dan
51

jika telapak tangan ditutup maka kedua piringan tersebut akan berbunyi

menyerupai langkah kuda. Kadang-kadang instrumen ini dimainkan dengan cara

bertepuk tangan.

Instrumen ini digunakan dalam seni pertunjukan Spanyol yang disebut

Flamenco. Flamenco adalah kombinasi dari tiga jenis seni pertun jukan yaitu

tarian, permainan gitar, dan nyanyian khas Spanyol. Dalam orkestra instrumen ini

digunakan dalam karya-karya bernuansa nasional Spanyol seperti pada karya-

karya Manuel de Falla.

Jenis perkusi tak bernada yang menghasilkan bunyi nyaring dan

mendesing ialah triangle, Cymbals dan Gong. Di antaranya yang terjelas

ketajaman bunyinya ialah triangle. Instrumen ini biasanya digunakan untuk

memainkan pola-pola ritmikyang konstant yang kadang-kadangsecara insidental

bersama instruimen lain untuk efek-efek tertentu. Cymbals yang terdiri dari

sepasang piringan logam yang besar, bunyinya lebih tumpul dari triangle namun

memiliki efek hentakan dan pantulan desing yang lebih kuat dan memancar.

Sementara itu, gong memiliki hentakan dengung dan desing lebih kuat, pancaran

gelombang yang pecah, dan yang jelas mengejutkan.

2.12 Model Analisis Data Menurut Miles and Huberman


Salah satu tahapan yang dilakukan oleh peneliti dengan pendekatan

kualitatif adalah analisis data. Sebagian peneliti mengungkapkan bahwa pekerjaan

paling berat yang dilakukan peneliti setelah data terkumpul adalah analisis data.

Analisis data merupakan bagian sangat penting dalam penelitian, karena dari

analisis ini akan diperoleh temuan, baik temuan substantif maupun formal.

Kesulitan yang sering ditemui dalam analisis data adalah tidak adanya pedoman
52

baku atau tidak adanya aturan-aturan baku yang sistematis seperti halnya analisis

data pada peneitian kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa mengalami kesulitan

dalam memahami metode penelitian kualitatif dalam beberapa aspek. Aspek

pertama adalah dalam memahami seting alamiah desain kualitatif dengan sumber

data berupa orang/informan atau teks. Aspek kedua adalah dalam hal memahami

manusia/peneliti sebagai instrumen utama penelitian. Sedangkan aspek ketiga,

mahasiswa juga kesulitan dalam hal memahami ciri desain kualitatif yang bersifat

generating theory dengan menggunakan snowballing technique. Maka, perlu

kiranya bagi dosen matakuliah metode penelitian untuk mengambil langkah

efektif pada pengajaran mata kuliah ini agar mahasiswa memahami metode

penelitian kualitatif. Sehingga pada gilirannya, artikel ilmiah yang dihasilkan

mahasiswa menunjukkan kualitas yang maksimal. (Widya Hanum Sari Pertiwi

dan Riza Weganofa, 2015).

Berdasarkan temuan penelitian di atas, perlu pemahaman lebih mendalam

mengenai analisis data kualitatif. Analisis bermakna analisa atau pemisahan atau

pemeriksaan yang teliti. Kaena itu secara sederhana dapat dipahami bahwa

analisis sebagai upaya menganalisa atau memeriksa secara teliti terhadap sesuatu.

Dalam konteks penelitian, analisis data dapat dimaknai sebagai kegiatan

membahas dan memahami data guna menemukan makna, tafsiran dan kesimpulan

tertentu dari keseluruhan data dalam penelitian. Analisis data dapat juga dimaknai

sebagai proses menyikapi data, menyusun memilah dan mengolahnya ke dalam

suatu susunan yang sistematis dan bermakna (Ibrahim, 2015). Pada proses analisis
53

data kualitatif, data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka.

Data dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari

dokumen, pita rekaman), yang biasanya diproses sebelum digunakan, tetapi

analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun dalam teks

yang diperluas. Analisis dalam pandangan ini meliputi tiga alur kegiatan, yaitu

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Milles dan Huberman,

2014).

Pelaksanaan analisis data pada penelitian kualitatif merupakan proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dipahami

dengan mudah, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis

data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting untuk

dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Pendapat lain mengemukakan bahwa analisis data kualitatif adalah proses mencari

dan menyusus secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya

dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2016).

Pada analisis data peneltian kualitatif, peneliti perlu mengkaji dan

memahami hubungan-hubungan dan konsep untuk dikembangkan dan dievaluasi.

Analisis dalam penelitian jenis apapun merupakan cara berpikir. Hal itu berkaitan

dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian,

hubungan antarbagian, dan hubungannya dengan keseluruhan.


54

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis dapat disimpulkan bahwa analisis

data kualitatif adalah proses mencari data dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari baik melalui hasil wawancara, catatan lapangan, maupun

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola,

yang diakhiri dengan membuat kesimpulan, sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain.

Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu

analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi

dugaandugaan atau kesimpuan sementara. Berdasarkan kesimpulan awal yang

dirumuskan dari data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara

berulangulang sehingga dapat disimpulkan apakah dugaan itu dapat diterima atau

ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Analisis data kualitatif adalah upaya

yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilahmilah data dalam satuan yang dapat dikelola. Disamping itu

mensintesiskan data, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting

dan apa yang dipelajari untuk memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada

orang lain.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pada

hakikatnya analisis data kualitatif adalah sebuah kegiatan untuk mengatur,

mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan meng

kategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah

yang ingin dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut data kualitatif yang
55

biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya

bisa dipahami dengan mudah. Pada bagian analisis data diuraikan proses

pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara,

catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya.

Analisis ini melibatkan pengerjaan, pengorganisasian, pemecahan dan sintesis

data serta pencarian pola, pengungkapan hal yang penting, dan penentuan apa

yang dilaporkan.

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan selama dan setelah

pengumpulan data, dengan teknik-teknik misalnya analisis domain, analisis

taksonomis, analisis komponensial, dan analisis tema. Analisis data kualitatif

sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti mulai mengumpulkan data, dengan cara

memilah mana data yang sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran penting dan

tidaknya mengacu pada kontribusi data tersebut pada upaya menjawab fokus

penelitian. Di dalam penelitian lapangan bisa saja terjadi karena memperoleh data

yang sangat menarik, peneliti mengubah fokus penelitian. Hal ini bisa dilakukan

karena perjalanan penelitian kualitatif bersifat siklus, sehingga fokus yang sudah

didesain sejak awal bisa berubah di tengah jalan karena peneliti menemukan data

yang sangat penting, yang sebelumnya tidak terbayangkan. Lewat data itu akan

diperoleh informasi yang lebih bermakna. Untuk bisa menentukan kebermaknaan

data atau informasi ini diperlukan pengertian mendalam, kecerdikan, kreativitas,

kepekaan konseptual, pengalaman dan expertise peneliti. Kualitas hasil analisis

data kualitatif sangat tergantung pada faktor-faktor tersebut. (Miles dan

Huberman, 2014).
56

Begitu pula yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini, analisis data

selama pengumpulan data membawa peneliti mondar-mandir antara berpikir

tentang data yang ada dan mengembangkan strategi untuk mengumpulkan data

baru. Analisis ini terdiri dari 3 hal utama: Reduksi Data, Penyajian Data dan

Penarikan Kesimpulan/Verifikasi. Dimana ketiga kegiatan tersebut merupakan

kegiatan yang saling terkait pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan

data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut

analisis.

Model Analisis Miles and Hiberman


Model Analisis Miles & Huberman. Proses analisis dalam penelitian ini

dilakukan dengan empat tahap, yaitu:

1. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi

dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua bagian yaitu deskriptif dan

reflektif. Catatan deskriptif adalah catatan alami, (catatan tentang apa yang dilihat,

didengar, disaksikan dan dialami sendiri oleh peneliti tanpa adanya pendapat dan
57

penafsiran dari peneliti terhadap fenomena yang dialami. Catatan reflektif adalah

catatan yang berisi kesan, komentar, pendapat, dan tafsiran peneliti tentang

temuan yang dijumpai, dan merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk

tahap berikutnya.

2. Reduksi Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya dibuat reduksi data, guna memilih

data yang relevan dan bermakna, memfokuskan data yang mengarah untuk

memecahkan masalah, penemuan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan

penelitian. Kemudian menyederhanakan dan menyusun secara sistematis dan

menjabarkan hal-hal penting tentang hasil temuan dan maknanya. Pada proses

reduksi data, hanya temuan data atau temuan yang berkenaan dengan

permasalahan penelitian saja yang direduksi. Sedangkan data yang tidak berkaitan

dengan masalah penelitian dibuang. Dengan kata lain reduksi data digunakan

untuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan membuang

yang tidak penting, serta mengorganisasikan data, sehingga memudahkan peneliti

untuk menarik kesimpulan.

3. Penyajian Data (display data)

Penyajian data dapat berupa bentuk tulisan atau kata-kata, gambar, grafik

dan tabel. Tujuan sajian data adalah untuk menggabungkan informasi sehingga

dapat menggambarkan keadaan yang terjadi. Dalam hal ini, agar peneliti tidak

kesulitan dalam penguasaan informasi baik secara keseluruhan atau bagian-bagian

tertentu dari hasil penelitian, maka peneliti harus membuat naratif, matrik atau

grafik untuk memudahkan penguasaan informasi atau data tersebut. Dengan


58

demikian peneliti dapat tetap menguasai data dan tidak tenggelam dalam

kesimpulan informasi yang dapat membosankan. Hal ini dilakukan karena data

yang terpencar-pencar dan kurang tersusun dengan baik dapat mempengaruhi

peneliti dalam bertindak secara ceroboh dan mengambil kesimpulan yang

memihak, tersekat-sekat daan tidak mendasar. Untuk display data harus disadari

sebagai bagian dalam analisis data.

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan selama proses penelitian berlangsung

seperti halnya proses reduksi data, setelah data terkumpul cukup memadai maka

selanjutnya diambil kesimpulan sementara, dan setelah data benar-benar lengkap

maka diambil kesimpulan akhir.Sejak awal penelitian, peneliti selalu berusaha

mencari makna data yang terkumpul. Untuk itu perlu mencari pola, tema,

hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya.

Kesimpulan yang diperoleh mula-mula bersifat tentatif, kabur dan diragukan akan

tetapi dengan bertambahnya data baik dari hasil wawancara maupun dari hasil

observasi dan dengan diperolehnya keseluruhan data hasil penelitian.Kesimpulan–

kesimpulan itu harus diklarifikasikan dan diverifikasikan selama penelitian

berlangsung.

2.13 SMP Negeri I Kendari


2.13.1 Gambaran Umum SMP Negeri 1 Kendari

SMP Negeri 1 Kendari terletak di Kota Kendari, letaknya berada di Jl.

Samratulangi, No. 111, Kemaraya, Kec. Kendari Barat, Kota Kendari, Sulawesi

Tenggara. SMP Negeri 1 Kendari merupakan salah satu SMP Negeri pertama
59

yang berada di Sulawesi Tenggara yang didirikan pada tanggal 1 Juli 1996.

Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kendari saat ini adalah Abdul Hamid, S.Pd., M.Pd.

SMP Negeri 1 Kendari menerima hasil akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional

Sekolah/Madrasah (BAN SM) dan mendapatkan nilai akreditasi A. Sekolah ini

memiliki lahan seluas 3.900 M2.

Ruang belajar untuk proses belajar mengajar terdapat 29 kelas setiap ruang

kelas memiliki masing-masing satu white board, satu meja dan kursi guru,

masing-masing satu meja dengan kursi untuk setiap siswa. Untuk semua ruangan

yang berada dilantai satu memiliki satu unit air conditioner (AC), sedangkan

untuk ruangan kelas yang berada di lantai dua hanya menggunakan kipas angin.

Ruangan yang selain digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang terdapat di

SMP Negeri 1 Kendari, terdiri dari ruang Kepala Sekolah, ruang Wakil Kepala

Sekolah, ruang guru, ruang perpustakaan, ruang bimbingan konseling (BK), unit

kesehatan sekolah (UKS), laboratorium Kimia/Fisika/Biologi, laboratorium

komputer, musholah, kantin, kamar mandi siswa dan guru, ruang osis.

SMP Negeri 1 Kendari memeliki 57 orang tenaga pendidikan yang

memiliki jenjang pendidikan akhir rata-rata S1 dan S2, terdapat 44 tenaga

pendidik yang sudah memiliki sertifikasi pendidik yang sudah dapat dikatakan

memenuhi standar pendidikan. SMP Negeri 1 Kendari sebagai sekolah yang tidak

hanya mengajarkan siswa siswinya dibidang akademik, namun sekolah juga

menampung minat siswa siswi untuk meningkatkan potensi dan

mengembangkan bakat-bakat yang dimiliki dengan diadakan kegiatan

ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan oleh sekolah antara lain


60

pramuka, pmr, osis, pancak silat, basket, bola voli, sepak bola, seni musik dan

tari, dan marching band.

SMP Negeri 1 Kendari menerapkan kurikulum 2013 dan kurikulum

merdeka dengan metode pembelajaran yang dirancang oleh guru-guru dalam

silabus sudah menggunakan metode yang interaktif, inspriatif, menyenangkan,

kreatif, menantang, dan memotivasi siswa.

2.13.2 Visi dan Misi SMP Negeri 1 Kendari

Visi : Terwujudnya Pelajar Pancasila yang Berprestasi, Menguasai Ipteks

berlandaskan Imtaq, Berwawasan Lingkungan, dan Berdaya Saing

Global.

Misi : - Melaksanakan Program dan Kegiatan Keagamaan yang Mendorong

Terwujudnya Pelajar yang Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan yang

Maha Esa dan Berahklak Mulia.

a. Menerapkan Proses Pembelajaran Berdiferensiasi yang Aktif,

Kreatif, Inovatif dan Bernalar Kritis.

b. Melaksanakan Program Pembinaan Olimpiade Sains dan Olahraga

Serta Festival dan Lomba Seni Siswa.

c. Melaksanakan Program yang Mendorong Terwujudnya Pelajar

Mandiri, Berkebinekaan Global dan Berjiwa Gotong Royong.

d. Menumbuhkan Kesadaran Terhadap Lingkungan Melalui Program

Peduli Lingkungan.

e. Mengupayakan Terpenuhnya Sarana dan Prasarana Digital

Pendukung Pembelajaran.
61

f. Melaksanakan Pembelajaran yang Berbasis Teknologi dan

Informatika Menuju Digitalisasi Sekolah.

g. Melaksanakan Program dan Kegiatan Berbahasa Asing di Sekolah.

2.14 Penelitian yang Relevan

Kajian terhadap media pembelajaran ini bukan yang pertama kali

dilakukan peneliti, namun peneliti sebelumnya telah banyak melakukan

penelitian, namun penulis masih merasa perlu untuk mengkaji ulang dengan

mengadopsi topik yang berbeda antar peneliti, diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rena Yunita Jofiliandari (2022) yang berjudul

“Pemanfaatan Limbah Masker Dalam Pembelajaran Seni Lukis Mixed Media

Siswa Kelas VIII.H SMP Negeri 2 Pamekasan” Teknik yang siswa gunakan

sebagian besar ialah teknik tempel/kolase dan teknik basah. Siswa memilih

menggunakan cat akrilik dalam teknik basah. Beberapa kelompok juga ada

yang memakai spidol dan pensil warna. Hasil yang diperoleh siswa memang

menunjukkan nilai kelompok dengan kategori baik, akan tetapi mereka juga

sempat mengalami kendala dalam proses kegiatan ketika berlangsung

diantaranya kurangnya waktu penugasan yang diberikan, perlengkapan yang

dibawa untuk tugas karya seni lukis mixed media belum lengkap, masih

terdapat sejumlah siswa yang kurang aktif dalam membantu tugas

kelompoknya, kerjasama dan komunikasi yang juga masih kurang. Selain itu,

penggunaan metode pembelajaran juga masih kurang efektif karena siswa


62

hanya sekedar ditunjukkan contoh karya saja yang sudah jadi dan mereka

masih belum cukup termotivasi dalam menuangkan ide mereka sendiri.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Arrya Efendiyanto (2015) yang berjudul

“Pemanfaatan Limbah Plastik pada Pembelajaran Seni Budaya Siswa Kelas

XII IPA 2 di SMA Negeri 03 Bangkalan”. Hasil penilaian pembelajaran

dengan pemanfaatan limbah plastik pada pembelajaran seni budaya kelas XII

IPA 2 SMA Negeri 3 Bangkalan dengan sejumlah 38 siswa sebagai berikut,

karya pertama kategori penilaian sangat baik sebanyak 6 siswa, kategori baik

sebanyak 14 siswa, kategori sedang sebanyak 18 siswa, katergori buruk dan

buruk sekali sebanyak 0 siswa. Sedangkan pada karya kedua kategori sangat

baik sebanyak 21 siswa, kategori baik sebanyak 17 siswa, kategori sedang,

buruk dan buruk sekali sebanyak 0 siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari

sebanyak 38 siswa, tercatat sebanyak 30 siswa mengalami peningkatan,

sebanyak 4 siswa mengalami penurunan dan sebanyak 4 siswa tidak

mengalami perubahan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Tari Nur Fatimah RY. (2021) yang berjudul

“Pemanfaatan Limbah Anorganik Dalam Karya Seni Kriya Pada Pameran

Hasil Semester Di Kelas Viii Smp Negeri 1 Barru, Sulawesi Selatan” Pada

pemanfaatan limbah anorganik dalam pembuatan karya seni kriya yang

dilakukan oleh kelas VIII.1 di SMP Negeri 1 Barru, siswa kelas VIII.1 dibagi

menjadi 5 kelompok, kemudian setiap kelompok telah ditentukan oleh guru

bahan dasar yang akan digunakan oleh masing-masing kelompok, setelah itu

setiap kelompok menentukan alat dan bahan pendukung yang akan digunakan
63

oleh kelompoknya. Pada proses pemanfaatan limbah menjadi sebuah karya

kerajinan tangan, kelompok satu menggunakan bahan dasar limbah dari kain

perca dan menghasilkan karya masker dan konektor hijab, kelompok dua

menggunakan bahan dasar limbah plastik dari toples bekas dan menghasilkan

lampion gantung, kelompok tiga menggunakan bahan dasar limbah kaleng dan

menghasilkan karya celengan, kelompok empat menggunakan bahan dasar

limbah paralon dan menghasilkan karya lampu hias, sedangkan kelompok lima

menggunakan limbah plastik dari gelas kemasan dan menghasilkan lampion

gantung.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Toto Isharyanto (2008) yang berjudul

“Pemanfaatan Media Pembelajaran Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

di SMA Bertaraf Internasional (SBI) se-DIY”. Responden dalam penelitian

berjumlah empat guru pendidikan jasmani yang mewakili dari SMAN SBI

empat kabupaten yaitu Kota Yogyakarta, Bantul, Sleman dan Gunungkidul.

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan 3 teknik yaitu

wawancara terstruktur, observasi dan dokumentasi. Kesimpulan dalam

penelitian adalah pemanfaatan media pembelajaran pendidikan jasmani di

SMA bertaraf Internasional se-DIY belum berjalan baik dan penggunaanya

belum optimal. Hal ini disebabkan oleh tidak dimanfaatkannya media

pembelajaran yang sudah ada, kurangnya pemahaman guru tentang media

pembelajaran dan kreativitas guru yang tidak dimunculkan dengan sarana dan

prasarana yang memadai


64

5. Penelitian yang dilakukan oleh Ika Heri Suryanti (2006) yang berjudul

“Pemanfaatan Media Pembelajaran Pendidikan Jasmani tingkat SMA di

Kabupaten Kulonprogo”. Responden dalam penelitian ini berjumlah 27 orang.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survey. Teknik

pengumpulan data menggunakan angket. Kesimpulan dalam penelitian adalah

untuk media grafis yang tidak memanfaatkan sebesar 75.13%, yang

memanfaatkan sebesar 24.87%. Untuk media audio tidak memanfaatkan

9.80%, yang memanfaatkan 90.20%. Dan media proyeksi diam yang tidak

memanfaatkan 56.43% yang memanfaatkan 43.57%.

6. Skripsi karya Yopi Nopita Sari pada tahun 2020 yang berjudul “Penggunakan

Media Audio dalam pembelajaran IPA yang aada di SDIT Al-Ahsan seluma”

skripsi ini menyimpulkan bahwa Meski belum dimanfaatkan secara maksimal,

hal tersebut disebabkan kurangnya alat audiovisual seperti media laptop dan

media infokus. Hanya ada tiga media leptop dan hanya satu infocal. Dalam

pembelajaran IPA dengan menggunakan media audiovisual dapat dilakukan

sebanyak 3 kali dalam satu semester. Penerapan media audiovisual berbasis

materi. Materi yang biasa digunakan dalam aplikasi media audiovisual adalah

tentang tumbuhan, sistem kerangka dan indera manusia.

7. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Siti Ma‟ana

Universiatas STAIN Palangkaraya, dalam skripsinya yang berjudul

“Penggunaan Media Pembelajaran Dalam Bidang Studi PAI SDN Baru-1

Pangkalan Bun, menyatakan bahwa media pembelajaran yang digunakan

dalam proses pembelajaran, khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI) sangat


65

mendukung teciptanya pembelajaran yang efektif dan dapat menyenangkan

siswa untuk mau mengikuti hingga berakhirnya pembelajaran.Dari hasil

penelitian yang diketahui bahwa SDN Baru 1 Pankalan Bun, media yang

tersedia untuk proses belajar mengajar bidang studi PaI masih kurang, media

yang tersedia di SDN tersebut hanya berupa gambar-gambar. Seperti halnya

gambar orang berwudlu, gambar keadaan alam, gambar orang sedang makan

dengan disertai tulisan do‟a makan dan lain-lain, guru PAI dalam proses

belajar mengajar dapat dikatan menggunakan media, selama itu ada, bagi

materi yang tidak ada medianya maka guru hanya menggunakan metode

ceramah dan tanya jawab saja. Ini terlihat ketika guru mengajar di kelas 2

mempergunakan media berupa huruf-huruf hijaiyah, sedangkan untuk di kelas

3,4,5 dan kelas 6 dalam proses pembelajarannya tidak menggunakan media,

karena media yang tepat dan yang sesuai dengan materinya masih belum ada.

Berdasarkan kajian pustaka di atas, tidak ada kesamaan dengan judul yang

peneliti kemukakan, baik dalam metode pembelajaran, subjek penelitian, dan

juga hasil yang dicapai. Tetapi penelitian diatas dianggap memiliki relevansi

dengan penelitian Pemanfaatan Limbah Daur Ulang Paralon sebagai Media

Pembelajaran Seni Musik di SMPN 1 Kendari, di Kota Kendari, Sulawesi

Tenggara.

2.15 Kerangka Berpikir


Uma Sekara (dalam Sugiyono: 2011) di dalam bukunya menyimpulkan

“kerangka berpikir ini adalah suatu model konseptual mengenai bagaimana teori

berhubungan itu dengan segala macam faktor yang telah atau sudah diidentifikasi

yakni sebagai masalah yang penting”. Oleh sebab itu, dengan adanya
66

pengembangan melalui penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan

mengenai pentingnya pemanfaatan limbah paralon sebagai media pembelajaran

Seni Musik pada mata pelajaran Seni Budaya khususnya bagi siswa kelas VIII.5

di SMP Negeri 1 Kendari dan umumnya bagi masyarakat SMP Negeri 1 Kendari.

Dari uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Peserta Didik Kelas VIII.5


SMP Negeri 1 Kendari

Proses Pemanfaatan Limbah Paralon pada Pembelajaran Seni Musik


Kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Kendari

Jenis Musik yang Dihasilkan dari Pemanfaatan Limbah Paralon pada


Pembelajaran Seni Musik Kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Kendari.

Hasil Penelitian
Gambar Skema Kerangka Berpikir
Berdasarkan gambar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rancangan

permasalahan yang disusun untuk dipecahkan yaitu, mengajarkan dan

memperkenalkan tentang bagaimana pemanfaatan limbah paralon yang ada di

SMP Negeri 1 Kendari, menjadi sebuah media pembelajaran Seni Musik agar

dapat menunjang proses pembelajaran yang lebih baik.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode dan Jenis Penelitian


3.1.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekankan makna dari pada generalisasi, menurut Sugiyono (2011: 9).

Metode penelitian deskriptif kualitatif difokuskan pada permasalahan atas dasar

fakta yang dilakukan dengan cara pengamatan/observasi, wawancara, dan

mepelajari dokumen-dokumen.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mempunyai tujuan untuk

memahami suatu fenomena mengenai hal-hal apa saja yang dialami oleh subjek

penelitian, misalnya perilaku, perspepsi, tindakan, dan lain-lain, serta dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Penulis memakai

pendekatan kualitatif ini dikarenakan penulis ingin mencoba menelusuri,

67
68

memahami, dan menjelaskan untuk memberikan gambaran-gambaran

secara detail terkait suatu fenomena dan fenomena yang dimaksud adalah proses

pemanfaatan limbah paralon dalam penilitian ini yang dilakukan oleh siswa kelas

VIII.5. Dalam penelitian kualitatif ini data desktiptif yang dihasilkan terkait

tentang proses, tingkah laku, dan hasil karya siswa dalam pemanfaatan alat musik

limbah daur ulang paralon pada kegiatan belajar seni musik.

3.1.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research), yaitu

penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang

keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial baik individu,

kelompok, lembaga, atau masyarakat. 2 Penelitian lapangan dilakukan dengan

menggali data yang bersumber dari lokasi atau lapangan penelitian yang

berkenaan dengan harga dan promosi serta dampaknya terhadap volume penjualan

di perusahaan.

3.2 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Kendari, letaknya di Jl.

Samratulangi, No. 111, Kemaraya, Kec. Kendari Barat, Kota Kendari, Sulawesi

Tenggara. Adapun waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan yang dimulai

dari tengah semester genap yaitu bulan Mei sampai dengan Juni 2023.
69

3.3 Subjek Penelitian

Subjek yang diambil oleh peneliti dalam proses penelitian ini adalah siswa

kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Kendari, Jl. Samratulangi, No. 111, Kemaraya, Kec.

Kendari Barat, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan metode yang dapat peneliti gunakan

untuk mengumpulkan data. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam

penelitian ini adalah teknik observasi langsung, wawancara, dan dokumentasi.

Adapun cara pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

sebagai berikut.

a. Observasi
Observasi digambarkan sebagai proses mengamati dan

mendokumentasikan secara metodis gejala-gejala yang terjadi pada subjek

penelitian. Pengamatan langsung adalah pengamatan dan anotasi yang

dilakukan terhadap hal-hal yang sedang atau sedang terjadi, sehingga

pengamatan tersebut menyatu dengan hal yang diteliti. Sedangkan

pengamatan tidak langsung mengacu pada pengamatan yang dilakukan di

luar penyelidikan peristiwa, seperti melihat suatu kejadian terungkap

melalui video, serangkaian slide, atau serangkaian gambar.

Observasi sebagai teknik penilaian sering digunakan untuk

mengukur perilaku pribadi yang diamati atau proses aktivitas di

lingkungan alami dan buatan manusia. Dengan kata lain, observasi dapat

digunakan untuk menilai atau mengukur hasil dan proses belajar seperti
70

perilaku, motivasi siswa di kelas saat mengajar, dan penggunaan alat

peraga selama proses pembelajaran. Observasi langsung, observasi

instrumen (pengamatan tidak langsung), dan observasi partisipatif

merupakan tiga bentuk observasi.

Observasi, yaitu datang secara langsung ke sekolah kemudian

mengamati proses kerja siswa dalam pemanfaatan limbah Paralon.

Observasi dilakukan di SMP Negeri 1 Kendari, Jl. Samratulangi, No. 111,

Kemaraya, Kec. Kendari Barat, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara dengan

melakukan pengamatan langsung terhadap proses kegiatan pembelajaran

pada mata pelajaran Seni Budaya siswa kelas VIII.5.

Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mencari

data tentang langkah-langkah proses pelaksanaan pembeljaran

memanfaatkan limbah paralon, pelaksanaan mendaur ulang limbah paralon

pada siswa kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Kendari. Observasi dilakukan di

sekolah yang bersangkutan. Objek yang diobservasi atau diamati ialah,

aktivitas siswa yang diamati pada saat proses pembelajaran seni budaya

dengan memanfaatkan limbah paralon di kelas VIII.5 SMP Negeri 1

Kendari.

b. Wawancara

Tujuan melakukan wawancara adalah untuk mendapatkan

keterangan tambahan yang tidak di peroleh saat melakukan observasi atau

pengisian kuesioner. Saat melakukan obervasi, data yang di inginkan tidak

semuanya dapat, sehingga perlu dilakukannya pengajuan beberapa


71

pertanyaaan untuk mencekal pandangan, pemikiran, wawasan, dan

perasaan masyarakat tentang gejala, peristiwa, fakta, dan kenyataan. Ciri

utama wawancara adalah kontak bertemu langsung antara orang yang

mencari informasi dan orang yang memberi informasi.

Wawancara juga bisa dimaksudkan sebagai cara untuk memperoleh

informasi guna mencapai tujuan penelitian dengan menggunakan alat yang

disebut “interview blending” untuk melakukan tanya jawab langsung

antara pewawancara atau pewawancara dengan narasumber atau

narasumber. Narasumber dalam penelitian ini yaitu Kepala Sekolah, guru

mata pelajaran Seni Budaya kelas VIII, staf sekolah, dan siswa. Adapun

data yang dibutuhkan dalam penelitian ini contohnya adalah gambaran

umum sekolah sebagai objek penelitian, visi dan misi sekolah, dan nama

siswa kelas VIII.5.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan data tambahan yang dikumpulkan untuk

meningkatkan data observasi dan wawancara. File adalah ulasan peristiwa

yang valid. Dokumen dapat berwujud perkataan manusia, foto atau hasil

karya. Jika didukung dengan foto yang direkam maka penelitian yang

dihasilkan saat observasi dan wawancara akan menjadi lebih akurat dan

bisa di yakini.

Dokumen juga dapat diartikan sebagai pekerjaan mengumpulkan

data hasil penelitian, yang digunakan untuk mengarsipkan data sebagai

bukti penelitian, membuat catatan, dan menggunakan media audiovisual


72

dalam kajian ilmiah. Dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian ini

adalah data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa daftar hasil nilai,

dan foto langkah-langkah proses pembelajaran seni budaya dengan

memanfaatkan limbah paralon serta musik hasil karya siswa, demikian

metode dokumentasi bermaksud mencari data dengan mengklasifikasikan

yang berhubungan dengan masalah penelitian. Menurut (Moleong, 2012:

160) foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering

digunakan untuk menelaah segi–segi subjektif dan hasilnya sering

dianalisis secara induktif.

3.5 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan

Huberman. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2018: 337) mengemukakan

bahwa metode atau teknik pengolahan data kualitatif dapat dilakukan melalui tiga

cara, yakni: reduksi data, display data, dan diakhiri dengan menyusun

hipotesis/kesimpulan.

1. Reduksi data, dalam hal ini data yang diperoleh dilakukan pada sesuatu yang

berhubungan dengan fokus masalah dalam penelitian.

2. Penyajian Data (display data) yaitu hasil wawancara yang didapat kemudian

disajikan dalam bentuk data dan juga hasil analisis dokumen yang telah

terkumpul kemudian disampaikan dalam bentuk uraian naratif.

3. Menyusun hipotesis/kesimpulan, yang dalam hal ini agar hasil penelitian dapat

dipahami sesuai dengan keadaan lapangan.


73

Penelitian ini menggunakan triangulasi data dalam teknik Keabsahan data.

Beragam sumber data yang digunakan nantinya dalam triangulasi yaitu dari

hasil berupa wawancara, observasi, dan juga dokumentasi.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pipa paralon atau biasa dikenal sebagai pipa pvc adalah jenis pipa yang

terbuat dari material polivinil klorida (PVC). Paralon menggeser pipa besi karena

dianggap lebih ekonomis. Selain itu, pipa paralon juga anti karat dan anti asam

alkali. Oleh karena itu, pipa paralon banyak digunakan untuk produksi dan

konstruksi, sehingga limbahnya sangat mudah dan banyak ditemui di lingkungan

sekitar.

Limbah paralon merupakan sisa dari suatu aktivitas manusia yang

digunakan untuk proses produksi, pasca konstruksi, dan sebagainya yang

berfungsi sebagai media pengaliran suatu zat cair, uap, atau gas dimana berbentuk

batang silinder berongga. Limbah paralon juga dikenal sebagai limbah pipa PVC

atau Polyvinyl Chloride yang terbuat dari proses polimerisasi. Limbah paralon

dengan jenis ini masuk ke dalam urutan ketiga dalam jenis limbah pipa yang

digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai salah satu benda yang sering

digunakan untuk berbagai kebutuhan termasuk di sekolah, pipa paralon yang telah

menjadi limbah banyak ditemukan di SMP Negeri 1 Kendari. Limbah pipa

paralon yang banyak tentu menjadi sebuah masalah, karena sifatnya yang tidak

bisa terurai. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan limbah pipa paralon tersebut,

74
75

dibuatlah sebuah inovasi alat musik pipa paralon yang dapat digunakan sebagai

sarana pembelajaran di kelas.

Dalam proses pembuatan alat musik ini ada beberapa aspek yang perlu

diperhatikan yaitu: pemilihan alat dan bahan, serta tahapan-tahapan proses

pembuatan alat musik paralon.

A. Alat dan Bahan

Alat Bahan

 Gergaji  Kayu

 Gergaji Besi  Paralon

 Palu  Cat

 Meter  Talitis dan kawat

 Kuas  Roda

 Paku

 Lem Pipa

B. Proses Pembuatan

Dalam proses pembuatan ada beberapa tahapan-tahapan yang harus

dilakukan yaitu sebagai berikut:

1) Tahap pertama, persiapan bahan yang akan diolah menjadi alat musik :

limbah paralon dengan ukuran 1¼ sambungan paralon L dengan ukuran 1¼,

kayu, lem, paku, kawat dan talitis.


76

2) Potong paralon sepanjang 102 cm, lakukan hal yang sama sampai paralon

berjumlah 13.

3) Paralon pertama, potong paralon sepanjang 164 cm, hubungkan paralon

tersebut dengan paralon yang berukuran berukuran 102 cm menggunakan

sambungan L sehingga membentuk huruf L. Gunakan lem paralon agar

terhubung dengan erat.

4) Setelah berbentuk huruf L, paralon yang tadinya berukuran 164 cm,

dipotong menjadi empat potong, potongan paralon pertama tetap terhubung

dengan paralon yang berukuran 102 tadi menggunakan penghubung L

berukuran 10 cm, potongan kedua berukuran 5 cm dihubungkan lagi dengan

penghubung L untuk dibelokkan ke atas, potongan kedua dihubungkan lagi

menggunakan penghubung L agar dapat dibelokkan ke kanan dengan

ukuran 124 cm, potongan keempat dibelokkan ke atas dengan ukuran 25 cm.

Hal tersebut menimbulkan suara dengan bernada C.

5) Paralon kedua, potong paralon sepanjang 155 cm, hubungkan paralon

tersebut dengan paralon yang berukuran 102 cm menggunakan sambungan

L sehingga membentuk huruf L. Gunakan lem paralon agar terhubung

dengan erat.

6) Setelah berbentuk L, paralon yang tadinya berukuran 155 cm, dipotong

menjadi empat potong, potongan paralon pertama tetap terhubung dengan

paralon yang berukuran 102 tadi menggunakan penghubung L berukuran 7

cm, potongan kedua berukuran 5 cm dihubungkan lagi dengan penghubung

L untuk dibelokkan ke atas, potongan kedua dihubungkan lagi


77

menggunakan penghubung L agar dapat dibelokkan ke kanan dengan

ukuran 118 cm, potongan keempat dibelokkan ke atas dengan ukuran 25, hal

tersebut menimbulkan suara dengan bernada Cis.

7) Paralon ketiga, potong paralon sepanjang 135 cm, hubungkan paralon

tersebut dengan paralon yang berukuran 102 cm menggunakan sambungan

L sehingga membentuk huruf L. Gunakan lem paralon agar terhubung

dengan erat.

8) Setelah berbentuk L, paralon yang tadinya berukuran 135 cm, dipotong

menjadi tiga potong, potongan paralon pertama tetap terhubung dengan

paralon yang berukuran 102 tadi menggunakan penghubung L berukuran 9

cm, potongan kedua berukuran 5 cm dihubungkan lagi dengan penghubung

L untuk dibelokkan ke atas, potongan kedua dihubungkan lagi

menggunakan penghubung L agar dapat dibelokkan ke kanan dengan

ukuran 121 cm, hal tersebut menimbulkan suara dengan bernada D.

9) Paralon keempat, potong paralon sepanjang 125 cm, hubungkan paralon

tersebut dengan paralon yang berukuran 102 cm menggunakan sambungan

L sehingga membentuk huruf L. Gunakan lem paralon agar terhubung

dengan erat.

10) Setelah berbentuk L, paralon yang tadinya berukuran 125 cm, dipotong

menjadi tiga potong, potongan paralon pertama tetap terhubung dengan

paralon yang berukuran 102 tadi menggunakan penghubung L berukuran 11

cm, potongan kedua berukuran 5 cm dihubungkan lagi dengan penghubung

L untuk dibelokkan ke atas, potongan kedua dihubungkan lagi


78

menggunakan penghubung L agar dapat dibelokkan ke kanan dengan

ukuran 109 cm, hal tersebut menimbulkan suara dengan bernada Dis.

11) Paralon kelima, potong paralon sepanjang 111 cm, hubungkan paralon

tersebut dengan paralon yang berukuran 102 cm menggunakan sambungan

L sehingga membentuk huruf L. Gunakan lem paralon agar terhubung

dengan erat.

12) Setelah berbentuk L, paralon yang tadinya berukuran 111 cm, dipotong

menjadi tiga potong, potongan paralon pertama tetap terhubung dengan

paralon yang berukuran 102 tadi menggunakan penghubung L berukuran 13

cm, potongan kedua berukuran 5 cm dihubungkan lagi dengan penghubung

L untuk dibelokkan ke atas, potongan kedua dihubungkan lagi

menggunakan penghubung L agar dapat dibelokkan ke kanan dengan

ukuran 93 cm, hal tersebut menimbulkan suara dengan bernada E.

13) Paralon keenam, potong paralon sepanjang 100 cm, hubungkan paralon

tersebut dengan paralon yang berukuran 102 cm menggunakan sambungan

L sehingga membentuk huruf L. Gunakan lem paralon agar terhubung

dengan erat.

14) Setelah berbentuk L, paralon yang tadinya berukuran 100 cm, dipotong

menjadi dua potong, potongan paralon pertama tetap terhubung dengan

paralon yang berukuran 102 tadi menggunakan penghubung L berukuran 16

cm kemudian dihubungkan lagi dengan penghubung L untuk dibelokkan ke

kiri, dengan ukuran 84 cm, hal tersebut menimbulkan suara dengan bernada

F.
79

15) Paralon ketujuh, potong paralon sepanjang 95 cm, hubungkan paralon

tersebut dengan paralon yang berukuran 102 cm menggunakan sambungan

L sehingga membentuk huruf L. Gunakan lem paralon agar terhubung

dengan erat.

16) Setelah berbentuk L, paralon yang tadinya berukuran 95 cm, dipotong

menjadi dua potong, potongan paralon pertama tetap terhubung dengan

paralon yang berukuran 102 tadi menggunakan penghubung L berukuran 19

cm kemudian dihubungkan lagi dengan penghubung L untuk dibelokkan ke

kanan, dengan ukuran 76 cm, hal tersebut menimbulkan suara dengan

bernada Fis.

17) Paralon kedelapan , potong paralon sepanjang 81 cm, hubungkan paralon

tersebut dengan paralon yang berukuran 102 cm menggunakan sambungan

L sehingga membentuk huruf L. Gunakan lem paralon agar terhubung

dengan erat.

18) Setelah berbentuk L, paralon yang tadinya berukuran 81 cm, dipotong

menjadi dua potong, potongan paralon pertama tetap terhubung dengan

paralon yang berukuran 102 tadi menggunakan penghubung L berukuran 17

cm kemudian dihubungkan lagi dengan penghubung L untuk dibelokkan ke

serong kanan atas, dengan ukuran 64 cm, hal tersebut menimbulkan suara

dengan bernada G

19) Paralon kesembilan , potong paralon sepanjang 72 cm, hubungkan paralon

tersebut dengan paralon yang berukuran 102 cm menggunakan sambungan


80

L sehingga membentuk huruf L. Gunakan lem paralon agar terhubung

dengan erat.

20) Setelah berbentuk L, paralon yang tadinya berukuran 72 cm, dipotong

menjadi dua potong, potongan paralon pertama tetap terhubung dengan

paralon yang berukuran 102 tadi menggunakan penghubung L berukuran 17

cm kemudian dihubungkan lagi dengan penghubung L untuk dibelokkan ke

serong kanan atas, dengan ukuran 55 cm, hal tersebut menimbulkan suara

dengan bernada Gis.

21) Paralon kesepuluh , potong paralon sepanjang 61 cm, hubungkan paralon

tersebut dengan paralon yang berukuran 102 cm menggunakan sambungan

L sehingga membentuk huruf L. Gunakan lem paralon agar terhubung

dengan erat. Hal tersebut menimbulkan suara dengan bernada A.

22) Paralon kesebelas , potong paralon sepanjang 50 cm, hubungkan paralon

tersebut dengan paralon yang berukuran 102 cm menggunakan sambungan

L sehingga membentuk huruf L. Gunakan lem paralon agar terhubung

dengan erat. Hal tersebut menimbulkan suara dengan bernada Ais.

23) Paralon kedua belas , potong paralon sepanjang 41 cm, hubungkan paralon

tersebut dengan paralon yang berukuran 102 cm menggunakan sambungan

L sehingga membentuk huruf L. Gunakan lem paralon agar terhubung

dengan erat. Hal tersebut menimbulkan suara dengan bernada B.

24) Paralon kedua belas , potong paralon sepanjang 32 cm, hubungkan paralon

tersebut dengan paralon yang berukuran 102 cm menggunakan sambungan


81

L sehingga membentuk huruf L. Gunakan lem paralon agar terhubung

dengan erat. Hal tersebut menimbulkan suara dengan bernada C.

25) Setelah semua paralon terbentuk, diperlukan kayu sebagai penopang paralon

tersebut. Potong kayu sepanjang 102 cm, lakukan hal yang sama sampai

paralon berjumlah 13.

26) kayu pertama, potong kayu sepanjang 164 cm, hubungkan kayu tersebut

dengan kayu yang berukuran berukuran 102 cm menggunakan paku.

Lakukan hal sama sebanyak 13, bentang kayu sebagai penghubung satu

kayu dengan kayu lainnya. Setelah itu, letakkan paralon yang sudah

terbentuk kemudian diikat menggunakan kawat agar tetap kokoh.

27) Tahap selanjutnya adalah proses dimana melapisi permukaan kayu dan

paralon menggunakan cat berwarna biru.

28) Tahap selanjutnya pemasangan empat roda untuk memudahkan pengguna

dalam memindahkan alat dari satu tempat ke tempat lainnya.

29) Tahap akhir (finishing), pengecekan bunyi.

Adapun bahan dan kegunaannya dalam proses membuat alat musik paralon

dibagi menjadi beberapa jenis:

1. Kawat besi bekas

Kawat besi bekas didapatkan dari kabel-kabel listrik yang tidak terpakai

lagi sehingga dapat menghasilkan kawat besi yang dapat digunakan untuk

mengikat paralon yang akan dibentuk menjadi sebuah alat musik.


82

Gambar : Kabel listrik


(Sumber : Berita 99.co)

2. Limbah paralon berukuran

Pipa paralon bekas, mudah didapatkan dari beberapa pengepul barang-

barang bekas. Pipa paralon ini juga bisa didapatkan dari limbah rumah tangga,

bukan hanya di rumah tetapi juga di sekolah.

Gambar : Pipa Paralon Bekas


(Foto : Andys, 2023)

3. Kayu

Bahan kayu bisa didapatkan dimana saja. Dalam pembuatan alat musik

yang terbuat dari paralon, kayu ini digunakan untuk menopang paralon agar dapat

berdiri kokoh dan membentuk sebuah alat musik.


83

Gambar : Pipa Paralon Bekas


(Foto : Andys, 2023)

4. Roda

Roda dapat didapatkan dari lemari atau rak bekas. Fungsi roda dalam alat

musik ini adalah untuk memudahkan peneliti untuk memindahkan alat musik

paralon dari satu tempat ke tempat yang lain.

5. Ukuran alat musik paralon

1 alat musik paralon terdiri dari 13 nada (1 oktaf), berikut ukuran jarak

tiap bunyi:

nada pertama disebut dengan nada C memiliki tinggi 102 cm dan panjang 164 cm.

nada kedua disebut C# (cis) memiliki tinggi 102 cm dan panjang 155 cm.

nada ketiga disebut D memiliki 102 cm dan Panjang 135 cm.

nada keempat disebut D# (dis) memiliki tinggi 102 cm dan panjang 125 cm.

nada kelima disebut E memiliki tinggi 102 cm dan panjang 111 cm.

nada keenam disebut F memiliki tinggi 102 cm dan panjang 100 cm.

nada ketujuh disebut F# (fis) memiliki tinggi 102 cm dan panjang 95 cm.

nada kedelapan disebut G memiliki tinggi 102 cm dan panjang 81 cm.

nada kesembilan disebut G# (gis) memiliki tinggi 102 cm dan panjang 72 cm.
84

nada kesepuluh disebut A memiliki tinggi 102 cm dan panjang 61 cm.

nada keseblas disebut A# (ais) memiliki tinggi 102 cm dan panjang 50 cm.

nada kedua belas disebut B memiliki tinggi 102 cm dan panjang 41 cm.

nada ketiga belas disebut C memiliki tinggi 102 cm dan panjang 32 cm.

Di antara ketiga belas nada di atas, terdapat tujuh nada pokok yaitu C, D,

E, F, G, A, B yang disebut juga sebagai tangga nada diatonis mayor dengan jarak

interval nada 1 - 1 - ½ - 1 - 1 - 1 - ½ .Berikut gambar alat musik yang terbuat dari

limbah daur ulang paralon:

Gambar 01. Alat musik paralon


(Sumber: Andys Barlianta A., 2023)

Gambar di atas merupakan contoh alat musik yang terbuat dari paralon.

Adapun jumlah ruas terdiri dari 13 jumlah ruas dan jika dihitung dari jumlah

paralon yang digunakan, alat musik tersebut mengunakan 5 paralon utuh jika

menggunakan paralon berukuran 1¼ Inci.

4.1 Pemanfaatan Alat Musik Limbah Daur Ulang Paralon dalam Kegiatan
Belajar Seni Musik Siswa Kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Kendari

Tujuan dari pemanfaatan limbah daur ulang paralon dalam belajar seni

musik yakni supaya siswa dapat meningkatkan kemampuan berkreasinya dalam

mengolah kembali barang-barang bekas disekitar menjadi suatu karya seni


85

khususnya dalam bentuk seni musik. Selain itu, melalui kegiatan ini siswa dapat

pula memiliki pemahaman mulai dari proses pembuatan, pemakaian alat dan

bahan hingga tahap berkarya seni musik.

Materi yang disampaikan pada kegiatan pembelajaran ini adalah tentang

seni musik dan sedikit materi tentang limbah, sampah, paralon. Metode dalam

proses belajar yang dipakai antara lain ceramah, tanya jawab, dan penugasan.

Dalam pembelajaran kelas VIII ini menggunakan kurikulum K13 yang standar

kompetensinya ialah apresiasi. Jadi, guru dituntut untuk dapat mengadakan

kegiatan belajar yang dapat melatih siswa untuk bisa menilai, menghargai, serta

melatih kepekaan estetisnya terhadap suatu karya seni. Untuk mencapai tujuan

tersebut, diperlukan penggunaan sarana pembelajaran yang baik dan tepat.

a. Pertemuan Pertama
Hari pertama kegiatan pembelajaran dilakukan pada hari Selasa, tanggal

11 Mei 2023 di kelas VIII.5. Kegiatan ini dimulai pada pukul 10.20 WITA sampai

pukul 13.20 WITA (3 Jam Pelajaran). Pada saat pertemuan pertama ini siswa

dihadapkan dengan kegiatan yang terdiri dari aktivitas guru dalam memberikan

salam, mengondisikan kelas agar tenang, kemudian apersepsi siswa dan dilanjut

dengan penyampaian materi.

Sebagian besar siswa sudah cukup paham tentang sampah, limbah paralon.

Namun siswa masih belum cukup paham tentang manfaatnya dalam seni musik.

Setelah kegiatan tersebut dilaksanakan, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan

pembelajaran yaitu pemanfaatan limbah daur ulang dalam pembelajaran seni

musik. Hal ini dilakukan supaya nantinya siswa paham tentang kegiatan yang
86

akan berlangsung nantinya dan mengetahui manfaat serta tujuan yang diperoleh

selama proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini disampaikan cukup dengan

singkat menggunakan bahasa yang mudah dicerna oleh siswa.

Gambar 01. Aktivitas guru pada awal pembelajaran


(Sumber: Andys Barlianta A., 2023)

Memasuki pada kegiatan inti, peneliti menyampaikan materi yang

nantinya akan digunakan pada kegiatan pemanfaatan limbah daur ulang paralon

dalam pembelajaran seni musik. Di sini peneliti menggunakan media papan tulis

dan spidol dalam menjelaskan materi. Setelah beberapa menit selesai menjelaskan
87

materi, siswa diperbolehkan melontarkan pertanyaan apa saja terkait materi yang

belum jelas.

Peneliti juga menunjukkan contoh paralon yang diolah kembali menjadi

sebuah alat musik. Di bawah ini adalah beberapa contoh karya alat musik dengan

memanfaatkan limbah paralon.

Gambar : Alat Musik Ketimpung dari Paralon


(Sumber : JadiTau.net)

Alat musik tersebut menggunakan limbah paralon dengan cara dipukul. Alat

musik ketipung dengan banyak variasi juga bisa dibuat. Cara membuatnya juga

lebih mudah. Langkahnya cukup dengan memotong pipa air yang sudah

disediakan. Potong dengan potongan bervariasi. Ini menimbulkan suara yang

berbeda-beda nantinya.

Gambar : Alat Musik Unik dari Pipa Paralon


(Sumber : JadiTau.net)
88

Setelah memperlihatkan contoh alat musik yang terbuat dari daur ulang

paralon, peneliti juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

bertanya terkait materi yang telah diberikan. Karena durasi pelajaran sudah

hamper habis, sebelum mengakhiri pelajaran, peneliti melakukan evaluasi dengan

menanyakan kembali materi kepada siswa jika masih ada yang ingin ditanyakan.

Apabila sudah tidak ada pertanyaan, guru menutup pelajaran hari itu dengan

memberi salam penutup kepada seluruh siswa. Menurut pengamatan peneliti pada

pertemuan pertama ini menghasilkan kegiatan yang cukup berjalan lancar sesuai

dengan tujuan pembelajaran. Penyampaian materi dapat dipahami dengan baik

oleh siswa dan mereka cukup antusias mengikuti pelajaran dengan memberikan

pertanyaan apabila ada materi yang belum paham dan ikut memberikan jawaban

apabila mereka sudah ada yang paham.

b. Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua dilanjut pada minggu depan setelah pertemuan

pertama yakni pada hari Kamis tanggal 18 Mei 2023, pukul 10.20 WITA sampai

pukul 13.20 WITA (3 Jam Pelajaran). Pertemuan kedua dilakukan sama seperti

pertemuan pertama, kegiatan pembelajaran juga melalui kegiatan pembuka, inti,

dan kegiatan penutup. Peneliti seperti biasa memulai dengan memberikan salam

pembuka dan juga perkenalan, memberikan apresepsi kepada siswa kurang lebih

selama 10 menit tentang limbah daur ulang paralon. Setelah itu, dilanjutkan

dengan penyampaian tujuan pembelajaran tentang pemanfaatan limbah daur ulang

paralon menjadi sebuah alat musik.


89

Masuk pada kegiatan inti, peneliti menyampaikan materi yang sama

sebelumnya yang nantinya juga akan digunakan pada kegiatan pemanfaatan

limbah daur ulang paralon. Sebelum melanjutkan membahas materi selanjutnya,

siswa diizinkan untuk bertanya terlebih dulu apabila masih belum jelas terkait

penyampaian materi. Setelah materi selesai dijelaskan dan memperkenalkan alat

musik yang terbuat dari paralon, peneliti melanjutkan pembagian kelompok,

Pembagian kelompok menggunakan kelompok yang sama pada saat tugas poster

sebelumnya. Agar siswa lebih paham pada tugas yang diberikan, setelah itu

peserta didik bersama anggota kelompoknya mulai mencari referensi terkait musik

yang akan mereka tampilkan pada pertemuan berikutnya.

Gambar 02. Aktivitas pada saat perkenalan alat musik paralon


(Sumber: Andys Barlianta A., 2023)

Karena durasi pelajaran sudah hamper habis, sebelum mengakhiri pelajaran,

peneliti melakukan evaluasi dengan menanyakan kembali materi kepada siswa

jika masih ada yang ingin ditanyakan. Apabila sudah tidak ada pertanyaan, guru

menutup pelajaran hari itu dengan memberi salam penutup kepada seluruh siswa.
90

Menurut pengamatan peneliti pada pertemuan pertama ini menghasilkan kegiatan

yang cukup berjalan lancar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

c. Pertemuan ketiga

Dilanjut pada pertemuan ketiga yakni tanggal 25 Mei 2023, pukul 10.20

WITA sampai pukul 13.20 WITA (3 Jam Pelajaran). Kegiatan pembelajaran

berlangsung seperti biasa yang diisi oleh peneliti dengan melakukan salam

pembuka terlebih dahulu. Pertemuan kali ini yaitu siswa dengan absen genap,

mereka melanjutkan tugas bersama kelompok masing-masing. Siswa mulai

terlihat sibuk mengerjakan tugasnya. Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa

kelas VIII.5 sudah cukup antusias dalam hal membunyikan dan pandai dalam

menentukan musik apa saja yang akan kelompok mereka tampilkan, meskipun

terdapat beberapa siswa yang masih kurang dalam kedua hal tersebut.

Peneliti memerhatikan siswa dengan cara berkeliling mengamati pekerjaan

mereka dan membantu siswa seperti memberi pengarahan ketika mereka ada yang

kebingungan dalam menentukan musik dalam lagu yang dapat dihasilkan dari

paralon tersebut. Terdapat kelompok yang memodifikasi dengan memberikan

tambahan alat musik lain yaitu pianika dan juga

Selanjutnya 2 jam pelajaran terakhir seluruh kelompok diarahkan untuk

menampilkan karyanya di depan kelas, menggunakan paralon yang sudah di daur

ulang menjadi sebuah alat musik ditambahkan dengan bantuan alat musik lainnya

seperti pianika dan trhee angel, ini tertujuan untuk menambah keharmonisan

warna bunyi musik yang akan peserta didik tampilkan. Berikut contoh penampilan

dari salah satu kelompok peserta didik menggunakan alat musik dari hasil daur
91

ulang limbah paralon ditambahkan dengan alat musik lainnya seperti pianika dan

trhee angel.

Gambar 03. Aktivitas pada saat praktek menggunakan alat musik paralon
(Sumber: Andys Barlianta A., 2023)

Setelah peserta didik menampilkan hasil karyanya, peneliti/guru

memberikan apreasiasi dan tak lupa motivasi terhadap peserta didik. Kemudian,

peserta didik diminta untuk kembali merapikan alat yang dibawa dan

mengembalikan meja kursi ke tempat semula. Setelah itu peneliti, memberi

penguatan terhadap peserta didik mengenai pembelajaran yang didapatkan hari

ini, tidak lupa ditambahkan dengan motivasi, setelah itu peneliti mengakhiri

pembelajaran dan mengucapkan salam.

Dalam menentukan penilaian, guru dan peneliti menggunakan pedoman

nilai berdasarkan hasil pengamatan selama proses pemanfaatan.

Tabel 01. Aspek penilaian kelompok seni musik


TAHAP ASPEK PENILAIAN

1. Perencanaan awal -Ide/gagasan


-Pola
-Rancangan awal
2. Proses latihan -Pembagian tugas dalam memainkan
alat musik
92

-Kerja sama dalam kelompok


(komunikasi)
-Penguasaan teknik yang digunakan
dalam menggunakan alat musik
3. Hasil karya -Tugas selesai tepat waktu
-Keharmonisan bunyi antara 1 alat
musik dengan alat musik lainnya.
-Penguasaan panggung
-Kekompakan anggota kelompok
4. Jumlah nilai 100

Keterangan: Masing-masing aspek memiliki nilai 1-10 poin, jika ditotal menjadi
100 poin.
Tabel 02. Rentang Nilai Kelompok Seni Musik
NO KATEGORI
RENTANG NILAI
.

1. 89 - 100 Sangat Baik (A)

2. 79 - 88 Baik (B)

3. 69 - 78 Cukup (C)

4. 59 - 68 Kurang (D)

Hasil penilaian pembelajaran dengan pemanfaatan limbah daur ulang

paralon pada pembelajaran seni budaya kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Kendari

dengan sejumlah 34 siswa sebagai berikut, masing-masing terdiri dari 6

kelompok. Jadi tiap kelompok berjumlah 5 orang sampai 6 orang anggota

kelompok. Terdapat 4 kelompok yang memiliki jumlah anggota kelompok 6

orang, 2 kelompok lainnya memiliki jumlah anggota kelompok 5 orang saja.

Dari penelitian tersebut, masing-masing kelompok menggunakan musik

gundul-gundul pacul, ceblak-ceblak suweng, dan mombakani sebagai musik yang

akan masing-masing kelompok gunakan untuk praktik menggunakan limbah daur


93

ulang paralon. Dari hasil praktik tersebut terdapat 1 kelompok yang mendapat

nilai dengan kategori sangat baik. Sedangkan 3 kelompok mendapat kategori yang

baik, 2 kelompok lainnya mendapat kategori cukup. Jadi dapat disimpulkan

bahwa dari sebanyak 34 siswa, mengalami peningkatan dan terbantu dengan

adanya penggunaan alat ini sebagai sarana pembelajaran di sekolah, contoh ketika

salah satu peserta didik tidak memiliki alat musik, dengan adanya alat ini, peserta

didik dapat menggunakan alat musik ini secara bergantian. Berikut daftar nilai

tiap peserta didik:

Nama Siswa Kelompok Nilai


KD 3.4
Alya Nur Ramadhani Kasman 3 76

Anawulandudu 3 76

Aprilia Asrida Achmad 4 85

Bani Al Azham 2 92

Devandra Agzall Yudansha 1 85

Dhika Agustriadi Alhaq 4 85

Elita Nindyana Nurdin 1 85

Elmeira Dzayna Alwi 1 85

Fanny Yunus 1 85

Farah Izzah Fadhillah 3 76

Karyn Alexandra Apriliya Thioris 2 92

Keyla Noverila Isamu 1 85

Keyna Noverina Isamu 4 85

M. Vicky Adryan Pratama T. 5 85


94

Marsha Olivia Aureka Mustafa 4 85

Meidina Salim 3 76

Muh Riski Aditia Tahir 5 85

Muh. Fahri Adriansyah 6 75

Muh. Fauzan Jusman 2 92

Muh. Hanif Nazmi Khairullah 5 85

Muhammad Angkasa 4 85

Muhammad Arif Syahputra 5 85

Muhammad Bagus Kasim 6 75

Muhammad Ridho Syahreza 4 85

Nasya Ananta 3 76

Novella Permata Adelaide 2 92

Novri Salsabila Rizal 6 75

Rifa Firyal Alifah 3 76

Roshan Zafransyah 5 85

Sahruny Rahmadany D. 2 92

Siddiq Fathanah Muhammad 6 75

Tendri Alayka Nadifa 6 75

Vanesya Carolin Barthimeus 2 92

Vania Nathania Elisa 1 85

Dari perolehan nilai di atas kelompok satu masing-masing masing-masing

anggota mendapat nilai 85, berdasarkan aspek penilaian. Terlihat peserta didik
95

maksimal dipembagian tugas dalam memainkan alat musik dan kelompok satu

dapat menyelesaikan tugas tepat waktu. Untuk kelompok dua mendapat nilai 92

dengan kategori A (sangat baik). Berdasarkan aspek penilaian, kelompok dua

sangat maksimal dalam hal teknik yang digunakan dalam menggunakan alat

musik kekompakan sesama anggota kelompok juga dapat dilihat pada saat tampil,

penguasaan panggung tiap individu juga sangat baik. Sedangkan kelompok tiga

mendapat nilai 76, kategori C (cukup). Kelompok tiga tidak mampu memainkan

alat musik paralon dengan baik, akan tetapi anggota kelompok tiga terlihat

kompak dan cukup kreatif, saat anggota kelompok menggunakan meja sebagai

sarana bermain musik. Sedangkan kelompok 4 dan 5 juga sama mendapat nilai 85,

hal tersebut berdasarkan aspek penilaian bermain musik. Kedua kelompok ini juga

terlihat kompak tetapi kedua kelompok ini sama-sama kesulitan dalam

mengahapalkan lagu yang akan dibawakan, hal ini membuat hilangnya

keharmonisam bunyi antara satu alat musik dengan alat musik lainnya. Sedangkan

kelompok enam mendapat nilai 75 dengan kategori C (Cukup), disebabkan oleh

beberapa anggota kelompoknya tidak mengambil peran pada saat tampil, dan

kurangnya kekompakan dalam sebuah kelompok. Hal tersebut menyebabkan

anggota kelompok yang lain buyar pada saat tampil.

4.2 Hasil Belajar Peserta Didik dalam Menggunakan Alat Musik dari
Limbah Daur Ulang Paralon pada Kegiatan Belajar Seni Musik Siswa
Kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Kendari

Berikut ini merupakan beberapa hasil karya siswa dalam pemanfaatan

limbah daur ulang paralon sebagai sarana pembelajaran seni musik di SMP Negeri
96

1 Kendari, setelah melalui pelaksanaan praktik.


97

Mombakani
Sulawesi Tenggara

1 1 3 3 3 2 1 3 21
Nomowingi Pewangu Ibio

4 5 6 56 5 6 5 4
Noale ale Kini Kuno

4 5 6 5 6 5. 6 5 4
Nolako Lako Mombakani

42 5 1 1 2 2 4 3 1
Ikita Ipamba Anasepu

3 1 2 1 2 1 3 2 1
Meronga Ronga Banggonano
98

Gambar di atas merupakan tangga nada yang digunakan oleh peserta didik

untuk melakukan praktik penggunaan alat musik yang terbuat dari limbah daur

ulang paralon. Adapun video dapat akses melalui link di bawah ini :

https://drive.google.com/file/d/1LRG9l7sPk4lipwOkDouWBUymfcvDbkY/preview

https://drive.google.com/file/d/1HXQxEXYCEBNZzdl7CS_EfAmeYyZW8w3B/preview

https://drive.google.com/file/d/1DlXkIr81cDookjDn3PPSoUTHpG_FvGdS/preview

4.2.1 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Limbah Daur Ulang Paralon


dalam Kegiatan Belajar Seni Musik Siswa Kelas VIII.5 SMP Negeri 1
Kendari

Mendaur ulang adalah memanfaatkan sesuatu yang tidak berguna menjadi

sesuatu yang berguna sehingga bermanfaat untuk mengurangi penggunaan bahan

baku yang baru. Jadi bisa dikatakan mendaur ulang sama halnya seperti

memanfaatkan. Adapun manfaat dan keunggulan mendaur ulang adalah:

 Ramah lingkungan

Salah satu keunggulan utama dari membuat kreasi dari barang bekas

adalah membantu mengurangi limbah dan sampah. Dengan mendaur ulang barang

bekas, kita dapat mengurangi jumlah sampah yang berakhir di tempat

pembuangan akhir dan mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan.

 Menghemat sumber daya

Membuat kreasi dari barang bekas juga berarti kita tidak perlu membeli

barang baru, sehingga dapat menghemat sumber daya alam seperti bahan baku,

energi, dan air yang dibutuhkan untuk produksi barang baru.


99

 Kreativitas dan inovasi

Proses membuat kreasi dari barang bekas memerlukan kreativitas dan

inovasi. Dengan memanfaatkan barang bekas, kita dapat mengembangkan

keterampilan kreatif dan menciptakan barang-barang unik dan menarik.

 Ekonomis

Membuat kreasi dari barang bekas dapat menjadi alternatif yang lebih

ekonomis daripada membeli barang baru. Barang bekas biasanya lebih murah atau

bahkan gratis, sehingga dapat menghemat biaya. Contoh ketika membuat alat

musik yang dipukul menggunakan limbah paralon akan lebih murah,

dibandingkan membeli drum seharga 8 juta.

 Menginspirasi peserta didik

Kreasi dari barang bekas dapat menjadi inspirasi bagi orang lain untuk

melakukan hal serupa. Ketika orang melihat hasil kreativitas kita dengan barang

bekas, mereka mungkin tertarik untuk ikut serta dalam upaya daur ulang dan

konservasi lingkungan.

 Mendorong pendidikan lingkungan

Aktivitas membuat kreasi dari barang bekas dapat menjadi sarana edukasi

tentang pentingnya daur ulang, pengelolaan sampah, dan pelestarian lingkungan.

Ini dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu

lingkungan.
100

 Peluang bisnis dan peran sosial

Membuat kreasi dari barang bekas juga dapat menjadi peluang bisnis yang

menjanjikan. Kita dapat menjual kreasi kita atau membuka usaha daur ulang yang

menghasilkan produk unik dari barang bekas.

Adapun kekurangan penggunaan sampah daur ulang paralon sebagai

sarana pembelajaran seni musik di SMP Negeri 1 Kendari, sebagai berikut:

1. Hanya memiliki 1 oktaf

2. Tidak praktis (ukuran alat lebih besar)

3. Hanya bisa digunakan pada lagu yang memiliki tangga nada 1 oktaf
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan dari kegiatan pemanfaatan

limbah daur ulang ini bisa disimpulkan bahwa proses kegiatan berlangsung

dengan cukup baik dan lancar. Penyampaian materi dapat dipahami dengan baik

oleh siswa. Pembagian kelompok untuk penugasan juga berjalan lancar dan tidak

memerlukan durasi yang lama sehingga waktu pembelajaran dapat selesai tepat

waktu.

Sebagian besar siswa sudah mampu dalam memanfaatkan limbah daur

ulang paralon. Hasil yang diperoleh siswa memang menunjukkan nilai kelompok

dengan kategori sangat baik, baik, dan cukup baik. Akan tetapi mereka juga

sempat mengalami kendala dalam proses kegiatan berlangsung diantaranya masih

terdapat sejumlah siswa yang kurang aktif dalam membantu tugas kelompoknya,

kerjasama dan komunikasi yang juga masih kurang. Selain itu, lagu yang dapat

digunakan sebagai bahan praktik juga terbatas dikarenakan terbatasnya jumlah

nada yang dapat dihasilkan dari paralon tersebut (1 oktaf).

Kedua adapun hasil belajar peserta didik adalah lagu gundul-gundul

pacul, cublak-cublak suweng, dan mombakani. Hal tersebut dipengaruhi oleh

terbatasnya jumlah oktaf yang terdapat pada alat musik daur ulang limbah

paralon, maka tidak semua lagu dapat dimainkan dengan menggunakan alat musik

tersebut.

101
102

5.2 Saran

Bagi peserta didik SMP Negeri 1 Kendari khususnya siswa kelas VIII.5

diharapkan lebih semangat, kreatif dan termotivasi dalam pembelajaran khususnya

dalam berkarya seni musik. Belajar menemukan ide/gagasan baru dalam berkarya

seni musikdengan cara mencari sumber pembelajaran yang menampilkan karya-

karya seni khususnya seni musik.

Bagi guru mata pelajaran Seni Musik diharapkan bisa lebih memotivasi

siswa dalam belajar khususnya dalam berkarya seni baik secara visual maupun

verbal dan dapat menyiapakan peralatan musik yang nyaman digunakan siswa

sebagai cadangan.

Bagi sekolah diharapkan dapat memiliki ruang keterampilan agar siswa

lebih merasa nyaman, antusias, dan semangat dalam berkarya. Diharapkan

Sekolah juga memiliki alat musik dan ruang musik sendiri untuk menampilkan

hasil karya siswa untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bidang Seni

Musik di SMP Negeri 1 Kendari.


103

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Susanto. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana


Prenada. Media Group.

Arsyad, Ashar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Bahari, Nooryan. 2008. Kritik Seni Wacana: Wacana Apresiasi dan Kreasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanikus.

Depdiknas. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas

Djohan, 2006. Terapi Musik”Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galang Prees.

Hamalik, Umar. 2001. Proses Belajar mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Hamalik, Oemar. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayati, N. 2013. The Impact Of The School Safety Zone on Passenger Car
Equivalent Values in Indonesian Urban Roals, Thesis, The University of
Leeds.

http:// saifulmuttaqin.blogspot.com// 2008. Diunduh pada tanggal 25 maret 2012.

http://volusi.blogspot.com/2008/05/pengertian-perkusi.html. Diunduh pada


tanggal 25 maret 2012.

Jamaris, Martini. 2006. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman


Kanak-kanak. Jakarta: Gramedia

Jamalus, 1988. Panduan Pengajaran Buku Pengajaran Musik Melalui


Pengalaman Musik. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan

Jamalus, 1998. Musik dan praktek perkembangan buku sekolah pendidikan guru.
Jakarta: CV Titik Terang.

Kustandi, 2011. Media Pembelajaran; Manual dan Digital. Bogor: Ghalia


Indonesia.

Masitoh dan Dewi, Laksmi. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat


Jendral Pendidikan Agama Islam-Depag RI
104

Moleong, Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya,

Mulyadi, 2016. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat.

Poerwadarminta, W, J, S. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka.

Rachmawati, Yeni. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia


Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana.

Rohidi, 2016. Kreativitas, Seni, dan Pembelajarannya. Jakarta: LKiS

Radyastuti, 1996. Kamus Istilah Lingkungan. Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara.

Saldana., Miles & Huberman. 2014. Qualitative Data Analysis. America: SAGE
Publications

Suhaya. 2016. Pendidikan Seni Sebagai Penunjang Kreatifitas. Jurnal Pendidikan


dan Kajian Seni. (Online), Vol. 1, No. 1, (http://jurnal.untirta.ac.id, diakses
11
Maret 2020).

Sadiman, Arief dkk., Media Pendidikan; Pengertian, Pengembangan, dan


Pemanfaatan, Jakarta: GrafindoPers, 2011.

Supriadi, Y. 2005. Program Bimbingan untuk Membantu Meningkatkan


Kemampuan Berbicara Anak Usia Taman Kanak-kanak. Tesis. Bandung: FIP
UPI

Suratno, 2005. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional

Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

_______. 2007. Metode Penelitian Kuantatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.

_______. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: cv. Alfabeta.

_______, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


ALFABETA, cv.

Wina, Sanjaya. 2016. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.
LAMPIRAN
Lampiran 1
TENTANG PENULIS
Andys Barlianta Adithama merupakan anak

kedua dari tiga bersaudara dari pasangan

seorang Ayah yang bernama Karyadi, S.E. dan

seorang ibu bernama Dra. Sri Suryana Dinar,

M.Hum., Andys Barlianta Adithama lahir di

Bulukumba pada tanggal 9 Juni 1996.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis dimulai dari SD Negeri

15 Baruga pada tahun 2002-2008 yang saat ini berganti nama menjadi SD Negeri

87 Kendari, SMP Negeri 9 Kendari tahun 2008-2011, SMK Negeri 5 Makassar

(STM Pembangunan Makassar) tahun 2011-2015, Sarjana Seni pada Institut

Kesenian Jakarta, Program Studi Seni Pertunjukan tahun 2015-2019. Saat ini

penulis sedang mengabdi di salah satu Sekolah Menengah Pertama yang berada di

Kota Kendari yakni SMP Negeri 1 Kendari sebagai guru mata pelajaran Seni

Budaya.
Kendari, Agustus 2023

Andys Barlianta Adithama


G2P121004
Lampiran 2
Gambaran Umum SMP Negeri 1 Kendari

SMP Negeri 1 Kendari merupakan sekolah berbasis sekolah adiwiyata. SMP

Negeri 1 Kendari terletak di Kota Kendari, letaknya berada di Jl. Samratulangi,

No. 111, Kemaraya, Kec. Kendari Barat, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. SMP

Negeri 1 Kendari merupakan salah satu SMP Negeri pertama yang berada di

Sulawesi Tenggara yang didirikan pada tanggal 1 Juli 1996. Kepala Sekolah SMP

Negeri 1 Kendari saat ini adalah Abdul Hamid, S.Pd., M.Pd. SMP Negeri 1

Kendari menerima hasil akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional

Sekolah/Madrasah (BAN SM) dan mendapatkan nilai akreditasi A. Sekolah ini

memiliki lahan seluas 3.900 M2.

Ruang belajar untuk proses belajar mengajar terdapat 29 kelas setiap ruang

kelas memiliki masing-masing satu white board, satu meja dan kursi guru,

masing-masing satu meja dengan kursi untuk setiap siswa. Untuk semua ruangan

yang berada dilantai satu memiliki satu unit air conditioner (AC), sedangkan

untuk ruangan kelas yang berada di lantai dua hanya menggunakan kipas angin.

Ruangan yang selain digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang terdapat di

SMP Negeri 1 Kendari, terdiri dari ruang Kepala Sekolah, ruang Wakil Kepala
Sekolah, ruang guru, ruang perpustakaan, ruang bimbingan konseling (BK), unit

kesehatan sekolah (UKS), laboratorium Kimia/Fisika/Biologi, laboratorium

komputer, musholah, kantin, kamar mandi siswa dan guru, ruang osis. SMP

Negeri 1 Kendari menerapkan kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka dengan

metode pembelajaran yang dirancang oleh guru-guru dalam silabus sudah

menggunakan metode yang interaktif, inspriatif, menyenangkan, kreatif,

menantang, dan memotivasi siswa.


Lampiran 3
Dokumentasi Proses Pembuatan Limbah Daur Ulang Paralon
Dokumentasi Visi Misi SMP Negeri 1 Kendari
Dokumentasi Proses Belajar Mengajar

Anda mungkin juga menyukai