Anda di halaman 1dari 4

DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP MAMPU PONED


TOTOMULYO
KECAMATAN GUNUNG TERANG
Alamat.jl. poros Toto Mulyo Kec. Gunung Terang Kab. Tulang Bawang Barat 34595

KERANGKA ACUAN PROGRAM


PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
DEMAM TIFOID

A. Pendahuluan
Penyakit Tifoid merupakan penyakit yang mengancam kesehatan masyarakat di
indonesia, oleh karenanya dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat sejak dini,
perlu dilakukan upaya pengendalian Demam Tifoid dengan pemeriksaan berkala,
pengobatan, pengamatan penyakit, perbaikan kesehatan lingkungan dan penyuluhan
kesehatan. Demam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di
Asia, Afrika, Amerika Latin Karibia dan Oceania, termasuk Indonesia. Penyakit ini tergolong
penyakit menular yang dapat menyerang banyak orang melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 3002 sekitar
16 juta per tahun, 600.000 di antaranya menyebabkan kematian. Di Indonesia prevalensi 91%
kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun.
Ada dua sumber penularan S.typhi : pasien menderita demam tifoid dan yang lebih sering
dari carrier yaitu orang yang telah sembuh dari demam tifoid namun masih mengeksresikan
S. typhi dalam tinja selama lebih dari satu tahun.
B. Latar Belakang
Demam Tifoid atau tifus abdominalis banyak diketemukan dalam kehidupan
masyarakat kita, baik diperkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat ert kaitannya
dengan kualitas yang mendalam dari hyiene pribadi dan sanitasi lingkungan seperti, hygiene
perorangan dan hygiene penjamah makanan yang rendah, lingkungan yang kumuh,
kebersihan tempat- tempat umum (rumah makan, restoran) yang kurang serta perilaku
masyarakat yang kurang mendukunguntuk hidup sehat. Seiring dengan terjadinya krisis
ekonomi yang berkepanjangan akan menimbulkan peningkatan kasus – kasus penyakit
menula, termasuk tifoid ini. Di indonesia penyakit ini bersifat endemik dan merupakan
masalah kesehatan masyarakat. Dari telaaah kasus di rumah sakit besar di indonesia, kasus
tersangka tifoid menunjukan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun dengan rata- rata
kesakitan 500/100.000 penduduk dengan kematian antara 0,6 % - 5 %. Dewasa ini penyakit
tifoid harus mendapat perhatian yang serius karena permasalahannnya yang makin kompleks
sehingga menyulitkan upaya pengobatan dan pencegahan. Permasalahan tersebut adalah
gejala – gejala klinis bervariasi dari ringan sampai berat dengan komplikasi yang berbahaya,
komorbid atau koinfeksi dengan penyakit lain, resistensi yang meningkat dengan obat –
obatan yang lazim dipakai, meningkatnya kasus karier atau relaps, sangat sulitnya dibuat
vaksin yang efektif, terutama untuk masyarakat yang tinggal didaerah yang bersifat endemik.
Berdasarka kajian diatas, dirasakan sangat perlu suatu upaya terpadu dan saling memahami
pada kegiatan pengobatan atau pencegahan oleh seluruh tenaga kesehatan yang terlibat dalam
pengenalian penyakit ini.

C. Tujuan
Tujuan Umum :
Meningkatkan upaya pencegahan, penemuan dini, serta pengobatan, dan perawatan tifoid
secara tepat, akurat dan berkualitas, sehingga mendatangkan angka kesembuhan yang tinggi
serta dapat menekan deajat endemisitas serendah mungkin.
Tujuan Khusus :
1. Tersusunnya langkah – langkah kemitraan dalam pencegahan, dengan melibatkan
masyarakat, stake holder, dan unit pelayanan kesehatan.
2. Meningkatkan penemuan penderita secara dini.
3. Meningkatkan mutu pengobatan dan perawatan dengan angka kesembuhan yang
tinggi.
4. Suksesnya penanggulangan komplikasi dan karier.
5. Terlaksananya kegiatan pengobatan dan pencegahan menurut pedoman tatalaksana
yang sama, pada semua unit pelayanan kesehatan.
D. Cara Melaksanakan Kegiatan
1. Perbaikan sanitasi lingkungan.
a) Berkolaborasi lintas program dengan program kesehatan lingkungan tentang
Pelaksanaan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya penyediaan
air bersih dan penyediaan jamban yang memenuhi syarat kesehatan untuk
masyarakat.
b) Berkolaborasi lintas program dengan program kesehatan lingkungan tentang
pelaksanaan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan
air limbah, kotoran, dan sampah di masyarakat secara tepat.
c) Berkolaborasi lintas program dengan program kesehatan lingkungan tentang
kontrol dan pengawasan terhadap kebersihan lingkungan di wilayah binaan
UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED Totomulyo

2. Peningkatan higiene sanitasi makananan dan minuman


a) Berkolaborasi dengan program gizi untuk pelaksanaan penyuluhan tentang
cara – cara yang yang cermat, tepat dan bersih dalam pemilihan, pengolahan
dan penyajian makanan.
b) Mendorong penggunaan ASI untuk bayi.
3. Meningkatan higiene perorangan Menggalakan budaya cuci tangan di masyarakat
dengan cara penyuluhan cuci tangan 6 langkah dan simulasi cuci tangan 6 langkah
secara rutin dan berkelanjutan.
4. Pencatatan dan pelaporan secara rutin (setiap minggu) penemuan kasus tifoid di Form
W2
E. Sasaran
Seluruh masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED
Totomulyo

F. Jadwal pelaksanaan kegiatan


N JENIS LOKASI SASARAN TANGGAL KETERANGAN
O KEGIATAN PELAKSANAAN
1 Perbaikan Aula dan Pasien yang Kolaborasi
sanitasi Ruang berobat di dengan Program
lingkungan: Tunggu UPTD Kesling
Penyuluhan Pasien Puskesmas
tentang Puskesmas Rawat Inap
pentingnya air Jurangombo Mampu
bersih dan PONED
jamban yang Totomulyo
memenuhi
syarat
kesehatan
2 Perbaikan UPTD Kolaborasi
sanitasi Puskesmas dengan Program
lingkungan : Rawat Inap Kesling
Penyuluhan Mampu
tentang PONED
pentingnya Totomulyo
pengelolaan air
limbah,
kotoran, dan
sampah di
masyarakat
3 Kolaborasi UPTD Sesuai Kolaborasi
dengan Puskesmas jadwal .......... dengan Program
program Rawat Inap Kesling
kesling tentang Mampu
kontrol dan PONED
pengawasan Totomulyo
lingkungan
4 Peningkatan Aula
higiene sanitasi Puskesmas
makananan dan Magelang
minuman Selatan
5 Peningkatan UPTD
higiene Puskesmas
perorangan Rawat Inap
Mampu
PONED
Totomulyo
6 Pelaporan UPTD DKK Tiap minggu
Puskesmas
Rawat Inap
Mampu
PONED
Totomulyo

G. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan


Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif maupun negatif
pelaksanaan kegiatan penyuluhan penyakit Tifoid. Dari hasil evaluasi tersebut bisa dijadikan
sebagai bahan pembelajaran guna melakukan perbaikan dan pengembangan penyuluhan
berikutnya Evaluasi oleh pelaksana ( pemegang program P2P ) dilakukan pada setiap selesai
penyuluhan
H. Pencatatan, Pelaporan dan evaluasi kegiatan
Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan di dalam Form W2 Pengevaluasian
dilaksanakan setiap bulan dalam mini lokakarya Puskesmas.
sumber buku “PEDOMAN PENGENDALIAN DEMAM THYPOID” KEMENTRIAN
KESEHATAN RI DITJEN PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN
LINGKUNGAN TAHUN 2012

Anda mungkin juga menyukai