Anda di halaman 1dari 30

PERATURAN

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

TENTANG

TATA TERTIB
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

DESA………..
KECAMATAN ANGSANA
KABUPATEN TANAH BUMBU
TAHUN 2023-2029
PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU
KECAMATAN ANGSANA
BADAN PEMUSYAWARATAN DESA ..........................
Alamat : Jl. ..................................... Nomor .................................... Desa ..........
Telp. ........................................ Kode Pos 72276

PERATURAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA…………….


KECAMATAN ANGSANA KABUPATEN TANAH BUMBU
NOMOR:…..TAHUN 202…
TENTANG
TATA TERTIB
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA …………….
KECAMATAN ANGSANA
KABUPATEN TANAH BUMBU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA,

Menimbang : a. bahwa untuk mengupayakan Badan Permusyawaratan


Desa yang mampu mencerminkan nilai-nilai
demokratis serta mampu menyerap dan
memperjuangkan aspirasi masyarakat
Desa…………..sesuai dengan tuntutan perkembangan
kehidupan berbangsa dan bernegara, perlu disusun
Tata Tertib yang merupakan pedoman bagi Badan
Permusyawaratan Desa …………….;
b. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 48
Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Nomor 11
Tahun 2018 tentang Badan Permusyawaratan Desa,
maka memandang perlu BPD ………….. melakukan
penyusunan Peraturan Tata Tertib BPD;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud huruf a dan b perlu membuat dan
menetapkan Peraturan BPD Desa……………..tentang
Tata Tertib Badan Permusyawaratan Desa;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2003 tentang
Pembentukan Kabupaten Tanah Bumbu dan
Kabupaten Balangan di Provinsi Kalimantan Selatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 22,
Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4265);
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan LembaranNegara Republik
Indonesia Nomor 5495);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
4. Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa , (Lembaran NegaraRepublik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan
LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5539);
5. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Nomor 11
Tahun 2018 tentang Badan Permusyawaratan Desa
(Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Tahun
2018 Nomor 11

Memperhatikan : 1. Keputusan Bupati Tanah Bumbu Nomor 188.46/…..


/DPMD/2023 Tanggal …………. Tentang Pengesahan
Atas Pengangkatan Anggota Badan Permusyawaratan
Desa, …………………… Kabupaten Tanah Bumbu

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA TENTANG


TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN
DESA……………………………KECAMATAN ANGASANA
KABUPATEN TANAH BUMBU.ADAN

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan Peraturan Tata Tertib yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Tanah Bumbu.
2. Pemerintah Daerah Kabupaten adalah Bupati dan Perangkat Daerah
sebagai unsur Penyelenggara Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu
3. Bupati adalah Bupati Tanah Bumbu.
4. Bupati atau Pejabat yang ditunjuk adalah pejabat yang berwenang dan
berhak mengesahkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa.
5. Camat adalah Camat Angsana, yang merupakan unsur perangkat daerah
sebagai pemimpin kecamatan yang melaksanakan pelimpahan sebagai
wewenang Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.
6. Kepala Desa atau Penjabat Kepala Desa adalah Kepala Desa …………. atau
Penjabat Kepala Desa …………., seorang pejabat yang ditunjuk dan
diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan hak,
wewenang dan kewajiban Kepala Desa dalam kurun waktu tertentu.
7. Badan Permusyawaratan Desa, selanjutnya disebut BPD adalah lembaga
yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Perangkat Desa
lainnya sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
9. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
10. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh
Badan Permusyawaratan Desa bersama Kepala Desa.
11. Peraturan Kepala Desa adalah peraturan perundang-undangan yang
dibuat oleh Kepala Desa dan bersifat mengatur.
12. Pimpinan BPD adalah Ketua dan Wakil Ketua dan 1 (satu) Sekretaris
Badan Permusyawaratan Desa
13. Anggota BPD adalah Anggota Badan Permusyawaratan Desa ………….
Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu
14. Peraturan Desa adalah Peraturan Desa ……………Kecamatan Angsana
Kabupaten Tanah Bumbu
15. Peraturan Tata Tertib adalah Peraturan Tata Tertib Badan
Permusyawaratan Desa …………….Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah
Bumbu.
16. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dalam
memberdayakan masyarakat.
17. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APBDes
adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa yang dibahas dan
disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan
Peraturan Desa.
18. Wilayah adalah perdukuhan dan atau gabungan pedukuhan dan atau
pemecahan pedukuhan yang merupakan kelompok musyawarah di desa
setempat
19. Kode Etik BPD adalah suatu ketentuan etika perilaku sebagai acuan
kinerja Anggota BPD dalam melaksanakan tugasnya.
20. Pihak Ketiga adalah instansi, lembaga, badan hukum dan perorangan
diluar Pemerintah Desa, antara lain Pemerintah, Pemerintah Propinsi,
Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Negara Asing, Badan Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Milik Desa, Koperasi,
Swasta Nasional, dan Swasta Asing, Lembaga Keuangan dalam dan luar
negeri.
BAB II
KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG,SUSUNAN DAN
KEANGGOTAAN
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

Kedudukan BPD
Pasal 1

(1) BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.


(2) BPD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra Pemerintah Desa
(3) BPD sebagai Badan Permusyawaratan Desa merupakan wahana untuk
melaksanakan Demokrasi berdasarkan Pancasila

Pasal 2
1. Angota BPD adalah wakil dari penduduk desa …………….berdasarkan
keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan
mufakat.
2. Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari perwakilan
Warga, Golongan Profesi, Pemuka Agama, dan Tokoh atau pemuka
masyarakat lainnya yang merupakan perwakilan dari setiap Rukun
Tetangga
3. Jumlah Anggota BPD Desa …………….adalah 7 orang merupakan
perwakilan dari setiap wilayah atau dusun.
4. Kelembagaan BPD terdiri dari pimpinan dan bidang yaitu pimpinan yang
terdiri dari ketua, wakil ketua dan sekretaris, dan bidang yaitu Bidang
penyelenggaraan pemerintahan desa dan bidang pembinaan
kemasysrakatan; dan bidang pembangunan desa dan pemberdayaan
masyarakat desa yang masing-masing bidang dipimpin oleh ketua bidang
merangkap anggota.
FUNGSI BPD
Pasal 3
(1) membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala
Desa;
(2) menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan
(3) melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa;
(4) BPD merupaka mitra Pemerinah Desa

Tugas BPD
Pasal 4
BPD mempunyai tugas :
a. membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;
b. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan
Peraturan Kepala Desa;
c. melakukan pengawasan terhadap kebijakan Pemerintah Desa dalam
pengurusan dan pengelolaan sumber pendapatan dan kekayaan desa;
d. membahas, menyetujui dan menetapkan rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa;
e. memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa
jabatan Kepala Desa secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa
jabatan;
f. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa;
g. membentuk panitia pemilihan Kepala Desa;
h. memberikan persetujuan kerjasama antar Desa dalam Kabupaten maupun
antar Desa di luar Kabupaten;
i. menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan
aspirasi masyarakat
j. menyusun tata tertib Badan Permusyawaratan Desa (BPD);
k. mengadakan perubahan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;
l. memberikan persetujuan pengalihan Sumber Pendapatan Desa yang
dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Desa kepada pihak lain;
m. memberikan persetujuan pengelolaan kekayaan Desa yang dilakukan
dengan pihak lain yang saling menguntungkan;
n. memberikan persetujuan atas perubahan fungsi Tanah Kas Desa untuk
kepentingan desa sendiri maupun kepentingan pihak lain.

PEMBAGIAN TUGAS
Pasal 5
Pengurus BPD mempunyai tugas :
a. menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja Ketua dan
Wakil Ketua dan bidang-bidang BPD serta mengumumkannya dalam rapat
BPD;
b. menetapkan kebijakan mengenai urusan rumah tangga BPD;
c. memimpin rapat BPD;
d. menyimpulkan hasil rapat BPD;
e. mengadakan koordinasi dengan Kepala Desa;
f. setiap Anggota BPD kecuali unsur pimpinan BPD, harus menjadi anggota
salah satu bidang;
g. metiap bidang dipimpin oleh ketua bidang;
h. bidang-bidang BPD sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat 4 meliputi :
1. bidang penyelenggaraan pemerintahan desa dan pembinaan
kemasysrakatan; dan
2. bidang pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa
anggota BPD pengganti antar waktu menduduki tempat anggota bidang
yang digantikannya;
i. anggota BPD pengganti antar waktu menduduki tempat anggota bidang
yang digantikannya
Tugas dan Kewajiban
Ketua BPD
Pasal 6
Tugas dan Kewajiban Ketua BPD :
a. menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja Ketua dan
Wakil Ketua serta sekretaris serta mengumumkannya dalam
rapatParipurna pada permulaan tahun sidang BPD;
b. menetapkan kebijakan mengenai urusan rumah tangga BPD.
c. Mmemimpin rapat BPD dengan menjaga agar peraturan Tata Tertib
dilaksanakan dengan seksama, memberikan izin berbicara dan menjaga
agar pembicara dapat menyampaikan pandangannya dengan tidak
terganggu.
d. menyimpulkan hasil pembahasan dalam rapat yang dipimpinnya.
e. melaksanakan Keputusan Rapat.
f. menyampaikan keputusan rapat kepada pihak-pihak yang terkait
langsung.
g. menyampaikan hasil musyawarah yang dianggap perlu kepada kepala
Desa.
h. mengadakan koordinasi dan konsultasi dengan pihak atau lembaga terkait.
i. mengawasi pelaksanaan tugas dan kewajiban sekretaris BPD dalam
penyelenggaran kesekretariatan BPD;
j. memegang pimpinan sehari-hari dan bertugas di kantor BPD;
k. ketua BPD dapat dibantu oleh wakil Ketua BPD dalam memimpin BPD;
l. apabila Ketua BPD berhalangan dalam melaksanakan tugasnya, maka
tugas dan kewajibannya dilakukan oleh wakil Ketua BPD.

Wakil Ketua BPD


Pasal 7
Wakil Ketua BPD mempunyai tugas :
a. bersama Ketua BPD menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian
kerja Ketua dan Wakil Ketua BPD;
b. memimpin rapat BPD dan menetapkan acara rapat BPD serta
pelaksanaannya, apabila ketua BPD berhalangan ;
c. menjaga agar tata tertib BPD dilaksanakan dengan seksama, memberi ijin
berbicara, dan menjaga agar pembicara dapat menyampaikan pandangan
dengan tidak terganggu;
d. menyimpulkan hasil pembahasan dalam rapat yang dipimpinnya;
e. melaksanakan keputusan rapat yang di pimpinnya
f. menyampaikan keputusan rapat yang dipimpinnya kepada pihak-pihak
yang bersangkutan
g. memegang Pimpinan sehari-hari dan bertugas di Kantor BPD
h. makil Ketua BPD membantu ketua BPD dalam memimpin BPD
i. mpabila Ketua BPD berhalangan dalam melaksanakan tugasnya, maka
tugas dan kewajibannya dilakukan oleh wakil Ketua BPD.

Tugas Sekretaris BPD


Pasal 8
Sekretaris BPD mempunyai tugas :
1. Bersama Ketua BPD dan wakil Ketua menyusun rencana Kerja
mengadakan pembagian kerja Ketua dan Wakil Ketua BPD
2. Menyelenggarakan urusan kesekretariatan BPD yang meliputi :
a. pengelolaan administrasi surat menyurat
b. pengelolaan administrasi keuangan
c. pengelolaan inventarisasi kekayaan BPD
d. pengelolaan data anggota BPD.
3. Mempersiapkan kelengkapan atau kebutuhan untuk kegiatan-kegiatan
rapat yang diselenggarakan oleh BPD
4. Membantu Ketua dan atau Wakil Ketua BPD dalam menyelenggarakan
tugas dan kewajibannya
5. Sekretaris BPD dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada
Ketua BPD.
6. Membuka rapat.
Tugas Bidang-bidang
Pasal 9
Bidang-bidang BPD mempunyai tugas :
1. Ketua bidang adalah merupakan alat kelengkapan BPD yang bersifat tetap
dan dibentuk oleh BPD pada awal masa keanggotaannya
2. Setiap anggota BPD kecuali Pimpinan harus menjadi ketua bidang
merangkap anggota
3. Bidang yang membidangi tugas – tugas tertentu terdiri dari :
a. bidang penyelenggaraan pemerintahan desa dan pembinaan
kemasysrakatan; dan
b. bidang pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa
4. Bidang sebagaimana yang dimaksud ayat (3) dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya dipimpin oleh seorang ketua bidang dipilih dari
anggotanya
5. Ketua dan susunan keanggotaan bidang diadakan selama menjabat
sebagai BPD
6. SK (surat keputusan ) tentang Tata Tertib BPD diterbitkan oleh Ketua BPD
desa …………………
Pasal 10
Bidang-bidang sebagaimana yang dimaksud Pasal 9 ayat (3) Tugas dan
kewajibannya adalah :
1. Menyusun rencana Kerja setiap awal tahun sidang melaporkan hasil
kerjanya pada akhir tahun sidang pada Pimpinan BPD
2. Melakukan Bahasan terhadap rancanngan peraturan Desa dan rencana
keputusan BPD yang menjadi bidang tugasnya
3. Melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan,
Pembangunan dan perekonomian, Kemasyarakatan Umum, Keuangan dan
pelayanan yang dilaksanakan Pemerintah Desa terhadap masyarakat yang
termasuk tugas bidangnya;
4. Mengadakan kunjungan kerja atau peninjauan yang dianggap perlu atas
persetujuan Pimpinan BPD
5. Mengadakan rapat – rapat untuk membahas sesuatu hal yang berada
dalam ruang lingkup tugasnya baik intern maupun dengan pemerintah
Desa
6. Menerima dan menyalurkan aspirasi masyarakat
7. Menerima usul, saran dan pernyataan pendapat Pimpinan BPD mengenai
hal yang termasuk dalam tugasnya
8. Mengajukan pendapat dan pernyataan tertulis kepada Kepala Desa melalui
Pimpinan BPD mengenai penyelenggaraan Pemerintahan desa, pembinaan
kemasyartakatan, pelaksanaan Pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa dan Keuangan yang dilaksanakan Pemerintah Desa
9. Membahas Nota Pimpinan BPD surat – surat masuk dan pengaduan
langsung dari masyarakat
10. Melaporkan hasil kerja bidang kepada Ketua BPD
Tugas Anggota BPD
Pasal 11
Anggota BPD mempunyai tugas :
1. Mengadakan rapat-rapat secara berkala sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali
dalam setahun
2. Kecuali atas permintaan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang anggota BPD
dan atau atas permintaan Kepal Desa, Ketua BPD dapat mengundang
anggotanya untuk mengadakan rapat selambat-lambatnya dalam waktu 1
(satu) bulan setelah permintaan tersebut diterima
3. Menjaga agar tata tertib BPD dilaksanakan dengan seksama, memberi ijin
berbicara dan menjaga agar pembicara dapat menyampaikan pandangan
dengan tidak terganggu
4. Melaksanakan keputusan rapat.

Wewenang BPD
Pasal 12
BPD mempunyai wewenang
(1) BPD berwenang memberikan peringatan tertulis kepada Kepala Desa,
paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut dengan tenggang waktu
masing-masing 30 (tiga puluh) hari, apabila kepala desa melakukan
pelanggaran pada peraturan dan perundang - undangan atau norma
masyarakat yang berlaku, dan atau dalam melaksanakan tugasnya tidak
dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara adil, diskriminatif
serta mempersulit setiap keperluan masyarakat.
(2) Apabila sampai dengan teguran ke 3 (tiga) tidak diindahkan oleh Kepala
Desa, Bupati atas laporan BPD dapat memberikan sanksi administratif
berupa peringatan, pemberhentian sementara dan pemberhentian setelah
didahului pemeriksaan instansi yang berwenang.
(3) BPD berwenang memberikan peringatan tertulis kepada Kepala Desa, paling
banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut dengan tenggang waktu masing-
masing 30 (tiga puluh) hari, apabila kepala desa melakukan pelanggaran
pada peraturan dan perundang - undangan atau norma masyarakat yang
berlaku, dan atau dalam melaksanakan tugasnya tidak dapat memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara adil, diskriminatif serta mempersulit
setiap keperluan masyarakat
(4) Apabila sampai dengan teguran ke 3 (tiga) tidak diindahkan oleh Kepala
Desa, Bupati atas laporan BPD dapat memberikan sanksi administratif
berupa peringatan, pemberhentian sementara dan pemberhentian setelah
didahului pemeriksaan instansi yang berwenang.
SUSUNAN BPD
Pasal 13

(1) BPD terdiri dari :


a. pimpinan BPD
b. bidang-Bidang dan
c. anggota
(2) Pimpinan BPD terdiri dari :
a. 1 orang Ketua
b. 1 orang Wakil Ketua
c. 1 orang Sekretaris
(3) Alat kelengkapan BPD adalah bidang-bidang untuk kelancaran
pelaksanaan tugas, dalam organisasi BPD dapat dibentuk beberapa bidang
sesuai dengan kebutuhan masing-masing bidang sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dipimpin oleh seorang ketua bidang.
panitia-panitia lain adalah alat BPD lain yang diperlukan dan bersifat
sementara
(1) BPD terdiri dari :
d. pimpinan BPD
e. bidang-Bidang dan
f. anggota
(4) Pimpinan BPD terdiri dari :
d. 1 orang Ketua
e. 1 orang Wakil Ketua
f. 1 orang Sekretaris
(5) Alat kelengkapan BPD adalah bidang-bidang untuk kelancaran
pelaksanaan tugas, dalam organisasi BPD dapat dibentuk beberapa bidang
sesuai dengan kebutuhan.
(6) masing-masing bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipimpin oleh
seorang ketua bidang.

KEANGGOTAAN BPD
Pasal 14
(1) Anggota BPD adalah mereka yang telah mendapat secara administrasi
dengan Keputusan Bupati Tanah Bumbu
(2) Anggota BPD berdomisili di Desa ………………….

Pasal 15
1. Peresmian keanggotaan BPD dilakukan dalam suatu upacara oleh Bupati
Tanah Bumbu atau pejabat yang ditunjuk
2. Peresmian sebagaimana dimaksud ayat (1) ditandai dengan pengambilan
sumpah / janji secara bersama – sama dihadapan masyarakat dan
dipandu oleh Bupati Tanah Bumbu atau pejabat yang ditunjuk
3. Bunyi sumpah / janji anggota BPD sebagaimana dimaksud ayat (2) adalah
sebagai berikut :
"Demi Allah (Tuhan), Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan
memenuhi kewajiban saya selaku anggota Badan Permusyawaratan Desa
dengan sebaik-baiknya , sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya; bahwa saya
akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila
sebagai dasar negara; dan saya akan menegakkan kehidupan demokratis
dan undang-undang dasar 1945 sebagai konstitusi Negara serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku bagi daerah dan negara kesatuan
Republik Indonesia di Pemerintahan Desa”.
Pasal 16

2. Masa bakti anggota BPD selama 6 (enam) tahun, dan berakhir pada saat
anggota BPD yang baru mengucapkan sumpah / janji

3. Anggota BPD yang telah mengakhiri masa baktinya dapat dipilih kembali
hanya untuk 2 (dua) priode berikutnya

4. Anggota Badan Permusyawaratan Desa ………………sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga)
kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.

BAB III
PIMPINAN BPD
Kedudukan dan Susunan
Pasal 17
(1) Pimpinan BPD adalah alat kelengkapan BPD yang bersifat kolektif terdiri
dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua dan 1 (satu) orang
Sekretaris.
(2) Pimpinan BPD dipilih dari oleh Anggota BPD secara langsung dalam rapat
BPD yang diadakan secara khusus dengan cara musyawarah mufakat.
(3) Rapat Pemilihan Pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpin oleh satu
orang anggota tertua dan dibantu oleh satu orang anggota termuda.
(4) Apabila dalam musyawarah tidak tercapai kesepakatan maka pemilihan
dilaksanakan secara voting.
(5) Sekretaris BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain sebagai unsur
pimpinan, memimpin sekretariat BPD

Pasal 18

(1) Dalam melaksanakan tugasnya BPD dibantu oleh Sekretariat BPD


(2) Sekretariat BPD dipimpin oleh Sekretaris BPD
(3) Alat kelengkapan BPD lainnya seperti ketua bidang dapat dibentuk sesuai
dengan hasil msyawarah
(4) Sekretariat BPD dan alat kelengkap lainnya ditetapkan dengan Keputusan
BPD
Pasal 19

(1) Rapat BPD dipimpin oleh Pimpinan BPD


(2) Rapat BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah apabila
dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota
BPD dan Keputusan ditetapkan dengan persetujuan anggota sekurang-
kurangnya ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari jumlah BPD yang hadir.
(3) Hasil Rapat BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilengkapi dengan
Notulen rapat yang dibuat oleh Sekretaris BPD.
Pasal 20
Kewenangan Ketua BPD/Pimpinan terhadap Anggota BPD :
(1) Memberikan peringatan secara lisan kepada Anggota BPD yang melalaikan
tugas dan kewajiban serta melanggar kode etik, sumpah atau janji Anggota
BPD.
(2) Peringatan kepada Anggota BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) di atas
apabila tidak diindahkan oleh anggota yang bersangkutan maka diberikan
peringatan secara tertulis. dan jika tetap tidak ada perubahan maka
pimpinan BPD mengusulkan kepada Bupati untuk memberhentikan yang
bersangkutan dan mengusulkan pengganti yang sudah ditetapkan menjadi
calon Anggota BPD antar waktu dari wilayah yang diwakili.
(3) Ketua BPD berhak mengundang rapat untuk anggota BPD.

Pasal 21
(1) Masa jabatan Ketua BPD adalah 6 (enam) tahun.
(2) Dalam hal Ketua berhalangan hadir dalam rapat maka Wakil Ketua
mengganti Kedudukan Ketua dan selanjutnya sekretaris mengganti
kedudukan Wakil Ketua
BAB IV
PEMBERHENTIAN MASA KEANGGOTAAN DAN PENGGANTIAN PIMPINAN
Pasal 22
(1) Pimpinan dan Anggota BPD sebagaimana dimaksud Pasal 7 berhenti atau
diberhentikan dari jabatannyakarena :
a. meninggal dunia
b. atas permintaan sendiri
c. telah berakhir masa jabatan dan Anggota BPD berhenti bersama-sama
pada saat BPD yang baru telah disahkan dan dilantik oleh Bupati atau
Pejabat yang ditunjuk.
(2) Masa keanggotaan BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/
diusulkan kembali untuk masa keanggotaan berikutnya.
(3) Keanggotaan BPD diberhentikan karena :
a. melanggar sumpah dan janji
b. melakukan tindakan pidana berdasarkan Putusan Pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
c. Melakukan perbuatan yang melanggar larangan bagi Pimpinan dan
Anggota BPD
d. Tidak melaksanakan tugas sebagai pimpinan atau anggota BPD / atau
berhalangan tetap selama 6 (enam) bulan berturut-turut.

Pasal 23
(1) Anggota BPD diberhentikan sebagaimana dimaksud pada pasal 22 ayat (3)
karena :
a.Berakhir masa keanggotaannya;
b. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau
berhalangan tetap secara berturut-turut selama 3 (tiga) bulan;
c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Anggota BPD;
d.Dinyatakan melanggar sumpah / janji;
e. Tidak melaksanakan Tugas & Kewajiban sebagai Anggota BPD, dan
atau;
f. Melanggar larangan bagi Anggota BPD;
(2) Pemberhentian Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 22 dan 23
diusulkan oleh Ketua BPD secara tertulis kepada Bupati.
(3) Anggota BPD yang diberhentikan harus mendapat persetujuan 2/3 (dua per
tiga) dari jumlah anggota BPD.
(4) Dalam hal pimpinan BPD tidak mengusulkan pemberhentian sebagaimana
dimaksud ayat (1) Camat berkewajiban mengusulkan pemberhentian
anggota BPD secara tertulis kepada Bupati.
(5) Dalam hal terjadi krisis kepercayaan yang meluas terhadap seluruh anggota
BPD, bupati dapat menetapkan pemberhentian bagi seluruh anggota BPD
setelah melalui :
Pemeriksaan oleh Instansi Pengawas atau musyawarah mufakat desa
dihadiri oleh Ketua RT, Ketua RW, Pemangku Adat, Golongan Profesi,
Pemuka Agama dan Tokoh atau Pemuka Masyarakat lainnya yang
difasilitasi oleh Camat.
Pasal 24
(1) Pimpinan dan Anggota BPD yang berhenti atau diberhentikan sebelum
masa berakhir masa jabatannya, diadakan penggantian.
(2) Masa jabatan keanggotaan BPD pengganti antar waktu adalah sisa waktu
yang belum dijalankan oleh BPD yang berhenti atau diberhentikan.
(3) Mekanisme penetapan anggota BPD pengganti antar waktu dilakukan
dengan cara musyawarah dan mufakat.
Pasal 25
Paling lambat dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja setelah diusulkan
penggantian Anggota BPD antar waktu, Bupati menerbitkan keputusan
pengesahan.
Pasal 26
Apabila ada Anggota BPD yang berhenti sebagaimana dimaksud pada pasal 24,
digantikan dengan aturan PAW (Pergantian Antar Waktu) dari warga
masyarakat yang sudah ditetapkan menjadi calon Anggota BPD antar waktu
dari wilayah yang diwakili saat pemilihan anggota BPD periode yang
bersangkutan.
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN
Hak Anggota BPD
Pasal 27
BPD mempunyai hak :
a. meminta keterangan kepada Pemerintah Desa mengenai permasalahan Desa;
b. meminta keterangan kepada pengurus Lembaga Kemasyarakatan desa atau
warga masyarakat baik secara lisan atau tertulis dengan menjunjung tinggi
keterbukaan, kejujuran, dan obyektifitas;
c. menyatakan pendapat;
d. menerima laporan keterangan pertanggungjawaban atas laporan
pertanggungjawaban Kepala Desa yang disampaikan kepada Bupati;
e. menerima laporan akhir masa jabatan Kepala Desa.
Pasal 28
(1) Anggota BPD mempunyai hak :
a. mengajukan Rancangan Peraturan Desa dan atau menyetujui perubahan
mengenai Peraturan Desa yang diusulkan oleh Pemerintah Desa;
b. mengajukan pertanyaan;
c. menyampaikan usul dan pendapat kepada Pemerintah Desa;
d. memilih dan dipilih; dan
e. memperoleh tunjangan serta penghasilan lain yang sah yang besarnya
disesuaikan dengan kemampuan keuangan desa.dan / atau ketentuan
Peraturan perundang-undangan.
Pasal 29
(1) Anggota BPD mempunyai kewajiban :
a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945,
dan mentaati segala peraturan perundang-undangan;
b. melaksanakan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
c. mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan
NKRI;

d. menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi


masyarakat;
e. memproses pemilihan Kepala Desa;
f. mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi,
kelompok dan golongan;
g. menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat
setempat, dan
h. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga
kemasyarakatan.
Hak Meminta Keterangan Kepada Pemerintah Desa
Pasal 30
(1) Setiap anggotaBPD paling sedikit 3 (tiga) orang anggota BPD berhak
mengajukan usul kepada BPD untuk meminta keterangan kepada
Pemerintah Desa baik secara lisan maupun tertulis mengenai kebijakan
Pemerintah Desa yang penting dan strategis serta berdampak luas pada
kehidupan masyarakat dan desa.
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada pimpinan
BPD disusun secara singkat, jelas dan ditandatangani oleh para pengusul.
(3) Usul meminta keterangan tersebut, oleh pimpinan BPD disampaikan pada
rapat BPD.
(4) Dalam rapat BPD dimaksud pada ayat (3) para pengusul diberi kesempatan
menyampaikan penjelasan secara lisan atas usulan permitaan keterangan
tersebut.
(5) Penyampaian usulan permitaan keterangan sebagaimana dimaksud pasal
(4) anggota BPD lainnya diberi kesempatan untuk memberikan pandangan
dan para pengusul memberikan jawaban atas pandangan para anggota
BPD.
(6) Keputusan persetujuan atau penolakan terhadap usul permintaan
keterangan kepada pemerintah desa ditetapkan dalam rapat BPD.
(7) Dalam rapat BPD menyetujui terhadap usulan permintaan keterangan,
Ketua BPD mengajukan permintaan keterangan kepada Kepala Desa.
(8) Dalam hal usul meminta keterangan kepada pemerintah desa disetujui,
maka permintaan keterangan tersebut disampaikan secara tertulis kepada
kepala desa oleh pimpinan BPD.
(9) Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah diterimanya permintaan
keterangan sebagaimana dimaksud ayat 7 pasal ini, maka pemerintah desa
harus sudah menyampaikan keterangannya.
(10) Pemerintah desa memberikan keterangan terhadap usul sebagaimana
dimaksud ayat 7 pasal ini dan memberikan kesempatan kepada pengusul
maupun anggota BPD lainnya untuk menyampaikan pandangannya.
(11) Atas pandangan pengusul dan anggota BPD lainnya, pemerintah desa
memberikan jawabannya.
(12) Apabila atas jawaban pemerintah desa sebagaimana dimaksud ayat 10
pasal ini, diantara anggota BPD tidak mengajukan usul pernyataan
pendapat, maka pembicaraan mengenai keterangan pemerintah desa
sebagaimana dimaksud ayat 8 pasal ini dinyatakan selesai oleh BPD.
Pasal 31
(1) Kepala Desa wajib memberikan keterangan baik lisan maupun tertulis
terhadap permintaan keterangan BPD sebagaimana dimaksud pasal (29)
(2) Setiap anggota BPD dapat mengajukan pertanyaan atas keterangan Kepala
Desa sebagaimana dimaksud ayat (1)
(3) Teradap jawaban Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) BPD
dapat menyatakan pendapat.
(4) Pernyataan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan
secara tertulis oleh ketua BPD kepada Kepala Desa.
(5) Pernyataan BPD atas keterangan Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat
(4) dijadikan bahan bagi BPD dalam pelaksanaan fungsi pengawasan dan
pelaksanaan kebijakan.

Hak Menyatakan Pendapat


Pasal 32
(1) Paling sedikit 3 (tiga) orang anggota BPD dapat mengajukan usul
pernyataan pendapat terhadap kebijakan Kepala Desa atau mengenai
kejadian luar biasa yang terjadi di desa.
(2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penjelasannya disampaikan
kepada Pimpinan BPD secara tertulis untuk dibahas dalam Rapat BPD.
(3) Dalam Rapat BPD sebagaimana dimaksud pasal (2) pengusul diberi
kesempatan memberikan penjelasan atas usul pernyataan pendapat
tersebut.
(4) Pembicaraan mengenai sesuatu usul pernyataan pendapat, dilakukan
dengan memberikan kesempatan kepada anggota BPD yang lain untuk
memerikan pandangan, Kepala Desa untuk memberikan pendapat dan
pengusul untuk memberikan jawaban atas pandangan anggota BPD dan
Kepala Desa.
(5) Selama usul pernyataan pendapat belum memperoleh keputusan BPD,
pengusul berhak mengajukan perubahan atau menarik kembali usulnya.
(6) Pembicaraan diakhiri dengan keputusan BPD yang menerima atau menolak
usul pernyataan pendapat tersebut menjadi pernyataan pendapat BPD.

BAB VI
TATA CARA PENETAPAN PERATURAN DESA
Hak Mengajukan Rancangan Peraturan Desa
Pasal 33

(1) Rancangan Peraturan Desa dapat disusun oleh Kepala Desa dan atau BPD.
(2) Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari Kepala Desa disampaikan
secara tertulis kepada Ketua BPD melalui sekretaris BPD dan ketua-ketua
bidang untuk diadakan pembahasan lebih lanjut.
(3) Rancangan Peraturan Desa yang disusun oleh BPD setelah mendapat
persetujuan 2/3 dari jumlah Anggota BPD, dan disampaikan secara tertulis
kepada Kepala Desa.
(4) BPD menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa.
Pasal 34
(1) Paling sedikit 3 (tiga) anggota BPD dapat mengajukan suatu usul Prakarsa
Rancangan Peraturan Desa.
(2) Usul Prakarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
Pimpinan BPD dalam bentuk Rancangan Peraturan Desa.
(3) Dalam rapat BPD pengusul diberi kesempatan memberikan penjelasan atas
usul sebagaimana dimaksud ayat (2)
(4) Pembicaraan mengenai sesuatu usul prakarsa dilakukan dengan
memberikan kesempatan kepada :
a. anggota BPD lainnya untuk memberikan pandangan.
b. kepala desa untuk memberikan pendapat
c. pengusul untuk memberikan jawaban atas pandangan anggota BPD dan
pendapat Kepala Desa.
(5) Rapat BPD diakhiri dengan Keputusan BPD atas pandangan Anggota BPD
untuk Prakarsa menjadi Prakarsa BPD
(6) Tata Cara pembahasan Rancangan Peraturan Desa atas Prakarsa BPD
sesuai ketentuan yang berlaku dalam pembahasan Rancangan Peraturan
Desa yang berasal dari Kepala Desa.
(7) Selama Usul Prakarsa belum diputuskan menjadi Prakarsa BPD pengusul
berhak mengajukan perubahan dan atau mencabut kembali usulnya.

Hak Mengajukan Rancangan Peraturan Desa


Pasal 35
(1) BPD berhak mengajukan usul perubahan atas rancangan peraturan desa.
(2) Usul perubahan sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini diatur dalam
peraturan tata tertib ini.
Pasal 36
Tahap Pembahasan Peraturan Desa

(1) Dalam hal Rancangan Peraturan Desa berasal dari Kepala Desa :
a. kepala Desa memberikan penjelasan dalam rapat paripurna BPD
terhadap Rancangan Peraturan Desa yang diajukan oleh kepala desa.
b. pemandangan umum dalam rapat paripurna oleh pimpinan BPD yang
membawakan suara BPD.
c. Jawaban Kepala Desa secara lisan atau tertulis terhadap pemandangan
umum BPD.
d. BPD sebelum mengambil keputusan tentang Rancangan Peraturan Desa
berasal dari Kepala Desa terlebih dahulu diadakan musyawarah dengan
Anggota BPD.
e. Pengambilan keputusan diadakan dalam rapat kerja BPD yang disetujui
oleh sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari yang
hadir
(2) Dalam hal Rancangan Peraturan Desa berasal dari BPD :
a. Pendapat Kepala Desa dalam dalam hal rapat paripurna BPD atas
rancangan peraturan Desa yang berasal dari BPD.
b. Jawaban Pimpinan BPD dalam rapat paripurna BPD terhadap pendapat
Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada huruf (a).
c. Sebelum diambil keputusan atas Rancangan Peraturan Desa
mengadakan rapat kerja BPD untuk membahas lebih lanjut Rancangan
Peraturan Desa dimaksud untuk kemudian ditetapkan menjadi
Peraturan desa apabila dapat disetujui oleh Kepala Desa atau
dihentikan pembahasannya apabila tidak disetujui oleh Kepala Desa.
Hak Mengajukan Pertanyaan
Pasal 37
(1) Setiap Anggota BPD berhak mengajukan pertanyaan baik secara lisan
maupun tertulis kepada Pemerintah Desa berkaitan dengan tugas dan
wewenang BPD
(2) Pertanyaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun secara singkat
dan jelas disampaikan kepada Pimpinan BPD.
(3) Pimpinan dan Anggota BPD mengadakan rapat menyatakan pendapat yang
diajukan guna memutuskan layak tidaknya pertanyaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk ditindaklanjuti.
(4) Dalam hal keputusan rapat BPD menyatakan pertanyaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) perlu ditindaklanjuti, ketua BPD meneruskan
pertanyaan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Kepala
Desa.
(5) Dalam hal jawaban atas pertanyaan dimaksud oleh Kepala Desa di
sampaikan secara tertulis, tidak dapat diadakan lagi rapat BPD untuk
menjawab pertanyaan.
(6) Anggota BPD yang mengajukan pertanyaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat meminta Kepala Desa agar menjawab secara lisan.
(7) Jawaban Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat
diwakilkan kepada Sekretaris Desa atau Perangkat Desa yang ditunjuk.

Hak Menyampaikan Usul


Pasal 38
(1) Setiap anggota BPD dalam rapat-rapat BPD berhak mengajukan usul dan
pendapat mengenai sesuatu hal kepada Pemerintah Desa dan Pimpinan
BPD
(2) Usul dan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
dengan memperhatikan tata karma, etika, moral, sopan santun dan
kepatuhan sebagai anggota BPD.

Hak untuk Dipilih dan Memilih


Pasal 39
(1) Setiap anggota BPD berhak untuk dipilih dan memilih menjadi Pimpinan
BPD dalam Rapat BPD
(2) Setiap anggota BPD berhak untuk memilih dan dipilih menjadi anggota atau
pimpinan dari alat kelengkapan BPD
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikecualikan
sepanjang diatur dalam Peraturan Tata Tertib.

Hak Memperoleh Tunjangan dan Pembiayaan BPD


Pasal 40
(1) Setiap anggota BPD berhak memperoleh tunjangan dan biaya operasional
sesuai kemampuan Keuangan Desa dan atau Peraturan Perundang-
undangan.
(2) Tunjangan dan biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan setiap tahun dalam APB Desa.

Pasal 41
(1) Untuk kegiatan BPD disediakan biaya operasional sesuai kemampuan
keuangan desa.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan secara proporsional
oleh BPD bersama Kepala Desasetiap tahun dalam APBDes dan
berpedoman pada ketentuan yang berlaku.
(3) Penggunaan tunjangan dan biaya kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dipertanggungjawabkan kepada Bupati melalui Camat.
Pasal 42

(1) BPD mempunyai kewajiban menyampaikan informasi hasil kinerjanya


kepada masyarakat
(2) Penyampaian hasil kinerja BPD disampaikan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun.
(3) Penyampaian hasil kinerja BPD dapat dilakukan melalui pertemuan dengan
masyarakat atau media Cetak.

BAB VII
KODE ETIK BPD DAN LARANAGAN BPD
Pasal 43.

(1) Dalam melaksanakan wewenang, tugas dan kewajibannya anggota BPD


wajib menaati Kode Etik.
(2) Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi norma-norma
atau aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan etik atau filosofis
dengan Peraturan Sikap, Perilaku, Ucapan, Tata Kerja, Tata Hubungan
antar Lembaga Pemerintah Desa dan antar anggota serta antar Anggota
BPD dengan pihak lain mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, atau
tidak patut dilakukan oleh anggota BPD.
Pasal 44
Kode Etik bertujuan untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan
kredibilitas anggota BPD serta membantu anggota BPD dalam melaksanakan
tugas, wewenang dan kewajiban serta tanggung jawabnya kepada masyarakat
dan Negara.
Pasal 45
Anggota BPD wajib bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila,
taat kepada Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun
1945 dan peraturan perundang-undangan, berintegritas tinggi, jujur dengan
senantiasa menegakkan kebenaran dan keadilan, menjunjung tinggi demokrasi
dan hak asasi manusia, mengemban amanat penderitaan rakyat, mematuhi
Peraturan Tata Tertib BPD, menunjukkan profesionalisme sebagai anggota BPD
dan selalu berupaya meningkatkan kualitas dan kinerjanya.
Pasal 46
(1) Anggota BPD bertanggung jawab mengemban amanat penderitaan rakyat,
melaksanakan tugasnya secara adil, mematuhi hukum, menghormati
keberadaan BPD dalam melaksanakan tugas dan wewenang yang diberikan
kepadanya demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat, serta
mempertahankan keutuhan bangsa dan kedaulatan Negara.
(2) Anggota BPD bertanggung jawab menyampaikan dan memperjuangkan
aspirasi masyarakat desa secara adil tanpa memandang suku, Agama, Ras,
Golongan, dan Gender.
Larangan BPD
Pasal 47

Pimpinan dan Anggota BPD dilarang :


(1) Sebagai Kepala Desa, Perangkat Desa dan Pengurus LPMD
(2) Menjadi Panitia Pemilihan Kepala Desa
(3) Sebagai Pelaksana Proyek Desa
(4) Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat dan
medeskriminasikan warga atau golongan lain.
(5) Melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan /
atau jasa dari pihak lain yang mempengaruhi keputusan atau tindakan
yang akan dilakukan.
(6) Menyalahgunakan wewenang dan sumpah / janji jabatan.
(7) Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan atau bertentangan dengan norma yang hidup
dan berkembang dimasyarakat, serta melakukan perbuatan yang dapat
menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap ketokohannya, seperti
perbuatan asusila, perjudian, mabuk-mabukan, dan lain sebagainya.
(8) Terlibat dalam kampanye Pemilihan Kepala Desa.
BAB VIII
RAPAT-RAPAT BPD
Persidangan
Pasal 48
(1) Tahun Persidangan BPD dimulai pada tanggal 1 Januari dan berakhir pada
tanggal 31 Desember tahun yang sama dan dibagi dalam 3 (tiga) masa
pesidangan.
(2) Masa Persidangan meliputi masa sidang dan masa reses
(3) Reses dilaksankaan 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun paling lama 6 (enam)
hari kerja dalam 1 (satu) kali reses.
(4) Reses dipergunakan untuk mengunjungi wilayah kerja BPD bersangkutan
dan menyerap aspirasi masyarakat.
(5) Setiap pelaksanaan tugas reses sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
anggota BPD baik perorangan atau kelompok wajib membuat laporan
tertulis atas pelaksanaan tugasnya disampaikan kepada Pimpinan BPD
dalam rapat-rapat paripurna BPD.
(6) Kegiatan dan Jadwal Reses sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan
oleh Ketua BPD setelah mendengar pertimbangan dari Anggota BPD.

Penyelenggaraan & Penentuan Waktu Rapat


Pasal 49
(1) BPD mengadakan rapat secara berkala paling sedikit 6 (enam) kali dalam 1
(satu) tahun.
(2) Waktu rapat dapat dilaksanakan pada siang hari atau malam hari yang
dijadwalnya ditetapkan oleh pimpinan BPD;
(3) Apabila terdapat kepentingan yang bersifat mendesak BPD dapat
mengadakan rapat atau sidang sesuai dengan kebutuhan;
(4) Untuk mengintensifkan kinerja BPD diadakan rapat rutin setiap tiga bulan.
(5) Rapat-rapat dapat dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atas
permintaan paling sedikit 1/5 (satu per lima) dari jumlah anggota BPD atau
dalam hal atas permintaan Kepala Desa, BPD dapat mengundang
anggotanya untuk mengadakan rapat paling lambat dalam waktu 7 (tujuh)
hari setelah permintaan diterima.
(6) Hasil rapat BPD sebagaimana dimaksud pada ayat 2 ditetapkan dalam
keputusan BPD.
Jenis Rapat
Pasal 50
Jenis rapat terdiri dari :
(1) Rapat Paripurna
(2) Rapat Paripurna Istimewa
(3) Rapat Pimpinan BPD
(4) Rapat Bidang
(5) Rapat Gabungan Bidang
(6) Rapat Panitia Khusus
(7) Rapat Kerja
(8) Rapat Dengar Pendapat

Pasal 51
Rapat Paripurna adalah Rapat anggota BPD yang dipimpin oleh Ketua atau
Wakil Ketua BPD dan merupakan forum tertinggi dalam melaksanakan
wewenang dan tugas BPD antara lain untuk menyetujui Rancangan Peraturan
Desa menjadi Peraturan Desa dan Menetapkan Keputusan BPD.
Pasal 52
Rapat Paripurna Istimewa adalah Rapat BPD untuk melaksanakan suatu acara
tertentu dengan tidak mengambil keputusan.
Pasal 53
Rapat Pimpinan BPD adalah rapat unsur pimpinan BPD yang dipimpin oleh
Ketua BPD
Pasal 54
Rapat Komisi adalah Rapat bidang yang dipimpin oleh Ketua bidang dengan
Anggota bidang.
Pasal 55
Rapat rabungan ketua bidang merupakan rapat beberapa bidang yang dipimpin
oleh ketua atau wakil ketua BPD.
Pasal 56
Rapat Panitia Khusus adalah Rapat Anggota Panitia Khusus yang dipimpin oleh
Ketua Panitia Khusus
Pasal 57
Rapat Kerja merupakan rapat antar BPD/bidang/Gabungan bidang/ Panitia
Khusus dengan Kepala Desa atau Perangkat Desa yang ditunjuk.
Pasal 58
Rapat dengar Pendapat merupakan rapat antara BPD/bidang/Gabungan
bidang/Panitia Khusus dengan Lembaga / Badan organisasi kemasyarakatan
Ketentuan Rapat
Pasal 59
(1) Rapat Paripurna BPD dinyatakan sah apabila dihadiri secara fisik oleh :
a. Paling sedikit 3/4 ( tiga per empat) dari jumlah anggota BPD untuk
menentukan usul BPD mengenai pemberhentian Kepala Desa dan
Perangkat Desa.
b. Paling sedikir 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD untuk
menetapkan Peraturan Desa dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa.
c. Paling sedikit 1/2 (satu per dua) dari jumlah anggota BPD untuk Rapat
Paripurna BPD selain sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b.
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan dengan
persetujuan paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD yang
hadir.
(3) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan dengan
persetujuan paling sekikit 1/2 (satu per dua ) dari jumlah anggota BPD
yang hadir.
(4) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan dengan
suara terbanyak.
Sifat Rapat
Pasal 60
(1) Rapat Paripurna dan Rapat Paripurna Istimewa BPD bersifat terbuka.
(2) Rapat Paripurna BPD, Rapat Komisi, Rapat Gabungan Komisi dan Rapat
Panitia Khusus bersifat tertutup kecuali apabila pimpinan rapat
menyatakan terbuka.
(3) Rapat kerja dan rapat dengar pendapat bersifat terbuka.

Pasal 61
(1) Pembicaraan dalam rapat tertutup bersifat rahasia dan tidak boleh
diumumkan.
(2) Sifat rahasia sebagaimana dimaksud ayat (1) harus dipegang teguh oleh
yang mengetahui pembicaraan dalam rapat tertutup tersebut.

Pasal 62
(1) Rapat-rapat BPD pada dasarnya bersifat terbuka untuk umum kecuali yang
dinyakan tertutup berdasarkan Peraturan Tata Tertib ini atau ada
kesepakatan diantara Pimpinan BPD.
(2) Rapat tertutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengambil
keputusan, kecuali mengenai :
a. pemilihan unsur pimpinan BPD
b. pembentukan panitia pemilihan kepala desa
c. persetujuan rancangan peraturan desa
d. angaran pendapatan dan belanja desa
e. penetapan calon terpilih kepala desa
f. penetapan dan perubahan peraturan desa
g. badan usaha milik Desa (BUMDes)
h. kerjasama antar desa
i. pemberhentian dan penggantian kepemimpinan BPD
j. usulan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa
k. meminta laporan keterangan pertangungjawaban kepala desa dalam
pelaksanaan tugas.
Pasal 63
(1) Setiap rapat tertutup dibuat laporan tertulis tentang pembicaraan yang
dilakukan
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan dengan jelas
pernyataan mengenai sifat rapat yaitu “RAHASIA”
Waktu, Tempat dan Hari Kerja
Pasal 64
Penentuan waktu rapat :

(1) Rapat BPD dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun;
(2) Untuk mengintensifkan kinerja BPD diadakan rapat rutin setiap tiga bulan.
(3) Apabila terdapat kepentingan yang bersifat mendesak, BPD dapat
mengadakan rapat atau sidang sesuai dengan kebutuhan;
(4) Waktu rapat dapat dilaksanakan pada siang hari atau malam hari yang
jadwalnya ditetapkan oleh pimpinan BPD;
a. Waktu penyelenggaraan rapat adalah sebagai berikut :
1. Siang
Hari Senin s.d. Kamis Pukul 09.00-17.00 WIB
Dengan waktu Istirahat Pukul 12.00 – 13.00 WIB.
Hari Jum’at Pukul 08.00-15.00 WIB
Dengan waktu Istirahat Pukul 11.15 – 13.00 WIB.
Hari Sabtu dan Minggu Pukul 09.00-17.00 WIB
Dengan waktu Istirahat Pukul 12.00 – 13.00 WIB.
2. Malam
Mulai pukul 20.00 – 23.30 WIB.
b. Waktu Kerja & Kunjungan Kerja
1. Siang
Hari Senin s.d. Kamis dan Sabtu Pukul 09.00-17.00 WIB
Hari Jum’at Pukul 08.00-17.00 WIB
2. Malam
Mulai pukul 20.00 – 23.30 WIB.
3. Kegiatan :
a. hari jum’at dapat digunakan untuk menyerap aspirasi
masyarakat atau rapat komisi, kecuali ditentukan lain oleh Ketua
BPD
b. penyimpangan dari waktu rapat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditentukan oleh yang bersangkutan kecuali ketua BPD
menentukan lain.
c. tempat rapat dilakukan di Kantor Desa/ Rumah BPD, kecuali
apabila situasi dan kondisi tidak memungkinkan ditentukan oleh
Ketua BPD.
4. Jadwal / Schedule Kerja diatur lebih lanjut Ketua BPD

Pengaturan Rapat
Pasal 65
1. Pengaturan tempat dalam pelaksanaan rapat paripurna diatur sebagai
berikut:
a. Ketua BPD didampingi oleh Wakil Ketua BPD
b. Sekretaris BPD menempati tempat sebelah kiri Wakil Ketua BPD
c. Kepala Desa ditempatkan sejajar dan sebelah kanan Ketua BPD;
d. Anggota BPD menempati tempat yang telah disediakan di tempat
khusus untuk anggota BPD
e. Undangan dan atau Peninjau diatur sesuai dengan kondisi ruang rapat
2. Pengaturan tempat pelaksanaan rapat Paripurna khusus diatur sebagai
berikut:
a. Apabila hanya dihadiri oleh hanya pejabat desa dan undangan lainnya,
pengaturan tata tempat sesuai dengan pasal 65 Ayat 1
b. Apabila hanya diahadiri oleh pejabat kecamatan, kabupaten atau
provinsi dan undangan lainnya, pengaturan tata tempat diatur sebagai
berikut:
1. Ketua BPD disebelah kiri pejabat kecamatan, kabupaten atau
provinsi
2. Wakil Ketua BPD sebelah kiri Ketua BPD
3. Sekretaris BPD sebelah Wakil Ketua BPD
4. Kepala Desa sebelah kanan pejabat kabupeten atau Provinsi

5. Anggota BPD menempati tempat yang telah disediakan ditempat


khusus untuk anggota BPD
6. Undangan dan atau Peninjau diatur dengan sesuai kondisi ruang
rapat.
3. Pengaturan tempat dalam pelaksanaan rapat Paripurna Istimewa diatur
sebagai berikut:
a. Apabila hanya dihadiri oleh hanya Pejabat Desa dan undangan lainnya,
pengaturan tata tempat sesuai dengan pasal 65Ayat 1
b. Apabila hanya dihadiri pejabat Kecamatan, Kabupaten atau Provinsi
dan undangan lainnya, pengaturan tata tempat sesuai dengan pasal 65
Ayat 2 huruf b
Tata Cara Rapat
Pasal 66
(1) Sebelum menghadiri rapat, setiap anggota BPD harus menanda tangani
daftar hadir.
(2) Untuk undangan atau peninjauan disediakan Daftar Hadir tersendiri
(3) Rapat dibuka oleh Pimpinan Rapat apaila kuorum telah tercapai
berdasarkan kehadiran secara fisik kecuali ditentukan lain.
(4) Anggota BPD yang hadir apabila akan meninggalkan ruangan rapat, wajib
memberitahukan kepada pimpinan rapat.
Pasal 67
(1) Apabila pada waktu yang telah ditentukan untuk pembukaan rapat jumlah
anggota BPD belum mencapai kuorum, pimpinan rapat membuka sekaligus
menunda rapat paling lama 2 kali masing-masing 1 (satu) jam.
(2) Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum juga
terpenuhi pimpinan rapat dapat melanjutkan rapat dengan dihadiri oleh
paling sedikit 1/2 (satu per dua) dari jumlah anggota.
(3) Dalam hal pada akhir waktu penundaan rapat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) kuorum belum tercapai, pimpinan rapat menunda
rapat paling lama tiga hari atau sampai wkatu yang ditetapkan oleh
Pimpinan Rapat.
(4) Setiap terjadi penundaan rapat-rapat dibuat Berita Acara penundaan rapat
yang ditanda tangani oleh Pimpinan Rapat.
(5) Setelah rapat dibuka pimpinan rapat memberitahukan surat masuk dan
surat keluar yang dipandang perlu untuk diberitahukan atau dibalas
dengan peserta rapat, kecuali surat-surat urusan rumah tangga BPD.
Pasal 68
(1) Pimpinan rapat menutup rapat setelah semua acara yang ditetakan selesai
dibicarakan
(2) Dalam hal acara yang ditetapkan untuk suatu rapat belum terselesaikan
sedangkan waktu rapat telah berakhir pimpinan rapat menunda
penyelesaian acara tersebut untuk dibicarakan dalam rapat berikutnya
atau meneruskan penyelesaian acara tersebut atas persetujuan rapat.
(3) Pimpinan rapat mengemukakan pokok-pokok keputusan dan atau
kesimpulan yang dihasilakan dalam rapat sebelum menutup rapat.
Pasal 69
(1) Pimpinan rapat menutup rapat setelah semua acara yang ditetapkan selesai
dibicarakan
(2) Dalam hal acara yang ditetapkan untuk suatu rapat belum terselesaikan
sedangkan waktu rapat telah berakhir pimpinan rapat menunda
penyelesaian acara tersebut untuk dibicarakan dalam rapat berikutnya
atau meneruskan penyelesaian acara tersebut atas persetujuan rapat.
(3) Pimpinan rapat mengemukakan pokok-pokok keputusan dan atau
kesimpulan yang dihasilkan oleh rapat sebelum menutup rapat.
Pasal 70
Dalam hal ketua BPD berhalangan hadir untuk memimpin rapat, rapat
dipimpin oleh wakil ketua BPD dan apabila wakil ketua BPD berhalangan
pimpinan rapat dipilih dari dan oleh peserta rapat yang hadir.
Pasal 71
(1) Komisi, alat kelengkapan BPD atau Pemerintah Desa dapat mengajukan
usul perubahan kepada Ketua BPD mengenai acara yang telah ditetapkan
oleh Ketua BPD, baik mengenai perubahan waktu maupun masalah yang
akan dibahas.
(2) Usul perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan secara
tertulis dengan menyebutkan waktu dan masalah yang diusulkan paling
lambat 3 (tiga) hari setelah acara rapat bersangkutan dilaksanakan.
(3) Dalam hal untuk perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) pimpinan BPD menetapkan dan mengambil keputusan perubahan acara
rapat.
Pasal 72
(1) Dalam keadaan memaksa, Pimpinan BPD, Pimpinan Komisi dan Pemerintah
Desa dapat mengajukan perubahan tentang acara rapat Paripurna yang
sedang berlangsung.
(2) Rapat Paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) segera mengambil
keputusan tentang usul perubahan acara tersebut.

Tata Cara Pembicaraan


Pasal 73
(1) Pimpinan rapat agar menjaga rapat berjalan sesuai dengan ketentuan
dalam Peraturan Tata Tertib BPD
(2) Pimpinan rapat untuk menjelaskan masalah yang menjadi pembicaraan,
menunjukan duduk persoalan yang sebenarnya, mengembalikan kepada
pokok persoalan dan menyimpulkan pembicaraan anggota.
(3) Apabila pimpinan rapat hendak berbicara selaku anggota rapat, untuk
sementara pimpinan rapat diserahkan kepada pimpinan lain.
(4) Sebelum berbicara anggota rapat yang akan bebicara mendaftarkan
namanya terlebih dahulu.
(5) Giliran berbicara diatur oleh pimpinan rapat menurut urutan pendaftaran
nama.
(6) Pembicaraan dalam rapat tidak boleh digangu selama berbicara.
(7) Pimpinan rapat dapat menentukan lamanya anggota rapat berbicara.
(8) Pimpinan rapat mengingatkan dan meminta supaya pembicara mengakhiri
pembicaraan apabila melampaui batas waktu yang ditentukan.

Pasal 74
(1) Kepada anggota rapat dapat diberikan kesempatan melakukan Intrupsi
untuk :
a. meminta penjelasan tentang duduk pesoalan sebenarnya mengenai
masalah yang sedang dibicarakan
b. menjelaskan soal yang didalam pembicaraan menyangkut diri dan
tugasnya.
c. mengajukan untuk prosedur mengenai soal yang sedang dibicarakan
atau
d. mengajukan usul agar rapat ditunda untuk sementara
(2) Pimpinan rapat dapat membatasi lamanya pembicaraan melakukan intrupsi
sebagaimana dimaksud ayat (1) memperingatkan dan menghentikan
pembicaraan apabila interupsi tidak ada hubungannya dengan materi yang
sedang dibicarakan.
(3) Terhadap pembicaraan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a dan b tidak
dapat diadakan pembahasan.
(4) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan d untuk dapat
dibahas harus mendapat persetujuan anggota rapat.
(5) Seorang pembicara tidak boleh menyimpang dari pokok pembicaraan
kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan pimpinan
rapat mengingatkannya, meminta supaya berbicara kembali pada pokok
pembicaraan.
Pasal 75
(1) Pimpinan rapat memperingatkan pembicara yang mengunakan kata-kata
tidak layak, melakukan perbuatan yang mengganggu ketertiban rapat atau
menganjurkan untuk melakukan perbuatan yang tertentangan dengan
hukum.
(2) Pimpinan rapat meminta agar yang bersangkutan menghentikan perbuatan
pembicaraan sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dan atau memberikan
kesempatan kepadanya untuk menarik balik kata-kata dan menghentikan
perbuatannya.
(3) Dalam hal pembicaraan memenuhi permintaan pimpinan rapat, kata-kata
pembicara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap tidak pernah
diucapkan dan tidak dimuat dalam risalah atau catatan rapat.
(4) Dalam hal seorang pembicara tidak memenuhi peringatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), pimpinan rapat melarang pembicara tersebut
meneruskan pembicaraand an perbuatannya.
(5) Dalam hal larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) masih juga tidak
diindahkan oleh yang bersangkutan, meminta kepada yang bersangkutan
untuk meninggalkan rapat.

Risalah, Catatan dan Laporan


Pasal 76
(1) Untuk setiap Rapat Paripurna, dibuat risalah yang ditandatangani oleh
Pimpinan Rapat.
(2) Risalah merupakan catatan Rapat Paripurna yang dibuat secara lengkap
dan memuat jalannya pembicaraan yang dilakukan dalam rapat serta
dilengkapi dengan catatan :
a. jenis dan sifat rapat
b. hari dan tanggal rapat
c. tempat rapat
d. acara rapat
e. waktu pembukaan dan Penutupan Rapat

f. ketua dan sekertaris rapat


g. daftar hadir
h. undangan yang hadir
(3) Sekertaris rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f adalah
Sekretaris BPD atau petugas dilingkungan sekretaris BPD yang ditunjuk
oleh Sekretaris BPD.
Pasal 77
(1) Dalam setiap rapat BPD kecuali Rapat Paripurna BPD dibuat catatan rapat
dan laporan singkat yang ditandatangani oleh Pimpinan rapat yang
bersangkutan.
(2) Catatan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat pokok
pembicaraan, kesimpulan dan atau keputusan yang dihasilkan dalam rapat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) serta dilengkapi dengan catatan.
(3) Laporan singkat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) memuat
kesimpulan dan atau keputusan rapat.

Undangan dan Peninjau Rapat


Pasal 78
Undangan Rapat adalah :
(1) Peninjau dan wartawan adalah mereka yang hadir dalam rapat BPD tanpa
undangan hanya Pimpinan Rapat BPD dengan mendapat persetujuan dari
Pimpinan BPD
(2) Undangan dapat berbicara dalam rapat atas persetujuan pimpinan rapat,
tetapi tidak mempunyai hak pilih.
(3) Peninjau dan wartawan tidak mempunyai hak bicara dan tidak boleh
menyatakan sesuatu baik dengan perkataan maupun cara lain.
(4) Undangan, peninjau dan wartawan disediakan tempat tersendiri.

(5) Undangan, peninjau dan wartawan wajib mentaati Peraturan Tata Tertib
Rapat atau ketentuan lain yang diatur oleh BPD
(6) Surat Undangan ditandatangani oleh Pimpinan BPD.

Pengambilan Keputusan
Pasal 79
(1) Pengambilan keputusan adalah proses penyelesaian akhir suatu masalah
yang dibicarakan dalam setiap rapat.
(2) Keputusan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
persetujuan atau penolakan.
(3) Pengambilan keputusan dalam rapat BPD pada dasarnya diusahakan
dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat
(4) Dalam hal cara pengambilan keputusan sebagaimana ayat (1) tidak
terpenuhi, keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara.
(5) Setiap keputusan rapat BPD baik berdasarkan musyawarah maupun
berdasarkan pemungutan suara mengikat semua pihak yang terkait.
(6) Setiap keputusan rapat BPD harus dilengkapi daftar hadir dan risalah rapat
yang ditandantangani oleh pimpinan rapat.

Pasal 80
(1) Produk BPD berbentuk Keputusan BPD dan Keputusan Pimpinan BPD.

(2) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dalam rapat
Paripurna BPD ditandantangi oleh Ketua atau Wakil Ketua BPD.
(3) Keputusan Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dalam
rapat pimpinan BPD ditandatangani oleh Ketua BPD atau Wakil Ketua BPD.

Pasal 81
(1) Pengambilan keputusan berdasarkan pemungutan suara dapat dilakuan
secara terbuka atau tertutup.
(2) Pengambilan keputusan berdasarkan pemungutan suara terbuka dilakukan
apabila menyangkut kebijakan.

(3) Pengambilan keputusan berdasarkan pemungutan suara tertutup


dilakukan apabila menyangkut orang atau masalah yang dipandang perlu.
(4) Apabila cara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka pengambilan
keputusan ditentukan berdasarkan suara terbanyak.
(5) Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak (dengan ketentuan
lebih dari setengah) dilakukan dengan pemberian suara secara tertulis
atau mengangkat tangan.
(6) Setelah rapat selesai, sekretaris BPD menyusun risalah rapat yang antara
lain memuat :
a. acara rapat.
b. daftar hadir anggota.
c. pokok-pokok masalah yang dibahas.
d. pokok-pokok pembicaraan para anggota.
e. pokok-pokok kesimpulan rapat.
(7) Risalah rapat dijadikan dasar penyusunan keputusan BPD.

BAB IX
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN PERATURAN DESA
Rancangan Peraturan Desa
Pasal 82
(1) BPD memegang kekuasaan membentuk Peraturan Desa
(2) Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari BPD atau Kepala Desa
dibahas oleh BPD dan Kepala Desa untuk mendapat persetujuan bersama.
(3) Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari Kepala Desa disampaikan
kepada pimpinan BPD dengan Nota Pengantar yang ditandantangani Kepal
Desa.
(4) Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari Usul Prakarsa BPD beserta
penjelasannya disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan BPD
(5) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat
(4) disampaikan oleh pimpinan BPD kepada seluruh anggota BPD paling
lambat 1 (satu) minggu sebelum rancangan Peraturan Desa tersebut
dibahas dalam Rapat Paripurna.

Pasal 83
Apabila BPD dan Kepala Desa menyampaikan Rancangan Peraturan Desa
mengenai materi yang sama maka yang dibahas adalah Rancangan Peraturan
Desa yang disampaikan BPD, sedangkan Rancangan Peraturan Desa yang
disampaikan Kepala Desa digunakan sebagai bahan untuk dipersidangkan.
Tahapan Pembicaraan
Pasal 84

(1) Perubahan Rancangan Peraturan Desa dilakukan melalui tiga tahapan


pembicaraan kecuali Pimpinan BPD menentukan lain.
(2) Sebelum dilakukan pembicaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diadakan Rapat Komisi atau Rapat Panitia Khusus.

Pasal 85
Pembicaraan tahap pertama meliputi :
(1) Kepala Desa memberikan penjelasan dalam rapat paripurna BPD terhadap
Rancangan Peraturan Desa yang diajukan oleh Kepala Desa.
(2) Pemandangan umum dalam rapat paripurna oleh pimpinan BPD yang
membawakan suara BPD.
(3) Jawaban Kepala Desa secara lisan atau tertulis terhadap pemandangan
umum BPD.
(4) Penjelasan dalam Rapat Paripurna oleh Pimpinan BPD atau Pimpinan
Komisi atau Gabungan Komisi atau Panitia Khusus terhadap Rancangan
Desa atau Perubahan Peraturan Desa atas Usul Prakarsa BPD.
Pasal 86
Pembicaraan Tahap Kedua meliputi :
(1) Dalam hal Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari Kepala Desa :
a. Pandangan umum dari komisi-komisi terhadap Rancangan Peraturan
Desa yang berasal dari Kepala Desa
b. Jawaban Kepala Desa dalam Rapat Paripurna terhadap pandangan
umum komisi-komisi.
c. Dalam hal jawaban Kepala Desa belum sempurna/memuaskan dapat
dilakukan pandangan umum kedua dari anggota komisi.
(2) Dalam hal Rancangan Peraturan Desa yang atas Usul Prakarsa BPD :
a. Pendapat Kepala Desa dalam hal rapat paripurna BPD atas rancangan
peraturan Desa yang berasal dari BPD.atau usul Prakarsa BPD
b. Jawaban Pimpinan BPD dalam rapat paripurna BPD terhadap pendapat
Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada huruf (a).
c. Sebelum diambil keputusan atas Rancangan Peraturan Desa
mengadakan rapat kerja BPD untuk membahas lebih lanjut Rancangan
Peraturan Desa dimaksud untuk kemudian ditetapkan menjadi
Peraturan desa apabila disetujui oleh Kepala Desa atau dihentikan
pembahasannya apabila tidak disetujui oleh Kepala Desa.
d. Jawaban komisi-komisi dalam rapat paripurna terahadap pandangan
Kepala Desa.
e. Dalam jawaban komisi-komisi belum sempurna/memuaskan dapat
dilakukan pendaat Kepala Desa kedua.
Pasal 87
Pembicaraan tahap ketiga, meliputi :
(1) Pengambilan keputusan dalam rapat paripurna yang didahuli dengan :
a. Laporan hasil pembicaraan tahap kedua.
b. Pendapat BPD
c. Pengambilan keputusan
(2) Penyampaian sambutan Kepala Desa terhadap pengambilan keputusan.
Pasal 88
(1) Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa atas Persetujuan BPD
(2) Peraturan Desa sembagaimana dimaksud ayat (1) tidak boleh bertentangan
dengan kepentingan umum, peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi.
(3) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku setelah
diundangkan dalam Lembaran Daerah.
(4) Peraturan Desa yang berkaitan dengan APBDesa, Pilkades, BUMDesa,
Retribusi dan Tata Ruang Desa dan Lainnya sebelum diundangkan dalam
Lembaran Daerah harus diverifikasi oleh Pemerintah.
(5) Persetujuan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan BPD.
Pasal 89
(1) BPD sebelum mengambil keputusan tentang Rancangan Peraturan Desa
yang berasal dari Kepala Desa terlebih dahulu diadakan musyawarah
dengan Anggota BPD.
(2) Pengambilan keputusan diadakan dalam rapat kerja BPD yang disetujui
oleh sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari yang
hadir
BAB X
PERATURAN TATA TERTIB DAN MEKANISME KERJA
Pasal 90
(1) Rapat BPD dipimpin oleh Pimpinan BPD.
(2) Rapat BPD dapat dilakukan setiap saat atas usulan ½ plus 1 dari jumlah
anggota BPD.
(3) Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah apabila dihadiri
paling sedikit ½ (satu per dua) tambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPD,
dan keputusan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak.
(4) Dalam hal tertentu rapat BPD dinyatakan sah apabila dihadiri paling sedikit
⅔ (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD, dan keputusan ditetapkan
dengan persetujuan paling sedikit ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari
jumlah anggota BPD yang hadir.
(5) Pengambilan keputusan BPD dilaksanakan secara musyawarah mufakat,
dan apabila tidak dapat dicapai musyawarah mufakat maka ditempuh
melalui voting.
(6) Dalam pengambilan keputusan mengenai orang atau lembaga maka voting
dilakukan secara tertutup.
(7) Dalam hal pengambilan keputusan mengenai sesuatu permasalahan yang
tidak menyangkut orang maka voting dilakukan secara terbuka.
(8) Hasil rapat BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilengkapi dengan
notulen rapat,berita acara dan daftarhadir yang dibuat oleh sekretaris BPD.
(9) Dalam hal Ketua BPD berhalangan, rapat dipimpin oleh Wakil Ketua.

Pasal 91
(1) Tata tertib BPD ditetapkan dengan Keputusan Badan Permusyawaratan
Desa.
(2) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
Bupati dengan tembusan Camat dan Kepala Desa.
BAB XI
MEKANISME MENGGALI, MENAMPUNG DAN
MENYALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT
Pasal 92
(1) Cara menggali dan menampung aspirasi masyarakat dapat dilakukan
dengan sarasehan, temu warga,membuat formulir penyampaian
aspirasi,ataupun bentuk lainnya sesuai dengan kondisi kultur sosial
budaya masyarakat.
(2) Menerima masukan dan saran aspirasi masyarakat guna bahan
pertimbangan kebijakan untuk disampaikan kepada Pemerintah Desa.
(3) Aspirasi masyarakat yang ditampung, disalurkan kepada Pemerintah Desa
guna peningkatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Pasal 93
(1) Anggota BPD dalam melaksanakan tugas di lapangan dalam mencari data
dan fakta tidak harus setiap hari datang ke kantor BPD.
(2) Pelaksanaan sesuai dengan ayat (1) dibawa ke kantor dan disampaikan
kepada pimpinan untuk dibahas dalam musyawarah BPD.
(3) Anggota BPD wajib dan harus datang di kantor BPD, sesuai jadwal
/schedule yang telah dibahas dan di setujui oleh pimpinan BPD dan
Anggota BPD
(4) Setiap Anggota BPD wajib datang setiap ada musyawarah yang
dilaksanakan oleh BPD dan juga apabila ada hal-hal yang harus dibahas
yang dipimpin oleh pimpinan BPD.

BAB XII
HUBUNGAN KERJA DENGAN KEPALA DESA DAN
LEMBAGA MASYARAKAT DESA
Pasal 94
(1) Hubungan kerja BPD dengan Kepala Desa merupakan hubungan timbal
balik dan kemitraan dalam rangka penyelenggaraan, pembangunan dan
kemasyarakatan.
(2) Hubungan kerja BPD dengan Lembaga Kemasyarakatan merupakan
hubungan konsultatif dan koordinatif.
BAB XIII
PROGRAM KERJA
Pasal 95
(1) Untuk melaksanakan fungsi, tugas dan wewenang, serta hak dan
kewajibannya, BPD membuat progam kerja tahunan.
(2) Sesuai dengan program kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BPD
melakukan kegiatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(3) Hasil kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dirumuskan dalam
rapat-rapat BPD serta ditindaklanjuti sesuai dengan tatatertib BPD.
(4) BPD melaksanakan evaluasi atas program kerja yang telah dilaksanakan.

BAB XIV
HAK PROTOKOLER
Pasal 96
Pimpinan dan Anggota BPD mempunyai Hak Protokoler :

1. Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan anggota BPD berhak memperoleh


Protokoler dalam acara resmi
2. Acara resmi tersebut diatas adalah sebagai berikut :
a. rapat-rapat BPD
b. peringatan Hari-hari Nasional
c. penerimaan Kunjungan Pejabat Negara / Pejabat Daerah
BAB XV
PERATURAN PERUBAHAN
Pasal 97
(1) Peraturan Perubahan Tata Tertib ini hanya bisa dilakukan atau diajukan
sekurang– kurangnya ½ (setengah ) ditambah 1 ( satu ) dari jumlah anggota
BPD.
(2) Perubahan yang dimaksud ayat (1) dilaksanakan berdasarkan keputusan
Rapat/ musyawarah Paripurna yang diadakan secara khusus.
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 98
Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan Tata tertib ini diatur lebih lanjut
oleh Rapat Badan Permusyawaratan Desa.dan ditetapkan melalui Keputusan
Pimpinan BPD setelah mendengar pertimbangan seluruh anggota BPD.
Pasal 99
Dengan berlakunya peraturan tata tertib ini, maka maka peraturan Tata tertib
BPD periode sebelumnya dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.
Pasal 100
Peraturan Tata Tertib Badan Permusyawaratan Desa …………………ini mulai
berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di :…………………….
pada Tanggal :……………….2023
BPD DESA………………………..
KETUA

tanda tangan dan stempel

NAMA LENGKAP TANPA GELAR

Anda mungkin juga menyukai