TENTANG
TATA TERTIB
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
DESA………..
KECAMATAN ANGSANA
KABUPATEN TANAH BUMBU
TAHUN 2023-2029
PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU
KECAMATAN ANGSANA
BADAN PEMUSYAWARATAN DESA ..........................
Alamat : Jl. ..................................... Nomor .................................... Desa ..........
Telp. ........................................ Kode Pos 72276
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan Peraturan Tata Tertib yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Tanah Bumbu.
2. Pemerintah Daerah Kabupaten adalah Bupati dan Perangkat Daerah
sebagai unsur Penyelenggara Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu
3. Bupati adalah Bupati Tanah Bumbu.
4. Bupati atau Pejabat yang ditunjuk adalah pejabat yang berwenang dan
berhak mengesahkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa.
5. Camat adalah Camat Angsana, yang merupakan unsur perangkat daerah
sebagai pemimpin kecamatan yang melaksanakan pelimpahan sebagai
wewenang Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.
6. Kepala Desa atau Penjabat Kepala Desa adalah Kepala Desa …………. atau
Penjabat Kepala Desa …………., seorang pejabat yang ditunjuk dan
diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan hak,
wewenang dan kewajiban Kepala Desa dalam kurun waktu tertentu.
7. Badan Permusyawaratan Desa, selanjutnya disebut BPD adalah lembaga
yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa, Sekretaris Desa dan Perangkat Desa
lainnya sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
9. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
10. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh
Badan Permusyawaratan Desa bersama Kepala Desa.
11. Peraturan Kepala Desa adalah peraturan perundang-undangan yang
dibuat oleh Kepala Desa dan bersifat mengatur.
12. Pimpinan BPD adalah Ketua dan Wakil Ketua dan 1 (satu) Sekretaris
Badan Permusyawaratan Desa
13. Anggota BPD adalah Anggota Badan Permusyawaratan Desa ………….
Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu
14. Peraturan Desa adalah Peraturan Desa ……………Kecamatan Angsana
Kabupaten Tanah Bumbu
15. Peraturan Tata Tertib adalah Peraturan Tata Tertib Badan
Permusyawaratan Desa …………….Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah
Bumbu.
16. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dalam
memberdayakan masyarakat.
17. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APBDes
adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa yang dibahas dan
disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan
Peraturan Desa.
18. Wilayah adalah perdukuhan dan atau gabungan pedukuhan dan atau
pemecahan pedukuhan yang merupakan kelompok musyawarah di desa
setempat
19. Kode Etik BPD adalah suatu ketentuan etika perilaku sebagai acuan
kinerja Anggota BPD dalam melaksanakan tugasnya.
20. Pihak Ketiga adalah instansi, lembaga, badan hukum dan perorangan
diluar Pemerintah Desa, antara lain Pemerintah, Pemerintah Propinsi,
Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Negara Asing, Badan Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Milik Desa, Koperasi,
Swasta Nasional, dan Swasta Asing, Lembaga Keuangan dalam dan luar
negeri.
BAB II
KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG,SUSUNAN DAN
KEANGGOTAAN
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
Kedudukan BPD
Pasal 1
Pasal 2
1. Angota BPD adalah wakil dari penduduk desa …………….berdasarkan
keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan
mufakat.
2. Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari perwakilan
Warga, Golongan Profesi, Pemuka Agama, dan Tokoh atau pemuka
masyarakat lainnya yang merupakan perwakilan dari setiap Rukun
Tetangga
3. Jumlah Anggota BPD Desa …………….adalah 7 orang merupakan
perwakilan dari setiap wilayah atau dusun.
4. Kelembagaan BPD terdiri dari pimpinan dan bidang yaitu pimpinan yang
terdiri dari ketua, wakil ketua dan sekretaris, dan bidang yaitu Bidang
penyelenggaraan pemerintahan desa dan bidang pembinaan
kemasysrakatan; dan bidang pembangunan desa dan pemberdayaan
masyarakat desa yang masing-masing bidang dipimpin oleh ketua bidang
merangkap anggota.
FUNGSI BPD
Pasal 3
(1) membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala
Desa;
(2) menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan
(3) melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa;
(4) BPD merupaka mitra Pemerinah Desa
Tugas BPD
Pasal 4
BPD mempunyai tugas :
a. membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;
b. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan
Peraturan Kepala Desa;
c. melakukan pengawasan terhadap kebijakan Pemerintah Desa dalam
pengurusan dan pengelolaan sumber pendapatan dan kekayaan desa;
d. membahas, menyetujui dan menetapkan rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa;
e. memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa
jabatan Kepala Desa secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa
jabatan;
f. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa;
g. membentuk panitia pemilihan Kepala Desa;
h. memberikan persetujuan kerjasama antar Desa dalam Kabupaten maupun
antar Desa di luar Kabupaten;
i. menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan
aspirasi masyarakat
j. menyusun tata tertib Badan Permusyawaratan Desa (BPD);
k. mengadakan perubahan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;
l. memberikan persetujuan pengalihan Sumber Pendapatan Desa yang
dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Desa kepada pihak lain;
m. memberikan persetujuan pengelolaan kekayaan Desa yang dilakukan
dengan pihak lain yang saling menguntungkan;
n. memberikan persetujuan atas perubahan fungsi Tanah Kas Desa untuk
kepentingan desa sendiri maupun kepentingan pihak lain.
PEMBAGIAN TUGAS
Pasal 5
Pengurus BPD mempunyai tugas :
a. menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja Ketua dan
Wakil Ketua dan bidang-bidang BPD serta mengumumkannya dalam rapat
BPD;
b. menetapkan kebijakan mengenai urusan rumah tangga BPD;
c. memimpin rapat BPD;
d. menyimpulkan hasil rapat BPD;
e. mengadakan koordinasi dengan Kepala Desa;
f. setiap Anggota BPD kecuali unsur pimpinan BPD, harus menjadi anggota
salah satu bidang;
g. metiap bidang dipimpin oleh ketua bidang;
h. bidang-bidang BPD sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat 4 meliputi :
1. bidang penyelenggaraan pemerintahan desa dan pembinaan
kemasysrakatan; dan
2. bidang pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa
anggota BPD pengganti antar waktu menduduki tempat anggota bidang
yang digantikannya;
i. anggota BPD pengganti antar waktu menduduki tempat anggota bidang
yang digantikannya
Tugas dan Kewajiban
Ketua BPD
Pasal 6
Tugas dan Kewajiban Ketua BPD :
a. menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja Ketua dan
Wakil Ketua serta sekretaris serta mengumumkannya dalam
rapatParipurna pada permulaan tahun sidang BPD;
b. menetapkan kebijakan mengenai urusan rumah tangga BPD.
c. Mmemimpin rapat BPD dengan menjaga agar peraturan Tata Tertib
dilaksanakan dengan seksama, memberikan izin berbicara dan menjaga
agar pembicara dapat menyampaikan pandangannya dengan tidak
terganggu.
d. menyimpulkan hasil pembahasan dalam rapat yang dipimpinnya.
e. melaksanakan Keputusan Rapat.
f. menyampaikan keputusan rapat kepada pihak-pihak yang terkait
langsung.
g. menyampaikan hasil musyawarah yang dianggap perlu kepada kepala
Desa.
h. mengadakan koordinasi dan konsultasi dengan pihak atau lembaga terkait.
i. mengawasi pelaksanaan tugas dan kewajiban sekretaris BPD dalam
penyelenggaran kesekretariatan BPD;
j. memegang pimpinan sehari-hari dan bertugas di kantor BPD;
k. ketua BPD dapat dibantu oleh wakil Ketua BPD dalam memimpin BPD;
l. apabila Ketua BPD berhalangan dalam melaksanakan tugasnya, maka
tugas dan kewajibannya dilakukan oleh wakil Ketua BPD.
Wewenang BPD
Pasal 12
BPD mempunyai wewenang
(1) BPD berwenang memberikan peringatan tertulis kepada Kepala Desa,
paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut dengan tenggang waktu
masing-masing 30 (tiga puluh) hari, apabila kepala desa melakukan
pelanggaran pada peraturan dan perundang - undangan atau norma
masyarakat yang berlaku, dan atau dalam melaksanakan tugasnya tidak
dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara adil, diskriminatif
serta mempersulit setiap keperluan masyarakat.
(2) Apabila sampai dengan teguran ke 3 (tiga) tidak diindahkan oleh Kepala
Desa, Bupati atas laporan BPD dapat memberikan sanksi administratif
berupa peringatan, pemberhentian sementara dan pemberhentian setelah
didahului pemeriksaan instansi yang berwenang.
(3) BPD berwenang memberikan peringatan tertulis kepada Kepala Desa, paling
banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut dengan tenggang waktu masing-
masing 30 (tiga puluh) hari, apabila kepala desa melakukan pelanggaran
pada peraturan dan perundang - undangan atau norma masyarakat yang
berlaku, dan atau dalam melaksanakan tugasnya tidak dapat memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara adil, diskriminatif serta mempersulit
setiap keperluan masyarakat
(4) Apabila sampai dengan teguran ke 3 (tiga) tidak diindahkan oleh Kepala
Desa, Bupati atas laporan BPD dapat memberikan sanksi administratif
berupa peringatan, pemberhentian sementara dan pemberhentian setelah
didahului pemeriksaan instansi yang berwenang.
SUSUNAN BPD
Pasal 13
KEANGGOTAAN BPD
Pasal 14
(1) Anggota BPD adalah mereka yang telah mendapat secara administrasi
dengan Keputusan Bupati Tanah Bumbu
(2) Anggota BPD berdomisili di Desa ………………….
Pasal 15
1. Peresmian keanggotaan BPD dilakukan dalam suatu upacara oleh Bupati
Tanah Bumbu atau pejabat yang ditunjuk
2. Peresmian sebagaimana dimaksud ayat (1) ditandai dengan pengambilan
sumpah / janji secara bersama – sama dihadapan masyarakat dan
dipandu oleh Bupati Tanah Bumbu atau pejabat yang ditunjuk
3. Bunyi sumpah / janji anggota BPD sebagaimana dimaksud ayat (2) adalah
sebagai berikut :
"Demi Allah (Tuhan), Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan
memenuhi kewajiban saya selaku anggota Badan Permusyawaratan Desa
dengan sebaik-baiknya , sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya; bahwa saya
akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila
sebagai dasar negara; dan saya akan menegakkan kehidupan demokratis
dan undang-undang dasar 1945 sebagai konstitusi Negara serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku bagi daerah dan negara kesatuan
Republik Indonesia di Pemerintahan Desa”.
Pasal 16
2. Masa bakti anggota BPD selama 6 (enam) tahun, dan berakhir pada saat
anggota BPD yang baru mengucapkan sumpah / janji
3. Anggota BPD yang telah mengakhiri masa baktinya dapat dipilih kembali
hanya untuk 2 (dua) priode berikutnya
BAB III
PIMPINAN BPD
Kedudukan dan Susunan
Pasal 17
(1) Pimpinan BPD adalah alat kelengkapan BPD yang bersifat kolektif terdiri
dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua dan 1 (satu) orang
Sekretaris.
(2) Pimpinan BPD dipilih dari oleh Anggota BPD secara langsung dalam rapat
BPD yang diadakan secara khusus dengan cara musyawarah mufakat.
(3) Rapat Pemilihan Pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpin oleh satu
orang anggota tertua dan dibantu oleh satu orang anggota termuda.
(4) Apabila dalam musyawarah tidak tercapai kesepakatan maka pemilihan
dilaksanakan secara voting.
(5) Sekretaris BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain sebagai unsur
pimpinan, memimpin sekretariat BPD
Pasal 18
Pasal 21
(1) Masa jabatan Ketua BPD adalah 6 (enam) tahun.
(2) Dalam hal Ketua berhalangan hadir dalam rapat maka Wakil Ketua
mengganti Kedudukan Ketua dan selanjutnya sekretaris mengganti
kedudukan Wakil Ketua
BAB IV
PEMBERHENTIAN MASA KEANGGOTAAN DAN PENGGANTIAN PIMPINAN
Pasal 22
(1) Pimpinan dan Anggota BPD sebagaimana dimaksud Pasal 7 berhenti atau
diberhentikan dari jabatannyakarena :
a. meninggal dunia
b. atas permintaan sendiri
c. telah berakhir masa jabatan dan Anggota BPD berhenti bersama-sama
pada saat BPD yang baru telah disahkan dan dilantik oleh Bupati atau
Pejabat yang ditunjuk.
(2) Masa keanggotaan BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/
diusulkan kembali untuk masa keanggotaan berikutnya.
(3) Keanggotaan BPD diberhentikan karena :
a. melanggar sumpah dan janji
b. melakukan tindakan pidana berdasarkan Putusan Pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
c. Melakukan perbuatan yang melanggar larangan bagi Pimpinan dan
Anggota BPD
d. Tidak melaksanakan tugas sebagai pimpinan atau anggota BPD / atau
berhalangan tetap selama 6 (enam) bulan berturut-turut.
Pasal 23
(1) Anggota BPD diberhentikan sebagaimana dimaksud pada pasal 22 ayat (3)
karena :
a.Berakhir masa keanggotaannya;
b. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau
berhalangan tetap secara berturut-turut selama 3 (tiga) bulan;
c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Anggota BPD;
d.Dinyatakan melanggar sumpah / janji;
e. Tidak melaksanakan Tugas & Kewajiban sebagai Anggota BPD, dan
atau;
f. Melanggar larangan bagi Anggota BPD;
(2) Pemberhentian Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 22 dan 23
diusulkan oleh Ketua BPD secara tertulis kepada Bupati.
(3) Anggota BPD yang diberhentikan harus mendapat persetujuan 2/3 (dua per
tiga) dari jumlah anggota BPD.
(4) Dalam hal pimpinan BPD tidak mengusulkan pemberhentian sebagaimana
dimaksud ayat (1) Camat berkewajiban mengusulkan pemberhentian
anggota BPD secara tertulis kepada Bupati.
(5) Dalam hal terjadi krisis kepercayaan yang meluas terhadap seluruh anggota
BPD, bupati dapat menetapkan pemberhentian bagi seluruh anggota BPD
setelah melalui :
Pemeriksaan oleh Instansi Pengawas atau musyawarah mufakat desa
dihadiri oleh Ketua RT, Ketua RW, Pemangku Adat, Golongan Profesi,
Pemuka Agama dan Tokoh atau Pemuka Masyarakat lainnya yang
difasilitasi oleh Camat.
Pasal 24
(1) Pimpinan dan Anggota BPD yang berhenti atau diberhentikan sebelum
masa berakhir masa jabatannya, diadakan penggantian.
(2) Masa jabatan keanggotaan BPD pengganti antar waktu adalah sisa waktu
yang belum dijalankan oleh BPD yang berhenti atau diberhentikan.
(3) Mekanisme penetapan anggota BPD pengganti antar waktu dilakukan
dengan cara musyawarah dan mufakat.
Pasal 25
Paling lambat dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja setelah diusulkan
penggantian Anggota BPD antar waktu, Bupati menerbitkan keputusan
pengesahan.
Pasal 26
Apabila ada Anggota BPD yang berhenti sebagaimana dimaksud pada pasal 24,
digantikan dengan aturan PAW (Pergantian Antar Waktu) dari warga
masyarakat yang sudah ditetapkan menjadi calon Anggota BPD antar waktu
dari wilayah yang diwakili saat pemilihan anggota BPD periode yang
bersangkutan.
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN
Hak Anggota BPD
Pasal 27
BPD mempunyai hak :
a. meminta keterangan kepada Pemerintah Desa mengenai permasalahan Desa;
b. meminta keterangan kepada pengurus Lembaga Kemasyarakatan desa atau
warga masyarakat baik secara lisan atau tertulis dengan menjunjung tinggi
keterbukaan, kejujuran, dan obyektifitas;
c. menyatakan pendapat;
d. menerima laporan keterangan pertanggungjawaban atas laporan
pertanggungjawaban Kepala Desa yang disampaikan kepada Bupati;
e. menerima laporan akhir masa jabatan Kepala Desa.
Pasal 28
(1) Anggota BPD mempunyai hak :
a. mengajukan Rancangan Peraturan Desa dan atau menyetujui perubahan
mengenai Peraturan Desa yang diusulkan oleh Pemerintah Desa;
b. mengajukan pertanyaan;
c. menyampaikan usul dan pendapat kepada Pemerintah Desa;
d. memilih dan dipilih; dan
e. memperoleh tunjangan serta penghasilan lain yang sah yang besarnya
disesuaikan dengan kemampuan keuangan desa.dan / atau ketentuan
Peraturan perundang-undangan.
Pasal 29
(1) Anggota BPD mempunyai kewajiban :
a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945,
dan mentaati segala peraturan perundang-undangan;
b. melaksanakan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
c. mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan
NKRI;
BAB VI
TATA CARA PENETAPAN PERATURAN DESA
Hak Mengajukan Rancangan Peraturan Desa
Pasal 33
(1) Rancangan Peraturan Desa dapat disusun oleh Kepala Desa dan atau BPD.
(2) Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari Kepala Desa disampaikan
secara tertulis kepada Ketua BPD melalui sekretaris BPD dan ketua-ketua
bidang untuk diadakan pembahasan lebih lanjut.
(3) Rancangan Peraturan Desa yang disusun oleh BPD setelah mendapat
persetujuan 2/3 dari jumlah Anggota BPD, dan disampaikan secara tertulis
kepada Kepala Desa.
(4) BPD menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa.
Pasal 34
(1) Paling sedikit 3 (tiga) anggota BPD dapat mengajukan suatu usul Prakarsa
Rancangan Peraturan Desa.
(2) Usul Prakarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
Pimpinan BPD dalam bentuk Rancangan Peraturan Desa.
(3) Dalam rapat BPD pengusul diberi kesempatan memberikan penjelasan atas
usul sebagaimana dimaksud ayat (2)
(4) Pembicaraan mengenai sesuatu usul prakarsa dilakukan dengan
memberikan kesempatan kepada :
a. anggota BPD lainnya untuk memberikan pandangan.
b. kepala desa untuk memberikan pendapat
c. pengusul untuk memberikan jawaban atas pandangan anggota BPD dan
pendapat Kepala Desa.
(5) Rapat BPD diakhiri dengan Keputusan BPD atas pandangan Anggota BPD
untuk Prakarsa menjadi Prakarsa BPD
(6) Tata Cara pembahasan Rancangan Peraturan Desa atas Prakarsa BPD
sesuai ketentuan yang berlaku dalam pembahasan Rancangan Peraturan
Desa yang berasal dari Kepala Desa.
(7) Selama Usul Prakarsa belum diputuskan menjadi Prakarsa BPD pengusul
berhak mengajukan perubahan dan atau mencabut kembali usulnya.
(1) Dalam hal Rancangan Peraturan Desa berasal dari Kepala Desa :
a. kepala Desa memberikan penjelasan dalam rapat paripurna BPD
terhadap Rancangan Peraturan Desa yang diajukan oleh kepala desa.
b. pemandangan umum dalam rapat paripurna oleh pimpinan BPD yang
membawakan suara BPD.
c. Jawaban Kepala Desa secara lisan atau tertulis terhadap pemandangan
umum BPD.
d. BPD sebelum mengambil keputusan tentang Rancangan Peraturan Desa
berasal dari Kepala Desa terlebih dahulu diadakan musyawarah dengan
Anggota BPD.
e. Pengambilan keputusan diadakan dalam rapat kerja BPD yang disetujui
oleh sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari yang
hadir
(2) Dalam hal Rancangan Peraturan Desa berasal dari BPD :
a. Pendapat Kepala Desa dalam dalam hal rapat paripurna BPD atas
rancangan peraturan Desa yang berasal dari BPD.
b. Jawaban Pimpinan BPD dalam rapat paripurna BPD terhadap pendapat
Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada huruf (a).
c. Sebelum diambil keputusan atas Rancangan Peraturan Desa
mengadakan rapat kerja BPD untuk membahas lebih lanjut Rancangan
Peraturan Desa dimaksud untuk kemudian ditetapkan menjadi
Peraturan desa apabila dapat disetujui oleh Kepala Desa atau
dihentikan pembahasannya apabila tidak disetujui oleh Kepala Desa.
Hak Mengajukan Pertanyaan
Pasal 37
(1) Setiap Anggota BPD berhak mengajukan pertanyaan baik secara lisan
maupun tertulis kepada Pemerintah Desa berkaitan dengan tugas dan
wewenang BPD
(2) Pertanyaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun secara singkat
dan jelas disampaikan kepada Pimpinan BPD.
(3) Pimpinan dan Anggota BPD mengadakan rapat menyatakan pendapat yang
diajukan guna memutuskan layak tidaknya pertanyaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk ditindaklanjuti.
(4) Dalam hal keputusan rapat BPD menyatakan pertanyaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) perlu ditindaklanjuti, ketua BPD meneruskan
pertanyaan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Kepala
Desa.
(5) Dalam hal jawaban atas pertanyaan dimaksud oleh Kepala Desa di
sampaikan secara tertulis, tidak dapat diadakan lagi rapat BPD untuk
menjawab pertanyaan.
(6) Anggota BPD yang mengajukan pertanyaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat meminta Kepala Desa agar menjawab secara lisan.
(7) Jawaban Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat
diwakilkan kepada Sekretaris Desa atau Perangkat Desa yang ditunjuk.
Pasal 41
(1) Untuk kegiatan BPD disediakan biaya operasional sesuai kemampuan
keuangan desa.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan secara proporsional
oleh BPD bersama Kepala Desasetiap tahun dalam APBDes dan
berpedoman pada ketentuan yang berlaku.
(3) Penggunaan tunjangan dan biaya kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dipertanggungjawabkan kepada Bupati melalui Camat.
Pasal 42
BAB VII
KODE ETIK BPD DAN LARANAGAN BPD
Pasal 43.
Pasal 51
Rapat Paripurna adalah Rapat anggota BPD yang dipimpin oleh Ketua atau
Wakil Ketua BPD dan merupakan forum tertinggi dalam melaksanakan
wewenang dan tugas BPD antara lain untuk menyetujui Rancangan Peraturan
Desa menjadi Peraturan Desa dan Menetapkan Keputusan BPD.
Pasal 52
Rapat Paripurna Istimewa adalah Rapat BPD untuk melaksanakan suatu acara
tertentu dengan tidak mengambil keputusan.
Pasal 53
Rapat Pimpinan BPD adalah rapat unsur pimpinan BPD yang dipimpin oleh
Ketua BPD
Pasal 54
Rapat Komisi adalah Rapat bidang yang dipimpin oleh Ketua bidang dengan
Anggota bidang.
Pasal 55
Rapat rabungan ketua bidang merupakan rapat beberapa bidang yang dipimpin
oleh ketua atau wakil ketua BPD.
Pasal 56
Rapat Panitia Khusus adalah Rapat Anggota Panitia Khusus yang dipimpin oleh
Ketua Panitia Khusus
Pasal 57
Rapat Kerja merupakan rapat antar BPD/bidang/Gabungan bidang/ Panitia
Khusus dengan Kepala Desa atau Perangkat Desa yang ditunjuk.
Pasal 58
Rapat dengar Pendapat merupakan rapat antara BPD/bidang/Gabungan
bidang/Panitia Khusus dengan Lembaga / Badan organisasi kemasyarakatan
Ketentuan Rapat
Pasal 59
(1) Rapat Paripurna BPD dinyatakan sah apabila dihadiri secara fisik oleh :
a. Paling sedikit 3/4 ( tiga per empat) dari jumlah anggota BPD untuk
menentukan usul BPD mengenai pemberhentian Kepala Desa dan
Perangkat Desa.
b. Paling sedikir 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD untuk
menetapkan Peraturan Desa dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa.
c. Paling sedikit 1/2 (satu per dua) dari jumlah anggota BPD untuk Rapat
Paripurna BPD selain sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b.
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan dengan
persetujuan paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD yang
hadir.
(3) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan dengan
persetujuan paling sekikit 1/2 (satu per dua ) dari jumlah anggota BPD
yang hadir.
(4) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan dengan
suara terbanyak.
Sifat Rapat
Pasal 60
(1) Rapat Paripurna dan Rapat Paripurna Istimewa BPD bersifat terbuka.
(2) Rapat Paripurna BPD, Rapat Komisi, Rapat Gabungan Komisi dan Rapat
Panitia Khusus bersifat tertutup kecuali apabila pimpinan rapat
menyatakan terbuka.
(3) Rapat kerja dan rapat dengar pendapat bersifat terbuka.
Pasal 61
(1) Pembicaraan dalam rapat tertutup bersifat rahasia dan tidak boleh
diumumkan.
(2) Sifat rahasia sebagaimana dimaksud ayat (1) harus dipegang teguh oleh
yang mengetahui pembicaraan dalam rapat tertutup tersebut.
Pasal 62
(1) Rapat-rapat BPD pada dasarnya bersifat terbuka untuk umum kecuali yang
dinyakan tertutup berdasarkan Peraturan Tata Tertib ini atau ada
kesepakatan diantara Pimpinan BPD.
(2) Rapat tertutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengambil
keputusan, kecuali mengenai :
a. pemilihan unsur pimpinan BPD
b. pembentukan panitia pemilihan kepala desa
c. persetujuan rancangan peraturan desa
d. angaran pendapatan dan belanja desa
e. penetapan calon terpilih kepala desa
f. penetapan dan perubahan peraturan desa
g. badan usaha milik Desa (BUMDes)
h. kerjasama antar desa
i. pemberhentian dan penggantian kepemimpinan BPD
j. usulan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa
k. meminta laporan keterangan pertangungjawaban kepala desa dalam
pelaksanaan tugas.
Pasal 63
(1) Setiap rapat tertutup dibuat laporan tertulis tentang pembicaraan yang
dilakukan
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan dengan jelas
pernyataan mengenai sifat rapat yaitu “RAHASIA”
Waktu, Tempat dan Hari Kerja
Pasal 64
Penentuan waktu rapat :
(1) Rapat BPD dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun;
(2) Untuk mengintensifkan kinerja BPD diadakan rapat rutin setiap tiga bulan.
(3) Apabila terdapat kepentingan yang bersifat mendesak, BPD dapat
mengadakan rapat atau sidang sesuai dengan kebutuhan;
(4) Waktu rapat dapat dilaksanakan pada siang hari atau malam hari yang
jadwalnya ditetapkan oleh pimpinan BPD;
a. Waktu penyelenggaraan rapat adalah sebagai berikut :
1. Siang
Hari Senin s.d. Kamis Pukul 09.00-17.00 WIB
Dengan waktu Istirahat Pukul 12.00 – 13.00 WIB.
Hari Jum’at Pukul 08.00-15.00 WIB
Dengan waktu Istirahat Pukul 11.15 – 13.00 WIB.
Hari Sabtu dan Minggu Pukul 09.00-17.00 WIB
Dengan waktu Istirahat Pukul 12.00 – 13.00 WIB.
2. Malam
Mulai pukul 20.00 – 23.30 WIB.
b. Waktu Kerja & Kunjungan Kerja
1. Siang
Hari Senin s.d. Kamis dan Sabtu Pukul 09.00-17.00 WIB
Hari Jum’at Pukul 08.00-17.00 WIB
2. Malam
Mulai pukul 20.00 – 23.30 WIB.
3. Kegiatan :
a. hari jum’at dapat digunakan untuk menyerap aspirasi
masyarakat atau rapat komisi, kecuali ditentukan lain oleh Ketua
BPD
b. penyimpangan dari waktu rapat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditentukan oleh yang bersangkutan kecuali ketua BPD
menentukan lain.
c. tempat rapat dilakukan di Kantor Desa/ Rumah BPD, kecuali
apabila situasi dan kondisi tidak memungkinkan ditentukan oleh
Ketua BPD.
4. Jadwal / Schedule Kerja diatur lebih lanjut Ketua BPD
Pengaturan Rapat
Pasal 65
1. Pengaturan tempat dalam pelaksanaan rapat paripurna diatur sebagai
berikut:
a. Ketua BPD didampingi oleh Wakil Ketua BPD
b. Sekretaris BPD menempati tempat sebelah kiri Wakil Ketua BPD
c. Kepala Desa ditempatkan sejajar dan sebelah kanan Ketua BPD;
d. Anggota BPD menempati tempat yang telah disediakan di tempat
khusus untuk anggota BPD
e. Undangan dan atau Peninjau diatur sesuai dengan kondisi ruang rapat
2. Pengaturan tempat pelaksanaan rapat Paripurna khusus diatur sebagai
berikut:
a. Apabila hanya dihadiri oleh hanya pejabat desa dan undangan lainnya,
pengaturan tata tempat sesuai dengan pasal 65 Ayat 1
b. Apabila hanya diahadiri oleh pejabat kecamatan, kabupaten atau
provinsi dan undangan lainnya, pengaturan tata tempat diatur sebagai
berikut:
1. Ketua BPD disebelah kiri pejabat kecamatan, kabupaten atau
provinsi
2. Wakil Ketua BPD sebelah kiri Ketua BPD
3. Sekretaris BPD sebelah Wakil Ketua BPD
4. Kepala Desa sebelah kanan pejabat kabupeten atau Provinsi
Pasal 74
(1) Kepada anggota rapat dapat diberikan kesempatan melakukan Intrupsi
untuk :
a. meminta penjelasan tentang duduk pesoalan sebenarnya mengenai
masalah yang sedang dibicarakan
b. menjelaskan soal yang didalam pembicaraan menyangkut diri dan
tugasnya.
c. mengajukan untuk prosedur mengenai soal yang sedang dibicarakan
atau
d. mengajukan usul agar rapat ditunda untuk sementara
(2) Pimpinan rapat dapat membatasi lamanya pembicaraan melakukan intrupsi
sebagaimana dimaksud ayat (1) memperingatkan dan menghentikan
pembicaraan apabila interupsi tidak ada hubungannya dengan materi yang
sedang dibicarakan.
(3) Terhadap pembicaraan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a dan b tidak
dapat diadakan pembahasan.
(4) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan d untuk dapat
dibahas harus mendapat persetujuan anggota rapat.
(5) Seorang pembicara tidak boleh menyimpang dari pokok pembicaraan
kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan pimpinan
rapat mengingatkannya, meminta supaya berbicara kembali pada pokok
pembicaraan.
Pasal 75
(1) Pimpinan rapat memperingatkan pembicara yang mengunakan kata-kata
tidak layak, melakukan perbuatan yang mengganggu ketertiban rapat atau
menganjurkan untuk melakukan perbuatan yang tertentangan dengan
hukum.
(2) Pimpinan rapat meminta agar yang bersangkutan menghentikan perbuatan
pembicaraan sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dan atau memberikan
kesempatan kepadanya untuk menarik balik kata-kata dan menghentikan
perbuatannya.
(3) Dalam hal pembicaraan memenuhi permintaan pimpinan rapat, kata-kata
pembicara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap tidak pernah
diucapkan dan tidak dimuat dalam risalah atau catatan rapat.
(4) Dalam hal seorang pembicara tidak memenuhi peringatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), pimpinan rapat melarang pembicara tersebut
meneruskan pembicaraand an perbuatannya.
(5) Dalam hal larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) masih juga tidak
diindahkan oleh yang bersangkutan, meminta kepada yang bersangkutan
untuk meninggalkan rapat.
(5) Undangan, peninjau dan wartawan wajib mentaati Peraturan Tata Tertib
Rapat atau ketentuan lain yang diatur oleh BPD
(6) Surat Undangan ditandatangani oleh Pimpinan BPD.
Pengambilan Keputusan
Pasal 79
(1) Pengambilan keputusan adalah proses penyelesaian akhir suatu masalah
yang dibicarakan dalam setiap rapat.
(2) Keputusan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
persetujuan atau penolakan.
(3) Pengambilan keputusan dalam rapat BPD pada dasarnya diusahakan
dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat
(4) Dalam hal cara pengambilan keputusan sebagaimana ayat (1) tidak
terpenuhi, keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara.
(5) Setiap keputusan rapat BPD baik berdasarkan musyawarah maupun
berdasarkan pemungutan suara mengikat semua pihak yang terkait.
(6) Setiap keputusan rapat BPD harus dilengkapi daftar hadir dan risalah rapat
yang ditandantangani oleh pimpinan rapat.
Pasal 80
(1) Produk BPD berbentuk Keputusan BPD dan Keputusan Pimpinan BPD.
(2) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dalam rapat
Paripurna BPD ditandantangi oleh Ketua atau Wakil Ketua BPD.
(3) Keputusan Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dalam
rapat pimpinan BPD ditandatangani oleh Ketua BPD atau Wakil Ketua BPD.
Pasal 81
(1) Pengambilan keputusan berdasarkan pemungutan suara dapat dilakuan
secara terbuka atau tertutup.
(2) Pengambilan keputusan berdasarkan pemungutan suara terbuka dilakukan
apabila menyangkut kebijakan.
BAB IX
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN PERATURAN DESA
Rancangan Peraturan Desa
Pasal 82
(1) BPD memegang kekuasaan membentuk Peraturan Desa
(2) Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari BPD atau Kepala Desa
dibahas oleh BPD dan Kepala Desa untuk mendapat persetujuan bersama.
(3) Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari Kepala Desa disampaikan
kepada pimpinan BPD dengan Nota Pengantar yang ditandantangani Kepal
Desa.
(4) Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari Usul Prakarsa BPD beserta
penjelasannya disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan BPD
(5) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat
(4) disampaikan oleh pimpinan BPD kepada seluruh anggota BPD paling
lambat 1 (satu) minggu sebelum rancangan Peraturan Desa tersebut
dibahas dalam Rapat Paripurna.
Pasal 83
Apabila BPD dan Kepala Desa menyampaikan Rancangan Peraturan Desa
mengenai materi yang sama maka yang dibahas adalah Rancangan Peraturan
Desa yang disampaikan BPD, sedangkan Rancangan Peraturan Desa yang
disampaikan Kepala Desa digunakan sebagai bahan untuk dipersidangkan.
Tahapan Pembicaraan
Pasal 84
Pasal 85
Pembicaraan tahap pertama meliputi :
(1) Kepala Desa memberikan penjelasan dalam rapat paripurna BPD terhadap
Rancangan Peraturan Desa yang diajukan oleh Kepala Desa.
(2) Pemandangan umum dalam rapat paripurna oleh pimpinan BPD yang
membawakan suara BPD.
(3) Jawaban Kepala Desa secara lisan atau tertulis terhadap pemandangan
umum BPD.
(4) Penjelasan dalam Rapat Paripurna oleh Pimpinan BPD atau Pimpinan
Komisi atau Gabungan Komisi atau Panitia Khusus terhadap Rancangan
Desa atau Perubahan Peraturan Desa atas Usul Prakarsa BPD.
Pasal 86
Pembicaraan Tahap Kedua meliputi :
(1) Dalam hal Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari Kepala Desa :
a. Pandangan umum dari komisi-komisi terhadap Rancangan Peraturan
Desa yang berasal dari Kepala Desa
b. Jawaban Kepala Desa dalam Rapat Paripurna terhadap pandangan
umum komisi-komisi.
c. Dalam hal jawaban Kepala Desa belum sempurna/memuaskan dapat
dilakukan pandangan umum kedua dari anggota komisi.
(2) Dalam hal Rancangan Peraturan Desa yang atas Usul Prakarsa BPD :
a. Pendapat Kepala Desa dalam hal rapat paripurna BPD atas rancangan
peraturan Desa yang berasal dari BPD.atau usul Prakarsa BPD
b. Jawaban Pimpinan BPD dalam rapat paripurna BPD terhadap pendapat
Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada huruf (a).
c. Sebelum diambil keputusan atas Rancangan Peraturan Desa
mengadakan rapat kerja BPD untuk membahas lebih lanjut Rancangan
Peraturan Desa dimaksud untuk kemudian ditetapkan menjadi
Peraturan desa apabila disetujui oleh Kepala Desa atau dihentikan
pembahasannya apabila tidak disetujui oleh Kepala Desa.
d. Jawaban komisi-komisi dalam rapat paripurna terahadap pandangan
Kepala Desa.
e. Dalam jawaban komisi-komisi belum sempurna/memuaskan dapat
dilakukan pendaat Kepala Desa kedua.
Pasal 87
Pembicaraan tahap ketiga, meliputi :
(1) Pengambilan keputusan dalam rapat paripurna yang didahuli dengan :
a. Laporan hasil pembicaraan tahap kedua.
b. Pendapat BPD
c. Pengambilan keputusan
(2) Penyampaian sambutan Kepala Desa terhadap pengambilan keputusan.
Pasal 88
(1) Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa atas Persetujuan BPD
(2) Peraturan Desa sembagaimana dimaksud ayat (1) tidak boleh bertentangan
dengan kepentingan umum, peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi.
(3) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku setelah
diundangkan dalam Lembaran Daerah.
(4) Peraturan Desa yang berkaitan dengan APBDesa, Pilkades, BUMDesa,
Retribusi dan Tata Ruang Desa dan Lainnya sebelum diundangkan dalam
Lembaran Daerah harus diverifikasi oleh Pemerintah.
(5) Persetujuan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan BPD.
Pasal 89
(1) BPD sebelum mengambil keputusan tentang Rancangan Peraturan Desa
yang berasal dari Kepala Desa terlebih dahulu diadakan musyawarah
dengan Anggota BPD.
(2) Pengambilan keputusan diadakan dalam rapat kerja BPD yang disetujui
oleh sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari yang
hadir
BAB X
PERATURAN TATA TERTIB DAN MEKANISME KERJA
Pasal 90
(1) Rapat BPD dipimpin oleh Pimpinan BPD.
(2) Rapat BPD dapat dilakukan setiap saat atas usulan ½ plus 1 dari jumlah
anggota BPD.
(3) Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah apabila dihadiri
paling sedikit ½ (satu per dua) tambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPD,
dan keputusan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak.
(4) Dalam hal tertentu rapat BPD dinyatakan sah apabila dihadiri paling sedikit
⅔ (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD, dan keputusan ditetapkan
dengan persetujuan paling sedikit ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari
jumlah anggota BPD yang hadir.
(5) Pengambilan keputusan BPD dilaksanakan secara musyawarah mufakat,
dan apabila tidak dapat dicapai musyawarah mufakat maka ditempuh
melalui voting.
(6) Dalam pengambilan keputusan mengenai orang atau lembaga maka voting
dilakukan secara tertutup.
(7) Dalam hal pengambilan keputusan mengenai sesuatu permasalahan yang
tidak menyangkut orang maka voting dilakukan secara terbuka.
(8) Hasil rapat BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilengkapi dengan
notulen rapat,berita acara dan daftarhadir yang dibuat oleh sekretaris BPD.
(9) Dalam hal Ketua BPD berhalangan, rapat dipimpin oleh Wakil Ketua.
Pasal 91
(1) Tata tertib BPD ditetapkan dengan Keputusan Badan Permusyawaratan
Desa.
(2) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
Bupati dengan tembusan Camat dan Kepala Desa.
BAB XI
MEKANISME MENGGALI, MENAMPUNG DAN
MENYALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT
Pasal 92
(1) Cara menggali dan menampung aspirasi masyarakat dapat dilakukan
dengan sarasehan, temu warga,membuat formulir penyampaian
aspirasi,ataupun bentuk lainnya sesuai dengan kondisi kultur sosial
budaya masyarakat.
(2) Menerima masukan dan saran aspirasi masyarakat guna bahan
pertimbangan kebijakan untuk disampaikan kepada Pemerintah Desa.
(3) Aspirasi masyarakat yang ditampung, disalurkan kepada Pemerintah Desa
guna peningkatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Pasal 93
(1) Anggota BPD dalam melaksanakan tugas di lapangan dalam mencari data
dan fakta tidak harus setiap hari datang ke kantor BPD.
(2) Pelaksanaan sesuai dengan ayat (1) dibawa ke kantor dan disampaikan
kepada pimpinan untuk dibahas dalam musyawarah BPD.
(3) Anggota BPD wajib dan harus datang di kantor BPD, sesuai jadwal
/schedule yang telah dibahas dan di setujui oleh pimpinan BPD dan
Anggota BPD
(4) Setiap Anggota BPD wajib datang setiap ada musyawarah yang
dilaksanakan oleh BPD dan juga apabila ada hal-hal yang harus dibahas
yang dipimpin oleh pimpinan BPD.
BAB XII
HUBUNGAN KERJA DENGAN KEPALA DESA DAN
LEMBAGA MASYARAKAT DESA
Pasal 94
(1) Hubungan kerja BPD dengan Kepala Desa merupakan hubungan timbal
balik dan kemitraan dalam rangka penyelenggaraan, pembangunan dan
kemasyarakatan.
(2) Hubungan kerja BPD dengan Lembaga Kemasyarakatan merupakan
hubungan konsultatif dan koordinatif.
BAB XIII
PROGRAM KERJA
Pasal 95
(1) Untuk melaksanakan fungsi, tugas dan wewenang, serta hak dan
kewajibannya, BPD membuat progam kerja tahunan.
(2) Sesuai dengan program kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BPD
melakukan kegiatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(3) Hasil kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dirumuskan dalam
rapat-rapat BPD serta ditindaklanjuti sesuai dengan tatatertib BPD.
(4) BPD melaksanakan evaluasi atas program kerja yang telah dilaksanakan.
BAB XIV
HAK PROTOKOLER
Pasal 96
Pimpinan dan Anggota BPD mempunyai Hak Protokoler :
Ditetapkan di :…………………….
pada Tanggal :……………….2023
BPD DESA………………………..
KETUA