Anda di halaman 1dari 44

BUPATI SINTANG

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN BUPATI SINTANG

NOMOR 24 TAHUN 2023

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN, PEMBERHENTIAN, PEMBERHENTIAN


SEMENTARA DAN PENGISIAN ANTARWAKTU ANGGOTA BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SINTANG,

Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 5 Peraturan Menteri


Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 tentang
Badan Permusyawaratan Desa menyatakan bahwa
anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan
penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah
dan keterwakilan perempuan yang pengisiannya
dilakukan secara langsung atau musyawarah
perwakilan;

b. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 66


Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor 7
Tahun 2019 tentang Badan Permusyawaratan Desa
berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Bupati tentang Petunjuk Teknis
Pengisian, Pemberhentian, Pemberhentian
sementara dan Pengisian Antarwaktu Anggota
Badan Permusyawaratan Desa;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang


Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun
1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Di
Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1953 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 352) Sebagai Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 1820);

Undang-Undang ...
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014


tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 113,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5539), sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor
11 Tahun 2019 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 11, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6321);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017


tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6037).

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun


2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 89);

7. Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor 13


Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Sintang Tahun
2015 Nomor 13, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Sintang Nomor 13);

8. Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor 7


Tahun 2019 tentang Badan Permusyawaratan Desa
(Lembaran Daerah Kabupaten Sintang Tahun 2019
Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Sintang Nomor 7);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI SINTANG TENTANG PETUNJUK TEKNIS


PENGISIAN, PEMBERHENTIAN, PEMBERHENTIAN
SEMENTARA DAN PENGISIAN ANTARWAKTU ANGGOTA
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Sintang.


2. Bupati adalah Bupati Sintang.

3. Perangkat ...
3. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah pada
Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab kepada
Kepala Daerah dalam rangka penyelenggaraan
Pemerintahan di Daerah.

4. Camat adalah pemimpin dan koordinator


penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kerja
kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya
memperoleh pelimpahan kewenangan pemerintahan dari
Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi
daerah dan menyelenggarakan tugas umum
pemerintahan.

5. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut


dengan nama lain, yang selanjutnya disebut Desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

6. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut


dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan


pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

8. Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang


mempunyai wewenang, tugas dan kewajiban untuk
menyelenggarakan rumah tangga desanya dan
melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah
Daerah.

9. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya


disingkat BPD atau yang disebut dengan nama lain
adalah lembaga yang melaksanakan fungsi
pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan
keterwakilan perempuan yang pengisiannya dilakukan
secara demokratis.

10. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain


adalah Musyawarah antara Badan Permusyawaratan
Desa, Pemerintah Desa dan unsur masyarakat yang
dilaksanakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk
menyepakati hal yang bersifat strategis.

11. Lembaga kemasyarakatan adalah lembaga yang


dibentuk masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan
merupakan mitra pemerintah desa dalam
memberdayakan masyarakat.

12. Dusun adalah pembagian wilayah administratif di


Indonesia yang berkedudukan di bawah Desa.

13 Rukun ...
13. Rukun Warga yang selanjutnya disingkat RW adalah
Lembaga Masyarakat yang dibentuk melalui
musyawarah pengurus Rukun Tetangga di wilayah
kerjanya dalam rangka pelayanan pemerintah dan
masyarakat yang diakui dan dibina oleh Pemerintah
Daerah yang ditetapkan oleh Lurah/Kepala Desa.

14. Rukun Tetangga yang selanjutnya disingkat RT adalah


pembagian wilayah di bawah Rukun Warga yang
pembentukannya melalui musyawarah masyarakat desa
dalam rangka pelayanan kemasyarakatan yang
ditetapkan oleh Desa.

15. Pemilihan Anggota Badan Permusyawaratan Desa adalah


pelaksanaan kedaulatan rakyat di desa dalam rangka
memilih anggota Badan Permusyawaratan Desa yang
bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

16. Panitia Pemilihan Anggota Badan


Permusyawaratan Desa adalah panitia yang
dibentuk oleh Pemerintah Desa untuk
menyelenggarakan pemilihan Anggota BPD.

17. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara yang


selanjutnya disingkat KPPS adalah kelompok yang
dibentuk oleh PPBPD untuk melaksanakan pemungutan
suara di tempat pemungutan suara.

18. Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat


TPS adalah tempat dilaksanakannya pemungutan suara.

19. Pemilih adalah penduduk desa yang telah memenuhi


persyaratan untuk menggunakan hak pilih dalam
pemilihan anggota BPD.

20. Penjaringan adalah adalah pengumuman persyaratan


dan pendaftaran bakal calon anggota BPD oleh Panitia
Pemilihan.

21. Penyaringan adalah proses seleksi administrasi yang


terdiri dari pemeriksaan kelengkapan dokumen
persyaratan administrasi serta verifikasi dan klarifikasi
kebenaran dokumen administrasi bakal calon anggota
BPD.

22. Daftar Pemilih Sementara yang selanjutnya disingkat


DPS adalah daftar pemilih sementara yang disusun
berdasarkan data DPT pemilihan umum/pemilihan
Kepala Daerah terakhir yang telah diperbaharui dan
dicek kembali atas kebenarannya serta ditambah dengan
pemilih baru sesuai ketentuan.

23. Daftar Pemilih Tambahan yang selanjutnya disingkat


DPTb adalah daftar pemilih yang disusun berdasarkan
usulan dari pemilih karena yang bersangkutan belum
terdaftar dalam DPS.

24. Daftar Pemilih Tetap yang selanjutnya disingkat DPT


adalah daftar pemilih yang telah ditetapkan oleh PPBPD
sebagai dasar penentuan identitas pemilih dan jumlah
pemilih dalam pemilihan Anggota BPD.

25. Sosialisai ...


25. Sosialisasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
Calon A n g g o t a B P D untuk meyakinkan para pemilih
dalam rangka mendapatkan dukungan.

26. Bakal Calon Anggota BPD adalah warga desa setempat


yang berdasarkan penyaringan oleh PPBPD dan
ditetapkan sebagai calon Anggota BPD.

27. Calon Anggota BPD adalah bakal calon Anggota BPD


yang telah ditetapkan oleh PPBPD sebagai calon yang
berhak dipilih menjadi Anggota BPD.

28. Calon Anggota BPD Terpilih adalah calon Anggota BPD


yang memperoleh suara terbanyak dalam pelaksanaan
pemilihan Anggota BPD.

29. Peresmian adalah suatu kegiatan penetapan dan/atau


pengesahan bagi calon Anggota BPD terpilih yang
dilantik oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

30. Hari adalah hari kalender.

BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Bupati ini meliputi :
a. Anggota Badan Permusyawaratan Desa;
b. Pengisian Anggota Badan Permusyawaratan Desa;
c. Pemberhentian, Pemberhentian Sementara, dan
Pengisian Anggota Badan Permusyawaratan Desa
Antarwaktu; dan
d. Pemilihan Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa dan
Ketua Bidang;
e. Pembiayaan;
f. Cuti;
g. Ketentuan Lain-Lain;

BAB III
ANGGOTA BPD

Bagian Kesatu
Keanggotaan BPD

Pasal 3
(1) Anggota B PD merupakan wakil dari penduduk Desa
berdasarkan keterwakilan wilayah dan keterwakilan
perempuan yang pengisiannya dilakukan secara
demokratis melalui proses pemilihan secara langsung
atau musyawarah perwakilan.

(2) Keterwakilan wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) merupakan wilayah dusun dalam desa.

(3) Keterwakilan perempuan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) merupakan keterwakilan desa.

Bagian Kedua ...


Bagian Kedua
Jumlah Anggota Badan Permusyawaratan Desa

Pasal 4

(1) Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah gasal,


paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9
(sembilan) orang.

(2) Penetapan jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) memperhatikan jumlah penduduk dan
kemampuan Keuangan Desa, yang diatur dengan
menggunakan skoring.

(3) Skoring berdasarkan jumlah penduduk desa


sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dengan ketentuan:
a. jumlah penduduk 1-2.000 jiwa, diberi skor 1 (satu);
b. jumlah penduduk 2.001–2.500 jiwa, diberi skor 3
(tiga); dan
c. jumlah penduduk lebih dari 2.500 jiwa, diberi skor
6 (enam).

(4) Jumlah penduduk sebagamana dimaksud pada ayat (3)


huruf a, huruf b dan huruf c adalah data yang
bersumber dari Buku Adminitrasi Penduduk pada
masing-masing desa.

(5) Skoring berdasarkan kemampuan keuangan desa


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan
jumlah pendapatan yang tercantum dalam APB Desa
yang bersumber dari Alokasi Dana Desa tahun anggaran
pada saat penentuan kuota anggota BPD, dan diatur
sebgai berikut:
a. pagu ADD sampai dengan Rp.300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) diberi skor 1 (satu);
b. pagu ADD lebih dari Rp. 300.000.000,00–
Rp. 400.000.000,00 diberi skor 2 (dua); dan
c. pagu ADD lebih dari Rp. 400.000.000,00 (empat
ratus juta rupiah) diberi skor 3 (tiga).

(6) Penetapan jumlah anggota BPD ditentukan dengan


menjumlahkan total skor berdasarkan jumlah penduduk
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan berdasarkan
kemampuan keuangan desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (5), sebagai berikut :
a. total skor 2 (dua), jumlah anggota BPD adalah 5
(lima) orang;
b. total skor 3 (tiga) sampai dengan 7 (tujuh), jumlah
angota BPD adalah 7 (tujuh) orang; dan
c. total skor 8 (delapan) sampai dengan 9 (Sembilan)
jumlah anggota BPD adalah 9 (Sembilan) orang.

(7) Ketentuan jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) harus mencerminkan :
a. keterwakilan wilayah; dan
b. keterwakilan perempuan berjumlah minimal 1 (satu)
orang.

(8) Jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

BAB IV ...
BAB IV
PENGISIAN ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

Bagian Kesatu
Panitia Pemilihan Anggota Badan Permusyawaratan Desa

Paragraf 1
Pembentukan Panitia

Pasal 5

(1) Kepala Desa membentuk Panitia Pemilihan Anggota BPD


6 (enam) bulan sebelum berakhirnya masa keanggotaan
BPD berakhir.

(2) Pembentukan panitia pemilihan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dengan mengadakan rapat pembentukan
panitia pemilihan BPD dengan melibatkan perangkat
desa, lembaga kemasyarakatan desa dan tokoh
masyarakat.

(3) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


berjumlah ganjil paling banyak berjumlah 11 (sebelas)
orang sesuai kemampuan keuangan desa, terdiri atas:
a. unsur perangkat desa paling banyak 3 (tiga) orang;
dan
b. unsur masyarakat paling banyak 8 (delapan) orang.

(4) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat)


(3)huruf b merupakan wakil dari wilayah pemilihan.

(5) Susunan kepanitian sebagaimana dimakasud pada ayat )


(3) terdiri dari :
a. ketua
b. sekretaris
c. bendahara; dan
d. anggota-anggota

(6) Anggota BPD dilarang menjadi panitia pemilihan


sebagaimana dimaksud pada ayat (3);

(7) Panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


dilarang menjadi calon anggota BPD.

(8) Panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

(9) Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada


ayat (8) disampaikan kepada Camat paling lama 7
(tujuh) hari sejak ditetapkan.

Paragraf 2
Tugas Panitia Pemilihan

Pasal 6

(1) Panitia pemilihan mempunyai tugas :


a. menetapkan tata cara pengisian anggota BPD;
b. menetapkan wilayah pemilihan;

c. menetapkan ...
c. menetapkan tata tertib pemilihan anggota BPD;
d. menetapkan alokasi jumlah anggota BPD setiap
wilayah pemilihan;
e. menyusun jadwal pelaksanaan pemilihan dan
pencalonan anggota BPD;
f. mengumumkan dan menerima pendaftaran bakal
calon anggota BPD;
g. melakukan penelitian administrasi, verifikasi dan
klarifikasi kelengkapan dokumen administrasi bakal
calon anggota BPD;
h. mengundang perwakilan masyarakat dalam
pelaksanaan pemilihan dari masing-masing wilayah
pemilihan, dalam hal pengisian BPD dengan
mekanisme musyawarah perwakilan;
i. mengundang perwakilan perempuan dalam
pelaksanaan pemilihan dari perwakilan perempuan,
dalam hal pengisian BPD dengan mekanisme
musyawarah perwakilan;
j. mengajukan anggaran belanja pelaksanaan
pemilihan anggota BPD kepada Kepala Desa.
k. menetapkan daftar pemilih tetap dan daftar pemilih
tambahan;
l. menetapkan dan mengumumkan calon anggota
BPD;
m. melaksanakan pemilihan untuk menentukan
anggota BPD terpilih;
n. menetapkan anggota BPD terpilih; dan
o. menyusun berita acara hasil pemilihan; dan
p. menyampaikan calon anggota BPD terpilih kepada
Kepala Desa;

(2) Pengambilan keputusan oleh panitia dalam


melaksanakan tugasnya dilakukan dengan cara
musyawarah mufakat.

Bagian Kedua
Pembagian Wilayah Pemilihan dan Alokasi Jumlah Perwakilan

(1) Panitia pemilihan menetapkan bagian wilayah Desa


sebagai wilayah pemilihan yang berhak mendapatkan
perwakilan anggota BPD dari keterwakilan wilayah dan
jumlah perwakilannya.

(2) Wilayah pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


adalah :
a. dusun; atau
b. gabungan dusun.

(3) Jumlah perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) ditentukan secara proporsional dengan
memperhatikan jumlah penduduk.

(4) Dalam hal dusun lebih banyak dari calon jumlah BPD,
maka dapat dilakukan dengan melakukan
penggabungan wilayah pemilihan (gabungan dusun).

(5) Dalam hal calon anggota BPD lebih banyak dari jumlah
dusun, maka jumlah penduduk yang lebih banyak
berhak memiliki jumlah calon BPD lebih banyak dari
dusun lainnya.

(6) Mekanisme ...


(6) Mekanisme penetapan alokasi jumlah calon anggota BPD
di masing-masing wilayah pemilihan ditetapkan oleh
Panitia Pemilihan.

(7) Penetapan wilayah pemilihan dan alokasi jumlah


perwakilannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Panitia Pemilihan dan
dilampiri berita acara yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari keputusan panitia pemilihan.

Bagian Ketiga
Pencalonan Anggota BPD

Paragraf 1
Umum

Pasal 8

Bakal calon anggota BPD dibagi menjadi 2 (dua) unsur, yaitu :

a. bakal calon dari keterwakilan wilayah (dapat berjenis


kelamin laki-laki atau perempuan); dan
b. bakal calon dari keterwakilan perempuan.

Paragraf 2
Syarat Pencalonan Anggota BPD

Pasal 9

Persyaratan Calon Anggota BPD adalah :


a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,
melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika.
c. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun dan/atau
sudah/pernah menikah;
d. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah
Pertama dan/atau sederajat;
e. bukan sebagai perangkat pemerintah desa;
f. bersedia dicalonkan menjadi anggota BPD;
g. wakil penduduk desa yang dipilih secara demokratis;
h. bertempat tinggal di wilayah pemilihan; dan
i. tidak pernah menjabat sebagai anggota BPD selama 3
(tiga) kali masa jabatan baik secara berturut-turut atau
tidak secara berturut- turut.

Pasal 10

(1) Warga desa yang akan mencalonkan diri sebagai anggota


BPD wajib menyampaikan surat permohonan secara
tertulis dengan huruf latin dengan tinta warna hitam
atau diketik Komputer menggunakan huruf jenis
bookman old style ukuran huruf 12 (dua belas) perihal
permohonan menjadi bakal calon anggota BPD, di atas
kertas bermaterai cukup kepada Panitia Pemilihan
dengan melampirkan :
a. foto copi kartu tanda penduduk elektronik atau
surat keterangan perekaman KTP dari pejabat yang
berwenang;

b. foto ...
b. foto copi ijazah berjenjang minimal Sekolah
Menengah Pertama atau sederajat telah dilegalisir
oleh pejabat yang berwenang;
c. pas foto ukuran 3 x 4 berwarna sebanyak 3 (tiga)
lembar;
d. surat pernyataan yang menyatakan bahwa bakal
calon anggota BPD : bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa; memegang teguh Pancasila,
melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal
Ika; bukan sebagai perangkat desa; bersedia
dicalonkan menjadi anggota BPD; serta tidak
pernah menjadi anggota BPD sebanyak 3 (tiga) kali
berturut-turut atau tidak berturut-turut di atas
kertas bermaterai cukup;
e. surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari
puskesmas setempat;
f. Foto copy akta kelahiran.
g. surat izin dari Pejabat Pembina Kepegawaian dalam
hal bakal calon berasal dari ASN;
h. surat izin dari pimpinan dalam hal calon berasal
dari TNI/Polri; dan
i. surat izin dari pimpinan perusahaan dalam hal
bakal calon berasal dari karyawan tetap
BUMN/D/Swasta.

(2) Berkas persyaratan sebagaimana dimaksud Pada ayat


(1) masing-masing dibuat 3 (tiga) rangkap dan ditujukan
kepada Panitia Pemilihan BPD, dengan rincian:
a. berkas pertama beserta permohonan pendaftaran
untuk panitia pemilihan;
b. berkas kedua beserta permohonan pendaftaran
disampaikan panitia kepada Kepala Desa;
c. berkas ketiga beserta permohonan pendaftaran
disampaikan Kepala Desa kepada Camat;

Pasal 11

(1) Dalam hal ijazah warga desa yang akan mendaftar


sebagai bakal calon anggota BPD hilang, maka dapat
digunakan surat keterangan pengganti ijazah yang
dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Sintang.

(2) Dalam hal nama, tempat kelahiran, tanggal, bulan dan


tahun kelahiran yang tercantum pada KTP elektronik
berbeda dengan nama, tanggal, bulan dan tahun
kelahiran yang tercantum pada izasah, maka nama,
tempat kelahiran, tanggal, bulan dan tahun kelahiran
yang dicantumkan pada surat permohonan adalah nama
yang tercantum pada ijazah tingkat sekolah dasar.

(3) Dalam hal nama, tempat kelahiran, tanggal, bulan dan


tahun kelahiran yang tercantum pada ijazah pada
masing-masing jenjang pendidikan berbeda, maka nama,
tempat kelahiran, tanggal, bulan dan tahun kelahiran
yang dicantumkan pada surat permohonan adalah nama
yang tercantum pada ijazah tingkat sekolah dasar.

(4) Perbedaan ...


(4) Perbedaan nama, tempat kelahiran, tanggal, bulan dan
tahun kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) harus dilengkapi dengan surat keterangan
dari pihak yang berwenang yang berisi alasan terjadinya
perbedaan.

Paragraf 3
Penjaringan

Pasal 12

(1) Panitia pemilihan anggota BPD melakukan penjaringan


bakal calon anggota BPD dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan sebelum masa keanggotaan BPD berakhir dengan
membuka pengumuman dan pendaftaran bakal calon
anggota BPD.

(2) Pengumuman dan pendaftaran sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu 10
(sepuluh) hari sejak pendaftaran dibuka.

(3) Jumlah bakal calon anggota BPD tidak dibatasi.

(4) Dalam hal pengumuman dan pendaftaran pertama


belum diperoleh bakal calon anggota BPD yang
memenuhi persyaratan atau kurang dari jumlah yang
dibutuhkan baik untuk keterwakilan wilayah atau
keterwakilan perempuan, panitia pemilihan membuka
pengumuman dan pendaftaran kedua dengan jangka
waktu paling lama 5 (lima) hari;

Paragraf 4
Penyaringan

Pasal 13

(1) Panitia Pemilihan anggota BPD melaksanakan proses


penyaringan yang terdiri dari :
a. proses pemeriksaan kelengkapan persyaratan
dokumen administrasi;
b. verifikasi dan klarifikasi kebenaran dokumen
administrasi bakal calon anggota BPD ke
instansi/lembaga yang berwenang mengeluarkan
dokumen persyaratan administrasi yang digunakan
oleh bakal calon.

(2) Penyaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan dalam jangka waktu 5 (lima) hari sejak
penutupan penjaringan bakal calon.

Pasal 14 ...
Pasal 14

(1) Apabila setelah dilakukan penjaringan kembali


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (4), jumlah
bakal calon yang memenuhi syarat untuk keterwakilan
wilayah pemilihan dalam satu atau lebih wilayah
pemilihan belum ada atau kurang dari jumlah yang
dibutuhkan, maka panitia pemilihan mengubah
penetapan jumlah alokasi anggota BPD untuk wilayah
pemilihan tertentu dan/atau dengan mengubah
penentuan wilayah pemilihan dan/atau penggabungan
jumlah wilayah pemilihan dalam desa.

(2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan dalam suatu rapat panitia pemilihan dan
ditetapkan dengan Keputusan Panitia Pemilihan dengan
dilampiri berita acara rapat yang menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari keputusan tersebut.

(3) Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) hari setelah
selesainya pelaksanaan penjaringan dan penyaringan
kembali.

Pasal 15

(1) Apabila setelah dilakukan penjaringan kembali untuk


bakal calon anggota BPD dari keterwakilan perempuan,
tetap tidak ada bakal calon dari keterwakilan
perempuan desa yang memenuhi persyaratan atau tidak
ada bakal calon dari perempuan desa yang mendaftar,
maka bakal calon anggota BPD dari unsur perempuan
desa dapat diusulkan oleh
kelompok/organisasi/lembaga kemasyarakatan desa
yang menangani bidang kegiatan urusan perempuan
atau pembinaan dan pemberdayaan perempuan di
tingkat desa kepada Panitia Pemilihan.

(2) Kelompok/organisasi/lembaga sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) adalah kelompok masyarakat desa yang
yang anggotanya perempuan desa. Misalnya : kelompok
profesi perempuan, kelompok pemerhati perempuan,
organisasi/lembaga Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga, dan/atau kelompok/organisasi/lembaga
kemasyarakatan lain yang menangani urusan
perempuan, pembinaan perempuan, atau pemberdayaan
perempuan yang ada di desa;

(3) Syarat yang harus dipenuhi oleh


kelompok/organisasi/lembaga yang dapat mengusulkan
bakal calon BPD dari unsur perempuan, yaitu:
a. berkedudukan di desa setempat;
b. seluruh pengurus calon anggotanya bertempat
tinggal di desa setempat;
c. sudah mendapat pengesahan
/pengukuhan/pengakuan atas keberadaan
kelompok/organisasi/lembaga dari Pejabat yang
berwenang, sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun
sebelum mengusulkan nama bakal calon anggota
BPD dari unsur wakil perempuan;

d. Memiliki ...
d. Memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga, atau dokumen lain yang sejenis sebagai
dasar/pedoman pelaksanaan kegiatan kelompok/
organisasi/lembaga; dan
e. secara nyata masih beraktifvitas atau berkegiatan
sesuai dengan fungsi dan bidang kegiatan yang
dilaksanakan;

Pasal 16

(1) Panitia pemilihan menyampaikan secara tertulis


kepada pengurus/pimpinan dari seluruh
kelompok/organisasi/lembaga sebagaimana dimaksud
dalam pasal 15 ayat (1) bahwa terdapat kekosongan
bakal calon dari keterwakilan perempuan.

(2) Penyampaian secara tertulis sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) harus sudah diterima oleh pengurus/
pimpinan/kelompok/organisasi/lembaga paling lambat
3 (tiga) hari setelah berakhirnya masa penjaringan dan
penyaringan kembali untuk bakal calon dari
keterwakilan perempuan.

(3) Pengurus/pimpinan/organisasi/lembaga sebagaimana


dimaksud dalam pada ayat (2) dapat menindaklanjuti
penyampaian tertulis dengan mengusulkan paling
banyak 2 (dua) orang nama bakal calon dari
keterwakilan perempuan.

(4) Usulan sebagaimana dimaksud ayat (3) disampaikan


secara tertulis oleh pengurus/pimpinan kepada panitia
pemilihan setelah melalui rapat/musyawarah yang
ditentukan dalam kelompok/organisasi/lembaga yang
bersangkutan.

(5) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diterima


oleh panitia pemilihan paling lambat 7 (tujuh) hari
sejak penyampaian tertulis dari panitia pengisian.

(6) Nama bakal calon yang diusulkan sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) wajib memenuhi persyaratan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(7) Panitia pemilihan menyampaikan secara tertulis kepada


masing-masing bakal calon yang diusulkan, bahwa
yang bersangkutan diusulkan sebagai bakal calon dari
keterwakilan perempuan.

(8) Penyampaian secara tertulis sebagaimana dimaksud


pada ayat (7) paling lambat 2 (dua) hari setelah usulan
nama bakal calon diterima dari pengurus/pimpinan
organisasi/lembaga perempuan di desa.

(9) Nama bakal calon yang diusulkan sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) wajib melengkapi persyaratan
administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, paling lambat 7 (tujuh) hari sejak
penyampaian tertulis diterima bakal calon yang
bersangkutan.

(10) Panitia ...


(10) Panitia pemilihan melakukan penyaringan bakal calon
dimaksud yang terdiri dari pemeriksaan kelengkapan
dokumen persyaratan administrasi serta verifikasi dan
klarifikasi keabsahan dokumen persyaratan
administrasi bakal calon dalam jangka waktu 3 (tiga)
hari sejak dokumen persyaratan administrasi diterima.

Pasal 17

(1) Dalam hal setelah perubahan penetapan jumlah alokasi


anggota BPD untuk wilayah pemilihan tertentu
dan/atau dengan mengubah penentuan wilayah
pemilihan dan/atau penggabungan jumlah wilayah
pemilihan dalam desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (1) dan panitia pemilihan telah
menyampaikan secara tertulis kepada
pengurus/pimpinan dari seluruh
kelompok/organisasi/lembaga bahwa terdapat
kekosongan bakal calon dari keterwakilan perempuan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat (1) tidak
terdapat bakal calon yang mendaftar atau jumlah bakal
alon pendaftar yang memenuhi kurang dari yang
dibutuhkan, maka Panitia Pemilihan Anggota BPD
menuangkannya dalam berita acara, selanjutnya untuk
mengisi atau melengkapi jumlah anggota BPD yang
dibutuhkan panitia pemilihan dapat menunjuk calon
anggota BPD yang memenuhi persyaratan dari
keterwakilan wilayah dan keterwakilan perempuan.

(2) Calon anggota BPD yang telah ditunjuk sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) selanjutnya melengkapi
persyaratan administrasi calon anggota BPD.

Pasal 18

(1) Hasil penyaringan ditetapkan oleh panitia dan


dituangkan dalam berita acara penetapan calon anggota
BPD.

(2) Panitia menyampaikan hasil penetapan calon anggota


BPD kepada Kepala Desa untuk diteruskan kepada
Camat paling lama 3 (tiga) hari sejak ditetapkan dengan
melampirkan :
a. berita Acara hasil pengumuman dan pendaftaran
bakal calon anggota BPD;
b. berita Acara perpanjangan waktu pendaftaran bakal
calon anggota BPD;
c. berita Acara hasil penjaringan dan penyaringan;
d. Berita penunjukan calon anggota BPD, apabila calon
ditunjuk oleh panitia; dan
e. berkas administrasi persyaratan bakal calon anggota
BPD yang ditetapkan.

Pasal 19

Apabila setelah dilakukan penjaringan dan penyaringan


kembali bakal calon anggota BPD calon yang memenuhi
persyaratan atau calon dari keterwakilan wilayah dan
keterwakilan perempuan hanya 1 (satu) orang, maka calon
yang bersangkutan ditetapkan oleh panitia sebagai anggota
BPD terpilih.

Pasal 20 ...
Pasal 20

(1) Mekanisme pengisian anggota BPD terdiri dari :


a. proses pemilihan secara langsung; atau
b. proses musyawarah perwakilan.

(2) Pemilihan calon anggota BPD dilaksanakan oleh panitia


paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa keanggotaan
BPD berakhir.

(3) Mekanisme pengisian anggota BPD sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Panitia
Pemilihan;

Bagian Keempat
Pemilihan Secara Langsung

Paragraf 1
Pengundian dan Penetapan Nomor Urut

Pasal 21

(1) Panitia melaksanakan rapat untuk pengundian dan


penetapan nomor urut calon anggota BPD untuk
masing-masing calon kerterwakilan wilayah dan untuk
calon keterwakilan perempuan.

(2) Rapat panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


dihadiri oleh :
a. kepala Desa;
b. unsur BPD;
c. kepala Dusun;
d. ketua RW;
e. ketua RT;
f. utusan dari masing-masing wilayah pemilihan
terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh
agama dan/atau tokoh masyarakat lainnya sesuai
dengan kondisi sosial masyarakat setempat,
berjumlah maksimal 5 (lima) orang.
g. bakal calon dari keterwakilan wilayah dan
keterwakilan perempuan.

(3) Penetapan nomor urut calon anggota BPD dituangkan


dengan Keputusan Panitia Pemilihan dengan
melampirkan berita acara rapat panitia pemilihan.

(4) Panitia mengumumkan seluruh calon anggota BPD, baik


untuk keterwakilan wilayah maupun untuk keterwakilan
perempuan kepada masyarakat.

(5) Pengumuman dilakukan di papan pengumuman desa


atau melalui media tertulis yang dipasang pada tempat
strategis dan dapat dilihat masyarakat luas.

Paragraf 2 ...
Paragraf 2
Sosialisasi

Pasal 22

(1) Calon anggota dapat melakukan sosialisasi atas


pencalonan dirinya sebagai calon anggota BPD
berdasarkan kesepakatan para calon dan panitia
pemilihan.

(2) Teknis pelaksanaan sosialisasi ditetapkan oleh panitia


pemilihan dengan memperhatikan kondisi sosial budaya
masyarakat setempat dan kemampuan keuangan desa.

(3) Sosialisasi dapat dilaksanakan melalui :


a. forum pertemuan terbatas;
b. tatap muka;
c. dialogis atau melalui forum; dan
d. bentuk sosialisasi lainnya sesuai dengan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat.

(4) Pelaksanaan sosialisasi calon anggota BPD dilaksanakan


dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari.

(5) Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan paling cepat 7


(tujuh) hari setelah penetapan calon anggota BPD oleh
panitia pemilihan, dan akhir pelaksanaannya paling
lambat 7 (hari) sebelum dilakukan pemilihan anggota
BPD.

Paragraf 3
Penetapan Pemilih

Pasal 23

(1) Panitia pemilihan menyusun daftar pemilih awal


berdasarkan daftar pemilih tetap untuk pemilihan
umum/pemilihan kepala daerah sebelumnya dan mulai
dilaksanakan paling lambat 5 (lima) hari sejak
penetapan tata cara pengisian anggota BPD melalui
pemilihan langsung serta dilaksanakan dalam waktu
paling lama 5 (lima) hari sejak mulai disusun.

(2) Daftar pemilih awal yang sudah selesai disusun


dilakukan pemutakhiran data penduduk melalui
verifikasi dan validasi berdasarkan data penduduk desa.

(3) Verifikasi dan validasi dimaksud dapat dilakukan


melalui pengecekan administrasi kependudukan
dan/atau pengecekan lapangan.

(4) Pemutakhiran data penduduk dilakukan bagi pemilih


yang :
a. memenuhi syarat usia pemilih, yang sampai dengan
hari dan tanggal pemungutan suara sudah berumur
17 (tujuh belas) tahun dan/atau sudah/pernah
menikah;
b. telah meninggal dunia;
c. tidak lagi terdaftar sebagai penduduk di desa
setempat;
d. belum terdaftar.

(5) Pemutakhiran ...


(5) Pemutakhiran data penduduk dilaksanakan dalam
jangka waktu 7 (tujuh) hari yang dimulai sejak
berakhirnya waktu penyusunan daftar pemilih awal.

(6) Penyusunan DPS dibagi berdasarkan wilayah pemilihan.

(7) Penyusunan DPS dilakukan dalam jangka waktu 3 (tiga)


hari setelah berakhirnya pemutakhiran data penduduk.
(8) DPS wajib diumumkan di tempat-tempat umum yang
strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat dalam
jangka waktu selama 5 (lima) hari.

(9) Dalam masa pengumuman, pemilih atau anggota


keluarga pemilih dapat mengajukan usulan perbaikan
mengenai identitas dalam DPS kepada panitia pemilihan.

(10) Selain usulan perbaikan identitas pemilih, pemilih atau


anggota keluarga pemilih dapat memberikan informasi
yang meliputi :
a. pemilih yang terdaftar sudah meninggal;
b. pemilih yang sudah menikah di bawah 17 (tujuh
belas) tahun;
c. pemilih secara administrasi sudah tidak berdomisili
atau bertempat tinggal di desa setempat; dan
d. Pemilih yang sudah perdaftar tetapi tidak
memenuhi syarat lagi sebagai pemilih.

(11) Panitia pemilihan menindaklanjuti usulan perbaikan


sebagaimana dimaksud berdasarkan data administrasi
dan/atau hasil pengecekan lapangan.

(12) Selain hal tersebut di atas, penduduk yang sudah


memenuhi syarat sebagai pemilih tetapi belum terdaftar
dalam DPS secara aktif melaporkan diri kepada panitia
pemilihan.

(13) Panitia pemilihan menindaklanjuti laporan penduduk


tersebut sebagai tambahan pemilih dengan memasukan
identitas yang bersangkutan ke dalam daftar pemilih
sementara.

Pasal 24

(1) Berdasarkan DPS yang sudah diperbaiki dan tambahan


pemilih sementara, panitia pemilihan menyusun DPT.

(2) Penyusunan DPT dibagi berdasarkan wilayah pemilihan.

(3) Penyusunan DPT dilakukan dalam jangka waktu 7


(tujuh) hari yang dimulai setelah berakhirnya masa
pengumuman DPS.

(4) DPT yang telah selesai disusun selanjutnya ditetapkan


dengan Keputusan Panitia Pemilihan dilampiri dengan
berita acara rapat dan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan keputusan tersebut, setelah melalui rapat
panitia pemilihan, dan dilaksanakan 1 (satu) hari
setelah berakhirnya waktu penyusunan DPT.

(5) DPT....
(5) DPT wajib diumumkan di tempat-tempat umum yang
strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat dalam
jangka waktu selama 5 (lima) hari sejak berakhirnya
jangka waktu penyusunan DPT.

(6) Salinan DPT disampaikan ke KPPS di masing-masing


TPS untuk kepentingan pemungutan suara.

Pasal 25

(1) Apabila setelah penetapan DPT masih terdapat


penduduk yang memenuhi syarat sebagai pemilih tetapi
belum terdaftar dalam DPT, yang bersangkutan tetap
diberikan hak untuk memilih.

(2) Untuk dapat menggunakan hak pilihnya, penduduk


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
mendaftarkan diri terlebih dahulu kepada Panitia
Pemilihan dengan menunjukkan Kartu Tanda
Penduduk Elektronik atau Surat Keterangan Perekaman
KTP dari pejabat yang berwenang.

(3) Panitia Pemilihan mencatat penduduk sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) dalam DPT dan diberikan tanda
bukti terdaftar sebagai pemilih untuk diserahkan kepada
KPPS di TPS.

Paragraf 4
Tempat Pemungutan Suara

Pasal 26

(1) Panitia pemilihan menetapkan jumlah TPS di masing-


masing wilayah pemilihan.

(2) Jumlah TPS yang ditetapkan memperhatikan dan


mempertimbangkan jumlah pemilih dan sebaran
pemilih di masing-masing wilayah pemilihan, serta
kemampuan keuangan desa.

(3) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling


sedikit 1 (satu) TPS atau lebih dari 1 (satu) dengan
ketentuan berjumlah gasal.

(4) Lokasi TPS ditetapkan oleh Panitia Pemilihan dengan


mempertimbangkan lokasi TPS mudah dijangkau oleh
seluruh pemilih.

(5) Jumlah dan lokasi TPS ditetapkan dengan Keputusan


Panitia Pemilihan dilampiri dengan berita acara rapat
dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
keputusan tersebut.

Paragraf 5 ...
Paragraf 5
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara

Pasal 27

(1) Untuk membantu tugas-tugas panitia pemilihan di TPS


dibentuk KPPS.

(2) Jumlah anggota KPPS di setiap TPS yaitu paling banyak


5 (lima) orang.

(3) Selain dibentuk KPPS, panitia pemilihan juga dapat


membentuk petugas pengamanan di masing-masing TPS
paling banyak 2 (dua) orang, yang berasal dari anggota
Hansip Desa.
(4) Pembentukan KPPS dan petugas pengamanan
ditetapkan dengan keputusan panitia pemilihan.

Pasal 28

Tugas dan wewenang KPPS yaitu sebagai berikut :


a. menyiapkan sarana dan prasarana pemungutan suara
untuk masing-masing TPS;
b. mengatur lokasi TPS;
c. memberikan penjelasan tentang tata cara pemberian
suara dan penghitungan suara kepada pemilih sebelum
pemungutan suara sesuai protokol kesehatan covid 19;
d. menandatangani surat suara;
e. menentukan surat suara sah atau tidak sah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. melakukan penghitungan suara di TPS;
g. mengisi dan menandatangani dokumen administrasi
yang berkaitan dengan pemungutan dan penghitungan
suara;
h. menerima saksi calon anggota BPD;
i. mengatur pemilih yang akan menggunakan hak pilih;
j. membantu panitia pemilihan dalam penghitungan suara
di tingkat desa; dan
k. tugas lainnya yang berkaitan pengisian anggota BPD
yang diberikan oleh panitia pemilihan.

Paragraf 6
Surat Suara dan Perlengkapan Pemungutan Suara

Pasal 29

(1) Berdasarkan DPT yang telah ditetapkan, panitia


pemilihan menyusun kebutuhan surat suara pemilihan.

(2) Panitia pemilihan bertugas menetapkan desain,


mencetak, melipat, dan mendistribusikan surat suara
untuk pemilihan anggota BPD.

(3) Penetapan desain surat suara pemilihan ditetapkan oleh


panitia pemilihan dalam suatu rapat yang dihadiri oleh
para calon anggota BPD.

(4) Desain ...


(4) Desain surat suara pemilihan sekurang-kurangnya
memuat :
a. kop panitia pemilihan;
b. data TPS;
c. tanda tangan Ketua KPPS
d. foto, nomor urut, dan nama calon anggota BPD.

(5) Desain surat suara dimaksud untuk calon anggota BPD


dari keterwakilan dan keterwakilan perempuan.

(6) Dalam rapat penetapan desain surat suara, panitia


pemilihan menunjukkan dan meminta persetujuan
calon anggota BPD atas desain surat suara yang sudah
disusun.

(7) Dalam rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (6),


calon anggota BPD dapat memberikan tanggapan atau
usul/saran atas desain surat suara yang sudah disusun
oleh panitia pemilihan.

(8) Calon anggota BPD yang sudah menyetujui desain surat


suara yang disusun oleh panitia pemilihan wajib
membubuhkan tanda tangan pada desain surat suara
tersebut.

(9) Desain surat suara yang sudah disetujui dan sudah


ditandatangani oleh seluruh calon anggota BPD
selanjutnya ditetapkan sebagai desain surat suara yang
akan digunakan dalam pemilihan anggota BPD.

(10) Penetapan dimaksud dituangkan dengan keputusan


panitia pemilihan dan dilampiri dengan berita acara
rapat dan desain surat suara yang sudah
ditandatangani.

(11) Calon anggota BPD yang tidak menghadiri rapat


penetapan desain surat suara dapat diwakili oleh orang
lain yang ditunjuk oleh calon anggota BPD yang
bersangkutan dengan membawa surat kuasa bermeterai
cukup.

(12) Calon anggota BPD yang tidak menghadiri rapat


penetapan desain surat suara dan tidak mewakilkan
kepada orang lain, dianggap menerima hasil rapat
penetapan desain surat suara.

Pasal 30

(1) Desain surat suara yang sudah ditetapkan, selanjutnya


dicetak dan diperbanyak untuk pemilihan anggota BPD.

(2) Panitia Pemilihan mencetak surat suara sebanyak


jumlah pemilih dalam DPT untuk masing-masing
wilayah pemilihan ditambah 3,5% (tiga koma lima
persen) dari jumlah pemilih dalam DPT.

(3) Rincian penggunaan tambahan cetak surat sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) yaitu :
a. sebanyak 2% (dua persen) digunakan untuk
cadangan surat suara yang rusak;

b. sebanyak ...
b. sebanyak 1,5% (satu koma lima persen) digunakan
untuk pemilih tambahan.
(4) Pencetakan surat suara adalah untuk pemilihan anggota
BPD dari keterwakilan wilayah dan untuk keterwakilan
perempuan.

(5) Panitia pemilihan wajib menjaga keamanan surat suara


mulai sejak proses pencetakan, pelipatan, sampai
dengan pendistribusian.

(6) Setiap penyerahan surat suara dari penyedia yang


ditunjuk kepada panitia pemilihan dibuatkan berita
acara serah terima.

(7) Panitia pemilihan melakukan pelipatan surat suara


dengan segera setelah diterima dari penyedia.

(8) Untuk mendukung proses pelipatan surat suara, panitia


pemilihan dapat melibatkan pihak lain untuk membantu
pelipatan surat suara.

(9) Surat suara yang sudah dilipat seluruhnya wajib


dicocokkan kembali jumlahnya dengan surat suara yang
diterima dari penyedia.

(10) Surat suara yang sudah selesai dilipat selanjutnya diikat


setiap 25 (dua puluh lima) lembar, selanjutnya dibagi
sesuai dengan jumlah pemilih di setiap TPS.

(11) Pembagian surat suara untuk masing-masing TPS yaitu


sebanyak jumlah pemilih di TPS berdasarkan DPT yang
sudah ditetapkan ditambah 3,5% (tiga koma lima
persen) dari jumlah pemilih tersebut.

(12) Penggunaan tambahan surat suara untuk setiap TPS


yaitu:
a. Sebanyak 2% (dua persen) digunakan untuk
cadangan surat surat yang rusak;
b. sebanyak 1,5% (satu koma lima persen) digunakan
untuk pemilih tambahan.

Pasal 31

(1) Berdasarkan DPT yang sudah ditetapkan, panitia


pemilihan menyiapkan perlengkapan untuk pemungutan
suara pada pemilihan anggota BPD.

(2) Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


antara lain :
a. Dokumen administrasi pemungutan dan
penghitungan suara;
b. kotak suara;
c. bilik suara;
d. tinta tetes penanda jari;
e. alat coblos;
f. papan/sarana untuk penghitungan suara;
g. alat tulis;
h. perlengkapan untuk TPS; dan
i. perlengkapan lainnya sesuai dengan kebutuhan.

(3) Dokumen ...


(3) Dokumen administrasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) antara lain :
a. tanda terima dokumen dan perlengkapan yang
diterima;
b. Daftar hadir pemilih;
c. formulir penggunaan surat suara;
d. formulir perolehan suara masing-masing calon;
e. berita acara penghitungan suara di tempat
pemungutan suara;
f. berita acara rekapitulasi penghitungan suara di
tingkat desa;
g. berita acara keberatan saksi calon;
h. berita acara pemungutan dan penghitungan suara;
dan
i. dokumen administrasi lainnya yang diperlukan
untuk kepentingan pemungutan dan penghitungan
suara.

(4) Panitia pemilihan mendistribusikan surat suara dan


perlengkapan pemilihan lainnya ke masing-masing TPS
pada hari dan tanggal dilaksanakannya pemungutan
suara untuk pemilihan anggota BPD, sebelum
dimulainya waktu pemungutan suara.

(5) Pendistribusian sebagaimana dimaksud dibantu oleh


anggota KPPS.

(6) Selain surat suara dan perlengkapan pemilihan, panitia


pemilihan mendistribusikan surat pemberitahuan
untuk memilih kepada pemilih yang terdaftar pada DPT
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum hari dan tanggal
pemungutan suara.

(7) Surat pemberitahuan tersebut sekurang-kurangnya


berisi :
a. nama pemilih;
b. nomor urut pemilih pada DPT;
c. hari dan tanggal memilih;
d. waktu kehadiran pemilih;
e. nomor TPS;dan
f. alamat TPS

(8) Pendistribusian surat suara dibantu oleh anggota KPPS.

Paragraf 7
Pelaksanaan Pemungutan Suara

Pasal 32

(1) Pemungutan suara untuk memilih anggota BPD dimulai


pukul 07.00 Waktu Indonesia Barat dan berakhir pukul
13.00 Waktu Indonesia Barat.

(2) Sebelum dilakukan pernungutan suara di TPS, KPPS


melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
a. pengambilan sumpah anggota KPPS yang dipandu
oleh Ketua KPPS;
b. mempersilahkan saksi calon untuk menempati
tempat yang telah disediakan;

c. saksi ...
c. saksi calon wajib membawa surat kuasa dari calon
dan saksi yang diijinkan untuk bertugas di dalam
TPS pada satu waktu tertentu hanya 1 (satu)
orang;
d. pembukaan kotak suara dan mencatat seluruh
kelengkapan yang terdapat kotak suara dalam
formulir yang telah ditetapkan;
e. pemberian penjelasan kepada pemilih yang telah
hadir di TPS tentang tata cara pemberian suara;
dan
f. memastikan dan menunjukan kepada pemilih yang
telah hadir bahwa kotak suara telah kosong, dan
siap untuk dilakukan pemberian suara.

(3) Pemilih yang hadir di TPS wajib untuk :


a. membawa alat tulis (pulpen);
b. membawa KTP elektronik atau surat keterangan
perekaman KTP dari dari pejabat yang berwenang;

(4) Pemilih mengisi formulir daftar hadir dengan


menggunakan alat tulis yang dibawa masing-masing
oleh pemilih berdasarkan urutan kehadiran dan
menyerahkan surat pemberitahuan untuk memilih
kepada anggota KPPS.

(5) Ketua KPPS memanggil pemilih untuk mengambil surat


suara, kemudian pemilih memeriksa kondisi surat suara
sebelum menuju bilik suara.

(6) Apabila surat suara yang diberikan oleh anggota KPPS


rusak, pemilih dapat meminta surat suara pengganti,
kemudian anggota KPPS memberikan surat suara
pengganti hanya satu kali.

(7) Pemilih memberikan suara dengan mencoblos satu kali


pada surat suara yang berisi foto, nama, dan nomor urut
calon.

(8) Pemilih memasukkan surat suara ke dalam kotak suara


sesuai jenis pemilihan dipandu oleh anggota KPPS.

(9) Pemilih yang telah memberikan suara di bilik suara


selanjutnya diberikan tanda tinta pada salah satu jari
yang bersangkutan oleh anggota KPPS.

(10) Suara pemilih dianggap sah apabila :


a. surat suara ditandatangani oleh ketua KPPS; dan
b. tanda coblos hanya terdapat pada 1 (satu) kotak
segi empat yang memuat 1 (satu) calon, atau
tembus vertikal pada posisi coblosan tersebut dan
tidak mengenai pada kotak segi empat yang berisi
calon lainnya; atau
c. tanda coblos terdapat dalam salah satu kotak
segi empat yang memuat nomor, foto, dan nama
calon yang telah ditentukan, atau tembus vertikal
pada posisi coblosan tersebut dan tidak mengenai
kotak segi empat yang memuat nomor, foto, dan
nama calon lainnya; atau

d. tanda ...
d. tanda coblos lebih dari 1 (satu), tetapi masih di
dalam salah satu kotak segi empat yang memuat
nomor, foto, dan nama calon, atau tembus vertikal
pada posisi coblosan tersebut dan tidak mengenai
kotak segi empat yang memuat nomor, foto, dan
nama calon lainnya; atau

e. tanda coblos terdapat pada salah satu garis kotak


segi empat yang memuat nomor, foto dan nama
calon, atau tembus vertikal dari coblosan tersebut
dan tidak mengenai salah satu garis kotak segi
empat yang memuat nomor, foto dan nama calon
lainnya.

Pasal 33

(1) Pemilih yang memilih menggunakan KTP dan/atau


surat keterangan perekaman KTP/tanda bukti terdaftar
sebagai pemilih tambahan, atau pemilih pindahan
hanya dapat diberikan kesempatan untuk memberikan
suara setelah pukul 12.00 Waktu Indonesia Barat atau
setelah pemilih yang terdaftar di DPT telah memberikan
hak suara.

(2) Pemilih yang menggunakan KTP/surat keterangan


perekaman KTP untuk dapat memberikan suara di TPS
yaitu pemilih yang telah terdaftar sebagai pemilih dalam
DPT di TPS tersebut tetapi tidak memperoleh surat
pemberitahuan untuk memilih, atau surat
pemberitahuan untuk memilihnya hilang/rusak.

(3) Anggota KPPS wajib memastikan bahwa pemilih yang


menggunakan KTP/surat keterangan dimaksud
memang benar terdaftar di DPT pada TPS tersebut.

(4) Pemilih yang menggunakan surat keterangan perekaman


KTP/tanda bukti terdaftar sebagai pemilih tambahan
yaitu pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT tetapi
sudah mendaftarkan diri sebagai pemilih tambahan
pada panitia pemilihan sebelum memberikan suara di
TPS.

(5) Pemilih tambahan dimaksud memberikan suara pada


TPS sesuai dengan wilayah pemilihan dimana yang
bersangkutan bertempat tinggal.

(6) Selain menunjukkan tanda bukti terdaftar sebagai


pemilih tambahan, pemilih tambahan juga wajib
menunjukan KTP/surat keterangan perekaman KTP dari
pejabat yang berwenang pada saat menggunakan hak
pilihnya di TPS.

(7) Pemilih pindahan yaitu pemilih yang terdaftar pada TPS


tertentu, tetapi mernilih pada TPS lain pada satu wilayah
pemilihan yang sama.

(8) Untuk ...


(8) Untuk dapat memberikan suara pada TPS lain, pemilih
pindahan dimaksud wajib menyerahkan surat
pemberitahuan untuk memilih dan KTP/surat
keterangan KTP di TPS dimana yang bersangkutan akan
memilih.

(9) Dalam hal pemilih tersebut tidak dapat menunjukkan


surat pemberitahuan untuk memilih pada TPS dimana
yang bersangkutan hendak memilih, maka yang
bersangkutan diarahkan untuk memilih pada TPS
dimana yang bersangkutan terdaftar sebagai pemilih.

Pasal 34

(1) Pemilih penyandang disabilitas dapat dibantu/


didampingi oleh anggota KPPS atau orang lain yang
ditunjuk oleh yang bersangkutan pada saat memberikan
suara di TPS.

(2) Pemilih penyandang disabilitas yang didampingi pada


saat memberikan suara wajib mengisi surat pernyataan
pendamping pemilih.

(3) Anggota KPPS atau orang lain dimaksud wajib


merahasiakan pilihan pemilih yang didampingi.

(4) Panitia pemilihan membentuk TPS khusus yang


diperuntukkan bagi pemilih yang sakit dan
pendampingnya di rumah sakit/puskesmas rawat inap.

Paragraf 8
Penyelesaian Keberatan Hasil Pemilihan

Pasal 35

(1) Apabila ada indikasi terjadinya pelanggaran atas


pelaksanaan pemungutan suara, calon atau saksi calon
dapat mengajukan keberatan kepada anggota KPPS di
TPS.

(2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diajukan oleh saksi calon pada saat atau segera setelah
terjadinya pelanggaran atau paling lambat 1 x 24 (satu
kali dua puluh empat) jam setelah dilaksanakan rapat
pleno pemungutan dan penghitungan suara.

(3) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) diajukan secara tertulis dengan dilampiri bukti-bukti
pelanggaran.

(4) Bukti-bukti pelanggaran sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) berupa foto, rekaman suara dan rekaman
gambar.

(5) Apabila keberatan diterima, anggota KPPS dan panitia


pemilihan anggota BPD secara bersama-sama
memeriksa, melakukan mediasi dan memberi putusan
paling lama 5 (lima) hari sejak diterimanya pengajuan
keberatan.

(6) Dalam ...


(6) Dalam hal pengajuan keberatan dapat diselesaikan,
dan tidak ada calon anggota BPD yang keberatan
atas putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
maka putusan/hasil penyelesaian/tindak lanjut
ditetapkan dengan berita acara yang ditandatangani
KPPS, panitia pemilihan dan calon-calon Anggota BPD
yang telah sepakat/setuju, dan selanjutnya wajib
disampaikan oleh Panitia Pemilihan kepada Bupati
melalui Camat.

(7) Apabila pengajuan keberatan tidak dapat diselesaikan


oleh KPPS dan Panitia Pemilihan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan atau ada calon anggota
BPD yang keberatan atas putusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), maka panitia pemilihan
dan/atau calon anggota BPD wajib menyampaikan
pengajuan keberatan secara tertulis tersebut paling
lambat 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam kepada
Camat.

(8) Panitia pemilihan anggota BPD dan Camat secara


bersama-sama memeriksa, melakukan mediasi dan
memberi putusan paling lama 3 (tiga) hari sejak
diterimanya pengajuan keberatan.

(9) Dalam hal pengajuan keberatan dapat diselesaikan,


dan tidak ada calon anggota BPD yang keberatan
atas putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (8),
maka putusan/hasil penyelesaian/tindak lanjut
ditetapkan dengan Berita Acara yang ditandatangani
Camat, panitia pemilihan dan calon-calon Anggota BPD
yang telah sepakat/setuju, dan selanjutnya wajib
disampaikan oleh Camat kepada Bupati melalui
Perangkat Daerah yang menangani Pemerintahan Desa.

(10) Apabila pengajuan keberatan tidak dapat diselesaikan


oleh panitia pemilihan dan Camat sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan atau ada calon anggota
BPD yang keberatan atas putusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (8), maka Camat wajib
menyampaikan pengajuan keberatan secara tertulis
tersebut paling lambat 3 (tiga) hari kepada Bupati.

(11) Bupati memberi putusan paling lama 5 (lima) hari sejak


diterimanya pengajuan keberatan dan wajib
menyampaikan keputusan kepada panitia pemilihan
anggota BPD.

(12) Paling lambat 7 (tujuh) hari sejak menerima


putusan/hasil penyelesaian/tindak lanjut sebagaimana
dimaksud pada ayat (11), maka panitia pemilihan BPD
wajib melaksanakan keputusan tersebut.

(13) Bahwa dalam hal setelah 7 (tujuh) hari sejak


menerima putusan/hasil penyelesaian/tindak lanjut
sebagaimana dimaksud pada ayat (12), apabila panitia
pemilihan Anggota BPD tidak menindaklanjuti maka
dianggap menyetujui.

(14) Tindakan ...


(14) Tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (13)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati yang bersifat final
dan mengikat.

Paragraf 9
Penghitungan Suara di Tempat Pemungutan Suara

Pasal 36

(1) Penghitungan suara di TPS dilakukan oleh anggota KPPS


setelah waktu pemungutan suara berakhir.

(2) Pelaksanaan penghitungan suara di TPS mulai


dilaksanakan pukul 14.00 Waktu Indonesia Barat.

(3) Sebelum penghitungan suara dimulai, anggota KPPS


melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
a. menghitung pemilih yang memberikan suara
berdasarkan DPT termasuk yang menggunakan
KTP, pemilih berdasarkan DPT yang tidak
menggunakan hak pilihnya, pemilih pindahan,
dan pemilih tambahan;
b. menghitung jumlah surat suara yang terpakai,
rusak, dikembalikan oleh pemilih, dan yang tidak
terpakai;
c. mempersiapkan dokumen administrasi
penghitungan suara;
d. Mempersiapkan peralatan dan kelengkapan
penghitungan suara.

(4) Penghitungan suara di TPS dapat disaksikan oleh calon,


saksi calon, pemantau, dan warga masyarakat lainnya
dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

(5) Hasil penghitungan dicatat dalam suatu dokumen


administrasi yang sudah disiapkan.

(6) Ketua KPPS mengumumkan kepada warga masyarakat


yang ada di TPS hasil penghitungan suara dimaksud.

(7) Dokumen administrasi sebagaimana dimaksud pada


ayat (5) di atas, antara lain :
a. berita acara penggunaan surat suara;
b. berita acara hasil perolehan suara untuk masing-
masing calon;
c. berita acara hasil penghitungan perolehan suara
calon; dan
d. berita acara lainnya yang diperlukan dalam
penghitungan suara.

(8) Berita acara hasil perolehan suara untuk masing-


masing calon sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf
b, dibuat dalam beberapa rangkap yang diperuntukkan
sebagai berikut :
a. 1 (satu) rangkap untuk ditempel di papan
pengumuman yang telah ditentukan;
b. 1 (satu) rangkap untuk diserahkan kepada panitia
pemilihan, yang akan digunakan dalam
penghitungan suara pada tingkat desa;
c. masing-masing 1 (satu) rangkap untuk saksi calon.

(9) Anggota ...


(9) Anggota KPPS mengeluarkan seluruh surat suara dari
kotak suara dan menempatkannya di atas meja atau
sarana lain.

(10) Anggota KPPS menghitung surat suara yang terpakai


berdasarkan surat suara yang dikeluarkan dari kotak
suara.

(11) Hasil penghitungan surat suara yang terpakai


dijumlahkan dengan surat suara yang tidak terpakai,
dan surat suara yang rusak, selanjutnya dicocokkan
dengan keseluruhan jumlah surat suara yang diterima
oleh KPPS.

(12) Penghitungan suara dilakukan dengan penyebutan satu


per satu hasil coblosan pada surat suara yang dilakukan
oleh anggota KPPS.

(13) Hasil penghitungan surat suara dicatat pada berita


acara yang telah disiapkan dan ditempel pada papan
pengumuman.

(14) Surat suara yang sudah disebutkan hasil coblosannya


selanjutnya diikat sesuai dengan hasil coblosan.

(15) Setelah selesai dilakukan penghitungan suara,


selanjutnya anggota KPPS mengisi berita acara yang
belum diisi, berdasarkan hasil pemungutan dan
penghitungan suara di TPS.

(16) Berita acara pemungutan dan penghitungan suara di


TPS yang telah dilengkapi selanjutnya dibubuhi tanda
tangan Ketua KPPS dan sekurang-kurangnya 2 (dua)
anggota KPPS lainnya, dan dapat ditantangani oleh
calon atau saksi calon.

(17) Setelah selesai pelaksanaan penghitungan suara di TPS,


seluruh surat suara, dokumen administrasi
pemungutan dan penghitungan suara, dan
perlengkapan lainnya dimasukan ke dalam kotak
suara untuk dibawa ke sekretariat panitia pemilihan.

(18) Surat suara dimasukkan terlebih dahulu ke dalam


amplop berdasarkan hasil coblosan dan diberikan
segel/lakban/lem, sebelum dimasukkan ke dalam kotak
suara.

Paragraf 10
Penghitungan Suara di Tingkat Desa

Pasal 37

(1) Penghitungan suara di tingkat desa dan penetapan


calon anggota BPD terpilih dilaksanakan l (satu) hari
setelah berakhirnya pelaksanaan pemungutan suara.

(2) Penghitungan suara dan penetapan calon anggota


BPD terpilih dilaksanakan dalam suatu rapat panitia
pemilihan, yang dapat dihadiri oleh para calon anggota
BPD, unsur pemerintah desa, dan tokoh masyarakat
lainnya.

(3) Dalam ...


(3) Dalam rapat, panitia pemilihan mengundang para calon
anggota BPD, Ketua KPPS untuk masing-masing TPS,
dan unsur tokoh masyarakat lainnya dari masing-
masing wilayah pemilihan.

(4) Rapat dipimpin oleh ketua panitia pemilihan atau


anggota lainnya yang ditunjuk.

(5) Panitia pemilihan menyiapkan formulir administrasi


yang diperlukan dalam rapat penghitungan suara dan
penetapan calon anggota BPD terpilih.

(6) Formulir administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat


(5) antara lain :
a. formulir berita acara rapat;
b. berita acara penghitungan suara di tempat
pemungutan suara;
c. berita acara rekapitulasi penghitungan suara di
tingkat desa;
d. berita acara catatan keberatan calon/saksi calon
anggota BPD; dan
e. formulir lainnya yang diperlukan.

(7) Penghitungan suara dilaksanakan secara bergiliran


untuk keterwakilan wilayah dan untuk keterwakilan
perempuan.

(8) Penghitungan didahului dengan pembukaan kotak


suara secara bergiliran dari masing-masing TPS, dan
diambil formulir hasil penghitungan suara dari masing-
masing TPS.

(9) Penghitungan suara untuk keterwakilan wilayah dan


untuk keterwakilan perempuan dilaksanakan dengan
pembacaan hasil penghitungan suara dari masing-
masing TPS.

(10) Pembacaan hasil penghitungan suara dibantu oleh ketua


KPPS dari masing-masing TPS.

(11) Hasil penghitungan suara untuk setiap calon anggota


BPD di masing-masing TPS dicatat dalam berita acara
perolehan suara masing-masing calon anggota BPD yang
telah disiapkan.

(12) Hasil perolehan suara masing-masing calon anggota


BPD yang telah dicatat dalam berita acara yang
selanjutnya dicatat kembali berita acara rekapitulasi
hasil perolehan suara masing-masing calon anggota
BPD yang telah disiapkan.

(13) Penghitungan suara ulang untuk suatu TPS dapat


dilakukan pada desa apabila berdasarkan laporan
masyarakat dan setelah melalui pemeriksaan dan
penelitian panitia pemilihan terbukti terjadi 1 (satu)
atau lebih kondisi, antara lain :
a. penghitungan suara dilakukan secara tertutup;
b. penghitungan suara dilakukan di tempat yang
kurang penerangan cahaya;

c. saksi ...
c. saksi calon dan/atau masyarakat lainnya tidak
dapat menyaksikan proses penghitungan suara
secara jelas;
d. penghitungan suara dilakukan di tempat lain di
luar waktu dan tempat yang ditentukan; dan/atau
e. adanya ketidakkonsistenan dalam menentukan
suara sah dan suara tidak sah dari KPPS.

(14) Dalam hal calon anggota BPD tidak menghadiri rapat


penghitungan suara dan penetapan calon anggota BPD
terpilih, yang bersangkutan dapat diwakili oleh saksi
yang ditunjuk.

(15) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (14) wajib


membawa surat kuasa bermaterai cukup dari calon
anggota BPD yang diwakilinya.

(16) Segala sesuatu yang disepakati dan formulir yang


ditandatangani oleh saksi calon dalam rapat adalah sah
mewakili calon anggota BPD yang diwakilinya.

(17) Untuk anggota BPD dari keterwakilan wilayah


pemilihan, panitia pemilhan menetapkan calon anggota
BPD terpilih berdasarkan urutan perolehan suara
terbanyak sesuai dengan jumlah keanggotaan yang
ditetapkan untuk masing-masing wilayah pemilihan.

(18) Untuk anggota BPD dari keterwakilan perempuan,


panitia pemilihan menetapkan calon anggota BPD
terpilih berdasarkan suara terbanyak yang diperoleh
ca1on anggota BPD.

(19) Dalam hal calon anggota BPD yang memperoleh suara


terbanyak lebih dari 1 (satu) orang, calon Anggota BPD
terpilih ditetapkan berdasarkan wilayah perolehan suara
sah yang lebih luas.

(20) Calon A n ggo t a B PD terpilih berdasarkan wilayah


perolehan suara sah yang lebih luas sebagaimana
dimaksud pada ayat (19) adalah calon Anggota BPD yang
unggul pada RT yang jumlah penduduknya lebih
banyak.

(21) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (17) dan


ayat (18) dituangkan dalam keputusan panitia pemilihan
dan dilampiri dengan berita acara rapat.

(22) Penghitungan suara di tingkat desa dilaksanakan


dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

Paragraf 11
Pemungutan Suara Ulang

Pasal 38

(1) Pemungutan suara ulang untuk suatu TPS dapat


dilakukan apabila berdasarkan laporan masyarakat dan
setelah melalui pemeriksaaan dan penelitian panitia
pemilhan terbukti terjadi 1 (satu) atau lebih kondisi,
antara lain :

a. terjadi ...
a. terjadi kerusuhan yang mengakibatkan hasil
pemungutan suara tidak dapat digunakan, atau
penghitungan suara tidak dapat dilaksanakan;
b. adanya pembukaan kotak suara dan/atau dokumen
pemungutan dan penghitungan suara yang tidak
sesuai menurut tata cara yang ditetapkan;
c. Petugas KPPS meminta Pemilihan memberikan
tanda khusus menanda tangani, atau menuliskan
nama atau alamat pada surat suara yang sudah
digunakan;
d. adanya pemilih yang menggunakan hak pilih lebih
dari 1 (satu) kali, baik pada TPS yang sama maupun
pada TPS yang berbeda;
e. adanya perusakan surat suara oleh petugas KPPS
yang sudah digunakan oleh pemilih, baik yang
disengaja maupun tidak disengaja; dan/atau
f. adanya pemilih yang tidak terdaftar sebagai pemilih
yang memberikan suara pada TPS.

(2) Kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atas


laporan masyarakat kepada panitia pemilihan, dan
telah melalui pemeriksaan dan penelitian dari panitia
pemilihan.

(3) Pemungutan suara ulang sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) ditetapkan dalam rapat panitia pemilihan
berdasarkan rekomendasi dari Camat dan Bupati
secara berjenjang.

Pasal 39

Perlengkapan pemungutan suara dan penghitungan suara di


TPS, disimpan di Kantor Desa atau di tempat lain yang
terjamin keamanannya.

Bagian Kelima
Pemilihan Melalui Musyawarah Perwakilan

Paragraf 1
Penetapan Perwakilan Masyarakat

Pasal 40

(1) Dalam hal pengisian anggota BPD ditetapkan melalui


Musyawarah Perwakilan, pemilihan Anggota Badan
Permusyawaratan Desa dilakukan oleh perwakilan
masyarakat.

(2) Panitia pemilihan menetapkan perwakilan masyarakat


yang memiliki hak pilih dari masing-masing wilayah
pemilihan sebagai peserta dalam musyawarah
perwakilan untuk memilih anggota Badan
Permusyawaratan Desa dari keterwakilan wilayah dan
menetapkan perwakilan masyarakat perempuan di desa
sebagai peserta dalam musyawarah perwakilan untuk
memilih anggota Badan Permusyawaratan Desa dari
keterwakilan perempuan.

(3) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setelah


melalui rapat panitia pemilihan dan dituangkan dalam
keputusan panitia pemilihan.

(4) Dalam ...


(4) Dalam rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
panitia pemilihan dapat menghadirkan unsur
pemerintah desa, unsur BPD, tokoh masyarakat dari
masing-masing wilayah pemilihan, perwakilan kelompok
perempuan di desa, tokoh agama, perwakilan kelompok-
kelompok masyarakat yang ada di desa, dan unsur
masyarakat lainnya sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat setempat.

(5) Penetapan perwakilan masyarakat sebagai peserta


musyawarah perwakilan dalam rapat wajib
memperhatikan :
a. keterwakilan masyarakat pada masing-masing
wilayah pemilihan;
b. jumlah penduduk di setiap wilayah pemilihan;
c. jumlah penduduk perempuan;
d. keterwakilan kelompok-kelompok masyarakat;
e. keterwakilan lembaga adat;
f. keterwakilan lembaga keagamaan; serta
g. keterwakilan unsur masyarakat lainnya sesuai
dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

(6) Peserta musyawarah perwakilan dari masing-masing


wilayah pemilihan untuk memilih anggota BPD dari
keterwakilan wilayah, berasal dari :
a. tokoh adat;
b. tokoh agama;
c. tokoh masyarakat;
d. tokoh pendidikan;
e. perwakilan kelompok tani;
f. perwakilan kelompok nelayan;
g. perwakilan kelompok pengrajin;
h. perwakilan kelompok perempuan;
i. perwakilan kelompok masyarkat miskin; dan
j. unsur masyarakat lain sesuai kondisi sosial budaya
masyarakat setempat.

(7) Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat


dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan rapat
untuk menetapkan cara pengisian anggota BPD.

Paragraf 2
Tata Cara Musyawarah Perwakilan

Pasal 41

(1) Pemilihan anggota BPD melalui musyawarah


perwakilan dilaksanakan melalui musyawarah dan
mufakat.

(2) Musyawarah perwakilan pemilihan anggota BPD


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi menjadi 2
(dua) tahap kegiatan yakni :
a. musyawarah pemilihan berdasarkan keterwakilan
wilayah; dan
b. musyawarah pemilihan berdasarkan keterwakilan
perempuan.

Pasal 42 ...
Pasal 42

(1) Pemilihan anggota BPD berdasarkan keterwakilan


wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2)
huruf a dilakukan untuk memilih calon anggota BPD
dari keterwakilan wilayah.

(2) Pemilihan keterwakilan wilayah sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilakukan oleh perwakilan masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (6).

(3) Pelaksanaan musyawarah sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dapat dilaksanakan di Kantor Kepala Desa atau
di masing-masing wilayah pemilihan;

(4) Pelaksanaan musyawarah sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) dipimpin oleh ketua panitia pemilihan atau salah
satu anggota panitia pemilihan yang ditunjuk oleh ketua
panitia pemilihan dan dapat dihadiri oleh Kepala Desa
dan Camat atau pejabat lain yang ditunjuk sebagai
pengarah atau fasilitator.

Pasal 43

(1) Pemilihan anggota BPD berdasarkan keterwakilan


perempuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat
(2) huruf b dilakukan untuk memilih minimal 1 (satu)
orang wakil perempuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1) huruf b.

(2) Pemilihan anggota BPD berdasarkan keterwakilan


perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)
dilakukan khusus oleh perwakilan perempuan warga
Desa yang memiliki hak pilih.

Pasal 44

(1) Musyawarah perwakilan hanya dapat dilaksanakan


apabila peserta musyawarah yang hadir untuk masing-
masing wilayah pemilihan dan untuk unsur wakil
perempuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari
jumlah peserta musyawarah yang ditetapkan dan
diundang dibuktikan dengan daftar hadir.

(2) Kehadiran peserta musyawarah tidak dapat diwakilkan


dan setiap peserta mempunyai hak yang sama dalam
menyampaikan pendapat.

(3) Apabila sampai dengan waktu yang telah ditentukan


untuk dimulainya pelaksanaan musyawarah perwakilan,
kehadiran peserta musyawarah kurang dari jumlah
yang ditentukan, maka pimpinan musyawarah menunda
waktu pelaksanaan musyawarah untuk keterwakilan
wilayah pemilihan yang bersangkutan dan/atau untuk
keterwakilan perempuan sampai dengan paling lama 1
(satu) jam.

(4)Dalam ...
(4) Dalam waktu penundaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), apabila jumlah peserta yang hadir tetap kurang
dari ketentuan, panitia pemilihan menunda pelaksanaan
musyawarah perwakilan untuk keterwakilan wilayah
pemilihan yang bersangkutan dan/atau untuk
keterwakilan perempuan sampai dengan paling lama 3
(tiga) hari.

(5) Penetapan penundaan pelaksanaan musyawarah


perwakilan dan perubahan penetapan peserta
musyawarah perwakilan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dilaksanakan melalui rapat panitia pemilihan
dan diikuti oleh peserta musyawarah perwakilan yang
telah hadir.

(6) Selain penundaan, panitia pemilihan dapat mengubah


penetapan peserta musyawarah perwakilan baik untuk
keterwakilan wilayah dan/atau untuk keterwakilan
perempuan.

(7) Apabila dilakukan perubahan penetapan peserta


musyawarah perwakilan sebagaimana dimaksud pada
ayat (6), maka panitia mengundang kembali peserta
musyawarah perwakilan sesuai dengan perubahan
penetapan peserta.

(8) Jika tidak dilakukan perubahan peserta musyawarah


perwakilan, panitia pemilihan tetap mengundang
kembali peserta musyawarah perwakilan.

(9) Undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (8)


disampaikan kepada peserta musyawarah perwakilan
pada hari yang sama pada saat ditetapkannya
penundaan pelaksanaan musyawarah perwakilan.

Pasal 45

(1) Dalam hal sampai batas waktu penundaan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4) dan
perubahan penetapan peserta musyawarah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 ayat (6) kuorum belum
terpenuhi, atas pertimbangan pengarah dan/atau
fasilitator musyawarah, pimpinan musyawarah dapat
melanjutkan pelaksanaan musyawarah.

(2) Keputusan hasil musyawarah sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) tetap sah.

Pasal 46

(1) Dalam hal jumlah calon anggota BPD untuk


keterwakilan wilayah pada suatu wilayah pemilihan
sama dengan jumlah alokasi anggota BPD yang
ditetapkan untuk wilayah pemilihan yang bersangkutan,
atau jumlah calon anggota BPD dari keterwakilan
perempuan hanya 1 (satu) orang, maka musyawarah
perwakilan melalui musyawarah mufakat menetapkan
calon anggota BPD tersebut sebagai anggota BPD
terpilih.

(2) Dalam ...


(2) Dalam hal jumlah calon anggota BPD dari keterwakilan
wilayah lebih dari jumlah alokasi anggota BPD yang
ditetapkan untuk wilayah pemilihan yang
bersangkutan, sedangkan dalam musyawarah
perwakilan disepakati pemilihan anggota BPD melalui
musyawarah mufakat, maka calon anggota BPD terpilih
adalah calon anggota BPD yang disepakati secara
mufakat oleh peserta musyawarah perwakilan sesuai
dengan jumlah alokasi anggota BPD pada wilayah
pemilihan yang bersangkutan.

(3) Dalam hal jumlah calon anggota BPD dari keterwakilan


perempuan lebih dari 1 (satu) orang, sedangkan dalam
musyawarah perwakilan disepakati pemilihan anggota
BPD melalui musyawarah mufakat, maka calon anggota
BPD terpilih adalah 1 (satu) orang calon anggota BPD
yang disepakati secara mufakat oleh peserta
musyawarah perwakilan.

Pasal 47

(1) Dalam hal mekanisme musyawarah dan mufakat


sebagaimana dimaksud dalam pasal 41 ayat (1) tidak
mendapatkan hasil/kesepakatan, penetapan anggota
BPD dapat dilaksanakan dengan mekanisme
pemungutan suara atau voting.

(2) Pemungutan suara untuk memilih anggota BPD dalam


musyawarah perwakilan hanya dapat dilakukan apabila
jumlah calon anggota BPD untuk keterwakilan wilayah
untuk suatu wilayah pemilihan lebih dari 1 (satu) orang
atau jumlah calon anggota BPD untuk keterwakilan
perempuan lebih dari 1 (satu) orang.

(3) Dalam hal pemilihan anggota BPD untuk keterwakilan


wilayah dilaksanakan melalui pemungutan suara, calon
anggota BPD terpilih adalah yang memperoleh urutan
suara terbanyak sesuai dengan jumlah anggota BPD
yang ditetapkan untuk wilayah pemilihan yang
bersangkutan.

(4) Dalam hal pemilihan anggota BPD untuk unsur wakil


perempuan dalam suatu musyawarah perwakilan
dilaksanakan melalui pemungutan suara, calon
anggota BPD terpilih adalah 1 (satu) orang yang
memperoleh suara terbanyak.

Paragraf 3
Penetapan Calon Terpilih

Pasal 48

(1) Ketua Panitia Pemilihan menetapkan calon anggota


BPD terpilih sebagai anggota BPD terpilih dalam rapat
musyawarah perwakilan.

(2) Penetapan dimaksud ditindaklanjuti dengan


menetapkan Keputusan Panitia Pemilihan tentang
penetapan anggota BPD terpilih terhitung pada tanggal
dilaksanakannya musyawarah perwakilan.

(3) Keputusan ...


(3) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilampiri dengan berita acara musyawarah perwakilan
dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
keputusan tersebut.

Bagian Keenam
Penyampaian Hasil Pemilihan

Pasal 49

(1) Keputusan panitia sebagaimana dimaksud dalam Pasal


37 ayat (21) dan Pasal 48 ayat (2) disampaikan kepada
Kepala Desa paling lama 7 (tujuh) hari sejak calon
anggota BPD terpilih ditetapkan panitia, dengan
melampirkan :
a. Keputusan Panitia Pemilihan tentang Penetapan
Anggota Badan Permusyawaratan Desa Terpilih
Periode 202…-202…;
b. berita acara panitia pemilihan tentang penetapan
anggota BPD terpilih, apabila proses pemilihan
langsung;
c. berita Acara musyawarah perwakilan tentang
penetapan anggota BPD terpilih, apabila proses
pemilihan musyawarah perwakilan;
d. daftar hadir rapat penetapan anggota terpilih,
apabila proses pemilihan langsung;
e. daftar hadir peserta musyawarah permilihan anggota
BPD, apabila proses pemilihan musyawarah
perwakilan; dan
f. berkas calon anggota BPD terpilih.

(2) Keputusan panitia sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati
melalui Camat paling lama 5 (lima) hari sejak
diterimanya hasil pemilihan dari panitia pemilihan
dengan melampirkan :
a. Keputusan Panitia Pemilihan tentang Penetapan
Anggota Badan Permusyawaratan Desa Terpilih
Periode 202…-202…;
b. berita acara panitia pemilihan tentang penetapan
anggota BPD terpilih, apabila proses pemilihan
langsung;
c. berita Acara musyawarah perwakilan tentang
penetapan anggota BPD terpilih, apabila proses
pemilihan musyawarah perwakilan;
d. daftar hadir rapat pleno penetapan anggota terpilih,
apabila proses pemilihan langsung;
e. daftar hadir peserta musyawarah pernilihan anggota
BPD, apabila proses pemilihan musyawarah
perwakilan; dan
f. berkas calon anggota BPD terpilih;

(3) Keputusan panitia sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) disampaikan oleh Camat kepada Bupati paling lama
2 (dua) hari sejak diterimanya hasil pemilihan dari
Kepala Desa untuk diresmikan oleh Bupati dengan
melampirkan :
a. Keputusan Panitia Pemilihan tentang Penetapan
Anggota Badan Permusyawaratan Desa Terpilih
Periode 202…-202…;

b. berita ...
b. berita acara panitia pemilihan tentang penetapan
anggota BPD terpilih, apabila proses pemilihan
langsung;
c. berita Acara musyawarah perwakilan tentang
penetapan anggota BPD terpilih, apabila proses
pemilihan musyawarah perwakilan;
d. daftar hadir rapat pleno penetapan anggota terpilih,
apabila proses pemilihan langsung; dan
e. daftar hadir peserta musyawarah pernilihan anggota
BPD, apabila proses pemilihan musyawarah
perwakilan.

Bagian Ketujuh
Peresmian Anggota BPD

Pasal 50

(1) Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan keputusan


Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya
laporan hasil pemilihan anggota BPD dari Kepala Desa.

(2) Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mulai berlaku sejak tanggal pengucapan sumpah dan
janji anggota BPD.

(3) Pengucapan sumpah janji anggota BPD dipandu oleh


Bupati atau pejabat yang ditunjuk paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak diterbitkannya keputusan Bupati
mengenai peresmian anggota.

Bagian Kedelapan
Pengambilan Sumpah/Janji

Pasal 51

(1) Anggota BPD sebelum memangku jabatannya


bersumpah/berjanji secara bersama-sama dihadapan
masyarakat dan dipandu oleh Bupati/ Wali kota atau
pejabat yang ditunjuk.

(2) Susunan kata sumpah/janji anggota BPD sebagai


berikut:
”Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa
saya akan memenuhi kewajiban saya selaku anggota
Badan Permusyawaratan Desa dengan sebaik-baiknya,
sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa saya akan
selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan
Pancasila sebagai dasar negara, dan bahwa saya akan
menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
melaksanakan segala peraturan perundang-undangan
dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa,
Daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

(3) Pengucapan sumpah/janji jabatan anggota BPD


sebagaimana dimaksud pada (2), didampingi oleh
rohaniawan sesuai dengan agamanya masing-masing;

(4) Setelah pengucapan sumpah/janji sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilanjutkan penandatanganan
berita acara pengucapan sumpah/janji.

BAB IV ...
BAB IV
MASA JABATAN ANGGOTA BPD

Pasal 52

(1) Masa keanggotaan BPD selama 6 (enam) tahun terhitung


sejak tanggal pengucapan sumpah/janji.

(2) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga)
kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-
turut.

BAB V
PEMBERHENTIAN, PEMBERHENTIAN SEMENTARA DAN PENGISIAN
ANGGOTA BPD ANTARWAKTU

Bagian Kesatu
Pemberhentian Anggota BPD

Pasal 53

(1) Anggota BPD berhenti karena :


a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri; atau
c. diberhentikan.

(2) Anggota BPD diberhentikan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf c karena :
a. berakhir masa keanggotaan;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara
berkelanjutan atau berhalangan tetap secara
berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota BPD;
d. tidak melaksanakan kewajiban;
e. melanggar larangan sebagai anggota BPD;
f. melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik BPD;
g. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana
dengan ancaman pidana penjara 5 (lima) tahun
atau lebih;
h. tidak menghadiri rapat paripurna dan/atau rapat
BPD lainnya yang menjadi tugas dan kewajibannya
sebanyak 6 (enam) kali berturut-turut tanpa alasan
yang sah;
i. adanya perubahan status Desa menjadi kelurahan,
penggabungan 2 (dua) Desa atau lebih menjadi 1
(satu) Desa baru, pemekaran atau penghapusan
Desa;
j. bertempat tinggal di luar wilayah asal pemilihan;
dan/atau
k. ditetapkan sebagai calon Kepala Desa.

Pasal 54

(1) Pemberhentian anggota BPD diusulkan oleh pimpinan


BPD berdasarkan hasil musyawarah BPD dituangkan
dalam Keputusan BPD kepada Bupati melalui Kepala
Desa.

(2) Kepala ...


(2) Kepala Desa menindaklanjuti usulan pemberhentian
anggota BPD kepada Bupati melalui Camat paling lama
7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian.

(3) Camat menindaklanjuti usulan pemberhentian anggota


BPD kepada Bupati paling lama 7 (tujuh) hari sejak
diterimanya usul pemberhentian.

(4) Bupati meresmikan pemberhentian anggota BPD paling


lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya usul
pemberhentian anggota BPD.

(5) Peresmian pemberhentian anggota BPD sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.

Bagian Kedua
Pemberhentian Sementara

Pasal 55

(1) Anggota BPD diberhentikan sementara oleh Bupati


setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak
pidana korupsi, terorisme, makar, dan/atau tindak
pidana terhadap keamanan negara.

(2) Mekanisme pemberhentian sementara sama dengan


pemberhentian tetap sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 53.

(3) Dalam hal anggota BPD yang diberhentikan sementara


berkedudukan sebagai pimpinan BPD, diikuti dengan
pemberhentian sebagai pimpinan BPD.

(4) Dalam hal pimpinan BPD diberhentikan sebagaimana


dimaksud pada ayat (3), pimpinan BPD lainnya
memimpin rapat pemilihan BPD pengganti antarwaktu.

Bagian Kelima
Pengisian Anggota BPD Antarwaktu

Pasal 56

(1) Apabila terdapat anggota BPD yang berhenti sebelum


masa keanggotaannya berakhir, diisi melalui pengisian
keanggotaan BPD antarwaktu.

(2) Anggota BPD antarwaktu sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) berasal dari keterwakilan perempuan atau
keterwakilan wilayah yang sama.

(3) Pengisian keanggotaan BPD antarwaktu sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui mekanisme
musyawarah BPD yang ditetapkan dengan Keputusan
BPD.

(4) Dalam hal penetapan anggota BPD dilaksanakan


dengan mekanisme pemungutan suara atau voting atau
pemilihan langsung, maka anggota BPD yang berhenti
antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digantikan oleh calon anggota BPD nomor urut
berikutnya berdasarkan perolehan suara pada saat
pemilihan.

(5) Dalam ...


(5) Dalam hal calon anggota BPD nomor urut berikutnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meninggal dunia,
mengundurkan diri atau tidak lagi memenuhi syarat
sebagai calon anggota BPD, maka digantikan oleh calon
anggota BPD nomor urut berikutnya.

(6) Dalam sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak dapat


dilaksanakan karena nomor urut berikutnya meninggal
dunia, mengundurkan diri atau tidak lagi memenuhi
syarat, maka dilakukan pengisian BPD antarwaktu
dengan mekanisme musyawarah perwakilan.

(7) Dalam hal anggota BPD meninggal dunia,


mengundurkan diri atau tidak lagi memenuhi syarat,
dimana yang bersangkutan merupakan calon tunggal
pada saat pemilihan, maka dilakukan pengisian BPD
antarwaktu dengan mekanisme musyawarah perwakilan.

(8) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


diusulkan oleh pimpinan BPD kepada Bupati melalui
Kepala Desa, selanjutnya Kepala Desa menyampaikan
kepada Bupati melalui Camat.

Pasal 57

(1) Paling lama 7 (tujuh) hari sejak anggota BPD yang


diberhentikan antarwaktu ditetapkan, Kepala Desa
menyampaikan usulan nama calon pengganti anggota
BPD yang diberhentikan kepada Bupati melalui Camat.

(2) Paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usulan


anggota BPD yang diberhentikan antarwaktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Camat
menyampaikan usulan nama calon pengganti anggota
BPD yang diberhentikan kepada Bupati.

(3) Bupati meresmikan calon pengganti anggota BPD


menjadi anggota BPD dengan keputusan Bupati paling
lama 30 (tiga puluh) hari sejak disampaikannya usul
penggantian anggota BPD dari Kepala Desa.

(4) Peresmian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) mulai berlaku sejak pengambilan sumpah/janji
dan dipandu oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

(5) Setelah pengucapan sumpah/janji sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) dilanjutkan penandatanganan
berita acara pengucapan sumpah/janji.

Pasal 58

(1) Masa jabatan anggota BPD antarwaktu melanjutkan sisa


masa jabatan anggota BPD yang digantikannya.

(2) Masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dihitung 1 (satu) periode.

Pasal 59

(1) Penggantian antarwaktu anggota BPD tidak


dilaksanakan apabila sisa masa jabatan anggota BPD
yang digantikan kurang dari 6 (enam) bulan.

(2) Keanggotaan ...


(2) Keanggotaan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kosong sampai berakhirnya masa jabatan anggota BPD.

Pasal 60

(1) Dalam hal anggota BPD yang berhenti adalah pimpinan


BPD, maka pimpinan BPD digantikan oleh wakil ketua
BPD dan selanjutnya secara berturut-turut wakil ketua
BPD digantikan oleh sekretaris BPD, sekretaris BPD
digantikan oleh ketua bidang yang mempunyai suara
terbanyak pada saat pemilihan pimpinan dan ketua
bidang.

(2) Anggota BPD pengganti antarwaktu berdasarkan


musyawarah BPD ditetapkan sebagai ketua bidang
merangkap anggota pada bidang yang lowong karena
ketua bidang sebelumnya digeser mengisi jabatan lain
yang lowong, apabila jumlah anggota BPD 5 (lima) orang
dan 7 (tujuh) orang dengan keputusan Ketua BPD dan
dilampiri berita acara musyawarah BPD.

(3) Anggota BPD pengganti antarwaktu berdasarkan


musyawarah BPD ditetapkan sebagai anggota pada
bidang yang lowong karena anggota sebelumnya digeser
mengisi jabatan lain yang lowong, apabila jumlah
anggota BPD 5 (lima) orang dan 7 (tujuh) orang dengan
keputusan Ketua BPD dan dilampiri berita acara
musyawarah BPD.

BAB VI
PEMILIHAN PIMPINAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
DAN KETUA BIDANG

Pasal 61

(1) Kelembagaan BPD terdiri atas :


a. pimpinan; dan
b. bidang.

(2) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat(1)


huruf a terdiri atas :
a. 1 (satu) orang ketua;
b. 1 (satu) orang wakil ketua; dan
c. 1 (satu) orang sekretaris.

(3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b


terdiri atas :
a. bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan
pembinaan kemasyarakatan; dan
b. bidang pembangunan Desa dan pemberdayaan
masyarakat Desa.

(4) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


dipimpin oleh ketua bidang.

(5) Pimpinan BPD dan ketua bidang merangkap sebagai


anggota BPD.

Pasal 62 ...
Pasal 62

(1) Pimpinan BPD dan ketua bidang sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1) dipilih dari dan oleh
anggota BPD secara langsung dalam rapat BPD yang
diadakan secara khusus.

(2) Rapat pemilihan pimpinan BPD dan ketua bidang


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk pertama kali
dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota
termuda.

(3) Rapat pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) hari terhitung
sejak tanggal pengucapan sumpah/janji.

(4) Rapat pemilihan pimpinan dan/atau ketua bidang


berikutnya karena pimpinan dan/atau ketua bidang
berhenti, dipimpin oleh ketua atau pimpinan BPD
lainnya berdasarkan kesepakatan pimpinan BPD.

Pasal 63

(1) Pimpinan dan ketua bidang sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 60 ayat (1) yang terpilih, ditetapkan dengan
keputusan BPD.

(2) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mulai berlaku setelah mendapatkan pengesahan Camat
atas nama Bupati.

BAB VII
PEMBIAYAAN

Pasal 64

(1) Biaya pengisian, pemberhentian, pemberhentian


sementara, pengisian antarwaktu anggota BPD
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa.

(2) Bakal calon anggota BPD dan calon anggota BPD tidak
dibebankan biaya untuk pelaksanaan pengisian,
pemberhentian, pemberhentian sementara, pengisian
antarwaktu anggota BPD.

(3) Pertanggungjawaban penggunaan biaya pelaksanaan


pengisian, pemberhentian, pemberhentian sementara,
pengisian antarwaktu anggota BPD sesuai dengan
mekanisme pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa.

BABA VIII ...


BAB VIII
CUTI

Pasal 65

(1) Anggota Badan Permusyawaratan Desa diberikan hak


untuk cuti dalam hal :

a. mencalonkan diri kembali sebagai bakal calon


anggota BPD periode berikutnya;
b. untuk kepentingan agama;
c. cuti sakit;
d. cuti karena alasan penting; dan
e. cuti melahirkan

(2) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


diberikan pada saat penetapan calon anggota BPD
sampai dengan penetapan anggota BPD terpilih.

(3) Lama hari cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e mengacu pada
ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS).

(4) Selama menjalankan cuti, hak anggota BPD berupa


tunjangan tetap dibayarkan.

(5) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,


huruf b, huruf, c, huruf d dan huruf e diberikan oleh
Camat atas nama Bupati.

BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 66

(1) Contoh Format yang berkaitan dengan petunjuk teknis


pengisian, pemberhentian, pemberhentian sementara
dan pengisian antarwaktu Anggota Badan
Permusyawaratan Desa tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.

(2) Pengadaan perlengkapan pemungutan suara khusus


untuk mencegah penyebaran covid 19 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, huruf
j,huruf k, huruf l, huruf m, huruf n, huruf o, dan huruf
p hanya dilaksanakan pada saat pandemi sedang
berlangsung.

(3) Rotasi Anggotaan BPD dapat dilakukan apabila anggota


BPD melanggar larangan dan norma sosial di
masyarakat serta penyegaran organisasi sesuai
mekanisme yang berlaku.

BAB X ...
BAB BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 66

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya
dalam Berita Daerah Kabupaten Sintang.

Ditetapkan di Sintang
pada tanggal 5 April 2023

BUPATI SINTANG,

Diundangkan di Sintang
pada tanggal 5 April 2023

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SINTANG

JAROT WINARNO

YOSEPHA HASNAH
BERITA DAERAH KABUPATEN SINTANG TAHUN 2023 NOMOR

Anda mungkin juga menyukai