BUPATI PASAMAN
PROVINSI SUMATERA BARAT
TENTANG
BUPATI PASAMAN,
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :
1. Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3
BAB II
PEMILIHAN ANGGOTA BAMUS NAGARI
Bagian Kesatu
Pencalonan Anggota BAMUS Nagari
Pasal 2
(1) Yang dapat dicalonkan untuk dipilih/diangkat menjadi anggota BAMUS
Nagari adalah yang memenuhi ketentuan persyaratan calon Anggota
BAMUS Nagari sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Pasaman yang mengatur tentang Badan Permusyawaratan Nagari.
(2) Calon Anggota BAMUS Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) baik
yang dilakukan berdasarkan keterwakilan wilayah maupun keterwakilan
perempuan;
(3) Calon Anggota BAMUS Nagari berdasarkan keterwakilan wilayah
diusulkan secara tertulis oleh Kepala Jorong kepada Panitia Musyawarah
Pemilihan BAMUS Nagari;
4
Pasal 3
(1) Calon anggota BAMUS Nagari keterwakilan wilayah berdasarkan
proporsional jumlah wilayah kejorongan, ditetapkan secara musyawarah
dan mufakat berdasarkan musyawarah wilayah kejorongan yang dihadiri
oleh perwakilan masyarakat kejorongan;
(2) Musyawarah kejorongan sebagaimana dimaksud ayat (1) difasilitasi oleh
Kepala Jorong;
(3) Perwakilan masyarakat wilayah kejorongan yang mempunyai hak pilih
sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah berasal dari unsur ninik mamak,
alim ulama, cadiak pandai, bundo kanduang dan pemuda atau sebutan
lainnya serta kelompok masyarakat.
(4) Jumlah perwakilan masyarakat wilayah kejorongan sebagaimana
dimaksud ayat (3) disesuaikan dengan kebutuhan yang ditetapkan oleh
Kepala Jorong setelah dikoordinasikan dengan Wali Nagari sekurang-
kurangnya 1 (satu) orang untuk mewakili 1 (satu) unsur;
(5) Calon Anggota BAMUS Nagari yang diusulkan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) adalah sebagai berikut :
a. 3 (tiga) orang jika jumlah calon anggota BAMUS Nagari keterwakilan
wilayah yang akan dipilih 1 (satu) orang;
b. 5 (lima) orang jika calon anggota BAMUS Nagari keterwakilan wilayah
yang akan dipilih 2 (dua) orang;
c. 7 (tujuh) orang jika calon anggota BAMUS Nagari keterwakilan wilayah
yang akan dipilih 3 (tiga) orang;
d. 9 (sembilan) jika calon anggota BAMUS Nagari keterwakilan wilayah
yang akan dipilih 4 (empat) orang.
(6) Calon Anggota BAMUS Nagari yang diusulkan sebagaimana dimaksud ayat
(5) disampaikan kepada Panitia Musyawarah Pemilihan BAMUS Nagari dan
dituangkan dalam Berita Acara Musyawarah Kejorongan, dengan
melampirkan daftar hadir peserta yang ditandatangani oleh Pimpinan
Musyawarah.
Pasal 4
(1) Calon anggota BAMUS Nagari keterwakilan wilayah berdasarkan
proporsional jumlah wilayah kampung atau sebutan lainnya, dilakukan
apabila dalam nagari hanya terdapat satu kejorongan;
(2) Musyawarah kejorongan sebagaimana dimaksud ayat (1) difasilitasi oleh
Kepala Kampung atau sebutan lain;
(3) Calon anggota BAMUS Nagari keterwakilan wilayah berdasarkan
proporsional jumlah wilayah kampung atau sebutan lainnya dalam
kejorongan ditetapkan secara musyawarah dan mufakat berdasarkan
musyawarah kampung atau sebutan lainnya;
(4) Perwakilan masyarakat di kampung atau sebutan lainnya yang
mempunyai hak pilih adalah berasal dari unsur ninik mamak, alim ulama,
cadiak pandai, bundo kanduang dan pemuda atau sebutan lainnya serta
kelompok masyarakat;
(5) Jumlah Calon Anggota BAMUS Nagari yang diusulkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) adalah sebagai berikut :
a. 3 (tiga) orang jika jumlah calon anggota BAMUS Nagari keterwakilan
kampung atau sebutan lain yang akan dipilih 1 (satu) orang;
5
Pasal 5
(1) Calon anggota BAMUS Nagari keterwakilan wilayah berdasarkan
proporsional jumlah gabungan wilayah kejorongan, ditetapkan secara
musyawarah dan mufakat berdasarkan musyawarah gabungan wilayah
kejorongan yang dihadiri oleh perwakilan gabungan masyarakat
kejorongan;
(2) Musyawarah kejorongan sebagaimana dimaksud ayat (1) difasilitasi oleh
Kepala Jorong yang mempunyai jumlah jiwa penduduk terbanyak;
(3) Perwakilan masyarakat gabungan wilayah kejorongan yang mempunyai
hak pilih sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah berasal dari unsur ninik
mamak, alim ulama, cadiak pandai, bundo kanduang dan pemuda atau
sebutan lainnya serta kelompok masyarakat.
(4) Jumlah Perwakilan masyarakat gabungan wilayah kejorongan
sebagaimana dimaksud ayat (3) disesuaikan dengan kebutuhan yang
ditetapkan oleh Kepala Jorong setelah dikoordinasikan dengan Wali Nagari
sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk mewakili 1 (satu) unsur;
(5) Calon Anggota BAMUS Nagari yang diusulkan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) adalah sebagai berikut :
a. 3 (tiga) orang jika jumlah calon anggota BAMUS Nagari gabungan
keterwakilan wilayah yang akan dipilih 1 (satu) orang
b. 5 (lima) orang jika calon anggota BAMUS Nagari gabungan keterwakilan
wilayah yang akan dipilih 2 (dua) orang
c. 7 (tujuh) orang jika calon anggota BAMUS Nagari gabungan
keterwakilan wilayah yang akan dipilih 3 (tiga) orang
d. 9 (sembilan)jika calon anggota BAMUS Nagari gabungan keterwakilan
wilayah yang akan dipilih 4 (empat) orang
(6) Calon Anggota BAMUS Nagari yang diusulkan sebagaimana dimaksud ayat
(5) disampaikan kepada Panitia Musyawarah Pemilihan BAMUS Nagari dan
dituangkan dalam Berita Acara Musyawarah Gabungan Wilayah
Kejorongan dengan melampirkan daftar hadir peserta yang ditandatangani
oleh Pimpinan Musyawarah.
Pasal 6
(1) Calon Anggota BAMUS Nagari keterwakilan perempuan dipilih dan
ditetapkan secara musyawarah dan mufakat berdasarkan musyawarah
perempuan warga Nagari yang memiliki hak pilih;
(2) Musyawarah nagari sebagaimana dimaksud ayat 1 (satu) difasilitasi oleh
ketua bundo kanduang;
(3) Perwakilan masyarakat nagari yang mempunyai hak pilih sebagaimana
dimaksud ayat (1) dapat berasal dari bundo kanduang, PKK atau kelompok
masyarakat perempuan lainnya;
(4) Jumlah perwakilan masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (3)
disesuaikan dengan kebutuhan yang ditetapkan Ketua Bundo Kanduang
setelah dikoordinasikan dengan Wali Nagari;
(5) Calon Anggota BAMUS Nagari keterwakilan perempuan yang diusulkan
Bundo Kanduang pada Panitia Musyawarah Pemilihan BAMUS Nagari
adalah sebanyak 1 (satu) orang dan diikuti nomor urut 2 (dua) dan nomor
urut 3 (tiga) berdasarkan hasil pemilihan sebagaimana dimaksud pada
6
ayat (1).
(7) Calon Anggota BAMUS Nagari yang diusulkan sebagaimana dimaksud ayat
(5) disampaikan kepada Panitia Musyawarah Pemilihan BAMUS Nagari dan
dituangkan dalam Berita Acara Musyawarah Perempuan Nagari dengan
melampirkan daftar hadir peserta yang ditandatangani oleh Pimpinan
Musyawarah.
Pasal 7
(1) Perwakilan masyarakat kejorongan yang mempunyai hak pilih yang
berasal dari ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai, bundo kandung,
pemuda dan sebutan lainnya sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (3),
Pasal 4 ayat (4), Pasal 5 ayat (3) dan Pasal 6 ayat (3) tidak mewakili
unsurnya sebagai calon anggota BAMUS Nagari;
(2) Calon Anggota BAMUS Nagari sebagai keterwakilan wilayah dan
keterwakilan perempuan tidak dipekenankan berasal dari Panitia
Musyawarah Pemilihan BAMUS Nagari;
Bagian Kedua
Pembentukan Panitia Musyawarah Pemilihan Anggota BAMUS Nagari
Pasal 8
(1) Untuk penyelenggaraan pemilihan anggota BAMUS Nagari, dibentuk
Panitia Musyawarah Pemilihan;
(2) Pembentukan Panitia Musyawarah Pemilihan sebagaimana dimaksud ayat
(1) difasilitasi oleh Wali Nagari;
(3) Panitia Musyawarah Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan berdasarkan musyawarah mufakat oleh masing-masing unsur
sebagai berikut :
a. Unsur ninik mamak 1 (satu) orang
b. Unsur alim ulama 1 (satu) orang
c. Unsur cadiak pandai 1 (satu) orang
d. Unsur bundo kanduang 1 (satu) orang
e. Unsur pemuda 1 (satu) orang
f. Tokoh Masyarakat 1 (satu) orang
g. Perangkat Nagari 3 (tiga) orang
(4) Susunan Panitia Musyawarah Pemilihan BAMUS Nagari terdiri dari :
a. Ketua 1 (satu) orang
b. Sekretaris 1 (satu) orang
c. Anggota 7 (tujuh) orang
(5) Susunan Panitia Musyawarah Pemilihan BAMUS Nagari sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dipilih dari dan oleh anggota Panitia Musyawarah
Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara langsung pada
rapat khusus dan selanjutnya diusulkan untuk ditetapkan dengan
Keputusan Wali Nagari.
(6) Susunan Panitia Musyawarah sebagaimana dimaksud ayat (5) untuk
jabatan Ketua dan Sekretaris adalah merangkap sebagai anggota.
Pasal 9
Langkah-langkah Pembentukan Panitia Musyawarah Pemilihan BAMUS Nagari
adalah sebagai berikut :
(1) Wali Nagari mengadakan musyawarah guna membentuk panitia
musyawarah pemilihan BAMUS Nagari dengan mengundang anggota
BAMUS Nagari, KAN, LPMN, keterwakilan unsur masyarakat dan wilayah
Pemerintahan Nagari serta Perangkat Nagari yang dihadari oleh Camat
atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Sebelum memulai musyawarah, Wali Nagari menjelaskan kepada peserta
musyawarah tentang pembentukan panitia musyawarah pemilihan
BAMUS Nagari.
7
(3) Hasil musyawarah dituangkan dalam sebuah berita acara beserta daftar
hadir yang ditandatangani oleh Wali nagari sebagai pemimpin musyawarah
dan Sekretaris Nagari sebagai notulis musyawarah.
(4) Berdasarkan berita acara musyawarah pembentukan panitia musyawarah
pemilihan BAMUS Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Wali
Nagari melantik panitia musyawarah pemilihan BAMUS Nagari setelah
terlebih dahulu ditetapkan dengan Keputusan Wali Nagari.
(5) Photo copy berita acara beserta daftar hadir musyawarah pembentukan
panitia musyawarah pemilihan BAMUS Nagari sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), dan Keputusan Wali Nagari beserta berita acara pelantikan
panitia musyawarah pemilihan BAMUS Nagari sebagaimana dimaksud
ayat (4), disampaikan dengan surat pengantar Wali Nagari kepada:
a. Bupati malalui Camat sebanyak 1 (satu) berkas terjilid rapi
b. Camat sebanyak 1 (satu) berkas terjilid rapi.
Bagian Ketiga
Kedudukan dan Tugas Pokok Panitia Musyawarah Pemilihan
Pasal 10
Panitia Musyawarah Pemilihan BAMUS Nagari berkedudukan sebagai tim
teknis yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Wali Nagari guna
membantu secara teknis dan administratif dalam pembentukan BAMUS
Nagari.
Pasal 11
Panitia Musyawarah Pemilihan BAMUS Nagari mempunyai tugas pokok
sebagai berikut :
a. Membuat Tata Tertib Pemilihan yang disyahkan oleh Wali Nagari;
b. Menetapkan Calon Anggota BAMUS Nagari yang mewakili wilayahnya;
c. Menetapkan Calon Anggota BAMUS Nagari yang mewakili perempuan;
d. Melaksanakan pemilihan BAMUS Nagari;
e. Menetapkan Anggota BAMUS Nagari terpilih; dan
f. Mengusulkan calon anggota BAMUS Nagari terpilih kepada Wali Nagari dan
selanjutnya disampaikan kepada Bupati melalui Camat untuk
peresmiannya.
Pasal 12
(1) Sebelum melaksanakan tugas, Panitia Pemilihan BAMUS Nagari
dikukuhkan dengan sebuah keputusan dan dilantik oleh Wali Nagari;
(2) Pelantikan Panitia Pemilihan BAMUS Nagari dapat dilaksanakan selambat-
lambatnya 3 (tiga) hari setelah diterbitkan Keputusan Wali Nagari tentang
Penunjukan Panitia Musyawarah Pemilihan BAMUS Nagari.
(3) Panitia Musyawarah Pemilihan BAMUS Nagari tidak dibenarkan menjadi
Calon Anggota BAMUS Nagari.
Bagian Keempat
Masa Tugas Panitia Musyawarah Pemilihan BAMUS Nagari
Pasal 13
Panitia Musyawarah Pemilihan BAMUS Nagari mempunyai masa tugas sejak
dilantik oleh Wali Nagari sampai dengan dilantiknya Anggota BAMUS Nagari
oleh Camat.
Bagian Kelima
Sumber-sumber KeuanganPanitia Musyawarah Pemilihan BAMUS Nagari.
8
Pasal 14
(1) Keuangan Panitia Musyawarah Pemilihan BAMUS Nagari bersumber dari :
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari (APB) Nagari;
b. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat.
(2) Sumbangan dari pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
tidak dibenarkan diperoleh dari Calon Anggota BAMUS Nagari;
(3) Panitia wajib menyampaikan laporan realisasi keuangan pelaksanaan
Pemilihan BAMUS Nagari yang bersumber sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dan huruf b.
BAB III
PENGANGKATAN ANGGOTA BAMUS NAGARI
Pasal 15
Pengangkatan anggota BAMUS Nagari terpilih dilakukan melalui peresmian
Anggota BAMUS Nagari dilengkapi Berita Acara Musyawarah Pemilihan yang
ditandatangani oleh Ketua, Sekretaris dan Anggota Panitia Musyawarah
Pemilihan Anggota BAMUS Nagari.
Pasal 16
(1) Peresmian Anggota BAMUS Nagari mempedomani Peraturan Daerah yang
mengatur tentang Badan Permusyawaratan Nagari;
(2) Peresmian Anggota BAMUS Nagari sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat
dilaksanakan di dalam ruangan gedung maupun ruangan terbuka di
wilayah nagari;
(3) Peresmian Anggota BAMUS Nagari sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat
dilaksanakan di Kantor Camat apabila tidak tersedia gedung atau tempat
yang layak serta pertimbangan lainnya yang akan mengganggu kelancaran
pelaksanaan acara;
(4) Pelaksanaan Peresmian Anggota BAMUS Nagari dilaksanakan pada hari
kerja;
(5) Pakaian anggota BAMUS Nagari pada saat peresmian adalah pakaian
seragam yang difasilitasi oleh Pemerintahan Nagari.
BAB IV
PEMBERHENTIAN BAMUS NAGARI
Pasal 17
(1) Pemberhentian Anggota BAMUS Nagari diusulkan oleh Pimpinan Anggota
BAMUS Nagari berdasarkan hasil musyawarah BAMUS Nagari kepada
Bupati melalui Camat;
(2) Pengusulan pemberhentian BAMUS Nagari sebagaimana dimaksud ayat (1)
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. apabila meninggal dunia, dilengkapi dengan surat pemberitahuan dari
keluarga dan atau surat keterangan meninggal dari instansi yang
berwenang;
b. apabila mengundurkan diri, dibuktikan dengan surat pengunduran diri
dari yang bersangkutan.
c. Apabila diberhentikan, maka disesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
9
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN BAMUS NAGARI
Pasal 18
(1) Untuk kelancaran pelaksanaan pemilihan BAMUS Nagari dibentuk Tim
Pembina dan Pengawas Pemilihan BAMUS Nagari;
(2) Pembentukan Tim Pembina dan Tim Pengawas Pemilihan BAMUS Nagari
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(3) Camat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
peran BAMUS Nagari dalam penyelenggaraan Pemerintahan Nagari di
wilayahnya dan melaporkannya kepada Bupati.
BAB VI
KLASIFIKASI KEMAMPUAN KEUANGAN NAGARI
Pasal 19
Kemampuan Keuangan Nagari terdiri atas 3 (tiga) kelompok, yaitu:
a. tinggi;
b. sedang; dan
c. rendah.
Pasal 20
(1) Penentuan kelompok Kemampuan Keuangan Nagari sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 dihitung berdasarkan besaran pendapatan
umum Nagari dikurangi dengan belanja Pegawai.
(2) Pendapatan umum Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas pendapatan asli Nagari, Dana bagi hasil, Alokasi Dana Nagari dan
pendapatan lain-lain.
(3) Belanja Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas belanja
Penghasilan Tetap dan tunjangan Wali Nagari dan Perangkat Nagari serta
tunjangan Bamus Nagari termasuk BPJS bagi Wali Nagari dan Perangkat
Nagari.
Pasal 21
(1) Data yang digunakan sebagai dasar penghitungan Kemampuan Keuangan
Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 merupakan data realisasi
APB Nagari 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya dari tahun anggaran yang
dilaksanakan.
(2) Penghitungan Kemampuan Keuangan Nagari sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh Camat.
Pasal 22
(1) Kemampuan Keuangan Nagari dikelompokkan sebagai berikut:
a. di atas Rp.800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah) dikelompokkan
pada Kemampuan Keuangan Nagari tinggi;
b. Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai
denganRp.800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah) dikelompokkan
pada Kemampuan Keuangan Nagari sedang; dan
c. di bawah Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dikelompokkan
pada Kemampuan Keuangan Nagari rendah.
Pasal 23
(1) Bagi Nagari yang tergolong kelompok kemampuan keuangan tinggi dan
jumlah penduduk lebih dari 7.000 jiwa penetapan jumlah BAMUS Nagari
adalah sebayak 9 orang.
(2) Bagi Nagari yang tergolong kelompok kemampuan keuangan tinggi dan
jumlah penduduk 5.001 jiwa sampai dengan 7.000 jiwa penetapan jumlah
Bamus Nagari adalah sebanyak 7 orang.
10
(3) Bagi Nagari yang tergolong kelompok kemampuan keuangan tinggi dan
jumlah penduduk sampai 5.000 jiwa penetapan jumlah Bamus Nagari
adalah sebanyak 5 orang.
Pasal 24
(1) Bagi Nagari yang tergolong kelompok kemampuan keuangan sedang dan
jumlah penduduk lebih dari 7.000 jiwa penetapan jumlah bamus Nagari
adalah sebanyak 7 orang.
(2) Bagi Nagari yang tergolong kelompok kemampuan keuangan sedang dan
jumlah penduduk 5.001 jiwa sampai dengan 7.000 jiwa penetapan jumlah
Bamus Nagari adalah sebanyak 7 orang.
(3) Bagi Nagari yang tergolong kelompok kemampuan keuangan sedang dan
jumlah penduduk sampai 5.000 jiwa penetapan jumlah BAMUS Nagari
adalah sebanyak 5 orang.
Pasal 25
(1) Bagi Nagari yang tergolong kelompok kemampuan keuangan rendah dan
jumlah penduduk lebih dari 7.000 jiwa penetapan jumlah bamus Nagari
adalah sebayak 5 orang.
(2) Bagi Nagari yang tergolong kelompok kemampuan keuangan rendah dan
jumlah penduduk 5001 jiwa sampai dengan 7.000 jiwa penetapan jumlah
Bamus Nagari adalah sebanyak 5 orang.
(3) Bagi Nagari yang tergolong kelompok kemampuan keuangan rendah dan
jumlah penduduk sampai 5000 jiwa penetapan jumlah Bamus Nagari
adalah sebanyak 5 orang.
BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 26
(1) Bagi Pemerintah Nagari yang memiliki nagari persiapan Calon Anggota
BAMUS Nagari tetap dari kejorongan yang berada pada Nagari Persiapan
difasilitasi oleh Penjabat Wali Nagari Persiapan.
(2) Apabila Nagari Persiapan sebagaimana dimaksud ayat (1) telah ditetapkan
menjadi Nagari Defenitif, Anggota BAMUS Nagari yang berdomisili di nagari
hasil pemekaran diangkat kembali menjadi Anggota BAMUS Nagari di
nagari hasil pemekaran.
(3) Untuk nagari hasil pemekaran, dalam pengisian Anggota BAMUS Nagari
keterwakilan semua wilayah kejorongan atau kampung meskipun telah
ada Calon Anggota BAMUS Nagari keterwakilan wilayah yang diangkat
berdasarkan dari nagari setelah pemekaran.
(4) Pengisian Anggota BAMUS Nagari sebagaimana dimaksud ayat (3)
dilakukan dalam rangka proses penggantian BAMUS Nagari Antar Waktu.
(5) Ketentuan mengenai pengelompokan Kemampuan Keuangan Nagari dalam
Peraturan Bupati ini berlaku juga untuk kebijakan pemerintahan Nagari
yang memerlukan indikator Kemampuan Keuangan Nagari.
(6) Apabila musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat
(1), pasal 4 ayat (3), pasal 5 ayat (1) dan pasal 6 ayat (1) tidak terdapat
kesepakatan maka dilakukan melalui pemungutan suara.
(7) Untuk syarat pengangkatan dan pemberhentian anggota BAMUS Nagari
harus bertempat tinggal diwilayah pemilihan dibuktikan dengan Kartu
Tanda Penduduk.
11
Pasal 26 A
(1) Anggota BAMUS Nagari yang diangkat kembali menjadi Anggota BAMUS
Nagari hasil pemekaran mempunyai masa jabatan 6 (enam) tahun sejak
dilantik kembali menjadi Anggota BAMUS Nagari hasil pemekaran.
(2) Untuk pengisian kekurangan Anggota BAMUS Nagari hasil pemekaran
dilakukan dengan ketentuan seleksi keterwakilan wilayah dan
keterwakilan perempuan sesuai dengan jumlah penduduk.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 27
Anggota BAMUS Nagari yang sudah ada sebelum diundangkannya Peraturan
Bupati ini tetap melaksanakan tugas sampai selesai masa jabatannya.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Format 1
BERITA ACARA
Tentang
Penetapan Bakal Calon Anggota Bamus Nagari dari Keterwakilan
Kampung/Keterwakilan Jorong/Keterwakilan
Gabungan Jorong/Keterwakilan Perempuan
Nagari ..................
Pada hari ini tanggal ......... bulan ......... tahun ......... kami perwakilan
masyarakat Nagari ............... telah melaksanakan musyawarah penetapan
Calon Anggota BAMUS Nagari .................... berdasarkan Keterwakilan
Kampung/Keterwakilan Jorong/Keterwakilan Gabungan Jorong/Keterwakilan
Perempuan, bertempat di :
Alamat : .............................
Nagari : .............................
Kecamatan : .............................
Kabupaten : .............................
Pimpinan Musyawarah,
..............................
Format 2
BERITA ACARA
Tentang
Pembentukan Panitia Musyawarah Pemilihan BAMUS Nagari ..............
Nomor : ............. tanggal .......................
Pada hari ini tanggal ......... bulan ........... tahun .......... kami perwakilan
masyarakat Nagari ............... telah melaksanakan musyawarah Pembentukan
Panitia Musyawarah Pemilihan BAMUS Nagari .................... bertempat di :
Alamat : .............................
Nagari : .............................
Kecamatan : .............................
Kabupaten : .............................
Format 3
KABUPATEN PASAMAN
TENTANG
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di …………………..
pada tanggal ……………………
1. Ketua : ..........................................
2. Sekretaris : ..........................................
3. Anggota : 1. .....................................
2. .....................................
3. .....................................
4. .....................................
5. .....................................
6. .....................................
7. .....................................
Format 4
PEDOMAN
KOP SURAT, STEMPEL, DAN SAMPUL SURAT
PANITIA MUSYAWARAH PEMILIHAN ANGGOTA BAMUS NAGARI
...................... ......................
18
B. Pedoman Stempel
1. Stempel Panitia Musyawarah Pemilihan Anggota BAMUS Nagari
berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran pajang dan lebar : ±
2,5 cm x 5,5 cm;
2. Isi Tulisan:
a. Baris pertama tulisan : "PANITIA MUSYAWARAH"
b. Baris kedua tulisan ; " PEMILIHAN ANGGOTA BAMUS NAGARI "
c. Baris ketiga tulisan : "NAGARI ...... KECAMATAN ..... "
3. Tinta yang digunakan berwarna ungu
4. Bentuk Stempel Panitia Musyawarah Pemilihan Anggota BAMUS Nagari
sebagai berikut :
PANITIA MUSYAWARAH
PEMILIHAN ANGGOTA BAMUS NAGARI
NAGARI........... KECAMATAN .............
Di
...........................
Untuk Mohon Tanda : Draft Peraturan Bupati Pasaman Tentang Tata Cara
tangan Pemilihan, Pengangkatan Dan Pemberhentian Anggota
Badan Permusyawaratan Nagari.
ASISTEN PEMERINTAHAN