PROVINSI LAMPUNG
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
KEKOSONGAN JABATAN KEPALA DESA
Pasal 2
(1) Kekosongan jabatan Kepala Desa dapat terjadi karena Kepala Desa :
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri;
c. diberhentikan.
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena :
a. berakhir masa jabatannya;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan
tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Kepala Desa;
d. melanggar larangan sebagai Kepala Desa;
e. adanya perubahan status Desa menjadi kelurahan, penggabungan 2
(dua) Desa atau lebih menjadi 1 (satu) Desa baru, atau penghapusan
Desa;
f. tidak melaksanakan kewajiban sebagai Kepala Desa; atau
g. dinyatakan sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pasal 3
(1) Dalam hal sisa masa jabatan akibat kekosongan jabatan Kepala Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a dan huruf b dan
Pasal 2 ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, huruf f, dan huruf g tidak lebih
dari 1 (satu) tahun, bupati mengangkat seorang PNS sebagai penjabat
Kepala Desa sampai sisa masa jabatan Kepala Desa berakhir.
(2) Dalam hal sisa masa jabatan akibat kekosongan jabatan Kepala Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a dan huruf b dan
Pasal 2 ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, huruf f, dan huruf g lebih dari 1
(satu) tahun, bupati mengangkat seorang PNS sebagai penjabat Kepala Desa
sampai terpilihnya Kepala Desa melalui hasil musyawarah desa.
(3) Terhitung sejak Kepala Desa berhenti/diberhentikan, sampai dengan
diangkatnya Penjabat Kepala Desa oleh Bupati, Camat menunjuk Sekretaris
Desa untuk melaksanakan tugas Kepala Desa sebagai Pelaksana Harian
Kepala Desa.
(4) Dalam hal kekosongan jabatan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) huruf a dan huruf e, maka pengisian jabatan Kepala Desa
menggunakan mekanisme pemilihan Kepala Desa.
(5) Dalam hal Kepala Desa diberhentikan sementara, Camat menunjuk
Sekretaris Desa untuk menjalankan tugas Kepala Desa sebagai Pelaksana
Tugas Kepala Desa.
Pasal 4
(1) PNS yang diangkat sebagai penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) dan (2), paling sedikit harus memahami bidang
kepemimpinan dan teknis pemerintahan.
(2) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan
tugas, wewenang, dan kewajiban yang sama dengan Kepala Desa.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas,
Penjabat Kepala Desa mendapatkan tunjangan Kepala Desa dan hak-hak
lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
(4) Penjabat Kepala Desa tidak mendapatkan penghasilan tetap.
Pasal 5
Kepala Desa yang berstatus PNS apabila berhenti sebagai Kepala Desa
dikembalikan kepada instansi induknya.
BAB IV
PERIODESASI PEMILIHAN
Pasal 6
Pasal 8
BAB IV
PEMILIHAN KEPALA DESA
Bagian Kesatu
Proses Pemilihan
Pasal 9
Bagian Kedua
Persiapan Pemungutan Suara
Pasal 10
Pasal 11
(1) Lokasi, bentuk dan tata letak TPS ditetapkan oleh panitia pemilihan.
(2) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan di wilayah
Desa yang bersangkutan pada tempat yang mudah dijangkau, termasuk
oleh penyandang cacat, serta menjamin setiap pemilih dapat memberikan
suaranya secara langsung, bebas, dan rahasia.
Pasal 12
Pasal 13
(1) Pemilihan dilaksanakan oleh panitia dengan susunan acara sebagai berikut :
a. pembukaan rapat pemungutan suara;
b. penyampaian penjelasan sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut:
1. sebab-sebab diadakanya pemilihan;
2. dasar hukum yang digunakan;
3. nama-nama calon sesuai dengan nomor urutan undian;
4. tugas, wewenang tanggung jawab panitia;
5. waktu dimulainya dan berakhirnya pemungutan suara;
6. tata cara Pemungutan Suara dan Perhitungan Suara.
c. pelaksanaan rapat pemungutan suara dimulai pada jam 08.00 WIB dan
ditutup pada jam 13.00 WIB;
d. pelaksanaan penghitungan suara;
e. penutup.
(2) Pembukaan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
apabila telah ada pemilih yang hadir.
(3) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak terpenuhi,
maka pembukaan rapat ditunda sampai ada pemilih yang hadir.
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
(1) Pemungutan suara dilakukan dengan cara memberikan suara pada TPS
yang telah ditentukan.
(2) Pemberian suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam
bilik suara dengan cara:
a. mencoblos tanda gambar calon pada surat suara yang disediakan oleh
panitia;
b. menyentuh atau menekan foto calon pada peralatan e-voting yang
disediakan oleh panitia.
(3) Pemberian suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat
menggunakan peralatan e-voting sepanjang ditetapkan dengan Peraturan
Bupati.
(4) Dalam memberikan suara, pemilih hanya diperbolehkan menggunakan alat
yang telah disediakan panitia di dalam bilik suara.
(5) Pada saat memberikan suaranya, pemilih dilarang menambah
tulisan/catatan/tanda lainnya dalam bentuk apapun pada surat suara.
(6) Pemilih tuna netra, tuna daksa, atau yang mempunyai halangan fisik lain
pada saat memberikan suaranya di TPS dapat dibantu oleh panitia atau
orang lain atas permintaan pemilih dengan persetujuan ketua panitia.
Pasal 17
(1) Dalam hal pemilih kehilangan kartu undangan dan terdaftar dalam
DPT, yang bersangkutan tetap dapat diizinkan untuk menggunakan hak
pilihnya dengan menunjukan KTP atau tanda pengenal lainya yang masih
berlaku dan mengisi surat pernyataan kehilangan.
(2) Dalam hal panitia memberikan izin kepada pemilih sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), panitia membuat berita acara.
Pasal 18
Pasal 19
(1) Setelah pemungutan suara selesai maka panitia pada hari dan tanggal itu
juga segera :
a. membuat dan menandatangani berita acara rapat pemungutan suara
bersama-sama dengan para calon dan para saksi.
b. melaksanakan proses penghitungan suara:
1. mengatur pembagian tugas anggota panitia dalam penghitungan
suara;
2. mempersiapkan tempat penghitungan suara yang meliputi meja,
papan pencatatan dan/atau LCD dan layar monitor, tempat duduk
para saksi, dan sebagainya;
3. panitia mempersiapkan perlengkapan administrasi yang meliputi
formulir berita acara penghitungan suara, formulir pencatatan
penghitungan suara, kertas, dan alat tulis yang diperlukan;
4. mempersiapkan kotak suara pada tempat yang telah ditentukan;
5. membuka kotak suara, menghitung jumlah surat suara resmi yang
masuk dengan disaksikan oleh calon dan saksi dan dilanjutkan
dengan menandatangani berita acara penghitungan surat suara resmi
yang masuk;
6. menghitung terlebih dahulu sisa surat suara yang tidak digunakan,
surat suara yang rusak sebelum digunakan, dan menyimpannya
bersama dengan surat undangan, DPT dan catatan-catatan lainnya;
7. melaksanakan penghitungan suara;
8. mengumumkan hasil jumlah penghitungan suara dan
menandatangani berita acara penghitungan suara bersama-sama
dengan para saksi dan para calon;
9. melaporkan hasil penghitungan suara kepada BPD;
(2) Apabila Calon dan/atau Saksi tidak bersedia menandatangani Berita Acara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) angka 8, hal tersebut tidak
berpengaruh terhadap keabsahan hasil penghitungan suara dan berita
acara.
(3) Dalam hal penghitungan surat suara resmi yang masuk sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b angka 5, berlaku ketentuan sebagai
berikut:
a. apabila surat suara resmi yang masuk lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah pemilih yang tercatat menggunakan hak pilihnya, maka
penghitungan suara dinyatakan tidak sah;
b. apabila surat suara resmi yang masuk sama dengan jumlah pemilih yang
tercatat menggunakan hak pilihnya maka penghitungan suara
dinyatakan sah;
c. apabila surat suara resmi yang masuk ke kotak suara lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah pemilih yang tercatat menggunakan hak
pilihnya,maka penghitungan suara dinyatakan sah;
d. dalam hal pemilihan dilaksanakan dengan menggunakan peralatan e-
voting sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf b,
penghitungan suara untuk melihat perolehan suara masing-masing
calon, dilakukan dengan cara menampilkan hasil pemungutan suara
dengan menggunakan media elektronik setelah waktu pemungutan
suara selesai dan mencetak hasil pemungutan suara serta menghitung
jumlah suara masing-masing bilik disaksikan oleh calon dan saksi dan
dilanjutkan dengan menandatangani berita acara penghitungan.
e. calon dapat mengajukan keberatan kepada Bupati terhadap hasil
penghitungan suara dengan menggunakan e-voting paling lambat 3 (tiga)
hari setelah pelaksanaan.
f. apabila keberatan sebagaimana dimaksud pada huruf e dipandang
sangat beralasan, Bupati dapat memerintahkan kepada panitia untuk
menghitung hasil pemilihan secara manual dengan disaksikan oleh
panitia pemilihan tingkat kabupaten dan panitia pemilihan tingkat
kecamatan.
g. apabila hasil penghitungan secara manual sebagaimana dimaksud
dalam huruf f terdapat perbedaan dengan hasil cetak alat e-voting maka:
a. apabila hasil penghitungan suara yang tertuang dalam berita acara
lebih banyak atau sama dengan struk/print out suara, maka
penghitungan dinyatakan sah;
b. apabila hasil penghitungan suara yang tertuang dalam berita acara
lebih sedikit dari struk/print out suara maka penghitungan
dinyatakan tidak sah.
(4) Dalam hal penghitungan suara dinyatakan tidak sah, maka dilakukan
pemilihan ulang.
Pasal 20
(1) Tata cara pemilihan ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 akan
ditetapkan oleh panitia.
(2) Panitia menetapkan tempat dan tanggal diadakanya pemilihan ulang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4), paling lambat 3 (tiga) hari
terhitung sejak pemilihan sebelumnya.
Bagian Ketiga
Pencalonan
Paragraf 1
Pendaftaran Calon
Pasal 21
(1) Calon Kepala Desa memenuhi persyaratan :
a. warga negara Republik Indonesia yang dibuktikan dengan salinan
KTP dan menunjukkan KTP asli;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. bersedia memegang teguh dan mengamalkan pancasila,
melaksanakan UUD NKRI Tahun 1945, serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika yang
dibuktikan dengan surat pernyataan;
d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau
sederajat yang dibuktikan dengan salinan ijazah yang dilegalisir;
e. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar
yang dibuktikan dengan salinan akte kelahiran yang dilegalisir;
f. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa yang dibuktikan dengan
surat pernyataan;
g. terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal tetap di Desa
setempat yang dibuktikan dengan salinan KTP dan menunjukkan
KTP asli;
h. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih, kecuali 5 (lima) tahun setelah
selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur
dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah
dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang;
i. tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
j. sehat jasmani dan rohani serta bebas narkoba yang dibuktikan
dengan surat keterangan dari rumah sakit daerah; dan
k. tidak pernah menjadi Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan,
baik berturut-turut atau terpisah-pisah di seluruh wilayah NKRI,
yang dibuktikan dengan surat pernyataan;
l. bagi calon yang berasal dari PNS wajib menyerahkan surat izin dari
pejabat pembina kepegawaian;
m. bagi calon yang berasal dari TNI/POLRI wajib menyerahkan surat
izin dari pejabat yang membidangi urusan personalia di kesatuan
yang bersangkutan.
(2) Surat-surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibubuhi
materai cukup.
(3) Format surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengikuti
format sebagaimana diatur dalam lampiran yang menjadi bagian tidak
terpisahkan dengan peraturan daerah ini.
Pasal 22
(1) Jangka waktu pendaftaran calon adalah 7 (tujuh) hari kalender.
(2) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terlampaui,
tetapi hanya ada 1 (satu) pendaftar, panitia menambah jangka waktu
selama 7 (tujuh) hari lagi.
(3) Panitia Pemilihan menambah jangka waktu pendaftaran sampai tercapai
paling sedikit 2 (dua) orang pendaftar.
Paragraf 2
Penelitian Calon, Penetapan dan Pengumuman Calon
Pasal 23
Pasal 24
(1) Panitia pemilihan menetapkan paling sedikit 2 (dua) orang bakal calon dan
paling banyak 5 (lima) orang bakal calon yang memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) menjadi calon Kepala Desa.
(2) Calon Kepala Desa yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diumumkan kepada masyarakat desa.
Pasal 25
(1) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (1) kurang dari 2 (dua) orang, panitia pemilihan
memperpanjang waktu pendaftaran selama 7 (tujuh) hari.
(2) Dalam hal perpanjangan waktu pendaftaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terlampaui dan bakal calon yang memenuhi persyaratan tetap
kurang dari 2 (dua) orang, proses pemilihan tetap dianjutkan.
(3) Dalam hal calon lebih dari 5 (lima) orang, panitia pemilihan melakukan
seleksi dengan test tertulis.
(4) Test tertulis dilaksanakan dengan pilihan berganda, sekurang-kurangnya
50 (lima puluh) soal, sebanyak-banyaknya 100 (seratus) soal.
(5) Materi soal seleksi sekurang-kuranganya menyangkut :
a. Pancasila;
b. Undang-Undang Dasar Tahun 1945;
c. Bahasa Indonesia;
d. Etika;
e. Pengetahuan umum;
f. Pemerintahan desa yang baik dan bersih (clean and good governance);
g. Adat istiadat masyarakat Lampung Timur;
h. Pembentukan produk hukum di desa.
(6) Dalam hal Panitia Pemilihan tidak dapat melaksanakan seleksi, Panitia
Pemilihan dapat meminta bantuan Panitia Pemilihan Tingkat Kabupaten.
Pasal 26
(1) Penetapan calon Kepala Desa disertai dengan penentuan nomor urut
dilakukan secara terbuka oleh panitia pemilihan dan diikuti oleh seluruh
calon atau kuasanya.
(2) Nomor urut dan nama calon yang telah ditetapkan disusun dalam daftar
calon dan dituangkan dalam berita acara penetapan calon Kepala Desa.
(3) Panitia pemilihan mengumumkan melalui media massa dan/atau papan
pengumuman tentang nomor urut, nama calon dan foto calon yang telah
ditetapkan, paling lambat 7 (tujuh) hari sejak tanggal ditetapkan.
(4) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersifat final dan
mengikat.
Paragraf 3
Kampanye
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Paragraf 4
Masa Tenang
Pasal 30
(1) Panitia pemilihan menetapkan masa tenang selama 3 (tiga) hari sebelum
hari dan tanggal pemungutan suara.
(2) Hari dan tanggal pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 31
Pada saat masa tenang berlangsung, setiap calon dilarang melakukan aktivitas
kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30.
Bagian Keempat
Pemungutan dan Penghitungan Suara
Pasal 32
(1) Pemungutan suara dilakukan dengan memilih salah satu calon Kepala
Desa.
(2) Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
mencoblos salah satu calon dalam surat suara.
(3) Pencoblosan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan sah apabila
pencoblosan dilakukan pada:
a. kotak foto salah satu calon; dan/atau
b. kotak nomor urut salah satu calon.
(4) Dalam hal pemungutan suara dilakukan dengan e-voting pemilih menekan
salah satu nomor atau foto calon;
(5) Dalam hal terdapat hanya 1 (satu) orang calon, pemungutan suara
dilakukan dengan mencoblos pada salah satu kotak setuju atau tidak
setuju.
Pasal 33
Pengadaan bahan, jumlah, bentuk, ukuran, dan warna surat suara, kotak
suara, kelengkapan peralatan lain serta pendistribusiannya diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Bupati.
Pasal 34
(1) Panitia pemilihan menentukan jumlah, lokasi, bentuk, dan tata letak TPS.
(2) Panitia pemilihan menentukan jumlah pemilih di tiap TPS.
(3) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditentukan lokasinya di tempat
yang mudah dijangkau, termasuk oleh penyandang cacat, serta menjamin
setiap pemilih dapat memberikan suaranya secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil.
Pasal 35
(1) Pemilih yang memiliki keterbatasan fisik lain pada saat memberikan
suaranya di TPS dapat dibantu oleh panitia atau orang lain atas permintaan
pemilih.
(2) Setiap orang yang membantu pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
wajib merahasiakan pilihan pemilih yang dibantunya.
Pasal 36
Pasal 37
Pasal 38
Pasal 40
(1) Calon Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak dari jumlah suara
sah ditetapkan sebagai calon Kepala Desa terpilih.
(2) Dalam hal jumlah calon Kepala Desa terpilih yang memperoleh suara
terbanyak yang sama lebih dari 1 (satu) calon, panitia pemilihan melakukan
pemungutan suara ulang, selambat-lambatnya (14) hari dan hanya diikuti
calon yang memiliki suara terbanyak yang sama.
(3) Dalam hal calon hanya 1 (satu) orang, dan jumlah suara sah yang setuju
dan tidak setuju adalah sama, panitia pemilihan melaksanakan
pemungutan suara ulang dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2).
Pasal 41
Bagian Kelima
Penetapan
Pasal 42
BAB V
KEPALA DESA, PERANGKAT DESA DAN PNS
SEBAGAI CALON KEPALA DESA
Bagian Kesatu
Calon Kepala Desa dari Kepala Desa atau Perangkat Desa
Pasal 43
(1) Kepala Desa yang akan mencalonkan diri kembali diberi cuti sejak
ditetapkan sebagai calon sampai dengan selesainya pelaksanaan penetapan
calon terpilih.
(2) Selama masa cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa
dilarang menggunakan fasilitas pemerintah Desa untuk kepentingan
sebagai calon Kepala Desa.
(3) Dalam hal Kepala Desa cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
sekretaris Desa melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa.
Pasal 44
(1) Perangkat Desa yang mencalonkan diri dalam pemilihan Kepala Desa diberi
cuti terhitung sejak yang bersangkutan terdaftar sebagai bakal calon Kepala
Desa sampai dengan selesainya pelaksanaan penetapan calon terpilih.
(2) Tugas perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirangkap oleh
perangkat Desa lainnya yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
Bagian Kedua
Calon Kepala Desa dari PNS
Pasal 45
(1) PNS yang mencalonkan diri dalam pemilihan Kepala Desa harus
mendapatkan izin tertulis dari Bupati.
(2) Dalam hal PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpilih dan diangkat
menjadi Kepala Desa, yang bersangkutan dibebaskan sementara dari
jabatannya selama menjadi Kepala Desa tanpa kehilangan status, hak dan
kewajibannya sebagai PNS.
(3) PNS yang terpilih dan diangkat menjadi Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) berhak mendapatkan tunjangan Kepala Desa dan
penghasilan lainnya yang sah.
BAB VI
PEMBIAYAAN
Bagian Kesatu
Rincian Pembiayaan
Pasal 46
Bagian Kedua
Sumber Pembiayaan
Pasal 47
(1) Besarnya biaya pemilihan Kepala Desa diajukan oleh panitia pemilihan
kepada pemerintahan desa.
(2) Besaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan
kebutuhan masing-masing desa.
(3) Ketentuan mengenai besaran biaya pemilihan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.
BAB VII
PEMBINAAN
Pasal 48
BAB VIII
MEKANISME PENGADUAN DAN PENYELESAIAN
Pasal 49
BAB IX
KETENTUAN SANKSI
Pasal 50
Pasal 51
(1) Dalam hal seorang calon kepala desa terpilih sudah dilantik menjadi Kepala
Desa, ternyata di kemudian hari persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 seluruhnya atau sebagian tidak benar, palsu atau
dipalsukan, yang bersangkutan diberhentikan tidak dengan hormat dari
jabatan kepala desa, tanpa melalui proses peradilan.
(2) Di samping diberhentikan dari jabatan Kepala Desa, aparat penegak hukum
dapat memproses penegakan hukum atas tindakan pemalsuan persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas.
(3) Pembuktian kepalsuan dokumen pencalonan kepala desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), cukup berupa surat keterangan yang berasal dari
instansi yang berwenang mengeluarkan dokumen persyaratan pencalonan
Kepala Desa.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 52
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 53
ttd
CHUSNUNIA
Diundangkan di Sukadana
pada tanggal 30 Desember 2016
ttd
PUJI RIYANTO
ATAS
TENTANG
I. UMUM
Bahwa pemerintahan desa merupakan wujud pemerintahan demokrasi yang
harus diakui keberadaannya. Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa telah membuka ruang kemandirian desa atau disebut dengan
sebutan lain. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 jo Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah menjabarkan tentang
bagaimana Desa dikelola.
Berkaitan dengan tata cara pemilihan Kepala Desa, telah diundangkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa
mengatur secara lebih terperinci mengenai tata cara pemilihan kepala Desa secara
langsung atau melalui musyawarah Desa, kedudukan, persyaratan, mekanisme
pengangkatan perangkat Desa, besaran penghasilan tetap, tunjangan, dan
penerimaan lain yang sah bagi kepala Desa dan perangkat Desa, penempatan
perangkat Desa yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil, serta tata cara
pemberhentian kepala Desa dan perangkat Desa.
Pasal 1
Cukup Jelas.
Pasal 2
Cukup Jelas.
Pasal 3
Cukup Jelas.
Pasal 4
Cukup Jelas.
Pasal 5
Cukup Jelas.
Pasal 6
Cukup Jelas.
Pasal 7
Cukup Jelas.
Pasal 8
Cukup Jelas.
Pasal 9
Cukup Jelas.
Pasal 10
Cukup Jelas.
Pasal 11
Cukup Jelas.
Pasal 12
Cukup Jelas.
Pasal 13
Cukup Jelas.
Pasal 14
Cukup Jelas.
Pasal 15
Cukup Jelas.
Pasal 16
Cukup Jelas.
Pasal 17
Cukup Jelas.
Pasal 18
Cukup Jelas.
Pasal 19
Cukup Jelas.
Pasal 20
Cukup Jelas.
Pasal 21
Cukup Jelas.
Pasal 22
Cukup Jelas.
Pasal 23
Cukup Jelas.
Pasal 24
Cukup Jelas.
Pasal 25
Cukup Jelas.
Pasal 26
Cukup Jelas.
Pasal 27
Cukup Jelas.
Pasal 28
Cukup Jelas.
Pasal 29
Cukup Jelas.
Pasal 30
Cukup Jelas.
Pasal 31
Cukup Jelas.
Pasal 32
Cukup Jelas.
Pasal 33
Cukup Jelas.
Pasal 34
Cukup Jelas.
Pasal 35
Cukup Jelas.
Pasal 36
Cukup Jelas.
Pasal 37
Cukup Jelas.
Pasal 38
Cukup Jelas.
Pasal 39
Cukup Jelas.
Pasal 40
Cukup Jelas.
Pasal 41
Cukup Jelas.
Pasal 42
Cukup Jelas.
Pasal 43
Cukup Jelas.
Pasal 44
Cukup Jelas.
Pasal 45
Cukup Jelas.
Pasal 46
Cukup Jelas.
Pasal 47
Cukup Jelas.
Pasal 48
Cukup Jelas.
Pasal 49
Cukup Jelas.
Pasal 50
Cukup Jelas.
Pasal 51
Cukup Jelas.
Pasal 52
Cukup Jelas.
Pasal 53
Cukup Jelas.
KARTU SUARA
PEMILIHAN KEPALA DESA ..............
KECAMATAN ............................................. KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
1 2 3 4
..............................., ......................................
(................................................................)
Catatan:
7. PINTU KELUAR
PANITIA
PEMILIHAN
5 6
3
RUANG TUNGGU
1. PINTU MASUK
KETERANGAN:
1. Pintu Masuk;
2. Ruang Tunggu;
3. Meja Panitia;
4. Bilik Suara;
5. Kotak Suara;
6. Tempat Duduk calon Kepala Desa dan Saksi;
7. Pintu Keluar
Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur
Nomor : .......... Tahun 2016
Tanggal : ......................2016
No. (NAMA CALON KEPALA DESA) JUMLAH No. (NAMA CALON KEPALA DESA) JUMLAH
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
Dst 6.
JUMLAH JUMLAH
CATATAN:
Daftar perhitungan suara dibuat di atas kertas karton;
Penulisan perolehan suara ditulis dengan hitungan lidi (contoh: IIII)
Kertas perhitungan suara ditempel agar dapat dilihat oleh semua saksi.
SURAT PERNYATAAN CALON KEPALA DESA............................
KECAMATAN........................... KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Nama : _______________________________________________________
Tempat, Tanggal Lahir : _______________________________________________________
Jenis Kelamin : _______________________________________________________
Alamat : _______________________________________________________
_______________________________________________________
.....................,.............................
Yang membuat pernyataan,
Materai Rp.6000
(NAMA TERANG)
CHUSNUNIA