Anda di halaman 1dari 37

BUPATI SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN BUPATI SEMARANG

NOMOR 7 TAHUN 2016

TENTANG

PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG


NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SEMARANG,

Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan kelancaran dan ketertiban


penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa serta untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 10 ayat (2), Pasal 29 ayat (2),
Pasal 38, Pasal 39 ayat (4), dan Pasal 61 Peraturan Daerah
Kabupaten Semarang Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pemilihan
Kepala Desa, perlu menetapkan Peraturan Bupati Semarang
tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten
Semarang Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Desa.

Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan
Propinsi Jawa Tengah;
2. Undang - Undang Nomor 67 Tahun 1958 tentang Perubahan
Batas-batas Wilayah Kotapraja Salatiga Dan Daerah
Swatantra Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1958 Nomor 118, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 1652);
3. Undang - Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5495 );
4. Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang - Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);

1
5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang
Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor
25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3079);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang
Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Salatiga Dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor
114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3500);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang – Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014
tentang Pemilihan Kepala Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2092 );
9. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 3 Tahun
2015 tentang Pemilihan Kepala Desa (Lembaran Daerah
Kabupaten Semarang Tahun 2015 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 3);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN


PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3
TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Semarang.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Semarang.
3. Bupati Semarang yang selanjutnya disebut Bupati adalah Kepala Daerah
Kabupaten Semarang.
4. Kecamatan adalah bagian wilayah dari daerah Kabupaten yang dipimpin oleh
Camat.
5. Camat adalah Unsur Perangkat Daerah sebagai Kepala Kecamatan di
Kabupaten Semarang.

2
6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa.
9. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga
yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil
dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokratis.
10. Lembaga Kemasyarakatan Desa adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dalam
memberdayakan masyarakat.
11. Pemilihan kepala desa yang selanjutnya disebut Pilkades adalah
pelaksanaan kedaulatan rakyat di desa dalam rangka memilih kepala desa
yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
12. Musyawarah Desa adalah musyawarah yang diselenggarakan oleh BPD khusus
untuk pemilihan Kepala Desa antarwaktu.
13. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD.
14. Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang,
tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan
melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
15. Penjabat Kepala Desa adalah seorang pejabat yang diangkat oleh Bupati
untuk melaksanakan tugas, hak dan wewenang serta kewajiban kepala desa
dalam kurun waktu tertentu.
16. Dusun adalah bagian wilayah dalam desa yang merupakan lingkungan kerja
pelaksana Pemerintah Desa.
17. Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Desa yang selanjutnya disebut
Panitia Pilkades adalah Panitia yang dibentuk oleh BPD untuk
menyelenggarakan proses pemilihan kepala desa.
18. Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Kabupaten yang selanjutnya disebut
Panitia Pemilihan Kabupaten adalah panitia yang dibentuk Bupati pada
tingkat kabupaten dalam mendukung pelaksanaan pemilihan kepala desa.
19. Bakal Calon Kepala Desa adalah warga desa setempat yang telah mendaftarkan
diri kepada Panitia Pilkades pada tahap penjaringan.
20. Calon kepala desa adalah bakal calon kepala desa yang telah ditetapkan oleh
Panitia Pilkades pada tahap penyaringan sebagai calon yang berhak dipilih
menjadi kepala desa.
21. Calon kepala desa terpilih adalah calon kepala desa yang memperoleh
suara terbanyak dalam pelaksanaan Pilkades.
22. Penjaringan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh Panitia Pilkades untuk
mendapatkan Bakal Calon Kepala Desa dari warga desa setempat.
23. Penyaringan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh Panitia Pilkades untuk
mendapatkan Calon Kepala Desa dari Bakal Calon Kepala Desa.

3
24. Penduduk desa adalah warga masyarakat desa setempat atau pendatang yang
telah memiliki atau mempunyai surat resmi dari pejabat yang berwenang untuk
tinggal di desa setempat.
25. Pemilih adalah penduduk desa yang bersangkutan dan telah memenuhi
persyaratan untuk menggunakan hak pilih dalam Pilkades.
26. Daftar Pemilih Sementara yang selanjutnya disebut DPS adalah daftar
pemilih yang disusun berdasarkan data Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum
terakhir yang telah diperbaharui dan dicek kembali atas kebenarannya
serta ditambah dengan pemilih baru.
27. Daftar Pemilih Tambahan adalah daftar pemilih yang disusun berdasarkan
usulan dari pemilih karena yang bersangkutan belum terdaftar dalam Daftar
Pemilih Sementara.
28. Daftar Pemilih Tetap yang selanjutnya disebut DPT adalah daftar pemilih
yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagai dasar penentuan identitas
pemilih dan jumlah pemilih dalam Pilkades.
29. Petugas Pemutahiran Data Pemilih yang selanjutnya disingkat Pantarlih adalah
adalah petugas yang dibentuk oleh Panitia Pilkades untuk melakukan
pendaftaran dan pemutakhiran data pemilih.
30. Kampanye adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh calon kepala desa
untuk meyakinkan para pemilih dalam rangka mendapatkan dukungan.
31. Tempat Pemungutan Suara, selanjutnya disingkat TPS, adalah tempat
dilaksanakannya pemungutan suara.
32. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Pilkades yang selanjutnya
disingkat KPPS Pilkades adalah kelompok yang dibentuk oleh Panitia Pilkades
untuk menyelenggarakan pemungutan dan penghitungan suara di tempat
pemungutan suara.
33. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD
adalah rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.
34. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yang selanjutnya disingkat APB Desa
adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.

BAB II
RUANG LINGKUP

Pasal 2

Ruang lingkup Peraturan Bupati ini meliputi :


a. waktu pelaksanaan pilkades;
b. kepanitiaan pilkades;
c. panitia pengawas pilkades;
d. pendataan pemilih;
e. penjaringan bakal calon kepala desa, penyaringan dan seleksi tambahan calon
kepala desa;
f. pengadaan serta pendistribusian perlengkapan pemungutan suara dan
penghitungan suara;
g. TPS;
h. Kampanye dan masa tenang;
i. pemungutan suara;
j. pelaporan dan penetapan hasil pilkades;
k. penanganan pengaduan hasil pilkades;

4
l. pelantikan kepala desa ;
m. pilkades antarwaktu; dan
n. pembiayaan pilkades.

BAB III
WAKTU PELAKSANAAN PILKADES

Pasal 3

(1) Pelaksanaan Pilkades dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah


Kabupaten.
(2) Pilkades secara serentak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan bergelombang paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 6
(enam) tahun.
(3) Pelaksanaan pilkades secara serentak dalam tahun yang ditentukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan 1 (satu) kali pada hari dan
tanggal yang sama dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB IV
KEPANITIAAN PILKADES
Bagian Kesatu
Panitia Pemilihan Kabupaten

Pasal 4

(1) Bupati berdasarkan kondisi akhir masa jabatan Kepala Desa, jumlah Desa dan
kemampuan biaya Pilkades yang dibebankan pada APBD, mempersiapkan
Pilkades secara serentak.
(2) Dalam hal persiapan Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati
membentuk Panitia Pemilihan Kabupaten yang di tetapkan dengan Keputusan
Bupati paling lambat 5 (lima) bulan sebelum pelaksanaan pemungutan suara.
(3) Panitia pemilihan Kabupaten sebagaimana dimaksud ayat (2) melibatkan unsur
Satuan Kerja Perangkat Daerah dan instansi yang terkait.
(4) Keanggotaan Panitia Pemilihan Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dengan susunan keanggotaan sebagai berikut :
a. Ketua;
b. Wakil Ketua;
c. Sekretaris; dan
d. Anggota.

Pasal 5

(1) Dalam melaksanakan tugas, Panitia Pemilihan Kabupaten sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 4 dibantu oleh kelompok kerja tingkat Kecamatan.
(2) Camat menetapkan keanggotaan Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat melibatkan unsur Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan.
(3) Tugas Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah:
a. memberikan saran dan pertimbangan kepada Panitia Pemilihan Kabupaten
terhadap penyelenggaraan Pilkades;
b. pendampingan dalam rapat koordinasi Pilkades di Desa;

5
c. pendampingan dalam rapat panitia Pengawas Pilkades, Panitia Pemilihan dan
KPPS; pembentukan, pengambilan sumpah dan pelantikan serta
pembekalan panitia Pilkades;
d. pendampingan dalam penyusunan jadwal rangkaian pelaksanaan, TPS, RAB
Pilkades dan Tata tertib Pilkades;
e. pendampingan dalam kampanye dialogis;
f. pemantauan malam jelang dan pelaksanaan pemungutan suara;
g. ikut serta dalam penyelenggaraan keamanan dan ketertiban; dan
h. tugas lain yang berhubungan dengan pelaksanaan Pilkades di wilayah
Kecamatan.
(4) Biaya yang timbul sebagai akibat dibentuknya kelompok kerja Kecamatan
dibebankan pada APBD.

Bagian Kedua
Panitia Pilkades

Pasal 6

(1) BPD membentuk Panitia Pilkades melalui musyawarah dengan


mengikutsertakan unsur Pemerintah Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa dan
Tokoh Masyarakat Desa setempat yang hasilnya ditetapkan dengan Keputusan
BPD.
(2) Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur
Perangkat Desa, Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Tokoh
Masyarakat Desa setempat.
(3) Jumlah keanggotaan Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berjumlah 11 (sebelas) orang.
(4) Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (2), keanggotaannya terdiri
dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan seksi-seksi sesuai dengan kebutuhan.
(5) Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) antara lain :
a. seksi pendaftaran dan pendataan pemilih;
b. seksi penjaringan bakal calon kepala desa dan penyaringan calon kepala
desa;
c. seksi konsumsi dan perlengkapan;
d. seksi pemungutan suara dan penghitungan suara.
(6) Apabila Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ada yang
mencalonkan diri sebagai Kepala Desa atau berhalangan tetap, maka yang
bersangkutan diberhentikan dari Keanggotaan Panitia Pilkades dan perubahan
susunan Panitia Pilkades harus ditetapkan kembali oleh BPD pada saat itu
juga.
(7) Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (4), sebelum melaksanakan
tugas, wajib diangkat sumpah atau janji oleh BPD.
(8) Pembentukan Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan secara tertulis oleh BPD kepada Bupati melalui Camat paling lama
14 hari kerja sejak Keputusan BPD ditetapkan.

6
Pasal 7
(1) Masa jabatan Panitia Pilkades adalah terhitung sejak ditetapkan oleh BPD
sampai dengan dilantiknya Kepala Desa.
(2) Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), mempunyai
tugas:
a. merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan, mengawasi dan
mengendalikan semua tahapan pelaksanaan Pilkades;
b. menetapkan jadwal dan tata tertib pelaksanaan Pilkades;
c. merencanakan dan mengajukan biaya Pilkades kepada Bupati melalui
Camat;
d. memperlakukan peserta Pilkades secara adil dan setara;
e. bersikap profesional dan netral dalam penyelenggaraan Pilkades.
f. melakukan pendaftaran dan penetapan pemilih;
g. mengadakan penjaringan bakal calon kepala desa, meliputi kegiatan :
1. mengumumkan lowongan jabatan Kepala Desa;
2. menerima berkas pendaftaran pencalonan.
h. melaksanakan penyaringan calon Kepala Desa, meliputi kegiatan :
1. meneliti persyaratan administrasi Calon Kepala Desa;
2. meneliti keabsahan, keaslian dan/atau asal usul persyaratan
administrasi Calon Kepala Desa; dan
3. mengajukan usulan pelaksanaan seleksi tambahan kepada Panitia
Pemilihan Kabupaten dalam hal Bakal Calon Kepala Desa lebih dari 5
(lima) orang.
i. menerima hasil tes seleksi tertulis bakal calon Kepala Desa dari Tim
independen dalam hal Bakal Calon Kepala Desa lebih dari 5 (lima) orang;
j. menetapkan calon yang telah memenuhi persyaratan;
k. melakukan undian dan menetapkan nomor urut calon bagi Calon Kepala
Desa yang berhak dipilih;
l. mengumumkan nama-nama calon Kepala Desa yang berhak dipilih, kepada
masyarakat di tempat umum yang mudah di akses sesuai dengan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat;
m. menetapkan jumlah, lokasi, bentuk, dan tata letak TPS;
n. membentuk KPPS Pilkades pada tiap TPS;
o. memfasilitasi penyediaan peralatan, perlengkapan dan TPS;
p. menyelenggarakan pemungutan suara;
q. menetapkan hasil rekapitulasi penghitungan suara dan mengumumkan
hasil pemilihan;
r. mengambil keputusan apabila timbul permasalahan;
s. membuat Berita Acara Pilkades;
t. melakukan evaluasi pelaksanaan Pilkades; dan
u. melaporkan pelaksanaan proses Pilkades kepada BPD.
(3) Ketua Panitia Pilkades dapat meminta bantuan kepada petugas keamanan
untuk menghimbau, menegur dan mengatur dan/ atau memberikan tindakan
hukum terhadap seseorang atau sekelompok orang atau masyarakat, yang
secara sengaja mangganggu kelancaran proses pemungutan dan penghitungan
suara.
(4) Panitia Pilkades dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada BPD.

7
Bagian Ketiga
KPPS PILKADES

Pasal 8

(1) Dalam hal pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara Pilkades di tiap
TPS dibentuk KPPS Pilkades.
(2) KPPS Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Ketua Panitia Pilkades atas persetujuan BPD.
(3) Anggota KPPS Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebanyak 7 (tujuh)
orang, terdiri atas unsur lembaga kemasyarakatan dan masyarakat setempat.
(4) Susunan KPPS Pilkades berdasarkan hasil musyawarah terdiri dari:
a. Ketua;
b. Sekretaris; dan
c. Anggota;

BAB V
PANITIA PENGAWAS PILKADES

Pasal 9

(1) Dalam rangka pelaksanaan Pilkades dibentuk Panitia Pengawas Pilkades


tingkat Desa yang bersifat independen.
(2) Pembentukan Panitia Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk
oleh Pemerintah Desa bersama BPD melalui Musyawarah yang hasilnya
dituangkan dalam berita acara.
(3) Hasil kesepakatan pembentukan Panitia Pengawas Pilkades sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
(4) Anggota Panitia Pengawas Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
sebanyak 5 (lima) orang, yang berasal dari unsur tokoh masyarakat, Pengurus
Lembaga kemasyarakatan, dan anggota BPD.
(5) Anggota Panitia Pengawas Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
sebelum melaksanakan tugasnya diangkat sumpah janji oleh Kepala Desa.
(6) Panitia Pengawas Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bertugas
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Pilkades dan dapat
bekerjasama dengan pihak lain.
(7) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (6) yaitu unsur Tentara Nasional
Indonesia (TNI), unsur Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) dan Kecamatan.
(8) Apabila Panitia Pengawas Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ada
yang mencalonkan diri sebagai Kepala Desa atau berhalangan tetap, maka yang
bersangkutan diberhentikan dari Keanggotaan Panitia Pengawas Pilkades dan
perubahan susunan Panitia Pengawas Pilkades harus ditetapkan kembali oleh
Kepala Desa pada saat itu juga.
(9) Masa jabatan Panitia Pengawas Pilkades adalah terhitung sejak ditetapkan oleh
Kepala Desa sampai dengan 14 (empat belas) hari kerja setelah pengucapan
sumpah atau janji Kepala Desa terpilih.

8
Pasal 10

(1) Panitia Pengawas Pilkades mempunyai tugas sebagai berikut :


a. mengawasi tahapan pencalonan dan pemungutan suara serta dapat
memberikan masukan kepada Panitia Pilkades;
b. menerima laporan pelanggaran tata tertib penyelenggaraan Pilkades
dan/atau peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Pilkades;
c. menyelesaikan sengketa yang timbul dalam penyelenggaraan Pilkades;
d. memberikan teguran kepada Calon Kepala Desa terhadap pelanggaran tata
tertib penyelenggaraan Pilkades;
e. jika teguran sebagaimana dimaksud pada huruf d tidak dipatuhi, maka
Panitia Pengawas Pilkades meneruskan temuan dengan membuat berita
acara hasil temuan kepada Panitia Pilkades untuk ditindaklanjuti;
f. apabila Panitia Pengawas Pilkades menemukan dugaan tindak pidana
dan/atau perdata dalam penyelenggaraan Pilkades, maka Panitia Pengawas
Pilkades melaporkan hasil temuan kepada pihak yang berwenang untuk
ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
g. menyampaikan laporan secara tertulis kepada Kepala Desa, BPD dan
tembusannya kepada Camat atas pelaksanaan tahapan Pilkades; dan
h. memperlakukan peserta Pilkades secara adil dan setara.

(2) Pihak-pihak terkait wajib memberikan kemudahan kepada Panitia Pengawas


Pilkades untuk memperoleh informasi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

BAB VI
PENDATAAN PEMILIH

Bagian Kesatu
Daftar Pemilih

Pasal 11

(1) Pemilih yang sah harus memenuhi syarat :


a. penduduk desa yang pada hari pemungutan suara Pilkades sudah
berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah menikah ditetapkan
sebagai pemilih;
b. nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;
c. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap; dan
d. berdomisili di desa paling singkat 6 (enam) bulan sebelum disahkannya
daftar pemilih sementara yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk
atau Kartu Keluarga.

(2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftar oleh Panitia Pilkades
dalam Daftar Pemilih.

Pasal 12

(1) Panitia Pilkades melakukan penyusunan daftar pemilih berdasarkan Data


Kependudukan Desa dan / atau berdasarkan DPT Pemilihan Umum terakhir
Desa setempat paling lambat 4 (empat) bulan sebelum pelaksanaan
pemungutan suara.

9
(2) Panitia Pilkades melakukan koordinasi teknis dengan SKPD yang menangani
kependudukan dan / atau Komisi Pemilihan Umum Daerah yang difasilitasi
oleh Pemerintah Desa dan Kecamatan untuk mendapatkan data kependudukan
Desa setempat sebagai dasar untuk data pemilih.
(3) Data Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dimutakhirkan
oleh Panitia Pilkades menjadi data Pemilih berbasis Dusun atau wilayah
pemilihan.
(4) Hasil penyusunan daftar pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimuat
dalam berita acara penyusunan daftar Pemilih.

Bagian Kedua
Pemutakhiran Daftar Pemilih

Pasal 13

(1) Panitia Pilkades melakukan Pemutakhiran Data Pemilih berdasarkan hasil


penyusunan daftar pemilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1).
(2) Pemutakhiran Data Pemilih oleh Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan paling lama 14 (empat belas) hari kalender setelah
ditetapkannya hasil penyusunan daftar pemilih.
(3) Dalam hal penyusunan dan pemutakhiran Data Pemilih, Panitia Pilkades
dibantu oleh Pantarlih.
(4) Pantarlih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat dan diberhentikan oleh
Panitia Pilkades paling banyak 4 (empat) orang untuk setiap dusun atau
wilayah pemilihan atas persetujuan BPD.
(5) Pantarlih dapat terdiri atas perangkat desa, pengurus Rukun Warga (RW),
pengurus Rukun Tetangga (RT), dan/atau warga masyarakat setempat.
(6) Hasil Pemutakhiran Data Pemilih digunakan sebagai bahan penyusunan DPS.

Pasal 14

(1) Tugas Panitia Pilkades dalam persiapan Pemutakhiran Data Pemilih meliputi:
a. melaksanakan sosialisasi Pemutakhiran Data Pemilih di tingkat desa dan
memberikan supervisi serta membantu Pantarlih dalam melakukan
verifikasi faktual;
b. membentuk TPS berbasis dusun atau wilayah pemilihan ke dalam data
pemilih dengan mempertimbangkan kondisi geografis dan administrasi
wilayah dalam dusun atau wilayah pemilihan yang telah ditetapkan;
c. menyerahkan data Pemilih berbasis TPS, formulir pemutakhiran, dan alat
kelengkapan lainnya kepada Pantarlih paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak
ditetapkannya hasil penyusunan daftar pemilih.
(2) Tugas Pantarlih dalam Pemutakhiran Data Pemilih meliputi:
a. sebelum melakukan verifikasi faktual, Pantarlih melakukan koordinasi
dengan Ketua Rukun Tetangga (RT)/ Rukun Warga (RW) dan tokoh
masyarakat setempat;
b. Pantarlih setelah menerima data Pemilih berbasis TPS, melakukan
verifikasi faktual data pemilih dengan cara mendatangi Pemilih secara
langsung;

10
c. kegiatan verifikasi faktual dilakukan untuk memperbaiki data Pemilih,
meliputi:
1. mencatat Pemilih yang telah memenuhi syarat, tetapi belum terdaftar
dalam data Pemilih;
2. memperbaiki data Pemilih jika terdapat kesalahan;
3. mencoret Pemilih yang telah meninggal;
4. mencoret Pemilih yang telah pindah domisili ke desa dan/atau daerah
lain;
5. mencoret Pemilih yang telah berubah status dari status sipil menjadi
status anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI)/ Kepolisian Republik
Indonesia (Polri);
6. mencoret Pemilih yang belum genap berumur 17 (tujuh belas) tahun
dan belum kawin/menikah pada tanggal pemungutan suara; dan
7. mencoret data Pemilih yang telah dipastikan tidak ada keberadaannya
setelah mendapat persetujuan Rukun Tetangga (RT) setempat.
d. pemilih yang telah memenuhi syarat tetapi belum terdaftar dalam data
Pemilih sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 1 dicatat di dalam
formulir Data Pemilih baru.
e. dalam melakukan pencoretan, perbaikan, maupun mencatat Data Pemilih
baru, Pantarlih harus mendasarkan pada identitas kependudukan yang
dimiliki oleh Pemilih, keterangan kepala atau anggota keluarga dan/atau
keterangan pengurus Rukun Tetangga (RT)/ Rukun Warga (RW) setempat.
f. Pantarlih mengisi, memverifikasi, dan menandatangani Pemutakhiran Data
Pemilih di rumah pemilih.

Bagian Ketiga
DPS

Pasal 15

(1) Panitia Pilkades mengumpulkan hasil Pemutakhiran Data Pemilih, beserta


formulir lainnya dari seluruh Pantarlih.
(2) Hasil verifikasi data Pemilih dan formulir lainnya digunakan oleh Panitia
Pilkades untuk menyusun DPS.
(3) Panitia Pilkades menyusun DPS dibantu oleh Pantarlih berdasarkan hasil
verifikasi faktual data Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama
7 (tujuh) hari kerja sejak diterima hasil verifikasi faktual dari Pantarlih.
(4) Penetapan DPS dilakukan dalam rapat Panitia Pilkades yang dituangkan dalam
berita acara yang ditandatangani oleh Ketua dan Anggota Panitia Pilkades
dengan disaksikan calon Kepala Desa dan/atau saksi yang mendapat kuasa
dari calon Kepala Desa.
(5) DPS yang telah ditetapkan oleh Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) ditandatangani oleh Ketua Panitia Pilkades.

Pasal 16

(1) Panitia Pilkades memperbanyak DPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15


ayat (5) sebanyak 3 (tiga) rangkap yaitu 1 (satu) salinan untuk diumumkan di
kantor Desa, 1 (satu) salinan untuk arsip Panitia Pilkades, dan 1 (satu) salinan
untuk diumumkan di lingkungan Rukun Tetangga (RT)/ Rukun Warga (RW)
yang memuat TPS terkait.

11
(2) Panitia Pilkades mengumumkan DPS selama 3 (tiga) hari kalender untuk
mendapatkan masukan dan tanggapan dari masyarakat dan/atau Calon Kepala
Desa.
(3) Panitia Pilkades melakukan verifikasi keabsahan masukan dan tanggapan dari
masyarakat dan/atau calon Kepala Desa untuk dimasukan menjadi DPS.

Pasal 17

(1) Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2), pemilih
atau anggota keluarga dapat mengajukan usul perbaikan mengenai penulisan
nama dan/atau identitas lainnya.
(2) Selain usul perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemilih atau
anggota keluarga dapat memberikan informasi yang meliputi:
a. pemilih yang terdaftar sudah meninggal dunia;
b. pemilih sudah tidak berdomisili di desa tersebut;
c. pemilih yang sudah nikah di bawah umur 17 (tujuh belas) tahun; atau
d. pemilih yang sudah terdaftar tetapi sudah tidak memenuhi syarat sebagai
pemilih.
(3) Apabila usul perbaikan dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diterima, Panitia Pilkades segera mengadakan perbaikan DPS.

Pasal 18

(1) Pemilih yang belum terdaftar, secara aktif melaporkan kepada Panitia Pilkades
melalui pengurus Rukun Tetangga (RT)/ Rukun Warga (RW);
(2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftar sebagai pemilih
tambahan;
(3) Pencatatan data pemilih tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilaksanakan paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak pengumuman DPS
berakhir.

Pasal 19

(1) Daftar pemilih tambahan diumumkan oleh Panitia Pilkades pada tempat-tempat
yang mudah dijangkau, diketahui dan dibaca oleh masyarakat.
(2) Jangka waktu pengumuman daftar pemilih tambahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilaksanakan selama 3 (tiga) hari kalender terhitung sejak
berakhirnya jangka waktu penyusunan Daftar pemilih tambahan.

Bagian Keempat
DPT

Pasal 20

(1) Hasil DPS yang sudah diperbaiki dan daftar pemilih tambahan disusun oleh
Panitia Pilkades sebagai DPT.
(2) Panitia Pilkades menyusun DPT dibantu oleh Pantarlih paling lama 7 (tujuh)
hari kerja sejak berakhirnya jangka waktu pengumuman daftar pemilih
tambahan berakhir.

12
(3) Penetapan DPT dilakukan dalam rapat Panitia Pilkades yang dituangkan dalam
berita acara yang ditandatangani oleh Ketua beserta Anggota Panitia Pemilihan
dengan disaksikan BPD dan unsur Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan.
(4) DPT yang sudah disahkan oleh Panitia Pilkades tidak dapat diubah, kecuali ada
pemilih yang meninggal dunia, panitia Pilkades membubuhkan catatan dalam
daftar pemilih tetap pada kolom keterangan "meninggal dunia".

Pasal 21

(1) Panitia Pilkades memperbanyak DPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20


ayat (4) sebanyak 5 (lima) rangkap yaitu 1 (satu) salinan untuk diumumkan di
kantor Desa, 1 (satu) salinan untuk arsip Panitia Pemilihan, 1 (satu) salinan
untuk diumumkan di lingkungan Rukun Tetangga (RT)/ Rukun Warga (RW)
yang memuat TPS terkait, dan 2 (dua) salinan untuk KPPS Pilkades.
(2) DPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan oleh Panitia Pilkades
pada tempat-tempat yang mudah dijangkau, diketahui dan dibaca oleh
masyarakat.
(3) Panitia Pilkades mengumumkan DPT sejak DPT ditetapkan sampai dengan hari
pemungutan suara.
(4) DPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan KPPS Pilkades dalam
melaksanakan pemungutan suara di TPS.

BAB VII
PENJARINGAN BAKAL CALON KEPALA DESA, PENYARINGAN DAN SELEKSI
TAMBAHAN CALON KEPALA DESA

Bagian Kesatu
Penjaringan Bakal Calon Kepala Desa

Pasal 22
Penjaringan Bakal Calon Kepala Desa dalam rangka Pilkades dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut :
a. panitia Pilkades melaksanakan pengumuman dan pendaftaran Bakal Calon
Kepala Desa kepada masyarakat selama 9 (sembilan) hari kerja untuk
melakukan pendaftaran bakal calon yang memenuhi persyaratan paling sedikit
2 (dua) orang bakal calon.
b. dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada huruf a kurang dari 2 (dua) orang, Panitia Pilkades memperpanjang waktu
pendaftaran paling lama 20 (dua puluh) hari kerja;
c. dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan tetap kurang dari 2 (dua)
orang setelah perpanjangan waktu pendaftaran sebagaimana dimaksud pada
huruf b, Panitia Pilkades melaporkan Kepada Panitia Pemilihan Kabupaten;
d. Bupati berdasarkan laporan dari Panitia Pemilihan Kabupaten menunda
pelaksanaan Pilkades sampai dengan Pilkades serentak gelombang berikutnya;
dan
e. apabila dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud pada huruf d masa
jabatan Kepala Desa berakhir, Bupati mengangkat penjabat Kepala Desa dari
Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Kabupaten.

13
Bagian Kedua
Penyaringan Calon Kepala Desa

Paragraf 1
Seleksi Calon

Pasal 23
(1) Seleksi Calon Kepala Desa meliputi:
a. penelitian kelengkapan persyaratan administrasi;
b. klarifikasi faktual;
c. Seleksi tambahan / tes tertulis kemampuan dasar dalam hal bakal calon
lebih dari 5 (lima) orang; dan
d. penetapan dan pengumuman nama calon.
(2) Seleksi sebagai dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam jangka waktu
paling lama 20 (dua puluh) hari kerja.

Pasal 24

(1) Penelitian kelengkapan persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 23 ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. surat keterangan bukti sebagai warga negara Indonesia dari Kepala SKPD
yang membidangi kependudukan dan pencatatan sipil;
b. surat pernyataan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dibuat oleh
yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai cukup;
c. surat pernyataan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, mempertahankan
dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
Bhinneka Tunggal Ika, yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas
segel atau bermeterai cukup;
d. foto copy ijazah pendidikan formal dari tingkat dasar sampai dengan ijazah
terakhir yang dilegalisir oleh pejabat berwenang atau surat keterangan
keabsahan dari pejabat yang berwenang;
e. foto copy akta kelahiran atau surat keterangan kenal lahir yang dilegalisir
oleh pejabat berwenang;
f. surat pernyataan bersedia dicalonkan menjadi kepala Desa yang dibuat
oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai cukup;
g. foto copy Kartu Tanda Penduduk yang dilegalisir oleh pejabat berwenang
dan surat keterangan bertempat tinggal paling sedikit 1 (satu) tahun
sebelum pendaftaran dari Rukun Tetangga (RT)/ Rukun Warga (RW) dan
kepala Desa setempat;
h. surat keterangan dari ketua pengadilan bahwa tidak pernah dijatuhi
pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih;
i. surat keterangan dari ketua pengadilan negeri bahwa tidak sedang dicabut
hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap;
j. surat keterangan tidak sedang mempunyai perkara pidana dari Kejaksaan
Negeri.
k. surat keterangan catatan kepolisian;
l. surat keterangan berbadan sehat dari Rumah Sakit Umum Daerah;
m. surat izin tertulis dari pejabat pembina kepegawaian bagi PNS;
n. surat cuti mengikuti pencalonan dari Camat bagi Kepala Desa dan anggota
BPD;
o. surat cuti mengikuti pencalonan dari Kepala Desa bagi Perangkat Desa;

14
p. surat pernyataan untuk mentaati tata tertib pelaksanaan Pilkades;
q. surat pernyataan tidak memberikan dan/atau menjanjikan sesuatu, baik
langsung maupun tidak langsung dengan nama atau dalih apapun dalam
usaha untuk memenangkan dirinya dalam pemilihan;
r. surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai calon Kepala
Desa yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau
bermeterai cukup; dan
s. surat keterangan dari pemerintah daerah kabupaten atau kabupaten/ kota
lain dan surat pernyataan dari yang bersangkutan bahwa tidak pernah
menjadi Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan.
(2) BPD dan/ atau Ketua Lembaga Kemasyarakatan Desa yang mencalonkan diri
sebagai Kepala Desa, jika terpilih menjadi Kepala Desa harus mundur.

Pasal 25

(1) Terha dap dokumen yang dijadikan persyaratan administrasi calon, dapat
dilakukan klarifikasi faktual oleh Panitia Pilkades kepada lembaga atau
institusi yang mengeluarkan dokumen.
(2) Hasil klarifikasi faktual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa berita
acara dan surat keterangan keabsahan atas dokumen yang diklarifikasi.

Paragraf 2
Seleksi Tambahan

Pasal 26

(1) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (1) lebih dari 5 (lima) orang, panitia pemilihan melaporkan
kepada Panitia Pemilihan Kabupaten untuk dilakukan seleksi tambahan.
(2) Seleksi tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
pihak independen dengan menggunakan kriteria pengalaman bekerja di
lembaga pemerintahan, tingkat pendidikan, usia dan tes tertulis kemampuan
dasar.
(3) Pihak independen sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah perguruan
tinggi.
(4) Panitia Pemilihan Kabupaten membuat perjanjian kerjasama dengan pihak
independen sebelum menyelenggarakan seleksi tambahan.
(5) Pihak independen mengeluarkan hasil seleksi tambahan yang menjadi dasar
bagi Panitia Pilkades dalam penetapan calon kepala desa.

Paragraf 3
Penetapan Calon Kepala Desa

Pasal 27

(1) Dalam hal bakal calon kepala desa yang memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) berjumlah paling sedikit 2 (dua) orang dan
paling banyak 5 (lima) orang, panitia pemilihan menetapkan bakal calon kepala
desa menjadi calon kepala desa.
(2) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (1) lebih dari 5 (lima) orang, maka panitia Pilkades
menetapkan 5 (lima) orang calon kepala desa yang mendapatkan urutan nilai
tertinggi dalam seleksi tambahan.

15
Pasal 28

(1) Penetapan nomor urut calon kepala desa dilaksanakan paling lambat 40 (empat
puluh) hari sebelum pelaksanaan pemungutan suara.
(2) Panitia Pilkades setelah menetapkan calon kepala desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27, segera mengadakan rapat untuk menetapkan nomor urut calon
kepala desa dengan dilengkapi Berita Acara.
(3) Calon kepala desa dan telah ditetapkan nomor urut calon kepala desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diumumkan kepada masyarakat Desa
sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Desa, paling lambat 3 (tiga)
hari kalender sejak tanggal ditetapkan.

Pasal 29

(1) Calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dilarang
mengundurkan diri kecuali berhalangan tetap.
(2) Bagi Calon Kepala Desa yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sehingga mengakibatkan Pilkades ditunda pelaksanaannya dikenakan
sanksi yang diatur lebih lanjut dengan tata tertib Pilkades oleh Panitia Pilkades.
(3) Dalam hal calon kepala desa berhalangan tetap sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), maka pelaksanaan Pilkades tetap dilanjutkan dengan ketentuan calon
kepala desa paling sedikit 2 (dua) orang.
(4) Dalam hal calon kepala desa berhalangan tetap sebagai
mana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaksanaan Pilkades ditunda
pelaksanaannya dengan ketentuan calon Kepala Desa kurang dari 2 (dua)
orang.

Pasal 30

(1) Calon kepala desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dapat menunjuk 1
(satu) orang saksi pada tiap TPS dalam mengikuti tahapan pemungutan suara.
(2) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mentaati segala ketentuan
yang telah ditetapkan oleh Panitia Pilkades.

BAB VIII
PENGADAAN SERTA PENDISTRIBUSIAN PERLENGKAPAN PEMUNGUTAN DAN
PENGHITUNGAN SUARA

Bagian Kesatu
Pengadaan Perlengkapan

Pasal 31

(1) Pengadaan Perlengkapan Pemungutan dan Penghitungan Suara yang dibiayai


APBD terdiri atas:
a. surat suara;
b. kotak suara; dan
c. perlengkapan peralatan lainnya.
(2) Perlengkapan peralatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
antara lain :
a. tenda;
b. meja dan kursi;
c. sound system;

16
d. formulir sesuai ketentuan;
e. tinta;
f. sampul kertas;
g. segel;
h. bilik suara;
i. alat dan alas untuk mencoblos pilihan;
j. stiker identitas kotak suara;
k. label kotak suara;
l. tanda pengenal;
m. karet pengikat Surat Suara;
n. lem/perekat;
o. kantong plastik;
p. ballpoint;
q. gembok dan kunci;
r. spidol;
s. tali pengikat alat untuk mencoblos pilihan; dan
t. perlengkapan lain sesuai kebutuhan.

Pasal 32

Jenis dan jumlah perlengkapan Pemungutan dan Penghitungan Suara di TPS


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. surat Suara Pilkades sebanyak jumlah Pemilih yang tercantum dalam DPT
untuk TPS, diperkirakan ditambah 2,5 % (dua koma lima perseratus) dari
jumlah Pemilih yang tercantum dalam DPT sebagai cadangan;
b. alokasi Surat Suara cadangan sebanyak 2,5 % (dua koma lima perseratus) dari
jumlah Pemilih yang tercantum dalam DPT sebagaimana dimaksud pada huruf
a dihitung dari jumlah Pemilih pada DPT dikali 2,5 dibagi 100, apabila
menghasilkan angka pecahan, maka hitungannya dibulatkan ke atas;

Pasal 33

Formulir Perlengkapan Pemungutan dan Penghitungan Suara sebagaimana


tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.

BAB IX
TPS

Pasal 34

(1) Ketua Panitia Pilkades bersama Ketua KPPS Pilkades wajib mengumumkan
hari, tanggal, waktu pemungutan suara, dan nama TPS serta persyaratan/
kelengkapan kepada pemilih di wilayah kerjanya, paling lambat 3 (tiga) hari
kalender sebelum hari dan tanggal pemungutan suara.
(2) Jumlah TPS adalah berbasis dusun atau wilayah pemilihan dan ditentukan
paling sedikit 3 (tiga) TPS per Desa dengan mempertimbangkan kondisi
geografis dan jumlah hak pilih.
(3) Ketua KPPS Pilkades dibantu oleh Anggota KPPS Pilkades menyiapkan lokasi
dan pembuatan TPS.
(4) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat di tempat yang mudah
dijangkau, termasuk oleh penyandang cacat, dan menjamin setiap Pemilih
dapat memberikan suaranya secara langsung, umum, bebas dan rahasia.

17
(5) Pembuatan TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus sudah selesai
paling lambat 1 (satu) hari kalender sebelum hari dan tanggal Pemungutan
Suara.
(6) Dalam pembuatan TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2), KPPS Pilkades
dapat mengikutsertakan masyarakat.

Pasal 35

(1) TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) dibuat dengan ukuran
paling sedikit panjang 10 (sepuluh) meter dan lebar 8 (delapan) meter atau
dapat disesuaikan dengan kondisi setempat.
(2) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberi tanda batas dengan
menggunakan tali atau tambang atau bahan lain.
(3) Pintu masuk dan keluar TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dapat
menjamin akses gerak bagi pemilih penyandang cacat yang menggunakan kursi
roda.
(4) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diadakan di ruang terbuka
dan/atau ruang tertutup, dengan ketentuan:
a. apabila di ruang terbuka, tempat duduk Ketua KPPS dan Anggota KPPS
Pilkades, Pemilih, dan Saksi dapat diberi pelindung terhadap panas
matahari, hujan, dan tidak memungkinkan orang lalu lalang di belakang
pemilih pada saat memberikan suara di bilik suara; dan
b. apabila di ruang tertutup, luas TPS harus mampu menampung
pelaksanaan rapat pemungutan dan penghitungan suara di TPS, dan
kedudukan Pemilih membelakangi tembok/dinding pada saat memberikan
suara di bilik suara.
(5) Apabila dalam pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf b, dilakukan dalam keadaan kurang penerangan,
perlu ditambah alat penerangan yang cukup.
(6) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan sarana dan
prasarana:
a. alat pembatas;
b. papan pengumuman untuk menempel daftar calon kepala desa, visi, misi,
dan program serta biodata singkat calon kepala desa dan DPT;
c. papan atau tempat untuk menempel data hasil dan rincian penghitungan
perolehan suara di tempat pemungutan suara;
d. tempat duduk dan meja Ketua dan Anggota KPPS Pilkades;
e. meja untuk menempatkan kotak suara dan bilik suara;
f. tempat duduk Pemilih, Saksi dan Panitia Pengawas; dan
g. alat penerangan yang cukup.

Pasal 36

(1) TPS dapat dibuat di halaman atau ruangan/gedung sekolah, balai pertemuan
masyarakat, ruangan/gedung tempat pendidikan lainnya, gedung, kantor milik
pemerintah dan non pemerintah termasuk halamannya atau rumah penduduk.
(2) Pembuatan TPS di tempat-tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
terlebih dahulu harus mendapat izin dari pengurus/pimpinan atau pihak yang
berwenang atas rumah/gedung/kantor tersebut.
(3) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang dibuat di dalam ruangan
tempat ibadah.

18
BAB X
KAMPANYE DAN MASA TENANG

Bagian Kesatu
Kampanye

Paragraf 1
Umum

Pasal 37

(1) Calon Kepala Desa melakukan kampanye sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat Desa dan peraturan perundang-undangan.
(2) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan prinsip
jujur, terbuka, dialogis serta bertanggungjawab.
(3) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat visi dan misi bila
terpilih sebagai Kepala Desa.

Paragraf 2
Pelaksanaan

Pasal 38

(1) Kampanye dapat dilaksanakan melalui:


a. pertemuan terbatas;
b. tatap muka;
c. dialog;
d. penyebaran bahan Kampanye kepada umum; dan
e. pemasangan alat peraga di tempat Kampanye dan di tempat lain yang
ditentukan oleh Panitia Pilkades.
(2) Pelaksanaan kampanye calon Kepala Desa dalam jangka waktu 3 (tiga) hari
kalender.
(3) Pada hari pertama pelaksanaan kampanye, Panitia Pilkades menyelenggarakan
penyampaian visi misi oleh Calon Kepala Desa di depan BPD, Perangkat Desa,
Tokoh Masyarakat dan Lembaga Kemasyarakatan yang ada di desa serta
terbuka untuk umum;
(4) Dalam penyampaian visi misi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
dibuka ruang dialog;
(5) Kampanye dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. pelaksanaan kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
huruf b dan huruf c dilaksanakan mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan
pukul 16.00 WIB;
b. dilaksanakan secara terbuka dan tidak sembunyi-sembunyi; dan
c. pelaksanaan kampanye harus bersifat positif dalam rangka menunjang
kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pelaksanaan
pembangunan.
(6) Ketentuan mengenai tata tertib kampanye ditetapkan lebih lanjut oleh Panitia
Pilkades.

19
Paragraf 3
Larangan

Pasal 39

(1) Dalam pelaksanaan kampanye, pelaksana kampanye dilarang:


a. mempersoalkan dasar negara Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
c. menghina seseorang, agama, suku, tim sukses dan/ atau calon kepala
desa lainnya;
d. menghasut dan mengadu domba perseorangan atau masyarakat;
e. mengganggu ketertiban umum;
f. menggunakan kekerasan, ancaman atau menganjurkan penggunaan
kekerasan kepada perseorangan, kelompok masyarakat atau calon kepala
desa lainnya;
g. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga Kampanye Calon;
h. menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat
pendidikan;
i. mengemukakan isu-isu yang dapat menimbulkan opini masyarakat
bernuansa hasutan;
j. memanfaatkan kegiatan-kegiatan lain yang sedang berlangsung di
lingkungan masyarakat selain khusus untuk kegiatan kampanye;
k. menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta
kampanye; dan
l. mengadakan pawai dalam bentuk apapun.
(2) Pelaksana Kampanye dalam kegiatan kampanye dilarang mengikutsertakan:
a. Kepala Desa;
b. Perangkat Desa;
c. Anggota BPD; dan
d. Ketua Rukun Warga (RW) atau Rukun Tetangga (RT).

Paragraf 4
Sanksi

Pasal 40

Pelaksana Kampanye yang melanggar larangan Kampanye sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 38 ayat (6) dikenai sanksi:
a. peringatan tertulis apabila pelaksana Kampanye melanggar larangan walaupun
belum terjadi gangguan; dan
b. penghentian kegiatan Kampanye di tempat terjadinya pelanggaran atau di
suatu wilayah yang dapat mengakibatkan gangguan terhadap keamanan yang
berpotensi menyebar ke wilayah lain.

Bagian Kedua
Masa Tenang

Pasal 41

20
(1) Masa tenang ditetapkan selama 3 (tiga) hari kalender sebelum hari pemungutan
suara.
(2) Dalam hal masa tenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
mengadakan kegiatan kampanye atau mengarahkan untuk mendukung salah
satu calon Kepala Desa.
(3) Panitia Pilkades, Panitia Pengawas Pilkades, calon Kepala Desa, Linmas Desa
dan Perangkat Desa membersihkan alat peraga kampanye yang terpasang di
wilayah Desa.

BAB XI
PEMUNGUTAN SUARA

Bagian Kesatu
Pemungutan dan Perhitungan Suara

Pasal 42

Pemungutan dan Penghitungan Suara dilakukan berdasarkan asas:


a. langsung;
b. umum;
c. bebas;
d. rahasia;
e. jujur; dan
f. adil.

Pasal 43

(1) Hari dan tanggal Pemungutan Suara Pilkades ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
(2) Pemungutan Suara di TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
mulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB.

Paragraf 1
Persiapan Pemungutan Suara

Pasal 44

(1) Paling lambat 3 (tiga) hari kalender sebelum pelaksanaan Pemungutan Suara
atau sesuai dengan hasil musyawarah antara Panitia Pilkades dengan Calon
dan / atau saksi, Panitia Pilkades menyampaikan surat undangan kepada
pemilih.
(2) Sebelum surat undangan disampaikan kepada pemilih, Panitia Pilkades
melaksanakan :
a. pengecekan untuk mengetahui jumlah lembar surat undangan,
selanjutnya dibuatkan Berita Acara; dan
b. surat undangan ditandatangani oleh Ketua dan dibubuhi stempel Panitia
Pilkades.
(3) Penyampaian surat undangan kepada pemilih dilakukan oleh KPPS dengan
disertai tanda terima.
(4) Bagi pemilih yang namanya tercantum dalam DPT tetapi belum menerima surat
undangan, dapat meminta kepada Panitia Pilkades.

21
Pasal 45

(1) Dalam hal pemungutan suara, KPPS Pilkades bertugas:


a. menyiapkan dan mengatur tempat duduk Pemilih yang menampung paling
sedikit 25 (dua puluh lima) orang, yang ditempatkan di dekat pintu masuk
TPS;
b. menyiapkan dan mengatur meja panjang dan tempat duduk Ketua KPPS
Pilkades dan Anggota KPPS Pilkades Kedua;
c. menyiapkan dan mengatur meja dan tempat duduk Anggota KPPS Pilkades
Ketiga, di dekat pintu masuk TPS;
d. menyiapkan dan mengatur tempat duduk Anggota KPPS Pilkades Keempat
yang ditempatkan di antara tempat duduk Pemilih dan bilik suara;
e. menyiapkan dan mengatur tempat duduk Anggota KPPS Pilkades Kelima di
dekat kotak suara;
f. menyiapkan dan mengatur tempat duduk Anggota KPS Pilkades Keenam di
dekat pintu keluar TPS;
g. menyiapkan dan mengatur tempat duduk untuk Pemilih, Saksi dan Panitia
Pengawas yang ditempatkan di dalam TPS;
h. menyiapkan dan mengatur meja untuk tempat kotak suara yang
ditempatkan di dekat pintu keluar TPS, dengan jarak kurang lebih 3 (tiga)
meter dari tempat duduk Ketua KPPS Pilkades dan berhadapan dengan
tempat duduk Pemilih;
i. menyiapkan dan mengatur meja kotak suara tidak terlalu tinggi sehingga
kotak suara bisa dicapai oleh umumnya Pemilih, termasuk Pemilih yang
menggunakan kursi roda;
j. menyiapkan dan mengatur bilik suara yang ditempatkan berhadapan
dengan tempat duduk Ketua KPPS dan Saksi, dengan ketentuan jarak
antara bilik suara dengan batas lebar TPS paling kurang 1 (satu) meter;
k. menyiapkan dan mengatur meja tempat bilik suara, perlu mempunyai
kolong yang cukup sehingga Pemilih berkursi roda dapat mencapai meja
bilik suara dengan leluasa;
l. menyiapkan dan mengatur papan sebanyak 2 (dua) buah yang pada saat
Pemungutan Suara ditempatkan di dekat pintu masuk untuk memasang
salinan Daftar Calon Kepala Desa, visi, misi, dan program serta biodata
singkat Calon Kepala Desa, dan DPT.
m. papan nama TPS ditempatkan di dekat pintu masuk TPS di sebelah luar
TPS;
n. menyiapkan tambang, tali, kayu atau bambu untuk membuat batas TPS.

(2) 2 (dua) orang Petugas Keamanan TPS bertugas mengamankan di dekat pintu
masuk dan keluar TPS.
(3) Petugas Keamanan TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah petugas
yang menangani ketenteraman, ketertiban dan keamanan TPS.

Pasal 46

(1) Ketua KPPS Pilkades memastikan perlengkapan Pemungutan dan Penghitungan


Suara, serta dukungan perlengkapan lainnya sudah diterima dari Panitia
Pilkades paling lambat 1 (satu) hari kalender sebelum hari dan tanggal
Pemungutan Suara.
(2) Ketua KPPS Pilkades dibantu oleh Anggota KPPS Pilkades dan petugas
keamanan TPS bertanggung jawab terhadap keamanan perlengkapan
Pemungutan dan Penghitungan Suara di TPS.

22
Paragraf 2
Pelaksanaan Pemungutan Suara

Pasal 47

(1) Ketua KPPS Pilkades melaksanakan rapat persiapan Pemungutan Suara pada
hari dan tanggal Pemungutan Suara.
(2) Rapat Persiapan Pemungutan Suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dimulai 30 (tiga puluh) menit sebelum waktu yang ditetapkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2).
(3) Saksi yang hadir pada rapat Pemungutan Suara dilarang mengenakan atau
membawa atribut yang memuat nomor, nama, foto Calon dan simbol/gambar
calon Kepala Desa serta wajib membawa surat tugas dari Calon Kepala Desa.
(4) Jumlah saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan jumlah TPS
yang ditetapkan oleh Panitia Pilkades.

Pasal 48

(1) Sebelum melaksanakan pemungutan suara, KPPS Pilkades melakukan


kegiatan:
a. pengucapan sumpah atau janji Anggota KPPS Pilkades dipimpin oleh Ketua
KPPS Pilkades;
b. pembukaan perlengkapan Pemungutan dan Penghitungan Suara;
c. membuka kotak suara dan memperlihatkan kepada para pemilih dan saksi
bahwa kotak suara dalam keadaan kosong serta ditutup dengan mengunci
kembali;
d. mengidentifikasi jenis dokumen dan peralatan;
e. menghitung jumlah setiap jenis dokumen dan peralatan; dan
f. memberikan penjelasan mengenai tata cara pelaksanaan Pemungutan dan
Penghitungan Suara.
(2) Selama pelaksanaan pemungutan suara berlangsung, anak kunci kotak suara
dipegang oleh Ketua KPPS Pilkades.
(3) Sumpah atau janji Anggota KPPS Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, berbunyi sebagai berikut:
“Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji:
Bahwa saya akan memenuhi tugas dan kewajiban saya sebagai Anggota KPPS
Pilkades dengan sebaik-baiknya sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan
dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Bahwa saya dalam menjalankan tugas dan wewenang akan bekerja dengan
sungguh-sungguh, jujur, adil, dan cermat demi suksesnya Pemilihan Kepala
Desa, tegaknya demokrasi dan keadilan, serta mengutamakan kepentingan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Daerah dan Desa daripada kepentingan
pribadi atau golongan”.
(4) Kegiatan KPPS Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dihadiri
oleh saksi dari Calon Kepala Desa, BPD, Panitia Pengawas Pilkades, dan warga
masyarakat.

23
Pasal 49

(1) Pemilih yang hadir diberikan surat suara oleh Ketua KPPS Pilkades melalui
pemanggilan berdasarkan urutan kedatangan sesuai dengan wilayah pemilihan
pada TPS yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (1).
(2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum diberikan surat suara,
pemilih menunjukan Surat Undangan pemilih.
(3) Apabila tidak membawa surat undangan pemilih, maka dapat menunjukkan
Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK).
(4) Apabila pemilih tidak dapat menunjukan surat undangan pemilih, Kartu Tanda
Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK) maka Pemilih tidak dapat
menggunakan hak pilihnya.

Pasal 50

(1) Pencoblosan surat suara dilaksanakan dalam bilik suara dengan menggunakan
alat yang telah disediakan oleh KPPS Pilkades.
(2) Setelah menerima surat suara, pemilih memeriksa atau meneliti surat suara
dan apabila surat suara dimaksud dalam keadaan cacat atau rusak, Pemilih
berhak meminta surat suara baru setelah menyerahkan kembali surat suara
yang cacat atau rusak.
(3) Setelah surat suara dicoblos, pemilih memasukan surat suara kedalam kotak
suara yang disediakan dalam keadaan terlipat.
(4) Pemilih yang telah menggunakan hak pilihnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), diberi tanda dengan tinta dijari dan atau anggota tubuh lainnya yang
bisa dilihat oleh KPPS Pilkades bahwa yang bersangkutan telah melaksanakan
hak pilihnya.

Pasal 51

(1) KPPS Pilkades menjaga agar setiap orang yang berhak memilih hanya
memberikan satu suara dan menolak pemberian suara yang diwakili dengan
alasan apapun.
(2) Pemilih tunanetra, tunadaksa atau yang mempunyai halangan fisik lain pada
saat memberikan suaranya di TPS dapat dibantu oleh panitia atau orang lain
atas permintaan pemilih.
(3) Anggota panitia atau orang lain yang membantu pemilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib merahasiakan pilihan pemilih yang bersangkutan.

Paragraf 4
Penghitungan suara

Pasal 52

(1) Penghitungan Suara dilaksanakan pada hari dan tanggal yang sama dengan
pelaksanaan Pemungutan Suara di TPS.
(2) Penghitungan Suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan mulai
pukul 13.00 WIB setelah pemungutan suara ditutup oleh Ketua KPPS Pilkades.

24
Pasal 53

(1) Sebelum penghitungan suara dimulai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52


ayat (2) KPPS Pilkades menghitung:
a. jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan salinan daftar
pemilih tetap untuk TPS;
b. jumlah surat suara yang tidak terpakai; dan
c. jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena cacat atau
rusak.
(2) KPPS Pilkades memeriksa keutuhan kotak suara serta membuka kotak suara,
dengan disaksikan oleh saksi-saksi yang hadir.
(3) Setiap lembar surat suara diteliti satu demi satu untuk mengetahui suara sah
yang diberikan kepada calon yang berhak dipilih dan kemudian Panitia Pilkades
memperlihatkan dan menyebutkan nomor urut calon Kepala Desa yang dicoblos
tersebut serta mencatatnya di papan tulis, sehingga dapat dilihat dengan jelas
oleh para saksi atau masyarakat.

Pasal 54

(1) Surat suara dinyatakan sah apabila coblosan diberikan dengan jelas kepada
salah satu tanda gambar calon dengan ketentuan sebagai berikut:
a. surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS Pilkades;
b. tanda coblos berada didalam kotak tanda gambar sebelah dalam;
c. tanda coblos berada diantara kotak dan gambar sebelah dalam dengan
kotak tanda gambar sebelah luar;
d. tanda coblos berada tepat pada garis kotak tanda gambar sebelah luar;
e. tanda coblos lebih dari 1 (satu) tetapi masih dalam 1 (satu) kotak yang
memuat nomor, foto dan nama calon; dan
f. coblosan tanda gambar harus menggunakan alat pencoblosan yang telah
disediakan (paku).
(2) Surat suara dinyatakan tidak sah, apabila:
a. tidak terdapat coblosan;
b. mencoblos tanda gambar tidak memakai alat pencoblos yang telah
disediakan;
c. tanda coblos lebih dari 1 (satu) tanda gambar;
d. tanda coblos berada diluar kotak gambar sebelah luar;
e. tidak jelas/ terang tanda gambar mana yang di coblos;
f. pada surat suara ditambah tulisan nama pemilih, tanda tangan dan/atau
tanda-tanda/ catatan lain oleh pemilih;
g. surat suara dicoblos dengan merobek tanda gambar sehingga terlihat
sebagian kertas tersebut hilang tidak dapat disambung lagi; dan
h. tidak ditandatangani Ketua KPPS Pilkades.

Pasal 55

(1) Ketua KPPS Pilkades memberikan penjelasan yang menyebabkan surat suara
sah dan tidak sah.
(2) Dalam hal terjadi perbedaan pendapat mengenai sah atau tidak sahnya surat
suara, antara saksi dari masing-masing calon Kepala Desa, maka Ketua KPPS
Pilkades berwenang untuk membuat keputusan bersifat final.

25
Pasal 56

(1) Setelah Penghitungan Suara, Ketua KPPS Pilkades dengan dibantu oleh Anggota
KPPS Pilkades menyusun, menghitung dan memisahkan :
a. surat suara yang sudah diperiksa dan suaranya dinyatakan sah untuk
masing-masing Calon Kepala Desa, diikat dengan karet per 50 (lima puluh)
surat suara; dan
b. surat suara yang sudah diperiksa dan suaranya dinyatakan tidak sah,
diikat dengan karet.
(2) Hasil Penghitungan Suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dicocokkan
dengan hasil Penghitungan Suara berdasarkan pencatatan yang dilakukan
Anggota KPPS Pilkades kemudian dimasukkan ke dalam sampul kertas dan
disegel.
(3) Sampul sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dimasukkan ke dalam kotak
suara dan pada bagian luar kotak suara ditempel label serta segel dan dikunci.
(4) KPPS Pilkades wajib menyerahkan kotak suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) kepada Panitia Pilkades pada hari dan tanggal Pemungutan Suara
dengan dilampiri berita acara serah terima hasil penghitungan suara.
(5) Penyerahan kotak suara kepada Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), diawasi oleh Panitia Pengawas dan Saksi dari Calon Kepala Desa.

Paragraf 5
Rekapitulasi Penghitungan Suara

Pasal 57

(1) Rekapitulasi Penghitungan Suara dilaksanakan oleh Panitia Pilkades dalam


rapat pleno di Balai Desa atau tempat yang ditentukan oleh Panitia Pilkades
pada hari dan tanggal yang sama dengan pemungutan suara dan penghitungan
suara di TPS.
(2) Panitia Pilkades melaksanakan rapat pleno untuk menentukan hasil
rekapitulasi penghitungan suara setelah menerima kotak suara tersegel dari
KPPS Pilkades yang dihadiri oleh Panitia Pengawas, KPPS Pilkades, calon
Kepala Desa atau kuasa yang ditunjuk oleh calon Kepala Desa dan BPD serta
disaksikan oleh para saksi dari masing-masing calon Kepala Desa.
(3) Setelah rekapitulasi penghitungan suara selesai, Panitia Pilkades membuat
berita acara rekapitulasi penghitungan suara serta menandatangani bersama-
sama saksi dan mengumumkan calon kepala desa terpilih.
(4) Rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara berurutan
dimulai dari TPS nomor 1 (satu) sampai dengan TPS nomor terakhir.
(5) Dalam hal saksi tidak menandatangani Berita Acara rekapitulasi penghitungan
suara sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Berita Acara penghitungan suara
tetap dinyatakan sah.
(6) Panitia Pilkades wajib menyimpan kotak suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) pada tempat yang memadai dan dapat dijamin keamanannya.

26
Bagian Kedua
Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara

Pasal 58
(1) Calon kepala desa yang dinyatakan terpilih yaitu calon yang memperoleh suara
terbanyak.
(2) Dalam hal calon yang memperoleh suara terbanyak lebih dari 1 (satu) orang,
maka calon kepala Desa yang dinyatakan terpilih yaitu Calon Kepala Desa yang
memperoleh suara terbanyak dan mendapatkan dukungan suara dari wilayah
perolehan suara yang lebih luas atau sebaran kemenangan TPS yang lebih
banyak.
(3) Dalam hal calon yang memperoleh suara terbanyak lebih dari 1 (satu) orang
dengan jumlah sebaran kemenangan TPS yang sama, maka calon terpilih
ditetapkan berdasarkan suara terbanyak pada TPS dengan jumlah pemilih
terbanyak.
(4) Panitia Pilkades mengumumkan Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
(5) Setelah Panitia Pilkades mengumumkan calon kepala desa terpilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) maka ketua panitia melaporkan hasil pemilihan kepala
desa kepada BPD paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah pemungutan suara.

BAB XII
PELAPORAN DAN PENETAPAN HASIL PILKADES

Pasal 59

(1) Panitia Pilkades menyampaikan laporan hasil Pilkades kepada BPD paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah pemungutan suara.
(2) BPD berdasarkan laporan hasil Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menetapkan Calon Kepala Desa terpilih dengan Keputusan BPD.
(3) BPD menyampaikan calon kepala desa terpilih berdasarkan suara terbanyak
dengan dilampiri dokumen laporan Panitia Pilkades dan Keputusan BPD
tentang calon Kepala Desa terpilih kepada Bupati melalui camat dengan
tembusan kepada kepala desa paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah
menerima laporan panitia.
(4) Bupati menetapkan pengesahan dan pengangkatan kepala desa dengan
Keputusan Bupati paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterima
laporan dari BPD sepanjang berkas lengkap dan tidak ada pengaduan
perselisihan hasil Pilkades yang masih harus diselesaikan.

BAB XIII
PENANGANAN PENGADUAN PELAKSANAAN PILKADES

Pasal 60
(1) Pengaduan terhadap Pelanggaran pada setiap tahapan Pilkades dilaporkan
kepada Panitia Pengawas Pilkades oleh Calon Kepala Desa, saksi atau
masyarakat desa setempat.

27
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis yang
berisi:
a. nama dan alamat pelapor;
b. waktu dan tempat kejadian perkara;
c. nama dan alamat pelanggar;
d. nama dan alamat saksi-saksi; dan
e. uraian kejadian.

Pasal 61

(1) Panitia Pengawas Pilkades mengkaji setiap laporan pengaduan yang diterima.
(2) Dalam hal laporan yang bersifat sengketa dan tidak mengandung unsur pidana,
diselesaikan oleh Panitia Pengawas Pilkades berkoordinasi dengan Panitia
Pilkades.
(3) Panitia Pengawas Pilkades memutuskan tindaklanjut laporan pengaduan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja
sejak laporan diterima.
(4) Dalam tahapan pemungutan suara, Pengaduan dari berbagai pihak di desa
mengenai pelanggaran pelaksanaan Pilkades disampaikan kepada Panitia
Pengawas Pilkades dan selanjutnya dikoordinasikan dengan Panitia Pilkades
untuk diselesaikan pada saat itu juga.
(5) Panitia Pengawas Pilkades menindaklanjuti laporan pengaduan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) melalui tahapan:
a. musyawarah untuk mencapai kemufakatan;
b. dalam hal tidak tercapai kesepakatan sebagaimana dimaksud pada huruf
a, Panitia Pengawas Pilkades membuat rekomendasi sebagai bahan
tindaklanjut.
(6) Dalam hal pengaduan permasalahan Pilkades tidak tercapai kesepakatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b dan direkomendasikan kepada
Bupati melalui Camat, maka Bupati wajib menyelesaikan perselisihan dalam
jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja.
(7) Dalam rangka menyelesaikan pengaduan permasalahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) Bupati menugaskan kepada Panitia Pemilihan
Kabupaten untuk menindaklanjuti pengaduan dimaksud.
(8) Dalam hal laporan yang bersifat sengketa mengandung unsur pidana,
penyelesaiannya diteruskan kepada aparat penyidik sesuai ketentuan yang
berlaku.
BAB XIV
PELANTIKAN KEPALA DESA

Pasal 62

(1) Bupati melantik calon kepala Desa terpilih paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak diterbitkan keputusan pengesahan dan pengangkatan Kepala Desa
dengan tata cara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam hal Bupati berhalangan dapat menunjuk pejabat lain untuk melantik
calon Kepala Desa terpilih.
(3) Pejabat lain yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah Wakil
Bupati atau Camat.

28
Pasal 63

(1) Sebelum memangku jabatannya, Kepala Desa terpilih bersumpah /


berjanji.
(2) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
“Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi
kewajiban saya selaku Kepala Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya,
dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan
mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara; dan bahwa saya akan
menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-
undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah, dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Pasal 64

(1) Pelantikan calon Kepala Desa terpilih dilaksanakan pada hari kerja.
(2) Apabila Calon Kepala Desa terpilih meninggal dunia sebelum dilaksanakan
pelantikan, maka Bupati menunjuk penjabat Kepala Desa sesuai peraturan
perundang-undangan.

BAB XV
PEMILIHAN KEPALA DESA ANTAR WAKTU

Pasal 65

(1) Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang diberhentikan karena meninggal
dunia, permintaan sendiri, atau diberhentikan lebih dari 1 (satu) tahun, BPD
segera menyelenggarakan Musyawarah Desa khusus untuk pelaksanaan
Pilkades antar waktu.
(2) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu mulai dari
penetapan calon, pemilihan calon, dan penetapan calon terpilih.
(3) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling
lama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak Kepala Desa
diberhentikan.
(4) Kepala Desa yang dipilih melalui Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) melaksanakan tugas Kepala Desa sampai habis sisa masa jabatan
Kepala Desa yang diberhentikan.

Bagian Kesatu
Persiapan Penyelenggaraan Musyawarah Desa

Paragraf 1
Pembentukan Panitia Pilkades

Pasal 66

(1) Sebelum penyelenggaraan musyawarah Desa khusus untuk pelaksanaan


pemilihan Kepala Desa antar waktu, BPD menyelenggarakan musyawarah
persiapan dalam rangka pemberitahuan dan sosialisasi paling lama dalam
jangka waktu 5 (lima) hari kerja terhitung sejak Kepala Desa diberhentikan.

29
(2) Dalam persiapan musyawarah Desa khusus untuk pelaksanaan Pilkades antar
waktu, BPD membentuk Panitia Pilkades antar waktu.
(3) Panitia Pilkades antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat
mandiri dan tidak memihak.
(4) Pembentukan Panitia Pilkades antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling lama dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak
Kepala Desa diberhentikan.

Pasal 67
(1) BPD membentuk Panitia Pilkades antar waktu yang terdiri dari unsur
Perangkat Desa, Pengurus Lembaga Kemasyarakatan dan Tokoh Masyarakat
yang ditetapkan dengan Keputusan BPD.
(2) Panitia Pilkades antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
keanggotaannya terdiri dari :
a. ketua ;
b. wakil ketua ;
c. sekretaris ;
d. wakil sekretaris;
e. bendahara; dan
f. anggota.
(3) Jumlah keanggotaan Panitia Pilkades antar waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) berjumlah ganjil paling sedikit 9 (sembilan) orang dan paling banyak 13
(tiga belas) orang, disesuaikan dengan kemampuan pembiayaan dari APB Desa.
(4) Apabila Ketua atau Anggota Panitia Pilkades antar waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), ada yang mencalonkan diri dalam Pilkades antar waktu
atau berhalangan tetap, maka yang bersangkutan harus mengundurkan diri/
diberhentikan dari Keanggotaan Panitia Pilkades antar waktu dan perubahan
susunan Panitia Pilkades antar waktu harus ditetapkan kembali oleh BPD.
(5) Panitia Pilkades antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4), sebelum
melaksanakan tugas wajib diangkat sumpah atau janji oleh BPD.

Paragraf 2
Biaya Pilkades

Pasal 68

(1) Biaya Pilkades antar waktu dibebankan dalam APB Desa.


(2) Panitia Pilkades antar waktu menyusun rencana anggaran biaya Pilkades antar
waktu meliputi:
a. belanja Musyawarah Desa;
b. kelengkapan peralatan lainnya;
c. honorarium Panitia; dan
d. biaya pelantikan.
(3) Pengajuan biaya Pilkades antar waktu dengan beban APB Desa oleh Panitia
Pilkades antar waktu kepada Penjabat Kepala Desa paling lama dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak Panitia Pilkades terbentuk.
(4) Pemberian persetujuan biaya Pilkades antar waktu oleh Penjabat Kepala Desa
paling lama dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak
diajukan oleh Panitia Pilkades antar waktu.

30
Paragraf 3
Pencalonan

Pasal 69

(1) Panitia Pilkades antar waktu melaksanakan pengumuman dan pendaftaran


bakal calon Kepala Desa kepada masyarakat dalam jangka waktu 15 (lima
belas) hari kerja untuk melakukan pendaftaran bakal calon sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang bakal calon dan paling banyak 3 (tiga) orang calon.
(2) Jika dalam masa pendaftaran Panitia belum memperoleh bakal calon
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka panitia membuka kembali
pendaftaran bakal calon selama 20 (dua puluh) hari kerja.

Pasal 70

(1) Penelitian kelengkapan persyaratan administrasi bakal calon oleh Panitia


Pilkades antarwaktu dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja.
(2) Penelitian kelengkapan persyaratan administrasi bakal calon meliputi:
a. surat keterangan bukti sebagai warga negara Indonesia dari pejabat pada
SKPD yang membidangi kependudukan dan pencatatan sipil;
b. surat pernyataan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dibuat oleh
yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai cukup;
c. surat pernyataan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, mempertahankan
dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
Bhinneka Tunggal Ika, yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas
segel atau bermeterai cukup;
d. foto copy ijazah pendidikan formal dari tingkat dasar sampai dengan ijazah
terakhir yang dilegalisasi oleh pejabat berwenang atau surat keterangan
keabsahan dari pejabat yang berwenang;
e. foto copy akta kelahiran atau surat keterangan kenal lahir yang dilegalisir
oleh pejabat berwenang;
f. surat pernyataan bersedia dicalonkan menjadi kepala Desa yang dibuat
oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai cukup;
g. kartu tanda penduduk dan surat keterangan bertempat tinggal paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran dari rukun tetangga/rukun
warga dan kepala Desa setempat;
h. surat keterangan dari ketua pengadilan bahwa tidak pernah dijatuhi
pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih;
i. surat keterangan dari ketua pengadilan negeri bahwa tidak sedang dicabut
hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai
hukum tetap;
j. surat keterangan catatan kepolisian dari Kepolisian Resort Semarang.
k. surat keterangan berbadan sehat yang dari Rumah Sakit Umum Daerah;
l. surat izin tertulis dari pejabat pembina kepegawaian bagi PNS;
m. surat cuti mengikuti pencalonan dari Camat bagi Kepala Desa dan anggota
BPD;
n. surat cuti mengikuti pencalonan dari Kepala Desa bagi Perangkat Desa;
o. surat keterangan lolos butuh dari pimpinan institusi yang bersangkutan
bagi anggota TNI/Polri;

31
p. surat pernyataan untuk mentaati tata tertib pelaksanaan pemilihan kepala
desa;
q. surat pernyataan tidak memberikan dan/atau menjanjikan sesuatu, baik
langsung maupun tidak langsung dengan nama atau dalih apapun dalam
usaha untuk memenangkan dirinya dalam pemilihan;
r. surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai calon Kepala
Desa yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau
bermeterai cukup; dan
s. surat keterangan dari pemerintah daerah kabupaten atau Kabupaten/
Kota lain dan surat pernyataan dari yang bersangkutan bahwa tidak
pernah menjadi kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan.
(3) Terhadap dokumen yang dijadikan persyaratan administrasi bakal calon
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan Klarifikasi faktual oleh
Panitia Pilkades kepada lembaga atau institusi yang mengeluarkan dokumen.
(4) Hasil klarifikasi faktual sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa berita
acara dan surat keterangan keabsahan atas dokumen yang diklarifikasi.

Pasal 71

Penetapan calon Kepala Desa antarwaktu oleh Panitia Pilkades antarwaktu paling
sedikit 2 (dua) orang calon dan paling banyak 3 (tiga) orang calon yang dimintakan
pengesahan musyawarah Desa untuk ditetapkan sebagai calon yang berhak dipilih
dalam musyawarah Desa.

Bagian Kedua
Penyelenggaraan Musyawarah Desa

Pasal 72

(1) Musyawarah Desa khusus untuk pelaksanaan Pilkades antarwaktu diikuti oleh
BPD, unsur Pemerintah Desa, Panitia Pilkades antarwaktu, Pengurus Lembaga
Kemasyarakatan.
(2) Peserta musyawarah desa yang mempunyai hak pilih terdiri dari :
a. seluruh anggota BPD;
b. 1 (satu) orang unsur LKMD atau yang mewakili;
c. Ketua RW atau yang mewakili ;
d. Ketua RT atau yang mewakili;
e. Ketua PKK Tingkat Desa atau yang mewakili;
f. Ketua Karang Taruna/unsur pemuda atau yang mewakili;
(3) Bagi peserta Musyawarah Desa yang mempunyai hak pilih akan tetapi tidak
hadir, maka hak pilihnya dianggap gugur dan menyetujui hasil pelaksanaan
Pilkades antarwaktu.
(4) Penyelenggaraan musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipimpin oleh Ketua BPD yang teknis pelaksanaan pemilihannya dilakukan oleh
Panitia Pilkades antarwaktu.

Paragraf 1
Persiapan Pelaksanaan Pilkades antarwaktu

Pasal 73

(1) Ketua Panitia Pilkades antarwaktu menyampaikan laporan hasil pelaksanaan


pengumuman dan pendaftaran bakal Calon Kepala Desa kepada peserta
musyawarah Desa.

32
(2) Bakal Calon Kepala Desa yang dinyatakan lolos penelitian kelengkapan
persyaratan administrasi dan klarifikasi oleh Panitia Pilkades antarwaktu,
dilakukan pengesahan dalam musyawarah Desa untuk ditetapkan sebagai
calon yang berhak dipilih dalam musyawarah Desa.
(3) Pengesahan calon kepala Desa yang berhak dipilih oleh musyawarah Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melalui musyawarah mufakat atau
melalui pemungutan suara.
(4) Hasil pengesahan calon Kepala Desa yang berhak dipilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dimuat dalam berita acara.

Paragraf 2
Pelaksanaan Pemilihan

Pasal 74

(1) Ketua Panitia Pilkades antarwaktu meminta kepada peserta Musyawarah Desa
untuk menyepakati pelaksanaan pemilihan calon Kepala Desa melalui
mekanisme musyawarah mufakat atau melalui pemungutan suara.
(2) Hasil kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimuat dalam berita
acara kesepakatan pelaksanaan pemilihan calon Kepala Desa.
(3) Berdasarkan hasil kesepakatan peserta musyawarah Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), maka Ketua Panitia Pilkades antarwaktu menjelaskan
teknis pelaksanaan pemilihannya kepada peserta Musyawarah Desa.

Pasal 75

Dalam hal Pelaksanaan pemilihan calon Kepala Desa oleh Panitia Pilkades
antarwaktu dilakukan melalui mekanisme musyawarah mufakat atau melalui
pemungutan suara yang telah disepakati oleh musyawarah desa, maka Ketua
Panitia Pilkades antarwaktu menyampaikan calon Kepala Desa kepada peserta
Musyawarah Desa untuk ditetapkan salah satu calon Kepala Desa menjadi Kepala
Desa antarwaktu.

Pasal 76

(1) Dalam hal Pelaksanaan pemilihan calon kepala Desa oleh Panitia Pilkades
antarwaktu melalui mekanisme pemungutan suara yang disepakati oleh
musyawarah Desa, maka ketua Panitia Pilkades antarwaktu melakukan
pemungutan suara calon Kepala Desa kepada peserta Musyawarah Desa.
(2) Hasil pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya
dilakukan penghitungan suara masing-masing calon Kepala Desa.
(3) Calon kepala desa yang dinyatakan terpilih adalah calon yang mendapatkan
perolehan suara terbanyak.
(4) Dalam hal terdapat calon kepala desa yang mendapatkan perolehan suara
terbanyak sama, maka dilaksanakan pemungutan suara ulang.
(5) Hasil pemungutan dan perhitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), dimuat dalam berita acara.

33
Pasal 77
(1) Berdasarkan hasil pemilihan calon Kepala Desa oleh Panitia Pilkades
antarwaktu melalui mekanisme musyawarah mufakat atau melalui
pemungutan suara, Ketua Panitia Pilkades antarwaktu melaporkan hasilnya
kepada Musyawarah Desa.
(2) Setelah Pelaporan hasil pemilihan calon kepala Desa oleh Panitia Pilkades
kepada musyawarah Desa selesai, selanjutnya dilakukan pengesahan calon
terpilih oleh musyawarah Desa dengan cara masing-masing peserta
Musyawarah Desa membubuhkan tanda tangan pada berita acara hasil
pemilihan calon Kepala Desa.
(3) Dalam hal ada peserta musyawarah tidak bersedia membubuhkan tanda
tangan pada berita acara hasil pemilihan calon kepala desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), maka hasil pemilihan calon kepala desa tetap sah.

Paragraf 3
Laporan Hasil Musyawarah Desa
Pasal 78
(1) Panitia Pilkades antarwaktu menyampaikan hasil pemilihan kepala Desa
melalui musyawarah Desa kepada BPD dalam jangka waktu paling lama 7
(tujuh) hari kerja setelah musyawarah Desa mengesahkan calon kepala Desa
terpilih.
(2) Pelaporan calon kepala Desa terpilih hasil musyawarah Desa oleh ketua BPD
kepada Bupati paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima laporan dari
Panitia Pilkades antarwaktu.

Bagian Ketiga
Pengesahan dan Pelantikan Kepala Desa Antarwaktu
Pasal 79
(1) Bupati menerbitkan keputusan mengenai pengesahan dan pengangkatan calon
Kepala Desa terpilih paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya
laporan dari BPD.
(2) Bupati melantik calon kepala Desa terpilih paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak diterbitkan keputusan pengesahan dan pengangkatan kepala Desa
dengan tata cara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal Bupati berhalangan dapat menunjuk pejabat lain untuk melantik
calon Kepala Desa terpilih.
(4) Pejabat lain yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah Wakil
Bupati atau Camat.

Pasal 80
(1) Sebelum memangku jabatannya, Kepala Desa terpilih bersumpah/berjanji.
(2) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
“Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi
kewajiban saya selaku Kepala Desa dengan sebaikbaiknya, sejujur-jujurnya,
dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan
mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara; dan bahwa saya akan
menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-
undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah, dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

34
BAB XVI
PEMBIAYAAN PILKADES

Pasal 81
(1) Biaya Pilkades serentak bersumber dari :
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten; dan
b. dana bantuan dari APB Desa;
(2) Biaya Pilkades antarwaktu melalui musyawarah desa dibebankan pada
APB Desa.

Pasal 82
(1) Biaya Pilkades yang bersumber dari APBD Kabupaten sebagaimana dimaksud
pada Pasal 81 ayat (1) huruf a dipergunakan antara lain untuk :
a. pengadaan surat suara;
b. pengadaan kotak suara;
c. pengadaan kelengkapan peralatan lainnya;
d. honorarium panitia; dan
e. biaya pelantikan.
(2) Pengadaan kelengkapan peralatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c antara lain :
a. sewa tenda;
b. sewa meja dan kursi;
c. sewa sound sistem;
d. biaya foto copy;
e. biaya alat tulis kantor; dan
f. peralatan lainnya.
(3) Honorarium panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d adalah
honorarium yang diberikan secara bulanan, didalamnya sudah termasuk
pembiayaan untuk sidang, rapat dan perjalanan dinas yang dilakukan oleh
Panitia selama pelaksanaan Pilkades.

Pasal 83

(1) Dana bantuan dari Angaran Pendapatan dan Belanja Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 80 ayat (1) huruf b dipergunakan untuk kebutuhan
pada pelaksanaan pemungutan suara dan kebutuhan lain yang belum diang-
garkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten.
(2) Kebutuhan pada pelaksanaan pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) antara lain :
a. biaya keamanan;
b. biaya dokumentasi; dan
c. biaya makan dan minum panitia/petugas.

Pasal 84

(1) Panitia Pilkades menyusun Rencana Anggaran Biaya pemilihan meliputi:


a. pengadaan surat suara;
b. kotak suara;
c. kelengkapan peralatan lainnya;
d. honorarium Panitia Pemilihan, KPPS dan Panitia Pengawas;
e. biaya keamanan;
f. biaya dokumentasi; dan
g. biaya makan dan minum panitia/petugas.

35
(2) Rencana anggaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada
Bupati melalui Camat dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja setelah dilantiknya Panitia Pilkades.
(3) Rencana anggaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman
pada pagu APBD dan APB Desa.

Pasal 85

(1) Pengajuan rencana anggaran biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat
(2), Bupati melakukan verifikasi terhadap kesesuaian standar kebutuhan biaya.
(2) Dalam hal melaksanakan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bupati dibantu oleh Panitia Pemilihan Kabupaten.
(3) Persetujuan biaya pemilihan dari Bupati dalam jangka waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari kerja sejak diajukan oleh Panitia Pilkades.

BAB XVII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 86

Ketentuan mengenai contoh format yang diperlukan dalam proses penyelenggaraan


pilkades tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Bupati ini.

BAB XVIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 87

(1) Tahapan pelaksanaan Pilkades serentak dilaksanakan setelah Peraturan Bupati


ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.
(2) Dalam hal Kepala desa diberhentikan oleh Bupati sebelum pelaksanaan
pilkades serentak, Bupati mengangkat penjabat kepala desa dari Pegawai Negeri
Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah sampai dengan dilantiknya Kepala Desa
definitif hasil Pilkades serentak.
(3) Pilkades antarwaktu baru dapat dilaksanakan setelah adanya Kepala Desa hasil
pilkades serentak yang diberhentikan dan memiliki sisa masa jabatan lebih dari
1 (satu) tahun.

36
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 88

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati


ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Semarang.

Ditetapkan di Ungaran
pada tanggal

Pj. BUPATI SEMARANG,

TTD

SUJARWANTO DWIATMOKO

Diundangkan di Ungaran
pada Tanggal

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN SEMARANG,

TTD

GUNAWAN WIBISONO

BERITA DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016 NOMOR 7

37

Anda mungkin juga menyukai