TENTANG
BUPATI SEMARANG,
1
5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang
Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor
25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3079);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang
Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Salatiga Dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor
114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3500);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang – Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014
tentang Pemilihan Kepala Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2092 );
9. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 3 Tahun
2015 tentang Pemilihan Kepala Desa (Lembaran Daerah
Kabupaten Semarang Tahun 2015 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 3);
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Semarang.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Semarang.
3. Bupati Semarang yang selanjutnya disebut Bupati adalah Kepala Daerah
Kabupaten Semarang.
4. Kecamatan adalah bagian wilayah dari daerah Kabupaten yang dipimpin oleh
Camat.
5. Camat adalah Unsur Perangkat Daerah sebagai Kepala Kecamatan di
Kabupaten Semarang.
2
6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa.
9. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga
yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil
dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokratis.
10. Lembaga Kemasyarakatan Desa adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dalam
memberdayakan masyarakat.
11. Pemilihan kepala desa yang selanjutnya disebut Pilkades adalah
pelaksanaan kedaulatan rakyat di desa dalam rangka memilih kepala desa
yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
12. Musyawarah Desa adalah musyawarah yang diselenggarakan oleh BPD khusus
untuk pemilihan Kepala Desa antarwaktu.
13. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD.
14. Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang,
tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan
melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
15. Penjabat Kepala Desa adalah seorang pejabat yang diangkat oleh Bupati
untuk melaksanakan tugas, hak dan wewenang serta kewajiban kepala desa
dalam kurun waktu tertentu.
16. Dusun adalah bagian wilayah dalam desa yang merupakan lingkungan kerja
pelaksana Pemerintah Desa.
17. Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Desa yang selanjutnya disebut
Panitia Pilkades adalah Panitia yang dibentuk oleh BPD untuk
menyelenggarakan proses pemilihan kepala desa.
18. Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Kabupaten yang selanjutnya disebut
Panitia Pemilihan Kabupaten adalah panitia yang dibentuk Bupati pada
tingkat kabupaten dalam mendukung pelaksanaan pemilihan kepala desa.
19. Bakal Calon Kepala Desa adalah warga desa setempat yang telah mendaftarkan
diri kepada Panitia Pilkades pada tahap penjaringan.
20. Calon kepala desa adalah bakal calon kepala desa yang telah ditetapkan oleh
Panitia Pilkades pada tahap penyaringan sebagai calon yang berhak dipilih
menjadi kepala desa.
21. Calon kepala desa terpilih adalah calon kepala desa yang memperoleh
suara terbanyak dalam pelaksanaan Pilkades.
22. Penjaringan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh Panitia Pilkades untuk
mendapatkan Bakal Calon Kepala Desa dari warga desa setempat.
23. Penyaringan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh Panitia Pilkades untuk
mendapatkan Calon Kepala Desa dari Bakal Calon Kepala Desa.
3
24. Penduduk desa adalah warga masyarakat desa setempat atau pendatang yang
telah memiliki atau mempunyai surat resmi dari pejabat yang berwenang untuk
tinggal di desa setempat.
25. Pemilih adalah penduduk desa yang bersangkutan dan telah memenuhi
persyaratan untuk menggunakan hak pilih dalam Pilkades.
26. Daftar Pemilih Sementara yang selanjutnya disebut DPS adalah daftar
pemilih yang disusun berdasarkan data Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum
terakhir yang telah diperbaharui dan dicek kembali atas kebenarannya
serta ditambah dengan pemilih baru.
27. Daftar Pemilih Tambahan adalah daftar pemilih yang disusun berdasarkan
usulan dari pemilih karena yang bersangkutan belum terdaftar dalam Daftar
Pemilih Sementara.
28. Daftar Pemilih Tetap yang selanjutnya disebut DPT adalah daftar pemilih
yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagai dasar penentuan identitas
pemilih dan jumlah pemilih dalam Pilkades.
29. Petugas Pemutahiran Data Pemilih yang selanjutnya disingkat Pantarlih adalah
adalah petugas yang dibentuk oleh Panitia Pilkades untuk melakukan
pendaftaran dan pemutakhiran data pemilih.
30. Kampanye adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh calon kepala desa
untuk meyakinkan para pemilih dalam rangka mendapatkan dukungan.
31. Tempat Pemungutan Suara, selanjutnya disingkat TPS, adalah tempat
dilaksanakannya pemungutan suara.
32. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Pilkades yang selanjutnya
disingkat KPPS Pilkades adalah kelompok yang dibentuk oleh Panitia Pilkades
untuk menyelenggarakan pemungutan dan penghitungan suara di tempat
pemungutan suara.
33. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD
adalah rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.
34. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yang selanjutnya disingkat APB Desa
adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
4
l. pelantikan kepala desa ;
m. pilkades antarwaktu; dan
n. pembiayaan pilkades.
BAB III
WAKTU PELAKSANAAN PILKADES
Pasal 3
BAB IV
KEPANITIAAN PILKADES
Bagian Kesatu
Panitia Pemilihan Kabupaten
Pasal 4
(1) Bupati berdasarkan kondisi akhir masa jabatan Kepala Desa, jumlah Desa dan
kemampuan biaya Pilkades yang dibebankan pada APBD, mempersiapkan
Pilkades secara serentak.
(2) Dalam hal persiapan Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati
membentuk Panitia Pemilihan Kabupaten yang di tetapkan dengan Keputusan
Bupati paling lambat 5 (lima) bulan sebelum pelaksanaan pemungutan suara.
(3) Panitia pemilihan Kabupaten sebagaimana dimaksud ayat (2) melibatkan unsur
Satuan Kerja Perangkat Daerah dan instansi yang terkait.
(4) Keanggotaan Panitia Pemilihan Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dengan susunan keanggotaan sebagai berikut :
a. Ketua;
b. Wakil Ketua;
c. Sekretaris; dan
d. Anggota.
Pasal 5
5
c. pendampingan dalam rapat panitia Pengawas Pilkades, Panitia Pemilihan dan
KPPS; pembentukan, pengambilan sumpah dan pelantikan serta
pembekalan panitia Pilkades;
d. pendampingan dalam penyusunan jadwal rangkaian pelaksanaan, TPS, RAB
Pilkades dan Tata tertib Pilkades;
e. pendampingan dalam kampanye dialogis;
f. pemantauan malam jelang dan pelaksanaan pemungutan suara;
g. ikut serta dalam penyelenggaraan keamanan dan ketertiban; dan
h. tugas lain yang berhubungan dengan pelaksanaan Pilkades di wilayah
Kecamatan.
(4) Biaya yang timbul sebagai akibat dibentuknya kelompok kerja Kecamatan
dibebankan pada APBD.
Bagian Kedua
Panitia Pilkades
Pasal 6
6
Pasal 7
(1) Masa jabatan Panitia Pilkades adalah terhitung sejak ditetapkan oleh BPD
sampai dengan dilantiknya Kepala Desa.
(2) Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), mempunyai
tugas:
a. merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan, mengawasi dan
mengendalikan semua tahapan pelaksanaan Pilkades;
b. menetapkan jadwal dan tata tertib pelaksanaan Pilkades;
c. merencanakan dan mengajukan biaya Pilkades kepada Bupati melalui
Camat;
d. memperlakukan peserta Pilkades secara adil dan setara;
e. bersikap profesional dan netral dalam penyelenggaraan Pilkades.
f. melakukan pendaftaran dan penetapan pemilih;
g. mengadakan penjaringan bakal calon kepala desa, meliputi kegiatan :
1. mengumumkan lowongan jabatan Kepala Desa;
2. menerima berkas pendaftaran pencalonan.
h. melaksanakan penyaringan calon Kepala Desa, meliputi kegiatan :
1. meneliti persyaratan administrasi Calon Kepala Desa;
2. meneliti keabsahan, keaslian dan/atau asal usul persyaratan
administrasi Calon Kepala Desa; dan
3. mengajukan usulan pelaksanaan seleksi tambahan kepada Panitia
Pemilihan Kabupaten dalam hal Bakal Calon Kepala Desa lebih dari 5
(lima) orang.
i. menerima hasil tes seleksi tertulis bakal calon Kepala Desa dari Tim
independen dalam hal Bakal Calon Kepala Desa lebih dari 5 (lima) orang;
j. menetapkan calon yang telah memenuhi persyaratan;
k. melakukan undian dan menetapkan nomor urut calon bagi Calon Kepala
Desa yang berhak dipilih;
l. mengumumkan nama-nama calon Kepala Desa yang berhak dipilih, kepada
masyarakat di tempat umum yang mudah di akses sesuai dengan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat;
m. menetapkan jumlah, lokasi, bentuk, dan tata letak TPS;
n. membentuk KPPS Pilkades pada tiap TPS;
o. memfasilitasi penyediaan peralatan, perlengkapan dan TPS;
p. menyelenggarakan pemungutan suara;
q. menetapkan hasil rekapitulasi penghitungan suara dan mengumumkan
hasil pemilihan;
r. mengambil keputusan apabila timbul permasalahan;
s. membuat Berita Acara Pilkades;
t. melakukan evaluasi pelaksanaan Pilkades; dan
u. melaporkan pelaksanaan proses Pilkades kepada BPD.
(3) Ketua Panitia Pilkades dapat meminta bantuan kepada petugas keamanan
untuk menghimbau, menegur dan mengatur dan/ atau memberikan tindakan
hukum terhadap seseorang atau sekelompok orang atau masyarakat, yang
secara sengaja mangganggu kelancaran proses pemungutan dan penghitungan
suara.
(4) Panitia Pilkades dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada BPD.
7
Bagian Ketiga
KPPS PILKADES
Pasal 8
(1) Dalam hal pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara Pilkades di tiap
TPS dibentuk KPPS Pilkades.
(2) KPPS Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Ketua Panitia Pilkades atas persetujuan BPD.
(3) Anggota KPPS Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebanyak 7 (tujuh)
orang, terdiri atas unsur lembaga kemasyarakatan dan masyarakat setempat.
(4) Susunan KPPS Pilkades berdasarkan hasil musyawarah terdiri dari:
a. Ketua;
b. Sekretaris; dan
c. Anggota;
BAB V
PANITIA PENGAWAS PILKADES
Pasal 9
8
Pasal 10
BAB VI
PENDATAAN PEMILIH
Bagian Kesatu
Daftar Pemilih
Pasal 11
(2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftar oleh Panitia Pilkades
dalam Daftar Pemilih.
Pasal 12
9
(2) Panitia Pilkades melakukan koordinasi teknis dengan SKPD yang menangani
kependudukan dan / atau Komisi Pemilihan Umum Daerah yang difasilitasi
oleh Pemerintah Desa dan Kecamatan untuk mendapatkan data kependudukan
Desa setempat sebagai dasar untuk data pemilih.
(3) Data Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dimutakhirkan
oleh Panitia Pilkades menjadi data Pemilih berbasis Dusun atau wilayah
pemilihan.
(4) Hasil penyusunan daftar pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimuat
dalam berita acara penyusunan daftar Pemilih.
Bagian Kedua
Pemutakhiran Daftar Pemilih
Pasal 13
Pasal 14
(1) Tugas Panitia Pilkades dalam persiapan Pemutakhiran Data Pemilih meliputi:
a. melaksanakan sosialisasi Pemutakhiran Data Pemilih di tingkat desa dan
memberikan supervisi serta membantu Pantarlih dalam melakukan
verifikasi faktual;
b. membentuk TPS berbasis dusun atau wilayah pemilihan ke dalam data
pemilih dengan mempertimbangkan kondisi geografis dan administrasi
wilayah dalam dusun atau wilayah pemilihan yang telah ditetapkan;
c. menyerahkan data Pemilih berbasis TPS, formulir pemutakhiran, dan alat
kelengkapan lainnya kepada Pantarlih paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak
ditetapkannya hasil penyusunan daftar pemilih.
(2) Tugas Pantarlih dalam Pemutakhiran Data Pemilih meliputi:
a. sebelum melakukan verifikasi faktual, Pantarlih melakukan koordinasi
dengan Ketua Rukun Tetangga (RT)/ Rukun Warga (RW) dan tokoh
masyarakat setempat;
b. Pantarlih setelah menerima data Pemilih berbasis TPS, melakukan
verifikasi faktual data pemilih dengan cara mendatangi Pemilih secara
langsung;
10
c. kegiatan verifikasi faktual dilakukan untuk memperbaiki data Pemilih,
meliputi:
1. mencatat Pemilih yang telah memenuhi syarat, tetapi belum terdaftar
dalam data Pemilih;
2. memperbaiki data Pemilih jika terdapat kesalahan;
3. mencoret Pemilih yang telah meninggal;
4. mencoret Pemilih yang telah pindah domisili ke desa dan/atau daerah
lain;
5. mencoret Pemilih yang telah berubah status dari status sipil menjadi
status anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI)/ Kepolisian Republik
Indonesia (Polri);
6. mencoret Pemilih yang belum genap berumur 17 (tujuh belas) tahun
dan belum kawin/menikah pada tanggal pemungutan suara; dan
7. mencoret data Pemilih yang telah dipastikan tidak ada keberadaannya
setelah mendapat persetujuan Rukun Tetangga (RT) setempat.
d. pemilih yang telah memenuhi syarat tetapi belum terdaftar dalam data
Pemilih sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 1 dicatat di dalam
formulir Data Pemilih baru.
e. dalam melakukan pencoretan, perbaikan, maupun mencatat Data Pemilih
baru, Pantarlih harus mendasarkan pada identitas kependudukan yang
dimiliki oleh Pemilih, keterangan kepala atau anggota keluarga dan/atau
keterangan pengurus Rukun Tetangga (RT)/ Rukun Warga (RW) setempat.
f. Pantarlih mengisi, memverifikasi, dan menandatangani Pemutakhiran Data
Pemilih di rumah pemilih.
Bagian Ketiga
DPS
Pasal 15
Pasal 16
11
(2) Panitia Pilkades mengumumkan DPS selama 3 (tiga) hari kalender untuk
mendapatkan masukan dan tanggapan dari masyarakat dan/atau Calon Kepala
Desa.
(3) Panitia Pilkades melakukan verifikasi keabsahan masukan dan tanggapan dari
masyarakat dan/atau calon Kepala Desa untuk dimasukan menjadi DPS.
Pasal 17
(1) Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2), pemilih
atau anggota keluarga dapat mengajukan usul perbaikan mengenai penulisan
nama dan/atau identitas lainnya.
(2) Selain usul perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemilih atau
anggota keluarga dapat memberikan informasi yang meliputi:
a. pemilih yang terdaftar sudah meninggal dunia;
b. pemilih sudah tidak berdomisili di desa tersebut;
c. pemilih yang sudah nikah di bawah umur 17 (tujuh belas) tahun; atau
d. pemilih yang sudah terdaftar tetapi sudah tidak memenuhi syarat sebagai
pemilih.
(3) Apabila usul perbaikan dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diterima, Panitia Pilkades segera mengadakan perbaikan DPS.
Pasal 18
(1) Pemilih yang belum terdaftar, secara aktif melaporkan kepada Panitia Pilkades
melalui pengurus Rukun Tetangga (RT)/ Rukun Warga (RW);
(2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftar sebagai pemilih
tambahan;
(3) Pencatatan data pemilih tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilaksanakan paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak pengumuman DPS
berakhir.
Pasal 19
(1) Daftar pemilih tambahan diumumkan oleh Panitia Pilkades pada tempat-tempat
yang mudah dijangkau, diketahui dan dibaca oleh masyarakat.
(2) Jangka waktu pengumuman daftar pemilih tambahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilaksanakan selama 3 (tiga) hari kalender terhitung sejak
berakhirnya jangka waktu penyusunan Daftar pemilih tambahan.
Bagian Keempat
DPT
Pasal 20
(1) Hasil DPS yang sudah diperbaiki dan daftar pemilih tambahan disusun oleh
Panitia Pilkades sebagai DPT.
(2) Panitia Pilkades menyusun DPT dibantu oleh Pantarlih paling lama 7 (tujuh)
hari kerja sejak berakhirnya jangka waktu pengumuman daftar pemilih
tambahan berakhir.
12
(3) Penetapan DPT dilakukan dalam rapat Panitia Pilkades yang dituangkan dalam
berita acara yang ditandatangani oleh Ketua beserta Anggota Panitia Pemilihan
dengan disaksikan BPD dan unsur Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan.
(4) DPT yang sudah disahkan oleh Panitia Pilkades tidak dapat diubah, kecuali ada
pemilih yang meninggal dunia, panitia Pilkades membubuhkan catatan dalam
daftar pemilih tetap pada kolom keterangan "meninggal dunia".
Pasal 21
BAB VII
PENJARINGAN BAKAL CALON KEPALA DESA, PENYARINGAN DAN SELEKSI
TAMBAHAN CALON KEPALA DESA
Bagian Kesatu
Penjaringan Bakal Calon Kepala Desa
Pasal 22
Penjaringan Bakal Calon Kepala Desa dalam rangka Pilkades dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut :
a. panitia Pilkades melaksanakan pengumuman dan pendaftaran Bakal Calon
Kepala Desa kepada masyarakat selama 9 (sembilan) hari kerja untuk
melakukan pendaftaran bakal calon yang memenuhi persyaratan paling sedikit
2 (dua) orang bakal calon.
b. dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada huruf a kurang dari 2 (dua) orang, Panitia Pilkades memperpanjang waktu
pendaftaran paling lama 20 (dua puluh) hari kerja;
c. dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan tetap kurang dari 2 (dua)
orang setelah perpanjangan waktu pendaftaran sebagaimana dimaksud pada
huruf b, Panitia Pilkades melaporkan Kepada Panitia Pemilihan Kabupaten;
d. Bupati berdasarkan laporan dari Panitia Pemilihan Kabupaten menunda
pelaksanaan Pilkades sampai dengan Pilkades serentak gelombang berikutnya;
dan
e. apabila dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud pada huruf d masa
jabatan Kepala Desa berakhir, Bupati mengangkat penjabat Kepala Desa dari
Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Kabupaten.
13
Bagian Kedua
Penyaringan Calon Kepala Desa
Paragraf 1
Seleksi Calon
Pasal 23
(1) Seleksi Calon Kepala Desa meliputi:
a. penelitian kelengkapan persyaratan administrasi;
b. klarifikasi faktual;
c. Seleksi tambahan / tes tertulis kemampuan dasar dalam hal bakal calon
lebih dari 5 (lima) orang; dan
d. penetapan dan pengumuman nama calon.
(2) Seleksi sebagai dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam jangka waktu
paling lama 20 (dua puluh) hari kerja.
Pasal 24
14
p. surat pernyataan untuk mentaati tata tertib pelaksanaan Pilkades;
q. surat pernyataan tidak memberikan dan/atau menjanjikan sesuatu, baik
langsung maupun tidak langsung dengan nama atau dalih apapun dalam
usaha untuk memenangkan dirinya dalam pemilihan;
r. surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai calon Kepala
Desa yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau
bermeterai cukup; dan
s. surat keterangan dari pemerintah daerah kabupaten atau kabupaten/ kota
lain dan surat pernyataan dari yang bersangkutan bahwa tidak pernah
menjadi Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan.
(2) BPD dan/ atau Ketua Lembaga Kemasyarakatan Desa yang mencalonkan diri
sebagai Kepala Desa, jika terpilih menjadi Kepala Desa harus mundur.
Pasal 25
(1) Terha dap dokumen yang dijadikan persyaratan administrasi calon, dapat
dilakukan klarifikasi faktual oleh Panitia Pilkades kepada lembaga atau
institusi yang mengeluarkan dokumen.
(2) Hasil klarifikasi faktual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa berita
acara dan surat keterangan keabsahan atas dokumen yang diklarifikasi.
Paragraf 2
Seleksi Tambahan
Pasal 26
(1) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (1) lebih dari 5 (lima) orang, panitia pemilihan melaporkan
kepada Panitia Pemilihan Kabupaten untuk dilakukan seleksi tambahan.
(2) Seleksi tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
pihak independen dengan menggunakan kriteria pengalaman bekerja di
lembaga pemerintahan, tingkat pendidikan, usia dan tes tertulis kemampuan
dasar.
(3) Pihak independen sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah perguruan
tinggi.
(4) Panitia Pemilihan Kabupaten membuat perjanjian kerjasama dengan pihak
independen sebelum menyelenggarakan seleksi tambahan.
(5) Pihak independen mengeluarkan hasil seleksi tambahan yang menjadi dasar
bagi Panitia Pilkades dalam penetapan calon kepala desa.
Paragraf 3
Penetapan Calon Kepala Desa
Pasal 27
(1) Dalam hal bakal calon kepala desa yang memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) berjumlah paling sedikit 2 (dua) orang dan
paling banyak 5 (lima) orang, panitia pemilihan menetapkan bakal calon kepala
desa menjadi calon kepala desa.
(2) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (1) lebih dari 5 (lima) orang, maka panitia Pilkades
menetapkan 5 (lima) orang calon kepala desa yang mendapatkan urutan nilai
tertinggi dalam seleksi tambahan.
15
Pasal 28
(1) Penetapan nomor urut calon kepala desa dilaksanakan paling lambat 40 (empat
puluh) hari sebelum pelaksanaan pemungutan suara.
(2) Panitia Pilkades setelah menetapkan calon kepala desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27, segera mengadakan rapat untuk menetapkan nomor urut calon
kepala desa dengan dilengkapi Berita Acara.
(3) Calon kepala desa dan telah ditetapkan nomor urut calon kepala desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diumumkan kepada masyarakat Desa
sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Desa, paling lambat 3 (tiga)
hari kalender sejak tanggal ditetapkan.
Pasal 29
(1) Calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dilarang
mengundurkan diri kecuali berhalangan tetap.
(2) Bagi Calon Kepala Desa yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sehingga mengakibatkan Pilkades ditunda pelaksanaannya dikenakan
sanksi yang diatur lebih lanjut dengan tata tertib Pilkades oleh Panitia Pilkades.
(3) Dalam hal calon kepala desa berhalangan tetap sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), maka pelaksanaan Pilkades tetap dilanjutkan dengan ketentuan calon
kepala desa paling sedikit 2 (dua) orang.
(4) Dalam hal calon kepala desa berhalangan tetap sebagai
mana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaksanaan Pilkades ditunda
pelaksanaannya dengan ketentuan calon Kepala Desa kurang dari 2 (dua)
orang.
Pasal 30
(1) Calon kepala desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dapat menunjuk 1
(satu) orang saksi pada tiap TPS dalam mengikuti tahapan pemungutan suara.
(2) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mentaati segala ketentuan
yang telah ditetapkan oleh Panitia Pilkades.
BAB VIII
PENGADAAN SERTA PENDISTRIBUSIAN PERLENGKAPAN PEMUNGUTAN DAN
PENGHITUNGAN SUARA
Bagian Kesatu
Pengadaan Perlengkapan
Pasal 31
16
d. formulir sesuai ketentuan;
e. tinta;
f. sampul kertas;
g. segel;
h. bilik suara;
i. alat dan alas untuk mencoblos pilihan;
j. stiker identitas kotak suara;
k. label kotak suara;
l. tanda pengenal;
m. karet pengikat Surat Suara;
n. lem/perekat;
o. kantong plastik;
p. ballpoint;
q. gembok dan kunci;
r. spidol;
s. tali pengikat alat untuk mencoblos pilihan; dan
t. perlengkapan lain sesuai kebutuhan.
Pasal 32
Pasal 33
BAB IX
TPS
Pasal 34
(1) Ketua Panitia Pilkades bersama Ketua KPPS Pilkades wajib mengumumkan
hari, tanggal, waktu pemungutan suara, dan nama TPS serta persyaratan/
kelengkapan kepada pemilih di wilayah kerjanya, paling lambat 3 (tiga) hari
kalender sebelum hari dan tanggal pemungutan suara.
(2) Jumlah TPS adalah berbasis dusun atau wilayah pemilihan dan ditentukan
paling sedikit 3 (tiga) TPS per Desa dengan mempertimbangkan kondisi
geografis dan jumlah hak pilih.
(3) Ketua KPPS Pilkades dibantu oleh Anggota KPPS Pilkades menyiapkan lokasi
dan pembuatan TPS.
(4) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat di tempat yang mudah
dijangkau, termasuk oleh penyandang cacat, dan menjamin setiap Pemilih
dapat memberikan suaranya secara langsung, umum, bebas dan rahasia.
17
(5) Pembuatan TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus sudah selesai
paling lambat 1 (satu) hari kalender sebelum hari dan tanggal Pemungutan
Suara.
(6) Dalam pembuatan TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2), KPPS Pilkades
dapat mengikutsertakan masyarakat.
Pasal 35
(1) TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) dibuat dengan ukuran
paling sedikit panjang 10 (sepuluh) meter dan lebar 8 (delapan) meter atau
dapat disesuaikan dengan kondisi setempat.
(2) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberi tanda batas dengan
menggunakan tali atau tambang atau bahan lain.
(3) Pintu masuk dan keluar TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dapat
menjamin akses gerak bagi pemilih penyandang cacat yang menggunakan kursi
roda.
(4) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diadakan di ruang terbuka
dan/atau ruang tertutup, dengan ketentuan:
a. apabila di ruang terbuka, tempat duduk Ketua KPPS dan Anggota KPPS
Pilkades, Pemilih, dan Saksi dapat diberi pelindung terhadap panas
matahari, hujan, dan tidak memungkinkan orang lalu lalang di belakang
pemilih pada saat memberikan suara di bilik suara; dan
b. apabila di ruang tertutup, luas TPS harus mampu menampung
pelaksanaan rapat pemungutan dan penghitungan suara di TPS, dan
kedudukan Pemilih membelakangi tembok/dinding pada saat memberikan
suara di bilik suara.
(5) Apabila dalam pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf b, dilakukan dalam keadaan kurang penerangan,
perlu ditambah alat penerangan yang cukup.
(6) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan sarana dan
prasarana:
a. alat pembatas;
b. papan pengumuman untuk menempel daftar calon kepala desa, visi, misi,
dan program serta biodata singkat calon kepala desa dan DPT;
c. papan atau tempat untuk menempel data hasil dan rincian penghitungan
perolehan suara di tempat pemungutan suara;
d. tempat duduk dan meja Ketua dan Anggota KPPS Pilkades;
e. meja untuk menempatkan kotak suara dan bilik suara;
f. tempat duduk Pemilih, Saksi dan Panitia Pengawas; dan
g. alat penerangan yang cukup.
Pasal 36
(1) TPS dapat dibuat di halaman atau ruangan/gedung sekolah, balai pertemuan
masyarakat, ruangan/gedung tempat pendidikan lainnya, gedung, kantor milik
pemerintah dan non pemerintah termasuk halamannya atau rumah penduduk.
(2) Pembuatan TPS di tempat-tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
terlebih dahulu harus mendapat izin dari pengurus/pimpinan atau pihak yang
berwenang atas rumah/gedung/kantor tersebut.
(3) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang dibuat di dalam ruangan
tempat ibadah.
18
BAB X
KAMPANYE DAN MASA TENANG
Bagian Kesatu
Kampanye
Paragraf 1
Umum
Pasal 37
(1) Calon Kepala Desa melakukan kampanye sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat Desa dan peraturan perundang-undangan.
(2) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan prinsip
jujur, terbuka, dialogis serta bertanggungjawab.
(3) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat visi dan misi bila
terpilih sebagai Kepala Desa.
Paragraf 2
Pelaksanaan
Pasal 38
19
Paragraf 3
Larangan
Pasal 39
Paragraf 4
Sanksi
Pasal 40
Bagian Kedua
Masa Tenang
Pasal 41
20
(1) Masa tenang ditetapkan selama 3 (tiga) hari kalender sebelum hari pemungutan
suara.
(2) Dalam hal masa tenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
mengadakan kegiatan kampanye atau mengarahkan untuk mendukung salah
satu calon Kepala Desa.
(3) Panitia Pilkades, Panitia Pengawas Pilkades, calon Kepala Desa, Linmas Desa
dan Perangkat Desa membersihkan alat peraga kampanye yang terpasang di
wilayah Desa.
BAB XI
PEMUNGUTAN SUARA
Bagian Kesatu
Pemungutan dan Perhitungan Suara
Pasal 42
Pasal 43
(1) Hari dan tanggal Pemungutan Suara Pilkades ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
(2) Pemungutan Suara di TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
mulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB.
Paragraf 1
Persiapan Pemungutan Suara
Pasal 44
(1) Paling lambat 3 (tiga) hari kalender sebelum pelaksanaan Pemungutan Suara
atau sesuai dengan hasil musyawarah antara Panitia Pilkades dengan Calon
dan / atau saksi, Panitia Pilkades menyampaikan surat undangan kepada
pemilih.
(2) Sebelum surat undangan disampaikan kepada pemilih, Panitia Pilkades
melaksanakan :
a. pengecekan untuk mengetahui jumlah lembar surat undangan,
selanjutnya dibuatkan Berita Acara; dan
b. surat undangan ditandatangani oleh Ketua dan dibubuhi stempel Panitia
Pilkades.
(3) Penyampaian surat undangan kepada pemilih dilakukan oleh KPPS dengan
disertai tanda terima.
(4) Bagi pemilih yang namanya tercantum dalam DPT tetapi belum menerima surat
undangan, dapat meminta kepada Panitia Pilkades.
21
Pasal 45
(2) 2 (dua) orang Petugas Keamanan TPS bertugas mengamankan di dekat pintu
masuk dan keluar TPS.
(3) Petugas Keamanan TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah petugas
yang menangani ketenteraman, ketertiban dan keamanan TPS.
Pasal 46
22
Paragraf 2
Pelaksanaan Pemungutan Suara
Pasal 47
(1) Ketua KPPS Pilkades melaksanakan rapat persiapan Pemungutan Suara pada
hari dan tanggal Pemungutan Suara.
(2) Rapat Persiapan Pemungutan Suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dimulai 30 (tiga puluh) menit sebelum waktu yang ditetapkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2).
(3) Saksi yang hadir pada rapat Pemungutan Suara dilarang mengenakan atau
membawa atribut yang memuat nomor, nama, foto Calon dan simbol/gambar
calon Kepala Desa serta wajib membawa surat tugas dari Calon Kepala Desa.
(4) Jumlah saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan jumlah TPS
yang ditetapkan oleh Panitia Pilkades.
Pasal 48
23
Pasal 49
(1) Pemilih yang hadir diberikan surat suara oleh Ketua KPPS Pilkades melalui
pemanggilan berdasarkan urutan kedatangan sesuai dengan wilayah pemilihan
pada TPS yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (1).
(2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum diberikan surat suara,
pemilih menunjukan Surat Undangan pemilih.
(3) Apabila tidak membawa surat undangan pemilih, maka dapat menunjukkan
Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK).
(4) Apabila pemilih tidak dapat menunjukan surat undangan pemilih, Kartu Tanda
Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK) maka Pemilih tidak dapat
menggunakan hak pilihnya.
Pasal 50
(1) Pencoblosan surat suara dilaksanakan dalam bilik suara dengan menggunakan
alat yang telah disediakan oleh KPPS Pilkades.
(2) Setelah menerima surat suara, pemilih memeriksa atau meneliti surat suara
dan apabila surat suara dimaksud dalam keadaan cacat atau rusak, Pemilih
berhak meminta surat suara baru setelah menyerahkan kembali surat suara
yang cacat atau rusak.
(3) Setelah surat suara dicoblos, pemilih memasukan surat suara kedalam kotak
suara yang disediakan dalam keadaan terlipat.
(4) Pemilih yang telah menggunakan hak pilihnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), diberi tanda dengan tinta dijari dan atau anggota tubuh lainnya yang
bisa dilihat oleh KPPS Pilkades bahwa yang bersangkutan telah melaksanakan
hak pilihnya.
Pasal 51
(1) KPPS Pilkades menjaga agar setiap orang yang berhak memilih hanya
memberikan satu suara dan menolak pemberian suara yang diwakili dengan
alasan apapun.
(2) Pemilih tunanetra, tunadaksa atau yang mempunyai halangan fisik lain pada
saat memberikan suaranya di TPS dapat dibantu oleh panitia atau orang lain
atas permintaan pemilih.
(3) Anggota panitia atau orang lain yang membantu pemilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib merahasiakan pilihan pemilih yang bersangkutan.
Paragraf 4
Penghitungan suara
Pasal 52
(1) Penghitungan Suara dilaksanakan pada hari dan tanggal yang sama dengan
pelaksanaan Pemungutan Suara di TPS.
(2) Penghitungan Suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan mulai
pukul 13.00 WIB setelah pemungutan suara ditutup oleh Ketua KPPS Pilkades.
24
Pasal 53
Pasal 54
(1) Surat suara dinyatakan sah apabila coblosan diberikan dengan jelas kepada
salah satu tanda gambar calon dengan ketentuan sebagai berikut:
a. surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS Pilkades;
b. tanda coblos berada didalam kotak tanda gambar sebelah dalam;
c. tanda coblos berada diantara kotak dan gambar sebelah dalam dengan
kotak tanda gambar sebelah luar;
d. tanda coblos berada tepat pada garis kotak tanda gambar sebelah luar;
e. tanda coblos lebih dari 1 (satu) tetapi masih dalam 1 (satu) kotak yang
memuat nomor, foto dan nama calon; dan
f. coblosan tanda gambar harus menggunakan alat pencoblosan yang telah
disediakan (paku).
(2) Surat suara dinyatakan tidak sah, apabila:
a. tidak terdapat coblosan;
b. mencoblos tanda gambar tidak memakai alat pencoblos yang telah
disediakan;
c. tanda coblos lebih dari 1 (satu) tanda gambar;
d. tanda coblos berada diluar kotak gambar sebelah luar;
e. tidak jelas/ terang tanda gambar mana yang di coblos;
f. pada surat suara ditambah tulisan nama pemilih, tanda tangan dan/atau
tanda-tanda/ catatan lain oleh pemilih;
g. surat suara dicoblos dengan merobek tanda gambar sehingga terlihat
sebagian kertas tersebut hilang tidak dapat disambung lagi; dan
h. tidak ditandatangani Ketua KPPS Pilkades.
Pasal 55
(1) Ketua KPPS Pilkades memberikan penjelasan yang menyebabkan surat suara
sah dan tidak sah.
(2) Dalam hal terjadi perbedaan pendapat mengenai sah atau tidak sahnya surat
suara, antara saksi dari masing-masing calon Kepala Desa, maka Ketua KPPS
Pilkades berwenang untuk membuat keputusan bersifat final.
25
Pasal 56
(1) Setelah Penghitungan Suara, Ketua KPPS Pilkades dengan dibantu oleh Anggota
KPPS Pilkades menyusun, menghitung dan memisahkan :
a. surat suara yang sudah diperiksa dan suaranya dinyatakan sah untuk
masing-masing Calon Kepala Desa, diikat dengan karet per 50 (lima puluh)
surat suara; dan
b. surat suara yang sudah diperiksa dan suaranya dinyatakan tidak sah,
diikat dengan karet.
(2) Hasil Penghitungan Suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dicocokkan
dengan hasil Penghitungan Suara berdasarkan pencatatan yang dilakukan
Anggota KPPS Pilkades kemudian dimasukkan ke dalam sampul kertas dan
disegel.
(3) Sampul sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dimasukkan ke dalam kotak
suara dan pada bagian luar kotak suara ditempel label serta segel dan dikunci.
(4) KPPS Pilkades wajib menyerahkan kotak suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) kepada Panitia Pilkades pada hari dan tanggal Pemungutan Suara
dengan dilampiri berita acara serah terima hasil penghitungan suara.
(5) Penyerahan kotak suara kepada Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), diawasi oleh Panitia Pengawas dan Saksi dari Calon Kepala Desa.
Paragraf 5
Rekapitulasi Penghitungan Suara
Pasal 57
26
Bagian Kedua
Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara
Pasal 58
(1) Calon kepala desa yang dinyatakan terpilih yaitu calon yang memperoleh suara
terbanyak.
(2) Dalam hal calon yang memperoleh suara terbanyak lebih dari 1 (satu) orang,
maka calon kepala Desa yang dinyatakan terpilih yaitu Calon Kepala Desa yang
memperoleh suara terbanyak dan mendapatkan dukungan suara dari wilayah
perolehan suara yang lebih luas atau sebaran kemenangan TPS yang lebih
banyak.
(3) Dalam hal calon yang memperoleh suara terbanyak lebih dari 1 (satu) orang
dengan jumlah sebaran kemenangan TPS yang sama, maka calon terpilih
ditetapkan berdasarkan suara terbanyak pada TPS dengan jumlah pemilih
terbanyak.
(4) Panitia Pilkades mengumumkan Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
(5) Setelah Panitia Pilkades mengumumkan calon kepala desa terpilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) maka ketua panitia melaporkan hasil pemilihan kepala
desa kepada BPD paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah pemungutan suara.
BAB XII
PELAPORAN DAN PENETAPAN HASIL PILKADES
Pasal 59
(1) Panitia Pilkades menyampaikan laporan hasil Pilkades kepada BPD paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah pemungutan suara.
(2) BPD berdasarkan laporan hasil Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menetapkan Calon Kepala Desa terpilih dengan Keputusan BPD.
(3) BPD menyampaikan calon kepala desa terpilih berdasarkan suara terbanyak
dengan dilampiri dokumen laporan Panitia Pilkades dan Keputusan BPD
tentang calon Kepala Desa terpilih kepada Bupati melalui camat dengan
tembusan kepada kepala desa paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah
menerima laporan panitia.
(4) Bupati menetapkan pengesahan dan pengangkatan kepala desa dengan
Keputusan Bupati paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterima
laporan dari BPD sepanjang berkas lengkap dan tidak ada pengaduan
perselisihan hasil Pilkades yang masih harus diselesaikan.
BAB XIII
PENANGANAN PENGADUAN PELAKSANAAN PILKADES
Pasal 60
(1) Pengaduan terhadap Pelanggaran pada setiap tahapan Pilkades dilaporkan
kepada Panitia Pengawas Pilkades oleh Calon Kepala Desa, saksi atau
masyarakat desa setempat.
27
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis yang
berisi:
a. nama dan alamat pelapor;
b. waktu dan tempat kejadian perkara;
c. nama dan alamat pelanggar;
d. nama dan alamat saksi-saksi; dan
e. uraian kejadian.
Pasal 61
(1) Panitia Pengawas Pilkades mengkaji setiap laporan pengaduan yang diterima.
(2) Dalam hal laporan yang bersifat sengketa dan tidak mengandung unsur pidana,
diselesaikan oleh Panitia Pengawas Pilkades berkoordinasi dengan Panitia
Pilkades.
(3) Panitia Pengawas Pilkades memutuskan tindaklanjut laporan pengaduan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja
sejak laporan diterima.
(4) Dalam tahapan pemungutan suara, Pengaduan dari berbagai pihak di desa
mengenai pelanggaran pelaksanaan Pilkades disampaikan kepada Panitia
Pengawas Pilkades dan selanjutnya dikoordinasikan dengan Panitia Pilkades
untuk diselesaikan pada saat itu juga.
(5) Panitia Pengawas Pilkades menindaklanjuti laporan pengaduan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) melalui tahapan:
a. musyawarah untuk mencapai kemufakatan;
b. dalam hal tidak tercapai kesepakatan sebagaimana dimaksud pada huruf
a, Panitia Pengawas Pilkades membuat rekomendasi sebagai bahan
tindaklanjut.
(6) Dalam hal pengaduan permasalahan Pilkades tidak tercapai kesepakatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b dan direkomendasikan kepada
Bupati melalui Camat, maka Bupati wajib menyelesaikan perselisihan dalam
jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja.
(7) Dalam rangka menyelesaikan pengaduan permasalahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) Bupati menugaskan kepada Panitia Pemilihan
Kabupaten untuk menindaklanjuti pengaduan dimaksud.
(8) Dalam hal laporan yang bersifat sengketa mengandung unsur pidana,
penyelesaiannya diteruskan kepada aparat penyidik sesuai ketentuan yang
berlaku.
BAB XIV
PELANTIKAN KEPALA DESA
Pasal 62
(1) Bupati melantik calon kepala Desa terpilih paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak diterbitkan keputusan pengesahan dan pengangkatan Kepala Desa
dengan tata cara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam hal Bupati berhalangan dapat menunjuk pejabat lain untuk melantik
calon Kepala Desa terpilih.
(3) Pejabat lain yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah Wakil
Bupati atau Camat.
28
Pasal 63
Pasal 64
(1) Pelantikan calon Kepala Desa terpilih dilaksanakan pada hari kerja.
(2) Apabila Calon Kepala Desa terpilih meninggal dunia sebelum dilaksanakan
pelantikan, maka Bupati menunjuk penjabat Kepala Desa sesuai peraturan
perundang-undangan.
BAB XV
PEMILIHAN KEPALA DESA ANTAR WAKTU
Pasal 65
(1) Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang diberhentikan karena meninggal
dunia, permintaan sendiri, atau diberhentikan lebih dari 1 (satu) tahun, BPD
segera menyelenggarakan Musyawarah Desa khusus untuk pelaksanaan
Pilkades antar waktu.
(2) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu mulai dari
penetapan calon, pemilihan calon, dan penetapan calon terpilih.
(3) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling
lama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak Kepala Desa
diberhentikan.
(4) Kepala Desa yang dipilih melalui Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) melaksanakan tugas Kepala Desa sampai habis sisa masa jabatan
Kepala Desa yang diberhentikan.
Bagian Kesatu
Persiapan Penyelenggaraan Musyawarah Desa
Paragraf 1
Pembentukan Panitia Pilkades
Pasal 66
29
(2) Dalam persiapan musyawarah Desa khusus untuk pelaksanaan Pilkades antar
waktu, BPD membentuk Panitia Pilkades antar waktu.
(3) Panitia Pilkades antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat
mandiri dan tidak memihak.
(4) Pembentukan Panitia Pilkades antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling lama dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak
Kepala Desa diberhentikan.
Pasal 67
(1) BPD membentuk Panitia Pilkades antar waktu yang terdiri dari unsur
Perangkat Desa, Pengurus Lembaga Kemasyarakatan dan Tokoh Masyarakat
yang ditetapkan dengan Keputusan BPD.
(2) Panitia Pilkades antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
keanggotaannya terdiri dari :
a. ketua ;
b. wakil ketua ;
c. sekretaris ;
d. wakil sekretaris;
e. bendahara; dan
f. anggota.
(3) Jumlah keanggotaan Panitia Pilkades antar waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) berjumlah ganjil paling sedikit 9 (sembilan) orang dan paling banyak 13
(tiga belas) orang, disesuaikan dengan kemampuan pembiayaan dari APB Desa.
(4) Apabila Ketua atau Anggota Panitia Pilkades antar waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), ada yang mencalonkan diri dalam Pilkades antar waktu
atau berhalangan tetap, maka yang bersangkutan harus mengundurkan diri/
diberhentikan dari Keanggotaan Panitia Pilkades antar waktu dan perubahan
susunan Panitia Pilkades antar waktu harus ditetapkan kembali oleh BPD.
(5) Panitia Pilkades antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4), sebelum
melaksanakan tugas wajib diangkat sumpah atau janji oleh BPD.
Paragraf 2
Biaya Pilkades
Pasal 68
30
Paragraf 3
Pencalonan
Pasal 69
Pasal 70
31
p. surat pernyataan untuk mentaati tata tertib pelaksanaan pemilihan kepala
desa;
q. surat pernyataan tidak memberikan dan/atau menjanjikan sesuatu, baik
langsung maupun tidak langsung dengan nama atau dalih apapun dalam
usaha untuk memenangkan dirinya dalam pemilihan;
r. surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai calon Kepala
Desa yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau
bermeterai cukup; dan
s. surat keterangan dari pemerintah daerah kabupaten atau Kabupaten/
Kota lain dan surat pernyataan dari yang bersangkutan bahwa tidak
pernah menjadi kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan.
(3) Terhadap dokumen yang dijadikan persyaratan administrasi bakal calon
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan Klarifikasi faktual oleh
Panitia Pilkades kepada lembaga atau institusi yang mengeluarkan dokumen.
(4) Hasil klarifikasi faktual sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa berita
acara dan surat keterangan keabsahan atas dokumen yang diklarifikasi.
Pasal 71
Penetapan calon Kepala Desa antarwaktu oleh Panitia Pilkades antarwaktu paling
sedikit 2 (dua) orang calon dan paling banyak 3 (tiga) orang calon yang dimintakan
pengesahan musyawarah Desa untuk ditetapkan sebagai calon yang berhak dipilih
dalam musyawarah Desa.
Bagian Kedua
Penyelenggaraan Musyawarah Desa
Pasal 72
(1) Musyawarah Desa khusus untuk pelaksanaan Pilkades antarwaktu diikuti oleh
BPD, unsur Pemerintah Desa, Panitia Pilkades antarwaktu, Pengurus Lembaga
Kemasyarakatan.
(2) Peserta musyawarah desa yang mempunyai hak pilih terdiri dari :
a. seluruh anggota BPD;
b. 1 (satu) orang unsur LKMD atau yang mewakili;
c. Ketua RW atau yang mewakili ;
d. Ketua RT atau yang mewakili;
e. Ketua PKK Tingkat Desa atau yang mewakili;
f. Ketua Karang Taruna/unsur pemuda atau yang mewakili;
(3) Bagi peserta Musyawarah Desa yang mempunyai hak pilih akan tetapi tidak
hadir, maka hak pilihnya dianggap gugur dan menyetujui hasil pelaksanaan
Pilkades antarwaktu.
(4) Penyelenggaraan musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipimpin oleh Ketua BPD yang teknis pelaksanaan pemilihannya dilakukan oleh
Panitia Pilkades antarwaktu.
Paragraf 1
Persiapan Pelaksanaan Pilkades antarwaktu
Pasal 73
32
(2) Bakal Calon Kepala Desa yang dinyatakan lolos penelitian kelengkapan
persyaratan administrasi dan klarifikasi oleh Panitia Pilkades antarwaktu,
dilakukan pengesahan dalam musyawarah Desa untuk ditetapkan sebagai
calon yang berhak dipilih dalam musyawarah Desa.
(3) Pengesahan calon kepala Desa yang berhak dipilih oleh musyawarah Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melalui musyawarah mufakat atau
melalui pemungutan suara.
(4) Hasil pengesahan calon Kepala Desa yang berhak dipilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dimuat dalam berita acara.
Paragraf 2
Pelaksanaan Pemilihan
Pasal 74
(1) Ketua Panitia Pilkades antarwaktu meminta kepada peserta Musyawarah Desa
untuk menyepakati pelaksanaan pemilihan calon Kepala Desa melalui
mekanisme musyawarah mufakat atau melalui pemungutan suara.
(2) Hasil kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimuat dalam berita
acara kesepakatan pelaksanaan pemilihan calon Kepala Desa.
(3) Berdasarkan hasil kesepakatan peserta musyawarah Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), maka Ketua Panitia Pilkades antarwaktu menjelaskan
teknis pelaksanaan pemilihannya kepada peserta Musyawarah Desa.
Pasal 75
Dalam hal Pelaksanaan pemilihan calon Kepala Desa oleh Panitia Pilkades
antarwaktu dilakukan melalui mekanisme musyawarah mufakat atau melalui
pemungutan suara yang telah disepakati oleh musyawarah desa, maka Ketua
Panitia Pilkades antarwaktu menyampaikan calon Kepala Desa kepada peserta
Musyawarah Desa untuk ditetapkan salah satu calon Kepala Desa menjadi Kepala
Desa antarwaktu.
Pasal 76
(1) Dalam hal Pelaksanaan pemilihan calon kepala Desa oleh Panitia Pilkades
antarwaktu melalui mekanisme pemungutan suara yang disepakati oleh
musyawarah Desa, maka ketua Panitia Pilkades antarwaktu melakukan
pemungutan suara calon Kepala Desa kepada peserta Musyawarah Desa.
(2) Hasil pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya
dilakukan penghitungan suara masing-masing calon Kepala Desa.
(3) Calon kepala desa yang dinyatakan terpilih adalah calon yang mendapatkan
perolehan suara terbanyak.
(4) Dalam hal terdapat calon kepala desa yang mendapatkan perolehan suara
terbanyak sama, maka dilaksanakan pemungutan suara ulang.
(5) Hasil pemungutan dan perhitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), dimuat dalam berita acara.
33
Pasal 77
(1) Berdasarkan hasil pemilihan calon Kepala Desa oleh Panitia Pilkades
antarwaktu melalui mekanisme musyawarah mufakat atau melalui
pemungutan suara, Ketua Panitia Pilkades antarwaktu melaporkan hasilnya
kepada Musyawarah Desa.
(2) Setelah Pelaporan hasil pemilihan calon kepala Desa oleh Panitia Pilkades
kepada musyawarah Desa selesai, selanjutnya dilakukan pengesahan calon
terpilih oleh musyawarah Desa dengan cara masing-masing peserta
Musyawarah Desa membubuhkan tanda tangan pada berita acara hasil
pemilihan calon Kepala Desa.
(3) Dalam hal ada peserta musyawarah tidak bersedia membubuhkan tanda
tangan pada berita acara hasil pemilihan calon kepala desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), maka hasil pemilihan calon kepala desa tetap sah.
Paragraf 3
Laporan Hasil Musyawarah Desa
Pasal 78
(1) Panitia Pilkades antarwaktu menyampaikan hasil pemilihan kepala Desa
melalui musyawarah Desa kepada BPD dalam jangka waktu paling lama 7
(tujuh) hari kerja setelah musyawarah Desa mengesahkan calon kepala Desa
terpilih.
(2) Pelaporan calon kepala Desa terpilih hasil musyawarah Desa oleh ketua BPD
kepada Bupati paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima laporan dari
Panitia Pilkades antarwaktu.
Bagian Ketiga
Pengesahan dan Pelantikan Kepala Desa Antarwaktu
Pasal 79
(1) Bupati menerbitkan keputusan mengenai pengesahan dan pengangkatan calon
Kepala Desa terpilih paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya
laporan dari BPD.
(2) Bupati melantik calon kepala Desa terpilih paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak diterbitkan keputusan pengesahan dan pengangkatan kepala Desa
dengan tata cara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal Bupati berhalangan dapat menunjuk pejabat lain untuk melantik
calon Kepala Desa terpilih.
(4) Pejabat lain yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah Wakil
Bupati atau Camat.
Pasal 80
(1) Sebelum memangku jabatannya, Kepala Desa terpilih bersumpah/berjanji.
(2) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
“Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi
kewajiban saya selaku Kepala Desa dengan sebaikbaiknya, sejujur-jujurnya,
dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan
mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara; dan bahwa saya akan
menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-
undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah, dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
34
BAB XVI
PEMBIAYAAN PILKADES
Pasal 81
(1) Biaya Pilkades serentak bersumber dari :
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten; dan
b. dana bantuan dari APB Desa;
(2) Biaya Pilkades antarwaktu melalui musyawarah desa dibebankan pada
APB Desa.
Pasal 82
(1) Biaya Pilkades yang bersumber dari APBD Kabupaten sebagaimana dimaksud
pada Pasal 81 ayat (1) huruf a dipergunakan antara lain untuk :
a. pengadaan surat suara;
b. pengadaan kotak suara;
c. pengadaan kelengkapan peralatan lainnya;
d. honorarium panitia; dan
e. biaya pelantikan.
(2) Pengadaan kelengkapan peralatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c antara lain :
a. sewa tenda;
b. sewa meja dan kursi;
c. sewa sound sistem;
d. biaya foto copy;
e. biaya alat tulis kantor; dan
f. peralatan lainnya.
(3) Honorarium panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d adalah
honorarium yang diberikan secara bulanan, didalamnya sudah termasuk
pembiayaan untuk sidang, rapat dan perjalanan dinas yang dilakukan oleh
Panitia selama pelaksanaan Pilkades.
Pasal 83
(1) Dana bantuan dari Angaran Pendapatan dan Belanja Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 80 ayat (1) huruf b dipergunakan untuk kebutuhan
pada pelaksanaan pemungutan suara dan kebutuhan lain yang belum diang-
garkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten.
(2) Kebutuhan pada pelaksanaan pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) antara lain :
a. biaya keamanan;
b. biaya dokumentasi; dan
c. biaya makan dan minum panitia/petugas.
Pasal 84
35
(2) Rencana anggaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada
Bupati melalui Camat dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja setelah dilantiknya Panitia Pilkades.
(3) Rencana anggaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman
pada pagu APBD dan APB Desa.
Pasal 85
(1) Pengajuan rencana anggaran biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat
(2), Bupati melakukan verifikasi terhadap kesesuaian standar kebutuhan biaya.
(2) Dalam hal melaksanakan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bupati dibantu oleh Panitia Pemilihan Kabupaten.
(3) Persetujuan biaya pemilihan dari Bupati dalam jangka waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari kerja sejak diajukan oleh Panitia Pilkades.
BAB XVII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 86
BAB XVIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 87
36
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 88
Ditetapkan di Ungaran
pada tanggal
TTD
SUJARWANTO DWIATMOKO
Diundangkan di Ungaran
pada Tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN SEMARANG,
TTD
GUNAWAN WIBISONO
37