PROVINSI BANTEN
TENTANG
BUPATI TANGERANG,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 69, Pasal 128
dan Pasal 130 Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang
Nomor 9 Tahun 2014 tentang Desa, perlu menetapkan
Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pemilihan, Pemilihan
Antar Waktu dan Pemberhentian Kepala Desa;
Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);
3. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
5. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 01
Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten
Tangerang (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang
Tahun 2008 Nomor 01, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Tangerang Nomor 0108);
6. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 9
Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Daerah
Kabupaten Tangerang Tahun 2014 Nomor 09,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang
Nomor 0914);
MEMUTUSKAN . . .
-2-
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
28. Daftar Pemilih Sementara yang selanjutnya disebut DPS adalah daftar
pemilih yang disusun berdasarkan data Daftar Pemilih Tetap Pemilihan
Umum terakhir yang telah diperbaharui dan dicek kembali atas
kebenarannya serta ditambah dengan pemilih baru.
29. Daftar Pemilih Tambahan adalah daftar pemilih yang disusun
berdasarkan usulan dari pemilih karena yang bersangkutan belum
terdaftar dalam Daftar Pemilih Sementara;
30. Daftar Pemilih Tetap yang selanjutnya disebut DPT adalah daftar
pemilih yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagai dasar
penentuan identitas pemilih dan jumlah pemilih dalam pemilihan
Kepala Desa;
31. Petugas Pemutahiran Data Pemilih yang selanjutnya disingkat Pantarlih
adalah adalah petugas yang dibentuk oleh Panitia Pilkades untuk
melakukan pendaftaran dan pemutakhiran data pemilih.
32. Kelompok Pemungutan Suara Pilkades yang selanjutnya disingkat KPS
Pilkades adalah kelompok yang dibentuk oleh Panitia Pilkades untuk
menyelenggarakan pemungutan dan penghitungan suara di tempat
pemungutan suara.
33. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pilkades yang selanjutnya disingkat
DKP Pilkades adalah lembaga yang bertugas menangani pelanggaran
penyelenggara pilkades yang bersifat insidentil.
34. Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat TPS adalah
tempat dilaksanakannya pemungutan suara pemilihan Kepala Desa.
35. Wilayah pemilihan adalah wilayah pemilihan Kepala Desa dari kesatuan
masyarakat Desa berdasarkan jumlah suara pemilih yang ditetapkan
oleh Panitia Pilkades.
36. Berbasis wilayah pemilihan adalah data pemilih wilayah pemilihan yang
ditentukan untuk TPS sesuai alokasi per TPS.
37. Kampanye adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh Calon Kepala
Desa untuk meyakinkan para pemilih dalam rangka mendapatkan
dukungan dengan menyampaikan Visi dan Misi.
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DESA
Pasal 2
Pasal 3
(1) Dalam hal akan dilaksanakannya Pilkades, BPD melalui rapat pleno
BPD membuat berita acara perihal pemberitahuan kepada Kepala Desa
mengenai masa jabatan Kepala Desa yang akan habis paling lama 6
(enam) bulan sebelum masa jabatannya berakhir.
(2) BPD mempersiapkan pembentukan Panitia Pilkades.
(3) Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat mandiri
dan tidak memihak.
Bagian Kesatu
Persyaratan Calon Kepala Desa
Pasal 4
(1) Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan:
a. warga negara Republik Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;
d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama
(SMP) atau sederajat;
e. dalam hal pendidikan sederajat sebagaimana dimaksud pada huruf
d yaitu pendidikan yang dalam penyelenggaraan pendidikannya
telah diakui oleh pejabat yang berwenang atau oleh instansi yang
berwenang;
f. berusia paling rendah 25 tahun dan paling tinggi 65 (enam puluh
lima) tahun pada saat mendaftar;
g. memiliki dedikasi, komitmen dan loyalitas kepada Desa;
h. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;
i. terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa
setempat paling sedikit 1 (satu) tahun pada saat mendaftar;
j. tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara;
k. tidak . . .
-6-
Pasal 5
(1) Kepala Desa yang akan mencalonkan diri kembali diberi cuti sejak
ditetapkan sebagai calon sampai dengan selesainya pelaksanaan
penetapan calon terpilih.
(2) Selama masa cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa
dilarang menggunakan fasilitas pemerintah Desa untuk kepentingan
sebagai calon Kepala Desa.
(3) Dalam hal kepala Desa cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
sekretaris Desa melaksanakan tugas dan kewajiban kepala Desa.
Pasal 6
(1) Pegawai negeri sipil yang mencalonkan diri dalam pemilihan kepala
Desa harus mendapatkan izin tertulis dari pejabat pembina
kepegawaian.
(2) Permohonan izin tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Kepala SKPD dan selanjutnya diusulkan kepada
Bupati.
(4) Dalam hal pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terpilih dan diangkat menjadi kepala Desa, yang bersangkutan
dibebaskan sementara dari jabatannya selama menjadi kepala Desa
tanpa kehilangan hak sebagai pegawai negeri sipil.
Pasal 7 . . .
-7-
Pasal 7
(1) Bagi pegawai negeri sipil yang akan mencalonkan diri sebagai calon
Kepala Desa dapat mengajukan cuti kepada Kepala unit kerja yang
bersangkutan.
(2) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan pada saat tahapan
kampanye sampai dengan tahapan pemungutan suara paling lama 7
(tujuh) hari kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 8
(1) Perangkat Desa atau anggota BPD yang mencalonkan diri dalam
pemilihan Kepala Desa diberi cuti terhitung sejak yang bersangkutan
terdaftar sebagai bakal calon kepala Desa sampai dengan selesainya
pelaksanaan penetapan calon terpilih.
(2) Tugas perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirangkap
oleh perangkat Desa lainnya yang ditetapkan dengan keputusan Kepala
Desa.
(3) Dalam hal perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpilih
dan diangkat menjadi kepala Desa, yang bersangkutan diberhentikan
dari jabatannya sebagai perangkat Desa.
(4) Dalam hal anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpilih
dan diangkat menjadi kepala Desa, yang bersangkutan diberhentikan
dari keanggotaan BPD.
Bagian Kedua
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa
Pasal 9
Pasal 10
Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) yang pada
hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh
belas) tahun atau sudah/pernah menikah ditetapkan sebagai pemilih.
Pasal 11 . . .
-8-
Pasal 11
BAB III
TAHAPAN PERSIAPAN
Bagian Kesatu
Pemberitahuan Akhir masa Jabatan Kepala Desa
Pasal 12
Bagian Kedua
Pembentukan Panitia, Tim Pengawas dan
Kelompok Pemungutan Suara Pilkades
Paragraf 1
Pembentukan Panitia Pemilihan Tingkat Kabupaten
Pasal 13
(1) Bupati berdasarkan kondisi objektif akhir masa jabatan Kepala Desa,
jumlah Desa dan kemampuan biaya pemilihan yang dibebankan pada
APBD, dapat mempersiapkan pemilihan Kepala Desa secara serentak.
(2) Dalam hal persiapan pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bupati menetapkan panitia pemilihan tingkat Kabupaten.
(3) Panitia . . .
-9-
Paragraf 2 . . .
-10-
Paragraf 2
Pembentukan Panitia Pilkades
Pasal 14
Pasal 15
Paragraf 3
Pembentukan Tim Pengawas Pilkades
Pasal 16
(1) Dalam hal pelaksanaan pemilihan Kepala Desa dibentuk Tim Pengawas
Pilkades atas prakarsa masyarakat Desa yang bersifat independen.
(2) Pembentukan . . .
-12-
Pasal 17
Pasal 18
Paragraf 4
Pembentukan Kelompok Pemungutan Suara Pilkades
Pasal 19
Bagian Ketiga
Laporan Akhir Masa Jabatan Kepala Desa Bagi Kepala Desa Yang Akan
Mencalonkan Kembali
Pasal 20
(1) Kepala Desa yang akan mencalonkan kembali wajib membuat laporan
akhir masa jabatan Kepala Desa setelah menerima pemberitahuan dari
BPD mengenai akan berakhirnya masa jabatan.
(2) Laporan akhir masa jabatan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan kepada Bupati melalui Camat dalam jangka waktu
paling lama 30 (tiga puluh) Hari setelah diterimanya pemberitahuan
akhir masa jabatan.
(3) Laporan akhir masa jabatan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) sebagai bahan evaluasi dan pembinaan penyelenggaraan
pemerintahan Desa.
Bagian Keempat
Pembiayaan Pemilihan Kepala Desa
Pasal 21
(2) Dana Bantuan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa untuk
kebutuhan pada pelaksanaan pemungutan suara.
(3) Besaran Biaya pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(4) Besaran dana Bantuan pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
Pasal 22
Pasal 23
BAB IV . . .
-15-
BAB IV
TAHAPAN PENCALONAN
Bagian Kesatu
Pengumuman dan Pendaftaran Bakal Calon
Pasal 24
Bagian Kedua
Seleksi Bakal Calon
Pasal 25
Pasal 26
b. surat . . .
-16-
b. surat pernyataan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dibuat
oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai cukup;
c. surat pernyataan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika, yang dibuat oleh yang
bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai cukup;
d. foto copy ijazah pendidikan formal dari tingkat dasar sampai dengan
ijazah terakhir yang dilegalisasi oleh pejabat berwenang atau surat
keterangan keabsahan dari pejabat yang berwenang;
e. foto copy akta kelahiran atau surat keterangan kenal lahir yang
dilegalisir oleh pejabat berwenang;
f. surat pernyataan bersedia berdedikasi, komitmen dan loyalitas kepada
Desa yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau
bermeterai cukup;
g. surat pernyataan bersedia dicalonkan menjadi kepala Desa yang dibuat
oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai cukup;
h. kartu tanda penduduk dan surat keterangan bertempat tinggal paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran dari rukun tetangga/rukun
warga dan kepala Desa setempat;
i. surat keterangan dari ketua pengadilan bahwa tidak pernah dijatuhi
pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih;
j. surat keterangan dari ketua pengadilan negeri bahwa tidak sedang
dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai hukum tetap;
k. surat keterangan catatan kepolisian dari Kepolisian Resort Kota
Tangerang.
l. surat keterangan berbadan sehat yang dilampirkan hasil general chek
up dari Rumah Sakit Umum Daerah;
m. Surat izin tertulis dari pejabat pembina kepegawaian bagi PNS;
n. Surat cuti mengikuti pencalonan dari Camat bagi Kepala Desa,
Perangkat Desa dan anggota BPD;
o. Surat keterangan lolos butuh dari pimpinan institusi yang
bersangkutan bagi anggota TNI/Polri;
p. Surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai calon Kepala
Desa yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau
bermeterai cukup; dan
q. surat keterangan dari pemerintah daerah kabupaten atau Kabupaten/
Kota lain dan surat pernyataan dari yang bersangkutan bahwa tidak
pernah menjadi kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan.
Pasal 27 . . .
-17-
Pasal 27
Pasal 28
(1) Bakal Calon Kepala Desa yang dinyatakan lulus penelitian kelengkapan
persyaratan administrasi dan klarifikasi oleh Panitia Pilkades,
selanjutnya dilakukan test tertulis kemampuan dasar.
(2) Test tertulis kemapuan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh pihak independen.
(3) Sebelum menyelenggarakan test tertulis kemampuan dasar Pihak
independen membuat perjanjian kerjasama dengan panitia Pilkades.
(4) Pihak independen mengeluarkan hasil kelulusan test yang menjadi
dasar bagi Panitia Pilkades dalam penetapan calon.
(5) Apabila calon yang mendapatkan predikat kelulusan lebih dari batas
maksimal calon yang harus ditetapkan, maka Panitia Pilkades
menetapkan calon berdasarkan urutan predikat kelulusan yang
tertinggi.
(6) Dalam menentukan pihak independen sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) difasilitasi oleh pemerintah Daerah.
Bagian Ketiga
Penetapan Calon Kepala Desa
Pasal 29
(5) Calon Kepala Desa yang berhak dipilih sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tidak dibenarkan mengundurkan diri kecuali berhalangan
tetap.
(6) Dalam hal Calon Kepala Desa berhalangan tetap sebagaimana
dimaksud dalam ayat (5), maka pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa
tetap dilanjutkan dengan ketentuan calon Kepala Desa lebih dari 2
(dua) orang.
(7) Dalam hal Calon Kepala Desa berhalangan tetap sebagaimana
dimaksud dalam ayat (5), maka pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa
tidak dapat dilanjutkan dengan ketentuan calon Kepala Desa kurang
dari 2 (dua) orang, maka pemilihan kepala desa di tunda karena
keadaan kahar/ keadaan diluar kemampuan manusia.
(8) Calon Kepala Desa yang berhak dipilih sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dalam mengikuti tahapan pemungutan suara dapat menunjuk
beberapa saksi sesuai dengan kebutuhan.
(9) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (8) wajib mentaati segala
ketentuan yang telah ditetapkan oleh Panitia Pilkades.
Bagian Keempat
Penyusunan dan penetapan Daftar Pemilih
Paragraf 1
Daftar Pemilih
Pasal 30
Pasal 31
Paragraf 2
Pemutahiran Daftar Pemilih
Pasal 32
Pasal 33
c. apabila jumlah hak pilih kurang dari 3.000 (tiga ribu) dapat
dibentuk 2 (dua) TPS dengan pengalokasian Pemilih disesuaikan
dengan kondisi geografis dan administrasi wilayah dalam wilayah
pemilihan yang telah ditetapkan; dan
d. Panitia Pilkades menyerahkan data Pemilih berbasis TPS, formulir
pemutakhiran, stiker dan alat kelengkapan lainnya kepada
Pantarlih paling lambat 3 (tiga) hari sejak ditetapkannya hasil
penyusunan daftar pemilih.
(2) Tugas dan tanggung jawab Pantarlih dalam Pemutakhiran Data Pemilih
meliputi:
a. sebelum melakukan verifikasi faktual, Pantarlih melakukan
koordinasi dengan Ketua RT/RW dan tokoh masyarakat setempat;
b. Pantarlih setelah menerima data Pemilih berbasis TPS, melakukan
verifikasi faktual data pemilih dengan cara mendatangi Pemilih
secara langsung;
c. kegiatan verifikasi faktual dilakukan untuk memperbaiki data
Pemilih, meliputi:
1. mencatat Pemilih yang telah memenuhi syarat, tetapi belum
terdaftar dalam data Pemilih;
2. memperbaiki data Pemilih jika terdapat kesalahan;
3. mencoret Pemilih yang telah meninggal;
4. mencoret Pemilih yang telah pindah domisili ke desa dan/atau
daerah lain;
5. mencoret Pemilih yang telah berubah status dari status sipil
menjadi status anggota TNI/Polri;
6. mencoret Pemilih yang belum genap berumur 17 tahun dan
belum kawin/menikah pada tanggal pemungutan suara; dan
7. mencoret data Pemilih yang telah dipastikan tidak ada
keberadaannya setelah mendapat persetujuan RT setempat.
d. Pemilih yang telah memenuhi syarat tetapi belum terdaftar dalam
data Pemilih sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 1 dicatat
di dalam formulir Data Pemilih baru.
e. dalam melakukan pencoretan, perbaikan, maupun mencatat Data
Pemilih baru, Pantarlih harus mendasarkan pada identitas
kependudukan yang dimiliki oleh Pemilih, keterangan kepala atau
anggota keluarga dan/atau keterangan pengurus RT/RW setempat.
f. Pantarlih mengisi, memverifikasi, menandatangani dan menempel
stiker Pemutakhiran Data Pemilih di rumah pemilih.
Paragraf 3
Daftar Pemilih Sementara
Pasal 34
(2) Hasil verifikasi data Pemilih dan formulir lainnya digunakan oleh
Panitia Pilkades untuk menyusun DPS.
(3) Panitia Pilkades menyusun DPS dibantu oleh Pantarlih berdasarkan
hasil verifikasi faktual data Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterima hasil verifikasi faktual dari
Pantarlih.
(4) Penetapan DPS dilakukan dalam rapat pleno Panitia Pilkades yang
dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh Ketua dan
Anggota Panitia Pilkades dengan disaksikan calon Kepala Desa
dan/atau saksi yang mendapat kuasa dari calon Kepala Desa.
(5) DPS yang telah ditetapkan oleh Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) ditandatangani oleh Ketua Panitia Pilkades dan dibubuhi
paraf oleh masing – masing calon Kepala Desa.
Pasal 35
Pasal 36
(1) Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2),
pemilih atau anggota keluarga dapat mengajukan usul perbaikan
mengenai penulisan nama dan/atau identitas lainnya.
(2) Selain usul perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemilih
atau anggota keluarga dapat memberikan informasi yang meliputi:
a. Pemilih yang terdaftar sudah meninggal dunia;
b. Pemilih sudah tidak berdomisili di desa tersebut;
c. Pemilih yang sudah nikah di bawah umur 17 tahun; atau
d. Pemilih yang sudah terdaftar tetapi sudah tidak memenuhi syarat
sebagai pemilih.
(3) Apabila usul perbaikan dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diterima, panitia Pilkades segera mengadakan
perbaikan DPS.
Pasal 37 . . .
-22-
Pasal 37
(1) Pemilih yang belum terdaftar, secara aktif melaporkan kepada Panitia
Pemilihan melalui pengurus Rukun Tetangga/Rukun Warga;
(2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftar sebagai pemilih
tambahan;
(3) Pencatatan data pemilih tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), dilaksanakan paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak pengumuman
DPS berakhir.
Pasal 38
Paragraf 4
Daftar Pemilih Tetap
Pasal 39
(1) Hasil Daftar pemilih sementara yang sudah diperbaiki dan daftar
pemilih tambahan disusun oleh Panitia Pilkades sebagai DPT.
(2) Panitia Pilkades menyusun DPT dibantu oleh Pantarlih paling lama 7
(tujuh) hari sejak berakhirnya jangka waktu pengumuman daftar
pemilih tambahan berakhir.
(3) Sebelum ditandatangani DPT oleh Panitia Pilkades terlebih dahulu
diparaf oleh masing – masing calon Kepala Desa dan Ketua Panitia
Pilkades.
(4) Penetapan DPT dilakukan dalam rapat pleno Panitia Pilkades yang
dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh Ketua beserta
Anggota Panitia Pilkades dan masing – masing calon Kepala Desa
dengan disaksikan BPD, unsur Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan
dan/atau saksi yang mendapat kuasa dari calon Kepala Desa.
(5) DPT yang sudah disahkan oleh panitia Pilkades tidak dapat diubah,
kecuali ada pemilih yang meninggal dunia, panitia Pilkades
membubuhkan catatan dalam daftar pemilih tetap pada kolom
keterangan "meninggal dunia".
Pasal 40
(2) DPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan oleh Panitia
Pilkades pada tempat-tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat.
(3) Panitia Pilkades mengumumkan DPT sejak DPT ditetapkan sampai
dengan hari pemungutan suara.
(4) DPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan KPS Pilkades
dalam melaksanakan pemungutan suara di TPS.
Bagian Kelima
Kampanye
Pasal 41
(1) Calon Kepala Desa melakukan kampanye sesuai dengan kondisi sosial
budaya masyarakat Desa dan peraturan perundang-undangan.
(2) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
prinsip jujur, terbuka, dialogis serta bertanggungjawab.
(3) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat visi dan misi
bila terpilih sebagai Kepala Desa.
(4) Pelaksanaan kampanye calon kepala Desa dalam jangka waktu 3 (tiga)
Hari.
(5) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan
melalui:
a. pertemuan terbatas;
b. tatap muka
c. dialog;
d. penyebaran bahan Kampanye kepada umum;
e. pemasangan alat peraga di tempat Kampanye dan di tempat lain
yang ditentukan oleh panitia pemilihan; dan
f. kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-
undangan.
(6) Kampanye dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dilaksanakaan dengan tidak mengganggu ketentraman dan
ketertiban masyarakat;
b. Dilaksanakan mulai pukul 08.00 wib. Sampai dengan pukul 16.00
WIB;
c. Dilaksanakan secara terbuka dan tidak sembunyi-sembunyi;
d. Tidak bertentangan dengan norma-norma dan adat yang
berkembang dilingkungan masyarakat setempat;
e. Pelaksanaan kampanye harus bersifat positif dalam rangka
menunjang kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan
pelaksanaan pembangunan.
(7) Pelaksanaan kampanye ditetapkan oleh Panitia Pilkades.
(8) Dalam . . .
-24-
(8) Dalam pelaksanaan kampanye, Calon Kepala Desa atau Tim sukses
dilarang:
a. mempersoalkan dasar negara Pancasila, Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
c. membagi-bagikan uang dan atau barang dalam bentuk apapun
yang bukan merupakan alat peraga kampanye;
d. menghina seseorang, agama, suku, tim sukses dan/ atau calon
kepala desa lainnya;
e. mengemukakan isu-isu yang dapat menimbulkan opini
masyarakat bernuansa hasutan;
f. mengganggu ketertiban umum;
g. menggunakan kekerasan, ancaman atau menganjurkan
penggunaan kekerasan kepada perseorangan, kelompok
masyarakat atau calon kepala desa lainnya;
h. memanfaatkan kegiatan-kegiatan lain yang sedang berlangsung di
lingkungan masyarakat selain khusus untuk kegiatan kampanye;
i. menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat
pendidikan;
j. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga Kampanye Calon;
k. membawa atau menggunakan gambar dan/atau atribut Calon lain
selain dari gambar dan/atau atribut Calon yang bersangkutan;
l. memberikan harapan, janji dan hadiah langsung ataupun tidak
langsung; dan
m. mengadakan pawai dalam bentuk apapun.
(9) Pelaksana Kampanye dalam kegiatan kampanye dilarang
mengikutsertakan:
a. Kepala Desa;
b. Perangkat Desa;
c. Anggota BPD.
(10) Pelaksana Kampanye yang melanggar larangan Kampanye sebagaimana
dimaksud pada ayat (8) dikenai sanksi:
a. peringatan tertulis apabila pelaksana Kampanye melanggar
larangan walaupun belum terjadi gangguan; dan
b. penghentian kegiatan Kampanye di tempat terjadinya pelanggaran
atau di suatu wilayah yang dapat mengakibatkan gangguan
terhadap keamanan yang berpotensi menyebar ke wilayah lain.
Bagian Keenam . . .
-25-
Bagian Keenam
Masa Tenang
Pasal 42
(1) Masa tenang ditetapkan selama 3 (tiga) Hari sebelum hari pemungutan
suara.
(2) Dalam hal masa tenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
mengadakan kegiatan kampanye atau mengarahkan untuk mendukung
salah satu calon Kepala Desa.
(3) Panitia Pilkades, Tim Pengawas, Tim Sukses calon Kepala Desa dan
Perangkat Desa membersihkan alat peraga kampanye yang terpasang di
wilayah Desa.
(4) Masyarakat Desa setempat dapat berperan aktif dalam membersihkan
alat peraga kampanye setelah berakhirnya masa kampanye yang
ditetapkan oleh Panitia Pilkades.
BAB V
TAHAPAN PEMUNGUTAN SUARA
Bagian Kesatu
Pemungutan dan Perhitungan Suara
Pasal 43
Pasal 44
(1) Hari dan tanggal Pemungutan Suara Pilkades di TPS ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
(2) Pemungutan Suara di TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 14.00 waktu
setempat.
Pasal 45
(1) Penghitungan Suara dilaksanakan pada hari dan tanggal yang sama
dengan pelaksanaan Pemungutan Suara di TPS.
(2) Penghitungan . . .
-26-
Paragraf 1
Persiapan Pemungutan Suara
Pasal 46
Pasal 47
(3) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat di tempat yang mudah
dijangkau, termasuk oleh penyandang cacat, dan menjamin setiap
Pemilih dapat memberikan suaranya secara langsung, umum, bebas
dan rahasia.
(4) Pembuatan TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus sudah
selesai paling lambat 1 (satu) hari sebelum hari dan tanggal
Pemungutan Suara.
(5) Dalam pembuatan TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2), KPS
Pilkades dapat mengikutsertakan masyarakat.
Pasal 48 . . .
-27-
Pasal 48
(1) TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) dibuat dengan
ukuran paling sedikit panjang 10 (sepuluh) meter dan lebar 8 (delapan)
meter atau dapat disesuaikan dengan kondisi setempat.
(2) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberi tanda batas dengan
menggunakan tali atau tambang atau bahan lain.
(3) Pintu masuk dan keluar TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dapat menjamin akses gerak bagi Pemilih penyandang cacat yang
menggunakan kursi roda.
(4) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diadakan di ruang
terbuka dan/atau ruang tertutup, dengan ketentuan:
a. apabila di ruang terbuka, tempat duduk Ketua KPS dan Anggota
KPS Pilkades, Pemilih, dan Saksi dapat diberi pelindung terhadap
panas matahari, hujan, dan tidak memungkinkan orang lalu lalang
di belakang Pemilih pada saat memberikan suara di bilik suara;
b. apabila di ruang tertutup, luas TPS harus mampu menampung
pelaksanaan rapat Pemungutan dan Penghitungan Suara di TPS,
dan kedudukan Pemilih membelakangi tembok/dinding pada saat
memberikan suara di bilik suara.
(5) Apabila dalam pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, dilakukan dalam
keadaan kurang penerangan, perlu ditambah alat penerangan yang
cukup.
(6) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan sarana dan
prasarana:
a. ruangan atau tenda;
b. alat pembatas;
c. papan pengumuman untuk menempel Daftar Calon Kepala Desa,
visi, misi, dan program serta biodata singkat Calon Kepala Desa
dan DPT;
d. papan atau tempat untuk menempel Data hasil dan rincian
penghitungan perolehan suara di tempat pemungutan suara;
e. tempat duduk dan meja Ketua dan Anggota KPS Pilkades;
f. meja untuk menempatkan kotak suara dan bilik suara;
g. tempat duduk Pemilih, Saksi dan Tim Pengawas; dan
h. alat penerangan yang cukup.
Pasal 49
(1) TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) dapat dibuat di
halaman atau ruangan/gedung sekolah, balai pertemuan masyarakat,
ruangan/gedung tempat pendidikan lainnya, gedung atau kantor milik
pemerintah dan non pemerintah termasuk halamannya.
(2) Pembuatan . . .
-28-
Pasal 50
Paragraf 2
Perlengkapan Pemungutan dan Penghitungan Suara
Pasal 51
(4) Ketua . . .
-30-
Pasal 52
Pasal 53
Pasal 54
Paragraf 3
Pelaksanaan Pemungutan Suara
Pasal 55
Pasal 56 . . .
-32-
Pasal 56
(1) Pemilih yang hadir diberikan surat suara oleh Ketua KPS Pilkades
melalui pemanggilan berdasarkan urutan kedatangan sesuai dengan
wilayah pemilihan pada TPS yang telah ditetapkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1).
(2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum diberikan surat
suara pemilih dapat menunjukan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan
identitas kependudukan dari pejabat yang berwenang.
(3) Apabila pemilih tidak dapat menunjukan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
dan identitas kependudukan dari pejabat yang berwenang atau tidak
mendapat ijin dari Ketua KPS Pilkades berdasarkan surat pengantar
dari Kepala Desa maka Pemilih tidak dapat menggunakan hak pilihnya.
(4) Setelah . . .
-33-
(4) Setelah menerima surat suara, pemilih memeriksa atau meneliti surat
suara dan apabila surat suara dimaksud dalam keadaan cacat atau
rusak, Pemilih berhak meminta surat suara baru setelah menyerahkan
kembali surat suara yang cacat atau rusak.
Pasal 58
(1) Pemilih yang menjalani rawat inap di rumah sakit atau sejenisnya, yang
sedang menjalani hukuman penjara, pemilih yang tidak mempunyai
tempat tinggal tetap, yang tinggal di perahu atau pekerja lepas pantai,
dan tempat-tempat lain memberikan suara di TPS khusus.
(2) Ketentuan mengenai pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), diatur dalam tata tertib penyelenggaraan pemilihan Kepala
Desa dengan keputusan Panitia Pilkades.
Pasal 59
Pasal 60
KPS Pilkades menjaga agar setiap orang yang berhak memilih hanya
memberikan satu suara dan menolak pemberian suara yang diwakili dengan
alasan apapun.
Paragraf 4
Penghitungan suara
Pasal 61
Pasal 62
Pasal 63
(1) Surat suara dinyatakan sah apabila coblosan diberikan dengan jelas
kepada salah satu tanda gambar calon dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. surat suara ditandatangani oleh Ketua dan sekretaris Panitia
Pilkades serta dibubuhi stempel Panitia Pilkades;
b. tanda coblos berada didalam kotak tanda gambar sebelah dalam;
c. tanda coblos berada diantara kotak dan gambar sebelah dalam
dengan kotak tanda gambar sebelah luar;
d. tanda coblos berada tepat pada garis kotak tanda gambar sebelah
luar;
e. tanda coblos dalam 1 (satu) tanda gambar terdapat lebih dari 1
(satu), walaupun coblosan lainnya berada diluar tanda gambar,
akan tetapi tidak mengenai tanda gambar yang lain;
f. coblosan tanda gambar harus menggunakan alat pencoblosan yang
telah disediakan (paku).
(2) Surat suara dinyatakan tidak sah, apabila:
a. tidak terdapat coblosan;
b. mencoblos tanda gambar tidak memakai alat pencoblos yang telah
disediakan;
c. tanda coblos lebih dari 1 (satu) tanda gambar;
d. tanda . . .
-35-
Pasal 64
Pasal 65
(1) Setelah Penghitungan Suara, Ketua KPS Pilkades dengan dibantu oleh
Anggota KPS Pilkades menyusun/menghitung dan memisahkan:
b. surat suara yang sudah diperiksa dan suaranya dinyatakan sah
untuk masing-masing Calon Kepala Desa, diikat dengan karet per
50 (lima puluh) surat suara dan dimasukkan ke dalam sampul
kertas;
c. surat suara yang sudah diperiksa dan suaranya dinyatakan tidak
sah, diikat dengan karet dan dimasukkan ke dalam sampul kertas.
(2) Hasil penyusunan/Penghitungan Suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dicocokkan dengan hasil Penghitungan Suara berdasarkan
pencatatan yang dilakukan Anggota KPS Pilkades yang telah
dimasukkan ke dalam sampul kertas selanjutnya disegel.
(3) Sampul sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dimasukkan ke dalam
kotak suara dan pada bagian luar kotak suara ditempel label serta segel
dan dikunci.
(4) KPS Pilkades wajib menyerahkan kotak suara sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) kepada Panitia Pilkades pada hari dan tanggal
Pemungutan Suara dengan dilampiri berita acara serah terima hasil
penghitungan suara.
(5) Penyerahan kotak suara kepada Panitia Pilkades sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), diawasi oleh Tim Pengawas dan dari Saksi
Calon Kepala Desa.
Paragraf 5 . . .
-36-
Paragraf 5
Rekapitulasi Penghitungan Suara
Pasal 66
Bagian Kedua
Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara
Pasal 67
(1) Calon kepala desa yang dinyatakan terpilih yaitu calon yang
memperoleh suara terbanyak.
(2) Dalam hal calon yang memperoleh suara terbanyak lebih dari 1 (satu)
orang, maka calon kepala Desa yang dinyatakan terpilih yaitu Calon
Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak dan mendapatkan
dukungan suara dari wilayah perolehan suara yang lebih luas.
(3) Panitia Pilkades mengumumkan Calon Kepala Desa yang dinyatakan
terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
(4) Setelah panitia Pilkades mengumumkan calon kepala desa terpilih
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) maka ketua panitia melaporkan
hasil pemilihan kepala desa kepada BPD paling lambat 7 (tujuh) Hari
setelah pemungutan suara.
BAB VI . . .
-37-
BAB VI
PENETAPAN CALON TERPILIH, PENGESAHAN DAN
PELANTIKAN KEPALA DESA
Pasal 68
(1) Calon kepala desa terpilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat
(4) ditetapkan dengan Keputusan BPD dan disampaikan oleh BPD
Kepada Bupati melalui Camat untuk disahkan menjadi Kepala Desa
Terpilih, paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diterimanya laporan Panitia
Pilkades.
(2) Bupati menerbitkan keputusan mengenai pengesahan dan
pengangkatan Kepala Desa paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak
diterima laporan dari BPD.
(3) Bupati melantik calon kepala Desa terpilih paling lambat 30 (tiga puluh)
Hari sejak diterbitkan keputusan pengesahan dan pengangkatan kepala
Desa dengan tata cara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(4) Dalam hal Bupati berhalangan dapat menunjuk pejabat lain untuk
melantik calon Kepala Desa terpilih.
(5) Dalam hal terjadi perselisihan hasil pemilihan kepala Desa, Bupati
dapat memfasilitasi perselisihan dimaksud dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) Hari.
(6) Apabila perselisihan yang difasilitasi oleh Bupati sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) tidak mencapai kesepakatan maka Bupati
melantik calon kepala Desa Terpilih.
Pasal 69
(1) Apabila Calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat
(3) tidak dapat dilantik karena alasan yang dapat dipertanggung
jawabkan, maka pelantikan dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga
puluh) hari berikutnya.
(2) Apabila Calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat
(3) tidak dapat dilantik karena masa jabatan Kepala Desa yang lama
belum berakhir, maka pelantikan Kepala Desa terpilih dilaksanakan
setelah berakhirnya masa jabatan Kepala Desa yang lama.
(3) Pelantikan calon Kepala Desa terpilih dilaksanakan pada hari kerja.
(4) Apabila Calon Kepala Desa terpilih meninggal dunia sebelum
dilaksanakan pelantikan, maka Bupati dapat menunjuk penjabat
Kepala Desa sesuai peraturan perundang-undangan.
Pasal 70
(2) Sumpah/janji . . .
-38-
BAB VII
PENGADUAN DAN PENYELESAIAN MASALAH
Pasal 71
Pasal 72
Pasal 73
Pasal 74
Pasal 75 . . .
-40-
Pasal 75
(1) DKP Pilkades sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (1) terdiri
dari:
a. 1 (satu) orang unsur Panitia Pilkades;
b. 1 (satu) orang unsur Tim Pengawas;
c. 1 (satu) orang utusan Pemerintah Desa;
d. 1 (satu) orang unsur BPD;
e. 2 (dua) orang tokoh masyarakat; dan
f. 3 (tiga) orang unsur Muspika.
(2) Atas usulan Camat, instansi mengusulkan anggota sebagai DKP
Pilkades untuk ditetapkan menjadi DKP Pilkades
(3) DKP Pilkades terdiri atas seorang ketua merangkap anggota dan
anggota.
(4) Masa tugas keanggotaan DKP Pilkades berakhir sampai dengan
dilantiknya Kepala Desa.
Pasal 76
Pasal 77
Pasal 78
(1) Keberatan penetapan Panitia Pilkades atas hasil Pemilihan Kepala Desa
hanya dapat diajukan oleh calon Kepala Desa kepada Panitia Pilkades
dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari setelah penetapan hasil
Pemilihan Kepala Desa.
(2) Keberatan penetapan Panitia Pilkades atas hasil Pemilihan Kepala Desa
hanya bisa diajukan berkenaan dengan hasil perhitungan suara yang
mempengaruhi terpilihnya calon Kepala Desa.
(3) Pengajuan Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan secara tertulis yang berisi:
a. Nama dan alamat;
b. Waktu dan tempat kejadian perkara;
c. Nama dan alamat saksi-saksi; dan
d. Uraian keberatan dan dilampirkan bukti-bukti.
(4) Panitia Pilkades melakukan pengkajian atas keberatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) melalui Rapat Panitia Pilkades selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari sejak pengajuan diterima.
(5) Panitia Pilkades menyampaikan hasil Rapat kepada Calon Kepala Desa
yang berkeberatan atas hasil Pemilihan Kepala Desa paling lama 3 (tiga)
hari sejak diputuskannya hasil rapat sebagaimana dimaksud pada ayat
(4).
BAB VIII
PEMILIHAN KEPALA DESA ANTAR WAKTU
MELALUI MUSYAWARAH DESA
Pasal 79
(1) Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang diberhentikan karena
meninggal dunia, permintaan sendiri, atau diberhentikan lebih dari 1
(satu) tahun, BPD segera menyelenggarakan Musyawarah Desa khusus
untuk pelaksanaan pemilihan kepala Desa antarwaktu.
(2) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu mulai
dari penetapan calon, pemilihan calon, dan penetapan calon terpilih.
(3) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
paling lama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak kepala
Desa diberhentikan.
(4) Kepala Desa yang dipilih melalui Musyawarah Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) melaksanakan tugas Kepala Desa sampai habis
sisa masa jabatan Kepala Desa yang diberhentikan.
Bagian Kesatu . . .
-42-
Bagian Kesatu
Persiapan Penyelenggaraan Musyawarah Desa
Paragraf 1
Pembentukan Panitia Pilkades
Pasal 80
Pasal 81
Paragraf 2
Biaya Pilkades
Pasal 82
Paragraf 2
Pencalonan
Pasal 83
Pasal 84
e. akta . . .
-44-
Pasal 85
Bagian Kedua . . .
-45-
Bagian Kedua
Penyelenggaraan Musyawarah Desa
Pasal 86
Paragraf 1
Persiapan Pelaksanaan Pemilihan
Pasal 87
(3) Pengesahan . . .
-46-
(3) Pengesahan calon kepala Desa yang berhak dipilih oleh musyawarah
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melalui musyawarah
mufakat atau melalui pemungutan suara.
(4) Hasil pengesahan calon Kepala Desa yang berhak dipilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dimuat dalam berita acara.
Paragraf 2
Pelaksanaan Pemilihan
Pasal 88
Pasal 89
(1) Dalam hal Pelaksanaan pemilihan calon kepala Desa oleh Panitia
Pilkades melalui mekanisme musyawarah mufakat yang disepakati oleh
musyawarah Desa, maka Ketua Panitia Pilkades antarwaktu
memusyawarahkan calon Kepala Desa kepada peserta Musyawarah
Desa untuk memufakati calon Kepala Desa yang akan dipilih.
(2) Berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah mufakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Ketua Panitia Pilkades antarwaktu membuat
penetapan calon Kepala Desa terpilih hasil Musyawarah mufakat yang
dimuat dalam berita acara.
Pasal 90
(1) Dalam hal Pelaksanaan pemilihan calon kepala Desa oleh Panitia
Pilkades melalui mekanisme pemungutan suara yang disepakati oleh
musyawarah Desa, maka ketua Panitia Pilkades antarwaktu melakukan
pemungutan suara calon Kepala Desa kepada peserta Musyawarah
Desa.
(2) Hasil pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
selanjutnya dilakukan penghitungan suara masing-masing calon Kepala
Desa.
(3) Calon kepala desa yang dinyatakan terpilih adalah calon yang
mendapatkan perolehan suara terbanyak.
(4) Hasil pemungutan dan perhitungan suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), dimuat dalam berita acara.
Pasal 91 . . .
-47-
Pasal 91
(1) Berdasarkan hasil pemilihan calon Kepala Desa oleh Panitia Pilkades
antarwaktu melalui mekanisme musyawarah mufakat atau melalui
pemungutan suara, Ketua Panitia Pilkades antarwaktu melaporkan
hasilnya kepada Musyawarah Desa.
(2) Setelah Pelaporan hasil pemilihan calon kepala Desa oleh Panitia
Pilkades kepada musyawarah Desa selesai, selanjutnya dilakukan
pengesahan calon terpilih oleh musyawarah Desa dengan cara masing-
masing peserta Musyawarah Desa membubuhkan tanda tangan pada
berita acara hasil pemilihan calon Kepala Desa.
Paragraf 3
Laporan Hasil Musyawarah Desa
Pasal 92
Bagian Ketiga
Pengesahan dan Pelantikan Kepala Desa Antarwaktu
Pasal 93
Pasal 94
(2) Sumpah/janji . . .
-48-
BAB IX
KEPALA DESA
Bagian Kesatu
Tugas, Wewenang, Hak dan Kewajiban
Pasal 95
Bagian Kedua . . .
-50-
Bagian Kedua
Masa Jabatan Kepala Desa
Pasal 96
(1) Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak
tanggal pelantikan.
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat
paling lama 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak
secara berturut-turut.
(3) Ketentuan periodisasi masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berlaku di seluruh wilayah Indonesia.
(4) Ketentuan periodisasi masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) termasuk masa jabatan kepala Desa yang dipilih melalui
musyawarah Desa.
(5) Kepala Desa yang dipilih melalui Musyawarah Desa sebagaimana
memegang jabatan selama sisa masa jabatan Kepala Desa yang
berhenti terhitung sejak tanggal pelantikan.
(6) Dalam hal kepala Desa mengundurkan diri sebelum habis masa
jabatannya atau diberhentikan, kepala Desa dianggap telah menjabat 1
(satu) periode masa jabatan.
Bagian Ketiga
Laporan Kepala Desa
Pasal 97
Pasal 98
Pasal 99
Pasal 100
Pasal 101
Pasal 102 . . .
-52-
Pasal 102
Bagian Keempat
Larangan Kepala Desa
Pasal 103
Pasal 104 . . .
-53-
Pasal 104
Bagian Kelima
Pemberhentian Kepala Desa
Pasal 105
Pasal 106
Pasal 107 . . .
-54-
Pasal 107
Pasal 108
Pasal 109
Pasal 110
Bagian Keenam
Pelaksana Tugas Harian Kepala Desa
Pasal 111
(1) Dalam hal Kepala Desa berhalangan melaksanakan tugas harian, maka
Sekretaris Desa dapat melaksanakan tugas harian sebagai pelaksana
harian Kepala Desa.
(2) Dalam hal Kepala Desa berhalangan secara berturut-turut paling lama
60 (enam puluh) hari, maka Camat dapat menunjuk Sekretaris Desa
sebagai pelaksana yang melaksanakan tugas harian Kepala Desa.
(3) Pelaksana tugas harian Kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) yang selanjutnya disebut Plh merupakan penjabat yang
melaksanakan tugas Kepala Desa yang mendapat pelimpahan
wewenang penandatanganan naskah dinas.
(4) Sekretaris . . .
-55-
Bagian Ketujuh
Penjabat Kepala Desa
Pasal 112
Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang berhenti tidak lebih dari 1
(satu) tahun karena meninggal dunia, permintaan sendiri atau
diberhentikan, Bupati mengangkat pegawai negeri sipil dari Pemerintah
Daerah sebagai penjabat Kepala Desa sampai terpilihnya Kepala Desa yang
baru.
Pasal 113
Dalam hal sisa masa jabatan kepala Desa yang berhenti lebih dari 1 (satu)
tahun karena meninggal dunia, permintaan sendiri atau diberhentikan,
Bupati mengangkat pegawai negeri sipil dari Pemerintah Daerah sebagai
penjabat Kepala Desa sampai terpilihnya Kepala Desa yang baru melalui
hasil musyawarah Desa.
Pasal 114
Pasal 115
(1) Pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112, Pasal 113
dan Pasal 114 diutamakan dari pegawai negeri sipil yang ditugaskan
pada Sekretariat Daerah/ Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah/ Dinas/ Badan/ Inspektorat/ Satuan Polisi Pamong Praja/
Kantor, kecuali pegawai negeri sipil yang menduduki jabatan
fungsional, bendahara dan pejabat penatausahaan keuangan pada
SKPD.
(2) Jika pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
tersedia maka dapat diangkat pegawai negeri sipil dari SKPD
Kecamatan.
(3) Apabila Pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
tersedia maka dapat diangkat dari Sekretaris Desa yang berstatus
pegawai negeri sipil.
(4) Pegawai . . .
-56-
(4) Pegawai negeri sipil yang diangkat sebagai penjabat Kepala Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112, Pasal 113 dan Pasal 114,
harus:
a. memahami bidang kepemimpinan;
b. teknis pemerintahan;
c. beban kerja;
d. lokasi;
e. kompetensi dan/atau rentang kendali; dan
f. pertimbangan objektif lainnya.
(5) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban serta memperoleh hak
yang sama dengan Kepala Desa.
Pasal 116
BAB X
TANDA PENGHARGAAN DAN KESETIAAN
Pasal 117
(1) Tanda penghargaan dan kesetiaan dapat diberikan kepada Kepala Desa
yang telah menunjukkan kesetiaan, ketaatan dan pengabdiannya
kepada Desa, Bangsa dan Negara selama-lamanya 10 (sepuluh) tahun
berturut-turut tanpa cela.
(2) Tanda penghargaan dan kesetiaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dapat pula diberikan kepada Kepala Desa yang berprestasi dalam
membangun desanya tanpa memperhatikan masa tugasnya.
(3) Tanda penghargaan dan kesetiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2), diberikan oleh Bupati.
Pasal 118
Pasal 119 . . .
-57-
Pasal 119
Pasal 120
BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 121
(1) Pegawai Negeri Sipil yang terpilih dan diangkat menjadi Kepala Desa
dapat dinaikkan pangkatnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(2) Pegawai Negeri Sipil yang terpilih dan diangkat menjadi Kepala Desa
berhak mendapatkan tunjangan kepala Desa dan penghasilan lainnya
yang sah.
(3) Penilaian pelaksanaan pekerjaan bagi Pegawai Negeri Sipil yang dipilih
menjadi Kepala Desa, diberikan oleh instansi induknya dan dari Bupati.
Pasal 122
(1) Pegawai Negeri Sipil yang telah selesai melaksanakan tugasnya sebagai
Kepala Desa dikembalikan ke instansi induknya berdasarkan
Keputusan Bupati.
(2) Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
diangkat kembali dalam jabatan struktural atau fungsional sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 123
Pasal 124
Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Nomor 16
Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang (Berita Daerah Kabupaten
Tangerang Tahun 2007 Nomor 16), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 125 . . .
-58-
Pasal 125
Ditetapkan di Tigaraksa
Pada tanggal 10 Desember 2014
BUPATI TANGERANG,
A. ZAKI ISKANDAR
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN TANGERANG,
ISKANDAR MIRSAD