Anda di halaman 1dari 59

BUPATI TANGERANG

PROVINSI BANTEN

PERATURAN BUPATI TANGERANG


NOMOR 79 TAHUN 2014

TENTANG

TATA CARA PEMILIHAN, PEMILIHAN ANTAR WAKTU


DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 69, Pasal 128
dan Pasal 130 Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang
Nomor 9 Tahun 2014 tentang Desa, perlu menetapkan
Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pemilihan, Pemilihan
Antar Waktu dan Pemberhentian Kepala Desa;
Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);
3. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
5. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 01
Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten
Tangerang (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang
Tahun 2008 Nomor 01, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Tangerang Nomor 0108);
6. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 9
Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Daerah
Kabupaten Tangerang Tahun 2014 Nomor 09,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang
Nomor 0914);

MEMUTUSKAN . . .
-2-

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA


PEMILIHAN, PEMILIHAN ANTAR WAKTU DAN
PEMBERHENTIAN KEPALA DESA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Tangerang.
4. Kecamatan adalah bagian wilayah dari Daerah kabupaten yang
dipimpin oleh camat.
5. Camat adalah seorang kepala kecamatan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris Daerah.
6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu perangkat desa sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
9. Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai
wewenang, tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah
tangga Desanya dan melaksanakan tugas dari Pemerintah dan
Pemerintah Daerah;
10. Penjabat Kepala Desa adalah seorang pejabat yang diangkat oleh
pejabat yang berwenang untuk melaksanakan tugas, hak dan
wewenang serta kewajiban Kepala Desa dalam kurun waktu tertentu;
11. Badan Permusyawaratan Desa, selanjutnya disingkat BPD, adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya
merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan
wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
12. Dusun yang selanjutnya disebut Kejaroan adalah bagian wilayah dalam
desa yang merupakan lingkungan kerja pelaksana Pemerintah Desa.
13. Kepala Dusun yang selanjutnya disebut Jaro adalah unsur perangkat
desa sebagai pelaksana wilayah yang keberadaannya dibawah Kepala
Desa.
14. Musyawarah . . .
-3-

14. Musyawarah Desa adalah musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa,


dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD untuk
menyepakati hal yang bersifat strategis.
15. Keputusan Kepala Desa adalah penetapan yang bersifat konkrit,
individual, dan final.
16. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disingkat APB
Desa adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa yang
dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD,
ditetapkan dengan peraturan desa.
17. Lembaga Kemasyarakatan Desa adalah lembaga yang dibentuk oleh
masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan wadah
partisipasi masyarakat Desa sebagai mitra Pemerintah Desa.
18. Rukun Tetangga yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yang
dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka
pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh
Pemerintah Desa.
19. Rukun Warga yang selanjutnya disingkat RW adalah bagian dari
wilayah kerja Kepala Desa dan merupakan lembaga yang dibentuk
melalui musyawarah pengurus RT di wilayah kerjanya yang ditetapkan
oleh Pemerintah Desa.
20. Pemilihan Kepala Desa adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di Desa
dalam rangka memilih kepala Desa yang bersifat langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil.
21. Panitia Pemilihan Kepala Desa tingkat Desa yang selanjutnya disingkat
Panitia Pilkades adalah Panitia yang dibentuk oleh BPD untuk
menyelenggarakan proses pemilihan Kepala Desa.
22. Panitia Pemilihan Kepala Desa tingkat Kabupaten yang selanjutnya
disebut Panitia Pemilihan Kabupaten adalah panitia yang dibentuk
Bupati pada tingkat Kabupaten dalam mendukung pelaksanaan
pemilihan Kepala Desa.
23. Bakal calon Kepala Desa adalah penduduk desa yang telah memenuhi
persyaratan administrasi untuk ditetapkan sebagai calon Kepala Desa
oleh Panitia Pilkades berdasarkan hasil penjaringan bakal calon Kepala
Desa.
24. Calon Kepala Desa adalah bakal calon Kepala Desa yang telah
ditetapkan oleh panitia pemilihan sebagai calon yang berhak dipilih
menjadi Kepala Desa.
25. Calon Kepala Desa Terpilih adalah calon Kepala Desa yang memperoleh
suara terbanyak dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa.
26. Penduduk desa adalah warga masyarakat desa setempat atau
pendatang yang telah memiliki atau mempunyai surat resmi dari
pejabat yang berwenang untuk tinggal di desa setempat.
27. Pemilih adalah penduduk Desa yang bersangkutan dan telah memenuhi
persyaratan untuk menggunakan hak pilih dalam pemilihan Kepala
Desa.
28. Daftar . . .
-4-

28. Daftar Pemilih Sementara yang selanjutnya disebut DPS adalah daftar
pemilih yang disusun berdasarkan data Daftar Pemilih Tetap Pemilihan
Umum terakhir yang telah diperbaharui dan dicek kembali atas
kebenarannya serta ditambah dengan pemilih baru.
29. Daftar Pemilih Tambahan adalah daftar pemilih yang disusun
berdasarkan usulan dari pemilih karena yang bersangkutan belum
terdaftar dalam Daftar Pemilih Sementara;
30. Daftar Pemilih Tetap yang selanjutnya disebut DPT adalah daftar
pemilih yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagai dasar
penentuan identitas pemilih dan jumlah pemilih dalam pemilihan
Kepala Desa;
31. Petugas Pemutahiran Data Pemilih yang selanjutnya disingkat Pantarlih
adalah adalah petugas yang dibentuk oleh Panitia Pilkades untuk
melakukan pendaftaran dan pemutakhiran data pemilih.
32. Kelompok Pemungutan Suara Pilkades yang selanjutnya disingkat KPS
Pilkades adalah kelompok yang dibentuk oleh Panitia Pilkades untuk
menyelenggarakan pemungutan dan penghitungan suara di tempat
pemungutan suara.
33. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pilkades yang selanjutnya disingkat
DKP Pilkades adalah lembaga yang bertugas menangani pelanggaran
penyelenggara pilkades yang bersifat insidentil.
34. Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat TPS adalah
tempat dilaksanakannya pemungutan suara pemilihan Kepala Desa.
35. Wilayah pemilihan adalah wilayah pemilihan Kepala Desa dari kesatuan
masyarakat Desa berdasarkan jumlah suara pemilih yang ditetapkan
oleh Panitia Pilkades.
36. Berbasis wilayah pemilihan adalah data pemilih wilayah pemilihan yang
ditentukan untuk TPS sesuai alokasi per TPS.
37. Kampanye adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh Calon Kepala
Desa untuk meyakinkan para pemilih dalam rangka mendapatkan
dukungan dengan menyampaikan Visi dan Misi.

BAB II
PEMILIHAN KEPALA DESA

Pasal 2

(1) Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan secara serentak di


seluruh wilayah Kabupaten.
(2) Pelaksanaan pemilihan Kepala Desa secara serentak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi
objektif akhir masa jabatan Kepala Desa, jumlah Desa dan kemampuan
biaya pemilihan yang dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
(3) Pemilihan kepala Desa secara serentak sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat dilaksanakan bergelombang paling banyak 3 (tiga) kali
dalam jangka waktu 6 (enam) tahun.
(4) Pelaksanaan . . .
-5-

(4) Pelaksanaan pemilihan kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat


(3) dilaksanakan 1 (satu) kali pada hari yang ditetapkan dalam 1 (satu)
tahun sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan anggaran
daerah yang ditetapkan dengan keputusan Bupati.
(5) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Kepala Desa dalam
penyelenggaraan pemilihan kepala Desa serentak, Bupati menunjuk
penjabat kepala Desa.
(6) Penjabat kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berasal dari
pegawai negeri sipil dilingkungan Kabupaten.

Pasal 3

(1) Dalam hal akan dilaksanakannya Pilkades, BPD melalui rapat pleno
BPD membuat berita acara perihal pemberitahuan kepada Kepala Desa
mengenai masa jabatan Kepala Desa yang akan habis paling lama 6
(enam) bulan sebelum masa jabatannya berakhir.
(2) BPD mempersiapkan pembentukan Panitia Pilkades.
(3) Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat mandiri
dan tidak memihak.

Bagian Kesatu
Persyaratan Calon Kepala Desa

Pasal 4
(1) Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan:
a. warga negara Republik Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;
d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama
(SMP) atau sederajat;
e. dalam hal pendidikan sederajat sebagaimana dimaksud pada huruf
d yaitu pendidikan yang dalam penyelenggaraan pendidikannya
telah diakui oleh pejabat yang berwenang atau oleh instansi yang
berwenang;
f. berusia paling rendah 25 tahun dan paling tinggi 65 (enam puluh
lima) tahun pada saat mendaftar;
g. memiliki dedikasi, komitmen dan loyalitas kepada Desa;
h. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;
i. terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa
setempat paling sedikit 1 (satu) tahun pada saat mendaftar;
j. tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara;

k. tidak . . .
-6-

k. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan


pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih, kecuali 5 (lima) tahun
setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan
secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan
pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-
ulang;
l. tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
m. berkelakuan baik;
n. berbadan sehat;
o. tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa
jabatan;
p. telah lulus penyaringan persyaratan administrasi dan test tertulis
kompetensi dasar;
q. telah ditetapkan sebagai calon Kepala Desa yang berhak dipilih
oleh Panitia Pilkades; dan
r. membuat pakta integritas.
(2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila
diperlukan dapat diberikan pendidikan dan pelatihan bela negara bagi
calon Kepala Desa.

Pasal 5

(1) Kepala Desa yang akan mencalonkan diri kembali diberi cuti sejak
ditetapkan sebagai calon sampai dengan selesainya pelaksanaan
penetapan calon terpilih.
(2) Selama masa cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa
dilarang menggunakan fasilitas pemerintah Desa untuk kepentingan
sebagai calon Kepala Desa.
(3) Dalam hal kepala Desa cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
sekretaris Desa melaksanakan tugas dan kewajiban kepala Desa.

Pasal 6

(1) Pegawai negeri sipil yang mencalonkan diri dalam pemilihan kepala
Desa harus mendapatkan izin tertulis dari pejabat pembina
kepegawaian.
(2) Permohonan izin tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Kepala SKPD dan selanjutnya diusulkan kepada
Bupati.
(4) Dalam hal pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terpilih dan diangkat menjadi kepala Desa, yang bersangkutan
dibebaskan sementara dari jabatannya selama menjadi kepala Desa
tanpa kehilangan hak sebagai pegawai negeri sipil.
Pasal 7 . . .
-7-

Pasal 7

(1) Bagi pegawai negeri sipil yang akan mencalonkan diri sebagai calon
Kepala Desa dapat mengajukan cuti kepada Kepala unit kerja yang
bersangkutan.
(2) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan pada saat tahapan
kampanye sampai dengan tahapan pemungutan suara paling lama 7
(tujuh) hari kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 8

(1) Perangkat Desa atau anggota BPD yang mencalonkan diri dalam
pemilihan Kepala Desa diberi cuti terhitung sejak yang bersangkutan
terdaftar sebagai bakal calon kepala Desa sampai dengan selesainya
pelaksanaan penetapan calon terpilih.
(2) Tugas perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirangkap
oleh perangkat Desa lainnya yang ditetapkan dengan keputusan Kepala
Desa.
(3) Dalam hal perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpilih
dan diangkat menjadi kepala Desa, yang bersangkutan diberhentikan
dari jabatannya sebagai perangkat Desa.
(4) Dalam hal anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpilih
dan diangkat menjadi kepala Desa, yang bersangkutan diberhentikan
dari keanggotaan BPD.

Bagian Kedua
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa

Pasal 9

(1) Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk Desa.


(2) Pemilihan Kepala Desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil.
(3) Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan melalui tahap pencalonan,
pemungutan suara, dan penetapan.
(4) Dalam melaksanakan pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), dibentuk Panitia Pilkades.
(5) Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bertugas
mengadakan penjaringan dan penyaringan bakal calon berdasarkan
persyaratan yang ditentukan, melaksanakan pemungutan suara,
menetapkan calon Kepala Desa terpilih, dan melaporkan pelaksanaan
pemilihan Kepala Desa.

Pasal 10

Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) yang pada
hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh
belas) tahun atau sudah/pernah menikah ditetapkan sebagai pemilih.
Pasal 11 . . .
-8-

Pasal 11

Pemilihan kepala Desa dilaksanakan melalui tahapan:


a. persiapan;
b. pencalonan;
c. pemungutan suara; dan
d. penetapan.

BAB III
TAHAPAN PERSIAPAN

Bagian Kesatu
Pemberitahuan Akhir masa Jabatan Kepala Desa

Pasal 12

(1) BPD memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya


masa jabatan Kepala Desa secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum masa
jabatannya berakhir.
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BPD terlebih
dahulu mengadakan rapat pleno BPD yang hasilnya dituangkan dalam
berita acara.
(3) Dalam hal BPD menyampaikan pemberitahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sekaligus melaporkan kepada Bupati melalui Camat bagi
kepala desa yang akan habis masa jabatannya sebagai bahan kajian
dalam pemilihan Kepala Desa.
(4) Camat memberitahukan kepada BPD untuk memproses pemilihan
Kepala Desa berdasarkan keputusan Bupati tentang pelaksanaan
pemilihan kepala desa secara serentak.

Bagian Kedua
Pembentukan Panitia, Tim Pengawas dan
Kelompok Pemungutan Suara Pilkades

Paragraf 1
Pembentukan Panitia Pemilihan Tingkat Kabupaten

Pasal 13

(1) Bupati berdasarkan kondisi objektif akhir masa jabatan Kepala Desa,
jumlah Desa dan kemampuan biaya pemilihan yang dibebankan pada
APBD, dapat mempersiapkan pemilihan Kepala Desa secara serentak.
(2) Dalam hal persiapan pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bupati menetapkan panitia pemilihan tingkat Kabupaten.

(3) Panitia . . .
-9-

(3) Panitia pemilihan tingkat Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) mempunyai tugas meliputi:
a. merencanakan, mengkoordinasikan dan menyelenggarakan semua
tahapan pelaksanaan pemilihan tingkat Kabupaten;
b. melakukan bimbingan teknis pelaksanaan pemilihan kepala desa
terhadap panitia pemilihan kepala desa tingkat desa.
c. memfasilitasi penetapan jumlah surat suara dan kotak suara;
d. memfasilitasi penyediaan data kependudukan guna penyusunan
daftar pemilih oleh Panitia Pilkades.
e. memfasilitasi pencetakan surat suara dan pembuatan kotak suara
serta perlengkapan pemilihan lainnya;
f. memfasilitasi penyelesaian permasalahan pemilihan Kepala Desa
tingkat Kabupaten;
g. melakukan pembinaan dan pengawasan, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan pemilihan; dan
h. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang ditetapkan dengan
keputusan Bupati.
(4) Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan keanggotaan
sebagai berikut:
a. Pengarah;
b. Penanggungjawab;
c. Ketua;
d. Sekretaris; dan
e. Anggota SKPD terkait.
(5) Dalam melaksanakan tugas Panitia dibantu oleh kelompok kerja
tingkat Kecamatan.
(6) Camat menetapkan keanggotaan Kelompok Kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dapat melibatkan unsur Forum Pimpinan
Kecamatan.
(7) Tugas Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud ayat (6) adalah:
a. mengawasi penggunaan alokasi dana bantuan Pemilihan Kepala
Desa dari APBD;
b. mengevaluasi penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa dan pasca
Pemilihan Kepala Desa;
c. memfasilitasi musyawarah penyelesaian sengketa Pemilihan Kepala
Desa;
d. ikut serta dalam penyelenggaraan keamanan dan ketertiban; dan
e. memberikan saran dan pertimbangan kepada Panitia Pemilihan
Tingkat Kabupaten terhadap laporan penyelenggaraan pemilihan
Kepala Desa.

Paragraf 2 . . .
-10-

Paragraf 2
Pembentukan Panitia Pilkades

Pasal 14

(1) BPD membentuk Panitia Pilkades melalui musyawarah dengan


mengikutsertakan Pemerintah Desa, Lembaga Kemasyarakatan dan
tokoh Masyarakat Desa setempat yang hasilnya ditetapkan dengan
Keputusan BPD.
(2) Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur
Perangkat Desa, Pengurus Lembaga Kemasyarakatan di Desa dan tokoh
masyarakat.
(3) Apabila dipandang perlu BPD dapat meminta bantuan kepada unsur
Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan setempat untuk membantu
salah seorang dan atau beberapa orang personilnya dalam kepanitiaan
pemilihan kepala desa.
(4) Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3),
keanggotaannya terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan anggota
yang disesuaikan dengan kebutuhan.
(5) Jumlah keanggotaan panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) berjumlah 7 (tujuh) orang.
(6) Apabila Ketua atau Anggota Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), ada yang mencalonkan Pemilihan Kepala Desa dan atau
berhalangan tetap, maka yang bersangkutan harus mengundurkan diri
dari Keanggotaan Panitia Pilkades dan perubahan susunan Panitia
Pilkades harus ditetapkan kembali oleh BPD.
(7) Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (4), sebelum
melaksanakan tugas wajib diangkat sumpah atau janji oleh BPD.
(8) Pembentukan Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan secara tertulis oleh BPD kepada Bupati melalui camat.

Pasal 15

(1) Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1),


mempunyai tugas:
a. merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan,
mengawasi dan mengendalikan semua tahapan pelaksanaan
pemilihan;
b. menetapkan tata tertib penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa;
c. menetapkan tata cara pelaksanaan pemilihan;
d. menetapkan tata cara pelaksanaan kampanye;
e. menetapkan jadwal proses pencalonan dan pelaksanaan Pemilihan
Kepala Desa;
f. merencanakan dan mengajukan biaya pemilihan kepada Bupati
melalui camat;
g. melakukan pendaftaran dan penetapan pemilih;
h. mengadakan . . .
-11-

h. mengadakan penjaringan dan penyaringan bakal calon;


i. menetapkan calon yang telah memenuhi persyaratan;
j. menerima hasil test seleksi tertulis bakal calon dari Tim
independen;
k. melakukan undian dan menetapkan nomor urut calon bagi Calon
Kepala Desa yang berhak dipilih;
l. mengumumkan nama-nama calon kepala desa yang berhak dipilih,
kepada masyarakat di tempat-tempat umum yang mudah di akses
sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat;
m. menetapkan wilayah pemilihan kepala Desa;
n. membentuk KPS Pilkades;
o. memfasilitasi penyediaan peralatan, perlengkapan dan tempat
pemungutan suara;
p. menyelenggarakan pemungutan suara;
q. menetapkan hasil rekapitulasi penghitungan suara dan
mengumumkan hasil pemilihan;
r. menetapkan calon Kepala Desa terpilih;
s. mengambil keputusan apabila timbul permasalahan;
t. membuat Berita Acara Pemilihan;
u. melakukan evaluasi pelaksanaan pemilihan;
v. melaporkan pelaksanaan proses pemilihan Kepala Desa kepada
BPD; dan
w. melaporkan realisasi penggunaan biaya penyelenggaraan pemilihan
Kepala Desa kepada Kepala Desa dengan tembusan kepada BPD.
(2) Ketua Panitia Pilkades dapat meminta bantuan kepada petugas
keamanan untuk menghimbau, menegur dan mengatur dan atau
memberikan tindakan hukum terhadap seseorang atau sekelompok
orang atau masyarakat, yang secara sengaja mangganggu kelancaran
proses pemungutan dan penghitungan suara.
(3) Panitia Pilkades dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab
kepada BPD.
(4) Ketentuan mengenai tata tertib penyelenggaraan Pemilihan Kepala
Desa, tata cara pelaksanaan pemilihan dan tata cara pelaksanaan
kampanye ditetapkan dengan keputusan Panitia Pilkades berdasarkan
persetujuan BPD;

Paragraf 3
Pembentukan Tim Pengawas Pilkades

Pasal 16

(1) Dalam hal pelaksanaan pemilihan Kepala Desa dibentuk Tim Pengawas
Pilkades atas prakarsa masyarakat Desa yang bersifat independen.
(2) Pembentukan . . .
-12-

(2) Pembentukan Tim Pengawas Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) difasilitasi oleh BPD melalui Musyawarah yang hasilnya dituangkan
dalam berita acara.
(3) Hasil kesepakatan pembentukan Tim pengawas Pilkades sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa
berdasarkan persetujuan Camat.
(4) Anggota Tim pengawas Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
sebanyak 5 (lima) orang, terdiri atas unsur perangkat Desa, lembaga
kemasyarakatan dan tokoh masyarakat setempat.
(5) Anggota Tim Pengawas Pilkades sebagaimana dimaksud dalam ayat (4),
sebelum melaksanakan tugasnya diangkat sumpah janji oleh Camat.
(6) Tim pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dalam tugasnya
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pemilihan Kepala
Desa dan dapat bekerjasama dengan pihak lain.
(7) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (6) yaitu unsur TNI/
Bintara Pembina Desa, unsur POLRI/Bintara pembina keamanan dan
ketertiban masyarakat dan unsur keamanan dan ketertiban kecamatan.

Pasal 17

(1) Tim Pengawas Pilkades mempunyai tugas sebagai berikut :


a. mengawasi tahapan pencalonan dan pemungutan suara serta
dapat memberikan masukan kepada Panitia Pilkades dan BPD;
b. menerima laporan pelanggaran tata tertib penyelenggaraan
Pilkades dan/atau peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan pemilihan Kepala Desa;
c. menyelesaikan sengketa yang timbul dalam penyelenggaraan
Pemilihan Kepala Desa;
d. memberikan teguran kepada calon Kepala Desa terhadap
pelanggaran tata tertib penyelenggaraan Pilkades;
e. jika teguran sebagaimana dimaksud pada huruf d tidak dipatuhi,
maka Tim Pengawas Pilkades meneruskan temuan dengan
membuat berita acara hasil temuan kepada Panitia Pilkades untuk
ditindaklanjuti;
f. apabila Tim Pengawas Pilkades menemukan dugaan tindak pidana
dan/atau perdata dalam penyelenggaraan Pilkades, maka Tim
Pengawas Pilkades melaporkan hasil temuan kepada pihak yang
berwenang untuk ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
g. menyampaikan laporan secara tertulis kepada Kepala Desa, BPD
dan tembusannya kepada Camat atas pelaksanaan tahapan
pemilihan; dan
h. memperlakukan peserta Pilkades secara adil dan setara.
(2) Pihak-pihak terkait wajib memberikan kemudahan kepada Tim
Pengawas untuk memperoleh informasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 18 . . .
-13-

Pasal 18

Tim Pengawas dibentuk sebelum pendaftaran Pemilih dan tugasnya berakhir


14 (empat belas) hari setelah pengucapan sumpah atau janji Kepala Desa
terpilih.

Paragraf 4
Pembentukan Kelompok Pemungutan Suara Pilkades

Pasal 19

(1) Dalam hal pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara Pilkades


dibentuk KPS Pilkades.
(2) KPS Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Ketua Panitia Pilkades atas persetujuan BPD.
(3) Anggota KPS Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebanyak 9
(sembilan) orang, terdiri atas unsur lembaga kemasyarakatan dan tokoh
masyarakat setempat.
(4) Susunan KPS Pilkades berdasarkan hasil musyawarah terdiri dari:
a. Ketua;
b. Anggota; dan
c. Petugas Keamanan.

Bagian Ketiga
Laporan Akhir Masa Jabatan Kepala Desa Bagi Kepala Desa Yang Akan
Mencalonkan Kembali

Pasal 20

(1) Kepala Desa yang akan mencalonkan kembali wajib membuat laporan
akhir masa jabatan Kepala Desa setelah menerima pemberitahuan dari
BPD mengenai akan berakhirnya masa jabatan.
(2) Laporan akhir masa jabatan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan kepada Bupati melalui Camat dalam jangka waktu
paling lama 30 (tiga puluh) Hari setelah diterimanya pemberitahuan
akhir masa jabatan.
(3) Laporan akhir masa jabatan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) sebagai bahan evaluasi dan pembinaan penyelenggaraan
pemerintahan Desa.

Bagian Keempat
Pembiayaan Pemilihan Kepala Desa

Pasal 21

(1) Biaya Pemilihan Kepala Desa dibebankan pada Anggaran Pendapatan


dan Belanja Daerah.
(2) Dana . . .
-14-

(2) Dana Bantuan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa untuk
kebutuhan pada pelaksanaan pemungutan suara.
(3) Besaran Biaya pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(4) Besaran dana Bantuan pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

Pasal 22

(1) Panitia Pilkades menyusun rencana anggaran biaya pemilihan meliputi:


a. pengadaan surat suara;
b. kotak suara;
c. kelengkapan peralatan lainnya;
d. honorarium Panitia; dan
e. biaya pelantikan.
(2) Rencana anggaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
kepada Bupati melalui Camat dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) Hari setelah dilantiknya Panitia Pilkades.
(3) Rencana anggaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berpedoman pada pagu anggaran dari Pemerintah Daerah.
(4) Penyaluran biaya yang bersumber dari APBD untuk pembiayaan
Penyelenggaraan Pilkades serentak melalui APB Desa.
(5) Ketentuan mengenai tata cara pemberian dana bantuan dari
Pemerintah Desa melalui APB Desa diatur dalam Peraturan Kepala
Desa.

Pasal 23

(1) Pengajuan rencana anggaran biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal


22, Bupati melakukan verifikasi terhadap kesesuaian standar
kebutuhan biaya.
(2) Dalam hal melaksanakan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Bupati membentuk tim verifikasi dari unsur SKPD terkait.
(3) Tim verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyampaikan
hasil verifikasi kepada Bupati untuk mendapat penetapan.
(4) Persetujuan biaya pemilihan dari Bupati sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diajukan oleh Panitia
Pilkades.

BAB IV . . .
-15-

BAB IV
TAHAPAN PENCALONAN

Bagian Kesatu
Pengumuman dan Pendaftaran Bakal Calon

Pasal 24

(1) Panitia Pilkades melaksanakan pengumuman dan pendaftaran Bakal


Calon Kepala Desa kepada masyarakat selama 9 (sembilan) hari untuk
melakukan pendaftaran bakal calon yang memenuhi persyaratan
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang bakal calon.
(2) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kurang dari 2 (dua) orang, panitia Pilkades
memperpanjang waktu pendaftaran selama 20 (dua puluh) hari.
(3) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan tetap kurang dari 2
(dua) setelah perpanjangan waktu pendaftaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Panitia Pilkades melaporkan Kepada Panitia Pemilihan
Tingkat Kabupaten.
(4) Bupati berdasarkan laporan dari Panitia Pemilihan tingkat Kabupaten
dapat menunda pelaksanaan pemilihan Kepala Desa sampai dengan
waktu yang ditetapkan kemudian.
(5) Apabila dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
masa jabatan Kepala Desa berakhir, Bupati mengangkat penjabat
Kepala Desa dari pegawai Negeri Sipil dilingkungan pemerintah
Kabupaten.

Bagian Kedua
Seleksi Bakal Calon

Pasal 25

(1) Seleksi Bakal Calon Kepala Desa meliputi:


a. Penelitian kelengkapan persyaratan administrasi;
b. Klarifikasi faktual;
c. Test tertulis kemampuan dasar; dan
d. Penetapan dan pengumuman nama calon.
(2) Seleksi sebagai dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam jangka
waktu 20 (dua puluh) hari.

Pasal 26

Penelitian kelengkapan persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud


dalam pasal 25 ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. surat keterangan bukti sebagai warga negara Indonesia dari pejabat
pada SKPD yang membidangi kependudukan dan pencatatan sipil;

b. surat . . .
-16-

b. surat pernyataan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dibuat
oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai cukup;
c. surat pernyataan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika, yang dibuat oleh yang
bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai cukup;
d. foto copy ijazah pendidikan formal dari tingkat dasar sampai dengan
ijazah terakhir yang dilegalisasi oleh pejabat berwenang atau surat
keterangan keabsahan dari pejabat yang berwenang;
e. foto copy akta kelahiran atau surat keterangan kenal lahir yang
dilegalisir oleh pejabat berwenang;
f. surat pernyataan bersedia berdedikasi, komitmen dan loyalitas kepada
Desa yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau
bermeterai cukup;
g. surat pernyataan bersedia dicalonkan menjadi kepala Desa yang dibuat
oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai cukup;
h. kartu tanda penduduk dan surat keterangan bertempat tinggal paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran dari rukun tetangga/rukun
warga dan kepala Desa setempat;
i. surat keterangan dari ketua pengadilan bahwa tidak pernah dijatuhi
pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih;
j. surat keterangan dari ketua pengadilan negeri bahwa tidak sedang
dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai hukum tetap;
k. surat keterangan catatan kepolisian dari Kepolisian Resort Kota
Tangerang.
l. surat keterangan berbadan sehat yang dilampirkan hasil general chek
up dari Rumah Sakit Umum Daerah;
m. Surat izin tertulis dari pejabat pembina kepegawaian bagi PNS;
n. Surat cuti mengikuti pencalonan dari Camat bagi Kepala Desa,
Perangkat Desa dan anggota BPD;
o. Surat keterangan lolos butuh dari pimpinan institusi yang
bersangkutan bagi anggota TNI/Polri;
p. Surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai calon Kepala
Desa yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau
bermeterai cukup; dan
q. surat keterangan dari pemerintah daerah kabupaten atau Kabupaten/
Kota lain dan surat pernyataan dari yang bersangkutan bahwa tidak
pernah menjadi kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan.

Pasal 27 . . .
-17-

Pasal 27

(1) Terhadap dokumen yang dijadikan persyaratan administrasi bakal


calon dilakukan Klarifikasi faktual oleh Panitia Pilkades kepada
lembaga atau institusi yang mengeluarkan dokumen.
(2) Hasil klarifikasi faktual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
berita acara dan surat keterangan keabsahan atas dokumen yang
diklarifikasi.

Pasal 28

(1) Bakal Calon Kepala Desa yang dinyatakan lulus penelitian kelengkapan
persyaratan administrasi dan klarifikasi oleh Panitia Pilkades,
selanjutnya dilakukan test tertulis kemampuan dasar.
(2) Test tertulis kemapuan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh pihak independen.
(3) Sebelum menyelenggarakan test tertulis kemampuan dasar Pihak
independen membuat perjanjian kerjasama dengan panitia Pilkades.
(4) Pihak independen mengeluarkan hasil kelulusan test yang menjadi
dasar bagi Panitia Pilkades dalam penetapan calon.
(5) Apabila calon yang mendapatkan predikat kelulusan lebih dari batas
maksimal calon yang harus ditetapkan, maka Panitia Pilkades
menetapkan calon berdasarkan urutan predikat kelulusan yang
tertinggi.
(6) Dalam menentukan pihak independen sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) difasilitasi oleh pemerintah Daerah.

Bagian Ketiga
Penetapan Calon Kepala Desa

Pasal 29

(1) Bakal calon Kepala Desa yang telah memenuhi persyaratan


administrasi, klarifikasi dan hasil test tertulis kemampuan dasar
ditetapkan sebagai calon Kepala Desa oleh Panitia Pilkades.
(2) Penetapan calon Kepala Desa yang berhak dipilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 5
(lima) orang.
(3) Panitia Pilkades setelah menetapkan Calon yang berhak dipilih
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) segera mengadakan rapat untuk
menetapkan nomor urut calon Kepala Desa dengan dilengkapi Berita
Acara.
(4) Calon Kepala Desa yang berhak dipilih dan telah ditetapkan nomor urut
calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diumumkan
kepada masyarakat Desa di tempat umum sesuai dengan kondisi sosial
budaya masyarakat Desa, paling lambat 7 (tujuh) hari sejak tanggal
ditetapkan.
(5) Calon . . .
-18-

(5) Calon Kepala Desa yang berhak dipilih sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tidak dibenarkan mengundurkan diri kecuali berhalangan
tetap.
(6) Dalam hal Calon Kepala Desa berhalangan tetap sebagaimana
dimaksud dalam ayat (5), maka pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa
tetap dilanjutkan dengan ketentuan calon Kepala Desa lebih dari 2
(dua) orang.
(7) Dalam hal Calon Kepala Desa berhalangan tetap sebagaimana
dimaksud dalam ayat (5), maka pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa
tidak dapat dilanjutkan dengan ketentuan calon Kepala Desa kurang
dari 2 (dua) orang, maka pemilihan kepala desa di tunda karena
keadaan kahar/ keadaan diluar kemampuan manusia.
(8) Calon Kepala Desa yang berhak dipilih sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dalam mengikuti tahapan pemungutan suara dapat menunjuk
beberapa saksi sesuai dengan kebutuhan.
(9) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (8) wajib mentaati segala
ketentuan yang telah ditetapkan oleh Panitia Pilkades.

Bagian Keempat
Penyusunan dan penetapan Daftar Pemilih

Paragraf 1
Daftar Pemilih

Pasal 30

(1) Pemilih yang sah meliputi:


a. telah berumur 17 (tujuh belas) tahun pada hari pemungutan suara
pemilihan Kepala Desa atau telah dan pernah menikah;
b. tidak terganggu ingatannya;
c. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; dan
d. berdomisili di Desa yang bersangkutan secara sah sekurang-
kurangnya 6 (enam) bulan sebelum disahkannya daftar pemilih
sementara yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk, Kartu
Keluarga atau surat keterangan Domisili/penduduk dari Kepala
Desa;
(2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftar oleh Panitia
Pilkades dalam daftar Pemilih.
(3) Dikecualikan bagi desa hasil pemekaran yang akan menyelenggarakan
pemilihan kepala desa untuk pertama kali, maka persyaratan
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a dapat menggunakan KTP dan
KK desa induk.

Pasal 31

(1) Panitia Pilkades melakukan penyusunan daftar pemilih berdasarkan


Data Kependudukan Desa selama 5 (lima) hari.
(2) Panitia . . .
-19-

(2) Panitia Pilkades melakukan koordinasi teknis dengan SKPD yang


menangani kependudukan yang difasilitasi oleh Pemerintah Desa dan
Kecamatan untuk mendapatkan data kependudukan Desa setempat
sebagai dasar untuk data pemilih.
(3) Data Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
dimutakhirkan oleh Panitia Pilkades menjadi data Pemilih berbasis
wilayah pemilihan.
(4) hasil penyusunan daftar pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimuat dalam berita acara penyusunan daftar Pemilih.

Paragraf 2
Pemutahiran Daftar Pemilih

Pasal 32

(1) Panitia Pilkades melakukan Pemutakhiran Data Pemilih berdasarkan


hasil penyusunan daftar pemilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal
31 ayat (1).
(2) Pemutakhiran Data Pemilih oleh Panitia Pilkades sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lama 12 (dua belas) hari
setelah ditetapkannya hasil penyusunan daftar pemilih.
(3) Dalam hal penyusunan dan pemutakhiran Data Pemilih panitia
Pilkades dibantu oleh Pantarlih.
(4) Pantarlih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat dan
diberhentikan oleh Panitia Pilkades paling banyak 4 (empat) orang
untuk setiap wilayah pemilihan atas persetujuan BPD.
(5) Pantarlih dapat terdiri atas perangkat desa, pengurus RW, pengurus
RT, dan/atau warga masyarakat setempat.
(6) Dalam melaksanakan Pemutakhiran Data Pemilih, Pantarlih
memberikan kepada Pemilih tanda bukti telah terdaftar sebagai Pemilih
berupa stiker yang berisi jumlah hak pilih dalam satu keluarga.
(7) Hasil Pemutakhiran Data Pemilih digunakan sebagai bahan
penyusunan DPS.

Pasal 33

(1) Tugas dan tanggung jawab Panitia Pilkades dalam persiapan


Pemutakhiran Data Pemilih meliputi:
a. Panitia Pilkades melaksanakan sosialisasi Pemutakhiran Data
Pemilih di tingkat desa dan memberikan supervisi serta membantu
Pantarlih dalam melakukan verifikasi faktual;
b. membentuk TPS dengan mengalokasikan Pemilih paling sedikit
1.500 (seribu lima ratus) pemilih dan paling banyak 2.500 (dua
ribu lima ratus) Pemilih setiap 1 (satu) TPS ke dalam data pemilih
dengan mempertimbangkan kondisi geografis dan administrasi
wilayah dalam wilayah pemilihan yang telah ditetapkan;
c. apabila . . .
-20-

c. apabila jumlah hak pilih kurang dari 3.000 (tiga ribu) dapat
dibentuk 2 (dua) TPS dengan pengalokasian Pemilih disesuaikan
dengan kondisi geografis dan administrasi wilayah dalam wilayah
pemilihan yang telah ditetapkan; dan
d. Panitia Pilkades menyerahkan data Pemilih berbasis TPS, formulir
pemutakhiran, stiker dan alat kelengkapan lainnya kepada
Pantarlih paling lambat 3 (tiga) hari sejak ditetapkannya hasil
penyusunan daftar pemilih.
(2) Tugas dan tanggung jawab Pantarlih dalam Pemutakhiran Data Pemilih
meliputi:
a. sebelum melakukan verifikasi faktual, Pantarlih melakukan
koordinasi dengan Ketua RT/RW dan tokoh masyarakat setempat;
b. Pantarlih setelah menerima data Pemilih berbasis TPS, melakukan
verifikasi faktual data pemilih dengan cara mendatangi Pemilih
secara langsung;
c. kegiatan verifikasi faktual dilakukan untuk memperbaiki data
Pemilih, meliputi:
1. mencatat Pemilih yang telah memenuhi syarat, tetapi belum
terdaftar dalam data Pemilih;
2. memperbaiki data Pemilih jika terdapat kesalahan;
3. mencoret Pemilih yang telah meninggal;
4. mencoret Pemilih yang telah pindah domisili ke desa dan/atau
daerah lain;
5. mencoret Pemilih yang telah berubah status dari status sipil
menjadi status anggota TNI/Polri;
6. mencoret Pemilih yang belum genap berumur 17 tahun dan
belum kawin/menikah pada tanggal pemungutan suara; dan
7. mencoret data Pemilih yang telah dipastikan tidak ada
keberadaannya setelah mendapat persetujuan RT setempat.
d. Pemilih yang telah memenuhi syarat tetapi belum terdaftar dalam
data Pemilih sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 1 dicatat
di dalam formulir Data Pemilih baru.
e. dalam melakukan pencoretan, perbaikan, maupun mencatat Data
Pemilih baru, Pantarlih harus mendasarkan pada identitas
kependudukan yang dimiliki oleh Pemilih, keterangan kepala atau
anggota keluarga dan/atau keterangan pengurus RT/RW setempat.
f. Pantarlih mengisi, memverifikasi, menandatangani dan menempel
stiker Pemutakhiran Data Pemilih di rumah pemilih.

Paragraf 3
Daftar Pemilih Sementara

Pasal 34

(1) Panitia Pilkades mengumpulkan hasil Pemutakhiran Data Pemilih,


beserta formulir lainnya dari seluruh Pantarlih.
(2) Hasil . . .
-21-

(2) Hasil verifikasi data Pemilih dan formulir lainnya digunakan oleh
Panitia Pilkades untuk menyusun DPS.
(3) Panitia Pilkades menyusun DPS dibantu oleh Pantarlih berdasarkan
hasil verifikasi faktual data Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterima hasil verifikasi faktual dari
Pantarlih.
(4) Penetapan DPS dilakukan dalam rapat pleno Panitia Pilkades yang
dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh Ketua dan
Anggota Panitia Pilkades dengan disaksikan calon Kepala Desa
dan/atau saksi yang mendapat kuasa dari calon Kepala Desa.
(5) DPS yang telah ditetapkan oleh Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) ditandatangani oleh Ketua Panitia Pilkades dan dibubuhi
paraf oleh masing – masing calon Kepala Desa.

Pasal 35

(1) Panitia Pilkades memperbanyak DPS sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 34 ayat (5) sebanyak 3 (tiga) rangkap yaitu 1 salinan untuk
diumumkan di kantor Desa, 1 salinan untuk arsip Panitia Pilkades, dan
1 salinan untuk diumumkan di sekretariat/kantor/lingkungan RT/RW
yang memuat TPS terkait.
(2) Panitia Pilkades mengumumkan DPS selama 3 (tiga) hari untuk
mendapatkan masukan dan tanggapan dari masyarakat dan/atau
Calon Kepala Desa.
(3) Panitia Pilkades melakukan verifikasi keabsahan masukan dan
tanggapan dari masyarakat dan/atau calon Kepala Desa untuk
dimasukan menjadi DPS.

Pasal 36

(1) Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2),
pemilih atau anggota keluarga dapat mengajukan usul perbaikan
mengenai penulisan nama dan/atau identitas lainnya.
(2) Selain usul perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemilih
atau anggota keluarga dapat memberikan informasi yang meliputi:
a. Pemilih yang terdaftar sudah meninggal dunia;
b. Pemilih sudah tidak berdomisili di desa tersebut;
c. Pemilih yang sudah nikah di bawah umur 17 tahun; atau
d. Pemilih yang sudah terdaftar tetapi sudah tidak memenuhi syarat
sebagai pemilih.
(3) Apabila usul perbaikan dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diterima, panitia Pilkades segera mengadakan
perbaikan DPS.

Pasal 37 . . .
-22-

Pasal 37

(1) Pemilih yang belum terdaftar, secara aktif melaporkan kepada Panitia
Pemilihan melalui pengurus Rukun Tetangga/Rukun Warga;
(2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftar sebagai pemilih
tambahan;
(3) Pencatatan data pemilih tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), dilaksanakan paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak pengumuman
DPS berakhir.

Pasal 38

(1) Daftar pemilih tambahan diumumkan oleh Panitia Pemilihan pada


tempat-tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat.
(2) Jangka waktu pengumuman daftar pemilih tambahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan selama 3 (tiga) hari terhitung
sejak berakhirnya jangka waktu penyusunan tambahan.

Paragraf 4
Daftar Pemilih Tetap

Pasal 39

(1) Hasil Daftar pemilih sementara yang sudah diperbaiki dan daftar
pemilih tambahan disusun oleh Panitia Pilkades sebagai DPT.
(2) Panitia Pilkades menyusun DPT dibantu oleh Pantarlih paling lama 7
(tujuh) hari sejak berakhirnya jangka waktu pengumuman daftar
pemilih tambahan berakhir.
(3) Sebelum ditandatangani DPT oleh Panitia Pilkades terlebih dahulu
diparaf oleh masing – masing calon Kepala Desa dan Ketua Panitia
Pilkades.
(4) Penetapan DPT dilakukan dalam rapat pleno Panitia Pilkades yang
dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh Ketua beserta
Anggota Panitia Pilkades dan masing – masing calon Kepala Desa
dengan disaksikan BPD, unsur Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan
dan/atau saksi yang mendapat kuasa dari calon Kepala Desa.
(5) DPT yang sudah disahkan oleh panitia Pilkades tidak dapat diubah,
kecuali ada pemilih yang meninggal dunia, panitia Pilkades
membubuhkan catatan dalam daftar pemilih tetap pada kolom
keterangan "meninggal dunia".

Pasal 40

(1) Panitia Pilkades memperbanyak DPT sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 39 ayat (5) sebanyak 5 (tiga) rangkap yaitu 1 salinan untuk
diumumkan di kantor Desa, 1 salinan untuk arsip Panitia Pilkades, 1
salinan untuk diumumkan di sekretariat/kantor/lingkungan RT/RW
yang memuat TPS terkait, dan 2 salinan untuk KPS Pilkades.
(2) DPT . . .
-23-

(2) DPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan oleh Panitia
Pilkades pada tempat-tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat.
(3) Panitia Pilkades mengumumkan DPT sejak DPT ditetapkan sampai
dengan hari pemungutan suara.
(4) DPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan KPS Pilkades
dalam melaksanakan pemungutan suara di TPS.

Bagian Kelima
Kampanye

Pasal 41

(1) Calon Kepala Desa melakukan kampanye sesuai dengan kondisi sosial
budaya masyarakat Desa dan peraturan perundang-undangan.
(2) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
prinsip jujur, terbuka, dialogis serta bertanggungjawab.
(3) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat visi dan misi
bila terpilih sebagai Kepala Desa.
(4) Pelaksanaan kampanye calon kepala Desa dalam jangka waktu 3 (tiga)
Hari.
(5) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan
melalui:
a. pertemuan terbatas;
b. tatap muka
c. dialog;
d. penyebaran bahan Kampanye kepada umum;
e. pemasangan alat peraga di tempat Kampanye dan di tempat lain
yang ditentukan oleh panitia pemilihan; dan
f. kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-
undangan.
(6) Kampanye dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dilaksanakaan dengan tidak mengganggu ketentraman dan
ketertiban masyarakat;
b. Dilaksanakan mulai pukul 08.00 wib. Sampai dengan pukul 16.00
WIB;
c. Dilaksanakan secara terbuka dan tidak sembunyi-sembunyi;
d. Tidak bertentangan dengan norma-norma dan adat yang
berkembang dilingkungan masyarakat setempat;
e. Pelaksanaan kampanye harus bersifat positif dalam rangka
menunjang kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan
pelaksanaan pembangunan.
(7) Pelaksanaan kampanye ditetapkan oleh Panitia Pilkades.
(8) Dalam . . .
-24-

(8) Dalam pelaksanaan kampanye, Calon Kepala Desa atau Tim sukses
dilarang:
a. mempersoalkan dasar negara Pancasila, Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
c. membagi-bagikan uang dan atau barang dalam bentuk apapun
yang bukan merupakan alat peraga kampanye;
d. menghina seseorang, agama, suku, tim sukses dan/ atau calon
kepala desa lainnya;
e. mengemukakan isu-isu yang dapat menimbulkan opini
masyarakat bernuansa hasutan;
f. mengganggu ketertiban umum;
g. menggunakan kekerasan, ancaman atau menganjurkan
penggunaan kekerasan kepada perseorangan, kelompok
masyarakat atau calon kepala desa lainnya;
h. memanfaatkan kegiatan-kegiatan lain yang sedang berlangsung di
lingkungan masyarakat selain khusus untuk kegiatan kampanye;
i. menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat
pendidikan;
j. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga Kampanye Calon;
k. membawa atau menggunakan gambar dan/atau atribut Calon lain
selain dari gambar dan/atau atribut Calon yang bersangkutan;
l. memberikan harapan, janji dan hadiah langsung ataupun tidak
langsung; dan
m. mengadakan pawai dalam bentuk apapun.
(9) Pelaksana Kampanye dalam kegiatan kampanye dilarang
mengikutsertakan:
a. Kepala Desa;
b. Perangkat Desa;
c. Anggota BPD.
(10) Pelaksana Kampanye yang melanggar larangan Kampanye sebagaimana
dimaksud pada ayat (8) dikenai sanksi:
a. peringatan tertulis apabila pelaksana Kampanye melanggar
larangan walaupun belum terjadi gangguan; dan
b. penghentian kegiatan Kampanye di tempat terjadinya pelanggaran
atau di suatu wilayah yang dapat mengakibatkan gangguan
terhadap keamanan yang berpotensi menyebar ke wilayah lain.

Bagian Keenam . . .
-25-

Bagian Keenam
Masa Tenang

Pasal 42

(1) Masa tenang ditetapkan selama 3 (tiga) Hari sebelum hari pemungutan
suara.
(2) Dalam hal masa tenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
mengadakan kegiatan kampanye atau mengarahkan untuk mendukung
salah satu calon Kepala Desa.
(3) Panitia Pilkades, Tim Pengawas, Tim Sukses calon Kepala Desa dan
Perangkat Desa membersihkan alat peraga kampanye yang terpasang di
wilayah Desa.
(4) Masyarakat Desa setempat dapat berperan aktif dalam membersihkan
alat peraga kampanye setelah berakhirnya masa kampanye yang
ditetapkan oleh Panitia Pilkades.

BAB V
TAHAPAN PEMUNGUTAN SUARA

Bagian Kesatu
Pemungutan dan Perhitungan Suara

Pasal 43

Pemungutan dan Penghitungan Suara dilakukan berdasarkan asas:


a. langsung;
b. umum;
c. bebas;
d. rahasia;
e. jujur; dan
f. adil.

Pasal 44

(1) Hari dan tanggal Pemungutan Suara Pilkades di TPS ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
(2) Pemungutan Suara di TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 14.00 waktu
setempat.

Pasal 45

(1) Penghitungan Suara dilaksanakan pada hari dan tanggal yang sama
dengan pelaksanaan Pemungutan Suara di TPS.
(2) Penghitungan . . .
-26-

(2) Penghitungan Suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan


mulai pukul 14.00 waktu setempat setelah berakhirnya waktu
pelaksanaan Pemungutan Suara di TPS.

Paragraf 1
Persiapan Pemungutan Suara

Pasal 46

(1) Paling lambat 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan Pemungutan Suara


atau sesuai dengan hasil musyawarah antara Panitia Pilkades dengan
Calon dan atau saksi, Panitia Pemilihan menyampaikan surat
undangan kepada pemilih.
(2) Sebelum surat undangan disampaikan kepada pemilih, Panitia Pilkades
melaksanakan :
a. pengecekan untuk mengetahui jumlah lembar surat undangan,
selanjutnya dibuatkan Berita Acara;
b. surat undangan ditandatangani oleh Ketua dan dibubuhi stempel
Panitia Pilkades.
(3) Penyampaian surat undangan kepada pemilih dilakukan dengan cara :
a. didampingi oleh Perangkat Desa dan saksi dari Calon;
b. setiap surat undangan yang disampaikan kepada pemilih harus
disertai dengan tanda terima.
(4) Bagi pemilih yang namanya tercantum dalam DPT tetapi belum
menerima surat undangan, dapat meminta kepada Panitia Pilkades.

Pasal 47

(1) Ketua Panitia Pilkades bersama Ketua KPS Pilkades wajib


mengumumkan hari, tanggal, waktu Pemungutan Suara, dan nama TPS
serta persyaratan/ kelengkapan kepada Pemilih di wilayah kerjanya,
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum hari dan tanggal Pemungutan Suara.
(2) Ketua KPS Pilkades dibantu oleh Anggota KPS Pilkades menyiapkan
lokasi dan pembuatan TPS.

(3) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat di tempat yang mudah
dijangkau, termasuk oleh penyandang cacat, dan menjamin setiap
Pemilih dapat memberikan suaranya secara langsung, umum, bebas
dan rahasia.
(4) Pembuatan TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus sudah
selesai paling lambat 1 (satu) hari sebelum hari dan tanggal
Pemungutan Suara.
(5) Dalam pembuatan TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2), KPS
Pilkades dapat mengikutsertakan masyarakat.

Pasal 48 . . .
-27-

Pasal 48

(1) TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) dibuat dengan
ukuran paling sedikit panjang 10 (sepuluh) meter dan lebar 8 (delapan)
meter atau dapat disesuaikan dengan kondisi setempat.
(2) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberi tanda batas dengan
menggunakan tali atau tambang atau bahan lain.
(3) Pintu masuk dan keluar TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dapat menjamin akses gerak bagi Pemilih penyandang cacat yang
menggunakan kursi roda.
(4) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diadakan di ruang
terbuka dan/atau ruang tertutup, dengan ketentuan:
a. apabila di ruang terbuka, tempat duduk Ketua KPS dan Anggota
KPS Pilkades, Pemilih, dan Saksi dapat diberi pelindung terhadap
panas matahari, hujan, dan tidak memungkinkan orang lalu lalang
di belakang Pemilih pada saat memberikan suara di bilik suara;
b. apabila di ruang tertutup, luas TPS harus mampu menampung
pelaksanaan rapat Pemungutan dan Penghitungan Suara di TPS,
dan kedudukan Pemilih membelakangi tembok/dinding pada saat
memberikan suara di bilik suara.
(5) Apabila dalam pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, dilakukan dalam
keadaan kurang penerangan, perlu ditambah alat penerangan yang
cukup.
(6) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan sarana dan
prasarana:
a. ruangan atau tenda;
b. alat pembatas;
c. papan pengumuman untuk menempel Daftar Calon Kepala Desa,
visi, misi, dan program serta biodata singkat Calon Kepala Desa
dan DPT;
d. papan atau tempat untuk menempel Data hasil dan rincian
penghitungan perolehan suara di tempat pemungutan suara;
e. tempat duduk dan meja Ketua dan Anggota KPS Pilkades;
f. meja untuk menempatkan kotak suara dan bilik suara;
g. tempat duduk Pemilih, Saksi dan Tim Pengawas; dan
h. alat penerangan yang cukup.

Pasal 49

(1) TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) dapat dibuat di
halaman atau ruangan/gedung sekolah, balai pertemuan masyarakat,
ruangan/gedung tempat pendidikan lainnya, gedung atau kantor milik
pemerintah dan non pemerintah termasuk halamannya.
(2) Pembuatan . . .
-28-

(2) Pembuatan TPS di tempat-tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


terlebih dahulu harus mendapat izin dari pengurus/pimpinan atau
pihak yang berwenang atas gedung/kantor tersebut.
(3) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang dibuat di dalam
ruangan tempat ibadah.

Pasal 50

(1) KPS Pilkades bertugas:


a. menyiapkan dan mengatur tempat duduk Pemilih yang
menampung paling sedikit 25 (dua puluh lima) orang, yang
ditempatkan di dekat pintu masuk TPS;
b. menyiapkan dan mengatur meja panjang dan tempat duduk Ketua
KPS Pilkades, Anggota KPS Pilkades Kedua dan Anggota KPS
Pilkades Ketiga;
c. menyiapkan dan mengatur meja dan tempat duduk Anggota KPS
Pilkades Keempat, di dekat pintu masuk TPS;
d. menyiapkan dan mengatur tempat duduk Anggota KPS Pilkades
Kelima yang ditempatkan di antara tempat duduk Pemilih dan bilik
suara;
e. menyiapkan dan mengatur tempat duduk Anggota KPS Pilkades
Keenam di dekat kotak suara;
f. menyiapkan dan mengatur tempat duduk Anggota KPS Pilkades
Ketujuh di dekat pintu keluar TPS;
g. menyiapkan dan mengatur tempat duduk untuk Pemilih, Saksi
dan Tim Pengawas yang ditempatkan di dalam TPS;
h. menyiapkan dan mengatur meja untuk tempat kotak suara yang
ditempatkan di dekat pintu keluar TPS, dengan jarak kurang lebih
3 (tiga) meter dari tempat duduk Ketua KPS Pilkades dan
berhadapan dengan tempat duduk Pemilih;
i. menyiapkan dan mengatur meja kotak suara tidak terlalu tinggi
sehingga kotak suara bisa dicapai oleh umumnya Pemilih,
termasuk Pemilih yang menggunakan kursi roda;
j. menyiapkan dan mengatur bilik suara yang ditempatkan
berhadapan dengan tempat duduk Ketua KPS dan Saksi, dengan
ketentuan jarak antara bilik suara dengan batas lebar TPS paling
kurang 1 (satu) meter;
k. menyiapkan dan mengatur meja tempat bilik suara, perlu
mempunyai kolong yang cukup sehingga Pemilih berkursi roda
dapat mencapai meja bilik suara dengan leluasa;
l. menyiapkan dan mengatur papan sebanyak 2 (dua) buah yang
pada saat Pemungutan Suara ditempatkan di dekat pintu masuk
untuk memasang salinan Daftar Calon Kepala Desa, visi, misi, dan
program serta biodata singkat Calon Kepala Desa, dan DPT.
m. papan sebagaimana dimaksud pada huruf l, pada saat
Penghitungan Suara digunakan untuk memasang Plano;
n. papan . . .
-29-

n. papan nama TPS ditempatkan di dekat pintu masuk TPS di sebelah


luar TPS;
o. menyiapkan tambang, tali, kayu atau bambu untuk membuat
batas TPS.
(2) 2 (dua) orang Petugas Keamanan KPS Pilkades bertugas mengamankan
di dekat pintu masuk dan keluar TPS.
(3) Petugas Keamanan TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
petugas yang menangani ketenteraman, ketertiban dan keamanan TPS.

Paragraf 2
Perlengkapan Pemungutan dan Penghitungan Suara

Pasal 51

(1) KPS Pilkades memastikan perlengkapan Pemungutan dan Penghitungan


Suara, serta dukungan perlengkapan lainnya sudah diterima dari
Panitia Pilkades paling lambat 1 (satu) hari sebelum hari dan tanggal
Pemungutan Suara.
(2) Perlengkapan Pemungutan dan Penghitungan Suara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Surat Suara;
b. tinta;
c. sampul kertas;
d. segel;
e. kotak suara;
f. bilik suara;
g. alat dan alas untuk mencoblos pilihan;
h. stiker identitas kotak suara; dan
i. label kotak suara.
(3) Dukungan perlengkapan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. tanda pengenal;
b. karet pengikat Surat Suara;
c. lem/perekat;
d. kantong plastik;
e. ballpoint;
f. gembok dan kunci;
g. spidol; dan
h. tali pengikat alat untuk mencoblos pilihan.

(4) Ketua . . .
-30-

(4) Ketua KPS Pilkades memastikan perlengkapan Pemungutan dan


Penghitungan Suara serta dukungan perlengkapan lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), sudah diterima oleh
KPS Pilkades dari Panitia Pilakdes paling lambat 1 (satu) hari sebelum
hari dan tanggal Pemungutan Suara.
(5) Ketua KPS Pilkades dibantu oleh Anggota KPS Pilkades bertanggung
jawab terhadap keamanan perlengkapan Pemungutan dan
Penghitungan Suara di TPS.
(6) Perlengkapan Pemungutan dan Penghitungan Suara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) selain huruf f serta dukungan perlengkapan
lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dimasukkan dalam kotak
suara.

Pasal 52

Jenis dan jumlah perlengkapan Pemungutan dan Penghitungan Suara di


TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2), terdiri atas:
a. Surat Suara Pilkades sebanyak jumlah Pemilih yang tercantum dalam
DPT untuk TPS, diperkirakan ditambah 2% (dua persen) dari jumlah
Pemilih yang tercantum dalam DPT sebagai cadangan;
b. alokasi Surat Suara cadangan sebanyak 2% (dua persen) dari jumlah
Pemilih yang tercantum dalam DPT sebagaimana dimaksud pada huruf
a dihitung dari jumlah Pemilih pada DPT dikali 2 dibagi 100, apabila
menghasilkan angka pecahan, maka hitungannya dibulatkan ke atas;
c. tinta sebanyak 2 (dua) botol sampai dengan 4 (empat) botol;
d. sampul kertas sebanyak 2 (dua) jenis, yaitu sampul kertas yang disegel
dan sampul kertas kosong;
e. segel Pilkades sebanyak 26 (dua puluh enam) buah;
f. kotak suara sebanyak 2 (dua) buah setiap TPS;
g. bilik suara paling sedikit 4 (empat) buah;
h. alat dan alas untuk mencoblos pilihan sebanyak 1 (satu) buah untuk
setiap bilik suara, yang berupa paku, bantalan, dan meja.

Pasal 53

(1) Sampul kertas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf d, terdiri


atas:
a. sampul kertas yang disampaikan Panitia Pilkades kepada KPS
Pilkades, sebelum Pemungutan dan Penghitungan Suara di TPS;
dan
b. sampul kertas yang disampaikan KPS Pilkades kepada Panitia
Pilkades, setelah Pemungutan dan Penghitungan Suara di TPS.
(2) Sampul kertas yang disampaikan Panitia Pilkades kepada KPS Pilkades
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri dari:
a. sampul kertas dalam keadaan disegel yang memuat Surat Suara
beserta cadangannya;
b. sampul . . .
-31-

b. sampul kertas kosong yang akan digunakan setelah Pemungutan


dan Penghitungan Suara, untuk memuat:
1. Surat Suara sah;
2. Surat Suara yang dikembalikan oleh Pemilih karena rusak
dan/atau keliru dicoblos;
3. Surat Suara yang tidak sah; dan
4. Surat Suara yang tidak terpakai termasuk sisa Surat Suara
cadangan.
(3) Sampul kertas yang disampaikan KPS Pilkades kepada Panitia Pilkades
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b harus dalam keadaan
disegel.
(4) sampul kertas kosong yang telah diisi sesuai peruntukannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b ditandatangani oleh KPS
Pilkades, disegel, serta disampaikan kepada Panitia Pilkades.

Pasal 54

Formulir Perlengkapan Pemungutan dan Penghitungan Suara sebagaimana


terlampir dalam Peraturan Bupati ini.

Paragraf 3
Pelaksanaan Pemungutan Suara

Pasal 55

(1) Ketua KPS Pilkades melaksanakan rapat persiapan Pemungutan Suara


pada hari dan tanggal Pemungutan Suara.
(2) Pemungutan Suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dimulai pada
waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2).
(3) Saksi yang hadir pada rapat Pemungutan Suara dilarang mengenakan
atau membawa atribut yang memuat nomor, nama, foto Calon dan
simbol/gambar calon Kepala Desa serta wajib membawa surat tugas
dari Calon Kepala Desa.
(4) Jumlah saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan
jumlah TPS yang ditetapkan oleh Panitia Pilkades.
(5) Dalam hal waktu Pemungutan Suara yang telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum ada Saksi atau Pemilih
yang hadir, pemungutan ditunda sampai dengan adanya Saksi atau
Pemilih yang hadir, paling lama 30 (tiga puluh) menit.
(6) Apabila waktu penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) Saksi
atau Pemilih belum hadir, maka rapat pemungutan Suara dapat dibuka
dan dilanjutkan dengan Pemungutan Suara.

Pasal 56 . . .
-32-

Pasal 56

(1) Sebelum melaksanakan pemungutan suara, KPS Pilkades melakukan


kegiatan:
a. pengucapan sumpah atau janji Anggota KPS Pilkades dan Petugas
Keamanan TPS dipimpin oleh ketua KPS Pilkades;
b. pembukaan perlengkapan Pemungutan dan Penghitungan Suara;
c. membuka kotak suara dan memperlihatkan kepada para pemilih
dan saksi bahwa kotak suara dalam keadaan kosong serta ditutup
dengan mengunci kembali;
d. pengidentifikasian jenis dokumen dan peralatan;
e. penghitungan jumlah setiap jenis dokumen dan peralatan;
f. memberikan penjelasan mengenai tata cara pelaksanaan
Pemungutan dan Penghitungan Suara.
(2) Selama pelaksanaan pemungutan suara berlangsung, anak kunci kotak
suara dipegang oleh Ketua KPS Pilkades.
(3) Sumpah atau janji Anggota KPS Pilkades dan Petugas Keamanan TPS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berbunyi sebagai berikut:
“Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji:
Bahwa saya akan memenuhi tugas dan kewajiban saya sebagai Anggota
KPS Pilkades dan Petugas Keamanan TPS dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan dengan berpedoman pada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Bahwa saya dalam menjalankan tugas dan wewenang akan bekerja
dengan sungguh-sungguh, jujur, adil, dan cermat demi suksesnya
Pemilihan Kepala Desa, tegaknya demokrasi dan keadilan, serta
mengutamakan kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Daerah dan Desa daripada kepentingan pribadi atau golongan”.
(4) Kegiatan KPS Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dihadiri oleh saksi dari Calon Kepala Desa, BPD, Pengawas, dan warga
masyarakat.
Pasal 57

(1) Pemilih yang hadir diberikan surat suara oleh Ketua KPS Pilkades
melalui pemanggilan berdasarkan urutan kedatangan sesuai dengan
wilayah pemilihan pada TPS yang telah ditetapkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1).
(2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum diberikan surat
suara pemilih dapat menunjukan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan
identitas kependudukan dari pejabat yang berwenang.
(3) Apabila pemilih tidak dapat menunjukan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
dan identitas kependudukan dari pejabat yang berwenang atau tidak
mendapat ijin dari Ketua KPS Pilkades berdasarkan surat pengantar
dari Kepala Desa maka Pemilih tidak dapat menggunakan hak pilihnya.
(4) Setelah . . .
-33-

(4) Setelah menerima surat suara, pemilih memeriksa atau meneliti surat
suara dan apabila surat suara dimaksud dalam keadaan cacat atau
rusak, Pemilih berhak meminta surat suara baru setelah menyerahkan
kembali surat suara yang cacat atau rusak.

Pasal 58

(1) Pemilih yang menjalani rawat inap di rumah sakit atau sejenisnya, yang
sedang menjalani hukuman penjara, pemilih yang tidak mempunyai
tempat tinggal tetap, yang tinggal di perahu atau pekerja lepas pantai,
dan tempat-tempat lain memberikan suara di TPS khusus.
(2) Ketentuan mengenai pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), diatur dalam tata tertib penyelenggaraan pemilihan Kepala
Desa dengan keputusan Panitia Pilkades.

Pasal 59

(1) Pencoblosan surat suara dilaksanakan dalam bilik suara dengan


menggunakan alat yang telah disediakan oleh KPS Pilkades.
(2) Pemilih yang telah keluar dari bilik suara adalah pemilih yang telah
menggunakan hak pilihnya.
(3) Setelah surat suara dicoblos, pemilih memasukan surat suara kedalam
kotak suara yang disediakan dalam keadaan terlipat.
(4) Pemilih yang telah menggunakan hak pilihnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), diberi tanda dengan tinta dijari dan atau anggota tubuh
lainnya yang bisa dilihat oleh KPS Pilkades bahwa yang bersangkutan
telah melaksanakan hak pilihnya.

Pasal 60

KPS Pilkades menjaga agar setiap orang yang berhak memilih hanya
memberikan satu suara dan menolak pemberian suara yang diwakili dengan
alasan apapun.

Paragraf 4
Penghitungan suara

Pasal 61

(1) Penghitungan suara dilaksanakan setelah proses pencoblosan ditutup


oleh Ketua KPS Pilkades.
(2) Calon Kepala Desa dapat menyaksikan langsung jalannya penghitungan
suara.
(3) Apabila calon kepala desa tidak akan menyaksikan langsung jalannya
penghitungan suara, maka dapat menguasakan kepada orang lain
dalam penghitungan suara dengan dilengkapi surat kuasa dari Calon
Kepala Desa.
(4) Dalam . . .
-34-

(4) Dalam hal tidak seorangpun bersedia menjadi saksi, penghitungan


suara tetap dilaksanakan dan hasilnya dinyatakan sah.

Pasal 62

(1) Sebelum penghitungan suara dimulai sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 61 ayat (1) KPS Pilkades menghitung:
a. jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan salinan
daftar pemilih tetap untuk TPS;
b. Jumlah surat suara yang tidak terpakai; dan
c. Jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena cacat
atau rusak.
(2) KPS Pilkades memeriksa keutuhan kotak suara serta membuka kotak
suara dan menghitung surat suara, dengan disaksikan oleh saksi-saksi
yang telah ditunjuk oleh calon Kepala Desa.
(3) Setiap lembar surat suara diteliti satu demi satu untuk mengetahui
suara yang diberikan kepada calon yang berhak dipilih dan kemudian
Panitia Pilkades memperlihatkan dan menyebutkan nomor urut calon
Kepala Desa yang dicoblos tersebut serta mencatatnya di papan tulis,
sehingga dapat dilihat dengan jelas oleh para saksi atau masyarakat.

Pasal 63

(1) Surat suara dinyatakan sah apabila coblosan diberikan dengan jelas
kepada salah satu tanda gambar calon dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. surat suara ditandatangani oleh Ketua dan sekretaris Panitia
Pilkades serta dibubuhi stempel Panitia Pilkades;
b. tanda coblos berada didalam kotak tanda gambar sebelah dalam;
c. tanda coblos berada diantara kotak dan gambar sebelah dalam
dengan kotak tanda gambar sebelah luar;
d. tanda coblos berada tepat pada garis kotak tanda gambar sebelah
luar;
e. tanda coblos dalam 1 (satu) tanda gambar terdapat lebih dari 1
(satu), walaupun coblosan lainnya berada diluar tanda gambar,
akan tetapi tidak mengenai tanda gambar yang lain;
f. coblosan tanda gambar harus menggunakan alat pencoblosan yang
telah disediakan (paku).
(2) Surat suara dinyatakan tidak sah, apabila:
a. tidak terdapat coblosan;
b. mencoblos tanda gambar tidak memakai alat pencoblos yang telah
disediakan;
c. tanda coblos lebih dari 1 (satu) tanda gambar;

d. tanda . . .
-35-

d. tanda coblos berada diluar kotak gambar sebelah luar;


e. tidak jelas/ terang tanda gambar mana yang di coblos;
f. pada surat suara ditambah tulisan nama pemilih, tanda tangan
dan/atau tanda-tanda/ catatan lain oleh pemilih;
g. surat suara dicoblos dengan merobek tanda gambar sehingga
terlihat sebagian kertas tersebut hilang tidak dapat disambung
lagi;
h. tidak ditandatangani Ketua dan sekretaris serta tidak dibubuhi
stempel Panitia Pilkades.

Pasal 64

(1) Ketua KPS Pilkades memberikan penjelasan yang menyebabkan surat


suara sah dan tidak sah.
(2) Dalam hal terjadi perbedaan pendapat mengenai sah atau tidak sahnya
surat suara, antara saksi dari masing-masing calon Kepala Desa, maka
Ketua KPS Pilkades berkewajiban untuk memutuskan berdasarkan
Peraturan Bupati ini.
(3) Keputusan yang diambil oleh ketua KPS Pilkades sebagaimana
dimaksud ayat (2) bersifat final.

Pasal 65

(1) Setelah Penghitungan Suara, Ketua KPS Pilkades dengan dibantu oleh
Anggota KPS Pilkades menyusun/menghitung dan memisahkan:
b. surat suara yang sudah diperiksa dan suaranya dinyatakan sah
untuk masing-masing Calon Kepala Desa, diikat dengan karet per
50 (lima puluh) surat suara dan dimasukkan ke dalam sampul
kertas;
c. surat suara yang sudah diperiksa dan suaranya dinyatakan tidak
sah, diikat dengan karet dan dimasukkan ke dalam sampul kertas.
(2) Hasil penyusunan/Penghitungan Suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dicocokkan dengan hasil Penghitungan Suara berdasarkan
pencatatan yang dilakukan Anggota KPS Pilkades yang telah
dimasukkan ke dalam sampul kertas selanjutnya disegel.
(3) Sampul sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dimasukkan ke dalam
kotak suara dan pada bagian luar kotak suara ditempel label serta segel
dan dikunci.
(4) KPS Pilkades wajib menyerahkan kotak suara sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) kepada Panitia Pilkades pada hari dan tanggal
Pemungutan Suara dengan dilampiri berita acara serah terima hasil
penghitungan suara.
(5) Penyerahan kotak suara kepada Panitia Pilkades sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), diawasi oleh Tim Pengawas dan dari Saksi
Calon Kepala Desa.
Paragraf 5 . . .
-36-

Paragraf 5
Rekapitulasi Penghitungan Suara

Pasal 66

(1) Rekapitulasi Penghitungan Suara dilaksanakan pada hari dan tanggal


pemungutan suara dalam rapat pleno.
(2) Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dilakukan oleh Panitia
Pilkades.
(3) Panitia Pilkades melaksanakan rapat pleno untuk menentukan hasil
rekapitulasi penghitungan suara setelah menerima kotak suara tersegel
dari KPS Pilkades yang dihadiri oleh Tim Pengawas, KPS Pilkades, calon
Kepala Desa atau kuasa yang ditunjuk oleh calon Kepala Desa dan BPD
serta disaksikan oleh para saksi dari masing-masing calon Kepala Desa.
(4) Setelah rekapitulasi penghitungan suara selesai, Panitia Pilkades
membuat berita acara rekapitulasi penghitungan suara serta
menandatangani bersama-sama saksi dan mengumumkan calon kepala
desa terpilih.
(5) Rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
berurutan dimulai dari TPS nomor 1 (satu) sampai dengan TPS nomor
terakhir.
(6) Dalam hal saksi tidak menandatangani Berita Acara rekapitulasi
penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Berita Acara
penghitungan suara dinyatakan sah.
(7) Panitia Pilkades wajib menyimpan kotak suara sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) pada tempat yang memadai dan dapat dijamin
keamanannya.

Bagian Kedua
Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara

Pasal 67

(1) Calon kepala desa yang dinyatakan terpilih yaitu calon yang
memperoleh suara terbanyak.
(2) Dalam hal calon yang memperoleh suara terbanyak lebih dari 1 (satu)
orang, maka calon kepala Desa yang dinyatakan terpilih yaitu Calon
Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak dan mendapatkan
dukungan suara dari wilayah perolehan suara yang lebih luas.
(3) Panitia Pilkades mengumumkan Calon Kepala Desa yang dinyatakan
terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
(4) Setelah panitia Pilkades mengumumkan calon kepala desa terpilih
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) maka ketua panitia melaporkan
hasil pemilihan kepala desa kepada BPD paling lambat 7 (tujuh) Hari
setelah pemungutan suara.

BAB VI . . .
-37-

BAB VI
PENETAPAN CALON TERPILIH, PENGESAHAN DAN
PELANTIKAN KEPALA DESA

Pasal 68

(1) Calon kepala desa terpilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat
(4) ditetapkan dengan Keputusan BPD dan disampaikan oleh BPD
Kepada Bupati melalui Camat untuk disahkan menjadi Kepala Desa
Terpilih, paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diterimanya laporan Panitia
Pilkades.
(2) Bupati menerbitkan keputusan mengenai pengesahan dan
pengangkatan Kepala Desa paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak
diterima laporan dari BPD.
(3) Bupati melantik calon kepala Desa terpilih paling lambat 30 (tiga puluh)
Hari sejak diterbitkan keputusan pengesahan dan pengangkatan kepala
Desa dengan tata cara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(4) Dalam hal Bupati berhalangan dapat menunjuk pejabat lain untuk
melantik calon Kepala Desa terpilih.
(5) Dalam hal terjadi perselisihan hasil pemilihan kepala Desa, Bupati
dapat memfasilitasi perselisihan dimaksud dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) Hari.
(6) Apabila perselisihan yang difasilitasi oleh Bupati sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) tidak mencapai kesepakatan maka Bupati
melantik calon kepala Desa Terpilih.

Pasal 69

(1) Apabila Calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat
(3) tidak dapat dilantik karena alasan yang dapat dipertanggung
jawabkan, maka pelantikan dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga
puluh) hari berikutnya.
(2) Apabila Calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat
(3) tidak dapat dilantik karena masa jabatan Kepala Desa yang lama
belum berakhir, maka pelantikan Kepala Desa terpilih dilaksanakan
setelah berakhirnya masa jabatan Kepala Desa yang lama.
(3) Pelantikan calon Kepala Desa terpilih dilaksanakan pada hari kerja.
(4) Apabila Calon Kepala Desa terpilih meninggal dunia sebelum
dilaksanakan pelantikan, maka Bupati dapat menunjuk penjabat
Kepala Desa sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 70

(1) Sebelum memangku jabatannya, Kepala Desa terpilih


bersumpah/berjanji.

(2) Sumpah/janji . . .
-38-

(2) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:


“Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan
memenuhi kewajiban saya selaku Kepala Desa dengan sebaikbaiknya,
sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam
mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara;
dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-
lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah, dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.

BAB VII
PENGADUAN DAN PENYELESAIAN MASALAH

Pasal 71

(1) Pelanggaran pada setiap tahapan Pemilihan dilaporkan kepada Tim


Pengawas oleh masyarakat maupun Calon Kepala Desa dan atau saksi.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara
tertulis yang berisi:
a. Nama dan alamat pelapor;
b. Waktu dan tempat kejadian perkara;
c. Nama dan alamat pelanggar;
d. Nama dan alamat saksi-saksi; dan
e. Uraian kejadian.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Tim
Pengawas selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sejak terjadinya
pelanggaran.
(4) Tata cara pelaporan diatur lebih lanjut oleh Tim Pengawas.

Pasal 72

(1) Tim Pengawas mengkaji setiap laporan pelanggaran yang diterima.


(2) Tim Pengawas memutuskan untuk menindaklanjuti atau tidak
menindaklanjuti laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak laporan diterima.
(3) Dalam hal Tim Pengawas memerlukan keterangan tambahan dari
pelapor untuk melengkapi laporan putusan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), dilakukan paling lambat 3 (tiga) hari sejak laporan
diterima.
(4) Dalam hal laporan yang bersifat sengketa dan tidak mengandung unsur
pidana, diselesaikan oleh Tim Pengawas Pilkades.
(5) Dalam hal laporan yang bersifat sengketa mengandung unsur pidana,
penyelesaiannya diteruskan kepada aparat penyidik.
(6) Laporan . . .
-39-

(6) Laporan yang mengandung unsur pidana, sebagaimana dimaksud pada


ayat (5), yang telah memperoleh putusan Pengadilan dan telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, yang berakibat Calon Kepala Desa
terpilih tidak memenuhi persyaratan untuk dilantik dan ditindaklanjuti
dengan pembatalan dan atau pemberhentian oleh Bupati.

Pasal 73

(1) Tim Pengawas Pilkades menyelesaikan sengketa sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 72 ayat (4), dilakukan melalui tahapan:
a. musyawarah untuk mencapai kemufakatan;
b. dalam hal tidak tercapai kesepakatan tersebut pada huruf a, Tim
Pengawas Pilkades membuat rekomendasi sebagai bahan
tindaklanjut.
(2) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
lambat 14 (empat belas) hari.

Pasal 74

(1) Untuk menjaga kemandirian, integritas, dan kredibilitas anggota BPD,


anggota Panitia Pilkades, anggota KPS Pilkades dan anggota Tim
Pengawas, Camat dapat membentuk DKP Pilkades dengan Keputusan
Camat.
(2) DKP Pilkades dibentuk untuk memeriksa dan memutuskan pengaduan
dan/atau laporan adanya dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan
oleh anggota BPD, anggota Panitia Pilkades, anggota KPS Pilkades dan
anggota Tim Pengawas.
(3) DKP Pilkades dibentuk setelah adanya pengaduan terhadap
penyelenggara Pilkades kepada Camat.
(4) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan dengan
disertai paling sedikit 2 (dua) alat bukti.
(5) Alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa:
a. keterangan saksi;
b. keterangan ahli;
c. surat atau tulisan;
d. petunjuk;
e. keterangan para pihak; atau
f. data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar
yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana,
baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apa pun selain
kertas, maupun yang terekam secara elektronik atau optik yang
berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda,
angka, atau perforasi yang memiliki makna.

Pasal 75 . . .
-40-

Pasal 75

(1) DKP Pilkades sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (1) terdiri
dari:
a. 1 (satu) orang unsur Panitia Pilkades;
b. 1 (satu) orang unsur Tim Pengawas;
c. 1 (satu) orang utusan Pemerintah Desa;
d. 1 (satu) orang unsur BPD;
e. 2 (dua) orang tokoh masyarakat; dan
f. 3 (tiga) orang unsur Muspika.
(2) Atas usulan Camat, instansi mengusulkan anggota sebagai DKP
Pilkades untuk ditetapkan menjadi DKP Pilkades
(3) DKP Pilkades terdiri atas seorang ketua merangkap anggota dan
anggota.
(4) Masa tugas keanggotaan DKP Pilkades berakhir sampai dengan
dilantiknya Kepala Desa.

Pasal 76

(1) Tugas DKP Pilkades meliputi:


a. menindaklanjuti pengaduan dan/atau laporan dugaan adanya
pelanggaran kode etik oleh Penyelenggara Pilkades;
b. melakukan verifikasi atas pengaduan dan/atau laporan dugaan
adanya pelanggaran kode etik oleh Penyelenggara Pilkades;
c. menetapkan Keputusan dan/atau rekomendasi; dan
d. menyampaikan Keputusan dan/atau rekomendasi kepada pihak-
pihak terkait untuk ditindaklanjuti.
(2) DKP Pilkades mempunyai wewenang untuk:
a. memanggil Penyelenggara Pilkades yang diduga melakukan
pelanggaran kode etik untuk memberikan penjelasan;
b. memanggil pelapor, saksi, dan/atau pihak-pihak lain yang terkait
untuk dimintai penjelasan, termasuk untuk dimintai dokumen
atau bukti lain;
c. meminta pendapat ahli atau saksi ahli; dan
d. memberikan sanksi kepada Penyelenggara Pilkades yang terbukti
melanggar kode etik.

Pasal 77

(1) DKP Pilkades menetapkan Keputusan setelah melakukan penelitian


dan/atau verifikasi terhadap pengaduan tersebut, mendengarkan
penjelasan dari saksi, ahli dan saksi ahli serta memperhatikan bukti-
bukti.
(2) Keputusan . . .
-41-

(2) Keputusan DKP Pilkades dapat berupa teguran tertulis, pemberhentian


sementara, atau pemberhentian tetap dari penyelenggara Pilkades.
(3) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat final dan
mengikat.

Pasal 78

(1) Keberatan penetapan Panitia Pilkades atas hasil Pemilihan Kepala Desa
hanya dapat diajukan oleh calon Kepala Desa kepada Panitia Pilkades
dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari setelah penetapan hasil
Pemilihan Kepala Desa.
(2) Keberatan penetapan Panitia Pilkades atas hasil Pemilihan Kepala Desa
hanya bisa diajukan berkenaan dengan hasil perhitungan suara yang
mempengaruhi terpilihnya calon Kepala Desa.
(3) Pengajuan Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan secara tertulis yang berisi:
a. Nama dan alamat;
b. Waktu dan tempat kejadian perkara;
c. Nama dan alamat saksi-saksi; dan
d. Uraian keberatan dan dilampirkan bukti-bukti.
(4) Panitia Pilkades melakukan pengkajian atas keberatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) melalui Rapat Panitia Pilkades selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari sejak pengajuan diterima.
(5) Panitia Pilkades menyampaikan hasil Rapat kepada Calon Kepala Desa
yang berkeberatan atas hasil Pemilihan Kepala Desa paling lama 3 (tiga)
hari sejak diputuskannya hasil rapat sebagaimana dimaksud pada ayat
(4).

BAB VIII
PEMILIHAN KEPALA DESA ANTAR WAKTU
MELALUI MUSYAWARAH DESA

Pasal 79

(1) Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang diberhentikan karena
meninggal dunia, permintaan sendiri, atau diberhentikan lebih dari 1
(satu) tahun, BPD segera menyelenggarakan Musyawarah Desa khusus
untuk pelaksanaan pemilihan kepala Desa antarwaktu.
(2) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu mulai
dari penetapan calon, pemilihan calon, dan penetapan calon terpilih.
(3) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
paling lama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak kepala
Desa diberhentikan.
(4) Kepala Desa yang dipilih melalui Musyawarah Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) melaksanakan tugas Kepala Desa sampai habis
sisa masa jabatan Kepala Desa yang diberhentikan.

Bagian Kesatu . . .
-42-

Bagian Kesatu
Persiapan Penyelenggaraan Musyawarah Desa

Paragraf 1
Pembentukan Panitia Pilkades

Pasal 80

(1) Sebelum penyelenggaraan musyawarah Desa khusus untuk


pelaksanaan pemilihan kepala Desa antarwaktu, BPD mempersiapkan
pembentukan Panitia Pilkades antarwaktu.
(2) Panitia Pilkades antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bersifat mandiri dan tidak memihak.
(3) Panitia Pilkades antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri atas unsur perangkat Desa, lembaga kemasyarakatan, dan tokoh
masyarakat Desa.
(4) Pembentukan Panitia Pilkades antarwaktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling lama dalam jangka waktu 15 (lima belas) Hari terhitung
sejak kepala Desa diberhentikan.

Pasal 81

(1) BPD membentuk Panitia Pilkades antarwaktu melalui musyawarah


dengan mengikutsertakan Pemerintah Desa, Lembaga Kemasyarakatan
dan tokoh Masyarakat Desa setempat yang hasilnya ditetapkan dengan
Keputusan BPD.
(2) Panitia Pilkades antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
keanggotaannya terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan anggota
yang disesuaikan dengan kebutuhan.
(3) Jumlah keanggotaan panitia Pilkades antarwaktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) berjumlah 7 (tujuh) orang.
(4) Apabila Ketua atau Anggota Panitia Pilkades antarwaktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), ada yang mencalonkan Pemilihan Kepala Desa
dan atau berhalangan tetap, maka yang bersangkutan harus
mengundurkan diri dari Keanggotaan Panitia Pilkades antarwaktu dan
perubahan susunan Panitia Pilkades antarwaktu harus ditetapkan
kembali oleh BPD.
(5) Panitia Pilkades antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
sebelum melaksanakan tugas wajib diangkat sumpah atau janji oleh
BPD.

Paragraf 2
Biaya Pilkades

Pasal 82

(1) Biaya pemilihan antarwaktu dibebankan dalam APB Desa.


(2) Panitia . . .
-43-

(2) Panitia Pilkades antarwaktu menyusun rencana anggaran biaya


pemilihan antarwaktu meliputi:
a. belanja Musyawarah Desa;
b. kelengkapan peralatan lainnya;
c. honorarium Panitia; dan
d. biaya pelantikan.
(3) Pengajuan biaya pemilihan antarwaktu dengan beban APB Desa oleh
Panitia Pilkades antarwaktu kepada Penjabat Kepala Desa paling
lambat dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari terhitung sejak Panitia
Pilkades terbentuk.
(4) Pemberian persetujuan biaya pemilihan oleh Penjabat Kepala Desa
paling lama dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari terhitung sejak
diajukan oleh Panitia Pilkades antarwaktu.

Paragraf 2
Pencalonan

Pasal 83

(1) Panitia Pilkades antarwaktu melaksanakan pengumuman dan


pendaftaran bakal Calon Kepala Desa kepada masyarakat dalam jangka
waktu 15 (lima belas) Hari untuk melakukan pendaftaran bakal calon
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang bakal calon.
(2) Jika dalam masa pendaftaran Panitia belum memperoleh bakal calon
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka panitia membuka kembali
pendaftaran bakal calon selama 7 (tujuh) hari.

Pasal 84

(1) Penelitian kelengkapan persyaratan administrasi bakal calon oleh


Panitia Pilkades antarwaktu dalam jangka waktu 7 (tujuh) Hari.
(2) Penelitian kelengkapan persyaratan administrasi bakal calon meliputi:
a. surat keterangan sebagai bukti sebagai warga negara Indonesia
dari pejabat tingkat kabupaten;
b. surat pernyataan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai
cukup;
c. surat pernyataan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika, yang dibuat oleh
yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai cukup;
d. ijazah pendidikan formal dari tingkat dasar sampai dengan ijazah
terakhir yang dilegalisasi oleh pejabat berwenang dan surat
keterangan keabsahan dari pejabat yang berwenang;

e. akta . . .
-44-

e. akta kelahiran atau surat keterangan kenal lahir;


f. surat pernyataan bersedia berdedikasi, komitmen dan loyalitas
kepada Desa yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas
segel atau bermeterai cukup;
g. surat pernyataan bersedia dicalonkan menjadi kepala Desa yang
dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai
cukup;
h. kartu tanda penduduk dan surat keterangan bertempat tinggal
paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran dari rukun
tetangga/rukun warga dan kepala Desa setempat;
i. surat keterangan dari ketua pengadilan bahwa tidak pernah
dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun atau lebih;
j. surat keterangan dari ketua pengadilan negeri bahwa tidak sedang
dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai hukum tetap;
k. surat keterangan catatan kepolisian dari Kepolisian Resort Kota
Tangerang.
l. surat keterangan berbadan sehat dari rumah sakit umum daerah;
m. surat izin tertulis dari pejabat pembina kepegawaian bagi PNS;
n. surat cuti mengikuti pencalonan dari Camat bagi Perangkat Desa
dan anggota BPD;
o. surat keterangan lolos butuh dari pimpinan institusi yang
bersangkutan bagi anggota TNI/Polri; dan
p. surat keterangan dari pemerintah daerah kabupaten/kota dan
surat pernyataan dari yang bersangkutan bahwa tidak pernah
menjadi kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan.
(3) Terhadap dokumen yang dijadikan persyaratan administrasi bakal
calon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan Klarifikasi faktual
oleh Panitia Pilkades kepada lembaga atau institusi yang mengeluarkan
dokumen.
(4) Hasil klarifikasi faktual sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa
berita acara dan surat keterangan keabsahan atas dokumen yang
diklarifikasi.

Pasal 85

Penetapan calon kepala Desa antarwaktu oleh Panitia Pilkades antarwaktu


paling sedikit 2 (dua) orang calon dan paling banyak 3 (tiga) orang calon
yang dimintakan pengesahan musyawarah Desa untuk ditetapkan sebagai
calon yang berhak dipilih dalam musyawarah Desa.

Bagian Kedua . . .
-45-

Bagian Kedua
Penyelenggaraan Musyawarah Desa

Pasal 86

(1) Musyawarah Desa khusus untuk pelaksanaan pemilihan kepala Desa


antarwaktu diikuti oleh BPD, Pemerintah Desa, Panitia Pilkades
antarwaktu, Lembaga Kemasyarakatan dan unsur masyarakat.
(2) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. tokoh agama;
b. tokoh masyarakat;
c. tokoh pendidikan;
d. perwakilan kelompok tani;
e. perwakilan kelompok nelayan;
f. perwakilan kelompok perajin;
g. perwakilan kelompok perempuan;
h. perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak; dan/ atau
i. perwakilan kelompok masyarakat miskin.
(3) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mewakili
masing-masing kejaroan.
(4) Selain unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
musyawarah Desa dapat melibatkan unsur masyarakat lain sesuai
dengan kondisi sosial budaya masyarakat.
(5) Penyelenggaraan musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dipimpin oleh Ketua BPD yang teknis pelaksanaan pemilihannya
dilakukan oleh Panitia Pilkades.
(6) Masing-masing peserta Musyawarah Desa yang hadir pada saat itu
mempunyai hak pilih dalam pelaksanaan pemilihan calon Kepala Desa.
(7) Bagi peserta Musyawarah Desa yang tidak hadir hak pilihnya dianggap
gugur dan menyetujui hasil pelaksanaan pemilihan calon Kepala Desa.

Paragraf 1
Persiapan Pelaksanaan Pemilihan

Pasal 87

(1) Ketua Panitia Pilkades antarwaktu menyampaikan laporan hasil


pelaksanaan pengumuman dan pendaftaran bakal Calon Kepala Desa
kepada peserta musyawarah Desa.
(2) Bakal Calon Kepala Desa yang dinyatakan lulus penelitian kelengkapan
persyaratan administrasi dan klarifikasi oleh Panitia Pilkades
antarwaktu, dilakukan pengesahan dalam musyawarah Desa untuk
ditetapkan sebagai calon yang berhak dipilih dalam musyawarah Desa.

(3) Pengesahan . . .
-46-

(3) Pengesahan calon kepala Desa yang berhak dipilih oleh musyawarah
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melalui musyawarah
mufakat atau melalui pemungutan suara.
(4) Hasil pengesahan calon Kepala Desa yang berhak dipilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dimuat dalam berita acara.

Paragraf 2
Pelaksanaan Pemilihan

Pasal 88

(1) Ketua Panitia Pilkades antarwaktu meminta kepada peserta


Musyawarah Desa untuk menyepakati pelaksanaan pemilihan calon
Kepala Desa melalui mekanisme musyawarah mufakat atau melalui
pemungutan suara.
(2) Hasil kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimuat dalam
berita acara kesepakatan pelaksanaan pemilihan calon Kepala Desa.
(3) Berdasarkan hasil kesepakatan peserta musyawarah Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), maka Ketua Panitia Pilkades antarwaktu
menjelaskan teknis pelaksanaan pemilihannya kepada peserta
Musyawarah Desa.

Pasal 89

(1) Dalam hal Pelaksanaan pemilihan calon kepala Desa oleh Panitia
Pilkades melalui mekanisme musyawarah mufakat yang disepakati oleh
musyawarah Desa, maka Ketua Panitia Pilkades antarwaktu
memusyawarahkan calon Kepala Desa kepada peserta Musyawarah
Desa untuk memufakati calon Kepala Desa yang akan dipilih.
(2) Berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah mufakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Ketua Panitia Pilkades antarwaktu membuat
penetapan calon Kepala Desa terpilih hasil Musyawarah mufakat yang
dimuat dalam berita acara.

Pasal 90

(1) Dalam hal Pelaksanaan pemilihan calon kepala Desa oleh Panitia
Pilkades melalui mekanisme pemungutan suara yang disepakati oleh
musyawarah Desa, maka ketua Panitia Pilkades antarwaktu melakukan
pemungutan suara calon Kepala Desa kepada peserta Musyawarah
Desa.
(2) Hasil pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
selanjutnya dilakukan penghitungan suara masing-masing calon Kepala
Desa.
(3) Calon kepala desa yang dinyatakan terpilih adalah calon yang
mendapatkan perolehan suara terbanyak.
(4) Hasil pemungutan dan perhitungan suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), dimuat dalam berita acara.
Pasal 91 . . .
-47-

Pasal 91

(1) Berdasarkan hasil pemilihan calon Kepala Desa oleh Panitia Pilkades
antarwaktu melalui mekanisme musyawarah mufakat atau melalui
pemungutan suara, Ketua Panitia Pilkades antarwaktu melaporkan
hasilnya kepada Musyawarah Desa.
(2) Setelah Pelaporan hasil pemilihan calon kepala Desa oleh Panitia
Pilkades kepada musyawarah Desa selesai, selanjutnya dilakukan
pengesahan calon terpilih oleh musyawarah Desa dengan cara masing-
masing peserta Musyawarah Desa membubuhkan tanda tangan pada
berita acara hasil pemilihan calon Kepala Desa.

Paragraf 3
Laporan Hasil Musyawarah Desa

Pasal 92

(1) Panitia Pilkades antarwaktu menyampaikan hasil pemilihan kepala


Desa melalui musyawarah Desa kepada BPD dalam jangka waktu 7
(tujuh) Hari setelah musyawarah Desa mengesahkan calon kepala Desa
terpilih.
(2) Pelaporan calon kepala Desa terpilih hasil musyawarah Desa oleh ketua
BPD kepada Bupati paling lambat 7 (tujuh) Hari setelah menerima
laporan dari Panitia Pilkades antarwaktu.

Bagian Ketiga
Pengesahan dan Pelantikan Kepala Desa Antarwaktu

Pasal 93

(1) Bupati menerbitkan keputusan mengenai pengesahan dan


pengangkatan calon Kepala Desa terpilih paling lambat 30 (tiga puluh)
Hari sejak diterimanya laporan dari BPD.
(2) Bupati melantik calon kepala Desa terpilih paling lambat 30 (tiga puluh)
Hari sejak diterbitkan keputusan pengesahan dan pengangkatan kepala
Desa dengan tata cara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal Bupati berhalangan dapat menunjuk pejabat lain untuk
melantik calon Kepala Desa terpilih.

Pasal 94

(1) Sebelum memangku jabatannya, Kepala Desa terpilih


bersumpah/berjanji.

(2) Sumpah/janji . . .
-48-

(2) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:


“Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan
memenuhi kewajiban saya selaku Kepala Desa dengan sebaikbaiknya,
sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam
mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara;
dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-
lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah, dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.

BAB IX
KEPALA DESA

Bagian Kesatu
Tugas, Wewenang, Hak dan Kewajiban

Pasal 95

(1) Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa,


melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa,
dan pemberdayaan masyarakat Desa.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kepala Desa berwenang:
a. memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
b. mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;
c. memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;
d. menetapkan Peraturan Desa;
e. menetapkan APBDesa;
f. membina kehidupan masyarakat Desa;
g. membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;
h. membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta
mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif
untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;
i. mengembangkan sumber pendapatan Desa;
j. mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan
negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;
k. mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa;
l. memanfaatkan teknologi tepat guna;
m. mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;
n. mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk
kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
o. melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam . . .
-49-

(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


Kepala Desa berhak:
a. mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa;
b. mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa;
c. menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan
penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan;
d. mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang
dilaksanakan; dan
e. memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya
kepada perangkat Desa.
(4) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kepala Desa berkewajiban:
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika;
b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;
c. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;
d. menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender;
f. melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel,
transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari
kolusi, korupsi, dan nepotisme;
g. menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku
kepentingan di Desa;
h. menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik;
i. mengelola Keuangan dan Aset Desa;
j. melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Desa;
k. menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa;
l. mengembangkan perekonomian masyarakat Desa;
m. membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat Desa;
n. memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di
Desa;
o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan
lingkungan hidup; dan
p. memberikan informasi kepada masyarakat Desa.
(5) Kepala Desa dalam melaksanakan tugas, wewenang, hak dan kewajiban
Kepala Desa harus bersikap dan bertindak adil, dan tidak diskriminatif
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Bagian Kedua . . .
-50-

Bagian Kedua
Masa Jabatan Kepala Desa

Pasal 96

(1) Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak
tanggal pelantikan.
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat
paling lama 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak
secara berturut-turut.
(3) Ketentuan periodisasi masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berlaku di seluruh wilayah Indonesia.
(4) Ketentuan periodisasi masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) termasuk masa jabatan kepala Desa yang dipilih melalui
musyawarah Desa.
(5) Kepala Desa yang dipilih melalui Musyawarah Desa sebagaimana
memegang jabatan selama sisa masa jabatan Kepala Desa yang
berhenti terhitung sejak tanggal pelantikan.
(6) Dalam hal kepala Desa mengundurkan diri sebelum habis masa
jabatannya atau diberhentikan, kepala Desa dianggap telah menjabat 1
(satu) periode masa jabatan.

Bagian Ketiga
Laporan Kepala Desa

Pasal 97

Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajiban sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 95, Kepala Desa wajib:
a. menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa setiap
akhir tahun anggaran kepada Bupati;
b. menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada
akhir masa jabatan kepada Bupati;
c. menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan
Desa secara tertulis kepada BPD setiap akhir tahun anggaran; dan
d. memberikan dan/atau menyebarkan informasi penyelenggaraan
pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa setiap akhir
tahun anggaran.

Pasal 98

(1) Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 97 huruf a disampaikan kepada Bupati melalui camat
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.
(2) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. pertanggungjawaban penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
b. pertanggungjawaban . . .
-51-

b. pertanggungjawaban pelaksanaan pembangunan;


c. pelaksanaan pembinaan kemasyarakatan; dan
d. pelaksanaan pemberdayaan masyarakat.
(3) Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) digunakan sebagai bahan evaluasi oleh Bupati untuk
dasar pembinaan dan pengawasan.

Pasal 99

(1) Kepala Desa wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan


Pemerintahan Desa pada akhir masa jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 97 huruf b kepada Bupati melalui Camat.
(2) Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disampaikan dalam jangka waktu 5 (lima) bulan sebelum
berakhirnya masa jabatan.
(3) Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. ringkasan laporan tahun-tahun sebelumnya;
b. rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa dalam jangka waktu
untuk 5 (lima) bulan sisa masa jabatan;
c. hasil yang dicapai dan yang belum dicapai; dan
d. hal yang dianggap perlu perbaikan.
(4) Pelaksanaan atas rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dilaporkan oleh kepala
Desa kepada Bupati dalam memori serah terima jabatan.

Pasal 100

(1) Kepala Desa menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan


Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 huruf c
setiap akhir tahun anggaran kepada BPD secara tertulis paling lambat
3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.
(2) Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat pelaksanaan peraturan
Desa.
(3) Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh BPD dalam melaksanakan
fungsi pengawasan kinerja kepala Desa.

Pasal 101

Kepala Desa menginformasikan kepada masyarakat Desa secara tertulis


dan dengan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat mengenai
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

Pasal 102 . . .
-52-

Pasal 102

(1) Kepala Desa yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 95 ayat (4) dan Pasal 97 dikenai sanksi
administratif berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis.
(2) Dalam hal sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak dilaksanakan, dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan
dapat dilanjutkan dengan pemberhentian.

Bagian Keempat
Larangan Kepala Desa

Pasal 103

Kepala Desa dilarang:


a. merugikan kepentingan umum;
b. membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri, anggota
keluarga, pihak lain, dan/atau golongan tertentu;
c. menyalahgunakan wewenang, tugas, hak, dan/atau kewajibannya;
d. melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga dan/atau golongan
masyarakat tertentu;
e. melakukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat Desa;
f. melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima uang, barang,
dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau
tindakan yang akan dilakukannya;
g. menjadi pengurus partai politik;
h. menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang;
i. merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau anggota BPD, anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan Perwakilan
Daerah Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi
atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, dan jabatan
lain yang ditentukan dalam peraturan perundangan-undangan;
j. ikut serta dan/atau terlibat dalam kampanye pemilihan umum
dan/atau pemilihan kepala Daerah;
k. melanggar sumpah/janji jabatan;
l. meninggalkan tugas selama 30 (tiga puluh) hari kerja berturut-turut
tanpa alasan yang jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
m. menyalahgunakan narkoba;
n. melakukan perbuatan asusila;
o. melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT);
p. melakukan perjudian; dan
q. melanggar ketentuan peraturan perundangan-undangan;

Pasal 104 . . .
-53-

Pasal 104

(1) Kepala Desa yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 103 dikenai sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau
teguran tertulis.
(2) Dalam hal sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak dilaksanakan, dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan
dapat dilanjutkan dengan pemberhentian.

Bagian Kelima
Pemberhentian Kepala Desa

Pasal 105

(1) Kepala Desa berhenti karena:


a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri; atau
c. diberhentikan.
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c karena:
a. berakhir masa jabatannya;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau
berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala Desa;
d. melanggar larangan sebagai kepala Desa;
e. adanya perubahan status Desa menjadi kelurahan, penggabungan
2 (dua) Desa atau lebih menjadi 1 (satu) Desa baru, atau
penghapusan Desa;
f. tidak melaksanakan kewajiban sebagai kepala Desa; atau
g. dinyatakan sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
(3) Apabila kepala Desa berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
BPD melaporkan kepada Bupati melalui Camat.
(4) Apabila Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b, huruf c, huruf d dan huruf f terlebih dahulu harus
mendapat usulan dari Camat berdasarkan laporan BPD.
(5) Pemberhentian kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan dengan keputusan Bupati.

Pasal 106

Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati setelah dinyatakan


sebagai terdakwa yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun berdasarkan register perkara di pengadilan.

Pasal 107 . . .
-54-

Pasal 107

Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati setelah ditetapkan


sebagai tersangka dalam tindak pidana korupsi, terorisme, makar, dan/atau
tindak pidana terhadap keamanan negara.

Pasal 108

Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 106 dan Pasal 107 diberhentikan oleh Bupati setelah dinyatakan
sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.

Pasal 109

(1) Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 106 dan Pasal 107 setelah melalui proses peradilan
ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh)
hari sejak penetapan putusan pengadilan diterima oleh Kepala Desa,
Bupati merehabilitasi dan mengaktifkan kembali Kepala Desa yang
bersangkutan sebagai Kepala Desa sampai dengan akhir masa
jabatannya.
(2) Apabila Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) telah berakhir masa jabatannya, Bupati harus
merehabilitasi nama baik Kepala Desa yang bersangkutan.

Pasal 110

Dalam hal Kepala Desa diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 106 dan Pasal 107, Sekretaris Desa melaksanakan tugas dan
kewajiban Kepala Desa sampai dengan adanya putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Bagian Keenam
Pelaksana Tugas Harian Kepala Desa

Pasal 111

(1) Dalam hal Kepala Desa berhalangan melaksanakan tugas harian, maka
Sekretaris Desa dapat melaksanakan tugas harian sebagai pelaksana
harian Kepala Desa.
(2) Dalam hal Kepala Desa berhalangan secara berturut-turut paling lama
60 (enam puluh) hari, maka Camat dapat menunjuk Sekretaris Desa
sebagai pelaksana yang melaksanakan tugas harian Kepala Desa.
(3) Pelaksana tugas harian Kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) yang selanjutnya disebut Plh merupakan penjabat yang
melaksanakan tugas Kepala Desa yang mendapat pelimpahan
wewenang penandatanganan naskah dinas.

(4) Sekretaris . . .
-55-

(4) Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud ayat (2) apabila dinyatakan


berhalangan tetap karena sakit atau karena alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka Camat dapat menunjuk pelaksana tugas
harian Kepala Desa dari pegawai negeri sipil.

Bagian Ketujuh
Penjabat Kepala Desa

Pasal 112

Dalam hal sisa masa jabatan Kepala Desa yang berhenti tidak lebih dari 1
(satu) tahun karena meninggal dunia, permintaan sendiri atau
diberhentikan, Bupati mengangkat pegawai negeri sipil dari Pemerintah
Daerah sebagai penjabat Kepala Desa sampai terpilihnya Kepala Desa yang
baru.

Pasal 113

Dalam hal sisa masa jabatan kepala Desa yang berhenti lebih dari 1 (satu)
tahun karena meninggal dunia, permintaan sendiri atau diberhentikan,
Bupati mengangkat pegawai negeri sipil dari Pemerintah Daerah sebagai
penjabat Kepala Desa sampai terpilihnya Kepala Desa yang baru melalui
hasil musyawarah Desa.

Pasal 114

(1) Dalam hal terjadi kebijakan penundaan pelaksanaan pemilihan Kepala


Desa, Kepala Desa yang habis masa jabatannya tetap diberhentikan
dan selanjutnya Bupati mengangkat penjabat Kepala Desa.
(2) Bupati mengangkat penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dari pegawai negeri sipil dari Pemerintah Daerah.

Pasal 115

(1) Pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112, Pasal 113
dan Pasal 114 diutamakan dari pegawai negeri sipil yang ditugaskan
pada Sekretariat Daerah/ Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah/ Dinas/ Badan/ Inspektorat/ Satuan Polisi Pamong Praja/
Kantor, kecuali pegawai negeri sipil yang menduduki jabatan
fungsional, bendahara dan pejabat penatausahaan keuangan pada
SKPD.
(2) Jika pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
tersedia maka dapat diangkat pegawai negeri sipil dari SKPD
Kecamatan.
(3) Apabila Pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
tersedia maka dapat diangkat dari Sekretaris Desa yang berstatus
pegawai negeri sipil.
(4) Pegawai . . .
-56-

(4) Pegawai negeri sipil yang diangkat sebagai penjabat Kepala Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112, Pasal 113 dan Pasal 114,
harus:
a. memahami bidang kepemimpinan;
b. teknis pemerintahan;
c. beban kerja;
d. lokasi;
e. kompetensi dan/atau rentang kendali; dan
f. pertimbangan objektif lainnya.
(5) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban serta memperoleh hak
yang sama dengan Kepala Desa.

Pasal 116

(1) Camat mengusulkan pengisian calon penjabat Kepala desa


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112, Pasal 113 dan Pasal 114
kepada SKPD yang membidangi Kepegawaian Daerah.
(2) SKPD yang membidangi Kepegawaian Daerah dapat meminta usulan
calon Penjabat dari SKPD dilingkungan Pemerintah Daerah.
(3) berdasarkan usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Bupati
menetapkan penjabat Kepala Desa.

BAB X
TANDA PENGHARGAAN DAN KESETIAAN

Pasal 117

(1) Tanda penghargaan dan kesetiaan dapat diberikan kepada Kepala Desa
yang telah menunjukkan kesetiaan, ketaatan dan pengabdiannya
kepada Desa, Bangsa dan Negara selama-lamanya 10 (sepuluh) tahun
berturut-turut tanpa cela.
(2) Tanda penghargaan dan kesetiaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dapat pula diberikan kepada Kepala Desa yang berprestasi dalam
membangun desanya tanpa memperhatikan masa tugasnya.
(3) Tanda penghargaan dan kesetiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2), diberikan oleh Bupati.

Pasal 118

(1) Kepala Desa yang dalam mengemban tugas dan kewajibannya


menderita cacat sehingga tidak dapat menjalankan tugas atau
meninggal dunia dalam menjalankan tugas dapat diberikan
penghargaan atas jasanya tanpa memperhatikan masa tugasnya.
(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
Bupati kepada Kepala Desa yang bersangkutan atau kepada ahli waris
yang berhak menerimanya.

Pasal 119 . . .
-57-

Pasal 119

Bentuk piagam dan/atau sejumlah uang tunai sebagai tanda penghargaan


dan kesetiaan ditetapkan berdasarkan Keputusan Bupati.

Pasal 120

Penyampaian tanda penghargaan dan kesetiaan sebagaimana dimaksud


pada Pasal 117 dan Pasal 118, dilaksanakan oleh Bupati atau Pejabat lain
yang ditunjuk.

BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 121

(1) Pegawai Negeri Sipil yang terpilih dan diangkat menjadi Kepala Desa
dapat dinaikkan pangkatnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(2) Pegawai Negeri Sipil yang terpilih dan diangkat menjadi Kepala Desa
berhak mendapatkan tunjangan kepala Desa dan penghasilan lainnya
yang sah.
(3) Penilaian pelaksanaan pekerjaan bagi Pegawai Negeri Sipil yang dipilih
menjadi Kepala Desa, diberikan oleh instansi induknya dan dari Bupati.

Pasal 122

(1) Pegawai Negeri Sipil yang telah selesai melaksanakan tugasnya sebagai
Kepala Desa dikembalikan ke instansi induknya berdasarkan
Keputusan Bupati.
(2) Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
diangkat kembali dalam jabatan struktural atau fungsional sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 123

contoh format yang berkaitan dengan pelaksanaan pemilihan kepala desa


sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dengan Peraturan Bupati ini.

Pasal 124

Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Nomor 16
Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang (Berita Daerah Kabupaten
Tangerang Tahun 2007 Nomor 16), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 125 . . .
-58-

Pasal 125

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten
Tangerang.

Ditetapkan di Tigaraksa
Pada tanggal 10 Desember 2014
BUPATI TANGERANG,

A. ZAKI ISKANDAR

Diundangkan di Tigaraksa pada


tanggal 10 Desember 2014

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN TANGERANG,

ISKANDAR MIRSAD

BERITA DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 NOMOR 7914

Anda mungkin juga menyukai