Anda di halaman 1dari 46

1 KONSEP

BUPATI JEMBER
PROVINSI JAWA TIMUR
RANCANGAN
PERATURAN BUPATI JEMBER
NOMOR ...... TAHUN 2019

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA SERENTAK


DAN ANTAR WAKTU DI KABUPATEN JEMBER

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBER,

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan amanat Pasal 31 ayat (2)


Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal 49
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 65 Tahun 2017 tentang
Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun
2014 tentang Pemilihan Kepala Desa dan Pasal 69 Ayat (3)
Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 7 Tahun 2015
tentang Desa maka perlu menyusun Peraturan Bupati Tentang
Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Serentak dan
Antar Waktu di Kabupaten Jember ;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa
Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950
Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 9) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2730);
2

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5494);
5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5495);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165 Tambahan Lembaran Republik
Indonesia Negara Nomor 4593);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang
Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 123 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5539), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun
2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5717);
9. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan 2014
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
199);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014
Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014
Tentang Pemilihan Kepala Desa;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 65 Tahun 2017
tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa
13. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata
Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah
Desa;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 7 Tahun 2015
tentang Desa;
3

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN


PEMILIHAN KEPALA DESA SERENTAK DAN ANTAR WAKTU DI
KABUPATEN JEMBER.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Jember.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Jember.
3. Bupati adalah Bupati Jember.
4. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat
Daerah Kabupaten Jember.
5. Camat adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan
pemerintahan di wilayah kerja kecamatan yang dalam
pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan kewenangan
pemerintahan dari Bupati untuk menangani sebagian
usrusan otonomi daerah, dan menyelenggarakan tugas
umum pemerintahan.
6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu Perangkat
Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
9. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat
BPD adalah lembaga yang melaksanakan fungsi
pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan
ditetapkan secara demokratis.
10. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain
adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa,
Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk
menyepakati hal yang bersifat strategis.
11. Lembaga Kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama
lain adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai
dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa
dalam memberdayakan masyarakat.
12. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan
yang ditetapkan oleh kepala Desa setelah dibahas dan
disepakati bersama Badan Permusyawatan Desa.
13. Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang
mempunyai wewenang, tugas dan kewajiban untuk
menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan
4

melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah


Daerah.
14. Perangkat Desa terdiri atas Sekretaris Desa, Pelaksana
Kewilayahan dan Pelaksana Teknis.
15. Tokoh Masyarakat adalah Tokoh Adat, Tokoh Agama, Tokoh
Wanita, Tokoh Pemuda dan Pemuka-Pemuka Masyarakat
lainnya.
16. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yang selanjutnya
disingkat APBDesa adalah rencana keuangan tahunan
Pemerintah Desa.
17. Pemilihan Kepala Desa adalah pelaksanaan kedaulatan
rakyat di desa dalam rangka memilih kepala desa yang
bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
18. Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu adalah suatu proses
pemilihan/penggantian Kepala Desa yang berhenti
antarwaktu.
19. Panitia Pemilihan Kepala Desa tingkat Desa yang
selanjutnya disebut Panitia Pemilihan Desa adalah Panitia
yang dibentuk oleh BPD untuk menyelenggarakan proses
Pemilihan Kepala Desa.
20. Panitia Pemilihan Kepala Desa tingkat Kabupaten yang
selanjutnya disebut Panitia Pemilihan Kabupaten adalah
panitia yang dibentuk oleh Bupati dalam mendukung
pelaksanaan pemilihan Kepala Desa.
21. Ketetapan BPD adalah produk hukum yang dibuat oleh BPD
dan Pemerintah Desa dengan melibatkan warga masyarakat
desa berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan Pemerintahan
Desa.
22. Keputusan BPD adalah produk hukum yang dibuat oleh
BPD berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan tugas–tugas
BPD.
23. Bakal Calon Kepala Desa adalah warga masyarakat desa
setempat yang memenuhi syarat berdasarkan penjaringan
dan penyaringan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagai
Calon Kepala Desa.
24. Calon yang berhak dipilih adalah Calon Kepala Desa yang
ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagai Calon yang akan
dipilih dalam Pemilihan Kepala Desa.
25. Calon terpilih adalah Calon Kepala Desa yang memperoleh
suara terbanyak dalam pemilihan Kepala Desa.
26. Penjabat Kepala Desa adalah seorang Pejabat yang diangkat
oleh Pejabat yang berwenang untuk melaksanakan hak,
wewenang dan kewajiban Kepala Desa dalam kurun waktu
tertentu.
27. Pejabat yang berwenang adalah Pejabat yang berhak
mengesahkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala
Desa, dalam hal ini adalah Bupati.
28. Pemilih adalah penduduk Desa yang bersangkutan dan
telah memenuhi persyaratan untuk menggunakan hak pilih.
29. Daftar Pemilih Sementara yang selanjutnya disebut DPS
adalah Daftar Pemilih yang disusun berdasarkan pendataan
pemilih sementara.
30. Daftar Pemilih Tambahan adalah daftar pemilih yang
5

disusun berdasarkan usulan dari pemilih karena yang


bersangkutan belum terdaftar dalam DPS.
31. Daftar Pemilih Tetap yang selanjutnya disebut DPT adalah
daftar pemilih yang ditetapkan oleh Panitia Pemilihan
sebagai dasar penentuan identitas pemilih dan jumlah
pemilih dalam Pemilihan Kepala Desa.
32. Hak pilih adalah hak yang dimiliki pemilih untuk
menentukan sikap pilihannya.
33. Penjaringan adalah kegiatan yang dilakukan oleh panitia
pemilihan meliputi penentuan persyaratan, pengumuman
waktu pendaftaran, dan pendaftaran bakal calon.
34. Penyaringan adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh Panitia
Pemilihan berupa penelitian persyaratan administrasi bagi
bakal calon untuk selanjutnya ditetapkan menjadi calon
sampai dengan mengumumkan calon ditempat terbuka
untuk memberi kesempatan kepada masyarakat
memberikan penilaian masing-masing calon sebelum
ditetapkan menjadi calon yang berhak dipilih.
36. Kampanye adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh Calon
Kepala Desa untuk menyakinkan para pemilih dalam rangka
mendapatkan dukungan.
37. Tempat Pemugutan Suara selanjutnya disingkat TPS adalah
tempat dilaksanakannya pemungutan suara.
38. Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau sebutan lainnya adalah
mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku, diangkat oleh Pejabat yang berwenang dan diserahi
tugas dalam sesuatu jabatan Negara atau diserahi tugas
Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu
Peraturan Perundang-undangan dan digaji menurut
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
39. Pembinaan adalah Pemberian pedoman, standar
pelaksanaan, perencanaan, penelitian, pengembangan,
bimbingan, pendidikan dan pelatihan, konsultasi, supervisi,
monitoring, pengawasan umum dan evaluasi pelaksanaan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
40. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari
kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban APB
Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.
41. Barang Milik Desa adalah kekayaan milik Desa berupa
barang bergerak dan barang tidak bergerak.
42. Hari adalah hari kerja.
43. Saksi adalah seseorang yang ditunjuk dan/atau diberi
mandat dari calon Kepala Desa.
44. Sanksi adalah hukuman yang diberikan apabila melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan aturan yang ditetapkan.

BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2

Ruang Lingkup dalam Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa


6

adalah:
a. Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Serentak
b. Ketentuan Panitia Pemilihan Kepala Desa
c. Penetapan Pemilih
d. Persyaratan calon kepala desa
e. Ketentuan Kepala Desa, Perangkat Desa, Tni/Polri, Dan
Pegawai Negeri Sipil/Pegawai BUMN/BUMD Sebagai Calon
Kepala Desa
f. Pendaftaran, Penelitian, Penetapan, Dan Pengumuman Calon
Kepala Desa
g. Kampanye calon yang berhak dipilih
h. Larangan dan Sanksi atas Pelanggaran Kampanye
i. Pelaksanaan Pemungutan Suara
j. Biaya pemilihan
k. Tata cara pelantikan dan pengucapan sumpah/janji kepala
desa
l. Mekanisme Pelaksanaan Musyawarah Desa Pemilihan Kepala
Desa Antar Waktu

BAB III
PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA SERENTAK
Pasal 3

Pemilihan Kepala Desa dilakukan secara serentak satu kali atau


dapat bergelombang.

Pasal 4

Pemilihan Kepala Desa satu kali sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 3 dilaksanakan pada hari yang sama di seluruh desa pada
wilayah Kabupaten.

Pasal 5
(1) Pemilihan Kepala Desa secara bergelombang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dapat dilaksanakan dengan
mempertimbangkan:
a. pengelompokan waktu berakhirnya masa jabatan Kepala
Desa di wilayah Daerah;
b. kemampuan keuangan daerah; dan/atau
c. ketersediaan PNS di lingkungan Daerah yang memenuhi
persyaratan sebagai penjabat Kepala Desa.
d. Kesiapan tenaga personil pengamanan.
(2) Pemilihan Kepala Desa secara bergelombang sebagai mana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling banyak 3 (tiga)
kali dalam jangka waktu 6 (enam) tahun.
(3) Pemilihan Kepala Desa bergelombang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan interval waktu
paling lama 2 (dua) tahun.
(4) Dalam hal kesiapan personil pengamanan di kabupaten
tidak mencukupi untuk mengawal pelaksanaan Pemilihan
Kepala Desa Serentak di seluruh desa, Bupati dapat
7

menetapkan jadwal Pelaksanaan Pemihan Kepala Desa


Serentak yang terbagi dalam beberapa kelompok wilayah
yang dilaksanakan pada hari yang berbeda dalam kurun
waktu paling lama 1 (satu) bulan).
(5) Jadwal Pelaksanaan Pemihan Kepala Desa Serentak
sebagaimana dimaksud ayat (4) ditetapkan dalam Keputusan
Bupati.
8

BAB IV
PANITIA PEMILIHAN KEPALA DESA
Pasal 6

Panitia Pemilihan Kepala Desa terdiri dari:


(1) Panitia atau Tim Koordinasi dan Pelaksana Pemilihan Kepala
Desa Tingkat Kabupaten yang dibentuk oleh Bupati.
(2) Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Desa yang dibentuk
oleh BPD.

Pasal 7

(1) Keanggotaan Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat


Kabupaten sebagaimana Pasal 6 ayat (1) terdiri dari unsur
TNI, Kepolisian, dan Organisasi Perangkat Daerah terkait
sesuai dengan kebutuhan.
(2) Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Kabupaten
sebagaimana Pasal 7 ayat (1) ditetapkan dalam Keputusan
Bupati.
(3) Susunan Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Kabupaten
terdiri dari :
a. Pengarah;
b. Ketua;
c. Wakil Ketua;
d. Sekretaris; dan
e. Anggota.
(4) Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Kabupaten mempunyai
tugas meliputi:
a. Merencanakan, mengkoordinasikan dan menyelenggarakan
semua tahapan pelaksanaan pemilihan tingkat kabupaten;
b. Melakukan bimbingan teknis pelaksanaan pemilihan
kepala Desa terhadap panitia pemilihan kepala Desa
tingkat Desa;
c. Menetapkan jumlah surat suara dan kotak suara;
d. Memfasilitasi pencetakan surat suara dan pembuatan
kotak suara serta perlengkapan pemilihan lainnya;
e. Menyampaikan surat suara dan kotak suara dan
perlengkapan pemilihan lainnya kepada panitia pemilihan;
f. Melakukan pengawasan dan melaporkan penyelenggaraan
pemilihan kepala Desa serta membuat rekomendasi kepada
bupati;
g. Melakukan evaluasi dan Pelaporan pelaksanaan pemilihan;
h. Melaksanakan rapat koordinasi untuk merumuskan
penyelesaian permasalahan desa khususnya permasalahan
pemilihan kepala Desa dan tahapan langkah
penyelesaiannya; dan
i. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Bupati.
(5) Tugas panitia pemilihan tingkat kabupaten sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf c, huruf d dan huruf e
pelaksanaannya dapat ditugaskan kepada Desa.

(6) Penugasan kepada desa sebagaimana dimaksud ayat (5),


9

dengan memberikan bantuan keuangan khusus yang


selanjutnya dikelola pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa.

Pasal 8
(1) Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Desa sebagaimana
Pasal 6 ayat (2) dibentuk oleh BPD melalui mekanisme
musyawarah desa.
(2) Keanggotaan Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Desa
sejumlah 9 (sembilan) orang yang merupakan panitia inti
terdiri dari:
a. unsur Perangkat Desa 3 (tiga) orang;
b. unsur LKD 3 (tiga) orang;
c. unsur Tokoh Masyarakat selain anggota BPD 3 (tiga) orang.
(3) Susunan Keanggotaan Panitia Pemilihan Kepala Desa terdiri
dari :
a. Ketua merangkap anggota;
b. Sekretaris merangkap anggota;
c. Bendahara merangkap anggota;
d. Koordinator seksi Pendaftaran Pemilih merangkap anggota
e. Koordinator seksi Keamanan merangkap anggota;
f. Koordinator seksi Umum merangkap anggota;
g. Koordinator seksi Administrasi merangkap anggota;
h. Koordinator seksi Hubungan Masyarakat merangkap
anggota
i. Koordinator seksi Peralatan dan Perlengkapan merangkap
anggota.
(4) Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat desa mempunyai tugas
meliputi:
a. merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan,
mengawasi dan mengendalikan semua tahapan
pelaksanaan pemilihan;
b. menyusun, menetapkan dan mengusulkan rencana biaya
Pemilihan Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat;
c. menyusun jadwal tahapan kegiatan Pemilihan Kepala Desa
dengan mengacu pada jadwal yang telah ditetapkan oleh
Bupati;
d. menyusun tata tertib dan berita acara kesepakatan
pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa;
e. menyelenggarakan kegiatan sosialisasi agenda Pemilihan
Kepala Desa kepada masyarakat desa setempat;
f. mengumumkan agenda jadwal tahapan kegiatan Pemilihan
Kepala Desa kepada masyarakat desa setempat;
g. melakukan pendaftaran pemilih, menandatangani dan
mengumumkan daftar pemilih sementara dan daftar
pemilih tetap;
h. melaksanakan pembukaan pendaftaran dan seleksi
administrasi Bakal Calon Kepala Desa;
i. menetapkan jumlah surat suara dan kotak suara;
j. memfasilitasi pencetakan surat suara dan pembuatan
kotak suara serta perlengkapan dan peralatan lainnya;
k. menyiapkan tempat pelaksanaan pemungutan suara;
l. memfasilitasi kegiatan kampanye dan penyampaian visi
dan misi Calon Kepala Desa;

m. menetapkan saksi-saksi yang diusulkan oleh Calon Kepala


10

Desa;
n. menyampaikan undangan pelaksanaan pemungutan suara
kepada masyarakat yang memiliki hak pilih;
o. melaksanakan pemungutan suara dengan tertib, aman,
lancar dan teratur;
p. melaksanakan penghitungan suara secara cermat,
transparan dan tertib;
q. menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi
penghitungan suara;
r. membuat berita acara Pemilihan Kepala Desa, yang
meliputi berita acara penetapan nomor urut Calon Kepala
Desa, berita acara jalannya pelaksanaan Pemilihan Kepala
Desa, berita acara pemungutan dan hasil perhitungan
suara; dan
s. melaporkan pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa kepada
BPD.
(5) Dalam melaksanakan tugasnya, Panitia Pemilihan Kepala
Desa Tingkat Desa berkewajiban:
a. memperlakukan Calon Kepala Desa secara adil;
b. menyampaikan laporan kepada BPD untuk setiap tahapan
pelaksanaan Pemilihan dan menyampaikan informasi
kepada masyarakat; dan
c. melaksanakan tahapan pemilihan kepala desa tepat waktu.
(6) Dalam melaksanakan tugasnya, Panitia Pemilihan Kepala
Desa Tingkat Desa mempunyai wewenang:
a. melakukan pemeriksaan identitas Bakal Calon Kepala Desa
berdasarkan persyaratan yang ditentukan;
b. mengajukan paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak
5 (lima) orang Bakal Calon Kepala Desa yang memenuhi
syarat;
c. mengundi dan menetapkan nomor urut Calon Kepala Desa;
dan
d. mengesahkan hasil penghitungan suara
e. membentuk petugas pembantu panitia pemilihan tingkat
desa
(7) Jumlah personil petugas pembantu panitia pemilihan tingkat
desa sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf e
berdasarkan keputusan Bupati tentang pelaksanaan
pemilihan kepala desa serentak.
(8) Nama Personil dan Pembagian beban tugas pembantu panitia
pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) ditetapkan
dengan keputusan Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa
Tingkat Desa untuk membantu melaksanakan setiap tahapan
pilkades.
(9) Petugas pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
terdiri dari:
a. Pembantu Seksi
Pendaftaran Pemilih berasal dari unsur masyarakat
perwakilan dusun yang dipilih sesuai kebutuhan untuk
melaksanakan tahapan pendaftaran, pengolahan data, dan
penetapan daftar pemilih.
b. pembantu Seksi
Keamanan berasal dari anggota satuan linmas desa yang
bertugas membantu mengamankan pelaksanaan tahapan-
tahapan Pemilihan Kepala Desa;
11

c. pembantu seksi
Umum terdiri dari petugas konsumsi, petugas penjemput
warga dan petugas tenaga medis serta petugas akomodasi
lainnya;
d. pembantu seksi
administrasi terdiri dari petugas pembagian dan verifikasi
surat undangan, penyerah surat suara kepada hak pilih,
dan penulis papan rekapitulasi;
e. pembantu seksi
Hubungan Masyarakat terdiri dari petugas pemasang
banner/spanduk, informasi keliling, dan dokumentasi
kegiatan.
f. pembantu seksi
perlengkapan dan peralatan terdiri dari petugas yang
memfasilitasi kotak suara, papan rekapitulasi, bilik suara,
penyediaan stempel, fasilitas tenda dan kebutuhan
peralatan dan perlengkapan lainnya.
(10) Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Desa dalam
melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada BPD.
(11) Hasil Pembentukan Panitia Pemilihan Desa berdasarkan
musyawarah desa dilaporkan secara tertulis oleh BPD
kepada Bupati melalui camat.
(12) Apabila diantara Panitia Pemilihan Desa ada yang mendaftar
dan ditetapkan sebagai Bakal Calon Kepala Desa atau
berhalangan tetap, keanggotaannya digantikan oleh
Perangkat Desa atau Pengurus Lembaga Kemasyarakatan
atau Tokoh Masyarakat berdasarkan Keputusan BPD.
(13) Masa tugas Panitia Pemilihan Desa sampai dengan
dilantiknya Kepala Desa yang baru terpilih.

Pasal 9
Persiapan pemilihan di Desa terdiri atas kegiatan:
a. pemberitahuan BPD kepada Kepala Desa tentang akhir masa
jabatan yang disampaikan 6 (enam) bulan sebelum berakhir
masa jabatan;
b. pembentukan panitia pemilihan tingkat desa oleh BPD dapat
ditetapkan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah
pemberitahuan akhir masa jabatan dengan memperhatikan
penganggaran yang ditetapkan dalam APBDes dengan tetap
mengacu pada jadwal yang ditetapkan dalam keputusan
Bupati tentang pelaksanaan pemilihan kepala desa serentak;
c. laporan akhir masa jabatan kepala desa kepada Bupati
disampaikan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah
pemberitahuan akhir masa jabatan;
d. perencanaan biaya pemilihan diajukan oleh Panitia Pemilihan
Tingkat Desa kepada Bupati melalui camat dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari setelah terbentuknya panitia
pemilihan;
e. persetujuan biaya pemilihan dari Bupati dalam jangka waktu
30 (tiga puluh) hari sejak diajukan oleh panitia.
f. Dalam hal penyediaan kebutuhan Surat Suara, Kotak Suara,
Honorarium Panitia, Paket Spanduk atau Banner, Paket Bilik,
12

Paket Papan Penghitungan Suara, dan Biaya Pelantikan


dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten, maka kebutuhan
biaya pemilihan selain dari yang disediakan oleh pemerintah
kabupaten dapat dibebankan pada APBDes berdasarkan hasil
kesepakatan Musyawarah Desa;
g. Panitia pemilihan tingkat desa menyampaikan perencanaan
kebutuhan biaya pemilihan selain dari yang disediakan oleh
pemerintah kabupaten kepada Kepala Desa/Penjabat Kepala
Desa paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah terbentuknya
panitia pemilihan tingkat desa.
h. Persetujuan dan realisasi anggaran biaya pemilihan oleh
Kepala Desa selain dari yang disediakan oleh pemerintah
kabupaten, disampaikan kepada panitia pemilihan tingkat
desa paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diajukan.

BAB V
PENETAPAN PEMILIH
Pasal 10
(1) Pemilih yang menggunakan hak pilih, harus terdaftar
sebagai pemilih.
(2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
penduduk desa warga negara Republik Indonesia yang :
a. berdomisili di desa sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan
sebelum disahkannya daftar pemilih sementara yang
dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk atau surat
keterangan penduduk desa setempat;
b. pada hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa
sudah berusia 17 (tujuh belas) tahun atau
sudah/pernah menikah;
c. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan
Keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap;
d. nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;
e. tercatat dalam daftar pemilih tetap.

Pasal 11
(1) Data pemilih dimutakhirkan dan divalidasi sesuai data
penduduk di desa.
(2) Pemutakhiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan karena:
a. memenuhi syarat usia pemilih, yang sampai dengan hari
dan tanggal pemungutan suara sudah berumur 17 (tujuh
belas) tahun;
b. belum berumur 17 (tujuh belas) tahun tetapi
sudah/pernah menikah;
c. telah meninggal dunia;
d. pindah domisili ke desa lain; atau
e. belum terdaftar.
(3) Berdasarkan data pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Panitia Pemilihan Desa menyusun dan menetapkan
daftar pemilih sementara.
13

Pasal 12
(1) Daftar pemilih sementara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (3), diumumkan di tempat yang mudah
dijangkau masyarakat oleh Panitia Pemilihan Desa dengan
jangka waktu 3 (tiga) hari sebelum penetapan nomor urut
calon kepala desa.
(2) Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pemilih atau anggota keluarga dapat mengajukan usul
perbaikan dan informasi mengenai penulisan nama
dan/atau identitas lainnya.
(3) Apabila usul perbaikan dan informasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diterima, Panitia Pemilihan Desa
segera mengadakan perbaikan daftar pemilih sementara.

Pasal 13
(1) Pemilih yang belum terdaftar secara aktif melaporkan
kepada Panitia Pemilihan Desa yang difasilitasi oleh Ketua
Rukun Tetangga atau Ketua Rukun Warga.
(2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftar
sebagai pemilih tambahan.
(3) Pencatatan data pemilih tambahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) hari
setelah penyampaian laporan dari calon pemilih.
(4) Daftar pemilih tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), diumumkan oleh panitia pemilihan selama 3 (tiga) hari
terhitung sejak berakhirnya jangka waktu penyusunan
daftar pemilih tambahan.

Pasal 14
(1) Panitia Pemilihan Desa menetapkan daftar pemilih tetap
setelah disepakati bersama dan tidak dipersoalkan oleh
Calon Kepala Desa yang dituangkan dalam berita acara
kesepakatan.
(2) Daftar pemilih tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diumumkan ditempat yang strategis di desa untuk diketahui
oleh masyarakat.
(3) Daftar Pemilih tetap sebagaimana dimaksud ayat (2) tidak
dapat mewakilkan hak suaranya pada saat pemungutan
suara.

Pasal 15
Daftar pemilih tetap yang sudah disahkan oleh Panitia Pemilihan
tingkat Desa tidak dapat diubah, kecuali ada pemilih yang
meninggal dunia, Panitia Pemilihan Desa membubuhkan catatan
dalam daftar pemilih pada kolom keterangan “meninggal dunia”.

Pasal 16
Pemilih yang telah terdaftar dalam daftar pemilih tetap ternyata
tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14

11 ayat (2) huruf c dan huruf d, tidak dapat menggunakan hak


memilih.

Pasal 17
Warga desa yang merupakan anggota TNI/Polri aktif tidak
diberikan hak pilih pada penyelenggaraan Pemilihan Kepala
Desa.

BAB VI
PERSYARATAN CALON KEPALA DESA
Pasal 18
(1) Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan, sebagai
berikut:
a. warga negara Republik Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,
melaksanakan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
serta mempertahankan dan memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka
Tunggal Ika;
d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah
pertama atau sederajat;
e. berusia paling rendah genap 25 (dua puluh lima)
tahun pada saat mendaftar;
f. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;
g. tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara;
h. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun atau lebih, kecuali 5 (lima) tahun setelah
selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan
secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang
bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai
pelaku kejahatan berulang-ulang;
i. tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap;
j. berbadan sehat;
k. tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali
masa jabatan; dan
l. bebas Narkotika dan Psikotropika.
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuktikan dengan dokumen administrasi sebagai berikut:
a. Fotocopy kartu tanda penduduk yang dilegalisasi oleh
Camat;
b. surat pernyataan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas
segel atau bermeterai cukup;
c. surat pernyataan memegang teguh dan mengamalkan
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
15

Indonesia Tahun 1945, mempertahankan dan


memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika, yang dibuat oleh
yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai
cukup;

d. Fotocopy ijazah pendidikan formal dari tingkat dasar


sampai dengan Sekolah Menengah Pertama atau
sederajat yang dilegalisasi dan disertai surat
keterangan oleh pejabat yang berwenang bahwa
dokumen ijasah pendidikan formal tersebut adalah sah
dan memenuhi syarat;
e. Fotocopy akta kelahiran atau surat keterangan kenal
lahir yang dilegalisasi oleh Camat;
f. surat pernyataan bersedia dicalonkan menjadi kepala
Desa yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas
kertas segel atau bermeterai cukup;
g. surat keterangan dari pejabat yang berwenang di tingkat
kecamatan bahwa tidak sedang menjalani hukuman
pidana penjara
h. surat keterangan dari pejabat berwenang di tingkat
kecamatan bahwa tidak pernah dijatuhi hukuman
pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau
lebih.
i. surat keterangan dari pengadilan negeri bahwa tidak
sedang dicabut hak pilihnya;
j. surat keterangan berbadan sehat dari rumah sakit
umum daerah;
k. surat keterangan dari pemerintah daerah atau camat
bahwa tidak pernah menjadi kepala Desa selama 3
(tiga) kali masa jabatan.
l. Fotocopy Surat Keterangan Catatan Kepolisian yang
berlaku;dan
m. surat pernyataan sanggup bertempat tinggal di wilayah
desa setempat selama menjabat Kepala Desa yang
dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel
atau bermeterai cukup.
n. surat keterangan bebas Narkotika dan Psikotropika
dari rumah sakit umum daerah.

(3) Persyaratan administrasi sebagaimana disebutkan pada


ayat (2) berlaku bagi Kepala Desa yang akan mencalonkan
kembali.

BAB VII
KEPALA DESA, PERANGKAT DESA, TNI/POLRI, DAN PEGAWAI
NEGERI SIPIL/PEGAWAI BUMN/BUMD SEBAGAI CALON
KEPALA DESA
Pasal 19

(1) PNS, TNI/Polri, Pegawai BUMN/BUMD yang mencalonkan


diri sebagai Calon Kepala Desa selain memenuhi
16

persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 juga


harus menyampaikan dokumen ijin tertulis dari Pejabat
Pembina Kepegawaian atau Instansi/lembaga yang
berwenang kepada Panitia Pemilihan saat mendaftar.
(2) Perangkat Desa yang mencalonkan diri dalam pemilihan
Kepala Desa diberikan ijin cuti oleh Kepala Desa atau
Penjabat Kepala Desa terhitung sejak yang bersangkutan
terdaftar sebagai bakal calon kepala desa sampai dengan
selesainya penetapan calon terpilih.
(3) Tugas Perangkat Desa yang diberikan ijin cuti sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dirangkap oleh Perangkat Desa
lainnya selaku pelaksana harian yang ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Desa.
(4) Bagi Kepala Desa yang akan mencalonkan diri kembali
selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (1), wajib menyampaikan bukti surat
keterangan camat bahwa telah menyerahkan Laporan Akhir
Masa Jabatan.
(5) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberikan
cuti sejak ditetapkan sebagai bakal calon sampai dengan
selesainya penetapan calon terpilih dan Sekretaris Desa
melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa yang
ditetapkan dengan Keputusan Camat atas nama Bupati.
(6) Dalam hal Kepala Desa dan Sekretaris Desa cuti sebagai
Bakal Calon Kepala Desa, maka Bupati melalui camat dapat
menugaskan perangkat desa lainnya sebagai Pelaksana
Harian Kepala Desa agar tugas dan kewajiban kepala desa
serta pelayanan kepada masyarakat dapat tetap terlaksana.
(7) Bagi unsur pimpinan dan anggota BPD yang mencalonkan
diri sebagai Calon Kepala Desa selain memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 juga harus
melampirkan surat permohonan pengunduran diri dari
keanggotaan BPD kepada Bupati melalui Camat pada saat
mendaftarkan diri menjadi Bakal Calon Kepala Desa.
(8) Permohonan untuk mencalonkan diri diajukan secara
tertulis kepada Panitia Pemilihan dengan dilampiri berkas
persyaratan yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 18 ayat (2).
(9) Perangkat Desa wajib mengundurkan diri dari jabatannya
apabila dinyatakan terpilih.

BAB VIII
PENDAFTARAN, PENELITIAN, PENETAPAN, DAN PENGUMUMAN
CALON KEPALA DESA
Pasal 20
(1) Panitia Pemilihan Desa membuka pendaftaran dan
penjaringan Bakal Calon Kepala Desa, setelah
melaksanakan sosialisasi dan pengumuman pendaftaran
kepada masyarakat.
(2) Jangka waktu pembukaan pendaftaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) selama 9 (sembilan) hari.
(3) Berkas administrasi Bakal Calon Kepala Desa diterima oleh
Panitia apabila telah memenuhi dokumen persyaratan
17

administrasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 ayat (2).


(4) Apabila bakal calon yang memenuhi berkas administrasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kurang dari 2 (dua)
orang, maka Panitia Pemilihan Desa memperpanjang waktu
pendaftaran paling lama 20 (dua puluh) hari.

(5) apabila dalam masa perpanjangan telah terpenuhi minimal


2 (dua) orang pendaftar, maka panitia menutup pendaftaran
setelah jam penerimaan pendaftaran pada hari tersebut
berakhir.
(6) Penelitian dan verifikasi berkas administrasi bakal calon
kepala desa dilakukan oleh panitia pemilihan tingkat desa
bersama Muspika setelah penutupan pendaftaran dengan
menghadirkan Bakal Calon Kepala Desa.
(7) Apabila dari hasil penelitian dan verifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) terdapat berkas administrasi Bakal
Calon yang meragukan atau perlu diperbaiki, maka panitia
mengembalikan berkas administrasi dimaksud kepada oleh
Bakal Calon Kepala Desa terkait dan yang bersangkutan
diberi kesempatan untuk melengkapi atau memperbaiki
berkas administrasinya dalam jangka waktu 5 (lima) hari.
(8) Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) hari yang
bersangkutan tidak melengkapi/memperbaiki dan
mengembalikan kepada Panitia Pemilihan tingkat desa,
maka dianggap mengundurkan diri dan dinyatakan gugur
sebagai Bakal Calon Kepala Desa
(9) Hasil Penelitian dan verifikasi berkas persyaratan
administrasi bakal calon kepala desa dituangkan dalam
berita acara yang ditandatangani oleh Ketua Panitia
Pemilihan Tingkat Desa, Bakal Calon Kepala Desa dan
Muspika.

Pasal 21
(1) Berdasarkan hasil penyaringan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20, bakal Calon Kepala Desa yang memenuhi
persyaratan administrasi ditetapkan sebagai calon kepala
desa yang berhak dipilih oleh Panitia Pemilihan Tingkat
Desa.
(2) Penetapan Calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 5
(lima) orang calon.

Pasal 22
(1) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan tetap
kurang dari 2 (dua) orang setelah dilakukan perpanjangan
waktu pendaftaran sebagaimana dimaksud pada pasal 20
ayat (4), Bupati menunda pelaksanaan pemilihan Kepala
Desa sampai dengan batas waktu yang ditetapkan
kemudian.
(2) Kebijakan penundaan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
18

(3) Apabila dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) masa jabatan Kepala Desa berakhir, Bupati
mengangkat penjabat Kepala Desa dari Pegawai Negeri Sipil
di lingkungan Kabupaten.

Pasal 23
(1) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 lebih dari 5 (lima)
orang, Panitia Pemilihan Tingkat Desa melakukan
mekanisme seleksi melalui Ujian Tulis.

(2) Pelaksanaan seleksi ujian tulis sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diselenggarakan dengan jadwal yang ditetapkan
melalui keputusan Bupati.
(3) Materi ujian tulis dalam seleksi tambahan dimaksud dibuat
dan disiapkan Panitia atau Tim Koordinasi dan Pelaksana
Pemilihan Kepala Desa Tingkat Kabupaten yang dibentuk
oleh Bupati.
(4) Panitia Pemilihan Kabupaten dapat menunjuk pihak ketiga
dalam membuat materi ujian sebagaimana dimaksud dalam
ayat (4).

Pasal 24
(1) Sebelum pelaksanaan ujian tulis, panitia agar mengklarifikasi
Bakal Calon Kepala Desa terhadap proses yang telah
dilaksanakan sebelumnya dan masing-masing peserta
menadatangani surat pernyataan bahwa siap menerima hasil
tes Tulis.
(2) Koreksi terhadap lembar jawaban dan pengumuman hasil
ujian tulis dilakukan oleh Panitia Pemilihan Kabupaten yang
dibantu oleh Panitia Pemilihan Tingkat Desa serta Muspika
pada hari yang sama kepada Bakal Calon Kepala Desa
sebelum meninggalkan tempat ujian.
(3) Apabila terdapat nilai yang sama dari hasil tes tulis Bakal
Calon Kepala Desa dalam memperebutkan peringkat lima
besar, maka dilaksanakan tes tulis ulang pada hari yang sama
bagi Bakal Calon Kepala Desa yang memiliki nilai sama
dimaksud.

Pasal 25
(1) Penetapan Calon Kepala Desa yang telah memenuhi syarat
disertai dengan penentuan nomor urut melalui undian
secara terbuka oleh Panitia Pemilihan Desa.
(2) Pengundian nomor urut calon sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dihadiri oleh para calon dan koordinator saksi.
(3) Nomor urut dan nama calon yang telah ditetapkan disusun
dalam daftar nama calon dan dituangkan dalam berita acara
penetapan Calon Kepala Desa.
(4) Panitia Pemilihan Desa mengumumkan tentang nama calon
yang telah ditetapkan.
(5) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bersifat
19

final dan mengikat.


(6) Calon Kepala Desa dilarang mengundurkan diri terhitung
sejak tanggal ditetapkan sebagai calon kepala desa yang
berhak dipilih.
(7) Dalam hal pengadaan surat suara dilaksanakan oleh
Pemerintah Kabupaten, panitia segera melaporkan hasil
pengundian dan penetapan nomor urut calon kepala desa
kepada Bupati melalui Panitia atau Tim Koordinasi dan
Pelaksana Pemilihan Kepala Desa Tingkat Kabupaten untuk
ditindaklanjuti proses pengadaan surat suara.

BAB IX
KAMPANYE CALON KEPALA DESA

Pasal 26
(1) Pelaksanaan Kampanye Calon Kepala Desa difasilitasi oleh
Panitia Pemilihan Tingkat Desa.
(2) Calon Kepala Desa yang berhak dipilih diumumkan kepada
masyarakat di tempat-tempat yang terbuka sesuai dengan
kondisi sosial budaya setempat.
(3) Kampanye merupakan forum penyampaian program yang
akan dilaksanakan apabila Calon Kepala Desa terpilih
sebagai kepala desa serta wajib menyampaikan visi dan
misinya mengenai pelaksanaan Pemerintahan,
Pembangunan dan Pelayanan kepada masyarakat di Desa.
(4) Calon Kepala Desa dapat melakukan kampanye sesuai
dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat
berdasarkn kesepakatan bersama antara Calon Kepala
Desa, panitia pemilihan tingkat desa dan pejabat
pengamanan yang berwenang diwilayah kecamatan.
(5) Tempat, waktu, mekanisme dan sistem kampanye
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur Dalam
Keputusan Panitia Pemilihan Desa.
(6) Kampanye dapat dilaksanakan melalui :
a. pertemuan terbatas;
b. tatap muka;
c. dialog;
d. penyebaran bahan kampanye kepada umum;
e. pemasangan alat peraga di tempat kampanye dan di
tempat lain yang ditentukan oleh Panitia Pemilihan
Kepala Desa;
f. kegiatan lain yang tidak melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 27
(1) Kampanye diselenggarakan oleh Panitia Pemilihan Desa
paling lama 5 (lima) hari dengan mempertimbangkan masa
tenang 3 (tiga) hari sebelum hari pemungutan suara
dilaksanakan.
(2) Masa tenang diberlakukan mulai 3 (tiga) kali 24 (dua puluh
empat) jam sebelum dan berakhir pada saat akan
dimulainya pemungutan suara.
(3) Pada masa tenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
20

Calon yang berhak dipilih dilarang melakukan kegiatan


kampanye atau pengenalan calon yang berhak dipilih.
(4) Dalam pelaksanaan kampanye dan masa tenang, calon
Kepala Desa dilarang :
a. mempersoalkan dasar negara Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945;

b. melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan


Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan dan /
atau calon Kepala Desa yang lain;
d. menghasut atau mengadu domba perseorangan
dan/atau kelompok masyarakat;
e. menggunakan kekerasan, ancaman kekerasan, atau
menganjurkan penggunaan kekerasan kepada
perseorangan dan/atau kelompok masyarakat, dan/atau
calon lain; dan
f. menggunakan foto atau nama tokoh daerah pada latar
belakang foto calon pada alat kampanye.
g. larangan lain yang disepakati bersama antara Calon
Kepala Desa, panitia pemilihan tingkat desa dan pejabat
pengamanan yang berwenang diwilayah kecamatan.

(5) Bagi calon kepala desa yang melanggar larangan kampanye


sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dikenai sanksi :
a. peringatan tertulis apabila calon kepala desa melanggar
larangan walaupun belum terjadi gangguan; dan
b. penghentian kegiatan kampanye secara sepihak oleh
pihak pengamanan dari muspika di tempat terjadinya
pelanggaran atau di suatu wilayah yang dapat
mengakibatkan gangguan terhadap keamanan yang
berpotensi menyebar ke wilayah lain.

BAB X
PELAKSANAAN PEMUNGUTAN SUARA
Pasal 28
(1) Setelah Panitia Pemilihan Desa menetapkan Calon Kepala
Desa yang berhak dipilih, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
sebelum pemungutan suara dilaksanakan, Panitia
Pemilihan Desa mengumumkan kepada masyarakat Desa
tentang waktu dan tempat pemungutan suara, nama-nama
calon Kepala Desa dan daftar pemilih tetap yang disahkan
oleh Panitia Pemilihan Desa.
(2) Batas waktu penyampaian surat undangan tentang
pelaksanaan pemungutan suara ditentukan oleh Panitia
Pemilihan Desa atas dasar kesepakatan hasil musyawarah
panitia bersama Calon Kepala Desa yang dituangkan dalam
Berita Acara.
(3) Surat undangan sebagaimana dimaksud ayat (2) memuat
hari, tanggal, pukul, dan tempat pemungutan suara.
(4) Hari dan tanggal pemungutan suara dalam surat undangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengacu pada jadwal
yang telah ditetapkan oleh Keputusan Bupati.
21

Pasal 29
(1) Pemungutan suara pemilihan kepala desa dilaksanakan di
tempat pemungutan suara (TPS) yang ditentukan oleh
Panitia Pemilihan Desa.
(2) Jumlah TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemungutan dan penghitungan suara.
(3) Tempat/lokasi TPS dapat ditentukan pada 1 (satu) lokasi di
Balai Desa atau tempat fasilitas umum lainnya yang mudah
dijangkau.
(4) Jumlah, lokasi, bentuk dan tata letak TPS ditetapkan oleh
Panitia Pemilihan Desa.

Pasal 30
(1) Penyelenggaraan pemungutan suara di TPS dilakukan oleh
oleh Panitia Pemilihan tingkat Desa beserta Petugas
Pembantu Panitia.
(2) Pembagian Tugas Panitia Pemilihan tingkat Desa beserta
Petugas Pembantu Panitia pada saat pemungutan suara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Ketua
Panitia Pemilihan Desa.

Pasal 31
(1) Pemilihan Calon Kepala Desa dilaksanakan secara
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil oleh
penduduk desa yang telah memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2).
(2) Pemberian suara diberikan dengan mencoblos surat suara
yang memuat nomor, foto dan nama Calon yang berhak
dipilih dalam bilik suara yang telah disediakan oleh Panitia
Pemilihan Desa.
(3) Pemilih hanya memberikan suara kepada 1 (satu) orang
Calon yang berhak dipilih.
(4) Pemilih yang berhalangan hadir, tidak dapat diwakilkan
dengan cara apapun.
(5) Ketentuan suara sah maupun tidak sah berdasarkan hasil
kesepakatan panitia dan para calon kepala desa.

Pasal 32
Untuk kelancaran pelaksanaan pemilihan di tempat pemungutan
suara, Panitia Pemilihan Desa menyediakan :
(1) papan pengumuman yang memuat nomor, foto dan nama
Calon yang berhak dipilih sesuai ketetapan Panitia
Pemilihan Desa;
(2) papan penghitungan perolehan suara;
(3) sarana dan prasarana lainnya yang diperlukan.

Pasal 33
(1) Sebelum melaksanakan pemungutan suara, Panitia
Pemilihan tingkat desa dengan disaksikan oleh Calon Kepala
Desa dan atau saksi yang mendapat mandat dari Calon
Kepala Desa, BPD dan warga masyarakat agar melakukan
kegiatan:
22

a. membuka kotak suara;


b. mengeluarkan seluruh isi kotak suara;
c. mengidentifikasi jenis dokumen dan peralatan;
d. menghitung jumlah setiap jenis dokumen dan peralatan.
(2) Kegiatan Panitia Pemilihan tingkat desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33, dituangkan dalam berita acara
yang ditandatangani oleh Panitia Pemilihan serta
ditandatangani oleh Calon Kepala Desa dan atau saksi yang
mendapat mandat dari Calon Kepala Desa

Pasal 34
(1) Setelah melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33, Panitia Pemilihan memberikan penjelasan kepada
pemilih mengenai proses dan tata cara pemungutan suara
di TPS.
(2) Dalam pemberian suara pemilih yang hadir diberikan
selembar surat suara oleh Panitia Pemilihan berdasarkan
urutan kehadiran sambil menunjukkan Surat Undangan
sesuai dengan Daftar Pemilih Tetap dan/atau identitas diri
yang berlaku.
(3) Setelah menerima surat suara, pemilih sebelum memasuki
bilik memeriksa atau meneliti surat suara dan apabila surat
suara dimaksud dalam keadaan cacat atau rusak, pemilih
berhak meminta surat suara yang baru setelah
menyerahkan kembali surat suara yang cacat atau rusak
dimaksud.

Pasal 35
(1) Pencoblosan surat suara dilaksanakan dalam bilik suara
dengan menggunakan alat pencoblos yang telah disediakan
oleh Panitia Pemilihan Desa.
(2) Pemilih yang masuk ke dalam bilik suara adalah pemilih
yang menggunakan hak pilihnya.
(3) Surat suara yang rusak akibat dari coblosan, tidak dapat
ditukar kembali dengan surat suara baru.
(4) Setelah surat suara dicoblos, pemilih memasukkan surat
suara ke dalam kotak suara yang telah disediakan dalam
keadaan terlipat.
(5) Pemilih tunanetra, tunadaksa, atau yang mempunyai
halangan fisik lain pada saat memberikan suaranya dapat
dibantu oleh seorang yang ditunjuk oleh pemilih dan
disaksikan oleh Panitia dan saksi dari maing-masing calon

Pasal 36
(1) Pada saat pemungutan suara dilaksanakan, Panitia
Pemilihan berkewajiban untuk :
a. menjamin agar azas demokrasi berjalan dengan lancar,
tertib, aman dan teratur;
b. menjamin pelaksanaan pemungutan suara dengan tertib
dan teratur.
(2) Pada saat pemungutan suara dilaksanakan, para Calon
yang berhak dipilih harus berada di tempat yang telah
ditentukan untuk mengikuti pelaksanaan pemungutan
23

suara.
(3) Apabila Calon Kepala Desa tidak hadir sebagaimana
keharusan dalam ayat (2), dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan harus disertai surat keterangan
resmi dari pihak yang berwenang dan secara administratif
tetap dianggap sebagai calon yang berhak dipilih.

(4) Panitia Pemilihan menjaga agar setiap orang yang berhak


memilih hanya memberikan satu suara dan menolak
memberikan suara yang diwakilkan dengan alasan apapun.

Pasal 37
(1) Setelah semua Pemilih menggunakan hak pilihnya, Panitia
Pemilihan meminta kepada masing-masing Saksi untuk
menjadi saksi dalam penghitungan suara.
(2) Sebelum dilaksanakan penghitungan, Calon Kepala Desa
menandatangani berita acara dan mengklarifikasi proses
pelaksanaan tahapan pilkades sebelumnya dan
pemungutan suara yang dilakukan oleh Panitia.
(3) Dalam hal calon kepala desa menyatakan bahwa tidak ada
persoalan dalam pelaksanaan tahapan Pilkades
sebelumnya, maka panitia dapat melanjutkan proses
penghitungan surat suara.
(4) Dalam hal kepala desa mempersoalkan proses tahapan
pilkades sebelumnya yang dilaksanakan oleh panitia, maka
proses penghitungan suara dapat dilaksanakan setelah
calon kepala desa menerima keterangan panitia dan tidak
mempersoalkan dikemudian hari yang selanjutnya
dituangkan dalam berita acara.
(5) Panitia Pemilihan membuka kotak suara dan setiap lembar
surat suara diteliti satu demi satu kemudian menyampaikan
nama atau nomor Calon hasil coblosan yang mendapat
suara tersebut serta mencatatnya pada papan catatan hasil
penghitungan perolehan suara di TPS yang ditempatkan
sedemikian rupa, sehingga dapat dilihat dengan jelas.
(6) Dalam hal saksi tidak bersedia untuk menjadi saksi dalam
penghitungan maka proses penghitungan suara tetap
dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan tanpa diikuti oleh
saksi.

Pasal 38
Surat suara dinyatakan sah apabila :
a. surat suara ditandatangani oleh Ketua panitia; dan
b. tanda coblos hanya terdapat pada 1 (satu) kotak segi empat
yang memuat satu calon; atau
c. tanda coblos terdapat dalam salah satu kotak segi empat
yang memuat nomor, foto dan nama calon yang telah
ditentukan; atau
d. tanda coblos lebih dari satu, tetapi masih di dalam salah
satu kotak segi empat yang memuat nomor, foto dan nama
calon; atau
e. tanda coblos terdapat pada salah satu garis kotak segi
empat yang memuat nomor, foto dan nama calon.
24

Pasal 39
(1) Saksi dapat mengajukan keberatan terhadap kesalahan
penyebutan nomor urut atau nama calon dalam proses
penghitungan suara kepada Panitia Pemilihan tingkat desa.
(2) Dalam hal terdapat keberatan saksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Panitia Pemilihan wajib mengentikan sejenak
proses penghitungan suara untuk menjelaskan prosedur
dan/atau mencocokkan kembali selisih perolehan suara
dengan dikawal oleh aparat keamanan.
(3) Dalam hal keberatan yang diajukan saksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat diterima, Panitia Pemilihan
mengadakan pembetulan saat itu juga.
(4) Pembetulan hasil penghitungan perolehan suara dilakukan
koreksi dengan cara mencoret angka yang salah dan
menuliskan angka yang benar dengan dibubuhi paraf Ketua
Panitia Pemilihan dan Saksi.
(5) Keberatan yang diajukan oleh saksi terhadap pelaksanaan
penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dituangkan dalam berita acara dan tidak menghalangi
proses pelaksanaan penghitungan suara .

Pasal 40
(1) Setelah perhitungan suara selesai, Panitia Pemilihan
membuat Berita Acara hasil penghitungan suara yang
ditandatangani oleh koordinator saksi calon kepala desa.
(2) Saksi dapat meminta salinan Berita Acara hasil
penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada Ketua Panitia Pemilihan tingkat desa.
(3) Berita Acara beserta kelengkapannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dimasukan dalam sampul khusus
yang disediakan dan di masukkan ke dalam kotak suara
yang pada bagian luar ditempel label atau segel.
(4) Panitia Pemilihan Desa menyerahkan berita acara hasil
penghitungan suara kepada Ketua BPD pada hari yang
sama setelah selesai penghitungan suara.
(5) BPD menetapkan calon kepala desa terpilih dengan
keputusan BPD yang selanjutnya diusulkan kepada Bupati
untuk dilantik dan disahkan.

Pasal 41
(1) Calon kepala desa yang dinyatakan terpilih adalah calon
kepala desa yang mendapat dukungan suara terbanyak.
(2) Apabila jumlah calon kepala desa terpilih yang memperoleh
suara terbanyak yang sama lebih dari 1 (satu) orang calon,
maka Calon terpilih ditetapkan berdasarkan wilayah tempat
tinggal dengan jumlah pemilih terbesar.
(3) Dalam hal calon kepala desa terpilih memiliki perolehan
suara terbanyak yang sama sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) bertempat tinggal dalam wilayah yang sama, maka
dilakukan pemilihan putaran kedua untuk Calon yang
memiliki perolehan suara sama dimaksud paling lama 20
(Dua Puluh) hari setelah hasil penghitungan suara.
(4) Biaya pelaksanaan pemilihan kepala desa putaran kedua
25

sebagaimana dimaksud ayat (3) dibebankan pada Anggaran


Pendapatan Belanja Desa.

Pasal 42
(1) Panitia Pemilihan Tingkat Desa menyampaikan laporan hasil
pemilihan kepala desa kepada BPD.
(2) BPD menetapkan keputusan tentang calon kepala desa
terpilih berdasarkan hasil evaluasi atas laporan Panitia
Pemilihan Tingkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan menyampaikan permohonan pelantikan calon kepala
desa terpilih dimaksud kepada Bupati melalui Camat dengan
tembusan kepada Kepala Desa paling lambat 7 (tujuh) hari.
(3) Jadwal pelantikan calon kepala desa terpilih dilaksanakan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diterbitkannya
keputusan Bupati tentang pengangkatan kepala desa
terpilih.

BAB XI
PENYELESAIAN PENGADUAN DAN PERSELISIHAN PASCA
PELAKSANAAN PEMUNGUTAN SUARA
Pasal 43
(1) Pengaduan dapat dilakukan oleh pihak calon kepala desa
yang merasa dirugikan dalam pelaksanaan Pilkades
kepada Panitia Pemilihan Tingkat Desa.
(2) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai
bukti-bukti lengkap yang disampaikan paling lambat 1
(3) (satu) jam setelah penghitungan suara dinyatakan selesai.
Panitia Panitia Pemilihan Tingkat Desa segera mengambil
langkah-langkah penyelesaian dalam jangka waktu paling
(4) lama 2 (dua) jam setelah pengaduan diterima.
Permasalahan pasca pelaksanaan pemungutan suara,
disebabkan karena:
a. kesalahan hasil penghitungan surat suara;
b. indikasi ketidaknetralan Panitia Pemilihan Tingkat
Desa; dan
c. indikasi tindak pidana calon kepala desa atau pihak
(5) lain terhadap pelaksanaan pilkades.
Perselisihan yang disebabkan kesalahan hasil
penghitungan surat suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) huruf a diselesaikan dengan cara hitung ulang
setelah mendapatkan persetujuan BPD yang selanjutnya
disaksikan oleh Muspika dan dilaksanakan pada hari
(6) yang sama saat peghitungan suara dengan
memperhatikan keamanan bukti surat suara.
Perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b
(7) dan huruf c diselesaikan melalui jalur hukum dan
diberikan sanksi sebagaimana ketentuan yang berlaku.
Putusan Panitia Pemilihan Tingkat Desa bersifat final dan
mengikat, dan sebagai dasar bagi BPD untuk menetapkan
serta mengajukan permohonan pelantikan Calon Kepala
Desa terpilih kepada Bupati.
26

Pasal 44
Calon Kepala Desa yang dilaporkan karena indikasi tindak
pidana terhadap pelaksanaan pilkades sebagamana pasal 43 ayat
(4) huruf c tetap diusulkan oleh BPD untuk dilantik oleh Bupati
dan yang bersangkutan diberikan sanksi hukum sebagaimana
ketentuan yang berlaku apabila tebukti dan memperoleh putusan
pengadilan yang memilki kekuatan hukum tetap.

Pasal 45
(1) Selama masa pemilihan, Kepala Desa, BPD dan/atau
Panitia Pemilihan dilarang membuat keputusan dan /atau
tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
Calon yang berhak dipilih.
(2) Panitia Pemilihan Tingkat Desa tidak diperbolehkan
memungut, membebani pembiayaan pemilihan kepala desa
dari Bakal Calon dan/atau Calon Kepala Desa.
(3) Dalam hal Kepala Desa, BPD dan/atau Panitia Pemilihan
Tingkat Desa terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) maka diberikan sanksi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB XI
BIAYA PEMILIHAN
Pasal 46
(1) Biaya pemilihan Kepala Desa dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
(2) Penganggaran biaya pemilihan kepala desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan ketentuan
yang berlaku pada pelaksanaan program kegiatan
Organisasi Perangkat Daerah.
(3) Kebutuhan barang dan jasa serta kebutuhan akomodasi
lain selain yang disediakan oleh pemerintah kabupaten,
dapat dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa yang melaksanakan Pemilihan Kepala Desa.
(4) Masyarakat maupun Bakal Calon dan/atau Calon Kepala
Desa dapat memberikan bantuan pembiayaan pemilihan
kepala desa berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah
desa apabila dukungan biaya untuk pelaksanaan pilkades
yang dibebankan pada APBDes tidak mampu mencukupi
kebutuhan Rencana Anggaran Biaya yang diusulkan oleh
Panitia Pemilihan Tingkat Desa kepada Kepala Desa.
(5) Bantuan Pembiayaan Pemilihan dari Masyarakat maupun
Bakal Calon dan/atau Calon Kepala Desa bersifat tidak
mengikat dan dimasukkan dalam rekening kas desa pada
kode rekening lain-lain Pendapatan desa yang sah.

Pasal 47
(1) Perencanaan biaya pemilihan yang dibebankan pada
Anggaran Pendapatan Belanja Desa sebagaimana pasal 46
ayat (3) diajukan oleh Panitia Pemilihan Desa kepada Kepala
Desa/atau Penjabat Kepala Desa paling lambat 30 (tiga
27

puluh) hari setelah terbentuknya Panitia Pemilihan Desa.


(2) Persetujuan dan realisasi anggaran biaya pemilihan oleh
Kepala Desa/atau Penjabat Kepala Desa selain dari yang
disediakan oleh pemerintah kabupaten, disampaikan
kepada panitia pemilihan paling lambat 30 (tiga puluh) hari
setelah diajukan.
BAB XII
TATA CARA PELANTIKAN DAN
PENGUCAPAN SUMPAH/JANJI KEPALA DESA
Pasal 48
(1) Bupati menetapkan Keputusan tentang Pengangkatan
Kepala Desa dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal diterimanya laporan dari Badan Permusyawaratan
Desa melalui Camat.
(2) Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berlaku sejak tanggal pelantikan.
(3) Calon terpilih yang disahkan sebagai Kepala Desa, pada
saat pelantikan diberikan petikan Keputusan Bupati.

Pasal 49
(1) Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk melantik calon
kepala Desa terpilih paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
diterbitkan keputusan pengangkatan Kepala Desa dengan
tata cara sesuai dengan peraturan perundang undangan.
(2) Pejabat lain yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah Wakil Bupati atau Camat.
(3) Susunan kata-kata sumpah/janji Kepala Desa berbunyi :
“Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya
akan memenuhi kewajiban saya selaku Kepala Desa dengan
sebaik-baiknya, sejujur jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa
saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan
mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara; dan
bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-
undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa,
Daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia ”.

BAB XIII
PEMILIHAN KEPALA DESA ANTAR WAKTU
MELALUI MUSYAWARAH DESA
Pasal 50
(1) Musyawarah Desa yang diselenggarakan khusus untuk
pelaksanaan pemilihan kepala Desa antar waktu
dilaksanakan paling lama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
terhitung sejak kepala Desa diberhentikan.
(2) Pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu
oleh BPD paling lama dalam jangka waktu 15 (lima belas)
Hari terhitung sejak ditetapkannya anggaran Biaya Pemilihan
Kepala Desa Antar Waktu pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa.
(3) Susunan keanggotaan Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar
Waktu sebagaimana pasal 8 ayat (3) peraturan Bupati ini.
28

(4) Pengajuan kebutuhan Rencana Anggaran Biaya pemilihan


Kepala Desa Antar Waktu disampaikan oleh panitia pemilihan
setelah dievaluasi BPD kepada penjabat kepala Desa paling
lambat dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari terhitung
sejak panitia terbentuk;

(5) Persetujuan dan Realisasi Biaya Pemilihan Kepala Desa Antar


Waktu oleh Penjabat kepala desa paling lama dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) Hari terhitung sejak diajukan oleh
panitia pemilihan;
(6) Panitia pemilihan mengusulkan pelaksanaan hari H
musyawarah Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu kepada
Bupati melalui Camat.
(7) Panitia pemilihan melaksanakan tahapan persiapan setelah
usulan pelaksanaan hari H musyawarah Pemilihan Kepala
Desa Antar Waktu disetujui oleh Bupati.
(8) Bupati dapat mendelegasikan pemberitahuan persetujuan
pelaksanaan pelaksanaan hari H musyawarah Pemilihan
Kepala Desa Antar Waktu kepada Organisasi Perangkat
Daerah Terkait dan Camat.
(9) Panitia membuat tata tertib pelaksanaan tahapan Pemilihan
Kepala Desa Antar Waktu mengacu pada ketentuan Peraturan
Bupati ini.

Pasal 51
(1) Peserta musyawarah desa Pemilihan Kepala Desa Antar
Waktu diikuti oleh Pemerintah Desa, BPD, dan unsur
masyarakat.
(2) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (2) meliputi
Ketua RT dan Ketua RW, Ketua LPM, Ketua Karang Taruna,
Ketua PKK, Ketua BUMDes, Ketua Posyandu serta masing-
masing 1 (satu) orang perwakilan tokoh maupun kelompok
masyarakat dari tiap dusun.
(3) Tokoh maupun kelompok masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) berasal dari:
a. tokoh adat;
b. tokoh agama;
c. tokoh pendidik;
d. tokoh masyarakat selain tokoh adat, agama dan pendidik
yang disepakati bersama dalam musyawarah desa pada
saat pembentukan panitia pemilihan ;
e. kelompok tani;
f. kelompok nelayan;
g. kelompok pengrajin;
h. kelompok perempuan;
i. kelompok pemerhati dan perlindungan anak;
j. kelompok masyarakat miskin;
k. kelompok penyandang disabilitas;
l. kelompok lansia;
m. kelompok anak-anak;
n. kelompok seniman;
o. kelompok budayawan;
p. kelompok olahragawan;
q. kelompok pemuda; dan
29

r. unsur kelompok masyarakat lain sesuai dengan kondisi


sosial budaya masyarakat setempat yang disepakati dalam
musyawarah desa pada saat pembentukan panitia
pemilihan.
(4) Penentuan 1 (satu) orang perwakilan tokoh maupun
kelompok masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah para tokoh
maupun kelompok masyarakat di masing-masing dusun
yang difasilitasi oleh panitia.
(5) Daftar Peserta Musyawarah Pemilihan Kepala Desa Antar
Waktu ditetapkan oleh Penjabat Kepala Desa sebelum
dibukanya Pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa Antar
Waktu.

Pasal 52
(1) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu melakukan
tahapan pendaftaran dengan mengacu ketentuan pasal 20
pada peraturan bupati ini.
(2) Berkas administrasi Bakal Calon Kepala Desa diterima oleh
Panitia apabila telah memenuhi dokumen persyaratan
administrasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 ayat (2).
(3) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu menetapkan
paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 3 (tiga) orang
calon.
(4) Dalam hal bakal calon Kepala Desa Antar Waktu yang
memenuhi persyaratan Berkas administrasi sebagaimana
dimaksud ayat (7) lebih dari 3 (tiga) orang, Panitia Pemilihan
Kepala Desa Antar Waktu melakukan mekanisme seleksi
melalui Ujian Tulis.
(5) Materi ujian tulis dalam seleksi tambahan dimaksud dibuat
dan disiapkan oleh Panitia Pemilihan Kepala desa Antar
Waktu dengan melibatkan Muspika.
(6) Sebelum pelaksanaan ujian tulis, panitia agar
mengklarifikasi Bakal Calon Kepala Desa terhadap proses
yang telah dilaksanakan sebelumnya dan masing-masing
peserta menadatangani surat pernyataan bahwa siap
menerima hasil tes Tulis.
(7) Koreksi terhadap lembar jawaban dan pengumuman hasil
ujian tulis dilakukan oleh Panitia Pemilihan Kepala desa
Antar Waktu beserta Muspika pada hari yang sama kepada
Bakal Calon Kepala Desa sebelum meninggalkan tempat
ujian.
(8) Apabila terdapat nilai yang sama dari hasil tes tulis Bakal
Calon Kepala Desa Antar Waktu dalam memperebutkan
peringkat tiga besar, maka dilaksanakan tes tulis ulang pada
hari yang sama bagi Bakal Calon Kepala Desa Antar Waktu
yang memiliki nilai sama dimaksud.

Pasal 53
(1) Penetapan Calon Kepala Desa Antar Waktu yang telah
memenuhi syarat disertai dengan penentuan nomor urut
melalui undian secara terbuka oleh Panitia Pemilihan Desa
yang dihadiri oleh para calon dan koordinator saksi serta
30

dituangkan dalam berita acara penetapan Calon Kepala Desa


Antar Waktu.
(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud ayat (1) bersifat final
dan mengikat.
(3) Calon Kepala Desa Antar Waktu dilarang mengundurkan diri
terhitung sejak tanggal ditetapkan sebagai calon kepala desa
Antar Waktu yang berhak dipilih.

Pasal 54
(1) Pelaksanaan Kampanye Calon Kepala Desa Antar Waktu
difasilitasi oleh Panitia dalam rangka penyampaian visi dan
misi serta program yang akan dilaksanakan apabila Calon
Kepala Desa Antar Waktu terpilih sebagai kepala desa antar
waktu kepada masyarakat di Desa.
(2) Tempat, waktu, mekanisme dan sistem kampanye
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur Dalam
Keputusan Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu.
(3) Kampanye diselenggarakan oleh Panitia Pemilihan Desa
paling lama 5 (lima) hari dengan mempertimbangkan masa
tenang 3 (tiga) hari sebelum hari Musyawarah Desa
Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu dilaksanakan.
(4) Ketentuan pelaksanaan kampanye calon kepala desa antar
waktu mengacu pada pasal 27 peraturan bupati ini.

Pasal 55
(1) Penyelenggaraan Musyawarah Desa Pemilihan Kepala Desa
Antar Waktu bertempat di Kantor Pemerintahan Desa.
(2) Panitia pemilihan menyampaikan undangan kepada Peserta
Musyawarah Desa berdasarkan hasil kesepakatan dengan
Calon Kepala Desa Antar Waktu.
(3) Biaya kebutuhan Sarana/prasana Musyawarah Desa
Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu dibebankan pada
APBDes dan melalui swadaya gotong royong dengan
mengutamakan pendayagunaan sarana/prasarana yang
sudah ada di Desa sesuai dengan kondisi obyektif Desa dan
sosial budaya masyarakat.

Pasal 56
(1) Calon Kepala Desa, Koordinator Saksi Calon Kepala Desa, dan
Peserta Musyawarah Desa melakukan registrasi atau
menandatangani daftar hadir yang telah disiapkan Panitia
Pemilihan pada saat hari pelaksanaan Musyawarah Desa
Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu.
(2) Penjabat Kepala Desa, anggota BPD, perangkat Desa, Calon
Kepala Desa, Koordinator Saksi Calon Kepala Desa, dan
Peserta Musyawarah lainnya yang berhalangan hadir harus
memberitahukan ketidakhadirannya dengan alasan yang
benar.
(3) Dalam hal Penjabat Kepala Desa berhalangan diwakilkan
kepada Sekretaris Desa atau Perangkat Desa yang ditunjuk
secara tertulis.
(4) Ketidakhadiran Penjabat Kepala Desa, anggota BPD,
perangkat Desa dan Peserta Musyawarah Desa lainnya
diinformasikan secara terbuka kepada peserta Peserta
Musyawarah Desa yang hadir.
31

Pasal 57
(1) Ketua BPD bertindak selaku pimpinan Musyawarah Desa
Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu.
(2) Dalam hal Ketua BPD selaku pimpinan berhalangan hadir,
posisi pimpinan Musyawarah Desa Pemilihan Kepala Desa
Antar Waktu dapat digantikan oleh wakil ketua atau anggota
BPD

Pasal 58
(1) Musyawarah Desa Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu
dimulai dan dibuka oleh pimpinan musyawarah apabila
daftar hadir telah ditandatangani oleh 2/3 dari jumlah
undangan yang telah ditetapkan sebagai peserta Musyawarah
Desa.
(2) Peserta Musyawarah Desa yang telah menandatangani daftar
hadir tidak dapat meninggalkan tempat musyawarah sampai
dengan selesainya musyawarah.
(3) Pimpinan Musyawarah menyampaikan Tata Tertib
Pelaksanaan Musyawarah Desa Pemilihan Kepala Desa Antar
Waktu dan nama calon kepala desa dalam upaya menjaga
agar kegiatan berjalan sesuai dengan ketentuan.

Pasal 59
(1) Pimpinan musyawarah menyampaikan kepada Peserta
musyawarah bahwa pengambilan keputusan Musyawarah
Desa Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu pada dasarnya
dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat;
(2) Pengambilan keputusan berdasarkan mufakat dilakukan
setelah peserta yang hadir diberikan kesempatan untuk
mengemukakan pendapat serta saran, yang kemudian
dipandang cukup untuk diterima untuk menetapkan Calon
kepala Desa terpilih;
(3) Keputusan berdasarkan mufakat adalah sah apabila
disepakati oleh 2/3 dari jumlah undangan peserta
Musyawarah Desa yang hadir;
(4) Dalam hal tata cara pengambilan keputusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak dikehendaki oleh
mayoritas peserta Musyawarah Desa yang hadir, maka
keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak melalui
mekanisme voting tertutup atau terbuka.
(5) Tata cara pengambilan keputusan berdasarkan suara
terbanyak dengan memilih salah satu mekanisme voting
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dituangkan dalam berita
acara kesepakatan yang ditandatangani oleh Pimpinan
musyawarah, Calon Kepala Desa, Koordinator Saksi Calon
Kepala Desa dan perwakilan peserta musyawarah dari unsur
masyarakat;
(6) Calon Kepala Desa yang terpilih melalui mekanisme voting
adalah yang memperoleh suara terbanyak.
(7) Sebelum dilaksanakan penghitungan, Calon Kepala Desa
menandatangani berita acara dan mengklarifikasi proses
pelaksanaan tahapan persiapan musyawarah pemilihan
kepala desa antar waktu sebelumnya dan pelaksanaan voting
yang dilakukan oleh Panitia.
(8) Dalam hal calon kepala desa menyatakan bahwa tidak ada
persoalan dalam proses pelaksanaan tahapan sebelumnya,
32

maka panitia dapat melanjutkan proses penghitungan suara.


(9) Dalam hal kepala desa mempersoalkan proses tahapan
sebelumnya yang dilaksanakan oleh panitia, maka proses
penghitungan suara dapat dilaksanakan setelah calon kepala
desa menerima keterangan panitia dan tidak mempersoalkan
dikemudian hari yang selanjutnya dituangkan dalam berita
acara.
(10) Peserta musyawarah desa tidak diperkenankan meninggalkan
tempat sebelum pelaksanaan penghitungan suara selesai.
(11) Dalam hal calon yang memperoleh suara terbanyak lebih dari
1 (satu) orang, maka dilakukan voting ulang bagi calon yang
memperoleh suara sama;
(12) Dalam hal telah diperoleh 2 (dua) calon kepala desa yang
akan dipilih dalam voting ulang, Pemimpin Musyawarah tidak
diberikan hak suara apabila seluruh peserta musyawarah
yang hadir berjumlah genap;
(13) Penghitungan suara dilakukan dengan menghitung secara
langsung dan disaksikan oleh peserta Musyawarah Desa dan
Koordinator Saksi Calon Kepala Desa;
(14) Peserta musyawarah yang meninggalkan acara dianggap
telah hadir dan tidak mempengaruhi sah tidaknya keputusan;
dan
(15) Hasil keputusan musyawarah desa bersifat mengikat bagi
semua pihak yang terkait dalam pengambilan keputusan.

Pasal 60
(1) Hasil keputusan musyawarah desa pemilihan kepala desa
antar waktu dituangkan dalam Berita Acara yang
ditandatangani oleh Ketua BPD, Penjabat Kepala Desa dan
perwakilan peserta dari masing-masing unsur tokoh dan
kelompok masyarakat;
(2) Berita acara sebagaimana dimaksud huruf a dilampiri catatan
tetap dan laporan singkat;
(3) Apabila Ketua BPD berhalangan sebagai pimpinan
Musyawarah Desa, Berita Acara sebagaimana dimaksud pada
huruf a ditandatangani oleh pimpinan Musyawarah Desa
yang hadir; dan
(4) Apabila Penjabat Kepala Desa berhalangan hadir dalam
Musyawarah Desa, Berita Acara sebagaimana dimaksud pada
huruf a ditandatangani oleh yang mewakili Penjabat Kepala
Desa yang ditunjuk secara tertulis oleh Penjabat Kepala Desa.

Pasal 61
(1) Calon Kepala Desa Antar Waktu yang terpilih ditetapkan
dalam keputusan BPD yang selanjutnya diusulkan
permohonan pelantikan kepada Bupati melalui Camat;
(2) Jadwal pelantikan calon kepala desa terpilih dilaksanakan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diterbitkannya
keputusan Bupati tentang pengangkatan kepala desa terpilih.

Pasal 62
(1) Setiap perselisihan yang timbul dalam Musyawarah Desa
diselesaikan secara musyawarah serta dilandasi semangat
kekeluargaan;
(2) Apabila terjadi perselisihan di desa sebagai dampak dari
adanya ketidaksepakatan antar peserta Musyawarah Desa,
maka penyelesaiannya difasilitasi dan diselesaikan oleh camat
33

yang didampingi oleh Tim Kabupaten; dan

(3) Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dan ayat (2) bersifat final dan mengikat serta ditetapkan
dalam berita acara yang ditandatangani oleh para pihak dan
pejabat yang memfasilitasi penyelesaian perselisihan.

BAB XIV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 63
(1) Kepala Desa dari Pegawai Negeri Sipil yang berhenti,
diberhentikan oleh Pejabat yang berwenang atau habis masa
jabatannya dikembalikan ke Instansi Induknya.
(2) Kepala Desa yang berstatus Pegawai Negeri Sipil apabila
telah mencapai batas usia pensiun sebagai Pegawai Negeri
Sipil diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri
Sipil dengan memperoleh hak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam upaya mengurangi terjadinya perselisihan pasca
pelaksaaan penghitungan suara, panitia pemilihan
menindaklanjuti dengan menyusun tata tertib pelaksanaan
pemilihan yang memuat antara lain:
a. jadwal tahapan pelaksanaan pilkades serentak dengan
mengacu pada jadwal yang telah ditetapkan oleh Bupati
maupun jadwal pilkades PAW setelah memperoleh ijin dari
Bupati;
b. tugas pokok dan fungsi masing-masing anggota beserta
kewajiban calon kepala desa pada setiap tahapan pilkades
beserta konsekuensi sanksi apabila terjadi pelanggaran;
dan
c. daftar berita acara pada tahapan pilkades yang wajib
ditandatangani oleh panitia dan calon kepala desa sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 64
(1) Proses pemilihan kepala desa serentak maupun antar waktu
yang sedang berjalan sebelum ditetapkannya peraturan ini,
tetap berjalan dengan mengacu ketentuan peratruan
sebelumnya terhitung sejak dibentuknya panitia pemilihan.
(2) Perlakuan persyaratan berkas administrasi terhadap Kepala
Desa yang mencalonkan kembali sama dengan bakal calon
kepala desa lainnya.

BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 65
Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati
Jember Nomor 28 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa di Kabupaten Jember,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
34

Pasal 66
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Kabupaten Jember.

Ditetapkan di Jember
pada tanggal ……………………2019

BUPATI JEMBER,

TTD.

FAIDA
35

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN BUPATI JEMBER
NOMOR TAHUN 2019

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA SERENTAK


DAN ANTAR WAKTU DI KABUPATEN JEMBER

I. UMUM

Peraturan Bupati ini merupakan pengaturan lebih lanjut ketentuan


penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa dalam rangka melaksanakan amanat
Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal
49 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 65 Tahun 2017 tentang Perubahan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Kepala Desa dan Pasal 69 Ayat (3) Peraturan Daerah Kabupaten Jember
Nomor 7 Tahun 2015 tentang Desa. Kepala desa dipilih langsung oleh dan
dari penduduk desa Warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi
persyaratan dengan masa jabatan 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembali
selama belum pernah menjabat 3 (tiga) kali masa jabatan sebagai Kepala
Desa.

Pemilihan Kepala Desa dalam kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan diakui keberadaanya berlaku
ketentuan hukum adat setempat, yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah
dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa dilakukan melalui tahap persiapan,


pencalonan, pemungutan suara dan penetapan yang akan dijelaskan lebih
lanjut dalam lampiran Peraturan Bupati ini.

Peraturan Bupati ini dalam hal materi muatannya mengakomodasi materi


Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Kepala Desa. Selain itu materi muatan lokal juga diakomodasi, khususnya
terkait pengaturan yang berasal dari praktek pelaksanaan Pemilihan Kepala
Desa selama ini, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi.

II.PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup Jelas.
Pasal 2
Cukup Jelas.
Pasal 3
Cukup Jelas.
Pasal 4
Cukup Jelas.
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
36

Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Pasal 6
Cukup Jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Ketentuan pemberian Bantuan biaya Pemilihan Kepala Desa
berpedoman pada ketentuan Pemberian Bantuan Keuangan
Khusus yang berlaku di Pemerintah Kabupaten.
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Ayat (7)
Cukup Jelas.
Ayat (8)
Cukup Jelas.
Ayat (9)
Cukup Jelas.
Ayat (10)
Cukup Jelas.
Ayat (11)
Cukup Jelas.
Ayat (12)
Cukup Jelas.
Ayat (13)
Cukup Jelas.
Pasal 9
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
37

Bukti telah menyampaikan LPPD Akhir Masa Jabatan


Kepala Desa yaitu surat keterangan camat bahwa kepala
desa telah menyampaikan LPPD Akhir Masa Jabatan yang
selanjutnya digunakan untuk melengkapi persyaratan
pendaftaran sebagai Bakal Calon Kepala Desa.
Huruf d
Cukup Jelas.
Huruf e
Cukup Jelas.
Huruf f
Cukup Jelas.
Huruf g
Cukup Jelas.
Huruf h
Cukup Jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 15
Cukup Jelas.
Pasal 16
Cukup Jelas.
Pasal 17
Cukup Jelas.
Pasal 18
38

Ayat (1)
Huruf d
Yang dimaksud Sekolah Menengah Pertama atau sederajat
adalah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan tentang Pendidikan Dasar dan Menengah yang
terintegrasi dalam Sistem Pendidikan Nasional, yaitu Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
29 Tahun 2014 tentang Pengesahan Fotokopi Ijazah/Surat
Tanda Tamat Belajar dan Penerbitan Surat keterangan Pengganti
Ijazah/Surat Tanda Tamat Belajar Jenjang Pendidikan Dasar
dan Menengah.

Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Ayat (7)
Cukup Jelas.
Ayat (8)
Cukup Jelas.
Ayat (9)
Cukup Jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Ayat (7)
Cukup Jelas.
Ayat (8)
Cukup Jelas.
Ayat (9)
Cukup Jelas.
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup Jelas.
39

Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Ayat (7)
Cukup Jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
40

Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Pasal 29
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Pasal 32
Cukup Jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 34
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 35
Ayat (1)
41

Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Pasal 37
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Pasal 38
Cukup Jelas.
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Pasal 40
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Pasal 41
Ayat (1)
42

Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Rencana Anggaran Biaya Pemilihan Ulang ditetapkan oleh Panitia
dan diusulkan kepada Pemerintah Desa untuk dibahas dan
disepakati dalam forum musyawarah desa dengan sumber
anggaran dapat berasal dari pihak ketiga yang sah dan tidak
mengikat, calon yang bersangkutan, dan sumbangan masyarakat
yang dimasukkan dalam rekening kas desa pada kode rekening
lain-lain Pendapatan desa yang sah.
Pasal 42
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 43
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Ayat (7)
Cukup Jelas.
Pasal 44
Cukup Jelas.
Pasal 45
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 46
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Pasal 47
Ayat (1)
43

Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 48
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 49
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.

Pasal 50
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Ayat (7)
Cukup Jelas.
Ayat (8)
Cukup Jelas.
Ayat (9)
Cukup Jelas.
Pasal 51
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Pasal 52
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
44

Ayat (5)
Tes Tulis dalam bentuk pilihan ganda dengan muatan materi
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Hak Asasi Manusia,
Pengetahuan Dasar dan Pengetahuan Umum tingkat Sekolah
Menegah Pertama atau Sederajat dengan jumlah soal paling
sedikit 50 (Lima puluh) soal dan paling banyak 100 (Seratus)
soal.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Ayat (7)
Cukup Jelas.
Ayat (8)
Cukup Jelas.
Pasal 53
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 54
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Pasal 55
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 56
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Pasal 57
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 58
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
45

Pasal 59
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Ayat (7)
Cukup Jelas.
Ayat (8)
Cukup Jelas.
Ayat (9)
Cukup Jelas.
Ayat (10)
Cukup Jelas.
Ayat (11)
Cukup Jelas.
Ayat (12)
Cukup Jelas.
Ayat (13)
Cukup Jelas.
Ayat (14)
Cukup Jelas.
Ayat (15)
Cukup Jelas.
Pasal 60
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Pasal 61
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 62
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 63
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
46

Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 64
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 65
Cukup Jelas.
Pasal 66
Cukup Jelas.

Anda mungkin juga menyukai