JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul STANDAR PELAYANAN PUBLIK
tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Misni Erwati, S.E.,M.,Si. sebagai dosen
mata kuliah Akuntansi Sektor Publik atas arahan dan bimbingannya. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang turut membantu baik secara moril maupun materiil
dalam proses penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna mewujudkan makalah yang lebih baik di masa mendatang.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
I.
KATA PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
ii
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang........................................................................................................
1.2
1.3
II.
III.
PEMBAHASAN
3.1
3.2
3.3
11
3.4
14
3.5
16
3.6
3.7
25
27
3.8
Pelayanan Khusus............................................................................................
30
3.9
30
3.10
31
3.11
32
ii
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...........................................................................................................
35
4.2
Rekomendasi ....................................................................................................
35
V.
38
VI.
LAMPIRAN ................................................................................................................
39
ii
I. PENDAHULUAN
bagaimana kinerja instansi tersebut dalam penyelenggaraan pelayanan publik dan sebagai acuan
penilaian kualitas pelayanan atas komitmen atau janjinya kepada masyarakat. Dengan adanya
standar tersebut, diharapkan akan memberikan jaminan kepada masyarakat atas pelayanan yang
berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan standar ini pula, pemerintah dapat
memonitoring dan mengadakan evaluasi, sehingga dapat dilakukan pengukuran kepuasan
masyarakat atas pelayanan yang telah diberikan. Namun, standar ini belum sepenuhnya dipatuhi
1
dan dilaksanakan oleh instansi terkait, sehingga pelayanan publik yang diberikan kepada
masyarakat kurang maksimal. Standar pelayanan masih berupa aturan di atas kertas saja, tanpa
adanya realisasi yang nyata di lapangan.
II.
RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
III. PEMBAHASAN
kesehatan
masyarakat
akan sangat
berpengaruh
terhadap
tingkat
Bila kita melihat beberapa negara yang sudah maju, mereka mengalokasikan dana
yang relatif tinggi ke dalam sektor kesehatan, hampir mencapai 20-22% dari
akumulasi anggaran. Masyarakat di negara maju dapat menikmati pelayanan
kesehatan yang murah namun tidak murahan, dengan kualitas yang baik, adil dan
merata. Hal ini dapat terjadi karena adanya sumbangan yang cukup besar yang
berasal dari masyarakat, dunia bisnis, dan donasi.
b. Pendidikan dasar
Selain kesehatan, bentuk pelayanan dasar lainnya adalah pendidikan dasar. Sama
halnya dengan kesehatan, pendidikan merupakan suatu bentuk investasi sumber daya
manusia. Masa depan suatu bangsa akan sangat ditentukan oleh seberapa besar
perhatian pemerintah terhadap pendidikan masyarakatnya. Tingkat pendidikan juga
berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan karena pendidikan merupakan salah satu
komponen utama dalam lingkaran setan kemiskinan sebagaimana digambarkan di
atas. Oleh karena itu, untuk memotong lingkaran setan salah satu caranya adalah
melalui perbaikan kualitas pendidikan. Pelayanan pendidikan masyarakat yang
paling elementer adalah pendidikan dasar. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila
dikatakan, Jika kita ingin mengetahui bangsa ini tiga puluh atau lima puluh tahun
yang akan datang, maka lihatlah anak-anak sekolah dasar kita sekarang. Pada
pemerintah kita, pendidikan dasar diterjemahkan dalam program Wajib Belajar
Sembilan Tahun. Pendidikan dasar tersebut pada dasarnya merupakan kewajiban
pemerintah untuk menyelenggarakannya. Idealnya pemerintah mensubsidi penuh
pendidikan dasar sehingga tidak ada lagi alasan bagi orang tua untuk tidak mampu
menyekolahkan anaknya. Pemerintah hendaknya menjamin bahwa semua anak dapat
bersekolah. Untuk melakukan hal ini, diperlukan anggaran pendidikan yang besar.
Dalam pemenuhan anggaran tersebut, amanat amandemen UUD 1945 telah
mensyaratkan alokasi anggaran pendidikan minimal sebesar 20% dari total anggaran.
Alokasi anggaran untuk pendidikan sebenarnya bukan biaya akan tetapi investasi
jangka panjang yang manfaatnya bersifat jangka panjang.
2. Pelayanan Umum
Selain pelayanan kebutuhan dasar, pemerintah sebagai instansi penyedia pelayanan
publik juga harus memberikan pelayanan umum kepada masyarakatnya. Pelayanan
umum yang harus diberikan pemerintah terbagi atas tiga kelompok, yaitu: 1) pelayanan
administrasi, 2) pelayanan barang, dan 3) pelayanan jasa.
a. Pelayanan Administratif
Pelayanan sublicstrative adalah pelayanan berupa penyediaan berbagai bentuk
dokumen yang dibutuhkan oleh publik, misalnya:
Pembuatan Kartu Tanda Pengenal (KTP)
Sertifikat Tanah
Akta Kelahiran
Akta kematian
Dan sebagainya
b. Pelayanan Barang
Pelayanan barang adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk /jenis jasa
barang yang menjadi kebutuhan publik, misalnya:
Jaringan telepon
Penyediaan tenaga listrik
Penyediaan air bersih
c. Pelayanan Jasa
Pelayanan jasa adalah pelayanan yang menghasilkan berbgai bentuk jasa yang
dibutuhkan masyarakat, misalnya:
Pendidikan tinggi dan menengah
10
Pemeliharaan kesehatan
Penyelenggaraan transportasi
Drainase
Dan sebagainya
pemerintah.
Hal
tersebut
menjadi
ukuran
keterbukaan
terhadap
gender, status sosial, dan ekonomi. Ini dikarenakan setiap individu masyarakat memiliki
hak untuk mendapatkan pelayanan yang sama dari pemerintah.
6. Keseimbangan hak dan kewajiban
Masing-masing pihak, baik pemerintah yang bertindak sebagai objek pelayanan,
maupun masyarakat yang memiliki posisi sebagai subjek pelayanan harus menyadari
dan memenuhi hak dan kewajiban yang dimilikinya.
7. Integritas
Integritas mengandung makna berurusan secara langsung (straight forward dealings)
dan ketuntasan (completeness) dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan publik. Asas
moral yang mendasari asas integritas ini terutama adalah kejujuran, objektivitas dan
standar kesantunan yang tinggi, serta tanggung jawab atas penggunaan dana-dana dan
sumber daya publik.
8. Legalitas
Berdasarkan asas lawfulness ini, setiap tindakan, pengambilan keputusan, serta
pelaksanaan fungsi suatu institusi pelayanan publik harus sejalan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan dijalankan sesuai dengan aturan dan prosedur
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Legalitas di sini dapat
diartikan secara luas dan tidak hanya mencakup legalitas formal saja, tetapi juga
legalitas dalam arti material atau substansial.
9. Konsistensi
Berdasarkan asas ini, warga masyarakat dan/atau stakeholders layanan publik pada
umumnya memperoleh jaminan bahwa institusi-institusi pelayanan publik akan bekerja
secara konsisten sesuai pola kerjanya yang normal dalam perilaku administratifnya.
Artinya juga, penyimpangan terhadap asas ini (dispensasi, perlakuan khusus) harus
memperoleh pembenarannya secara sah (duly justified).
10. Proporsionalitas
Asas ini meletakkan kewajiban pada setiap penyelenggaraan pelayanan publik untuk
13
menjamin bahwa beban yang harus ditanggung oleh masyarakat pengguna jasa layanan
publik akibat tindakan-tindakan yang diambil oleh institusi pelayanan publik harus
berbanding secara proporsional dengan tujuan atau manfaat yang hendak diperoleh oleh
warga masyarakat. Asas ini berkaitan erat dengan beban-beban publik strative, biaya
dan waktu pelayanan yang harus ditanggung oleh masyarakat apabila mereka hendak
memperoleh pelayanan publik.
Kesederhanaan
Dalam prinsip ini, institusi yang memberi pelayanan kepada masyarakat tidak boleh
mempersulit masyarakat untuk memperoleh dan menikmati pelayanan yang
seharusnya mereka dapatkan. Prinsip Apabila dapat dipersulit mengapa dipermudah
harus dihilangkan dan diganti dengan Hendaknya dipermudah jangan dipersulit;
bahagiakan masyarakat, jangan ditakut-takuti.
Untuk mewujudkan prinsip ini, tata pelaksanaan pelayanan publik seharusnya:
Prosedur mudah
Pelayanan lancar
Pelayanan cepat
b. Kejelasan
Kejelasan dalam hal persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik, unit
kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan
dan penyelesaian keluhan, persoalan, sengketa, atau tuntutan dalam pelaksanaan
14
pelayanan publik; serta rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayarannya.
Kejelasan ini penting bagi masyarakat untuk menghindari terjadinya berbagai
penyimpangan yang merugikan masyarakat, misalnya praktik pencaloan dan pungutan
liar di luar ketentuan yang ditetapkan.
c.
Kepastian waktu
Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah
ditentukan. Dalam hal ini harus ada kejelasan berapa lama proses pelayanan
diselesaikan. Selain itu, kepastian jadwal pelayanan juga merupakan hal yang penting.
d.
e.
f.
Keamanan
Dalam proses pemberian pelayanan masyarakat, institusi pelayanan haruslah
memberikan rasa aman dan nyaman. Tidak boleh ada tekanan dan intimidasi kepada
masyarakat. Dengan demikian, diharapkan pemberian pelayanan masyarakat dapat
optimal.
g.
Tanggung jawab
Tanggung jawab (responsibility) berkaitan dengan tanggung jawab yang harus
ditanggung oleh pemimpim atau seseorang yang telah diberi amanah untuk
menyelenggarakan pelayanan publik kepada masyarakat. Ia harus bertanggung jawab
atas segala keputusan, kebijakan, dan kegiatan yang berlangsung dalam pemberian
pelayanan publik.
h.
Kemudahan akses
15
j.
Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman,
bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas
pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah, dan sebagainya.
Dari prinsip-prinsip di atas terlihat bahwa pelayanan publik harus memenuhi harapanharapan masyarakat dan memuaskan kebutuhan mereka. Meskipun definisi ini berorientasi pada
konsumen, tidak berarti bahwa dalam memberikan pelayanan publik, instansi harus menuruti
semua keinginan masyarakat. Dengan kata lain, dalam memberikan pelayanan, instansi juga
harus mempertimbangkan selain untuk memenuhi harapan-harapan masyarakat, juga tersedia
sumber daya dalam instansi tersebut.
16
oleh pemberi pelayanan (pemerintah) dan atau pengguna pelayanan serta dipublikasikan sebagai
jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan.
III.5.2 Pentingnya Standar Pelayanan Publik
Standar pelayanan publik wajib dimiliki oleh setiap institusi penyelenggara layanan publik
untuk menjamin diberikannya pelayanan yang berkualitas oleh penyedia layanan publik sehingga
masyarakat penerima layanan merasakan adanya nilai yang tinggi atas pelayanan tersebut. Dalam
proses penyusunan dan penetapan standar haruslah cermat dan tepat. Proses penetapan standar
ini merupakan suatu fenomena baik di negara maju maupun berkembang. Di Amerika Serikat,
misalnya, ditandai dengan dikeluarkannya executive order 12863 pada era pemerintahan Clinton,
yang mengharuskan semua instansi pemerintah untuk menetapkan standar pelayanan konsumen
(setting customer service standard). Isi dari executive order tersebut adalah sebagai berikut:
Identify customer who are, or should be, served by the agency, survey the customers to
determine the kind and quality of service they want and their level of satisfaction with
existing service, post service standards and measure result against the best bussiness,
provide the customers with choice in both sources of services, and complaint system easily
accesible, and provide means to address customer complaints.
Inti isi executive order tersebut di atas adalah adanya upaya identifikasi pelanggan yang harus
dilayani oleh instansi, mensurvei pelanggan untuk menentukan jenis dan kualitas pelayanan yang
mereka inginkan dan untuk menentukan tingkat kepuasan pelanggan dengan pelayanan yang
sedang berjalan, termasuk standar pelayanan pos serta mengukur hasil dengan yang terbaik,
penyediakan berbagai pilihan sumber-sumber pelayanan kepada pelanggan dan sistem
pengaduan yang mudah diakses, serta menyediakan sarana untuk menampung dan
menyelesaikan keluhan/pengaduan. Tanpa ada standar pelayanan publik maka akan sangat
mungkin terjadi pelayanan yang diberikan jauh dari yang diharapkan publik. Dalam keadaan
seperti ini, akan timbul kesenjangan harapan (expectation gap) yang tinggi.
Sedangkan di Indonesia, upaya untuk menetapkan standar pelayanan publik guna
mengoptimalkan pelayanan publik sebenarnya telah lama dilakukan. Upaya tersebut antara lain
ditunjukan dengan terbitnya berbagai kebijakan berikut:
1. Inpres No. 5 Tahun 1984 tentang Pedoman Penyederhanaan dan Pengendalian Perijinan
di Bidang Usaha
17
2. Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 81 Tahun 1993 tentang
Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum
3. Inpres No. 1 Tahun 1995 tentang Perbaikan dan Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur
Pemerintah Kepada Masyarakat
4. Surat Edaran Menko Wasbangpan No. 56/Wasbangpan/6/98 tentang Langkah-langkah
Nyata Memperbaiki Pelayanan Masyarakat. Instruksi Mendagri No. 20/1996
5. Surat
Edaran
Menkowasbangpan
No.
56/MK.
Wasbangpan/6/98;
Surat
dan kewajiban apa yang harus mereka dapatkan dan lakukan untuk mendapatkan suatu jasa
pelayanan. Dengan demikian, masyarakat dapat terbantu dalam membuat suatu pengaduan
ataupun tuntutan apabila tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Kemudian, dapat digunakan sebagai perbaikan kinerja pelayanan publik. Perbaikan
kinerja pelayanan publik mutlak harus dilakukan, karena dalam kehidupan bernegara, pelayanan
publik menyangkut aspek kehidupan yang sangat luas. Hal ini disebabkan tugas dan fungsi
utama pemerintah adalah memberikan dan memfasilitasi berbagai pelayanan publik yang
diperlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan dalam bentuk pengaturan ataupun pelayananpelayanan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan,
kesehatan, utlilitas, sosial dan lainnya. Selain itu juga dapat digunakan menjadi salah satu dasar
menghitung besarnya subsidi yang harus diberikan oleh pemerintah untuk pelayanan publik
tertentu.
III.5.3
Prosedur pelayanan
Prosedur diterjemahkan sebagai tata cara yang berlaku dalam organisasi. Kedudukan
prosedur demikian penting karena sah atau tidaknya perbuatan orang dalam kaitan
organisasi ditentukan oleh tingkah lakunya berdasarkan prosedur itu. Sekali prosedur
ditetapkan siapapun yang tidak mengikutinya, tidak menghasilkan apa yang dituju
disamping apa yang mungkin diperoleh menjadi tidak sah. Prosedur dibuat atas dasar
penelitian di lapangan lebih dahulu, agar dapat memenuhi keperluan memperlancar
mekanisme kerja. Prosedur bersifat mengatur perbuatan baik ke dalam (intern)
maupun keluar (ekstern), maka harus diketahui dan dipahami oleh. Dalam hal ini harus
ditetapkan standar prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima
pelayanan termasuk prosedur pengaduan.
2.
Waktu penyelesaian
Harus ditetapkan standar waktu penyelesaian pelayanan yang ditetapkan sejak saat
pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.
19
3.
Biaya pelayanan
Harus ditetapkan standar biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan
dalam proses pemberian pelayanan. Hendaknya setiap kenaikan tarif/biaya pelayanan
diikuti dengan peningkatan kualitas pelayanan.
4.
Produk pelayanan
Harus ditetapkan standar produk (hasil) pelayanan yang akan diterima sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan harga pelayanan yang telah dibayarkan oleh
masyarakat, mereka akan mendapatkan pelayanan berupa apa saja. Produk pelayanan
ini harus distandarkan.
5.
6.
20
Identifikasi
-Jenis Pelayanan
- Pelanggan
-Harapan
Pelanggan
1.
Perumusan
Visi
Misi
Analisis
Mekanism
e
pengaduan
/keluhan
2.
Identifikasi Pelanggan
Kegiatan identifikasi dilakukan dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut:
Siapa pelanggan atau pengguna pelayanan atau target pelayanan yang langsung
merasakan hasil pelayanan?
Siapa pelanggan yang secara tidak langsung merasakan hasil pelayanan?
Dalam kaitan dengan pelayanan internal, siapa pelanggan internal yang dilayani?
21
Dalam kaitan dengan instansi lain, instansi mana yang menjadi pelanggan?
Untuk memudahkan proses identifikasi tentang jenis pelayanan dan pelanggan dapat
digunakan lembar kerja (worksheet)
3.
kepada
berikut:
Membentuk beberapa kelompok sebagai perwakilan seluruh staf yang ada dalam unit
penyedia pelayanan;
Kelompok
merumuskan
visi pelayanan.
Kegiatan
22
Menggunakan kelompok yang sama ketika menyusun visi untuk menyusun misi
pelayanan;
Memberi kepada kelompok tersebut untuk bekerja secara mandiri merumuskan misi
pelayanan. Kegiatan merumuskan harus mencakup pelayanan yang akan diberikan
dan ditawarkan kepada pelanggan internal dan eksternal;
Rumusan misi pelayanan dari beberapa kelompok dipresentasikan bersama dan
dipilih atau dimodifikasi/dirumuskan kembali menjadi misi pelayanan yang
disepakati semua kelompok.
5.
Analisis Proses dan Prosedur, Prasyarat, Sarana dan Prasarana, Waktu, dan Biaya
Pelayanan
a. Analisis Proses dan Prosedur
Kegiatannya adalah mengidentifikasi keseluruhan aktivitas dalam pemberian pelayanan
mulai saat pelanggan datang sampai pada pelanggan selesai menerima pelayanan. Untuk
menyusun proses dan prosedur pelayanan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
Identifikasi langkah-langkah aktivitas dalam memberikan satu jenis pelayanan, mulai dari
awal sampai dengan selesai pelayanan dilaksanakan.
Identifikasi dimulai dari aktivitas yang dilakukan oleh pelanggan ketika akan mengajukan
suatu jenis pelayanan tertentu kepada unit penyedia pelayanan.
Identifikasi aktivitas proses pengolahan pelayanan dimulai dari ketika petugas menerima
pelanggan yang akan mengajukan pelayanan, sampai dengan aktivitas penyampaian
produk pelayanan setelah selesai diproses oleh pihak unit penyedia pelayanan.
Jika terdapat lebih dari satu jenis pelayanan yang dilaksanakan, maka lakukan identifikasi
langkah-langkah aktivitas untuk semua jenis pelayanan tersebut. Makin sedikit aktivitasaktivitas yang dilakukan dalam rangka pelayanan, makin pendek prosedur yang dilalui,
makin cepat pelayanan akan diberikan;
Membuat alur proses setiap aktivitas tersebut secara sekuens. Alur proses ini antinya akan
merupakan alur yang harus dilalui oleh seorang pelanggan dan alur untuk proses
pengolahan pelayanan.
23
Mekanisme pengaduan/keluhan
Langkah dalam melakukan penyusunan mekanisme pengelolaan keluhan/pengaduan ini
dapat ditempuh dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut:
Sarana apa yang disediakan untuk menampung keluhan pelanggan (kotak surat, telepon
bebas pulsa, unit khusus pengaduan dan sebagainya)?
Prosedur apa yang harus dilalui oleh pengaduan untuk mendapatkan respon terhadap
pengaduannya? Berapa lama respon akan diterima pelanggan?
Siapa yang berwenang mengambil keputusan dalam menangani pengaduan?
24
25
3.
Pola Terpadu
a. Pola Pelayanan Satu Pintu
Ini adalah pola yang diselenggarakan pada satu tempat yang meliputi berbagai jenis
pelayanan yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani satu pintu. Pola ini hakekatnya
hampir sama dengan pola pelayanan terpusat yaitu penyelenggaraannya dilakukan pada
satu lokasi tertentu dan dilayani melalui satu pintu. Asumsinya peyelenggaraan pelayanan
dilakukan secara tunggal oleh organisasi birokrasi publik tertentu.
b. Pola Pelayanan Satu Atap
Pola ini dijalankan penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan dalam satu
tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan proses
dan dilayani melalui berbagai pintu. Jenis pelayanan yang sudah dekat dengan
masyarakat tidak perlu disatu atapkan. Pola pelayanan Terpadu Satu Atap ditujukan untuk
memberikan kemudahan layanan kepada masyarakat dan masyarakat tersebut cukup
datang kesatu tempat untuk mendapatkan layanan dan tidak perlu mendatangi organisasi
publik yang lainnya. Pola pelayanan satu atap memiliki persamaan dengan pola
pelayanan fungsional, yaitu prinsipnya kewenangan proses dan penyelesaian layanan
tetap dilakukan oleh organisasi birokrasi publik sedangkan perbedaannya adalah
pelayanan terpadu satu atap membentuk loket-loket atau counter masing-masing jenis
pelayanan publik yang akan diberikan dan menempatkan staf dan kepala yang
membawahi bidang tugasnya.
4.
c.
2. Efisiensi Produk
Ketika setiap individu bebas menentukan berapa banyak jasa atau barang yang ingin
mereka konsumsi, mekanisme harga memiliki peran dalam pendistribusian hal meliputi:
a. Pendistribusian permintaan: siapa yang membayar paling banyak, ialah yang mendapat
manfaat yang banyak pula.
b. Pemberian insentif untuk menghindari pemborosan
c. Pemberian insentif kepada supplier untuk meningkatkan skala produksi
d. Penyediaan sumber daya untuk supplier untuk menjamin keberlangsungan jasa
28
Ketika suatu barang atau jasa mengandung unsur public goods maka sebaiknya pemerintah
menetapkan harga di bawah harga normal atau bahkan tanpa dipungut biaya.
Mekanisme pembebanan tarif merupakan salah satu cara untuk menciptakan keadilan
dalam distribusi pelayanan publik. Mereka yang menikmati lebih banyak pelayanan publik
akan membayar lebih banyak pula. Pembebanan ini akan menstimulasi efisiensi karena
setiap orang memiliki pilihan karena adanya keterbatasan sumber daya. Bila dikenakan
tarif, maka setiap orang akan berfikir dan betindak ekonomis serta tidak boros.
3. Prinsip Keuntungan
Pelayanan tidak dinikmati setiap orang, pembebasan langsung kepada mereka yang
menerima jasa dianggap wajar. Jika didasarkan prinsip setiap orang yang menikmati jasa
atau barang haruslah membayar. Jadi, pembebanan hanya dikenakan kepada mereka yang
menikmati layanan tersebut.
Keuntungan akibat pembebanan tarif dapat dipergunakan pemerintah sebagai sumber
pendapatan.
Pada dasarnya, terdapat beberapa metode untuk menghitung tarif pelayanan publik, seperti
metode biaya marginal (marginal cost pricing), metode pemulihan biaya penuh (full cost
recovery), metode biaya ditargetkan (target costing), dan sebagainya. Dari beberapa metode
yang ada, para pakar merekomendasikan untuk menggunkaan metode marginal cost pricing,
yaitu tarif yang dipungut sama dengan biaya untuk melayani konsumen. Marginal cost
pricing mengacu pada harga pasar yang seimbang (ceteris paribus) sehingga lebieh efisien dan
meningkatkan output sampai titik dimana marginal cost sama dengan harga jual.
Dalam
praktiknya,
penerapan
pembebanan
dengan marginal
cost
pricing harus
tersedianya kelas VIP di pesawat, gerbong eksekutif di kereta api, dan sebagainya.
dalam penyelenggaraan pelayanan publik tertentu dimungkinkan adanya biro jasa untuk
membantu melayani penyelenggaraan pelayanan publik. Status biro harus jelas, memiliki ijin
usaha dari instansi yang berwenang dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan dan harus
berkoordinasi dengan penyelenggara pelayanan yang bersangkutan, terutama dalam hal yang
menyangkut persyaratan, tarif jasa, dan waktu pelayanan. Di samping itu tidak mengganggu
fungsi penyelenggaraan pelayanan publik. Sebagai contoh, biro jasa perjalanan angkutan udara,
laut dan darat
31
tersedianya pelayanan publik (pelayanan dasar) yang harus dilaksanakan oleh pemerintah kepada
masyarakat.
Penetapan Standar Pelayanan Minimum (SPM) membawa sejumlah implikasi, diantaranya
1) memberikan kejelasan pada otoritas pelayanan; 2) memberikan informasi untuk perencanaan
pelayanan di tingkat daerah, dan suatu perangkat benchmark untuk monitoring dan evaluasi
kinerja pelayanan; dan 3) memberi kewenangan kepada pemerintah pusat untuk mendefinisikan
harapan dalam skala prioritas nasional.
Di negara yang telah maju, Standar Pelayanan Minimal tercermin dalam kontrak pelayanan
antara pemerintah dengan masyarakatnya. Apabila Standar Pelayanan Minimal sebagai bentuk
kontrak pelayanan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik oleh institusi penyedian pelayanan
publik, maka salah satu tujuan reformasi sektor publik, yaitu manajemen sektor publik yang
berorientasi pada publik akan terwujud.
diberlakukan UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dari KKN
yang secara tegas menyatakan keharusan adanya kesamaan pelayanan, bukannya diskriminasi.
Kedua, tidak adanya kepastian biaya dan waktu pelayanan. Ini disebabkan karena adanya
birokrasi yang panjang (red-tape bureaucracy) dan adanya tumpang tindih tugas dan
pelayanan publik harus memperbaiki kinerja mereka. Salah satu wujud dari peningkatan kontrol
sosial ini, misalnya, melalui pembenahan sistem dan prosedur pelayanan keluhan publik (publik
complaints/grievance system and procedure) yang baik. Lebih jauh lagi, peraturan perundangundangan yang tampaknya dipersiapkan sebagai umbrella regulation di bidang pelayanan
publik yang berlaku secara nasional, juga sangat sedikit menghadirkan ketentuan-ketentuan yang
secara tegas menetapkan sistem dan standar pelayanan atas keluhan publik (publik complaints,
publik grievance standards and procedure).
Dilihat dari pola penyelenggaraannya, pelayanan publik di Indonesia juga masih memiliki
kelemahan, seperti kurang terkoordinasinya beberapa unit pelayanan publik sehingga sering
terjadi tumpang tindih ataupun pertentangan kebijakan antara satu instansi dengan instansi
pelayanan publik lainnya; dan
instansi pelayanan
masyarakat atas pelayanan yang diberikan, sehingga membuat pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat tidak optimal.
34
IV. PENUTUP
IV.1 Simpulan
Pelayanan publik (public service) merupakan keseluruhan kegiatan pemberian pelayanan
umum (public) kepada masyarakat oleh instansi sektor publik. Untuk menyelenggarakannya
dibutuhkan suatu standar pelayanan publik. Standar pelayanan publik merupakan pedoman yang
harus dimiliki oleh setiap instansi pelayanan publik yang mengelola dana masyarakat. Ini sangat
diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan pelayanan publik yang optimal. Dengan standar
ini, instansi terkait dapat menentukan pelayanan yang harus mereka berikan guna mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Standar yang tidak baik, akan menstimulasi ketidakpuasan masyarakat
dalam mengakses dan menikmati pelayanan publik yang seharusnya mereka terima dan memacu
beberapa tindak kecurangan. Dalam penyelenggaraan standar ini, instansi pelayanan publik juga
harus memperhatikan asas-asas serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
IV.2 Rekomendasi
Untuk menciptakan pelayanan publik yang baik, sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan maka diperlukan tindakan sebagai berikut:
1. Pemerintahan sebaiknya mengarahkan ketimbang mengayuh. Artinya, jika pemerintahan
diibaratkan sebagai perahu, maka peran pemerintah seharusnya sebagai pengemudi yang
mengarahkan jalannya perahu, bukannya sebagai pendayung yang mengayuh untuk
membuat perahu bergerak. Pemerintah seharusnya lebih berkonsentrasi pada pembuatan
kebijakan-kebijakan strategis (mengarahkan) daripada disibukkan oleh hal-hal yang bersifat
teknis pelayanan (mengayuh).
35
pelayanan publik. Dengan demikian, mereka dapat menjadi pengontrol sosial bagi
pemerintah dalam menjalankan kewajibannya menyelenggarakan pelayanan publik yang
baik dan secara tidak langsung menekan pemerintah untuk memberikan pelayanan yang
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
6. Penetapan Standar Pelayanan. Standar pelayanan memiliki arti yang sangat penting. Ini
dapat dilakukan dengan identifikasi jenis layanan, identifikasi penerima layanan, identifikasi
harapan penerima layanan, perumusan visi dan misi pelayanan, analisis prosedur dan proses,
sarana prasarana, dan waktu serta biaya. Proses ini tidak hanya memberi informasi tentang
standar pelayanan yang harus ditetapkan, tetapi juga kelembagaan yang mampu mendukung
terselenggaranya pelayanan publik sesuai standar yang telah ditetapkan.
7. Pengembangan Standard Operating System (SOP). Ini dipergunakan untuk memastikan
standar proses pelayanan berjalan dengan konsisten. SOP ini juga berguna untuk
memberikan informasi yang akurat ketikan dilakukan penelusuran kesalahan prosedural
jikan terjadi penyimpangan dalam pelayanan serta memberi informasi yang jelas dalam
rangka pengendalian pelayanan.
8. Pengembangan Survey Kepuasan Pelanggan. Untuk mengembangkan kepuasan pelanggan,
maka perlu dikembangkan penilaian terhadap pelayanan yang pemerintah berikan kepada
masyarakat. Oleh karena itu, perlu diadakannya survei. Ini merupakan hal yang penting
untuk meningkatkan mutu pelayanan dan sebagai sarana evaluasi terhadap standar pelayanan
yang telah ditetapkan.
37
V.
DAFTAR PUSTAKA
PUBLIK.
dalam
http://www.ejournal-
STAKEHOLDERS
dalam
http://www.stialanbandung.ac.id/index.php?
VI. LAMPIRAN
Opini:
1.
Kidul dalam bidang pelayanan kesehatan dasar sudah cukup terealisasi dengan baik meskipun
masih terdapat kendala dan kekurangan dalam penyelenggaraannya. Walaupun demikian, pihak
kabupaten Gunung Kidul tetap harus terus memacu, memperbaiki dan meningkatkan penerapan
SPM guna mewujudkan pelayanan kesehatan dasar yang ideal. Dalam kasus ini, berbagai pihak,
seperti puskesmas-puskesmas di Kabupaten Gunung Kidul, camat, lurah, masyarakat, dan pihak
stakeholder sebaiknya terus menjalin komunikasi dan komitmen yang kuat dan menjaga
koordinasi satu sama lainnya guna mewujudkan integrasi yang baik. Selain itu, masing-masing
pihak harus saling menyadari dan memenuhi hak dan kewajibannya sebagai subjek maupun
objek pelayanan kesehatan dasar ini. Kemudian, desiminasi SPM secara intensif sebaiknya
dilakukan oleh pihak Kabupaten Gunung Kidul kepada masyarakat dengan bekerja sama melalui
pihak puskesmas dan aparatur desa. Dengan desiminasi ini, diharapkan dapat menambah
pengetahuan masyarakat mengenai SPM, menumbuhkan rasa memiliki masyarakat terhadap
pelayanan publik di bidang kesehatan dasar sehingga masyarakat akan turut berpartisipasi aktif
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan menumbuhkan sikap kritis apabila masyarakat
merasa pelayanan kesehatan yang diberikan tidak sesuai dengan SPM yang telah ditetapkan. Hal
lain yang perlu diperhatikan pula yaitu mengenai target yang ditetapkan dalam SPM. Penentuan
target merupakan suatu hal yang esensial. Dalam kasus ini, target yang ditetapkan tampaknya
terlalu rendah. Oleh sebab itu, target SPM perlu naikkan secara step by step. Ini dimaksudnya
untuk menstimulasi dan meng-upgrade kualitas kinerjanya para aparatur pelayanan kesehatan
dasar dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat di Kabupaten Gunung Kidul.
39
2.
ANALISIS
KEBIJAKAN
PELAYANAN
PEMBUATAN
IJIN
GANGGUAN
3. STRATEGI
PENYUSUNAN
STANDAR
PELAYANAN
PUBLIK
DENGAN
40
41