Anda di halaman 1dari 39

-1- SALINAN

DRAFT

BUPATI TAPANULI SELATAN


PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN BUPATI TAPANULI SELATAN


NOMOR 15 TAHUN 2019

TENTANG

PEMILIHAN KEPALA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TAPANULI SELATAN,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Peraturan Menteri


Dalam Negeri Nomor 65 Tahun 2017 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun
2014 tentang Pemilihan Kepala Desa dan ketentuan Pasal
9, Pasal 28 ayat (2), Pasal 33 ayat (2), Pasal 43, Pasal 51
ayat (4) dan Pasal 70 Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun
2016 tentang Organisasi Pemerintah Desa menyatakan
Pemilihan Kepala Desa diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a di atas perlu membentuk Peraturan Bupati
tentang Pemilihan Kepala Desa.

Mengingat : 1. Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang


Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten
Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor
1092);
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5495);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
-2-

4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang


Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa, sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6321);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 73);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014
tentang Pemilihan Kepala Desa, sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 65 Tahun
2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
1221);
7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman
Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan
Musyawarah Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 159);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2015
tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 4);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015
tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 5);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015
tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
6);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2016
tentang Kewenangan Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1037);
13. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Pembentukan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status
Desa Menjadi Kelurahan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Pembentukan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status
Desa Menjadi Kelurahan (Lembaran Daerah Kabupaten
Tapanuli Selatan Tahun 2016 Nomor 275).
14. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2016 tentang Organisasi
Pemerintah Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Tapanuli
Selatan Tahun 2016 Nomor 277).
-3-

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Tapanuli Selatan.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
4. Bupati adalah Bupati Tapanuli Selatan.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah
yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah.
6. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat
Daerah Kabupaten
7. Camat adalah pimpinan Kecamatan sebagai Perangkat
Daerah Kabupaten.
8. Desa adalah adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus urusan Pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
9. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
10. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut
dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa;
11. Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang
mempunyai wewenang, tugas dan kewajiban untuk
menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan
melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah
Daerah.
12. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat
BPD atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga
yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya
merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
-4-

13. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain


adalah musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa, dan
unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD untuk
menyepakati hal yang bersifat strategis.
14. Lembaga Pemerintahan adalah lembaga yang dibentuk
untuk penyelenggaraan Negara antara lain Lembaga
Kementerian, Non Kementerian, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa;
15. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Warga
Negara Asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
16. Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan Undang-Undang sebagai Warga Negara Indonesia.
17. Penduduk Desa pemilihan adalah Warga Negara Indonesia
yang terdaftar pada Desa pemilihan yang dibuktikan
dengan Kartu Tanda Penduduk/ Kartu Keluarga/surat
keterangan penduduk yang beralamatkan pada Desa
pemilihan.
18. Desa pemilihan adalah Desa yang melaksanakan pemilihan
Kepala Desa.
19. Tokoh masyarakat adalah tokoh adat, tokoh agama, tokoh
wanita, tokoh pemuda dan pemuka-pemuka masyarakat
lainnya.
20. Pemilihan Kepala Desa adalah pelaksanaan kedaulatan
rakyat di Desa dalam rangka memilih Kepala Desa yang
bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
21. Panitia Pemilihan Kepala Desa tingkat Desa yang
selanjutnya disebut Panitia Pemilihan adalah Panitia yang
dibentuk oleh BPD untuk menyelenggarakan proses
Pemilihan Kepala Desa.
22. Panitia Pemilihan Kepala Desa tingkat Kabupaten yang
selanjutnya disebut Panitia Pemilihan Kabupaten adalah
panitia yang dibentuk Bupati pada tingkat Kabupaten
dalam mendukung pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa.
23. Bakal calon Kepala Desa yang selanjutnya disebut bakal
calon adalah masyarakat Desa setempat yang
mendaftarkan diri pada Pemilihan Kepala Desa.
24. Calon Kepala Desa adalah bakal calon yang telah
ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagai calon yang
berhak dipilih menjadi Kepala Desa.
25. Calon Kepala Desa Terpilih adalah calon Kepala Desa yang
memperoleh suara terbanyak dalam pelaksanaan pemilihan
Kepala Desa.
26. Penjabat Kepala Desa adalah seorang pejabat yang
diangkat oleh Bupati yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil
Daerah untuk melaksanakan tugas, hak dan wewenang
serta kewajiban Kepala Desa dalam kurun waktu tertentu.
27. Pelaksana Kepala Desa adalah perangkat desa yang
melaksanakan tugas Kepala Desa yang dikarenakan
Kepala Desa berhalangan dan/atau cuti dalam kurun
waktu paling lama 6 (enam) bulan;
28. Pemilih adalah penduduk Desa pemilihan yang telah
memenuhi persyaratan untuk menggunakan hak pilih
dalam Pemilihan Kepala Desa.
29. Hak Pilih adalah hak yang dimiliki pemilih untuk
menentukan sikap pilihannya.
-5-

30. Penjaringan adalah suatu tahapan kegiatan yang dilakukan


oleh Panitia Pemilihan untuk mendapatkan bakal calon
dari warga masyarakat Desa yang bersangkutan.
31. Penyaringan adalah kegiatan yang dilakukan baik dari segi
administrasi, pengetahuan, kemampuan dan
kepemimpinan para bakal calon.
32. Daftar Pemilih Sementara yang selanjutnya disingkat DPS
adalah daftar pemilih yang disusun berdasarkan data
Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum terakhir yang telah
diperbaharui dan dicek kembali atas kebenarannya serta
ditambah dengan pemilih baru.
33. Daftar Pemilih Tambahan adalah daftar pemilih yang
disusun berdasarkan usulan dari pemilih karena yang
bersangkutan belum terdaftar dalam Daftar Pemilih
Sementara.
34. Daftar Pemilih Tetap yang selanjutnya disingkat DPT
adalah daftar pemilih yang telah ditetapkan oleh Panitia
Pemilihan sebagai dasar penentuan identitas pemilih dan
jumlah pemilih dalam pemilihan Kepala Desa.
35. Kampanye adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
calon Kepala Desa untuk meyakinkan para pemilih dalam
rangka mendapatkan dukungan.
36. Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat
TPS, adalah tempat dilaksanakannya pemungutan suara.
37. Pengamanan Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya
disingkat PAM TPS adalah petugas yang ditunjuk oleh
Penjabat Kepala Desa/Pelaksana Kepala Desa dari
penduduk desa yang memenuhi syarat dengan Surat
Perintah Tugas untuk menjaga keamanan pada hari
pemungutan suara;
38. Surat Suara adalah media yang digunakan untuk memilih
calon Kepala Desa yang berisi nomor dan tanda gambar
calon Kepala Desa;
39. Coblos adalah cara pemilih untuk menentukan pilihan
kepada salah satu calon Kepala Desa dengan menusuk
sampai tembus tanda gambar pada surat suara
menggunakan alat yang disediakan oleh Panitia Pemilihan;
40. Tanda gambar adalah foto, nomor urut dan nama calon
Kepala Desa;
41. Bilik Suara adalah tempat untuk memilih calon Kepala
Desa dengan cara mencoblos surat suara;
42. Kotak Suara adalah tempat untuk memasukkan surat
suara dan/atau peralatan dan dokumen pemungutan
suara;
43. Masa Tenang adalah masa yang tidak dapat digunakan
untuk melakukan aktivitas Kampanye;
44. Hari adalah hari kalender;
45. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
selanjutnya disebut APBD adalah rencana keuangan
tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah:
46. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya
disebut APB Desa adalah rencana keuangan tahunan
Pemerintahan Desa
-6-

BAB II
PEMILIHAN KEPALA DESA

Bagian Kesatu
Pemilihan Kepala Desa

Pasal 2
(1) Pemilihan Kepala Desa di Kabupaten Tapanuli Selatan
dilakukan secara serentak satu kali atau dapat
bergelombang.
(2) Pemilihan Kepala Desa satu kali sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan pada hari yang sama di seluruh
desa pada wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan.
(3) Pemilihan Kepala Desa secara bergelombang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan dengan
mempertimbangkan:
a. Pengelompokkan waktu berakhirnya masa jabatan
Kepala Desa di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan;
b. Kemampuan keuangan daerah; dan/atau
c. Ketersediaan Pegawai Negeri Sipil dilingkungan
Pemerintah Daerah yang memenuhi persyaratan
sebagai Penjabat Kepala Desa.
(3) Pemilihan Kepala Desa secara bergelombang sebagai mana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling banyak 3 (tiga)
kali dalam jangka waktu 6 (enam) tahun.
(4) Pemilihan Kepala Desa bergelombang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan interval waktu
paling lama 2 (dua) tahun.

Pasal 3
(1) Bupati membentuk Panitia Pemilihan Kabupaten yang
ditetapkan dengan Keputusan Bupati yang anggotanya
berasal dari Organisasi Perangkat Daerah.
(2) Panitia Pemilihan Kabupaten sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mempunyai tugas :
a. Merencanakan, mengkoordinasikan dan
menyelenggarakan semua tahapan pelaksanaan
pemilihan tingkat Kabupaten;
b. Melakukan bimbingan teknis pelaksanaan pemilihan
kepala Desa terhadap Panitia Pemilihan Kepala Desa
tingkat Desa;
c. Menetapkan jumlah surat suara dan kotak suara;
d. Memfasilitasi pencetakan surat suara dan pembuatan
kotak suara serta perlengkapan pemilihan lainnya;
e. Menyampaikan surat suara dan kotak suara dan
perlengkapan pemilihan lainnya kepada panitia
pemilihan;
f. Memfasilitasi penyelesaian permasalahan Pemilihan
Kepala Desa tingkat Kabupaten;
g. Melakukan pengawasan penyelenggaraan Pemilihan
Kepala Desa dan melaporkan serta membuat
rekomendasi kepada Bupati; dan
-7-

h. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan


pemilihan.

Pasal 4
(1) Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan melalui tahapan :
a. Persiapan;
b. Pencalonan;
c. Pemungutan suara; dan
d. Penetapan.
(2) Tahapan persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas kegiatan :
a. Pemberitahuan BPD kepada Kepala Desa tentang akhir
masa jabatan Kepala Desa yang disampaikan 6 (enam)
bulan sebelum berakhir masa jabatan;
b. Laporan akhir masa jabatan Kepala Desa kepada
Bupati disampaikan dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari setelah pemberitahuan akhir masa jabatan;
c. Pengangkatan Penjabat Kepala Desa oleh Bupati
apabila Pemilihan Kepala Desa dilakukan setelah habis
masa jabatan Kepala Desa dengan maksud untuk
menjaga netralitas Perangkat Desa dan penguasaan
atas aset Negara/Daerah/Desa;
d. Pembentukan Panitia Pemilihan Kabupaten oleh Bupati;
e. Pembentukan Panitia Pemilihan oleh BPD ditetapkan
dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah
pembentukan Panitia Pemilihan Kabupaten;
f. Perencanaan biaya pemilihan diajukan oleh Panitia
Pemilihan kepada Penjabat Kepala Desa dan atau
pelaksan Kepala Desa yang selanjutnya diajukan
kepada Bupati melalui Camat dalam jangka waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah terbentuknya
Panitia Pemilihan;
(3) Tahapan pencalonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas kegiatan :
a. pengumuman dan pendaftaran bakal calon;
b. penelitian kelengkapan persyaratan administrasi,
klarifikasi, serta penetapan dan pengumuman nama
calon Kepala Desa;
c. penetapan calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud
pada huruf b paling sedikit 2 (dua) orang dan paling
banyak 5 (lima) orang calon;
d. penetapan daftar pemilih tetap untuk pelaksanaan
pemilihan Kepala Desa;
e. pelaksanaan kampanye calon Kepala Desa;
f. masa tenang sebelum Pemilihan dilaksanakan;
g. hari dan tanggal pemungutan suara;
(4) Tahapan pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c terdiri atas kegiatan :
a. pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara;
b. penetapan calon yang memperoleh suara terbanyak;
dan/atau
c. calon Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak
dari jumlah suara sah ditetapkan sebagai calon Kepala
Desa terpilih.
-8-

d. dalam hal jumlah calon Kepala Desa yang memperoleh


suara terbanyak yang sama lebih dari 1 (satu) calon,
maka calon Kepala Desa terpilih ditetapkan berdasarkan
penilaian secara berjenjang mulai dari tingkat
pendidikan dan usia termuda.
(5) Tahapan penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d terdiri atas kegiatan :
a. laporan panitia pemilihan mengenai calon terpilih
kepada BPD;
b. laporan BPD mengenai calon terpilih kepada Bupati;
c. Pengesahan calon Kepala Desa terpilih;
d. Pengangkatan calon Kepala Desa terpilih; dan
e. Pelantikan calon Kepala Desa terpilih.

Bagian Kedua
Tahapan Persiapan

Paragraf 1
Pembentukan Panitia Pemilihan

Pasal 5
(1) BPD mengadakan rapat yang dipimpin oleh pimpinan BPD
bersama Pemerintah Desa dan Tokoh Masyarakat Desa,
untuk membentuk Panitia Pemilihan.
(2) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari unsur Perangkat Desa, Lembaga
Kemasyarakatan Desa, Tokoh Masyarakat dan warga Desa
yang bersifat mandiri dan tidak memihak dengan syarat:
a. Berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum
atau yang sederajat;
b. Berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun;
c. Terdaftar sebagai penduduk Desa yang dibuktikan
dengan Kartu Tanda penduduk dan/atau Kartu
Keluarga;
(3) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan Keputusan BPD dan disampaikan
secara tertulis kepada Bupati melalui Camat.

Pasal 6
(1) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada Pasal 5
berjumlah 7 (tujuh) orang, dengan susunan panitia:
a. 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota;
b. 1 (satu) orang Wakil Ketua merangkap anggota;
c. 1 (satu) orang Sekretaris merangkap anggota;
d. 1 (satu) orang Bendahara merangkap anggota; dan
e. 3 (tiga) orang Anggota.
(2) Penentuan kedudukan dalam Panitia Pemilihan dapat
ditetapkan dalam musyawarah pembentukan Panitia
Pemilihan dan/atau melalui mekanisme poting.
(3) Susunan keanggotaan Panitia Pemilihan Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan
keputusan BPD.
-9-

(4) Dalam hal anggota Panitia Pemilihan ada yang mendaftar


sebagai calon Kepala Desa atau berhalangan tetap, anggota
panitia Pemilihan tersebut dapat diganti dari unsur
sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (2) yang ditetapkan
berdasarkan Keputusan BPD.

Pasal 7
Dalam hal BPD belum membentuk Panitia Pemilihan hingga 2
(dua) bulan setelah terbentuknya Panitia Pemilihan
Kabupaten, maka Camat memfasilitasi pembentukan Panitia
Pemilihan.

Pasal 8
(1) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud Pasal 5
mempunyai tugas :
a. Merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan,
mengawasi dan mengendalikan semua tahapan
pelaksanaan pemilihan Kepala Desa;
b. Merencanakan penggunaan biaya pemilihan dan
menyampaikannya kepada Penjabat Kepala Desa
dan/atau pelaksana Kepala Desa untuk selanjutnya
dianggarkan dalam APBDesa;
c. Melakukan pendaftaran dan penetapan pemilih;
d. Mengadakan penjaringan dan penyaringan bakal calon;
e. Menetapkan calon yang telah memenuhi persyaratan;
f. Menetapkan tata cara pelaksanaan pemilihan;
g. Menetapkan tata cara pelaksanaan kampanye;
h. Memfasilitasi penyediaan peralatan, perlengkapan dan
tempat pemungutan suara;
i. Melaksanakan pemungutan suara;
j. Menetapkan hasil rekapitulasi perhitungan suara dan
mengumumkan hasil pemilihan;
k. Menetapkan calon Kepala Desa terpilih; dan
l. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
pemilihan.
(2) Panitia Pemilihan dalam melaksanakan tugasnya
bertanggungjawab kepada BPD.

Pasal 9
(1) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud Pasal 5 diberikan
honor dan bantuan biaya pemilihan yang dipergunakan
untuk operasional Panitia Pemilihan.
(2) Bantuan biaya pemilihan sebagaimana dimaksud ayat (1)
bersumber dari APBD dalam bentuk bantuan Pemerintah
Kabupaten kepada Desa dan/atau APBDesa;
(3) Bantuan biaya pemilihan yang bersumber dari APBD
disalurkan melalui Rekening Kas Daerah ke Rekening Kas
Desa.
(4) Besaran honor Panitia Pemilihan dan bantuan biaya
pemilihan sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan
melalui Keputusan Bupati.
-10-

Paragraf 2
Pendataan dan Penetapan Pemilih

Pasal 10
Pemilih yang dapat menggunakan hak pilih harus memenuhi
syarat:
a. Penduduk Desa pemilihan yang pada hari pemungutan
suara Pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh
belas) tahun atau sudah/pernah menikah;
b. Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;
c. Tidak sedang menjalani hukuman pidana atau kurungan
berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap;
d. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
dan
e. Telah bertempat tinggal menetap di Desa bersangkutan
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum tanggal
pemungutan suara bagi penduduk Desa yang beru pindah
dengan dibuktikan surat keterangan penduduk.

Pasal 11
(1) Untuk penyusunan DPS Panitia Pemilihan melakukan
pendataan ke tempat tinggal penduduk Desa bersangkutan
dengan memberikan tanda bukti telah didata yang
ditandatangani oleh Panitia Pemilihan.
(2) Tanda bukti telah dilakukan pendataan sebagaimana
dimaksud ayat (1) dapat berupa sticker, surat tertulis atau
tanda lainnya yang menunjukkan identitas Panitia
Pemilihan.

Pasal 12
(1) DPT yang ditetapkan oleh KPU pada Pemilihan Kepala
Daerah/Pemilihan Legislatif/Pemilihan Presiden terakhir
dapat dijadikan sebagai acuan Panitia Pemilihan dalam
penyusunan DPS dengan terlebih dahulu melakukan
pemutakhirran dan evaluasi sesuai data penduduk yang
terdaftar dalam buku administrasi kependudukan Desa
bersangkutan serta di verifikasi faktual ke tempat tinggal
penduduk sebagaimana dimaksud Pasal 11.
(2) Pemutakhiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan dengan maksud :
a. Telah memenuhi syarat usia pemilih, yang sampai
dengan tanggal pemungutan suara pemilihan sudah
berumur 17 (tujuh belas) tahun yang dibuktikan
dengan akta kelahiran/ijazah/KTP/ Kartu Keluarga;
b. Belum berumur 17 (tujuh belas) tahun, tetapi
sudah/pernah menikah;
c. Telah meninggal dunia;
d. Pindah domisili ke Desa lain; dan
e. Belum terdaftar.
-11-

(3) Dalam pemutahkhiran data pemilih untuk penyusunan


DPS sebagaimana dimaksud ayat (1) Penjabat Kepala Desa
dan/atau pelaksana Kepala Desa berkewajiban
memfasilitasi Panitia Pemilihan.

Pasal 13
(1) Pemilih yang telah didata dan/atau dimutakhirkan
sebagaimana dimaksud Pasal 11 dan Pasal 12 ditetapkan
Panitia Pemilihan sebagai DPS.
(2) Jangka waktu penetapan DPS sebagaimana dimaksud ayat
(1) paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak Panitia
Pemilihan terbentuk.
(3) DPS sebagaimana dimaksud ayat (1), diumumkan oleh
panitia pemilihan pada tempat yang mudah dijangkau
masyarakat.
(4) Jangka waktu pengumuman sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) selama 7 (tujuh) hari.
(5) Selama jangka waktu pengumuman DPS sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) Panitia Pemilihan berkewajiban
untuk mensosialisasikannya dan dapat dibantu oleh
Penjabat Kepala Desa dan/atau pelaksana Kepala Desa
bersama Perangkat Desa.
(6) Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
pemilih atau anggota keluarga dapat mengajukan usul
perbaikan mengenai penulisan nama dan/atau identitas
lainnya.
(7) Selain usul perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(6), pemilih atau anggota keluarga dapat memberikan
informasi yang meliputi:
a. Pemilih sudah meninggal dunia;
b. Pemilih sudah tidak berdomisili di Desa tersebut;
c. Pemilih sudah menikah di bawah umur 17 tahun;
d. Pemilih sudah tidak memenuhi syarat lagi sebagai
pemilih; atau
e. Sudah memenuhi syarat sebagai pemilih tetapi belum
terdaftar dalam DPS.
(8) Dalam hal usul perbaikan dan informasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) dan ayat (7) dapat dibuktikan,
panitia pemilihan segera mengadakan perbaikan DPS.

Pasal 14
(1) Pemilih yang belum terdaftar di DPS, secara aktif
melaporkan kepada Panitia Pemilihan dengan membawa
Kartu Tanda Penduduk/Kartu Keluarga/surat keterangan
penduduk untuk didaftar sebagai Pemilih Tambahan.
(2) Pencatatan data Pemilih Tambahan dan perbaikan DPS
dilaksanakan selama jangka waktu 7 (tujuh) hari.
(3) DPS yang telah diperbaiki dan daftar Pemilih Tambahan
diumumkan di tempat-tempat yang mudah dijangkau oleh
masyarakat selama 7 (tujuh) hari.
-12-

(4) DPS perbaikan dan daftar Pemilih Tambahan yang


diumumkan ternyata masih ada yang belum terdaftar,
Panitia Pemilihan dapat melakukan perbaikan selama
jangka waktu pengumuman sebagaimana dimaksud pada
ayat (3).

Pasal 15
Dalam hal terdapat ketidakjelasan status kependudukan
seseorang karena mempunyai 2 (dua) dokumen kependudukan
ditempat yang berbeda, yang bersangkutan digugurkan sebagai
pemilih.

Pasal 16
(1) Panitia Pemilihan menetapkan dan mengumumkan DPS
yang sudah diperbaiki dan Daftar Pemilih Tambahan
sebagai DPT setelah selesai jangka waktu pengumuman
sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (3).
(2) DPT sebagaimana ayat (1) ditetapkan melalui Keputusan
Panitia Pemilihan.
(3) DPT yang telah ditetapkan sebagaimana ayat (2)
selanjutnya disampaikan kepada Camat untuk diregistrasi.
(4) Nomor registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diambil dari buku Agenda Surat Keluar Kecamatan.
(5) DPT yang telah mendapat registrasi Camat selanjutnya
disampaikan kepada Panitia Pemilihan untuk diumumkan
di tempat yang strategis di Desa untuk diketahui oleh
masyarakat sampai dengan hari pemungutan suara.
(6) Salinan DPT yang telah diregistrasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) disampaikan Panitia Pemilihan kepada Panitia
Pemilihan Kabupaten melalui Camat untuk dijadikan
sebagai dasar pengadaan Surat Suara.

Pasal 17
DPT sebagaimana dimaksud Pasal 16 bersifat final dan
mengikat yang tidak dapat diubah dan diganggu gugat, kecuali
ada pemilih yang meninggal dunia, Panitia Pemilihan hanya
membubuhkan catatan "meninggal dunia" dalam kolom
keterangan.

Bagian Ketiga
Tahapan Pencalonan

Paragraf 1
Persyaratan Umum Calon Kepala Desa

Pasal 18
Persyaratan umum calon Kepala Desa meliputi:
a. Warga Negara Republik Indonesia;
b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
-13-

c. Memegang teguh dan mengamalkan pancasila,


melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan Bhineka Tunggal Ika;
d. Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah
pertama atau sederajat;
e. Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat
mendaftar;
f. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa dan wajib
bertempat tinggal di desa setempat selama menjabat
sebagai Kepala Desa;
g. Tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara;
h. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih,
kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai menjalani pidana
penjara dan mengumumkan secara jujur dan terbuka
kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana
serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang;
i. Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
j. Berbadan Sehat (jasmani dan rohani);
k. Bebas dari penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan
terlarang;
l. Tidak sedang menjabat Kepala Desa di Desa lain;
m. Tidak terdaftar dan/atau mendaftarkan diri sebagai calon
Kepala Desa di Desa lain;
n. Tidak sedang diblacklist namanya oleh pihak perbankan;
o. Mendapat izin suami/orangtua/wali bagi calon Kepala
Desa wanita;
p. Bersedia untuk tidak mengundurkan diri sebagai calon
Kepala Desa;
q. Mempunyai Visi dan Misi.

Paragraf 2
Persyaratan Tambahan Bagi Calon Kepala Desa Dari Kepala
Desa

Pasal 19
(1) Kepala Desa yang belum habis masa jabatannya dan akan
mencalonkan diri kembali diwajibkan mengajukan
permohonan cuti kepada Bupati melalui Camat.
(2) Permohonan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sudah dapat diajukan pada saat pengumuman pendaftaran
diumumkan oleh Panitia Pemilihan.
(3) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberi
cuti sejak ditetapkan sebagai calon sampai dengan
selesainya pelaksanaan penetapan calon terpilih.
(4) Selama masa cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kepala Desa dilarang menggunakan fasilitas pemerintah
desa untuk kepentingan sebagai calon Kepala Desa.
-14-

(5) Dalam hal Kepala Desa cuti sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), sekretaris Desa melaksanakan tugas dan
kewajiban Kepala Desa.
(6) Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) dan Kepala
Desa periode sebelumnya hanya dapat mendaftarkan diri
sebagai calon Kepala Desa apabila belum pernah menjabat
Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan secara
berturut-turut atau tidak secara berturut-turut dan tidak
pernah mengundurkan diri sewaktu menjabat Kepala Desa
serta tidak pernah diberhentikan tetap atau diberhentikan
sementara sebelum berakhir masa jabatan Kepala Desa.

Paragraf 3
Persyaratan Tambahan Bagi Calon Kepala Desa Dari Perangkat
Desa

Pasal 20
(1) Perangkat Desa yang mencalonkan diri dalam pemilihan
Kepala Desa diwajibkan mengajukan permohonan cuti
kepada Kepala Desa/Penjabat Kepala Desa/Pelaksana
Kepala Desa.
(2) Permohonan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sudah dapat diajukan sejak pengumuman pendaftaran
diumumkan oleh Panitia Pemilihan.
(3) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberi
cuti terhitung sejak yang bersangkutan terdaftar sebagai
bakal calon sampai dengan selesainya pelaksanaan
penetapan calon terpilih.
(4) Tugas perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dirangkap oleh perangkat Desa lainnya yang ditetapkan
dengan keputusan Kepala Desa.
(5) Apabila Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud Pasal 19
ayat (3) mencalonkan diri dalam pemilihan Kepala Desa
maka salah satu perangkat lainnya melaksanakan tugas
dan kewajiban Kepala Desa

Paragraf 4
Persyaratan Tambahan Bagi Calon Kepala Desa dari BPD

Pasal 21
1.) BPD yang mencalonkan diri dalam pemilihan Kepala Desa
diharuskan mundur dari keanggotaan BPD.
2.) BPD yang mengundurkan diri sebagaimana ayat (1) diisi
melalui pengisian keanggotaan Badan Permusyawaratan
Desa Antar Waktu.
-15-

Paragraf 5
Persyaratan Tambahan Bagi Calon Kepala Desa Dari
PNS/Pegawai Honorer Pemerintah

Pasal 22
(1) Pegawai Negeri Sipil dan/atau pegawai Honorer Pemerintah
dilingkungan Kabupaten Tapanuli Selatan yang
mencalonkan diri dalam pemilihan Kepala Desa harus
mendapat izin tertulis dari Bupati.
(2) Pegawai Negeri Sipil dan/atau pegawai Honorer Pemerintah
dari instansi sektoral/vertikal yang mencalonkan diri
dalam pemilihan Kepala Desa harus mendapat izin tertulis
dari kepala Instansi sektoral/vertikal bersangkutan
ditingkat Kabupaten dan/atau ketentuan lain yang
mengatur dari instansi sektoral/vertikal pegawai yang
bersangkutan.

Paragraf 6
Persyaratan Tambahan Bagi Calon Kepala Desa Dari Anggota
TNI/POLRI

Pasal 23
(1) Anggota TNI yang masih aktif yang mencalonkan diri dalam
pemilihan Kepala Desa harus mendapat izin tertulis dari
Dandim.
(2) Anggota POLRI yang masih aktif yang mencalonkan diri
dalam pemilihan Kepala Desa harus mendapat izin tertulis
dari KAPOLRES.

Paragraf 7
Persyaratan Tambahan Bagi Calon Kepala Desa Dari Pegawai
Swasta/BUMN/BUMD/BUMDesa dan Lembaga/Institusi Non
Pemerintah yang dibentuk oleh Undang-Undang Serta
Anggota/Pengurus Paartai Politik

Pasal 24
(1) Pegawai Swasta/ BUMN/ BUMD/ BUMDesa yang
mencalonkan diri dalam pemilihan Kepala Desa harus
mendapat izin tertulis dari Direksi dan/atau ketentuan lain
yang mengatur dari instansi sektoral/vertikal pegawai yang
bersangkutan.
(2) Dalam hal Pegawai BUMDesa ditetapkan sebagai calon
Kepala Desa terpilih harus mengundurkan diri.
(3) Pegawai Lembaga/Institusi Non Pemerintah yang dibentuk
oleh Undang-Undang mencalonkan diri dalam pemilihan
Kepala Desa harus mendapat izin tertulis dari atasannya
dan/atau ketentuan lain yang mengatur dari instansi
sektoral/vertikal pegawai yang bersangkutan.
(4) Anggota/pengurus partai politik mencalonkan diri dalam
pemilihan Kepala Desa harus mendapat izin tertulis dari
pimpinan cabang.
-16-

Paragraf 8
Persyaratan Tambahan Bagi Calon Kepala Desa Dari Luar Desa
Pemilihan

Pasal 25
(1) Penduduk dari luar Desa pemilihan yang mencalonkan diri
dalam pemilihan Kepala Desa harus mendapat dukungan
dari masyarakat desa bersangkutan paling sedikit 25%
(dua puluh lima persen) dari jumlah penduduk Desa
bersangkutan.
(2) Bentuk dukungan sebagamana dimaksud pada ayat (1)
dibuktikan dengan surat, tandatangan dan fotokopi KTP
dari penduduk Desa bersangkutan.
(3) Dalam hal penduduk dari luar Desa pemilihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai
Kepala Desa terpilih harus bersedia tinggal di Desa paling
lambat 1 (satu) tahun setelah pelantikan.

Paragraf 9
Persyaratan Administrasi Calon Kepala Desa

Pasal 26
(1) Persyaratan administrasi calon Kepala Desa meliputi :
a. Surat pengajuan pencalonan ditujukan kepada Panitia
Pemilihan di atas kertas segel atau bermaterai Rp.
6000,-;
b. Daftar riwayat hidup di atas kertas segel atau
bermaterai Rp. 6000,-;
c. Surat pernyataan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa di atas kertas segel atau bermaterai Rp. 6000,-;
d. Surat pernyataan setia kepada Pancasila sebagai Dasar
Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia di atas kertas segel atau bermaterai Rp.
6000,-;
e. Fotokopi STTB/Ijazah mulai dari pendidikan dasar
sampai pendidikan terakhir yang dilegalisir oleh pejabat
yang berwenang atau surat keterangan dari pejabat
yang berwenang;
f. Fotokopi Akta kelahiran yang dilegalisir oleh pejabat
yang berwenang;
g. Surat pernyataan bersedia menjadi calon Kepala Desa
di atas kertas segel atau bermaterai Rp. 6000,-;
h. Surat keterangan berbadan sehat dari Dokter Rumah
Sakit Umum Daerah;
i. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang
dikeluarkan oleh Kepolisian;
j. Surat pernyataan tidak sedang menjalani hukuman
pidana penjara di atas kertas segel atau bermaterai Rp.
6000,-;
-17-

k. Surat pernyataan tidak pernah dijatuhi pidana penjara


karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara paling sedikit 5 (lima) tahun atau lebih
berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap di atas kertas segel
atau bermaterai Rp. 6000,-;
l. Surat pernyataan tidak sedang dicabut hak pilihnya
sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai hukum tetap di atas kertas segel atau
bermaterai Rp. 6000,-;
m. Surat pernyataan tidak pernah menjadi Kepala Desa
selama 3 (tiga) kali masa jabatan, baik berturut-turut
maupun tidak berturut-turut, baik di Desa yang sama
maupun di Desa yang berbeda di atas kertas segel atau
bermaterai Rp. 6000,-;
n. Surat pernyataan tidak menjabat Kepala Desa di Desa
lain di atas kertas segel atau bermaterai Rp. 6000,-;
o. Surat pernyataan tidak mendaftar sebagai calon Kepala
Desa di Desa lain di atas kertas segel atau bermaterai
Rp. 6000,-;
p. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dilegalisasir
oleh pejabat yang berwenang;
q. Surat izin tertulis dari Bupati bagi Pegawai Negeri
Sipil/Pegawai Honorer Pemerintah di lingkungan
Kabupaten Tapanuli Selatan;
r. Surat pernyataan tidak sedang diblacklist namanya
oleh pihak perbankan di atas kertas segel atau
bermaterai Rp. 6000,;
s. Surat Keterangan bebas narkotika dan obat-obatan
terlarang dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Daerah;
t. Surat Izin tertulis dari atasan dan/atau kepala Instansi
bagi anggota TNI/POLRI/Pegawai Swasta/ BUMN/
BUMD/BUMDesa/Pegawai Negeri Sipil/ Pegawai
Honorer Pemerintah sektoral/ vertikal/ Pegawai
Lembaga/ Institusi Non Pemerintah yang dibentuk oleh
Undang-Undang/anggota/pengurus partai politik.
u. Fotocopy surat pengunduran diri dari keanggotaan BPD
bagi anggota BPD;
v. Surat Visi dan Misi menjadi Kepala Desa;
w. Fotokopi KTP pendukung paling sedikit 25% (dua puluh
lima persen) dari jumlah penduduk Desa pemilihan bagi
calon Kepala Desa dari luar Desa pemilihan.
x. Surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri
sebagai calon Kepala Desa di atas kertas segel atau
bermaterai Rp. 6000,-;
y. Surat pernyataan bersedia bertempat tinggal di Desa di
atas kertas segel atau bermaterai Rp. 6000,- bagi calon
Kepala Desa dari luar Desa pemilihan;
z. Surat izin dari suami/orangtua/wali di atas kertas segel
atau bermaterai Rp. 6000,- bagi calon Kepala Desa
wanita;
aa. Fotokopi surat permohonan cuti bagi Kepala Desa yang
belum habis masa jabatan dan/atau Perangkat Desa;
bb. Soft copy/CD Pasfhoto berwarna terbaru.
-18-

(2) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) disampaikan kepada Panitia Pemilihan dalam rangkap 3
(tiga) pada saat pendaftaran;
(3) Dokumen administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) selanjutnya disampaikan Panitia Pemilihan kepada
Camat sebanyak 1 (satu) rangkap fotokopi dan
disampaikan kepada Panitia Pemilihan Kabupaten
sebanyak 1 (satu) rangkap asli untuk dijadikan sebagai
dasar pembuatan surat suara dan 1 (satu) rangkap lagi
menjadi pertinggal di Desa.

Paragraf 10
Penelitian Calon, Penetapan dan pengumuman Calon

Pasal 27
(1) pengumuman dan pendaftaran bakal calon dalam jangka
waktu 9 (sembilan) hari;
(2) Pengumuman dan pendaftaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memuat batas waktu pendaftaran,
persyaratan bakal calon, dokumen persyaratan
administrasi dan tahapan jadwal pemilihan.
(3) Bakal calon harus hadir pada saat pendaftaran dan tidak
dapat diwakilkan.
(4) Pada saat mendaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
bakal calon menyerahkan berkas pencalonan dan/atau
dokumen persyaratan administrasi kepada Panitia
Pemilihan.
(5) Penutupan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) paling lambat pukul 24.00 WIB pada tanggal yang telah
ditetapkan.

Pasal 28
(1) Panitia Pemilihan melakukan penelitian terhadap
persyaratan bakal calon meliputi penelitian kelengkapan
dan keabsahan dokumen administrasi pencalonan.
(2) Penelitian kelengkapan dan keabsahan adminitrasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai klarifikasi
pada instansi yang berwenang yang dilengkapi dengan
Surat Keterangan dari yang berwenang.
(3) Dalam hal berkas pencalonan tidak lengkap, bakal calon
wajib melengkapi dan/atau memperbaiki berkas
pencalonan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah
pendaftaran ditutup.
(4) Dalam hal berkas pencalonan tidak diperbaiki dan
diserahkan kembali kepada Panitia Pemilihan sampai batas
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Panitia
Pemilihan dapat membatalkan bakal calon bersangkutan.
(5) Panitia Pemilihan mengumumkan hasil penelitian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada masyarakat
untuk memperoleh masukan.
(6) Masukan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(5), wajib diproses dan ditindaklanjuti Panitia Pemilihan.
-19-

Pasal 29
(1) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan umum,
persyaratan tambahan dan persyaratan administrasi
berjumlah paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 5
(lima) orang, Panitia Pemilihan menetapkan bakal calon
menjadi calon Kepala Desa.
(2) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan umum,
persyaratan tambahan dan persyaratan administrasi
kurang dari 2 (dua) orang, panitia pemilihan
memperpanjang waktu pendaftaran selama 20 (dua puluh)
hari.
(3) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan tetap
kurang dari 2 (dua) setelah perpanjangan waktu
pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bupati
menunda pelaksanaan pemilihan Kepala Desa sampai
dengan waktu Gelombang ke 2 (dua) pada Pemilihan
Kepala Desa, apabila pada Gelombang ke 2 (dua) pada
Pemilihan Kepala Desa tersebut bakal calon tetap kurang
dari 2 (dua) maka Pemilihan Kepala Desa ditunda sampai
dengan Gelombang ke 3 (tiga) dan apabila pada Gelombang
ke 3 (tiga) bakal calon tetap kurang dari 2 (dua) maka
pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa tetap dilaksanakan
dengan hanya 1 (satu) calon pada Gelombang ke 3 (tiga)
tersebut.

Paragraf 11
Tahapan Seleksi Pemilihan Calon Kepala Desa

Pasal 30
(1) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan umum,
persyaratan tambahan dan persyaratan administrasi lebih
dari 5 (lima) orang, maka panitia pemilihan melakukan
seleksi tambahan.
(2) Seleksi tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan menggunakan penilaian berdasarkan
kriteria sebagai berikut:
a. Pengalaman bekerja di Lembaga Pemerintahan :
1) Bobot nilai 30 yaitu bakal calon dengan masa
mengabdi pada Lembaga Pemerintahan lebih dari 20
tahun;
2) Bobot nilai 25 yaitu bakal calon dengan masa
mengabdi pada Lembaga Pemerintahan 16 tahun
sampai dengan 20 tahun;
3) Bobot nilai 20 yaitu bakal calon dengan masa
mengabdi pada Lembaga Pemerintahan 11 sampai
15 tahun;
4) Bobot nilai 15 yaitu bakal calon dengan masa
mengabdi pada Lembaga Pemerintahan 6 tahun
sampai dengan 10 tahun;
5) Bobot nilai 10 yaitu bakal calon dengan masa
mengabdi pada Lembaga Pemerintahan 3 tahun
sampai dengan 5 tahun;
6) Bobot nilai 5 yaitu bakal calon dengan masa
mengabdi pada Lembaga Pemerintahan 1 tahun
sampai dengan 2 tahun;
-20-

b. Tingkat pendidikan tertinggi :


1) Bobot nilai 45 yaitu bakal calon yang berpendidikan
diatas S3;
2) Bobot nilai 40 yaitu bakal calon yang berpendidikan
S3;
3) Bobot nilai 35 yaitu bakal calon yang berpendidikan
S2;
4) Bobot nilai 30 yaitu bakal calon yang berpendidikan
DIV/S1;
5) Bobot nilai 25 yaitu bakal calon yang berpendidikan
DIII;
6) Bobot nilai 20 yaitu bakal calon yang berpendidikan
DII;
7) Bobot nilai 15 yaitu bakal calon yang berpendidikan
DI;
8) Bobot nilai 10 yaitu bakal calon yang berpendidikan
Sekolah Menengah Umum atau yang sederajat;
9) Bobot nilai 5 yaitu bakal calon yang berpendidikan
Sekolah Menengah Pertama atau yang sederajat.
c. Tingkat usia (termasuk waktu kelahiran) :
1) Bobot nilai 25 yaitu bakal calon yang berusia 25
sampai 40 tahun;
2) Bobot nilai 20 yaitu bakal calon yang berusia 41
sampai 45 tahun;
3) Bobot nilai 15 yaitu bakal calon yang berusia 46
sampai 50 tahun;
4) Bobot nilai 10 yaitu bakal calon yang berusia 51
tahun sampai 55 tahun;
5) Bobot nilai 5 yaitu bakal calon yang berusia lebih
dari 55 tahun.
(3) Bobot penilaian pengalaman bekerja di Lembaga
Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a, dibuktikan dengan Surat Keputusan pengangkatan dari
pimpinan instansi atau lembaga yang bersangkutan.
(4) Bobot penilaian tingkat pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b, dibuktikan dengan ijazah dari
tingkat dasar sampai dengan ijazah terakhir yang
dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang.
(5) Bobot penilaian tingkat usia sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c, dibuktikan dengan Akta Kelahiran.
(6) Hasil Pemeringkatan bakal calon sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dituangkan dalam berita acara oleh Panitia
Pemilihan.
(7) Bakal calon yang memiliki bobot nilai komulatif tertinggi ke
satu sampai dengan kelima ditetapkan sebagai calon
Kepala Desa.

Pasal 31
(1) Dalam hal bakal calon lebih dari 2 (dua) orang memiliki
bobot nilai komulatif yang sama pada seleksi tambahan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 30 , maka bakal calon
yang ditetapkan sebagai calon Kepala Desa adalah bakal
calon yang memiliki pengalaman bekerja di Lembaga
Pemerintahan yang paling lama;
-21-

(2) Dalam hal bakal calon lebih dari 2 (dua) orang memiliki
bobot nilai komulatif yang sama pada seleksi tambahan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 30, dan memiliki
pengalaman bekerja di Lembaga Pemerintahan dengan
lama yang sama juga, maka bakal calon yang ditetapkan
sebagai calon Kepala Desa adalah bakal calon yang
memiliki jenjang pendidikan yang paling tinggi;
(3) Dalam hal bakal calon lebih dari 2 (dua) orang memiliki
bobot nilai komulatif yang sama pada seleksi tambahan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 30, dan memiliki
pengalaman bekerja di lembaga pemerintahan dengan lama
yang sama serta tingkat pendidikan yang sama juga, maka
bakal calon yang ditetapkan sebagai calon Kepala Desa
adalah bakal calon yang paling muda usianya.

Pasal 32
(1) Penetapan calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 30 ayat (7) disertai dengan
penentuan nomor urut melalui undian secara terbuka oleh
Panitia Pemilihan.
(2) Undian nomor urut calon sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), wajib dihadiri oleh para calon.
(3) Nomor urut dan nama calon yang telah ditetapkan disusun
dalam daftar calon dan dituangkan dalam berita acara
penetapan calon Kepala Desa.
(4) Panitia Pemilihan mengumumkan Nomor dan Nama calon
Kepala Desa pada tempat yang mudah dilihat dan
dijangkau oleh masyarakat desa sampai dengan akhir masa
kampanye.

Pasal 33
(1) Bakal calon yang telah ditetapkan sebagai calon Kepala
Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 32 ayat (1) tidak
dibenarkan mengundurkan diri.
(2) Dalam hal calon Kepala Desa tetap mengundurkan diri,
yang bersangkutan dikenakan sanksi administratif berupa
tidak dapat mencalonkan kembali sebagai Kepala Desa
untuk pemilihan kepala desa selanjutnya di wilayah
Kabupaten Tapanuli Selatan.

Pasal 34
(1) Dalam hal calon Kepala Desa yang telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 33 ayat (1) meninggal
dunia atau mengundurkan diri sebelum atau pada saat
pelaksanaan Pemungutan Suara dan terdapat 2 (dua) calon
atau lebih, tahapan pelaksanaan pemilihan tetap
dilanjutkan dan calon yang meninggal dunia atau
mengundurkan diri dinyatakan gugur.
-22-

(2) Dalam hal calon Kepala Desa yang telah ditetapkan


sebagaimana dimaksud pada Pasal 33 ayat (1) meninggal
dunia atau mengundurkan diri sebelum atau pada saat
pelaksanaan pemungutan suara, dan calon Kepala Desa
kurang dari 2 (dua), pelaksanaan pemungutan suara
dihentikan dan Pemilihan Kepala Desa dinyatakan batal.

Paragraf 12
Kampanye

Pasal 35
(1) Calon Kepala Desa dapat melakukan kampanye sesuai
dengan kondisi sosial budaya masyarakat Desa yang
pelaksanaannya diatur oleh Panitia Pemilihan.
(2) Pelaksanaan kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sebelum dimulainya
masa tenang.
(3) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan prinsip jujur, terbuka, dialogis serta
bertanggungjawab.
(4) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat
Visi dan Misi bila terpilih sebagai Kepala Desa.
(5) Visi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan
keinginan yang ingin diwujudkan dalam jangka waktu
masa jabatan Kepala Desa.
(6) Misi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berisi program
yang akan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan visi.
(7) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
dilaksanakan melalui :
a. Pertemuan terbatas;
b. Tatap muka;
c. Dialog;
d. Penyebaran bahan kampanye kepada umum;
e. Pemasangan alat peraga di tempat kampanye dan di
tempat lain yang ditentukan oleh Panitia Pemilihan;
f. Kegiatan lain yang tidak melanggar ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan.
(8) Pelaksana kampanye dilarang :
a. Mempersoalkan Dasar Negara Pancasila, Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, dan bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. Melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. Menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan
dan/atau Calon yang lain;
d. Menghasut dan mengadu-domba perseorangan atau
masyarakat;
e. Mengganggu ketertiban umum;
f. Mengancam untuk melakukan kekerasan atau
menganjurkan penggunaan kekerasan kepada
seseorang, sekelompok anggota masyarakat dan/atau
Calon yang lain;
g. Merusak dan/atau menghilangkan alat peraga
Kampanye Calon;
-23-

h. Menggunakan fasilitas Pemerintah, tempat ibadah, dan


tempat Pendidikan;
i. Melakukan pawai atau arak-arakan yang dilakukan
dengan berjalan kaki dan/atau dengan kendaraan
dijalan raya;
j. Membawa atau menggunakan gambar dan/atau atribut
Calon lain selain dari gambar dan/atau atribut Calon
yang bersangkutan; dan
k. Memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta
kampanye.
(1) Pelaksana kampanye dalam kegiatan kampanye dilarang
mengikutsertakan :
a. Kepala Desa/Penjabat Kepala Desa/Pelaksana Kepala
Desa
b. Perangkat Desa;
c. Anggota BPD;
d. Warga Desa di luar Desa Pemilihan;

Pasal 36
(1) Sebelum pelaksanaan kampanye dimulai Camat dapat
memprakarsai penandatanganan Nota Kesepahaman
Bersama antar calon Kepala Desa yang disaksikan Panitia
Pemilihan, BPD dan masyarakat umum.
(2) Nota kesepahaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa pernyataan sikap bersama antar calon Kepala Desa
seperti:
a. Melaksanakan kampanye dengan tertib, aman dan
damai;
b. Melaksanakan pemilihan yang jujur, adil dan penuh
rasa kekeluargaan;
c. Siap menang siap kalah;
d. Hal-hal lain yang dianggap perlu.

Pasal 37
(1) Pelaksana kampanye yang melanggar larangan kampanye
sebagaimana dimaksud pada Pasal 35 ayat (8) walaupun
belum terjadi gangguan dikenai sanksi:
a. Peringatan tertulis apabila pelaksana Kampanye
melanggar larangan walaupun belum terjadi gangguan;
dan
b. Penghentian kegiatan kampanye oleh Panitia Pemilihan
di tempat terjadinya pelanggaran atau di suatu wilayah
yang dapat mengakibatkan gangguan terhadap
keamanan yang berpotensi menyebar ke wilayah lain.
(2) Masyarakat dan/atau calon Kepala Desa dapat melaporkan
tindakan pelaksana kampanye yang diduga merupakan
pelanggaran, yang disampaikan secara tertulis kepada
Panitia Pemilihan disertai dengan bukti adanya
pelanggaran.
(3) Bukti pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berupa Foto, Video, Rekaman suara atau tulisan.
-24-

(4) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf a dibarengi dengan surat pernyataan calon Kepala
Desa yang melanggar larangan dalam kertas segel atau
kertas bermaterai Rp. 6000,- yang berisi bersedia menerima
sanksi yang disepakati bersama antar calon Kepala Desa
dalam musyawarah desa yang dipimpin oleh Panitia
Pemilihan dan dihadiri BPD, unsur Pemerintah Desa dan
masyarakat Desa bersangkutan.

Pasal 38
(1) Masa tenang selama 3 (tiga) hari sebelum hari dan tanggal
pemungutan suara;
(2) Panitia Pemilihan menginstruksikan kepada para calon
Kepala Desa untuk menurunkan atribut kampanye calon
Kepala Desa sebelum dimulainya masa tenang;
(3) Dalam hal instruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak dilaksanakan maka Panitia Pemilihan berhak
menurunkan secara paksa atribut kampanye.

Bahagian Keempat
Pemungutan dan Penghitungan Suara

Pasal 39
(1) Sebelum pelaksanaan pemungutan suara Panitia Pemilihan
terlebih dahulu mempersiapkan TPS beserta perlengkapan
dan peralatan yang diperlukan.
(2) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan oleh
Panitia Pemilihan sebanyak 1 (satu) setiap Desa yang
lokasinya mudah dijangkau, termasuk oleh penyandang
cacat serta menjamin setiap pemilih dapat memberikan
suaranya secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil.

Paragraf 1
Surat Suara

Pasal 40
(1) Panitia Pemilihan Kabupaten mempersiapkan surat suara
berdasarkan jumlah DPT yang ditetapkan oleh Panitia
Pemilihan ditambah 5% (lima) persen sebagai cadangan.
(2) Surat suara sebagaimana dimaksud ayat (1) memuat
nomor urut, foto dan nama calon Kepala Desa.
(3) Surat suara disampaikan Panitia Pemilihan Kabupaten
kepada Panitia Pemilihan selambat-lambatnya 1 (satu) hari
sebelum waktu pemungutan suara.
(4) Jumlah surat suara yang disampaikan kepada Panitia
Pemilihan sebagamana dimaksud pada ayat (3) sebanyak
jumlah DPT yang ditetapkan Panitia Pemilihan ditambah
2,5% (dua koma lima persen) sebagai cadangan yang
dimasukkan dalam kotak suara beserta perlengkapan
lainnya dalam keadaan terkunci dan bersegel.
-25-

(5) 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pemungutan suara


Panitia Pemilihan sudah dapat menyampaikan surat
Panggilan/undangan pemilihan kepada pemilih yang
terdaftar dalam DPT.
(1) Pemilih yang berhak memberikan suara/menggunakan hak
pilih adalah pemilih yang terdaftar dalam DPT.

Paragraf 2
Pemungutan Suara

Pasal 41
(1) Hari dan tanggal pemungutan suara ditetapkan oleh
Bupati.
(2) Pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB.
(3) Untuk membantu Panitia Pemilihan dalam hal keamanan
pada hari pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Kepala Desa/Penjabat Kepala Desa/Pelaksana
Kepala Desa mengunjuk petugas PAM TPS dengan surat
perintah tugas.
(4) Petugas PAM TPS sebagaimana dimaksud ayat (3)
berjumlah 2 (dua) orang.
(5) Petugas PAM TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
harus memenuhi syarat :
a. Berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum
atau yang sederajat;
b. Berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun sampai
dengan 42 (empat puluh dua) tahun;
c. Terdaftar sebagai penduduk Desa yang dibuktikan
dengan Kartu Tanda penduduk dan/atau Kartu
Keluarga;
d. Tinggi badan minimal 165 cm dengan berat badan
proporsional.
(6) Pada hari pemungutan suara sebagaimana dimaksud ayat
(1), setiap Penduduk Desa yang telah ditetapkan sebagai
calon yang berhak dipilih atau telah ditetapkan sebagai
pemilih dalam pemilihan Kepala Desa wajib hadir dan tidak
boleh diwakilkan kepada siapapun dan dengan alasan
apapun.
(7) Dalam hal calon Kepala Desa tidak hadir sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) dianggap menerima terhadap hasil
pelaksanaan pemungutan suara.

Pasal 42
(1) Sebelum pemungutan suara dimulai, Panitia Pemilihan
melakukan kegiatan :
a. Pembukaan kotak suara;
b. Pengeluaran seluruh isi kotak suara;
c. Pengidentifikasian jenis dokumen dan peralatan; dan
d. Penghitungan jumlah setiap jenis dokumen dan
peralatan.
-26-

(2) Kegiatan panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


harus disaksikan oleh calon Kepala Desa dan dapat
dihadiri BPD, Pengawas, dan warga masyarakat.
(3) Kegiatan panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh
Panitia Pemilihan dan calon Kepala Desa.
(4) Setelah melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Ketua Panitia Pemilihan memberikan penjelasan
mengenai tata cara pemungutan suara.
(5) Pemberian suara dilakukan dengan mencoblos surat suara
dalam bilik suara di TPS yang disediakan oleh Panitia
Pemilihan.
(6) Dalam pemberian suara sebagaimana dimaksud pada ayat
(5), pemilih diberi kesempatan berdasarkan prinsip urutan
kehadiran pemilih di TPS.
(7) Dalam hal pemilih menerima surat suara yang ternyata
rusak, pemilih dapat meminta surat suara pengganti pada
Panitia, Pemilihan.
(8) Dalam hal terdapat kekeliruan dalam cara memberikan
suara, pemilih dapat meminta surat suara pengganti
kepada Panitia Pemilihan dan Panitia Pemilihan
memberikan surat suara pengganti hanya satu kali.
(9) Pemilih tunanetra, tunadaksa, atau yang mempuyai
halangan fisik lain pada saat memberikan suaranya di TPS
dapat dibantu oleh Panitia Pemilihan atau petugas PAM
TPS.
(10) Pemilih yang sakit yang dirawat dirumah/atau Balai
Pengobatan di wilayah Desa setempat, dapat memberikan
suaranya dengan cara Panitia Pemilihan membawa surat
suara dan alat pencoblos dan didampingi oleh calon Kepala
Desa mendatangi lokasi si pemilih.

Pasal 43
(1) Surat suara dinyatakan sah apabila :
a. Surat suara ditandatangani oleh ketua panitia;
b. Tanda coblos hanya terdapat pada salah satu kotak segi
empat yang memuat nomor, gambar dan nama calon
Kepala Desa;
c. Tanda coblos lebih dari satu, tetapi masih di dalam
salah satu kotak segi empat yang memuat nomor,
gambar, dan nama calon Kepala Desa;
d. Tanda coblos terdapat pada salah satu garis kotak segi
empat yang memuat nomor, gambar, dan nama calon
Kepala Desa.
e. Tanda coblos tembus vertikal pada salah satu garis
kotak segi empat, nomor, gambar dan nama salah satu
calon Kepala Desa dan tidak mengenai calon lain.
(2) Surat suara dinyatakan tidak sah apabila :
a. Surat suara yang tidak dikeluarkan oleh Panitia
Pemilihan;
b. Surat suara yang dirobek baik yang disengaja maupun
yang tidak disengaja;
c. Surat suara yang dicoblos lebih dari satu tanda gambar
calon Kepala Desa;
-27-

d. Surat suara yang dicoblos di luar garis batas tanda


gambar calon Kepala Desa;
e. Surat suara yang dicoblos di dalam tanda gambar dan
di luar tanda gambar;
f. Surat suara yang di dalamnya terdapat tulisan atau
coretan yang menunjukkan identitas pemilih;
g. Surat suara yang dicoblos dengan alat selain alat yang
telah disediakan panitia, misalnya api rokok atau alat
lainnya;
h. Surat suara yang tidak ada bekas coblosannya sama
sekali.

Pasal 44
(1) Dalam hal terjadi perbedaan pendapat mengenai sah atau
tidak sahnya surat suara antara Panitia Pemilihan dengan
calon Kepala Desa, maka Ketua Panitia Pemilihan berhak
untuk menentukan keputusan.
(2) Keputusan Ketua Panitia Pemilihaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bersifat final dan mengikat.

Pasal 45
(1) Penghitungan suara di TPS dilakukan oleh Panitia
Pemilihan setelah pemungutan suara berakhir.
(2) Sebelum penghitungan suara dimulai panitia pemilihan
menghitung :
a. Jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan
salinan DPT untuk TPS;
b. Jumlah surat suara yang tidak terpakai; dan
c. Jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih
karena rusak atau keliru dicoblos.
(3) Penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan dan selesai di TPS oleh Panitia pemilihan dan
dapat dihadiri dan disaksikan oleh calon Kepala Desa,
BPD, Pengawas, dan warga masyarakat.
(4) Penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam Berita Acara Pemungutan Suara yang
ditandatangani oleh Panitia Pemilihan dan masing-masing
calon Kepala Desa.
(5) Dalam hal terdapat calon yang tidak mau menandatangani
Berita Acara sebagaimana dimaksud pada ayat (4), tidak
mempengaruhi sahnya hasil penghitungan suara.
(6) Panitia memberikan salinan berita acara hasil
penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
kepada masing-masing calon Kepala Desa yang hadir
sebanyak 1 (satu) eksemplar dan menempelkan 1 (satu)
eksemplar hasil penghitungan suara ditempat umum.
(7) Berita Acara beserta kelengkapannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dimasukkan dalam sampul khusus
yang disediakan dan dimasukkan kedalam kotak suara
yang pada bagian luar ditempel label atau segel dan
menyerahkannya kepada BPD.
(8) BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (7) selanjutnya
menyampaikannya kepada Panitia Pemilihan Kabupaten
melalui Camat segera setelah selesai penghitungan suara.
-28-

Bagian Kelima
Tahapan Penetapan

Pasal 46
(1) Calon Kepala Desa yang memperoleh jumlah suara sah
terbanyak ditetapkan sebagai calon Kepala Desa terpilih.
(2) Dalam hal calon Kepala Desa memperoleh jumlah suara
sah yang sama dan terbanyak lebih dari 1 (satu) orang,
yang ditetapkan sebagai calon Kepala Desa terpilih adalah
calon Kepala Desa yang memiliki pendidikan yang paling
tinggi.
(3) Dalam hal calon Kepala Desa memperoleh jumlah suara
sah yang sama dan terbanyak lebih dari 1 (satu) orang dan
memiliki tingkat pendidikan yang sama juga, yang
ditetapkan sebagai calon Kepala Desa terpilih adalah calon
Kepala Desa yang memiliki usia paling muda.
(4) Dalam hal calon Kepala Desa yang telah ditetapkan sebagai
calon Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) meninggal dunia sebelum
adanya pelantikan, maka calon Kepala Desa yang
memperoleh suara terbanyak kedua ditetapkan sebagai
calon Kepala Desa terpilih.
(5) Dalam hal calon Kepala Desa yang telah ditetapkan sebagai
calon Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan sebagai tersangka
dengan ancaman pidana sekurang-kurangnya 3 (tiga)
tahun atau lebih sebelum adanya pelantikan, maka calon
Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak kedua
ditetapkan sebagai calon Kepala Desa terpilih.
(6) Dalam hal calon Kepala Desa yang telah ditetapkan sebagai
calon Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan sebagai tersangka
dengan ancaman pidana kurang dari 3 (tiga) tahun
sebelum adanya pelantikan maka calon Kepala Desa
tersebut tetap disahkan sebagai Kepala Desa terpilih.

Pasal 47
(1) Panitia Pemilihan menyampaikan Laporan Hasil Pemilihan
Kepala Desa kepada BPD paling lambat 7 (tujuh) hari
setelah pemungutan suara.
(2) BPD berdasarkan laporan hasil pemilihan Kepala Desa
sebagaimana dimaksud ayat (1) menyampaikan calon
Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud pada Pasal 46
kepada Bupati melalui Camat dengan tembusan kepada
Kepala Desa paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima
laporan Panitia Pemilihan.
-29-

BAB IV
PELANTIKAN KEPALA DESA

Bagian Kesatu
Pelantikan Kepala Desa

Pasal 48
(1) Bupati mengesahan Kepala Desa terpilih berdasarkan
laporan BPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 47 ayat (2)
dengan keputusan Bupati paling lambat 30 (tiga puluh)
hari sejak diterimanya laporan hasil pemilihan dari BPD.
(2) Bupati mengangkat Kepala Desa terpilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan keputusan Bupati paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya laporan hasil
pemilihan dari BPD.
(3) Calon Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilantik oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk
paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah penerbitan
keputusan Bupati;
(4) Pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
adalah Wakil Bupati dan/atau Camat.
(5) Pelantikan Kepala Desa dapat dilaksanakan di Desa yang
bersangkutan dan/atau ditempat lain yang ditentukan.
(6) Sebelum memangku jabatannya, Kepala Desa
mengucapkan sumpah/janji.
(7) Susunan acara pelantikan Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) adalah :
a. Pembacaan Keputusan Bupati tentang Pengesahan
Pengangkatan Kepala Desa.
b. Pengambilan Sumpah/Janji Jabatan oleh Bupati atau
pejabat yang ditunjuk.
c. Penandatanganan Berita Acara pengambilan
sumpah/janji.
d. Kata pelantikan oleh Bupati atau pejabat yang
ditunjuk.
e. Penyematan tanda jabatan oleh Bupati atau pejabat
yang ditunjuk.
f. Pembacaan Amanat Bupati.
g. Pembacaan doa.
(8) Sumpah/janji Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (5), adalah :
“Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya
akan memenuhi kewajiban saya selaku Kepala Desa
dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-
adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan
dan mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara, dan
bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 serta melaksanakan segala Peraturan Perundang-
Undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi
Desa, Daerah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia“.
-30-

Pasal 49
(1) Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun
terhitung sejak tanggal pelantikan.
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menjabat paling banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara
berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.

Bagian Kedua
Peningkatan Kapasitas Kepala Desa

Pasal 50
(1) Kepala Desa yang telah dilantik sebagaimana dimaksud
pada Pasal 48 wajib mengikuti pelatihan awal masa jabatan
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Tapanuli Selatan.
(2) Pelatihan awal masa jabatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari setelah pelantikan.

BAB V
PENGADUAN DAN PENYELESAIAN MASALAH
PEMILIHAN KEPALA DESA

Pasal 51
(1) Keberatan terhadap penetapan hasil pemilihan Kepala Desa
hanya dapat diajukan oleh calon Kepala Desa kepada
Bupati dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari
setelah penetapan hasil pemilihan Kepala Desa.
(2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
berkenaan dengan hasil perhitungan suara yang
mempengaruhi terpilihnya calon Kepala Desa.
(3) Dalam hal terjadi perselisihan hasil pemilihan Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Camat wajib
menyelesaikan perselisihan dalam jangka waktu 20 (dua
puluh) hari dan melaporkan hasilnya kepada Bupati.
(4) Dalam hal perselisihan tidak dapat diselesaikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Bupati wajib
menyelesaikan perselisihan dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari dengan memerintahkan Panitia Pemilihan
Kabupaten untuk melakukan pemeriksaan terhadap
keberatan yang disampaikan.
(5) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat
(4) terbukti terdapat penyimpangan, Panitia Pemilihan
Kabupaten dapat melakukan perhitungan suara ulang
dihadapan seluruh calon Kepala Desa, Panitia Pemilihan
dan BPD.
-31-

BAB VI
PEMILIHAN KEPALA DESA ANTAR WAKTU

Pasal 52
(1) Kepala Desa yang berhenti dan/atau diberhentikan dengan
sisa masajabatan lebih dari satu tahun, Bupati
mengangkat PNS dari Pemerintah Daerah Kabupaten
sebagai Penjabat Kepala Desa sampai dengan ditetapkan
Kepala Desa antar waktu hasil musyawarah Desa.
(2) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan sejak kepala Desa
berhenti dan/atau diberhentikan.
(3) Masa jabatan kepala Desa yang ditetapkan melalui
musyawarah Desa terhitung sejak tanggal pelantikan oleh
Bupati atau pejabat yang ditunjuk sampai dengan habis
sisa masa jabatan Kepala Desa yang diberhentikan.
(4) Persyaratan calon Kepala Desa antar waktu sama dengan
persyaratan calon Kepala Desa pada pemilihan Kepala Desa
serentak/bergelombang yakni harus memenuhi
persyaratan umum, persyaratan tambahan dan
persyaratan administrasi sebagamana terdapat pada Pasal
18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal
24, Pasal 25 dan Pasal 26.
(5) BPD membentuk panitia pemilihan Kepala Desa antar
waktu.
(6) Pembentukan panitia pemilihan kepala Desa antar waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan dengan
keputusan pimpinan BPD.
(7) Panitia pemilihan Kepala Desa antar waktu terdiri atas
perangkat Desa dan unsur masyarakat yang bersifat
mandiri dan tidak memihak dengan syarat:
a. Berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum
atau yang sederajat;
b. Berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun;
c. Terdaftar sebagai penduduk Desa yang dibuktikan
dengan Kartu Tanda penduduk dan/atau Kartu
Keluarga;
(8) Panitia pemilihan Kepala Desa antar waktu sebagaimana
dimaksud ayat (3), berjumlah 7 (tujuh) orang, dengan
susunan panitia:
a. 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota;
b. 1 (satu) orang Wakil Ketua merangkap anggota;
c. 1 (satu) orang Sekretaris merangkap anggota;
d. 1 (satu) orang Bendahara merangkap anggota; dan
e. 3 (tiga) orang Anggota.
(9) Panitia pemilihan Kepala Desa antar waktu sebagaimana
dimaksud ayat (4) bertanggungjawab kepada pimpinan
BPD.
-32-

Pasal 53
(1) Panitia pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52
ayat (5) melakukan penjaringan dan penyaringan bakal
calon Kepala Desa antar waktu.
(2) Penyaringan bakal calon Kepala Desa menjadi calon Kepala
Desa ditetapkan paling sedikit 2 (dua) orang calon dan
paling banyak 3 (tiga) orang calon.
(3) Dalam hal jumlah calon sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) yang memenuhi persyaratan lebih dari 3 (tiga) orang,
panitia melakukan seleksi tambahan.
(4) Seleksi tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
sama dengan seleksi tambahan pada Pemilihan Kepala
Desa serentak/bergelombang sebagaimana terdapat pada
Pasal 30 ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6) dan
ayat (7).
(5) Dalam hal calon yang memenuhi persyaratan kurang dari 2
(dua) orang, panitia pemilihan memperpanjang waktu
pendaftaran selama 7 (tujuh) hari.
(6) Dalam hal calon yang memenuhi persyaratan tetap kurang
dari 2 (dua) orang setelah perpanjangan waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), BPD menunda
pelaksanaan musyawarah Desa pemilihan kepala Desa
sampai dengan waktu yang ditetapkan oleh BPD.

Pasal 54
(1) Pemilihan kepala Desa antar waktu dilaksanakan melalui
tahapan:
a. persiapan;
b. pelaksanaan; dan
c. pelaporan.
(2) Tahapan persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. pembentukan panitia pemilihan Kepala Desa antar
waktu oleh BPD paling lama dalam jangka waktu 15
(lima belas) hari terhitung sejak Kepala Desa berhenti
dan/atau diberhentikan;
b. pengajuan biaya pemilihan dengan beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa oleh panitia pemilihan
kepada Penjabat Kepala Desa paling lama dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak panitia
terbentuk;
c. pemberian persetujuan biaya pemilihan oleh penjabat
Kepala Desa paling lama dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak diajukan oleh panitia
pemilihan;
d. pengumuman dan pendaftaran bakal calon Kepala Desa
oleh panitia pemilihan dalam jangka waktu 15 (lima
belas) Hari;
e. penelitian kelengkapan persyaratan administrasi bakal
calon oleh panitia pemilihan dalam jangka waktu 7
(tujuh) hari; dan
-33-

f. penetapan calon Kepala Desa antar waktu oleh panitia


pemilihan paling sedikit 2 (dua) orang calon dan paling
banyak 3 (tiga) orang calon yang dimintakan
pengesahan musyawarah Desa untuk ditetapkan
sebagai calon yang berhak dipilih dalam musyawarah
Desa.
(3) Tahapan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
a. penyelenggaraan musyawarah Desa dipimpin oleh
Ketua BPD yang teknis pelaksanaan pemilihannya
dilakukan oleh panitia pemilihan;
b. pengesahan calon Kepala Desa yang berhak dipilih oleh
musyawarah Desa melalui musyawarah mufakat atau
melalui pemungutan suara;
c. pelaksanaan pemilihan calon Kepala Desa oleh panitia
pemilihan dan peserta musyawarah Desa melalui
mekanisme musyawarah mufakat atau melalui
pemungutan suara yang telah disepakati oleh
musyawarah Desa;
d. pelaporan hasil pemilihan calon Kepala Desa oleh
panitia pemilihan kepada musyawarah Desa; dan
e. pengesahan calon terpilih oleh musyawarah Desa.
(4) Peserta musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf c melibatkan unsur masyarakat.
(5) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
berasal dari:
a. tokoh adat;
b. tokoh agama;
c. tokoh masyarakat;
d. tokoh pendidikan;
e. perwakilan kelompok tani;
f. perwakilan kelompok nelayan;
g. perwakilan kelompok perajin;
h. perwakilan kelompok perempuan;
i. perwakilan kelompok pemerhati dan perlindungan
anak;
j. perwakilan kelompok masyarakat miskin; atau
k. unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial
budaya masyarakat setempat.
(6) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
huruf k diwakili paling banyak 5 (lima) orang dari setiap
kampung.
(7) Jumlah peserta musyawarah Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dan ayat (5) dibahas dan disepakati bersama
BPD dan pemerintah Desa dengan memperhatikan jumlah
penduduk yang mempunyai hak pilih di Desa yang
ditetapkan dengan keputusan BPD.
(8) Tahapan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c meliputi:
a. pelaporan hasil pemilihan Kepala Desa melalui
musyawarah Desa kepada BPD dalam jangka waktu 7
(tujuh) hari setelah musyawarah Desa mengesahkan
calon Kepala Desa terpilih;
-34-

b. pelaporan calon Kepala Desa terpilih hasil musyawarah


Desa oleh ketua BPD kepada Bupati paling lambat 7
(tujuh) hari setelah menerima laporan dari panitia
pemilihan;
c. penerbitan Keputusan Bupati tentang pengesahan
pengangkatan calon kepala Desa terpilih paling lambat
30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya laporan dari BPD;
dan
d. pelantikan kepala Desa oleh bupati paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak diterbitkan keputusan pengesahan
pengangkatan calon kepala Desa terpilih dengan urutan
acara pelantikan sesuai dengan pelantikan pada
Pemilihan Kepala Desa serentak/bergelombang
sebagaimana terdapat pada Pasal 48 ayat (7) dan ayat
(8).

Pasal 56
(1) BPD menyampaikan laporan calon kepala Desa terpilih
hasil musyawarah Desa kepada Bupati.
(2) Bupati mengesahkan calon kepala Desa terpilih
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan Keputusan
Bupati.
(3) Bupati atau pejabat yang ditunjuk wajib melantik calon
kepala Desa terpilih sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB VII
PAKAIAN DINAS KEPALA DESA

Bagian Kesatu
Jenis Pakaian Dinas

Pasal 56
Pakaian Dinas Kepala Desa terdiri atas :
a. Pakaian Dinas Harian disingkat PDH; dan
b. Pakaian Dinas Upacara disingkat PDU.

Pasal 57
(1) PDH sebagaimana dimaksud pada Pasal 56 huruf a dipakai
untuk melaksanakan tugas sehari-hari.
(2) PDH terdiri dari:
a. PDH Pria :
1. Kemeja lengan pendek/panjang, berlidah bahu,
warna khaki;
2. Celana panjang warna khaki; dan
3. Ikat pinggang nilon/kulit, kaos kaki dan sepatu
semua warna hitam.
-35-

b. PDH Wanita :
1. Baju lengan pendek, berlidah bahu, warna khaki;
2. Rok 15 cm dibawah lutut/celana panjang warna
khaki; dan
3. Sepatu pantovel warna hitam.
c. PDH wanita berjilbab dan hamil menyesuaikan.

Pasal 58
PDU sebagaimana dimaksud pada Pasal 56 huruf b, dipakai
dalam upacara pelantikan, upacara kenegaraan dan hari-hari
besar lainnya, terdiri atas :
a. PDU Kepala Desa Pria terdiri atas :
1. Kemeja warna putih, dasi warna hitam polos dan jas
warna putih dengan kancing warna perak;
2. Celana panjang warna putih; dan
3. Kaos kaki dan sepatu kulit, semua berwarna putih.
b. PDU Kepala Desa Wanita terdiri atas :
1. Kemeja warna putih, dasi warna hitam polos dan jas
warna putih dengan kancing warna perak;
2. Rok warna putih 15 cm dibawah lutut; dan
3. Sepatu fantovel warna putih.
c. PDU Kepala Desa Wanita berjilbab dan hamil
menyesuaikan.

Bagian Kedua
Atribut Pakaian Dinas

Pasal 59
Atribut Pakaian Dinas terdiri dari :
a. Tutup Kepala;
b. Tanda Pangkat;
c. Tanda Jabatan;
d. Lencana KORPRI;
e. Papan Nama;
f. Nama Daerah; dan
g. Lambang Daerah.

Pasal 60
(1) Tutup Kepala sebagaimana dimaksud pada Pasal 59 huruf
a terdiri atas :
a. Topi Upacara terbuat dari bahan dasar kain warna
hitam;
b. Peci harian atau mutz terbuat dari bahan dasar kain
warna khaki; dan
c. Topi Lapangan.
(2) Tanda pangkat sebagaimana dimaksud pada Pasal 59
huruf b dipakai di atas bahu kiri dan kanan yang terdiri
atas :
a. Tanda Pangkat Marian yang terbuat dari bahan dasar
kain dan logam, warna perak; dan
b. Tanda Pangkat Upacara yang terbuat dari bahan dasar
kain dan logam, warna perak.
-36-

(3) Tanda Jabatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 59


huruf c menunjukkan jabatan seiaku Kepala Desa, terbuat
dari bahan dasar logam, dipakai di dada sebelah kanan.
(4) Lencana KORPRI sebagaimana dimaksud pada Pasal 59
huruf d untuk PDH dan PDU terbuat dari bahan logam
warna kuning emas, dipakai di dada sebelah kiri.
(5) Papan nama sebagaimana dimaksud pada Pasal 59 huruf e
menunjukkan nama Kepala Desa, dipakai didada sebelah
kanan yang terbuat dari bahan dasar ebonit/plastik, warna
hitam dengan tulisan warna putih.
(6) Nama Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 59 huruf
f menunjukkan nama Pemerintah Daerah, ditempatkan di
lengan sebelah kiri 2 cm di bawah lidah bahu, berupa kain
dengan jahitan bordir.
(7) Lambang Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 59
huruf g menggambarkan landasan filosofis Daerah dan
semangat pengabdian serta ciri khas Daerah, ditempatkan
di tengah sebelah kiri 2 cm di bawah lidah bahu dengan
bahan dasar kain yang digambar dan ditulis dengan jahitan
bordir yang bentuk, warna dan ukurannya sesuai
ketentuan yang telah ditetapkan.

Bagian Ketiga
Pemakaian Atribut Pakaian Dinas

Pasal 61
(1) Atribut PDH Kepala Desa terdiri dari nama dan lambang
Kabupaten, Lencana Korpri, papan nama, mutz, tanda jabatan
dan tanda pangkat harian.
(2) Atribut PDU Kepala Desa terdiri dari lencana korpri, papan
nama, topi upacara, tanda jabatan dan tanda pangkat
upacara.

BAB VIII
PEMBIAYAAN PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DESA

Pasal 62
(1) Biaya pemilihan Kepala Desa dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tapanuli
Selatan;
(2) Biaya Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat
(1) disalurkan melalui rekening Kas Desa bersangkutan;
(3) Dana tambahan untuk kebutuhan lainnya dapat
dianggarkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa.
(4) Biaya pemilihan Kepala Desa Antar Waktu dibebankan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
(5) Biaya pelatihan awal masa jabatan dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Tapanuli Selatan.
-37-

BAB IX
PERTANGGUNGJAWABAN PANITIA PEMILIHAN

Pasal 63
(1) Panitia Pemilihan menyampaikan laporan pertanggung-
jawaban penggunaan dana bantuan keuangan Pemilihan
Kepala Desa kepada BPD dan Penjabat Kepala
Desa/Pelaksana Kepala Desa selambat-lambatnya 14
(empat belas) hari setelah laporan dan Berita Acara
Pemilihan diterima oleh BPD.
(2) Pertanggungjawaban penggunaan dana bantuan keuangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mengacu pada
mekanisme dan pertanggungjawaban keuangan Pemerintah
Desa.

BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 64
Ketentuan mengenai :
a. Format Berita Acara Musyawarah Pembentukan Panitia
Pemilihan Kepala Desa;
b. Format Keputusan BPD tentang Pembentukan Panitia
Pemilihan Kepala Desa;
c. Format Stempel Panitia Pemilihan:
d. Format DPS:
e. Format Daftar Pemilih Tambahan:
f. Format Surat Keputusan Panitia Pemilihan Tentang
Penetapan DPT;
g. Format DPT;
h. Format Tanda Bukti Pendataan Pemilih;
i. Format Tanda Bukti Pendaftaran Calon Kepala Desa;
j. Format Formulir Penelitian Kelengkapan Persyaratan
Administrasi;
k. Format Surat Pengajuan Pencalonan Kepala Desa;
l. Format Daftar Riwayat Hidup;
m. Format Surat Pernyataan Bertagwa Kepada Tuhan Yang
Maha Esa:
n. Format Surat Pernyataan Setia Kepada Pancasila, UUD
1945 Dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
o. Format Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Calon Kepala
Desa;
p. Format Surat Pernyataan Tidak Sedang Menjalani
Hukuman Pidana Penjara;
q. Format Surat Pernyataa Tidak Pernah Dihukum Pidana
Penjara 5 (lima) Tahun Atau Lebih;
r. Format Surat Pernyataan Tidak Dicabut Hak Pilihnya;
s. Format Surat Pernyataan Tidak Pernah Menjadi Kepala
Desa Selama Tiga Kali Masa Jabatan;
t. Format Surat Pernyataan Tidak Sedang Menjabat Kepala
Desa di Desa Lain;
u. Format Surat Pernyataan Tidak Mendaftar Sebagai Calon
Kepala Desa di Desa Lain;
-38-

v. Format Surat Pernyataan Tidak Sedang Diblacklist


Namanya Oleh Pihak Perbankan;
w. Format Surat Pernyataan Tidak Akan Mengundurkan Diri
Dari Calon Kepala Desa;
x. Format Surat Pernyataan Bersedia Tinggal di Desa;
y. Format Surat Izin Suami/Orang Tua/Wali;
z. Format Surat Permohonan Cuti:
aa. Format Surat Cuti:
bb. Format Berita Acara Pemeringkatan Bakal Calon Kepala
Desa;
cc. Format Berita Acara Penetapan Calon Kepala Desa;
dd. Format Surat Keputusan Panitia Pemilihan Tentang
Penetapan Calon Kepala Desa;
ee. Format Surat Undangan/Pemberitahuan Waktu Dan
Tempat Pemungutan Suara;
ff. Denah TPS;
gg. Format Surat Suara;
hh. Format Surat Perintah Tugas PAM TPS;
ii. Bentuk/Visualisasi Surat Suara Sah;
jj. Bentuk/Visualisasi Surat Suara Tidak Sah;
kk. Format Berita Acara Pemungutan Suara dan
Penghitungan Suara di TPS:
ll. Format Sertifikat Penghitungan Suara di TPS;
mm. Format Rincian Surat Suara Sah dan Surat Suara Tidak
Sah di di TPS;
nn. Format Catatan Penghitungan Suara Pemilihan Kepala
Desa di TPS;
oo. Format Berita Acara Penetapan Calon Kepala Desa
Terpilih;
pp. Format Surat Keputusan Panitia Pemilihan Tentang
Penetapan Calon Kepala Desa Terpilih;
qq. Format Surat Laporan Panitia Panitia pemilihan Kepada
BPD;
rr. Format Surat Laporan BPD Kepada Bupati;
ss. Model Pakaian Dinas Kepala Desa;
tt. Bentuk dan Model Atribut Pakaian Dinas Kepala Desa.

tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak


terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 65
Pada saat Peraturan Bupati ini berlaku, Peraturan Bupati
Nomor 56 Tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Pemilihan Kepala Desa sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Bupati Nomor 9 Tahun 2018 tentang Perubahan
Atas Peraturan Bupati Nomor 56 Tahun 2017 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa
dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
-39-

BAB XII
PENUTUP

Pasal 66
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya
dalam Berita Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan.

ditetapkan di Sipirok
pada tanggal 15 Juli 2019

BUPATI TAPANULI SELATAN,

ttd,

SYAHRUL M. PASARIBU
diundangkan di Sipirok
pada tanggal 16 Juli 2019

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN,

ttd,

PARULIAN NASUTION

BERITA DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2019 NOMOR 852

Anda mungkin juga menyukai