Anda di halaman 1dari 25

Draft Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA ..........................


KECAMATAN .......................................
DESA ................................
Jalan. ...........................................................................................
____________________________________________________________

KEPALA DESA ...............................


KECAMATAN .........................., KABUPATEN/KOTA ...........................

PERATURAN DESA
NOMOR : ................. TAHUN 2016

TENTANG

BADAN USAHA MILIK DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA .......................

Menimbang :
a. bahwa dalam rangka melaksanakan Pasal 87 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa bahwa Desa dapat mendirikan
Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUM Desa.

b. bahwa dalam rangka melaksanakan Pasal 87 Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Badan Usaha Milik Desa yang
disebut BUM Desa;

c. Bahwa BUM Desa dikelola dengan semangat kekeluargaan dan


kegotongroyongan, dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau
pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan dalam pendirian perlu disepakati melalui Musyawarah Desa.

d. bahwa dalam rangka pelaksanaan tujuan sebagaimana pada butir a, b dan c


diperlukan norma hukum yang mengatur mengenai kebijakan Kerjasama

1
antar Desa lain dan/atau kerja sama dengan pihak ketiga;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan pada butir a, b, c, dan d dipandang perlu


membentuk Peraturan Desa tentang Badan Usaha Milik Desa;

Mengingat :
1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, tentang Desa;
2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2015 tentang
Pemerintahan daerah;
3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
4 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
5 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 Perubahan atas PP 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014,
6 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016, tentang
Pengelolaan Aset Desa,
7 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015, tentang
Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul,
8 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015, tentang
Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan
Musyawarah Desa dan Kewenangan Lokal Berskala Desa,
9 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015, tentang
Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha
Milik Desa,
10 Permendagri No. 111 tahun 2014, tentang Pedoman Teknis Peraturan di
Desa Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia,
11 Permendagri Nomor 113 tahun 2014, tentang Pengelolaan Keuangan
Desa,
12 Permendagri Nomor 114 tahun 2014, tentang Pedoman Pembangunan
Desa,
13 Peraturan Daerah Nomor …….Tahun …..tentang, ……………….(kalau
tidak ada maka tidak perlu dicantumkan)

14 Peraturan Desa Nomor……..Tahun…..tentang……………

2
DENGAN PERSETUJUAN BERSAMA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA


DAN
KEPALA DESA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA

BAB I

KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan di bidang
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan
Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul dan adat istiadat Desa,
3. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
4. Pemerintah Desa adalah kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa,
5. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang
melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa
berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis,
6. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desamelalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa,
7. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan
Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan
Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis,
8. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan
kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya
masyarakat Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota,

3
9. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat Desa,
10. Perencanaan pembangunan Desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh
pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara
partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya Desa dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan Desa,
11. Pembangunan Partisipatif adalah suatu sistem pengelolaan pembangunan di Desa dan kawasan
perdesaan yang dikoordinasikan oleh kepala Desa dengan mengedepankan kebersamaan,
kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan pengarusutamaan perdamaian dan
keadilan sosial,
12. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, selanjutnya disingkat RPJM Desa, adalah Rencana
Kegiatan Pembangunan Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun,
13. Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disingkat RKP Desa, adalah penjabaran dari RPJM
Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun,
1. Daftar Usulan Rencana Kegiatan Desa yang selanjutnya disingkat DURK Desa adalah daftar yang
berisi usulan kegiatan perencanaan pembangunan desa selama enam tahun yang telah
dikategorisasikan rencana sumber pembiayaannya baik dari APBN, APBD (Provinsi,
Kabupaten/Kota), APB Desa, Swadaya dan Kerja sama dengan Pihak ketiga. DURK merupakan
lampiran yang tidak terpisahkan dengan atau menjadi bagian dari RPJM Desa,
2. Daftar Usulan Rencana Kegiatan Desa, selanjutnya disingkat DURK Desa, adalah penjabaran
RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah Desa kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme musyawarah perencanaan pembangunan
Daerah,
3. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala
sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa,
4. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang syah,
5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah rencana keuangan
tahunan Pemerintahan Desa,
6. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang
diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah
kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat,
7. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang diterima
kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi
Dana Alokasi Khusus,
8. Lembaga Kemasyarakatan desa atau disebut dengan nama lain adalah lembaga yang dibentuk oleh
masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan
masyarakat,
9. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang
melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa
berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.

4
10. Lembaga adat Desa adalah merupakan lembaga yang menyelenggarakan fungsi adat istiadat dan
menjadi bagian dari susunan asli Desa yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa masyarakat
Desa,
11. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah
dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa,
12. Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi,
13. Kader Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disingkat KPM adalah anggota masyarakat desa
yang memiliki pengetahuan, kemauan untuk menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam
pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif,
14. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat/Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa yang selanjutnya
disingkat LPM/LKMD adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan
dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat,
15. Data Desa adalah gambaran menyeluruh mengenai potensi yang meliputi sumber daya alam,
sumber daya manusia, sumber dana, kelembagaan, sarana prasarana fisik dan sosial, kearifan lokal,
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta permasalahan yang dihadapi Desa,
16. Tata kelola sistem informasi Desa dan kawasan perdesaan, adalah suatu tata kelola sistem informasi
Desa dan kawasan perdesaan yang memanfaatkan teknologi informasi yang merupakan wadah
pendayagunaan bersama atas Data Desa, Data Pembangunan Desa, Data Kawasan perdesaan dan
Informasi lain yang berkaitan dengan Pembangunan Desa dan pembangunan Kawasan perdesaan
secara menyeluruh, tertib, terpadu, dan berkesinambungan, serta merupakan sarana pemberian
pelayanan informasi Desa secara lengkap, akurat, mudah, dan cepat,
17. Sistem Informasi Desa dan Kawasan perdesaan yang selanjutnya disebut Sistem Informasi Desa
dan Kawasan adalah suatu sistem untuk mengelola database Desa dan kawasan yang meliputi Data
Desa, Data Pembangunan Desa, Data Kawasan perdesaan dan Informasi lain yang berkaitan dengan
Pembangunan Desa dan pembangunan Kawasan perdesaan,
18. Kerja sama antar-Desa adalah kerja sama antar desa yang dituangkan dalam Peraturan Bersama
Kepala Desa melalui kesepakatan musyawarah antar Desa yang hasil perasatuan bersama tersebut
dikatakan sebagai Badan Kerja sama Antar Desa (BKAD),
19. Kerja sama Desa dengan pihak ketiga adalah upaya kerja sama desa dengan pihak ketiga yang
didasarkan saling menguntungkan dilakukan untuk mempercepat dan meningkatkan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan
Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa yang diptuskan dalam Musyawarah Desa,
20. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945Pemerintah Daerah adalah
Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah,
21. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan
dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
22. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsure penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom,

5
23. Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden yang
pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan penyelenggara Pemerintahan Daerah untuk
melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat,
24. Rekognisi, yaitu pengakuan terhadap hak asal usul,
25. Subsidiaritas, yaitu penetapan kewenangan berskala lokal dan pengambilan keputusan secara lokal
untuk kepentingan masyarakat Desa.

BAB II
TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENETAPAN BADAN USAHA MILIK DESA

Pasal 2
(1). Rencangan Penyusunan dan Penetapan Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disingkat BUM
Desa dapat diajukan oleh pemerintahan desa;
(2). Dalam menyusun rancangan Penyusunan dan Penetapan Badan Usaha Milik Desa, pemerintahan
desa harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh aspirasi yang berkembang di masyarakat yang
diwadahi oleh LPM/LKMD;
(3). Rancangan Penyusunan dan Penetapan BUM Desa yang berasal dari pemerintahan desa
disampaikan oleh kepala desa kepada pemangku kepentingan yaitu LPM/LKMD, LK, PKK-Desa,
KPM, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, dan sebagainya;
(4). Setelah menerima rancangan Penyusunan dan Penetapan BUM Desa, pemerintahan desa
melaksanakan Musyawarah Desa untuk mendengarkan penjelasan kepala desa tentang Tata Kelola
Sistem Informasi Desa dan Kawasan Perdesaan Berbasis Elektronik;
(5). Jika rancangan Penyusunan dan Penetapan BUM Desa berasal dari pemerintahan desa, maka
pemerintahan desa mengundang LPM/LKMD, lembaga-lembaga kemasyarakatan, Tokoh Agama,
Tokoh;
(6). Masyarakat, dan lain-lain untuk melakukan Musyawarah Desa membahas Penyusunan dan
Penetapan BUM Desa;
(7). Setelah dilakukan Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dan (5), maka
pemerintahan desa menyelenggarakan rapat paripurna yang dihadiri oleh BPD dan pemerintah desa
serta LPM/LKMD dan lembaga kemasyarakatan dalam acara penetapan persetujuan BPD atas
rancangan Penyusunan dan Penetapan BUM Desa yang dituangkan dalam Peraturan Desa; dan
(8). Setelah mendapat persetujuan pemerintahan desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), maka
kepala desa menetapkan Penyusunan dan Penetapan BUM Desa, serta memerintahkan sekretaris
desa atau kepala urusan yang ditunjuk untuk mengundangkannya dalam lembaran desa.

BAB III

MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN


PENETAPAN BADAN USAHA MILIK DESA DAN RUANG LINGKUPNYA

Pasal 3

6
(1).Pemerintahan Desa wajib mengembangkan nilai-nilai demokrasi, para anggotanya untuk mengambil
keputusan yang dikoordinir oleh LPM/LKMD atau sebutan lain dalam forum Musyawarah Desa;
(2).Mekanisme pengambilan keputusan dalam forum Musyawarah Desa tentang BUM Desa berdasarkan
musyawarah dan mufakat.
Pasal 4
Maksud Pendirian BUM Desa
(1) Peraturan Desa ini dimaksudkan untuk mengatur Penyusunan dan Penetapan BUM Desa di dalam
lingkup Desa.
(2) meningkatkan nilai gukarena atas aset dan potensi desa untuk sebesar besarnya kesejahteraan
masyarakat Desa; dan
(3) meningkatkan kemampuan keuangan Pemerintah Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
meningkatkan pendapatan masyarakat melalui berbagai kegiatan ekonomi masyarakat.
Pasal 5
Tujuan Penyusunan, Penetapan dan Pendirian BUM Desa antara lain:
(1) menjamin terciptanya Pengelolaan BUM Desa yang terpadu dan terintegrasi diberbagai instansi
pemerintah dan institusi lainnya;
(2) meningkatkan perekonomian Desa;
(3) mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa;
(4) meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa;
(5) mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga;
(6) menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum warga;
(7) membuka lapangan kerja;
(8) meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan
pemerataan ekonomi Desa; dan
(9) mengembangkan BUM Desa, Badan Usaha Bersama Desa dan Badan Usaha Milik Antar Desa,
(10) mengembangkan kegiatan Kewirausahaan Ekonomi Desa, Pasar Desa, Penerapan Teknologi Tepat
Guna, Kewirausahaan dan berbagai kegiatan lainnya,
(11) meningkatkan pengembangan sumberdaya manusia,
(12) memaksimalkan pengelolaan sumberdaya alam,
(13) meningkatkan pengelolaan sistem informasi desa dan kawasan,
(14) meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa.
(15) membangun kerja sama dalam pemeliharaan, pelestarian dan pemanfaatan hasil kegiatan.
(16) menjamin adanya kepastian hukum Badan Usaha Milik Desa;
(17) meningkatkan kualitas pembangunan hukum nasional dan pelayanan kepada publik sebagai salah
satu wujud ketata pemerintahan yang baik, transparan, efektif, efisien, dan bertanggung jawab.
Pasal 6

7
Landasan Hukum dan Azas
Penyusunan dan Penetapan Badan Usaha Milik Desadiselenggarakan berdasarkan atas:
(1) Kerja sama desa ini berlandaskan Pancasila dan UU Dasar 1945,
(2) Azas penyelenggaraan Kerja sama desa didasarkan pada:
a. rekognisi, yaitu pengakuan terhadap hak asal usul;
b. subsidiaritas, yaitu penetapan kewenangan berskala lokal dan pengambilan keputusan secara
lokal untuk kepentingan masyarakat Desa;
c. keberagaman, yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang berlaku di
masyarakat Desa, tetapi dengan tetap mengindahkan sistem nilai bersama dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara;
d. kebersamaan, yaitu semangat untuk berperan aktif dan beKerja sama dengan prinsip saling
menghargai antara kelembagaan di tingkat Desa dan unsur masyarakat Desa dalam
membangun Desa;
e. kegotongroyongan, yaitu kebiasaan saling tolong-menolong untuk membangun Desa;
f. kekeluargaan, yaitu kebiasaan warga masyarakat Desa sebagai bagian dari satu kesatuan
keluarga besar masyarakat Desa;
g. musyawarah, yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat
Desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan;
h. demokrasi, yaitu sistem pengorganisasian masyarakat Desa dalam suatu sistem pemerintahan
yang dilakukan oleh masyarakat Desa atau dengan persetujuan masyarakat Desa serta
keluhuran harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa diakui, ditata,
dan dijamin;
i. kemandirian, yaitu suatu proses yang dilakukan oleh Pemerintah Desa dan masyarakat Desa
untuk melakukan suatu kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan
sendiri;
j. partisipasi, yaitu turut berperan aktif dalam suatu kegiatan;
k. kesetaraan, yaitu kesamaan dalam kedudukan dan peran;
l. pemberdayaan, yaitu upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Desa
melalui penetapan kebijakan, program, dan kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan
prioritas kebutuhan masyarakat Desa; dan
m. keberlanjutan, yaitu suatu proses yang dilakukan secara terkoordinasi, terintegrasi, dan
berkesinambungan dalam merencanakan dan melaksanakan program pembangunan desa dan
kawasan perdesaan.
BAB III
NAMA DAN KEDUDUKAN
Pasal 7
(1) Badan Usaha Milik Desa ini bernama Badan Usaha Milik Desa BUM Desa……………….;
(2) Badan Usaha Milik Desa sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di
(3) Desa : …………………….…,

8
(4) Kecamatan : ………………………..,
(5) Kabupaten : ………………………

BAB IV
RUANG LINGKUP
Pasal 8
Ruang lingkup
Ruang lingkup penyelenggaraan Penyusunan dan Penetapan BUM Desa antarab lain:
(1) Untuk menjamin terciptanya Pengelolaan BUM Desa yang terpadu dan terintegrasi diberbagai
instansi pemerintah dan institusi lainnya;
(2) Untuk meningkatkan perekonomian Desa;
(3) Untuk mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa;
(4) Untuk meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa;
(5) Untuk mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga;
(6) Untuk menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum
warga;
(7) Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan
dan pemerataan ekonomi Desa; dan
(8) Untuk mengembangkan BUM Desa, Badan Usaha Bersama Desa dan Badan Usaha Milik Antar
Desa,
(9) Untuk meningkatkan pengembangan sumberdaya manusia dan sumber alam,
(10) Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa.
(11) Untuk menjamin adanya kepastian hukum Badan Usaha Milik Desa,
(12) Untik menjalin kerja sama Desa dan kerja sama dengan pihak ke tiga,
(13) Untuk mengembangkan pembangunan desa dan kawasan perdesaan,
(14) Untuk untuk pemeliharaan, pelestarian dan pemanfaatan hasil kegiatan BUM Desa.
(15) Untuk meningkatkan kualitas pembangunan hukum nasional dan pelayanan kepada publik
sebagai salah satu wujud ketata pemerintahan yang baik, transparan, efektif, efisien, dan
bertanggung jawab.

Pasal 9

Strategi pengelolaan BUM Desa bersifat bertahap dengan mempertimbangkan perkembangan dari
inovasi yang dilakukan oleh BUM Desa, meliputi:
(1) sosialisasi dan pembelajaran tentang BUM Desa;
(2) pelaksanaan Musyawarah Desa dengan pokok bahasan tentang BUM Desa;

9
(3) pendirian BUM Desa yang menjalankan bisnis sosial (social business) dan bisnis penyewaan
(renting);
(4) analisis kelayakan usaha BUM Desa yang berorientasi pada usaha perantara (brokering), usaha
bersama (holding), bisnis sosial ( (social business), bisnis keuangan (financial business) dan
perdagangan (trading), bisnis penyewaan (renting) mencakup aspek teknis dan teknologi, aspek
manajemen dan sumberdaya manusia, aspek keuangan, aspek sosial budaya, ekonomi, politik,
lingkungan usaha dan lingkungan hidup, aspek badan hukum, dan aspek perencanaan usaha;
(5) pengembangan kerjasama kemitraan strategis dalam bentuk kerjasama BUM Desa antar Desa atau
kerjasama dengan pihak swasta, organisasi sosial-ekonomi kemasyarakatan, dan/atau lembaga
donor;
(6) diversifikasi usaha dalam bentuk BUM Desa yang berorientasi pada bisnis keuangan (financial
business) dan usaha bersama (holding).

Pasal 10
Kegiatan
Kegiatan Badan Usaha Milik Desaadalah untuk melaksanakan dan memastikan kegiatan dapat berjalan
secara maksimal, kegiatan kerja sama antar desa dengan kegiatan dibawah pengendalian langsung dan
atau terpisah yang dilakukan secara professional antara lain:
(1) Kegiatan terciptanya Pengelolaan BUM Desa yang terpadu dan terintegrasi diberbagai instansi
pemerintah dan institusi lainnya;
(2) Kegiatan meningkatkan perekonomian Desa;
(3) Kegiatan mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa;
(4) Kegiatan peningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa;
(5) Kegiatan mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga;
(6) Kegiatan menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum
warga;
(7) Kegiatan membuka lapangan kerja;
(8) Kegiatan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum,
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa; dan
(9) Kegiatan mengembangkan BUM Desa, Badan Usaha Bersama Desa dan Badan Usaha Milik Antar
Desa,
(10) Kegiatan mengembangkan kegiatan Kewirausahaan Ekonomi Desa, Pasar Desa, Penerapan
Teknologi Tepat Guna, Kewirausahaan dan berbagai kegiatan lainnya,
(11) Kegiatan meningkatkan pengembangan sumberdaya manusia,
(12) Kegiatan memaksimalkan pengelolaan sumberdaya alam,
(13) Kegiatan meningkatkan pengelolaan sistem informasi desa dan kawasan,
(14) Kegiatan meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa.
(15) Kegiatan membangun kerja sama dalam pemeliharaan, pelestarian dan pemanfaatan hasil kegiatan.

10
(16) Kegiatan menjamin adanya kepastian hukum Badan Usaha Milik Desa;
(17) Kegiatan meningkatkan kualitas pembangunan hukum nasional dan pelayanan kepada publik
sebagai salah satu wujud ketata pemerintahan yang baik, transparan, efektif, efisien, dan
bertanggung jawab.
(18) Kegiatan tata kelola pembangunan desa dan kawasan perdesaan,
(19) Kegiatan Kewirausahaan Ekonomi Desa, Pasar Desa, Penerapan Teknologi Tepat Guna,
Kewirausahaan dan kegiatan strategis lainnya,
(20) Kegiatan Kerja sama dengan pihak ketiga, dan
(21) Kegiatan pemeliharaan, pelestarian dan pemanfaatan hasil kegiatan.

BAB IV
PENGURUSAN DAN PENGELOLAAN BUM Desa

Bagian Kesatu
Bentuk Pengelolaan dan Organisasi BUM Desa

Bagian Kesatu
Pengelolaan

Pasal 11

1) Pengelolaan BUM dijalankan dengan berdasarkan pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga,

2) Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) point a sekurang-kurangnya memuat rincian
nama dan kedudukan, asas dan tujuan, kepemilikan modal, kegiatan usaha, kepengurusan dan
pembagian keuntungan,

3) Anggaran Rumah Tangga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya memuat
rincian hak dan kewajiban pengurus, masa bakti kepengurusan, tata cara pengangkatan dan
pemberhentian pengurus, penetapan operasional jenis usaha dan sumber permodalan;

4) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Desa ini.

Pasal 12
(1) BUM Desa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum.
(2) Unit usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa lembaga bisnis
yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUM Desa dan masyarakat.
(3) Dalam hal BUM Desa tidak mempunyai unit-unit usaha yang berbadan hukum, bentuk organisasi
BUM Desa didasarkan pada Peraturan Desa tentang Pendirian BUM Desa.

Pasal 13

11
(1) BUM Desa dapat membentuk unit usaha meliputi:
a. perseroan Terbatas sebagai persekutuan modal, dibentuk berdasarkan perjanjian, dan
melakukan kegiatan usaha dengan modal yang sebagian besar dimiliki oleh BUM Desa,
sesuai dengan peraturan perundangundangan tentang Perseroan Terbatas; dan
b. lembaga Keuangan Mikro dengan andil BUM Desa sebesar 60 (enam puluh) persen, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan tentang lembaga keuangan mikro.
(2) Tata cara pembentukan seperti pada ayat (1), akan diatur lebih lanjut dalam Anggaran dasar dan
Anggaran Rumah Tangga BUM Desa.
Pasal 14
Organisasi Pengelola BUM Desa
Organisasi pengelola BUM Desa terpisah dari organisasi Pemerintahan Desa.
Pasal 15
(1) Susunan kepengurusan organisasi pengelola BUM Desa terdiri dari:
c. penasihat;
d. pelaksana Operasional; dan
e. pengawas.
(2) Penamaan susunan kepengurusan organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menggunakan penyebutan nama setempat yang dilandasi semangat kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
(3) Tata cara, persyaratan dan ketentuan lain yang mengatur tentang Organisasi Pengelola sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (1) selanjutnya diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga;
Pasal 16
(1) Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a dijabatsecara ex officio oleh Kepala Desa
yang bersangkutan.
(2) Penasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban:
a. memberikan nasihat kepada Pelaksana Operasional dalam melaksanakan pengelolaan BUM
Desa;
b. memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap penting bagi pengelolaan
BUM Desa; dan
c. mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUM Desa.
(3) Penasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:
a. meminta penjelasan dari Pelaksana Operasional mengenai persoalan yang menyangkut
pengelolaan usaha Desa; dan
b. melindungi usaha Desa terhadap hal-hal yang dapat menurunkan kinerja BUM Desa.

Pasal 17

12
(1) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf mempunyai tugas mengurus
dan mengelola BUM Desa sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
(2) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban:
a. melaksanakan dan mengembangkan BUM Desa agar menjadi lembaga yang melayani
kebutuhan ekonomi dan/atau pelayanan umum masyarakat Desa;
b. menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi Desa untuk meningkatkan Pendapatan
Asli Desa; dan
c. melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga perekonomian Desa lainnya.
(3) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:
a. membuat laporan keuangan seluruh unit-unit usaha BUM Desa setiap bulan;
b. membuat laporan perkembangan kegiatan unit-unit usaha BUM Desa setiap bulan;
c. memberikan laporan perkembangan unit-unit usaha BUM Desa kepada masyarakat Desa
melalui Musyawarah Desa sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun.

Pasal 18
(1) Dalam melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2), Pelaksana
Operasional dapat menunjuk Anggota Pengurus sesuai dengan kapasitas bidang usaha, khususnya
dalam mengurus pencatatan dan administrasi usaha dan fungsi operasional bidang usaha.
(2) Pelaksana Operasional dapat dibantu karyawan sesuai dengan kebutuhan dan harus disertai dengan
uraian tugas berkenaan dengan tanggung jawab, pembagian eran dan aspek pembagian kerja
lainnya.
Pasal 19
(3) Persyaratan menjadi Pelaksana Operasional meliputi:
a. masyarakat Desa yang mempunyai jiwa wirausaha;
b. berdomisili dan menetap di Desa sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;
c. berkepribadian baik, jujur, adil, cakap, dan perhatian terhadap usaha ekonomi Desa; dan
d. pendidikan minimal setingkat SMU dan atau sederajat;
(4) Pelaksana Operasional dapat diberhentikan dengan alasan:
a. meninggal dunia;
b. telah selesai masa bakti sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga BUM Desa;
c. mengundurkan diri;
d. tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik sehingga menghambat perkembangan kinerja
BUM Desa;
e. terlibat kasus pidana dan telah ditetapkan sebagai tersangka.

Pasal 20

13
(1) Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf c mewakili kepentingan
masyarakat.
(2) Susunan kepengurusan Pengawas terdiri dari:5
a. Ketua;
b. Wakil Ketua merangkap anggota;
c. Sekretaris merangkap anggota;
d. Anggota.
(3) Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewajiban menyelenggarakan Rapat
Umum untuk membahas kinerja BUM Desa sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
(4) Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang menyelenggarakan Rapat Umum
Pengawas untuk:
a. pemilihan dan pengangkatan pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (2);
b. penetapan kebijakan pengembangan kegiatan usaha dari BUM Desa; dan
c. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja Pelaksana Operasional.
(5) Masa bakti Pengawas diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa.

Pasal 21
(6) Susunan kepengurusan BUM Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dipilih oleh masyarakat
Desa melalui Musyawarah Desa.
Pasal 22
Bagian Ketiga Modal BUM Desa
(1) Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa.
(2) Modal BUM Desa terdiri atas:
a. penyertaan modal Desa; dan
b. penyertaan modal masyarakat Desa.

Pasal 23
(1) Penyertaan modal Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf a terdiri atas:
c. hibah dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan/atau lembaga donor
yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa;
d. bantuan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa;
e. kerjasama usaha dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan/atau
lembaga donor yang dipastikan sebagai kekayaan kolektif Desa dan disalurkan melalui
mekanisme APB Desa;
f. aset Desa yang diserahkan kepada APB Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan tentang Aset Desa.

14
(2) Penyertaan modal masyarakat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf b berasal
dari tabungan masyarakat dan atau simpanan masyarakat.

Pasal 24
Bagian Keempat Klasifikasi Jenis Usaha BUM Desa
(1) BUM Desa dapat menjalankan bisnis sosial (social business) sederhana yang memberikan
pelayanan umum (serving) kepada masyarakat dengan memperoleh keuntungan finansial.
(2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memanfaatkan sumber
daya lokal dan teknologi tepat guna, meliputi:
a. air minum Desa;
b. usaha listrik Desa;
c. lumbung pangan; dan
d. sumber daya lokal dan teknologi tepat guna lainnya.
(3) Ketentuan mengenai pemanfaatan sumber daya local sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan Peraturan Desa dan teknologi tepat guna.

Pasal 25
(1) BUM Desa dapat menjalankan bisnis penyewaan (renting) barang untuk melayani kebutuhan
masyarakat Desa dan ditujukan untuk memperoleh Pendapatan Asli Desa.
(2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjalankan kegiatan
usaha penyewaan meliputi:
a. alat transportasi;
b. perkakas pesta;
c. gedung pertemuan;
d. rumah toko;
e. tanah milik BUM Desa; dan
f. barang sewaan lainnya.
Pasal 26
(1) BUM Desa dapat menjalankan usaha perantara (brokering) yang memberikan jasa pelayanan
kepada warga.
(2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjalankan kegiatan
usaha perantara yang meliputi:
a. jasa pembayaran listrik;
b. pasar Desa untuk memasarkan produk yang dihasilkan masyarakat; dan
c. jasa pelayanan lainnya.

Pasal 27

15
(1) BUM Desa dapat menjalankan bisnis yang berproduksi dan/atau berdagang (trading) barang-
barang tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun dipasarkan pada skala pasar yang
lebih luas.
(2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjalankan kegiatan
perdagangan (trading) meliputi:
a. pabrik es;
b. pabrik asap cair;
c. hasil pertanian;
d. sarana produksi pertanian;
e. sumur bekas tambang; dan
f. kegiatan bisnis produktif lainnya.
Pasal 28

(1) BUM Desa dapat menjalankan bisnis keuangan (financial business) yang memenuhi kebutuhan
usaha-usaha skala mikro yang dijalankan oleh pelaku usaha ekonomi Desa.
(2) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memberikan akses kredit
dan peminjaman yang mudah diakses oleh masyarakat Desa.

Pasal 29
(1) BUM Desa dapat menjalankan usaha bersama (holding) sebagai induk dari unit-unit usaha yang
dikembangkan masyarakat Desa baik dalam skala lokal Desa maupun kawasan perdesaan.
(2) Unit-unit usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berdiri sendiri yang diatur dan dikelola
secara sinergis oleh BUM Desa agar tumbuh menjadi usaha bersama.
(3) Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjalankan kegiatan
usaha bersama meliputi:
a. pengembangan kapal Desa berskala besar untuk mengorganisasinelayan kecil agar usahanya
menjadi lebih ekspansif;
b. DesaWisata yang mengorganisir rangkaian jenis usaha dari kelompokmasyarakat;dan
c. kegiatan usaha bersama yang mengkonsolidasikan jenis usaha lokal lainnya.

Pasal 30
Bagian Kelima
Alokasi Hasil Usaha BUM Desa
Hasil usaha BUM Desa merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil transaksi dikurangi dengan
pengeluaran biaya dan kewajiban pada pihak lain, serta penyusutan atas barang-barang inventaris dalam 1
(satu) tahun buku.
(1) Pembagian hasil usaha BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan
ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga BUM Desa.

16
(2) Alokasi pembagian hasil usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikelola melalui sistem
akuntansi sederhana.
Pasal 31
Bagian Keenam
Kepailitan BUM Desa
Kerugian yang dialami BUM Desa menjadi beban BUM Desa.
(1) Dalam hal BUM Desa tidak dapat menutupi kerugian dengan aset dan kekayaan yang dimilikinya,
dinyatakan rugi melalui Musyawarah Desa.
(2) Unit usaha milik BUM Desa yang tidak dapat menutupi kerugian dengan aset dan kekayaan yang
dimilikinya, dinyatakan pailit sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
mengenai kepailitan.
Pasal 32
Bagian Ketujuh
Kerjasama BUM Desa Antar-Desa
(1) BUM Desa dapat melakukan kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih.
(2) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih dapat dilakukan dalam satu kecamatan atau antar
kecamatan dalam satu kabupaten/kota.
(3) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih harus mendapat persetujuan masing-masing
Pemerintah Desa.
Pasal 33

(1) Kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih dibuat dalam naskahvperjanjian kerjasama.
(2) Naskah perjanjian kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih paling sedikit memuat:
a. subyek kerjasama;
b. obyek kerjasama;
c. jangka waktu;
d. hak dan kewajiban;
e. pendanaan;
f. keadaan memaksa;
g. pengalihan aset ; dan
h. penyelesaian perselisihan
(3) Naskah perjanjian kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih ditetapkan oleh Pelaksana
Operasional dari masing-masing BUM Desa yang bekerjasama.

Pasal 34
(1) Kegiatan kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih dipertanggungjawabkan kepada Desa
masing-masing sebagai pemilik BUM Desa.

17
(2) Dalam hal kegiatan kerjasama antar unit usaha BUM Desa yang berbadan hukum diatur sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Perseroan Terbatas dan Lembaga Keuangan
Mikro
Pasal 35
Bagian Kedelapan
Pertanggungjawaban Pelaksanaan BUM Desa
(1) Pelaksana Operasional melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan BUM Desa kepada Penasihat
yang secara ex-officio dijabat oleh Kepala Desa.
(2) BPD melakukan pengawasan terhadap kinerja Pemerintah Desa dalam membina pengelolaan BUM
Desa.
(3) Pemerintah Desa mempertanggungjawabkan tugas pembinaan terhadap BUM Desa kepada BPD
yang disampaikan melalui Musyawarah Desa.

BAB V
MEKANISME PERLINDUNGAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN HASIL KEGIATAN
Pasal 36
(1) Perlindungan dan pelestarian kegiatan merupakan pelaksanaan yang dikelola oleh BUM desa
Desadilakukan secara mandiri agar dapat terus berlangsung dan berkembang dengan tujuan:
(a). menjamin keberlanjutan pengembangan BUM Desa;
(b). terbentuknya Tim Pelestarian Desa dan Antar Desa atau nama lain juga harus
menghimpun atau mengorganisir dana swadaya untuk pelestarian;
(c). meningkatkan fungsi kelembagaan masyarakat di kecamatan dan antar desa.
(2) Tata cara detail mekanisme perlindungan akan diatur dalam Anggaran Dasar dan Angaran
Rumah Tangga BUM desa

Pasal 37
Mekanisme perlindungan hasil kegiatan diatur melalui tahapan sebagai berikut:
(1) Tingkat pemerintah kabupaten, kecamatan dan desa sebagai fungsi mendorong terbentuknya
BUM Desa maka perlu memastikan adanya membuat kebijakan atau regulasi perlindungan dan
pelestarian yang telah dirumuskan secara partisipatif oleh masyarakat melalui mekanisme
forum atau musyawarah secara berjenjang;
(2) Kebijakan dalam BUM Desa dapat ketentuan/ ketetapan/ keputusan/ aturan yang berkaitan dengan
perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan hasil kegiatan yang dituangkan dalam SOP
kelembagaan,
(3) Di tingkat masyarakat perlu dipersiapkan adanya pemahaman yang menyeluruh dalam pengertian
alih kelola dari kegiatan pembangunan desa dan kawasan ke pengelolaan masyarakat yang
perlu adanya kemandirian dan keberlanjutan.

BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

18
Pasal 38
(1) Menteri menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria BUM Desa.
(2) Gubernur melakukan sosialisasi, bimbingan teknis tentang standar, prosedur, dan kriteria
pengelolaan serta memfasilitasi akselerasi pengembangan modal dan pembinaan manajemen BUM
Desa di Provinsi.
(3) Bupati/Walikota melakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap pengembangan
manajemen dan sumber daya manusia pengelola BUM Desa.

Pasal 39
(1) Menteri menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria BUM Desa.
(2) Gubernur melakukan sosialisasi, bimbingan teknis tentang standar, prosedur, dan kriteria
pengelolaan serta memfasilitasi akselerasi pengembangan modal dan pembinaan manajemen BUM
Desa di Provinsi.
(3) Bupati/Walikota melakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap pengembangan
manajemen dan sumber daya manusia pengelola BUM Desa.

Pasal 40
(1) BUM Desa atau sebutan yang telah ada sebelum Peraturan Menteri ini berlaku tetap dapat
menjalankan kegiatannya.
(2) BUM Desa atau sebutan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib melakukan penyesuaian
dengan ketentuan Peraturan Menteri ini paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Peraturan
Menteri ini berlaku.

BAB VII
HASIL USAHA

Pasal 41

(3) Hasil usaha merupakan pendapatan BUM Desa yang diperoleh dari hasil transaksi dikurangi
dengan pengeluaran biaya dan kewajiban pada pihak lain serta penyusutan atas barang-barang
inventaris dalam 1 (satu) tahun buku;
(4) Pembagian hasil usaha BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan
ketentuan sebagai berikut: a. penambahan modal BUM Desa;
(5) Bagi hasil usaha kepada pemilik modal;
(6) Tunjangan prestasi bagi pengurus dan karyawan;
(7) Dana/bantuan sosial;
(8) Alokasi pembagian hasil usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikelola melalui sistem
akuntansi sederhana;

19
(9) Tata cara, besaran dan ketentuan lain yang mengatur tentang Hasil Usaha sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (1) selanjutnya diatur dalam Anggaran Dasar.

BAB VIII
KEPAILITAN DAN PEMBUBARAN

Pasal 42
Bagian Kesatu Kepailitan
(1) Kerugian yang dialami BUM Desa sepenuhnya menjadi beban BUM Desa;
(2) Dalam hal BUM Desa tidak dapat menutupi kerugian dengan aset dan kekayaan yang dimilikinya,
dinyatakan rugi melalui Musyawarah Desa;
(3) Unit usaha milik BUM Desa yang tidak dapat menutupi kerugian dengan aset dan kekayaan yang
dimilikinya, dinyatakan pailit sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
mengenai kepailitan;
(4) Dalam hal keadaan pailit, maka kewajiban keuangan dibayar dari kekayaan BUM Desa
dan sisa lebih atau kurang menjadi tanggungjawab Pemerintah Desa;

Pasal 43
Bagian Kedua Pembubaran
(1) BUM Desa dibubarkan dengan Peraturan Desa.
(2) BUM Desa dapat dibubarkan apabila :
(a). rugi terus-menerus;
(b). perubahan bentuk badan hukum;
(c). adanya ketentuan peraturan yang lebih tinggi yang menyatakan BUM Desa tersebut
harus dibubarkan; dan
(d). BUM Desa dinyatakan pailit oleh keputusan pengadilan.
(3) Semua akibat yang timbul sebagai akibat pembubaran BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menjadi tanggung jawab Pemerintah Desa;
(4) Segala aset sebagai akibat dari pembubaran BUM Desa menjadi milik Pemerintah Desa;
(5) Tata cara serta ketentuan lain yang mengatur tentang Pembubaran sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (1) selanjutnya diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

BAB IX
PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN DAN MASALAH
Pasal 44

20
Apabila terjadi perselisihan, penyimpangan dan lain-lain sebagai akibat dari Kerja sama antar desa
maka perlu diselesaikan secara musyawarah, apabila tidak tercapai kata sepakat maka akan
diselesaikan melalui jalur hukum yang berlaku.
(1) Prinsip dasar kerja sama antar desa adalah keterbukaan dan partisipasi masyarakat salah satu
indikatornya adalah pengawasan langsung yang dilakukan masyarakat,
(2) Wujud konkrit peran serta masyarakat dalam pengawasan adalah berupa pengaduan, keberatan
dan atau dalam bentuk keberatan lainnya sehingga kesekretariatan bersama harus membuat
alamat, tempat/ kotak pengaduan sehingga masyarakat dengan mudah melakukan pengaduan,
(3) Pengaduan harus dilihat dari asal dan inti dari pengaduan tersebut yang harus mendapat
perhatian yang serius, cepat, tepat sasaran dan efektif dalam proses penyelesaiaannya,
(4) Penanganan pengaduan harus tetap dilakukan secara berjenjang yang mengedepankan prinsip
merahasiakan identitas pelapor, keterbukaan, partisipasi, proporsional dan objektif.

BAB IX
KODE ETIK
Pasal 45
(1) Kode etik merupakan kaidah moral yang diturunkan berdasarkan nilai-nilai luhur untuk
mencapai cita-cita ideal berdasarkan visi, misi, asas, tujuan, kebijakan dasar prinsip Kerja Sama
Antar Desa Lain dan/atau Kerja Sama dengan Pihak Ketiga,
(2) Kode etik ini berlaku bagi seluruh pelaku dalam rangka menempatkan kepentingan masyarakat
terutama desa-desa yang melakukan Kerja Sama Antar Desa Lain dan/atau Kerja Sama dengan
Pihak Ketiga,
(3) Kategori Pelanggaran kode etik yang meliputi pelanggaran penyagunaan wewengang yang
berkaitan dengan keuangan dan Pelanggaran Prosedur,
(4) Secara khusus pelanggaran yang berkaitan dengan penyalahgunaan uang baik secara langsung
maupun tidak langsung hanya ada dua pilihan yang bersangutan memundurkan diri atau
dilakukan pemberhentian dengan mekanisme yang telah dilakukan dalam Kerja Sama Antar
Desa Lain dan/atau Kerja Sama dengan Pihak Ketiga,
(5) Berkaitan dengan pemunduran diri atau pemberhentian tidak bisa terlepas dari yang
bersangkutan dalam pengembalian uang beserta penggantian dari kerugian-kerugian yang
ditimbulkan dan atau menjalani proses hukum yang berlaku,
(6) Pelanggaran kode etik harus diselesaikan berdasarkan prosedur penyelesaian secara cepat,
tuntas dan tanpa ada toleransi,
(7) Apabila masalahnya berlarut-larut dan tidak ada kejelasan perubahan maka segera dilakukan
pemberhentian bagi pelaku dan atau pada proses hukum yang berlaku,
(8) Ketentuan kode etik dalam kesepakatan dan kebijakan di Kerja Sama Antar Desa Lain dan/atau
Kerja Sama dengan Pihak Ketiga.

BAB X
PENGENDALIAN, MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 46

21
Pengendalian, monitoring dan evaluasi dilakukan melalui kegiatan pemantauan, pengawasan, evaluasi
dan pelaporan terhadap perencanaan, pelaksanaan, pelestarian dan pemanfaatan hasil kegiatan. Pada
prinsipnya setiap masyarakat dan atau desa-desa yang melakukan kerja sama dapat melakukan
pengendalian, monitoring dan evaluasi evaluasi namun demikian setidaknya perlu memperhatikan:
(1) Pengendalian terhadap pelaksanaan seluruh proses perencanaan, pelaksanaan dan kegiatan
perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan hasil,
(2) Strategi dasar dalam pengendalian perencanaan, pelaksanaan dan kegiatan perlindungan,
pelestarian dan pemanfaatan hasil
(3) Pemantauan dan Pengawasan perencanaan, pelaksanaan dan kegiatan perlindungan, pelestarian
dan pemanfaatan hasil,
(4) Pemantauan dan pengawasan partisipatif oleh masyarakat sendiri,
(5) Pemantauan dan Pemeriksaan oleh Pemerintah hal ini menjadi kuwajiban pemerintahan daerah
untuk bertanggung jawab untuk memastikan bahwa perencanaan, pelaksanaan dan kegiatan
perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan hasil yang dikelola melalui kerja sama antar desa
dapat berjalan sesuai prinsip dan prosedur serta dipakai sebagaimana mestinya,
(6) Pemantauan dan Pemeriksaan Berjenjang dari pelaku masyarakat, kelompok, desa, kecamatan,
kabupaten dan seterusnya dapat diselesaikan dalam jenjang yang paling bawah,
(7) Pemantauan oleh Pihak Lain adalah pemantauan yang dilakukan secara independen, oleh
organisasi atau pihak lain sehingga program bisa menerima sudut pandang yang berbeda, yaitu
pihak independen yang mungkin memiliki pandangan lebih obyektif atau sudut pandang yang
berbeda dari para pelaksana program. Pemantauan eksternal dilakukan antara lain oleh
DPR/DPRD, LSM, dan wartawan,
(8) Dengan adanya keberadaan pemantau dari pihak lain bersama, diharapkan akan terjadi sinergi
yang mendorong terjadinya forum lintas pelaku dalam rangka pembelajaran program
pemberdayaan masyarakat.
Pasal 47
Audit dan Pemeriksaan Keuangan dapat dilakukan dengan:
(1) Dapat dilakukan dengan melakukan kerja sama dengan Pemerintah Lokal dan Akuntan Publik
khususnya terkait dengan Kinerja Unit Usaha Misalkan PT. BUMA Desa, CV dan lainnya,
(2) Pemeriksaan Rutin yang dilakukan pelaku pada setiap kunjungan lapang dalam kegiatan
antar desa untuk memeriksa proses pelaksanaan kegiatan. serta pengelolaan dananya,
(3) Hasil pemeriksaan rutin dibahas bersama Tim, kemudian mereka diberi saran-saran perbaikan
yang ditulis dalam buku bimbingan,
(4) Audit Internal internal dapat dilakukan oleh Badan Pengawas atau istilah lain yang meliputi
pemeriksaan/penilaian terhadap proses perencanaan, pelaksanaan dan kegiatan perlindungan,
pelestarian dan pemanfaatan hasil, termasuk di dalamnya kinerja pelaku dan penanganan
masalah,
(5) Kegiatan ini dapat juga dengan melibatkan pemerintah lokal dari lokasi kecamatan lain yang
berbeda dengan kecamatan yang akan diaudit (audit silang),
(6) Mengenai mekanisme, indikator, parameter dan langkah kerja dalam kegiatan audit internal
ini disusun dalam sebuah panduan tersendiri atau SOP.

22
Pasal 48
(1) Evaluasi perencanaan, pelaksanaan dan kegiatan perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan
hasil pada saat selesainya suatu tahapan kegiatan atau pada saat setiap tahun atau periode,
(2) Tujuan evaluasi adalah untuk menilai hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan berikut
kualitasnya, termasuk di dalamnya adalah kinerja para pelaku,
(3) Evaluasi tahunan lebih ditujukan untuk melihat dampak perencanaan, pelaksanaan dan kegiatan
perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan hasil,
(4) Hasil dari pemantauan, pemeriksaan dan pengawasan dapat dijadikan dasar dalam evaluasi
perencanaan, pelaksanaan dan kegiatan perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan hasil,
(5) Hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai dasar upaya perbaikan terhadap kelemahan dan
mengatasi hambatan yang terjadi,
(6) Evaluasi kinerja pelaku dapat Tim Pengawas Kecamatan dan atau Tim yang ditunjuk,
(7) Evaluasi kinerja bisa dilakukan secara berjenjang, berkala dan melalui mekanisme musyawarah
yang ada kebijakan yang telah ditentukan dalam Kerja Sama Antar Desa Lain dan/atau Kerja
Sama dengan Pihak Ketiga.

Pasal 49
(1) Pengendalian kelembagaan mengacu kebijakan yang telah ditentukaan Kerja Sama Antar Desa
Lain dan/atau Kerja Sama dengan Pihak Ketiga,
(2) Hasil kesepakatan Badan Usaha Milik Desabertanggung jawab untuk melakukan melaksanakan
mandat dalam melakukan fasilitasi penataan kelembagaan dan proses penyesuaian yang sesuai
dengan ketentuan prinsip-prinsip perencanaan, pelaksanaan dan kegiatan perlindungan,
pelestarian dan pemanfaatan hasil,
(3) Tim Pengendali yang ditunjuk dalam Badan Usaha Milik Desabaik dari unsur pemerintah,
idependen maupun masyarakat menemukan yang hal-hal tidak sesuai dengan ketentuan
program atau mengancam perencanaan, pelaksanaan dan kegiatan perlindungan, pelestarian dan
pemanfaatan hasil dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi yang mengarah kepada
perbaikan (misalnya: penghentian operasional sementara sampai ada upaya perbaikan yang
sesuai ketentuan program, atau penggantian pengurus),
(4) Pengurusyang ditunjuk dalam Badan Usaha Milik Desamempunyai tanggung jawab melakukan
fasilitasi kepada pemerintah daerah untuk melakukan perlindungan aturan/ketentuan sesuai
dengan program yang telah dibuat oleh masyarakat melalui perangkat peraturan yang dibuat
oleh pemerintah daerah.

BAB XI
PELAPORAN
Pasal 50
(1) Pelaporan merupakan proses penyampaian data dan atau informasi mengenai perkembangan
atau kemajuan setiap tahapan dari pelaksanaan dalam melihat kendala atau permasalahan yang
terjadi, penerapan dan pencapaian dari sasaran atau tujuan perlindungan dan pelestarian,
(2) Mekanisme pelaporan dalam perencanaan, pelaksanaan dan kegiatan perlindungan, pelestarian
dan pemanfaatan hasil melalui jalur pembiri mandate (desa yang melakukan kerjsama) dan

23
tembusan kepada pemerintah kabupaten melalui Camat, sebagai upaya untuk mempercepat
proses penyampaian data dan atau informasi,
(3) Agar dapat diperoleh laporan yang lengkap dan informatif, maka materi yang disajikan minimal
harus memperlihatkan 6 (enam) hal penting, yaitu:
a. kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan;
b. pencapaian sasaran dan atau target dari kegiatan yang sedang dilaksanakan;
c. gambaran kemajuan dari pelaksanaan kegiatan;
d. target dan realisasi biaya dari kegiatan yang sedang dilaksanakan;
e. kendala dan permasalahan yang dihadapi, termasuk tindak lanjutnya,
f. gambaran dan atau tingkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan.

BAB XII
PEMILIHAN DAN MASA BAKTI PARA PELAKU
Pasal 51
(1). Pengurus hasil BUM Desa atau Organisasi Pengelola perlu memperhatikan kaidah-kaidah
Perdes BUM Desa,
(2). Pengurus BUM Desa ditentukan masa bakti/ jangka waktu,
(3). Khusus Unit Kegiatan/ Bidang Kegiatan yang bersifat ad hoch atau sementara BUM Desa masa
baktinya disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan,
(4). Ketentuan mekanisme pemilihan dan masa bakti para pelaku ditentukan dalam AD dan ART
BUM Desa,
(5). Pada prinsipnya penggantian pengurus dapat dilakukan kapan saja melalui mekanisme yang
telah disepakati dalam Badan Usaha Milik Desajika dinilai indisipiliner, tidak melakukan tugas
dengan baik dan atau ada yang bersangkutan mengundurkan diri.

BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 52

(1) Peserta Sidang pembahasan dan penetapan Badan Usaha Milik Desakali akan berlangsung
bersamaan dengan Musyawarah Desa atau Musyawarah Sejenis,
(2) Pada saat Peraturan Desa ini mulai berlaku, ketentuan mengenai Badan Usaha Milik Desa
dalam Peraturan Desa No. …………….Tahun ……tentang Badan Usaha Milik Desa atau
Peraturan sejenis, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
(3) Hasil dari Perdes Badan Usaha Milik Desa bersifat mengikat dan akan menjadi acuan dalam
melakukan Kerja Sama Antar Desa Lain dan/atau Kerja Sama dengan Pihak Ketiga,

BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP

24
Pasal 53

(1) Hal-hal lain yang belum cukup diatur dalam peraturan Badan Usaha Milik Desaini akan diatur
oleh keputusan kepala desa.
(2) Peraturan Desa tentang Badan Usaha Milik Desaini mulai berlaku pada saat diundangkan.
(3) Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan Desa ini
dengan menempatkannya dalam lembaran desa.

Ditetapkan di Desa .....................................


pada tanggal ................................................
KEPALA DESA ........................................,

(.................................................)

Diundangkan di Desa
Pada tanggal ..............................
Sekretaris Desa

( .................................)

25

Anda mungkin juga menyukai