Diskusi 1 Legislatif
Diskusi 1 Legislatif
WB
NIM : 044443452
- Sistem Unikameral
Sistem pemerintahan yang hanya memiliki satu kamar pada parlemen atau lembaga legislatif.
Banyak negara yang menggunakan sistem satu kamar sering kali adalah negara kesatuan yang
kecil dan homogen dan menganggap sebuah majelis tinggi atau kamar kedua tidak perlu.
Dukungan terhadap sistem satu kamar ini didasarkan pada pemikiran bahwa apabila majelis
tingginya demokratis, hal itu semata-mata mencerminkan majelis rendah yang juga
demokratis, dan karenanya hanya merupakan duplikasi saja. Teori yang mendukung
pandangan ini berpendapat bahwa fungsi kamar kedua, misalnya meninjau atau merevisi
undang-undang, dapat dilakukan oleh komisi-komisi parlementer, sementara upaya menjaga
konstitusi selanjutnya dapat dilakukan melalui Konstitusi yang tertulis.
Keuntungan sistem satu kamar:
- Lebih sederhana sehingga biaya yang harus dikeluarkan oleh negara lebih murah;
- Efisiensi kerja dalam lapangan perundang-undangan lebih besar;
- Pertanggungjawaban ada padanya secara tegas;
- Lebih menggambarkan kekuasaan yang langsung dari pemilih (konstituen).
Contoh negara yang menganut sistem unikameral ialah: Kanada, Skotlandia, Wales, Irlandia
Utara, dan Puerto Riko
- Sistem Bikameral
adalah praktik pemerintahan yang menggunakan dua kamar legislatif atau parlemen. Jadi,
parlemen dua kamar adalah parlemen atau lembaga legistlatif yang terdiri atas dua kamar.
Penganut sistem bikameral menganggap bahwa kekuasaan satu kamar harus dibatasi karena
memberi peluang untuk menyalahgunakan kekuasaan. Oleh sebab itulah, dilakukan check
and balances dalam sistem bikameral agar tercipta keseimbangan dalam setiap kamar.
- Sistem bikameral dianggap lebih dapat mencerminkan kehendak dan kepentingan nasional
karena memiliki dua kamar.
- Sistem bikameral dianggap bisa menjamin pekerjaan yang bijaksana, tertib, teliti, hati-hati,
serta dapat mengihindarkan dari keputusan yang tergesa-gesa dan berat sebelah.
- Sistem bikameral dianggap lebih bisa memberikan jaminan perlindungan terhadap
kemungkinan timbulnya kesewenang-wenangan dalam perundang-undangan.
Sumber Referensi :