Anda di halaman 1dari 6

Dalam industri pengolahan kayu, industri pengolahan kayu adalah pengolahan kayu

bulat mentah untuk digunakan sebagai produk setengah jadi atau bahan baku yang kemudian

diproses sampai menjadi produk jadi oleh perusahaan pengolahan kayu. Konsumsi kayu

gergajian dalam negeri terbesar adalah untuk bahan baku industri dan kebutuhan perumahan

serta untuk furnitur, panel, dan keperluan struktural (konstruksi) dengan permintaan yang

terus meningkat bersamaan dengan pertumbuhan penduduk.

Kayu adalah bahan yang terdiri dari sel-sel. Struktur seluler memberi kayu banyak

kualitas dan sifat unik. Kepadatan kayu merupakan perbandingan antara massa atau berat

suatu benda dengan volumenya. Kepadatan kayu berbanding lurus dengan porositasnya, yang

merupakan fraksi volume pori. (Koch, 1964).

Kebutuhan kayu untuk industri perkayuan di Indonesia diperkirakan sebesar 70 juta

m3 per tahun dengan kenaikan rata-rata sebesar 14,2 % per tahun. Sedangkan, produksi kayu

bulat diperkirakan hanya sebesar 25 juta m3 per tahun, dengan demikian terjadi defisit

sebesar 45 juta m3 (Priyono 2001). Hal ini menyatakan bahwa sebenarnya peran dukung

hutan sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan kayu baik untuk kebutuhan individu

(perumahan) maupun kebutuhan industri.

Produksi kayu di Indonesia semakin disukai oleh negara lain, Namun, sifat-sifat kayu

alami lebih spesifik, termasuk kadar air tergantung iklim masing-masing negara. Kadar air

yang diinginkan mencapai kurang dari 10%. Keadaan ini tidak dapat dicapai jika pengeringan

terjadi secara alami, karena memerlukan pengeringan buatan ( Budianto, 1996).

Kayu sering digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya karena kayu mudah

ditemukan, memiliki corak yang indah dan dapat diperbaharui. Seiring bertambahnya

populasi, permintaan kayu terus meningkat dan peluang hutan terus menyusut, sehingga
diperlukan penggunaan kayu yang efisien dan bijaksana, seperti mengubah limbah serbuk

gergaji menjadi produk yang bermanfaat.

Indonesia memiliki tiga jenis industri kayu - penggergajian kayu, kayu

gelondongan/kayu lapis dan pulp/kertas, yang merupakan konsumen utama kayu dalam

jumlah yang relatif besar. Masalahnya, limbah penggergajian kayu terus menumpuk,

sebagian juga dibuang ke sungai sehingga menyebabkan pencemaran air, atau dibakar

langsung sehingga meningkatkan emisi CO2 ke atmosfer. Total produksi kayu Indonesia

adalah 2,6 juta meter kubik per tahun (Statistik Kehutanan Indonesia 1997/1998).

Dengan adanya asumsi bahwa volume limbah menyumbang 54,24% dari total

produksi, 1,4 juta m3 limbah penggergajian akan dihasilkan setiap tahun. Jumlah ini cukup

tinggi karena menyumbang sekitar setengah dari produksi kayu. Keberadaan limbah tersebut

menyebabkan masalah pembuangan seperti pembusukan, penumpukan dan pembakaran,

yang semuanya berdampak negatif terhadap lingkungan dan harus dipertimbangkan untuk

tindakan mengurangi dampak buruk pada lingkungan.

Limbah utama dari industri kayu dibagi menjadi beberapa jenis, di antaranya kulit

kayu, potongan-potongan kecil dan serpihan-serpihan kayu hasil penggergajian dan

pemotongan, serta serbuk kayu dan debu. Limbah tersebut sangat sulit dikurangi saat ini,

produsen hanya memanfaatkan limbah mereka seoptimal mungkin menjadi barang lain yang

memiliki nilai ekonomis, seperti kulit kayu untuk bahan kerajinan, potongan kayu untuk

dijadikan arang, serbuk kayu yang diolah menjadi briket, dan lain sebagainya.

Ribuan potong ukuran standar, ternyata masing-masing dari pabrik juga

menghasilkan limbah kayu yang tidak standar. Di beberapa tempat di Pontianak, Kalimantan

Barat, terdapat sampah yang berukuran besar, lebar, sempit, panjang dan pendek sesuai
dengan potongan gergajian pohon asli yang masuk ke mesin gergaji otomatis yang

menggerakan pabrik pengolahan kayu. yang ada di beberapa tempat di Pontianak di

Kalimantan Barat.

Limbah kayu ini hampir tidak berharga. Sampah yang dibuang begitu saja di pabrik

pengolahan, dan terkadang bisa menjadi limbah berbahaya karena tidak ada yang

menggunakannya, menumpuk secara liar di tempat pembuangan akhir di sekitar pabrik atau

tempat pembuangan sampah yang semakin dipenuhi sampah sejenis. Dengan sentuhan

kerajinan seni , bisa mengubah kayu bekas menjadi benda seni yang bernilai jual. Saat ini

limbah seperti ini mulai, banyak dimanfaatkan untuk bahan baku kerajinan. Salah satu

pemanfaatan limbah kayu tersebut adalah sebagai bahan baku pembuatan seni resin.

Kerajinan berbahan dasar kayu cukup diminati oleh pasar, selain dari motifnya yang

alami, warnanya yang natural, juga bentuknya yang unik menjadikannya sebagai barang

kerajinan yang unik dan cantik. Pembuatan seni resin ini sangat potensial untuk

mengefektifkan pemanfaatan limbah kayu karena, seni ini dibuat dari cuilan-cuilan kayu

yang kecil-kecil, dan dituangkan dengan cairan resin yang dapat menyatukan potongan-

potongan dari limbah kayu tersebut. Sehingga lebih banyak limbah kayu yang bisa

dimanfaatkan.

Seni resin dari limbah kayu ini mempunyai kelebihan, yaitu memiliki sifat yang dapat

mengeras dan kuat, resin umumnya digunakan sebagai bahan perekat yang sangat baik

karena, cairan ini juga tidak memiliki warna atau transparan, dapat dicampurkan warna-

warna yang menarik agar bisa menjadi hiasan yang indah.

Resin merupakan polimer sintetik merupakan bahan kimia yang stabil dan kuat, saat

resin mengalami reaksi kimiawi, bentuk akhir dapat ditentukan oleh cetakan yang digunakan.
Sifat resin yang bening dan mudah dibentuk cocok untuk penggunaan berbagai aksesoris

seperti bros, gantungan kunci, liontin dan berbagi kreativitas lainnya sebagai produk

penjualan.

Berbagai pelatihan keterampilan teknis diajarkan untuk meningkatkan motivasi

berwirausaha, perkembangan produksi seni resin ini belum terlalu populer di kalangan

masyarakat, hal ini dapat menjadi salah satu alternatif untuk menciptakan lapangan pekerjaan

bagi masyarakat. Mahalnya harga barang kerajinan dari seni resin kayu tersebut

menyebabkan konsumen yang mampu membeli produk ini terbatas.

Memproduksi barang kerajinan dari seni resin berupa aksesoris dan mebel atau

perabot rumahan dengan harga yang terjangkau sampai tinggi harganya. Produksi kerajinan

seni resin ini bisa dipasarkan di kalangan menengah ke bawah sampai menegah ke atas

untuk akhirnya dikembangkan menjadi industri rumahan atau usaha kecil menengah.

Kekurangan dalam produksi seni resin kayu, yaitu segi pembuatan resin ini dalam

proses pencampuran bahan resin dengan perbandingan yang tidak seimbang menyebabkan

bahan tersebut mudah pecah atau hancur, memiliki kerugian didalam produksi ini, dengan

kreativitas yang tinggi dalam proses pembuatan, inovasi-inovasi dalam menghias dan

mempercantik kerajinan seni resin kayu tersebut diharapkan dapat menjadi sebuah wawasan

baru, bagi masyarakat untuk bisa memanfaat limbah kayu, juga mampu menarik pasar secara

luas pada produksi ini.

Film dokumenter adalah film yang menceritakan sebuah kejadian nyata dengan kekuatan

ide kreatornya dalam merangkai gambar-gambar menarik menjadi istimewa secara

keseluruhan (Andi Fachruddin:2012).Bill Nichols (2001) juga menyatakan bahwa film

dokumenter adalah upaya untuk menceritakan kembali suatu peristiwa atau kenyataan
dengan menggunakan fakta dan informasi. Dari Misbach, Yusa Biran mengatakan bahwa

film dokumenter diolah secara kreatif dan bertujuan untuk mempengaruhi (meyakinkan)

penonton. Film dokumenter memang masih jarang disukai oleh seluruh masyarakat, namun

jika dikemas dengan baik dan terinformasikan, dapat menjadi tontonan yang menarik dan

memahami apa yang dikomunikasikan.

Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan realitas. konsep utama dalam

film dokumenter adalah penyajian fakta. Berbeda dengan film layar lebar, film dokumenter

tidak memiliki plot (serangkaian peristiwa dalam film yang disajikan secara visual dan

terdengar kepada penonton), tetapi biasanya disusun berdasarkan tema atau argumen. Film

dokumenter ini berhubungan langsung dengan orang, karakter, peristiwa, dan tempat nyata.

Struktur naratif film dokumenter biasanya sederhana dan dimaksudkan agar lebih mudah

dipahami oleh penonton.

Minimnya informasi mengenai seni resin di masyarakat, membuat penulis tertarik untuk

mengangkat seni resin sebagai objek dalam media film documenter, dalam proses film

documenter ini melibat kan beberapa pengrajin seni resin yaitu, seperti pembuatan aksesoris

hingga furniture. Pemilihan media Film dokumenter sebagai output dari perancangan ini

didasarkan atas karakteristik yang dimiliki oleh film dokumenter yakni mengandung unsur

audio visual dan cerita, sehingga film dokumenter diharapkan dapat merepresentasikan

bentuk, suara serta fakta-fakta menarik dan permasalahan yang berhubungan dengan seni

resin. Maka dari itu melalui film dokumenter yang berjudul “Transfrmasi Limbah Kayu”

diharapkan penonton dapat melihat, dan merasakan tentang mengubah bentuk kayu sehingga
menjadi barang seni yang bernilai jual dan diharapkan dapat menginspirasi para audiens

untuk peduli terhadap lingkungan sekitar.

https://media.neliti.com/media/publications/182888-ID-pemanfaatan-limbah-industri-

pengolahan-k.pdf

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/472-850-2-PB.pdf

Anda mungkin juga menyukai