Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Borneo Cendekia Vol. 4 No.

2 Desember 2020 123

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DIARE


TERHADAP SWAMEDIKASI DAN RASIONALITAS OBAT DI APOTEK
KELURAHAN MENDAWAI KOTA PANGKALAN BUN

Bella Patria Pratiwi P.E1; Poppy Dwi Citra Jaluri2; Yogie Irawan3
1,2,3
STIKes Borneo Cendekia Medika Pangkalan Bun
1
Email : bellapatriaa@gmail.com

Abstrak

Swamedikasi merupakan salah satu bagian dari perawatan diri. Swamedikasi diartikan dengan
memilih dan menggunakan obat-obatan oleh seorang individu untuk mengobati penyakit yang
diderita atau mengurangi gejala tanpa pengawasan medis. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk
mengobati gejala-gejala penyakit ringan seperti diare, pusing, maag, batuk dan lain-lain. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan swamedikasi, rasionalitas penggunaan
obat dan hubungan antara usia, pekerjaan, jenis kelamin, pendidikan terakhir dengan tingkat
pengetahuan swamedikasi. Penelitian ini menggunakan metode survei cross sectional dengan
sampel penelitian pada pasien diare yang akan melakukan swamedikasi sebanyak 207 responden
dari tiga apotek yang berada di Kelurahan Mendawai Pangkalan Bun. Responden berusia 18-59
tahun dan dipilih dengan metode purposive sampling. Pengambilan data dilakukan melalui
pengisian kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data dianalisis dengan uji Chi-
square menggunakan Statistical Product and Servicer Solution (SPSS) versi 20. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan swamedikasi pasien 40,1% tergolong baik, 56,5%
tergolong sedang, dan 3,4% tergolong buruk. Rasionalitas penggunaan obat 63% rasional dan 37%
tidak rasional. Berdasarkan hasil uji Chi-square, tingkat pengetahuan swamedikasi dipengaruhi
faktor demografi yaitu usia dengan nilai (0,016), pendidikan terakhir dengan nilai (0,000), dan
pekerjaan dengan nilai (0,000). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas tingkat
pengetahuan swamedikasi terdapat pengaruh hubungan terhadap faktor demografi yaitu pada
faktor usia, pendidikan terakhir dan pekerjaan.

Kata Kunci: Swamedikasi, Apotek, Pengetahuan, Rasionalitas penggunaan obat, Pangkalan Bun

Abstract

Swamedication is a part of self-care. Self-medication is defined as selecting and using drugs by an


individual to treat a disease or reduce symptoms without medical supervision. Swamedication is
usually performed to treat symptoms of minor illnesses such as diarrhea, dizziness, ulcers, coughs
and others. The purpose of this study was to determine the level of swamedication knowledge, the
rationality of drug use and the relationship among age, occupation, gender, latest education and
the level of swamedication knowledge. This study used a cross sectional survey method with a
sample of 207 patients with diarrhea from three pharmacies in Mendawai, Pangkalan Bun who
were going to do swamedication. The respondents’ age were 18-59 years and selected by
purposive sampling method. The data were collected by filling in a questionnaire that had been
tested for validity and reliability. Then the data were analyzed by using the Chi-square test using
Statistical Product and Service Solution (SPSS) version 20. The results of thid study showed that
the patients’ level of swamedication knowledge was 40,1% good, 56,5% moderate, and 3,4% bad.
The rationality of using drugs was 63% rational and 37% irrational. Based on the results of the
Chi-square test, the level of swamedication knowledge was influenced by demographic factors,
namely age with a value (0,016), latest education with a value (0,000), and employment with a
value (0,000). Based on the results of the study, it was found that the majority of the level of
swamedication knowledge had an influence on the relationship to demographic factors, namely
age, latest education and occupation.

Keywords: Swamedication, Pharmacy, Knowledge, Rationality of drug use, Pangkalan Bun.


Jurnal Borneo Cendekia Vol. 4 No.2 Desember 2020 124

1. Pendahuluan kesehatan dari BPS yang mengatakan


persentase penduduk yang mengobati
Pelayanan kefarmasian sendiri sebesar 72,44% dan
merupakan pelayanan kesehatan Persentase penduduk yang berobat
yang mempunyai peran penting jalan (pergi ke dokter) sebesar
dalam mewujudkan kesehatan 38,21% pada tahun 2004. (Badan
bermutu, dimana apoteker sebagai Pusat Statistik, 2016).
bagian dari tenaga kesehatan Swamedikasi harus dilakukan
mempunyai tugas dan tanggung sesuai dengan penyakit yang dialami,
jawab dalam mewujudkan pelayanan pelaksanaannya sedapat mungkin
kefarmasian yang berkualitas. harus memenuhi kriteria penggunaan
Layanan kefarmasian selain menjadi obat yang rasional. Kriteria obat
tuntutan profesionalisme juga dapat rasional antara lain ketepatan
dilihat sebagai faktor yang menarik pemilihan obat, ketepatan dosis obat,
minat konsumen terhadap pembelian tidak adanya efek samping, tidak
obat di apotek. Pelayanan adanya kontraindikasi, tidak adanya
kefarmasian meliputi penampilan interaksi obat, dan tidak adanya
apotek, keramahan petugas, polifarmasi (Muharni, 2015).
pelayanan informasi obat, Penelitian tentang swamedikasi di
ketersediaan obat, dan kecepatan kalangan mahasiswa pernah
pelayanan (Syukron, 2015). dilakukan sebelumnya di beberapa
Swamedikasi merupakan salah negara selain Indonesia. Penelitian di
satu bagian dari perawatan diri. Uni Emirat Arab yang dilakukan di
Swamedikasi diartikan dengan sebuah Universitas, namun dilakukan
memilih dan menggunakan obat- pada mahasiswa non kesehatan
obatan oleh seorang individu untuk menunjukkan prevalensi
mengobati penyakit yang diderita swamedikasi sebesar 59% (Sharif
atau mengurangi gejala tanpa dan Sharif, 2014). Penelitian lain
pengawasan medis. Meskipun yang terbaru di Saudi Arabia
beberapa obat dianggap memiliki menunjukkan bahwa prevalensi
risiko yang kecil dan berguna untuk swamedikasi di kalangan mahasiswa
mengobati masalah kesehatan yang cukup tinggi yaitu 64,8%. Hasil
serius dan reaksi yang tidak tersebut menunjukkan prevalensi
diinginkan. Swamedikasi biasanya swamedikasi mahasiswa medis
dilakukan untuk mengobati gejala- (66%) lebih tinggi daripada
gejala penyakit ringan seperti diare, mahasiswa non medis (60%)
pusing, nyeri, maag, batuk, pilek dan (Aljaouni et al., 2015). Salah satu
lain-lain (Alfa, 2015). Berdasarkan penyakit yang bisa dilakukan
data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pengobatan sendiri (swamedikasi)
(2014) tentang swamedikasi oleh adalah penyakit diare.
penduduk di peroleh data dari tahun Penyakit diare sampai dengan
2002 sampai dengan tahun 2014 saat ini masih termasuk masalah
untuk pengobatan modern sebesar kesehatan terbesar dunia apalagi bagi
86,68%, pengobatan tradisional negara-negara berkembang karena
32,90% dan lain-lain 8,13%. Hasil angka kesakitan dan kematian yang
ini juga didukung oleh indikator masih tinggi. Pada tahun 2009, The
Jurnal Borneo Cendekia Vol. 4 No.2 Desember 2020 125

United Nations Chlidren Fund diperoleh dari 4 Puskesmas di


(UNICEF) dan World Health Kotawaringin Barat yaitu Puskesmas
Organization (WHO) melaporkan Mendawai, Puskesmas Madurejo,
bahwa Asia Selatan merupakan Puskesmas Pangkalan Lada dan
benua tertinggi yang menderita diare Puskesmas Pandu Sanjaya. Untuk
pada balita yakni sebesar 783 juta, mengatasi masalah kasus diare yang
kemudian Afrika sebesar 696 juta, terjadi tersebut maka perlu adanya
sebagian dari dunia sebesar 480 juta kesadaran masyakat terkait bahaya
dan Asia Timur dan Pasifik sebesar diare. Hal ini dapat dicapai jika
435 juta. Pada tahun 2015 lebih dari diketahui tingkat pengetahuan dan
1.400 anak-anak meninggal setiap jenis informasi yang belum banyak
hari, atau sekitar 526.000 anak per diketahui serta sikap masyarakat
tahun yang disebabkan karena diare. terhadap diare (Dinkes, 2018).
(Ariani, 2016) Penelitian ini bertujuan untuk
Berdasarkan Profil Kesehatan mengetahui tingkat pengetahuan
Indonesia tahun 2015, terjadi 18 kali tentang swamedikasi, rasionalitas
KLB diare yang tersebar di 11 penggunaan obat pada pasien diare di
provinsi, 18 kabupaten/kota, dengan apotek Kelurahan Mendawai
jumlah penderita 1.213 orang dan Pangkalan Bun, dan untuk
kematian 30 orang (CFR 2,47%). mengetahui hubungan faktor
Angka kesakitan nasional hasil sosiodemografi seperti usia, jenis
Survei Morbiditas Diare tahun 2015 kelamin, pekerjaan dan pendidikan
yaitu sebesar 214/1.000 penduduk. terakhir.
Maka diperkirakan jumlah penderita
diare di fasilitas kesehatan sebanyak 2. Metode Penelitian
5.097.247 orang, sedangkan jumlah
penderita diare yang dilaporkan Penelitian ini menggunakan
ditangani di fasilitas kesehatan metode deskriptif, menggunakan
sebanyak 4.017.861 orang atau desain penelitian cross-sectional.
74,33% (dengan target 100%)
Populasi dan sampel
(Kemenkes RI, 2015). Sedangkan
Populasi dalam penelitian ini
tahun 2016, perkiraan diare di
adalah seluruh pasien di tiga apotek
fasilitas kesehatan meningkat
Kelurahan Mendawai dengan usia
sebanyak 6.897.463 orang dan diare
18-59 tahun yang datang untuk
yang ditangani di fasilitas kesehatan
melakukan swamedikasi.
sebanyak 2.544.084 orang atau
Berdasarkan data yang diperoleh dari
36,9% (Kementerian Kesehatan RI,
tiga apotek yang menjadi tempat
2016).
penelitian, jumlah pasien diare
Menurut data Dinas Kesehatan
perbulan di Apotek H. Imam Syafi’i
Pangkalan Bun pada tahun 2018 –
(60 pasien), di Apotek Pondok Sehat
2019, diketahui bahwa diare
(72 pasien) dan di Apotek Sehat Jaya
termasuk 10 penyakit terbesar di
(75 pasien), sehingga diperoleh
daerah Pangkalan Bun, Kalimantan
jumlah pasien diare di tiga apotek
Tengah. Kasus diare pada tahun 2018
adalah 207 pasien.
-2019 yang terjadi di Pangkalan Bun
dengan total 2840, data tersebut
Kriteria inklusi dan eksklusi
Jurnal Borneo Cendekia Vol. 4 No.2 Desember 2020 126

Kriteria inklusi dalam penelitian analisis univariat, digunakan untuk


ini adalah pasien diare dengan usia mendapatkan gambaran distribusi
18-59 tahun dan melakukan frekuensi karakteristik demografi dan
swamedikasi di apotek. Sedangkan variabel lain. Analisis bivariat,
kriteria eksklusinya adalah pasien digunakan untuk mengetahui
yang tidak termasuk dalam kriteria hubungan sosiodemografi dengan
inklusi penelitian ini. tingkat pengetahuan tentang
swamedikasi menggunakan uji chi-
Pengambilan data square.
Sumber data dalam penelitian ini
yaitu data primer yang diperoleh 3. Hasil dan Pembahasan
secara langsung dari responden Karakteristik Responden
melalui pengisian kuesioner. Sebanyak 207 responden yang
Kuesioner dalam penelitian ini terdiri terlibat dalam penelitian ini.
dari 4 bagian, yaitu bagian Berdasarkan hasil penelitian ini,
pendahuluan untuk mengetahui: responden didominasi oleh laki-laki
apakah pasien pernah menggunakan (55%) dengan golongan umur antara
obat swamedikasi, bagian 18-28 tahun (35,2%) dan mayoritas
pengetahuan swamedikasi bertujuan pendidikan terakhir adalah SMA
untuk mengetahui tingkat (53,7%) dengan kategori pekerjaan
pengetahuan pasien tentang yang paling banyak adalah karyawan
swamedikasi, bagian rasionalitas swasta (28,1%). Karakteristik
swamedikasi bertujuan untuk responden dapat dilihat pada Tabel 1.
mengetahui rasionalitas obat diare Tabel 1. Karakteristik Responden
yang digunakan responden dan Variabel Jumlah (%)
bagian data demografi responden Usia 73 35,2%
yang bertujuan untuk mengetahui a. 18-28 tahun 55 26,6%
karakteristik responden. Kuesioner b. 29-39 tahun 36 17,4%
yang digunakan sebelumnya c. 40-49 tahun 43 20,8%
dilakukan uji validitas dan d. 50-59 tahun
reliabilitas. Jenis Kelamin
a. Laki – laki 114 55%
b. Perempuan 93 45%
Analisis data
Pendidikan
Tingkat pengetahuan dibagi
Terakhir
menjadi 3 kategori yaitu tingkat SD 19 9,1%
pengetahuan baik (skor >76%), SMP 28 13,5%
sedang (skor 56%-75%) dan buruk SMA 111 53,7%
(skor <56%). Sedangkan rasionalitas Perguruan Tinggi 49 23,7%
dikategorikan menjadi 2 yaitu Pekerjaan
rasional jika memenuhi enam kriteria Karyawan Swasta 58 28,1%
ketepatan pengobatan sendiri dan Tidak bekerja 41 19,9%
tidak rasional jika tidak memenuhi Wirausaha 37 17,9%
enam kriteria ketepatan pengobatan Pegawai Negeri 35 16,9%
sendiri. Dilakukan pengolahan data Mahasiswa 21 10,1%
menggunakan SPSS. Analisis data Pelajar 7 3,3%
dilakukan melalui 2 tahap, yaitu Tenaga Kesehatan 5 2,4%
Jurnal Borneo Cendekia Vol. 4 No.2 Desember 2020 127

Guru 3 1,4% Berdasarkan hasil penilaian


mengenai tingkat pengetahuan, dapat
Sumber Informasi Memperoleh diketahui bahwa mayoritas tingkat
Obat Swamedikasi pengetahuan pasien tergolong sedang
Berdasarkan hasil penelitian ini yaitu 56,5%. Data lengkap dapat
dapat diketahui bahwa mayoritas dilihat pada Tabel 3.
responden melakukan swamedikasi Tabel 3. Frekuensi Tingkat
berdasarkan pengalaman pribadi / Pengetahuan Seluruh Responden
keluarga (57,90%). Kriteria Jumlah Persentase
Pasien
Pengalaman Pribadi Buruk 7 3,4 %
Petugas Kesehatan
Saran dari Orang Lain Sedang 117 56,5 %
Baik 83 40,1 %
15% Total 207 100 %
27% 58% Sebagian besar pertanyaan yang
diberikan tidak dapat dijawab dengan
benar oleh responden. Mayoritas
responden menjawab dengan baik
mengenai pertanyaan pengertian
Gambar 1. Sumber Informasi indikasi obat (68,1%). Kemudian
Obat diikuti pengetahuan pasien mengenai
kegunaan oralit (64,3%) dan
Pilihan Farmakologi Obat mengenai pengertian kontraindikasi
Berdasarkan tabel 2 golongan obat (63,3%). Tetapi responden
obat yang paling banyak digunakan paling sedikit menjawab dengan baik
pasien di Apotek Kelurahan pertanyaan tentang definisi
Mendawai untuk pengobatan swamedikasi (35,7%) dan logo obat-
swamedikasi diare yaitu golongan obatan (47,8%). Hal ini karena
obat bebas sebanyak 149 pasien kurangnya pengetahuan responden
(71,9%) dan jamu sebanyak 58 mengenai resiko dari pengobatan
pasien (28,1%). yang tidak tepat sehingga
Tabel 2. Obat dan Golongan Obat menganggap informasi tentang obat
Nama tidak begitu penting. Oleh karena itu,
Golongan Jumlah (%) upaya untuk membekali masyarakat
Obat
Entrostop agar mempunyai keterampilan
Obat Bebas 69 mencari informasi obat secara tepat
Neo
Obat Bebas 33 dan benar perlu dilakukan (Harahap,
Diaform 71,9
Obat Bebas 31
Oralit 2015). Keterangan lebih lanjut dapat
Obat Bebas 16
Guanistrep dilihat pada tabel 4.
Diapet Jamu 58 28,1
Total 207 100

Tingkat Pengetahuan Responden


Tentang Swamedikasi
Jurnal Borneo Cendekia Vol. 4 No.2 Desember 2020 128

Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Responden tentang Swamedikasi


Jawaban
No Soal
Benar (%) Salah (%) Tidak Tahu (%)
1. Definisi swamedikasi 74 (35,7) 26 (12,6) 107 (51,7)
2. Logo obat – obatan 99 (47,8) 31 (15) 77 (37,2)
3. Kegunaan oralit 133 (64,3) 16 (7,7) 58 (28)
4. Aturan pakai obat 111 (53,6) 77 (37,2) 19 (9,2)
Aturan pakai obat setiap 8
5. 114 (55,1) 41 (19,8) 52 (25,1)
jam
6. Pengertian indikasi obat 141 (68,1) 25 (12,1) 41 (19,8)
Pengertian kontra indikasi
7. 131 (63,3) 20 (9,7) 56 (27,1)
obat
Pengertian efek samping
8. 117 (56,5) 35 (16,9) 55 (26,6)
obat
9. Pengertian interaksi obat 107 (51,7) 26 (12,6) 74 (35,7)
10. Aturan penyimpanan obat 118 (57) 45 (21,7) 44 (21,3)

Rasionalitas Penggunaan Obat rasa tidak nyaman diperut. Efek


dalam Swamedikasi samping seperti itu banyak dirasakan
Berdasarkan hasil penilaian pasien yang menggunakan obat
mengenai rasionalitas penggunaan entrostrop, neo diaform dan
obat, dapat disimpulkan bahwa guanistrep. Sebelumnya pasien sudah
mayoritas responden di tiga apotek pernah menggunakan obat entrostop,
menggunakan obat secara rasional neo diaform, guanistrep dan
(63%). Pengggunaan obat yang menyebabkan pasien mengalami efek
rasional merujuk pada penggunaan samping. Dikarenakan pasien tidak
obat yang benar, sesuai dan tepat. membaca keterangan efek samping
Penggunaan obat di sarana pada kemasan obat, tetapi merasakan
pelayanan kesehatan umumnya gejala efek samping tersebut. Serta
belum rasional. Oleh karena itu, pasien kurang mendapatkan
diperlukan adanya suatu promosi informasi mengenai efek samping
penggunaan obat yang rasional obat dari apoteker. Lebih jelasnya
dalam bentuk komunikasi, informasi dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel
dan edukasi yang efektif dan terus- 6.
menerus yang diberikan kepada
tenaga kesehatan dan masyarakat Tabel 5. Frekuensi Rasionalitas
melalui berbagai media. Penggunaan Obat Diare
(Rahmayanti, 2017). Kategori Jumlah Persentase
Penggunaan obat yang tidak Tidak
76 37 %
rasional paling banyak disebabkan rasional
oleh efek samping obat (37%). Efek Rasional 131 63 %
samping yang paling umum dialami Total 207 100 %
responden adalah kembung, pusing,
Jurnal Borneo Cendekia Vol. 4 No.2 Desember 2020 129

Tabel 6. Rasionalitas Penggunaan Obat


No Evaluasi Rasionalitas Obat Jumlah Persentase
Rasional
1 Tepat Pemilihan Obat 207 Pasien 100%
2 Tepat Indikasi 207 Pasien 100%
3 Tepat Dosis
- Tepat Aturan Pakai 207 Pasien 100%
- Tepat Lama Pemberian 207 Pasien 100%
4 Kontra indikasi 207 Pasien 100%
5 Interaksi Obat 207 Pasien 100%
Tidak Rasional
6 Waspada Efek Samping 76 Pasien 37%
Tepat Informasi
- Pasien membaca keterangan obat 51 Pasien 25%
7
- Apoteker / TTK menyampaikan 66 Pasien 32%
informasi obat

Berdasarkan penelitian ini juga dapat (0,000) dan pekerjaan dengan


diketahui bahwa tingkat pengetahuan nilai (0,000).
mempunyai hubungan dengan usia
(nilai p = 0,016), pendidikan terakhir 5. Saran
(nilai p = 0,000) dan pekerjaan (nilai 1. Dinas Kesehatan Kotawaringin
p = 0,000). Kesimpulan tersebut Barat perlu memberikan promosi
didasari oleh nilai (p < 0,05) ketiga mengenai cara memilih dan
variabel faktor demografi pada uji menggunakan obat dengan benar
chi-square. dan tepat.
2. Diharapkan kepada mahasiswa
4. Kesimpulan farmasi, apotek ataupun tenaga
1. Tingkat pengetahuan pasien kesehatan lainnya agar lebih aktif
tentang swamedikasi di tiga dalam pengabdian masyarakat
apotek Kelurahan Mendawai dan melakukan penyuluhan
Pangkalan Bun, mayoritasnya kepada masyarakat tentang
adalah tingkat pengetahuan pengetahuan swamedikasi dan
tergolong sedang (56,5%). rasionalitas obat.
2. Rasionalitas penggunaan obat 3. Diharapkan kepada masyarakat
pada pasien diare di tiga apotek agar lebih mencari informasi
Kelurahan Mendawai Pangkalan tentang obat-obatan dari sumber
Bun yaitu Rasional (63%) dan yang dapat dipercaya khususnya
tidak rasional (37%). petugas kesehatan.
3. Faktor-faktor demografi yang 4. Pada penelitian tentang kualitas
mempengaruhi tingkat hidup selanjutnya diharapkan
pengetahuan swamedikasi pasien agar peneliti dapat menambahkan
di tiga apotek Kelurahan faktor-faktor yang dapat
Mendawai Pangkalan Bun yaitu mempengaruhi tingkat
usia dengan nilai (0,016), pengetahuan dan rasionalitas obat
pendidikan terakhir dengan nilai
Jurnal Borneo Cendekia Vol. 4 No.2 Desember 2020 130

seperti sikap dan penghasilan 2015. Jakarta: Kementerian


masyarakat. Kesehatan Republik Indonesia.

Daftar Pustaka Muharni, S., Fina, A., dan


Alfa, I. Persepsi Pasien Terhadap Maysharah, M. (2015).
Pelayanan Swamedikasi oleh Gambaran Tenaga
Apoteker di beberapa Apoteker Kefarmasian dalam
Wilayah Surabaya Selatan. Memberikan Informasi Kepada
2015;4(2):2 Pelaku Swamedikasi di
Apotek-Apotek Kecamatan
Aljaouni, dkk, 2015. Self-medication Tampan, Pekanbaru. Jurnal
Practice Among Medical and Sains Farmasi & Klinis. 2(1):
Non-medical Students at 47-53.
Taibah University, Madinah,
Saudi Arabia.International of Rahmayanti, E. (2017). Tingkat
Journal Academic Scientific Pengetahuan dan Rasionalitas
Research,Vol. 3 (4): 54-55 Swamedikasi pasien di Tiga
Apotek Kecamatan Medan
Ariani, P (2016). Diare pencegahan Sunggal. Skripsi. Medan:
dan pengobatan. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas
Nuha Medika Sumatera Utara.
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2016. Sharif, & Sharif, R.S. 2014. Self-
Statistik Daerah Kecamatan medication Among Non-
Umbulharjo 2016: Badan Pusat Healthcare Students of the
Statistik Kota Yogyakarta. University of Sharjah United
Arab Emirates. Archieve of
Dinkes, 2018. 10 Penyakit Terbesar Pharmacy Practice.Vol. 5 (1):
di Daerah Pangkalan Bun. 35-41
Kalimantan Tengah: Dinas
Kesahatan Kotawaringin Barat. Syukron A, Hasan N. Perancangan
Sistem Informasi Rawat Jalan
Harahap, N. A. (2015). Tingkat Berbasis Web Pada Puskesmas
Pengetahuan dan Rasionalitas Winong. Bianglala Inform.
Swamedikasi di Tiga Apotek 2015;3.
Kota Panyabungan. Skripsi.
Medan: Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
Kemenkes RI. (2015). Pemahaman
Masyarakat Akan Penggunaan
Obat Masih Rendah. Jakarta:
Pusat Komunikasi Publik.
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. (2016). Profil
kesehatan di Indonesia tahun

Anda mungkin juga menyukai