Skripsi NFT - Revisi 26 Juni 2023
Skripsi NFT - Revisi 26 Juni 2023
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023
SKRIPSI
PENGATURAN PERLINDUNGAN KARYA DIGITAL
NON-FUNGIBLE TOKEN (NFT) DALAM PERSPEKTIF
HUKUM HAK CIPTA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023
iii
PADA TANGGAL ____ 2023
Pembimbing I
__________
NIP.___________
Pembimbing II
__________
NIP.___________
PADA TANGGAL :
iv
Panitia Penguji Skripsi
Nomor ...............................................
v
pengetahuan penulis, tidak ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain. kecuali yang
disebutkan secara tertulis dalam naskah ini dan yang tercantum dalam daftar
pustaka.
Om Swastyastu,
vi
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas b
erkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan karya ini te
pat pada waktunya untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Huku
m dari Fakultas Hukum Universitas Udayana. Pada kesempatan kali ini penulis
CIPTA”
dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil. Untuk itu melal
2. Ibu Dr. Desak Putu Dewi Kasih,S.H.,M.H., Wakil Dekan I Fakultas Huk
um Universitas Udayana.
3. Ibu Dr. A.A Istri Ari Atu Dewi,S.H.,M.H., Wakil Dekan II Fakultas Huk
um Universitas Udayana.
Universitas Udayana.
vii
Semoga mereka yang mendoakan, membantu dan memotivasi penulis me
ndapat pahala dan hidayah dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa
masih terdapat keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan hasil penelitian ini. P
enulis dengan rendah hati menerima kritik dan saran demi perbaikan karya ini.
DAFTAR ISI
viii
HALAMAN SAMPUL DEPAN....................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ix
ABSTRAK......................................................................................................... xii
ABSTRACT....................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
ix
1.8 Metode Penelitian..........................................................................................14
Hukumnya.........................................................................…...30
x
TOKEN DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR
28 TAHUN 2014
BAB V PENUTUP
ABSTRAK
xi
Seiring perkembangan teknologi dan informasi, muncul berbagai inovasi
dalam bidang karya seni dan ciptaan. Keberadaan NFT menjadi salah satu bentuk
konkrit dari perkembangan teknologi dalam karya seni dan ciptaan. Secara aktual
ternyata pengaturan NFT belum secara tegas diatur dalam hukum positif Indonesia
sehingga menimbulkan suatu permasalahan hukum. Menelaah ketentuan dalam
Pasal 40 UU HC, terdapat kekaburan pengaturan hukum (norma kabur) mengenai
termasuk atau tidaknya karya cipta digital berbasis NFT sebagai bagian dari objek
ciptaan. Mengingat, dalam ketentan Pasal 40 UU HC baik dalam batang tubuh UU
HC maupun bagian penjelasan UU HC tidak ada satupun yang secara jelas
menyatakan bahwa objek ciptaan sebagaimana yang dimaksud Pasal 40 UU HC
dapat dilindungi bilamana objek ciptaan tersebut diciptakan dalam bentuk gambar
NFT. Dikarenakan belum jelasnya norma yang mengatur terkait karya cipta digital
berbasis NFT tersebut maka terdapat keambiguan atau kerancuan juga tentang
dapat atau tidaknya pemilik karya cipta digital NFT suatu kepastian akan
perlindungan hukum hak cipta.
Metode yang dipilih untuk skripsi ini merupakan metode penelitian hukum
normatif, dengan menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, yan
g terkumpul melalui teknik Teknik deskripsi, evaluasi, interprestasi serta argument
asi merupakan teknik analisis bahan hukum yang digunakan. Jenis pendekatan yan
g digunakan yaitu pendekatan historis, pendekatan konsep dan pendekatan
perundang-undangan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Karya cipta NFT mendapatkan
perlindungan hukum sesuai dengan rujukan ketentuan Pasal 40 ayat (1) huruf n
UU HC dimana NFT dapat diinterpretasikan sebagai karya lain dari hasil
transformasi yakni sebuah ciptaan yang diubah formatnya menjadi bentuk lain
dimana dalam hal ini dari bentuk gambar/foto menjadi karya NFT melalui sistem
blockchain. Proses transformasi mekanisme perlindungan lahirnya karya cipta
NFT dapat lahir dari perubahan ciptaan gambar/foto yang diubah formatnya
menjadi karya cipta NFT pada sistem blockchain maupun penciptaan langsung
karya digital yang dienskripsi juga pada sistem blockchain dengan rujukan Pasal
40 ayat (1) huruf n UU HC sehingga bilamana terhadap karya cipta NFT tersebut
dilakukan proses transformasi tanpa seizin pemegang hak cipta atau penciptanya
maka dapat diajukan gugatan keperdataan dan/atau tuntutan secara pidana
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 99 UU HC.
Kata Kunci: Karya Digital, Non-Fungible Token, Hak Cipta
ABSTRACT
xii
Along with the development of technology and information, various
innovations have emerged in the field of works of art and creations. The existence
of NFT is a concrete form of technological development in works of art and
creations. Actually, it turns out that NFT arrangements have not been explicitly
regulated in Indonesian positive law, thus creating a legal problem. Examining the
provisions in Article 40 of the HC Law, there is ambiguity in legal regulations
(blurring norms) regarding whether or not NFT-based digital copyright works are
included as part of the object of creation. Bearing in mind, in the provisions of
Article 40 of the HC Law, neither in the body of the HC Law nor in the elucidation
section of the HC Law, there is nothing that clearly states that a created object as
referred to in Article 40 of the HC Law can be protected if the created object is
created in the form of an NFT image. Due to the unclear norms governing this
NFT-based digital copyright work, there is ambiguity or confusion about whether
or not the owner of an NFT digital copyright work has certainty about copyright
law protection.
The method chosen for this thesis is a normative legal research method,
using primary legal materials, secondary legal materials, which are collected
through the techniques of description, evaluation, interpretation and
argumentation techniques which are the analysis techniques of the legal materials
used. The types of approaches used are historical approaches, conceptual
approaches and statutory approaches.
The results of the study show that NFT copyrighted works receive legal
protection in accordance with the provisions of Article 40 paragraph (1) letter n of
the HC Law where NFT can be interpreted as another work resulting from the
transformation, namely a work whose format has been changed to another form, in
this case from an image. /photos become NFT works through the blockchain
system. The process of transforming the mechanism for the protection of the birth
of NFT copyrighted works can be born from changing the format of an
image/photo creation to an NFT copyrighted work on the blockchain system as
well as the direct creation of encrypted digital works also on the blockchain
system with reference to Article 40 paragraph (1) letter n of the HC Law so that if
the NFT copyrighted work undergoes a transformation process without the
permission of the copyright holder or creator, a civil suit and/or criminal charge
can be filed as provided for in Article 99 of the HC Law.
Keywords: Digital Creations, Non-Fungible Token, Copyright
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
digitalisasi terhadap karyanya untuk selanjutnya dijual. Salah satu fenomena yang
ada dimasyarakat saat ini adalah keberadaan karya cipta digital berbasis Non-
Fungible Token (NFT). Salah satu yang sempat mendapatkan sorotan publik
adalah NFT Sultan Gustaf Al Ghozali alias “Ghozali Everyday” berupa foto selfie
1
CNN Indonesia, “Fenomena Ghozali Everyday, Orang Jual NFT Selfie KTP Hingga
Lemari”, diakses melalui https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20220117111237-185-
747486/fenomena-ghozali-everyday-orang-jual-nft-selfie-ktp-hingga-lemari, diakses pada tanggal
30 Juni 2022.
1
2
Pada dasarnya, NFT merupakan suatu aset berbentuk digital yang dapat
disimpan dalam buku kas public atau ledger terdistribusi yang mencatat transaksi
serta mempunyai kode identifikasi dan metadata unik yang membedakan antara
pemahaman terhadap NFT dapat dilihat sebagai aset digital yang mewakili
layaknya objek dunia nyata meliputi animasi, foto, gambar, tanda tangan, tiket,
mural art maupun karya seni lukisan dan berbagai bentuk karya lainnya. Dalam
lintas sejarahnya, kemunculan NFT mulai meluas sejak tahun 2014 dengan
“Quantum” sebagai NFT pertama yang mempunyai nilai saat ini sebesar 7 juta
dollar Amerika Serikat.2 Faktor utama penyebaran karya cipta digital NFT adalah
kemajuan teknologi yang begitu pesat. Puncak kepopuleran NFT baru dimulai
pada tahun 2017 hingga kini yang disebabkan oleh kemudahan dan efisiensi yang
ditawarkan dalam proses transaksi terhadap karya cipta digital tersebut. Kendati
demikian, sebenarnya proses transaksi pada karya cipta digital berbasis NFT
pengenal sekaligus pembeda dengan karya NFT lainnya. Disamping itu, terdapat
pula system otentifikasi yang ditujukan untuk menjadi bukti kepemilikan dan
jaminan keamanan kepada sang pemilik karya. Adapun karakteristik dari NFT
2
Sugiharto, Alexander, Muhammad Yusuf Musa, and Mochamad James Falahuddin. 2022.
NFT & Metaverse: Blockchain Dunia Virtual, & Regulasi. Jakarta: Indonesian Legal Study For
Crypto Asset and Blockchain (2).
3
2. Adanya kode unik yang dapat membedakan antara satu karya NFT
5. Setiap karya memiliki token unik NFT dan tercatat pada buku besar
karyanya untuk memperoleh manfaat ekonomi lebih besar. Namun salah satu
pada market place platform menjadi salah satu penyebab utamanya munculnya
persoalan terhadap penjaminan hak atas karya dari pihak yang menciptakan karya
digital NFT tersebut. Disamping itu, dalam proses transaksi yang dilakukan
terdapat kerancuan atas proses peralihan hak cipta dalam karya digital. Hal ini
suatu hak Kekayaan Intelektual (KI). Adapun karya cipta NFT prosesnya dapat
Mengunggah
Item File
Naruto
Komik Film Karya Cipta (gambar) ke
Naruto (Anime) Naruto dalam
3
Ibid. Naruto (Merchandise marketplace
dari gambar) NFT dan
memilih
blockchain
4
KI secara teoritis ialah suatu hak yang diberikan terhadap suatu cipta karya
yang dibuat melalui pendayagunaan pikiran dan mental dengan disertai pula
pengorbanan energy, biaya dan waktu.4 hak cipta sebagai bagian dari KI
merupakan hak yang diberikan atas karya yang dibuat oleh seseorang dan
Indonesia pengaturan hak cipta diatur di Indonesia melalui UU No. 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta. Secara khusus, diatur pada Pasal 1 angka 1 bahwa:
“Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
peraturan perundang-undangan.”
Selain itu, dalam kaitannya dengan objek ciptaan yang dilindungi, seluruh ciptaan
yang berkaitan dengan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra harus dipahami s
berikut:
a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
pengetahuan;
f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
h. karya arsitektur;
i. peta
k. karya fotografi;
l. Potret;
m. karya sinematograh;
budaya tradisional;
p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
s. program Komputer.”
6
“(2) Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n dilindungi sebagai
Ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.“
“(3) Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), termasuk
Selanjutnya, pengalihan hak ekonomi yang berkaitan dengan hak cipta diatur dala
m Pasal 16:
“(2) Hak Cipta dapat dialihkan atau dialihkan seluruhnya atau sebagian.:
a. Real Estat
b. Hibah
c. Wakaf
d. Akan
e. Persetujuan Tertulis.
“(4) Ketentuan mengenai Hak Cipta sebagai objek jaminan fidusia sebagaimana
perundang-undangan.”
pengaturan hukum (norma kabur) mengenai termasuk atau tidaknya karya cipta
digital berbasis NFT sebagai bagian dari objek ciptaan. Mengingat, dalam ketentan
7
HC tidak ada satupun yang secara jelas menyatakan bahwa objek ciptaan
ciptaan tersebut diciptakan dalam bentuk NFT. Dikarenakan belum jelasnya norma
yang mengatur terkait karya cipta digital berbasis NFT tersebut maka terdapat
keambiguan atau kerancuan juga tentang dapat atau tidaknya pemilik karya cipta
penulis merasa ada suatu urgensi dalam melakukan penulisan terhadap masalah
pengaturan karya cipta digital NFT dan perlindungan hukumnya melalui sebuah
memiliki hubungan dengan karya cipta digital NFT untuk melihat apakah karya
6
Ali, Zainuddin. 2021. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika. (20)
8
masalah hukum yang serupa dengan masalah pengaturan karya berhak cipta
dengan non-fungible tokens (NFT) sebagai hak cipta dari sudut pandang hukum
Tabel 1.1
Daftar Penulisan Sejenis
Berdasar pada tabel yang disajikan maka terlihat adanya perbedaan dan
unsur kebaharuan dari masalah hukum yang diangkat dimana penulisan ini secara
khusus menelaah berkenaan dengan permasalahan hukum karya cipta digital yang
lebih spesifik yakni berbasis NFT. Perbedaan konsep NFT ini memunculkan
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk berkontribusi pada
upaya pengembangan ilmu hukum terkhusus pada hal yang berhubungan dengan
aspek hukum karya cipta digital berbasis NFT baik dari perspektif pengaturan
1) Untuk mengetahui apakah karya cipta digital berbasis NFT dapat dilindung
perlindungan hukum yang diberikan atas karya cipta digital berbasis NFT
Manfaat teoritis dari penulisan ini adalah untuk memberikan kontribusi inte
lektual untuk penelitian tentang masalah hak cipta digital berbasis NFT. Dari sini
maka akan terdapat perkembangan ilmu pengetahuan hukum yang terjadi saat
dan perlindungan hukum atas hak cipta digital berbasis NFT di Indonesia.
Landasan teoritis terdiri dari berbagai asas hukum , konsep hukum serta teo
7
ri hukum umum dan khusus yang bertalian dengan permasalahan yang diangkat
Pada dasarnya istilah rechstaat atau rule of law merupakan konsep yang
muncul pada abad ke-19. Rudolf Von Gneist yakni seorang guru besar dari Jerman
lainnya, gagasan mengenai negara hukum sejatinya telah berkembang dari zaman
Yunan Kuno dimana Plato melalui “the republic” mengemukakan bahwa Negara
7
Fakultas Hukum Universitas Udayana. 2020. Denpasar: Pedoman Pendidikan Fakultas
Hukum Universitas Udayana. (79).
8
Nurul Qamar. 2022. Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum Demokrasi. Jakarta: Sinar
Grafika. (9)
9
Jimmly, Asshiddiqie. 2008. Menuju Negara Hukum Yang Demokratis, Jakarta: Sekretariat
Jenderal Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. (687)
12
Konsepsi Negara hukum dapat dikotomikan kedalam dua arti yakni secara
formal atau sempit (klasik) dan secara materiil atau luas (modern). Secara sempit
telah ditentukan oleh hukum tertulis. Menurut Utrecht terkait hal ini ditekankan
bahwa Negara mempunya tugass utama dalam menjamin kedudukan ekonomi dari
golongan penguasa (rulling class) dan keamanan. Sedangkan negara hukum dalam
arti luas lazim disebut juga dikaitkan dengan tugasnya untuk mensejahterakan atau
berjudul “law in changing society” mengatakan bahwa rule of law mesti dilihat
dalam arti formal sebagai “the organized public power atau suatu kekuasaan
umum yang teroganisir” dan dalam arti materiil kaitannya pada “ideology sense
didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Adapun Pancasila ialah sumber materiil
atas perumusan negara hukum Indonesia menjadi sebuah cara pandang bangsa
terhadap nilai-nilai dasar yang dipegang teguh oleh bangsa. Sedangkan UUD 1945
di Indonesia.10
10
Sugiarto. 2021. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, (315).
13
pengayoman terhadap hak asasi manusia agar tidak dirugikan oleh pihak lainnya.
Hal ini ditujukan agar setiap orang dapat menikmati hak-hak yang mereka miliki
tanpa terenggut atau terlanggar oleh pihak lainnya atau penguasa. Bilamana
melihat secara arti kata, sebenarnya dalam bahasa inggris istilah perlindungan
penguasa yang tidak selaras dengan aturan hukum sehingga dapat menganggu
hukum bisa dikotomikan ke dalam dua hal yaitu perlindungan hukum preventif
Contohnya adalah dijatuhkannya sanksi seperti denda, penjara dan hukum lainnya
terhadap pihak yang melanggar hak-hak pihak lain, terkhusus di era digital seperti
11
Ibid, (l3)
14
saat ini penjatuhan sanksi diperlukan untuk menanggulangi pelanggaran hak yang
hukum untuk memberikan rasa aman secara fisik dan psikis dari ancaman dan
berbagai institusi penegak hukum dapat haruslah dilihat sebagai bentuk dari
mengkaji masalah hukum dengan berdasar pada persoalan norma yang terjadi baik
itu adalah norma kabur, kosong ataupun konflik.16 Secara khusus masalah norma
yang diteliti adalah norma kabur (vague of norm) terkait aspek regulasi karya cipta
12
Budi Agus Riswandi. 2017. Pembatasan dan Pengecualian Hak Cipta Di Era Digital.
Bandung: Citra Aditya Bakti, (9)
13
Philipus M. Hadjon. 2011. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, (10)
14
Utami, Nurani Ajeng Tri. (2018). Perlindungan Hukum Terhadap Pelayanan Kesehatan
Tradisional di Indonesia. Volksgeist: Jurnal Ilmu Hukum dan Konstitusi, Volume 1, Nomor. 1, (11-
20)
15
Wijaya, Putu Ary Suta. (2021). Penanganan Kelompok Radikalisme Di Wilayah
Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara. Journal of Law (Jurnal Ilmu Hukum) ,
Volume 7, Nomor. 1, (215-231).
16
Ali, Zainuddin.op.cit, (22)
15
digunakan untuk melihat sejarah perkembangan karya cipta digital berbasis NFT
Sumber-sumber hukum yang ada pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
ktronik
Bahan hukum sekunder yang terkumpul dari berbagai buku dan artikel hukum
Teknik pengumpulan bahan hukum pada penelitian ini adalah studi kepustakaa
n dimana teknik ini dilakukan melalui proses pengumpulan atas berbagai literature,
melakukan proses analisis dengan berdasar pada kondisi dan peristiwa hukum yan
uturistis dan komparatif. Adapun yang terakhir teknik evaluasi ialah berfokus pada
pandangan mengenai tepat atau tidaknya suatu konklusi atau benar atau tidaknya
17
Diantha, I. Made Pasek, Ni Ketut Supasti Dharmawan, dan I. Gede Artha. 2018. Metode
Penelitian Hukum dan Penulisan Disertasi. Denpasar: Swastu Nulus, (65)
17
BAB II
Istilah hak kekayaan intelektual (KI) dalam bahasa Inggris disebut dengan
Intellectual Property. KI mengacu pada hak yang timbul dari gagasan yang
menghasilkan suatu produk atau proses yang bermanfaat bagi banyak orang. 18 KI
juga dapat diartikan sebagai hak untuk menikmati kreativitas ekonomi dan
kepada kreator, inventor, atau pendesain atas hasil kreasi atau temuannya yang
18
Nanda Dwi Rizkia. 2022. Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Bandung: Widina
Bhakti Persada Bandung (1)
19
Ibid.
18
Secara sederhana KI juga mengarah pada pengertian hak untuk melindungi kekaya
adalah untuk pengakuan dan pengakuan atas karya atau kreativitas. Lain dari pada
diberikannya KI meliputi:21
1. Sebagai bentuk penghargaan dan pengakuan atas hasil karya atau kreativitas
seseorang
kreatifnya sendiri
Menengok sejarah KI, sebenarnya KI telah berkembang jauh sejak abad ke-18.
Saat itu, perdebatan tentang adaptasi kecerdasan manusia terhadap hak yang lebih
penting dan struktural yang muncul dari hukum semakin menjadi agenda di Eropa.
Kecepatan peningkatan dan perluasan hak kekayaan intelektual tidak lepas dari
tersebut merupakan titik awal untuk menyelaraskan dan menata hak kekayaan
Protection of Industrial Property, biasa dikenal dengan Paris Union atau Kongres
Paris (Paris Congress). Kongres ini berlangsung pada tanggal 20 Maret 1883 di
dan Swiss. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan dunia, Konvensi Paris
1900, Washington, AS, 2 Juni 1911, Den Haag, Belanda, 6 November 1925,
London, Inggris, Juni 2, 1934, Lisbon, Portugal 31 Oktober 1958 dan Stockholm,
Swedia 14 Juli 1967 dan diubah 28 September 1979. Sampai saat ini 173 negara
paling diterima. Di dalam dunia Konvensi Paris mulai berlaku di Thailand pada 2
TABEL 1
Zimbabwe, Ekuador,
Mesir, El Salvador,
Guinea, Republik
Khatulistiwa, Ghana,
Yunani, Grenada,
21
Guatemala, Guinea ,
kekayaan intelektual suatu negara yang diberikan kepada warga negara negara lain
yang sama terhadap pelanggaran. Secara teoritis, Posisi penting Konvensi Paris
dan belum mengikat. Setelah Konvensi Paris dikgaungkan sebagai sebuah awalan
hak milik. Ini diikuti oleh Konvensi Berne, yang disahkan pada tahun 1886.24
mereka adalah warga negara mereka sendiri.25 Menurut Konvensi Berne, hak cipta
23
Nanda Dwi Rizkia. op.cit. (3)
24
Ibid. (4)
25
Ibid. (32)
26
World Intellectual Property Organization. “Organisasi Hak atas Kekayaan Intelektual
Dunia”, diakses melalui https://p2k.unkris.ac.id/ , pada tanggal 14 Januari 2023.
22
intelektual.
TABEL 2
1970 58
1980 70
1990 83
2000 147
2010 164
harus dijamin dan aturan khusus yang ada bagi negara-negara berkembang yang
juga ingin meraih keuntungan dari perjanjian tersebut. Tiga prinsip dasar itu antara
lain:27
3. Ciptaan satu negara (misalnya ciptaan warga negara suatu negara atau karya
Tahun 2016
Tahun 2000
Tahun 2000
hanya ketika daya intelektual humanity telah menciptakan sesuatu yang baik yang
24
Bainbridge KI merupakan:28
“Intellectual Property is the collective nama given to legal rights which protect the
product of the human intellect.14 The term intellectual property seem to be the
best available to cover that body of legal rights which arise from mental and
artistic endeavor”
Dari perspektif ini, kekayaan intelektual ini adalah hak yang berasal dari
28
Rizqi Tsaniati Putr. (2021). Syarat Kebaruan Pada Desain Industri Sebagai Dasar Gugatan
Pembatalan Desain Industri. Junral Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas
Indonesia. 1 (4), 2111-2128
25
1. Paten (Paten)
2. Model utilitas (model desain dan konstruksi), atau dikenal dengan paten
3. Desain industri
termasuk rahasia dagang, merek jasa, dan perlindungan terhadap persaingan tidak
sebagai berikut:
1. Paten
2. Model utilitas
4. Bertukar rahasia
5. Merek dagang
6. Tanda layanan
8. Nama asli
29
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. 2017. Hari Kekayaan Intelektual Sedunia.
Volume XIV, Edisi II, (25)
26
9. Tanda asli
yaitu:30
perlindungan merek dagang. Perlindungan hak cipta juga diberikan pada tahun
1982, dan sistem paten baru diperkenalkan pada tahun 1991. Perlindungan
a. Hak Cipta
Sebagai hak khusus bagi pencipta atau pemegang hak untuk menerbitkan,
dilarang oleh peraturan. Untuk alasan perlindungan hak cipta, proses pendaftaran
biasanya tidak diwajibkan/wajib. Dalam hal ini, kami hanya menyarankan agar
penulis melalui proses pendaftaran. Sebab, surat pendaftaran itu nantinya bisa
menjadi alat bukti pertama di pengadilan jika terjadi perselisihan dengan yayasan.
ada, serta diperpanjang sampai dengan 600 bulan pasca kreator wafat. Dalam hal
beberapa pencipta, hak diberikan seumur hidup pencipta terakhir dan diperpanjang
b. Hak Paten
30
Nanda Dwi Rizkia. op.cit. (13)
27
memberikan kepada penemu untuk jangka waktu tertentu suatu invensi di bidang
teknik, dan ditetapkan hak eksklusif untuk mengerjakan sendiri invensi tersebut
a) Sistem first-to-file adalah sistem yang memberikan hak paten kepada orang
Paten yakni:
umum;
e) proses biologis yang penting untuk produksi tanaman atau hewan, tidak
c. Merek (trademark)
28
Merek dagang adalah tanda dalam bentuk nama, gambar, kata, huruf, angka,
skema warna, atau kombinasi dari elemen dan fitur yang digunakan dalam
kegiatan komersial yang melibatkan barang dan jasa. Dalam hal ini, jangka waktu
d. Desain Industri
penciptaan kesan spasial melalui garis dan warna, kombinasi dan sambungan garis
dan warna, atau gabungan dari hal-hal tersebut, yang dapat diciptakan dalam tiga
dimensi. Atau gunakan pola 2D untuk membuat produk, barang dagangan, bahan
industri atau kerajinan. Hak Desain Industri adalah hak eksklusif yang diberikan
oleh Negara Republik Indonesia kepada pendesain atas hasil karyanya untuk
pihak lain untuk menggunakan hak tersebut. Seorang desainer dalam hal ini adalah
seseorang yang membuat model industri. Dalam hal ini jangka waktu perlindungan
Rahasia dagang adalah informasi dalam bidang bisnis atau teknis yang tidak
komersial, dan dirahasiakan oleh pemiliknya. bagian dari rahasia dagang meliputi
hukum. Namun, setiap pengalihan hak harus dilakukan secara tertulis dan
terhadap pihak ketiga kecuali telah terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual. Jangka Waktu Rahasia Dagang Jangka waktu hak rahasia dagang tidak
Sirkuit terpadu merupakan produk setengah atau dalam bentuk jadi yang
perlindungan atas desain tata letak sirkuit terpadu adalah yang bersifat orisinal.
Pemaknaan orisinil ialah apabila desain tersebut merupakan hasil karya mandiri
pendesain, dan pada saat desain tata letak sirkuit terpadu tersebut dibuat tidak
merupakan sesuatu yang umum bagi para pendesain. Kemudian terkait dengan
jangka waktu perlindungan desain tata letak sirkuit terpadu adalah sebagai berikut:
pertama dari desain tersebut atau sejak tanggal penerimaan. Jangka waktu
penggunaan pertama.
tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Merujuk dalam Pasal 1 ayat (2) UU
Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) adalah hak yang diberikan kepada pemulia
pemuliaannya atau memberi persetujuan kepada orang atau badan hukum lain
perlindungan yang diberikan adalah selama 20 (dua puluh) tahun untuk tanaman
31
Elyta RasGinting. 2012. Hukum Hak Cipta Indonesia, Bandung: PT. Citra Adtya Bakti,
(31)
31
Kelahiran dan perkembangan hukum hak cipta dalam bidang hukum telah
Hak cipta secara umum dipercaya menjadi milik Inggris pada awal abad ke-17 dan
Perancis pada akhir abad ke-17. Hak cipta berasal dari Inggris dan Prancis, dan
Inggris dan Prancis dianggap sebagai dua rezim perwakilan dari sistem hukum
global saat ini. Konsep hak ekonomi dan moral juga berakar pada hukum hak cipta
dari dua sistem hukum yang berbeda tersebut. Sejarah hak cipta di kedua negara
negara-negara hukum sipil di mana hak moral sudah mapan, seringkali lebih
Karena perlindungan hak cipta tidak memadai dan tidak memberikan tujuan
atau manfaat apa pun bagi pengembangan bakat dan kreativitas pencipta, maka
dapat menjamin bagi pencipta kapan saja dan di mana saja, sehingga mendapatkan
seorang pencipta.
Konvensi Roma dan Konvensi Jenewa33 Konvensi Berne, atau Konvensi Berne,
adalah perjanjian hak cipta internasional yang pertama kali diratifikasi pada
32
Ibid.
33
Novianti, loc.cit.
32
dan desain industri. Selanjutnya terdapat UCC, yang mulai berlaku pada tanggal
internasional untuk perlindungan hukum dari tiga kelompok pemegang hak cipta
sehubungan dengan hak-hak terkait. Tiga kelompok pemilik hak cipta yang
dimaksud adalah:36
seni.
34
Syahmin, AK. 2006. Hukum Dagang Internasional. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada,
(121)
35
Muhamad Djumhana dan Djubaedillah. 2014. Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori, dan
Praktiknya di Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti, (215 – 216)
36
Ibid.
33
3. Lembaga-lembaga penyiaran
2014 tentang Hak Cipta (UU HC). Merujuk dalam Pasal 1 angka 1 ditentukan
“Hak Cipta merupakan hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
peraturan perundang-undangan”
Menurut Miller dan Davis, hak cipta diberikan atas dasar keaslian atau orisinalitas.
Artinya, ciptaan itu sebenarnya adalah karya pencipta aslinya. Dalam UU HC,
dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Yang dihasilkan atas
Dalam Pasal 40 Ayat (1) huruf q UU HC ditegaskan bahwa: Ciptaan atau karya
cipta yang mendapatkan perlindungan Hak Cipta adalah karya cipta yang dalam
pribadi”
34
Hak Cipta juga diatur dalam Keputusan Nomor 16 Tahun 2020 tentang
Pendaftaran Ciptaan dan Produk Terkait. Produk hukum ini pada intinya
tersebut.
Karya cipta digital adalah semua ciptaan yang diciptakan oleh pencipta dengan
bantuan teknologi modern (internet). Karya cipta digital, pada dasarnya adalah
konsekuensi logis dari adanya perkembangan Ketika teknologi baru muncul, itu
pengertian yang serupa dengan karya cipta pada umumnya namun yang
membedakan adalah adanya proses digitalisasi atas objek ciptaannya. Karya yang
sebelumnya ada dalam bentuk tradisional dibawa ke bentuk digital. Sebagai aturan
umum, karya tradisional yang telah dikonversi ke bentuk digital tidak kehilangan
perlindungan hak cipta, seperti halnya karya yang benar-benar dibuat dalam
bentuk digital. Jika suatu karya memenuhi standar penciptaan, hak cipta juga
37
Simatupang, Khwarizmi Maulana. (2021). Tinjauan Yuridis Perlindungan Hak Cipta
Dalam Ranah Digital. Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, 15 (1), 67-80
35
160 negara berpartisipasi dalam Konferensi WIPO, dan fokus tema konferensi
digital.38 Hasil dari konferensi ini adalah WIPO Copyright Treaty (WCT) dan
WIPO Performances and Phonograms Treaty (WPPT), dua hasil regulasi hak
ini dikenal sebagai secara internasional sebagai “WIPO Internet Triteas.” WCT
dan WPPT didasarkan pada dua alasan, yakni: Pertama, Perjanjian ini dibuat untuk
38
Budi Agus Riswandi. (2016). Hukum Dan Teknologi: Model Kolaborasi Hukum Dan
Teknologi Dalam Kerangka Perlindungan Hak Cipta Di Internet. Jurnal Hukum IUS QUIA
IUSTUM. 3, 23.
39
Ibid.
40
Budi Agus Riswandi. 2016. Doktrin Perlindungan Hak Cipta Di Era Digital. Yogyakarta:
FH UII Press.
36
dikonversi ke bentuk digital tanpa kehilangan hak cipta. Karya digital tentunya
kemudahan distribusi dan penyampaian pesan dalam bentuk file data. Terutama
dalam hal perlindungan hak cipta, pakar hak cipta, dan teknisi internet bekerja
lain yang dikenal dengan Digital Rights Management (DRM), adalah sistem
keamanan atau enkripsi yang digunakan untuk melindungi hak digital. DRM
Kebijakan dan model bisnis terkait untuk distribusi dan pengelolaan kekayaan
Pengaturan hukum terkait ruang lingkup dan objek karya cipta di Indonesia
diatur bahwasannya terdapat beberapa ciptaan yang dilindungi dalam bidang ilmu
a. Buku, pamflet, ekspresi wajah, publikasi, dan karya berhak cipta lainnya
h. Peta
j. Fotografi
k. Potret
l. Karya Sinematografi
budaya tradisional
o. Pengeditan karya atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
r. Program Komputer
invensi yang berdiri sendiri dengan tidak mengurangi hak cipta dari
Ayat (3): Perlindungan dalam pengertian ayat (1) dan ayat (2) juga
Selain ciptaan yang dilindungi oleh hak cipta, ditentukan pula dalam pasal 41 UU
a. Ciptaan yang belum terwujud, yaitu ciptaan yang masih ada dalam pikiran,
b. setiap ide, proses, sistem, metode, konsep, prinsip, penemuan, atau data
akan suatu alat atau produk tertentu yang mempunyai kegunaan dan fungsi
Kemudian dalam Pasal 42 ditegaskan kembali tidak terdapat hak cipta terhadap
b. peraturan perundang-undangan;
Pada dasarnya objek-objek karya cipta digital dapat berupa ciptaan sebagaimana
Sitompul, Ada dua jenis karya digital berhak cipta di Internet. Salah satunya
adalah hak cipta atas konten yang ditemukan di media internet berupa informasi,
artikel, esai, resensi, program, atau karya lain yang sejenis. Kedua, nama, alamat
situs web, alamat email atau hak cipta dari alamat email pelanggan yang
yang berbeda dengan representasi aslinya. Kunci dari pemilik hak cipta
dapat dipublikasikan.
Non-Fungible Token (NFT) adalah aset digital yang mencatat transaksi dan
disimpan di jaringan blockchain dalam buku kas publik (ledger) terdistribusi deng
an kode identifikasi unik dan metadata yang berbeda satu sama lain.41 Dalam sejara
hnya, NFT dikenal sejak tahun 2014, diperkenalkan oleh sebuah platform bernama
"counterparty" dan "quantum" yang menjadi karya NFT pertama di dunia. Jika d
itaksir sekarang, kini bernilai US$7 juta.42 Pada tahun 2017, NFT mulai
saat ini. NFT adalah platform digital baru yang membantu para seniman
meningkatkan kreasi mereka dengan akses mudah dan alat serta metode yang
41
Muhammad Yusuf Musa & Mochamad James Falahuddin. 2022. NFT & Metaverse:
Blockhain Dunia Virtual & Regulasi. Jakarta: Indonesia Legal Study for Crypto Asset and
Blockhain, (198).
42
Dewi Sulistianingsih & Aprialana Khomsa Kinanti. (2022). Hak Karya Cipta Non-
Fungible Token (NFT) Dalam Sudut Pandang Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Krtha
Bhayangkara, 16 (1), 197-206
41
seniman untuk memonetisasi karya mereka dengan lebih efisien. Namun, tidak
dapat dipungkiri bahwa NFT masih menghadapi banyak masalah hukum dan
teknis. Mirip dengan posisi atau posisi NFT terkait hak kekayaan intelektual,
pemilik NFT hanya memiliki kode khas dan pemberitahuan yang menyatakan
bahwa pemilik memiliki pengidentifikasi unik, sehingga pemilik NFT tidak dapat
Keunikan NFT adalah tidak semua token NFT sama, sehingga dapat
digunakan untuk membuat aset digital yang unik. Fitur unik lain dari NFT adalah
NFT dapat didaftarkan di jaringan blockchain dan NFT bersifat transparan dan
NFT juga dapat dilacak secara real time. Karena setiap token berada di buku besar
digital dan jaringan terdistribusi yang tidak dapat diubah, NFT tidak dapat
NFT dengan mudah menyesuaikan atau berbaur dengan ekosistem digital dunia
43
Ibid.
44
Ibid.
42
Dalam konteks hak kekayaan intelektual (“IP”), NFT dianggap sebagai aset
tidak berwujud pribadi. Aset tidak berwujud adalah objek atau benda yang tidak
dapat disentuh atau dipegang, tetapi diberi nilai tertentu. Perlu ditekankan bahwa
memiliki NFT tidak memberikan hak tak terbatas kepada pemilik atas aset
tersebut. NFT ini dapat dilihat sebagai aset digital yang mewakili objek dunia
nyata seperti karya seni, lukisan, animasi, foto, video, gambar, musik, tanda
tangan, tiket, dan karya kreatif lainnya. Perbedaannya adalah setiap cryptocurrency
koleksi dalam bentuk fisik, hanya saja NFT sepenuhnya digital. NFT
memungkinkan pembeli untuk memiliki produk atau produk NFT asli. NFT juga
memverifikasi Anda adalah satu-satunya pemilik NFT yang Anda beli. Membeli
karya digital juga memberikan pembeli hak cipta digital dan hak kepemilikan
eksklusif. NFT hanya dapat dimiliki oleh satu pemilik dalam satu waktu. NFT ini
diperdagangkan secara online dan dibeli dengan mata uang kripto. Transaksi NFT
dapat diproses melalui berbagai marketplace salah satunya Opensea.46 Pada dasarn
ya, ormat dan sifat aset NFT digital itu sendiri tidak terbatas pada karya seni digita
l, apa pun yang digital dapat digunakan sebagai NFT. Namun, NFT yang paling
umum digunakan saat ini adalah karya seni digital. Bisa dibilang NFT ini adalah
45
Muhammad Yusuf Musa & Mochamad James Falahuddin. op.cit
46
Vinanda Prameswati, Nabillah Atika Sari, dan Kartika Yustina Nahariyanti. (2022). Data
Pribadi Sebagai Objek Transaksi Di NFT Pada Platform Opensea. Junal civic Hukum. 7 (1), 2
43
aset digital yang mewakili objek dunia nyata seperti karya seni, lukisan, animasi,
foto, video, gambar, musik, tanda tangan, tiket, atau karya kreatif lainnya.
Perbedaannya dengan mata uang kripto adalah setiap mata uang kripto
karya cipta yang dapat dijadikan NFT adalah foto, gambar, lukisan, music, seni
visual dua dimensi, gambar bergerak dan video. Berkaitan dengan cara menjual
(1) Klik ikon gambar profil di kanan atas untuk membuka menu "Koleksi
Saya".
(2) Selanjutnya, pilih NFT yang ingin Anda jual dan klik “Jual”.
(3) Kemudian pilih skema penjualan yang ingin digunakan. Jika Anda ingin
Anda inginkan.
(5) Anda juga dapat mengatur durasi penjualan NFT dengan mengklik kolom
NFT.
sistem blockchain, yang merupakan sistem seperti buku yang mencatat semua
47
Ibid.
44
Pertama, calon pencipta karya cipta NFT mesti mengunjungi laman opensea yakni
gambar dibawah:
Setelah itu perlu dilakukan pengaturan untuk menghubungkan akun crypto wallet
48
Nadya Olga Aletha. 2021. Memahami Non-Fungible Tokens (NFT) di Industri Crypto Art.
Yogyakarta: Center for Digital Society. (3)
49
Ibid.
45
biodata, alamat email, banner profile dan username yang ingin digunakan.
Pada laman opensea klik pilihan collection dan setelahnya klik create
collection, lebih lanjut pada proses ini Karya berhak cipta disimpan dalam bentuk
digital (memiliki karya berhak cipta dalam bentuk aset digitalnya sendiri untuk
dikonversi ke NFT). Seperti gambar, foto, GIF, video, lukisan, musik atau
pengubahan karya cipta tersebut menjadi NFT pada sistem blockchain dengan
digital tersebut menjadi NFT dapat diperiksa pada tampilan pilihan my collection
sebagai berikut:
46
Setelah Anda menemukan NFT yang ingin Anda jual, Anda perlu mengetuk opsi
"sell" yang tersedia di pojok kanan atas halaman untuk dialihkan ke halaman
listing page (halaman dengan daftar NFT untuk dijual). Kemudian, pada halaman
listing page, pengguna harus menentukan harga, jenis lelang, periode penjualan,
dan target NFT yang diinginkan. Terkait dengan hal ini, ada dua jenis lelang yaitu
Fixed Prize dan Timed Auction. Lelang Fixed Prize adalah proses penjualan di
mana harga NFT yang dipertunjukkan tidak akan berubah. Sementara itu, pada
skema Timed Auction pengguna akan memiliki dua opsi, yakni untuk terus
aslinya yang dapat menyalin dan digandakan file tersebut ke internet. Izin ini
dikelola dengan ID unik dan melakukan pendataan yang tidak dapat ditiru atau
digandakan oleh token lain. NFT yang diperdagangkan dan proses perdagangan
bervariasi tergantung pada platform yang dipilih. Beberapa hanya dapat digunakan
Ciri khas pada data NFT ialah pemilik memiliki kesempatan mengonfirmasi
dibandingkan dengan lukisan asli Mona Lisa karya Leonardo da Vinci. Meski
banyak salinannya, hanya ada satu yang asli di dunia. Secara obyektif, nilai antara
lukisan asli dan salinannya mungkin sama, tetapi nilai subyektif memisahkan
kedua lukisan tersebut. Pada praktiknya NFT dibuat dengan didasarkan oleh suatu
Langkah untuk membeli NFT di opensea dimulai dengan mengklik opsi “explore”
seperti berikut:
Setelah menemukan NFT yang ingin dibeli maka selanjutnya tinggal mengklik
NFT yang diinginkan. Kemudian setelah muncu karya NFT yang diklik lebih
Setelah proses tersebut, calon pembeli akan diarahkan pada tampilan pop-up
pembelian lelang NFT pada dasarnya hampir serupa hanya saja perbedaannya
terletak pada adanya tampilan penawaran harga (place bid). Disamping proses
proses pembuatan akun dengan mengklik tampilan sign up dan tampilan create
account.
49
Setelah berhasil melakukan pendaftaran akun sebagai pembuat atau creator NFT,
yang telah diubah menjadi media digital. Selanjutnya creator menggunakan sistem
akan memproses enskripsi atas aset digital tersebut menjadi karya cipta NFT.
Seperti di OpenSea, akan ditemukan berbagai opsi untuk karya cipta NFT, dari
yang paling populer hingga yang terbaru. Bilamana terdapat karya NFT yang ingin
“make an offer”.
Apabila harga yang dimasukkan diterima oleh pemilik karya cipta NFT maka
ribadi yang tidak berwujud, artinya barang tersebut tidak dapat dipegang atau dise
ntuh, tetapi memiliki nilai tertentu yang ditetapkan pada item tersebut.50 Dalam hal
ini perlu ditekankan bahwa kepemilikan NFT tidak memberikan hak yang tidak
terbatas kepada pemiliknya atas hasil karyanya. Mode SimpleAI Format Bahasa
Inggris Jika seorang artis mentransfer hak cipta atau kepemilikan eksklusif kepada
antara pengguna diatur dalam kontrak kode. Secara umum, kontrak pintar milik
mereka seperti ID, tautan aman ke file, dan banyak lagi. Selain itu, Anda juga
50
Serada, Alesja. (2021). Cryptokitties and the New Ludic Economy. Journal of Games and
Culture. 16 (4), 459
51
Dewi Sulistianingsih. Op.cit.
52
Ibid.
53
Ibid.
52
BAB III
28 TAHUN 2014
Mencermati sifat NFT sebagai aset digital sebagaimana diuraikan pada BAB
sebelumnya maka NFT terikat pada ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Merujuk dalam Pasal 1 angka 4 UU
tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan foto atau sejenisnya,
huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna
atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.”
tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau
sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang
memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya. ”
Selanjutnya diatur pula terkait yang dimaksud dengan data elektronik melalui
“Data Elektronik adalah data berbentuk elektronik yang tidak terbatas pada
terdistribusi dalam sistem transaksi elektronik, maka pada dasarnya NFT dapat
UU ITE. Lebih lanjut mengenai pengertian informasi elektronik dapat diilihat pada
tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto,
teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau
perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang
Mengingat dalam proses transaksi NFT terdapat platform yang menjadi tempat
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang
undangan; dan
transaksi keuangan;
data baik dengan cara unduh melalui portal atau situs, pengiriman
56
pengguna;
media sosial;
dan/ atau
Adapun sebagai pihak yang menyediakan platform NFT maka terdapat pula
bahwa:
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam hal
data pribadi.
perdagangan NFT dengan lebih bijak dan mendorong literasi digital agar
dapat diakses oleh lebih banyak pengguna, agar tidak berdampak buruk
publik untuk berbuat lebih baik lagi. lagi. Tahu bagaimana menggunakan
Disamping meninjau NFT dari aspek transaksi elektronik, NFT juga dapat dilihat
pada perspektif hukum keperdataan. Mengingat bahwa NFT adalah aset digital
atau objek digital (virtual property), yang menggunakan sistem komputer dan
sistem internet yang terletak pada cyberspace (dunia siber), yang dibuat
sedemikian rupa dan diperlakukan seperti objek di dunia nyata. Menurutnya aset
bahwa NFT adalah benda yang berada pada di dunia maya cyberspace yang dapat
KUHPerdata, yaitu. Hak Kepemilikan berarti hak untuk dengan bebas menikmati
55
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. “Pengawasan Kementerian
Kominfo Terhadap Kegiatan Transaksi Non-Fungible Token (NFT) di Indonesia, diakses melalui:
https://www.kominfo.go.id/content/detail/39402/siaran-pers-no-9hmkominfo012022-tentang-
pengawasan-kementerian-kominfo-terhadap-kegiatan-transaksi-non-fungible-token-nft-di-
indonesia/0/siaran_pers , diakses pada tanggal 27 Januari 2022.
56
Joshua Fairfield. (2005). Virtual Property, Boston University Law Review. 85 (1048)
57
Charles Blazer. (2006). The Five Indicia of Virtual Property. Pierce Law Review. 5 (1),
142
59
yang berhak memutuskannya, dan tidak dengan cara hak orang lain diintervensi,
ganti rugi. Selanjutnya, Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, hak kebendaan (hak
milik) adalah hak mutlak atas suatu benda dimana hak itu memberikan hak dan
kekuasaan secara langsung atas benda itu dan dapat dipertahankan. 58 Berdasarkan
pasal tersebut, NFT yang merupakan aset virtual telah masuk dalam perundang-
yaitu:
“Will be that NFTs should be treated as full personal property, that sales of
NFTs should follow the law of sales of personal property, and that the
sooner those legal metaphors are firmly ensconced in caselaw, the sooner
NFTs will reach their full potential as a way of satisfying the human need
sehingga penjualan NFT harus sesuai dengan undang-undang yang berlaku agar
NFT dimasukkan sebagai aset yang dimiliki sepenuhnya. Bentuk kepemilikan NFT
58
PNH Simanjuntak. 2007. Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, Jakarta: Djambatan
(29)
59
Joshua Fairfield, op.cit.
60
beredar.60 NFT dimaksudkan sebagai benda tidak berwujud, tidak hanya sebagai
bentuk objek NFT itu sendiri, tetapi untuk kode terverifikasi poin NFT. Oleh
pembeli atau pemegang/pemilik NFT.61 Hal lainnya yang penting untuk dipahami
berkenaan dengan karya cipta NFT adalah mesti dipenuhinya ketentuan Pasal 53
(1) Pekerjaan atau hak terkait untuk menggunakan alat produksi dan/atau
pemerintah..
undang HC, dan hak cipta didasarkan pada prinsip deklarasi, dan setelah karya
atau ciptaan tersebut diwujudkan dalam bentuk nyata, maka secara otomatis
yang berlaku untuk membatasi hukum dan kebijakan. 62 Hak eksklusif ini adalah
hak untuk melarang pihak lain untuk menikmati hak tersebut kecuali atas izin
60
Aufar Abdul Aziz. (2022). Pembangunan Hukum Nasional Menghadapi Non-Fungible
Tokens Dalam Revolusi Digital. Lex Renaissance. 7 (2), 358-371.
61
Ibid.
62
Budi Agus Riswandi, op.cit
61
pemilik atau pencipta atau sepanjang diperbolehkan oleh hukum yang berlaku. 63
Adapun berkaitan dengan pengaturan hak ekslusif yang melekat terhadap pencipta
Pasal 4 UU HC
Pasal 5 UU HC
“(1) Hak moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan hak yang
(2) Hak moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak (2) dapat dialihkan
selama Pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat dialihkan
dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
(3) Dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral (3) sebagaimana
63
Simatupang, Khwarizmi Maulana. (2021). Tinjauan Yuridis Perlindungan Hak Cipta
dalam Ranah Digital. Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum. 15 (1), 67-80
62
Pasal 8 UU HC
Pasal 9 UU HC
“(1) Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
a. penerbitan Ciptaan;
b. penerjemahan Ciptaan;
e. pertunjukanCiptaan;
b. Pengumuman Ciptaan;
d. penyewaan Ciptaan”
Para plagiator sering kali mengabaikan ketentuan terkait izin dari pemilik hak cipta
karena menurut mereka hal tersebut bukanlah hal yang sangat penting untuk
dilakukan. Perlindungan atas hak cipta adalah suatu sistem hukum yang meliputi
unsur-unsur, yaitu:
63
2. Obyek perlindungan adalah jenis Hak Cipta yang diatur dalam undang-
undang.
pelanggaran.
64
manusia yang tidak berwujud dan termasuk hak cipta (perlindungan seni), paten
hak cipta adalah cabang paling penting dari kekayaan intelektual, memberikan
pemilik hak cipta hak yang dapat ditegakkan secara hukum untuk mengontrol
penggunaan dan reproduksi karya sastra, seni, sastra, musik, dan drama asli. 64 Hak
cipta umumnya muncul secara otomatis ketika sebuah karya asli dibuat dan,
dengan pengecualian yang jarang terjadi, menjadi milik pencipta karya asli
tersebut. Hak-hak ini dapat dialihkan kepada pemilik karya berikutnya selama
masa berlaku hak cipta yang terus-menerus. Mencermati karya cipta dalam
dengan kata lain bahwa hak eksklusif yang melekat pada karya seni dalam
bentuk NFT ialah sama dengan karya seni konvensional yang memilki hak
eksklusif. Bilamana dianalisa lebih dalam yang menjadi bagian dari hak eksklusif
tersebut adalah:
64
Cahyani. N. (2020). Perlindungan Hak Cipta Terhadap Pencipta Lagu Yang Dapat
Diunduh Secara Bebas Di Internet. Dinamika: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum. 26, (1), 37-49
65
tersedia untuk umum. Hak ini berlaku untuk semua jenis karya yang
c. Hak menunjukan atau memamerkan karya cipta kepada publik Suatu hak
cipta identik dengan karya yang dapat dilihat dan dinikmati oleh umum.
b. Hak karya derivatif Karya derivatif merupakan karya turunan atau karya
baru yang tercipta yang berdasarkan pada karya yang sudah ada
sebelumnya. Dalam hak cipta ini juga mengakomodir hak eksklusif bagi
Karya turunan yang dimaksud yaitu dapat berupa karya perbaikan dari
maupun karya yang disusun, diadopsi, hingga diubah dalam bentuk lain.
c. Hak untuk Mereproduksi Karya Cipta. Hak cipta mencakup hak eksklusif
Secara khusus perlindungan terhadap karya cipta NFT sebagai ciptaan sebenarnya
merujuk pada bagian penjelasan ketentuan Pasal 40 ayat (1) huruf n bahwa:
“Yang dimaksud dengan “karya lain dari hasil transformasi” adalah merubah
format Ciptaan menjadi format bentuk lain. Sebagai contoh musik pop
format ciptaan ke dalam bentuk lain, yang mana hal tersebut dapat
maka ketentuan Pasal 40 ayat (1) huruf p dapat juga dijadikan dasar rujukan
perlindungan yaitu:
“Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
65
Ni Kadek Risma Setya Cahyani Dewi. (2022). Perlindungan Hukum Terhadap Karya Seni
Dalam Bentuk Non-Fungible Token (NFT). Kertha Wicara. 11 (4), 906-918.
67
atas hak cipta ialah mengandung prinsip deklaratif sehingga perlindungan daripada
ciptaan tersebut dapat muncul secara otomatis dan tidak bergantuk pada belum
bahwa untuk memperoleh perlindungan hukum atas suatu Ciptaan Hak Cipta tidak
pada claim hak cipta, membuat munculnya urgensitas untuk melakukan pencatatan
(1) Pendaftaran Ciptaan dan hak terkait diajukan kepada Menteri oleh
pencipta, pemilik hak cipta, pemilik hak terkait atau wakilnya disertai
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diajukan secara
Pasal 67 UU HC
(1) Dalam hal Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1)
diajukan oleh:
a. Jika lebih dari satu orang memiliki hak untuk berbagi pekerjaan atau
(2) Dalam hal Permohonan diajukan oleh beberapa orang, nama pemohon
terpilih.
(3) Dalam hal Permohonan diajukan oleh pemohon yang berasal dari luar
Pasal 68 UU HC
secara esensial sama atau tidak sama dengan Ciptaan yang tercatat dalam
Permohonan.
Pasal 69 UU HC
(2) Daftar umum Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:
a. nama Pencipta dan Pemegang Hak Cipta, atau nama pemilik produk
Hak Terkait ;
(3) Daftar umum Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilihat
dimaksud pada ayat (1) merupakan bukti awal kepemilikan suatu Ciptaan
Pasal 70 UU HC
Oleh karena karya cipta NFT ialah berhubungan erat dengan pemanfaatan
konten hak cipta dan hak terkait dalam teknologi informasi dan komunikasi
Pasal 54 UU HC
Untuk mencegah pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait melalui sarana
b. kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak, baik dalam maupun
Pasal 55 UU HC
(1) Setiap Orang yang mengetahui pelanggaran Hak Cipta dan / atau Hak
(3) Dalam hal ditemukan bukti yang cukup berdasarkan hasil verifikasi
menutup sebagian atau seluruh konten yang melanggar Hak Cipta dalam
diakses.
(4) Dalam hal pemblokiran situs internet sebagaimana dimaksud pada ayat
pengadilan.
Pasal 56 UU HC
sal 55 ayat (3) dapat menutup konten, dan/atau hak akses pengguna yang m
elanggar Hak Cipta dan/atau Hak terkait dalam sistem elektronik dan menj
(2) Ketentuan lebih Ianjut tentang pelaksanaan penutupan konten dan/atau hak
akses pengguna yang melanggar Hak Cipta dan/atau Hak Terkait dalam sist
aksud pada ayat (1) ditetapkan oleh peraturan bersama Menteri dan menteri
BAB IV
contract. Intinya, kontrak pintar adalah teknologi yang membuat setiap NFT unik
NFT untuk menentukan apa yang mereka inginkan dalam kontrak. Misalnya,
beberapa proyek NFT dapat memberikan izin kepada kelompok orang tertentu. Ini
didistribusikan melalui Sistem File Antar Planet dan "IPFS" dan #41; Peer-to-peer
menggunakan NFT sebagai kode unik yang dapat mengidentifikasi karya sebagai
66
Ranti Fauza Mayana. (2022). Intellectual Property Development dan Komersialisasi Non-
Fungible Token (NFT): Peluang, Tantangan, dan Problematika Hukum Dalam Praktik. Jurnal Ilmu
Hukum. 5 (2), 216.
73
telah menjadi salah satu variable, mengingat disatu sisi teknologi informasi dan
komunikasi memiliki peran strategis dalam perkembangan hak cipta, namun di sisi
lain juga menjadi alat untuk melanggar hukum dalam bidang ini.
Salah satu upaya untuk melindungi hukum dari proses penerjemahan hak
teknologi adalah perangkat lunak atau komponen yang digunakan oleh pemilik hak
cipta untuk melindungi materi mereka dari hak cipta, seperti dengan mengenkripsi
kode perangkat lunak atau menggunakan kata sandi. Perlindungan teknologi dibuat
teknologi diatur sedemikian rupa sebagai teknologi yang dapat diandalkan untuk
melindungi karya cipta. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta. Hak cipta tidak secara jelas menentukan kapan dan
regulasi yang mengatur teknologi. Kontrol teknis adalah teknologi, perangkat, atau
komponen apa pun yang dirancang untuk mencegah atau membatasi aktivitas yang
67
Zibin Zheng et.at. (2020). An Overview on Smart Contracts: Challenge, Advances and
Platforms. Journal of Future Generation Computer system, 105, 475-491
74
tidak diizinkan oleh pencipta, hak cipta, atau hak terkait dan dilarang oleh undang-
teknis dengan cara ini, tidak ada yang dapat menyalin atau terlibat dalam aktivitas
4.2 Penegakan Hukum Atas Pelanggaran Karya Cipta Digital Berbasis Non-
Pelanggaran hak cipta adalah penggunaan suatu karya cipta milik orang lain
yang dilindungi berdasarkan UU HC tanpa seizin pencipta atau pemilik hak cipta,
yang mengakibatkan pelanggaran terhadap hak eksklusif pemilik hak cipta seperti
karya tersebut atau membuat karya turunan.68 Dalam perspektif lain, pelanggaran
hak cipta juga dapat dipahami sebagai perbuatan yang melanggar hak moral
penggunaan ciptaan tersebut. Secara umum, pelanggaran terhadap hak cipta yang
kerap ditemuai adalah pelanggaran atas karya cipta film yang disebut pembajakan
film, pelanggaran hak cipta lagu, hak cipta atas foto, hak cipta buku dll. Pada
dasarnya pemahaman atas pelanggaran hak cipta ialah mengarah pada pelanggaran
bahwa:
(1) Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan,
68
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. 2013. Buku Panduan
Hak Kekayaan Intelektual. Tanggerang: Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. (6).
75
a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
pengetahuan;
f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
h. karya arsitektur;
i. peta;
k. karya fotografi;
l. Potret;
m. karya sinematografi;
budaya tradisional;
p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
r. permainan video
s. Program Komputer.
(2) Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n dilindungi sebagai
Ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.
(3) Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), termasuk
reputasi pencipta
seizin pencipta
bajakan
Bilamana kita cermati kembali proses transformasi karya cipta NFT sebagaimana
dijelaskan dalam bab sebelumnya, dapat kita pahami bahwa pada dasarnya karya
cipta NFT merupakan karya cipta digital yang dienskripsi dalam sistem
blockchain. Letak perbedaan karya cipta NFY hanyalah terletak pada penggunaan
lebih dalam, perlindungan terhadap karya cipta NFT adalah bentuk perlindungan
79
bahwa karya gambar NFT merupakan bentuk perubahan format dari suatu gambar
Berkaitan dengan penegakan hukum karya cipta NFT yang dilanggar dapat
Adapun hal ini secara tegas diatur dalam BAB XIV Penyelesaian Sengketa bahwa:
Pasal 95 UU HC
(2) Pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
Pengadilan Niaga.
(3) Pengadilan selain pengadilan niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
(4) Kecuali pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait berupa pembajakan,
Selanjutnya terkait dengan pengajuan gugatan ganti rugi didasarkan pada beberapa
Pasal 96 UU HC
(1) Pencipta, pemegang hak cipta dan/atau pemegang hak terkait atau ahli
rugi.
80
(2) Ganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dan
(3) Pembayaran ganti rugi kepada pencipta, pemegang hak cipta dan/atau
pemilik hak terkait harus dibayarkan dalam waktu enam bulan sejak
Pasal 97 UU HC
(1) Dalam hal suatu ciptaan didaftarkan sesuai dengan ketentuan Pasal 1(69)
umum ciptaan.
(2) Setiap tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada
Pasal 98 UU HC
(1) Pengalihan Hak Cipta atas seluruh Ciptaan kepada pihak iain tidak
Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak dan tanpa persetujuan Pencipta
5 ayat (1).
(2) Hak ekonomi Artis dialihkan kepada pihak lain, tetapi Artis atau ahli
hak gugat.
Pasal 99 UU HC
(1) Pencipta, pemilik hak cipta, atau pemilik hak terkait berhak mengajukan
tuntutan ganti rugi di pengadilan niaga atas pelanggaran hak cipta atau
(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diajukan
pameran yang melanggar hak cipta atau produk. Dengan hak milik
terkait.
(3) Selain gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pencipta, pemilik
produksi ciptaan hasil pelanggaran hak cipta dan hak terkait. dan
atau
Pasal 100 UU HC
(1) Gugatan pelanggaran hak cipta diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga.
(2) Gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dicatat dalam Daftar
gugatan.
(4) Panitera Pengadilan Niaga dalam waktu paling lama dua hari terhitung
(5) Pengadilan Niaga menetapkan tanggal sidang dalam waktu tiga hari sejak
(6) Pemberitahuan dan panggilan pesta akan disampaikan oleh Jurusita dalam
waktu paling lama tujuh hari terhitung sejak tanggal pengajuan gugatan.
Pasal 101 UU HC
83
(1) Keputusan atas klaim harus diambil dalam waktu 90 hari setelah klaim
diajukan.
(2) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
rapat umum.
diberitahukan kepada para pihak oleh juru sita dalam waktu 14 hari sejak
putusan dijatuhkan.
pencipta atau pemilik hak cipta untuk mengajukan gugatan keperdataan atas
bahwa “Hak untuk mengajukan gugatan keperdataan atas pelanggaran Hak Cipta
dan/atau Hak Terkait tidak mengurangi Hak Pencipta dan/atau pemilik Hak
\
84
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
ciptaan yang diubah formatnya menjadi bentuk lain dimana dalam hal ini
dilihat dalam proses penciptaan NFT itu sendiri sebelum dipasarkan pada
marketplace NFT dimana proses penciptaan karya cipta NFT dapat lahir dari
NFT pada sistem blockchain maupun penciptaan langsung karya digital yang
85
dienskripsi juga pada sistem blockchain dengan rujukan Pasal 40 ayat (1)
5.2 Saran
elektronik.
perlindungan hukum terkait karya cipta NFT dalam UU No. 28 Tahun 2014
agar keberadaan karya cipta NFT memiliki payung hukum yang jelas dalam
yang tidak jelas, belum cukup memadai terhadap itu, terutama di bidang
pengawasannya.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Adrian Sutedi. 2009. Hak Atas Kekayaan Intelektual. Jakarta: Sinar Grafika
Budi Agus Riswandi. 2016. Doktrin Perlindungan Hak Cipta Di Era Digital.
Yogyakarta: FH UII Press.
Diantha, I. Made Pasek, Ni Ketut Supasti Dharmawan, dan I. Gede Artha. 2018.
Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Disertasi. Denpasar: Swastu Nulus
Elyta Ras Ginting. 2012. Hukum Hak Cipta. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. 2013. Buku
Panduan Hak Kekayaan Intelektual. Tanggerang: Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Khoirul Hidayah. 2018. Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Malang: Setara Press.
Muhammad Djumhana. 2014. Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan Praktiknya
di Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti
Muhammad Yusuf Musa & Mochamad James Falahuddin. 2022. NFT &
Metaverse: Blockhain Dunia Virtual & Regulasi. Jakarta: Indonesia Legal
Study for Crypto Asset and Blockhain
Nurul Qamar. 2022. Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum Demokrasi.
Jakarta: Sinar Grafika.
Raditya Adi Nugraha. 2010. Hak Kekayaan Intelektual. Depok: FISIP Universitas
Indonesia
Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji. 2010. Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali Pers.
Jurnal
Aufar Abdul Aziz. (2022). Pembangunan Hukum Nasional Menghadapi Non-
Fungible Tokens Dalam Revolusi Digital. Lex Renaissance. 7 (2)
Budi Agus Riswandi. (2016). Hukum Dan Teknologi: Model Kolaborasi Hukum
Dan Teknologi Dalam Kerangka Perlindungan Hak Cipta Di Internet. Jurnal
Hukum IUS QUIA IUSTUM.3 (23).
Charles Blazer. (2006). The Five Indicia of Virtual Property. Pierce Law Review. 5
(1)
Cahyani. N. (2020). Perlindungan Hak Cipta Terhadap Pencipta Lagu Yang Dapat
Diunduh Secara Bebas Di Internet. Dinamika: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum. 26
(1)
Dewi Sulistianingsih & Aprialana Khomsa Kinanti. (2022). Hak Karya Cipta Non-
Fungible Token (NFT) Dalam Sudut Pandang Hukum Hak Kekayaan
Intelektual. Krtha Bhayangkara, 16 (1)
Febiansah, and Ratnasari. (2020). Studi Kasus Personal Branding Konten Kreator
Pada Akun Twitter, Wacana: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 19 (1)
Rizqi Tsaniati Putr. (2021). Syarat Kebaruan Pada Desain Industri Sebagai Dasar
Gugatan Pembatalan Desain Industri. Junral Program Magister Hukum
Fakultas Hukum Universitas Indonesia.1 (4)
Serada, Alesja. (2021). Cryptokitties and the New Ludic Economy. Journal of
Games and Culture.16 (4)
Tasya Safiranita Ramli & Rika Ratna Permata. (2020). Aspek Hukum Atas Konten
Hak Cipta Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Jurnal Legislasi Indonesia. 17
(1)
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Website
CNN Indonesia, “Fenomena Ghozali Everyday, Orang Jual NFT Selfie KTP
Hingga Lemari”, diakses melalui
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20220117111237-185-747486/feno
mena-ghozali-everyday-orang-jual-nft-selfie-ktp-hingga-lemari , diakses
pada tanggal 30 Juni 2022.