Anda di halaman 1dari 12

PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS CIJEUNGJING
Jln. Raya Ciamis Banjar No.625 Cijeungjing
Telp.(0265) 7578885 Email : cijeungjingpuskesmas@gmail.com
Web. https://pkm-cijeungjing.ciamiskab.go.id/ Kode Pos 46271

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS CIJEUNGJING


NOMOR : 440 / / SK / I / 2022
TENTANG
PROGRAM PENANGGULANGAN TB DI UPTD PUSKESMAS CIJEUNGJING

KEPALA UPTD PUSKESMAS CIJEUNGJING,

Menimbang : a. bahwa Penanggulangan Tuberkulosis adalah


segala upaya kesehatan yang menggutamakan
aspek promotive dan preventif, tanpa mengabaikan
aspek kuratif dan rehabilitative yang ditujukan
untuk melindungi kesehatan masyarakat,
menurunkan angka kesakitan, kecacatan atau
kematian, memutuskan penularan, mencegah
resistensi obat dan mengurangi dampak negatif
yang ditimbulkan akibat Tubekulosis ;
b. bahwa Tuberkulosis merupakan permasalahan
penyakit menular baik global maupun nasional
yang penanggulanganya menjadi prioritas
nasional;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan kebijakan kepala UPTD Puskesmas
Adipala II tentang Program Penanggulangan
Penyakit Tuberkulosis ;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Presiden RI Nomor 67 tahun 2021
tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan
Pasien;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun
2018 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun
2019 tentang Penerapan Manajemen Resiko
Terintegrsasi di Lingkungan Kementrian
Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun
2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 9
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kabupaten Cilacap (Lembaran
Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2016 Nomor 9,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap
Nomor 134);
10 Peraturan Bupati Cilacap Nomor 88 Tahun 2016
. tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas
dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Cilacap;
11 Peraturan Bupati Cilacap Nomor 166 tahun 2020
. tentang Pembentukan, Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Daerah pada Dinas
Kesehatan Kabupaten Cilacap;
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS


CIJEUNGJING TENTANG PROGRAM
PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DI UPTD
PUSKESMAS CIJEUNGJING
KESATU : Program penaggulangan Tuberkulosis UPTD PUskesmas
Cijeungjing sebagai mana terlampir pada lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari keputusan
ini.
KEDUA : Program penanggulangan Tuberkulosis direncanakan,
dilaksankan dipantau dan ditindak lanjuti dalam upaya
eliminasi tuberkulosis.
KETIGA : Puskesmas melakukan pencatatan dan pelaporan baik
manual maupun elektronik, dilakukan secara lengkap,
akurat, tepat waktu dan sesuai prosedur.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan,

Ditetapkan : Cijeungjing
di
Pada : Januari 2022

tanggal

Kepala UPTD PUSKESMAS

CIJEUNGJING,

Hj HENI SUMARNI
LAMPIRAN 1 : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS
CIJEUNGJING
NOMOR : 440/ / SK/ I/2022
TANGGAL :
TENTANG :PROGRAM
PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS

PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS


UPTD PUSKESMAS CIJEUNGJING TAHUN 2022

I. PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia dan menimbulkan masalah yang kompleks baik dari segi
medis maupun sosial, ekonomi, dan budaya. Berdasarkan Global
TB Report WHO 2020, Indonesia merupakan negara dengan beban
Tuberkulosis (TBC) tertinggi kedua di dunia. Diestimasikan
terdapat 845.000 kasus TBC baru setiap tahunnya dengan angka
kematian mencapai 98.000 kasus atau setara dengan 11
kematian/jam. Penularan dan perkembangan penyakit TBC
semakin meluas karena dipengaruhi oleh faktor sosial seperti
kemiskinan, urbanisasi, pola hidup yang kurang aktif, penggunaan
tembakau, dan alkohol (WHO, 2020).
TBC adalah tantangan untuk pembangunan Indonesia
karena 75 persen pasien TBC adalah kelompok usia produktif, 15-
54 tahun (Riskedas, 2018). Lebih dari 25 persen pasien TBC dan
50 persen pasien TBC resistan obat beresiko kehilangan pekerjaan
mereka karena penyakit ini (Subdirektorat Tuberkulosis
Kementerian Kesehatan RI, 2019). Menurunnya produktivitas atau
kehilangan pekerjaan akibat kecacatan, pengeluaran biaya medis,
dan biaya langsung non-medis seperti biaya transportasi dan
nutrisi berkontribusi pada beban ekonomi rumah tangga orang
dengan TBC.

Kesulitan ekonomi yang secara langsung dan tidak langsung


diakibatkan oleh TBC menimbulkan halangan akses terhadap
diagnosis dan pengobatan, yang dapat memperburuk hasil
pengobatan serta meningkatkan risiko penularan infeksi di
masyarakat. Situasi ini tentu menghambat sejumlah tujuan
pembangunan di bidang kesehatan pada tingkat global, nasional,
dan regional sesuai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Situasi ini adalah tantangan kolektif yang membutuhkan


perhatian pada aspek sosioekonomi seperti perlindungan sosial,
pengendalian kepadatan penduduk, polusi udara, kekurangan gizi,
stigma dan diskriminasi terhadap pasien dan keluarganya, serta
pencegahan dan pengendalian di transportasi. Intervensi untuk
menangani aspek sosial dan ekonomi epidemi TBC membutuhkan
penyesuaian paradigma dari penanganan yang berpusat pada
pasien secara individu ke konteks sosial yang lebih luas. Oleh
karena itu, tanggung jawab untuk mengakhiri epidemi TBC
melampaui sektor kesehatan.

II. LATAR BELAKANG


Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium yaitu
Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan adalah pasien TB
BTA positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya
(Kemenkes RI, 2014). Tuberkulosis (TB) adalah infeksi bakteri yang
dapat menyerang hampir semua bagian tubuh, tetapi paling sering
menyerang paru-paru, kondisi ini disebut ‘tuberkulosis paru-paru’
(Queensland Health, 2017).
Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit menular
yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis (Mycobacterium
tuberculosa). Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan
global. Diperkirakan sepertiga dari populasi dunia sudah tertular
TB paru, dimana sebagian besar penderita TB paru adalah usia
produktif (15-50 tahun). Tahun 2013 terdapat 9 juta kasus baru
dan 1,5 juta kematian akibat penyakit TB paru (WHO, 2014). TB
Paru merupakan penyakit dengan morbiditas tinggi dan sangat
mudah menyebar di udara melalui sputum (air ludah) yang
dibuang sembarangan di jalan oleh penderita TB Paru. Oleh sebab
itu TB Paru harus ditangani dengan segera dan hati-hati apabila
ditemukan kasus tersebut di suatu wilayah (Kemenkes RI, 2015)
TB diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5000 tahun
sebelum Masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan
pengendalian penyakit TB baru terjadi dalam dua abad terakhir
(KemenKes RI, 2016). Pada Bulan Maret sekitar 1,3 abad yang lalu
tepatnya tanggal 2 Maret 1882 merupakan hari saat Robert Koch
mengumukan bahwa dia telah menemukan bakteri penyebab
tuberculosis (TBC) yang kemudian membuka jalan menuju
diagnosis dan penyembuhan penyakit ini (Kemenkes, 2018).

III. TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
Program Penanggulangan tuberculosis adalah untuk
menurunkan angka kesakitan, kecacatan atau kematian,
memutuskan penularan, mencegah resistensi obat dan
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat
Tubekulosis

B. TUJUAN KHUSUS
Tujuan khusus program penanggulangan Tuberkulosis
meliputi :
1. Tercapainya indikator dan target kinerja penanggulangn
Tuberkulosis disertai capaian dan analisinya
2. Melakukan upaya-upaya promotif dan preventif dalam
rangka penanggulngan program TB sesuai dengan pedoman
3. Terciptanya koordinasi dan komunikasi program
penanggulangan Tb melalui strategi DOTS (Directly Observed
treatment, short course)
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan penganggulangan TB
baik manal maupun elektronik.
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Pelayanan pengguna layanan TB dilaksanakan melaui :
A. Pelayanan kasus TB Sensitif Obat (SO), terdiri dari ;
1. Penemuan kasus TB secara aktif maupun pasif
2. Diagnosa dilakukan sesuai standar dengan pemeriksaan tes
cepat molekuler, microskopis dan biakan
3. Pengobatan TB sesuai standar
4. Perbaikan pengguna layanan TB dilakukan melalui
pemeriksaan microskopis di ahir bulan 2 (dua), ahir bulan 5
(lima) dan ahir pengobatan.
B. Pelayanan kasus TB Resisten Obat (RO) dilakukan dengan
cara :
1. Penemuan kasus Tb secara aktif dan pasif
2. Puskesmas mampu melakukan penjaringan kasus TB RO
dan merujuk terduga untuk melakukan diagnosis jika
diperlukan
3. Puskesmas mampu melanjutkan pengobatan pengguna
layanan TB RO
4. Puskesmas mampu melakukan rujukan pemeriksaan
laboratorium, follow up bagi pengguna layanan TB RO
C. Pemberian pengobatan pencegahan TB pada anak dan ODHA
D. Pemberian edukasi tentang penularan , pencegahan penyakit TB
dan etika batuk kepada pengguna layanan dan keluarga.
E. Puskesmas memberikan pelayanan pengawasan menelan obat
(PMO) bagi pengguna layanan TB SO dan TB RO
F. Kewajiban melaporkan kasus TBC kepada program nasional
Penanggulangan TBC
G. Mengikuti pemantpn mutu lboratorium miscroskopis TBC
sesuai ketentuan program TBC
H. Dilakukan upaya-upaya promotive dan preventif dalam rangka
penenggulangan TB sesuai dengan pedoman
I. Program pengendalian TB melalui staregi DOTS (Directly
observed treatment, short course)
J. Pengukuran terhadap indikator indikator kinerja yang telah
ditetapkan

V. CARA MELAKSANAKAN KEGITAN DAN INDIKATOR


KEBERHASILAN PROGRAM

NO PROGRAM CARA INDIKATOR


MELAKSANAKAN
1. 1. Penemuan MONITORING
kasus TB DAN EVALUASI
secara aktif 1. Penemuan
maupun pasif kasus TB
2. Diagnosa 2. Diagnosis
dilakukan dengan tes
sesuai standar cepat
dengan molekuler dan
pemeriksaan miscroskopis
tes cepat 3. Terwujudnya
molekuler, pengobatan
microskopis TB sesuai
dan biakan standar
3. Pengobatan TB 4. Terlaksananya
sesuai standar pengguna
4. Perbaikan layanan TB
pengguna
layanan TB
dilakukan
melalui
pemeriksaan
microskopis di
ahir bulan 2
(dua), ahir
bulan 5 (lima)
dan ahir
pengobatan.

2 Pelayanan kasus TB Screening dan


Resisten Obat (RO) pemeriksaan
dilakukan dengan 1. Ditemukan kasus
cara : TB baik secara
1. Penemuan aktif maupun
kasus Tb pasif
secara aktif 2. Terlasananya
dan pasif penjaringan TB
2. Puskesmas RO
mampu 3. Puskesmas
melakukan mampu
penjaringan mlanjutkan
kasus TB RO penobatan
dan merujuk 4. Ada follow up utk
terduga untuk pengguna laynan
melakukan TB RO
diagnosis jika
diperlukan
3. Puskesmas
mampu
melanjutkan
pengobatan
pengguna
layanan TB RO
4. Puskesmas
mampu
melakukan
rujukan
pemeriksaan
laboratorium,
follow up bagi
pengguna
layanan TB RO

3 Pemberian Identifikasi dan Terwujudnya


pengobatan screning kegiatan
pencegahan TB pada pencegahan TB pada
anak dan ODHA anak dan ODHA

4 Pemberian edukasi Penyuluhan/ Pengguna layanan


tentang penularan , penyampain dan keluarga
pencegahan penyakit informas memahami
TB dan etika batuk pencegahan TB dan
kepada pengguna etika batuk
layanan dan
keluarga
5. Puskesmas Edukasi/ Terbentuknya PMO
memberikan penyuluhan bagi pengguna
pelayanan layanan TB SO dan
pengawasan menelan TB RO
obat (PMO) bagi
pengguna layanan TB
SO dan TB RO

6. Kewajiban Pecatatan dan Telkasananya


melaporkan kasus pelaporan dokmen pelaporan
TBC kepada program
nasional
Penanggulangan TBC

7. Mengikuti pemantpn Pelaksanan PMI Dokumentasi PMI


mutu laboratorium dan PME dan PME
miscroskopis TBC
sesuai ketentuan
program TBC
8. Dilakukan upaya- Penyuluhan/ Pengguna atau
upaya promotive dan edukasi atau masyarkat
preventif dalam rekreasi memahami
rangka penanggulangan TB
penenggulangan TB
sesuai dengan
pedoman

9. Program Monitoring Terbentuknya tim


pengendalian TB DOTS
melalui staregi DOTS
(Directly observed
treatment, short
course)

10 Pengukuran terhadap Evaluasi Hasil penilaian dan


. indikator indikator TL
kinerja yang telah
ditetapkan

VI. SASARAN PROGRAM


Sasaran program kegiatan ini adalah
a. Pengguna layanan, keluarga dan masyarakat
b. Penangung jawab, coordinator dan pelaksana program
c. Lintas sector dan pihak terkait

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

N PROGRAM CARA JADWAL KEGIATAN


O MELAKSANAKAN
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

a. Melakukan pemantauan kesesuaian waktu


pelaksanaan kegiatan terhadap pelaksanaan kegiatan
berdasarkan jadwal yang direncanakan
b. Melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap hasil
pelaksanaan kegiatan (berupa data hasil Tabulasi dan
Analisa Data) minimal setahun 1 kali
c. Melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut dari hasil
laporan tabulasi dan analisa data bersama seluruh tim
MFK minimal setahun 1 kali

IX. Pencatatan dan Pelaporan dan evaluasi kegiatan

a. Melakukan pencatatan dan pelaporan dari seluruh hasil


evaluasi dan tindak lanjut program kegiatan MFK.
b. Melakukan evaluasi seluruh kegiatan program MFK
bersama direksi minimal satu tahun 1 kali.

Anda mungkin juga menyukai