Anda di halaman 1dari 28

KONSEP KHALIFAH AL-ARD DALAM AL-QUR’AN

Oleh :

Muhamad Ridwan Syafi’i

A. Pendahuluan

Sejatinya kedudukan manusia terbagi menjadi dua fungsi pokok, yaitu sebagai hamba (abd)
seperti firman Allah dalam (QS. Adz-Dzariyat : 56),

ِ ‫ٱْلنس إََِّّل لِي عب ُد‬ ِ ‫وما خلَ ْق‬


‫ون‬ ُ ْ َ َ ِْ ‫ت ٱ ْْل َّن َو‬
ُ َ ََ

Artinya: ”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.”

dan khalifatullah yang tercantum dalam (QS. Al-Baqarah : 30),

‫ك ٱل ِِد َمآَٰءَ َوََْن ُن نُ َسبِِ ُح‬ ِ ِ ِ َ ‫ض خلِي َفةً ۖ قَالُو۟ا أ‬ ِ َِٰٓ ِ َ ُّ‫ال رب‬
ُ ‫ََت َع ُل ف َيها َمن يُ ْف ِس ُد ف َيها َويَ ْسف‬
ْ َٰٓ ِ
َ ِ ‫ك ل ْل َملَئ َكة إِِِّن َجاع ٌل ِِف ْٱْل َْر‬ ِ
َ َ َ‫َوإ ْذ ق‬
‫ال إِِِّنَٰٓ أ َْعلَ ُم َما ََّل تَ ْعلَ ُمو َن‬
َ َ‫ك ۖ ق‬ ِ ِ ِ
َ َ‫س ل‬
ُ ‫ِبَ ْمد َك َونُ َق ِد‬

Arinya : “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: „Sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

Dengan penyebutan kedua fungsi ini, al-Qur’an ingin menekankan muatan fungsional yang
harus diemban oleh manusia dalam melaksanakan tugas-tugas dalam kehidupannya di muka bumi.

1
Pertama, manusia sebagai hamba abd, dituntut untuk sukses menjalin hubungan secara vertikal
dengan Tuhan. Konsep abd mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah
Swt, tugas ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah Swt ; Kedua, manusia
sebagai khalifah, dituntut untuk sukses menjalin hubungan secara horizontal dengan sesama
makhluk. Tidak sukses sebagai hamba, jika seseorang gagal dalam menjalani tugasnya sebagai
khalifatullah. Begitu sebaliknya, tidak sukses sebagai khalifah, jika seseorang gagal menjalin
hubungan sebagai hamba dengan Tuhan. Manusia yang paripurna atau manusia seutuhnya (insan
kamil) adalah orang yang sukses sebagai hamba juga sebagai khalifah.

Dalam pembahasan mengenai manusia kita dapat menemukan kajian yang membahas
tentang kedudukan manusia di alam semesta ini, selalu bahasan itu dihubungkan dengan konsep
kekhalifahan manusia di muka bumi, dan konsep ibadah sebagai bentuk realitas tugas
kekhalifahannya. Secara filosofis kata khalifah ditafsirkan ke dalam tiga definisi, yaitu : a. Manusia
sebagai spesies telah menggantikan spesies lain yang sejak itu manusia bertempat tinggal di muka
bumi. Karena diakui, bahwa jin mendahului manusia, maka manusia sebagai pengganti jin. b. Kata
khalifah secara sederhana menunjuk kepada sekelompok masyarakat yang menggantikan
kelompok lainnya. Yang termuat dalam QS. An-Naml : 62 yang artinya : “Dia menjadikan engkau
pewaris-pewaris di muka bumi”. c. Dinyatakan bahwa khalifah tidak secara sederhana
menggantikan yang lainnya, yang secara nyata memang benar-benar khalifah Allah. Allah
pertama kali menjadikan khalifah yang berjalan dan bertingkah laku mengikuti ajaran Allah.

Dari uraian penafsiran di atas, penekanan kata khalifah yang dimaksudkan khalifah Allah
adalah hubungan yang dibangun antara manusia dengan Allah, bukannya secara sederhana antara
manusia dengan sesamanya atau hubungan antara manusia dengan jin, tetapi khalifah yang
disebutkan itu ialah sebagai khalifah Allah. Dimana seorang khalifah Allah tidak hanya
memikirkan kepentingan diri sendiri, kelompok, atau bangsa, dan jenisnya saja. Akan tetapi
manusia sebagai khalifatullah itu harus berpikir dan bersikap demi kemaslahatan semua pihak
sesuai dengan kehendak Allah. Sedangkan menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, kata khalifah
memiliki dua makna. Pertama, adalah pengganti, yaitu pengganti Allah Swt untuk melaksanakan
titah-Nya di muka bumi. Kedua, manusia adalah pemimpin yang kepadanya diserahi tugas untuk
memimpin diri dan makhluk lainnya serta memakmurkan dan mendayagunakan alam semesta bagi
kepentingan manusia secara keseluruhan.

2
Dari gambaran di atas, dapat dipahami bahwa tugas manusia di muka bumi ini adalah
sebagai khalifah yang diartikan sebagai pengganti Allah dan juga diartikan sebagai pemimpin.
Manusia dikatakan pengganti Allah adalah dimana manusia diberi tangungjawab pengelolaan alam
semesta untuk kesejahteraan umat manusia itu sendiri, karena alam semesta memang diciptakan
Allah untuk manusia. Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan al-Qur’an terhadap lingkungan
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah, yang sebagaimana Allah Swt telah memberikan
mandat kepada manusia menjadi penguasa untuk mengatur bumi dan segala isinya. Semua ini
merupakan “kekuasaan” dan wewenang yang bersifat umum yang diberikan Allah kepadanya
sebagai khalifah untuk memakmurkan kehidupan di bumi.

Oleh karenanya, tanggung jawab moral manusia untuk mengolah dan memanfaatkan seluruh
sumber-sumber yang tersedia di alam ini guna memenuhi keperluan hidupnya. Namun,
kewenangan manusia untuk memanfaatkan alam semesta harus didasarkan kepada garis yang telah
ditetapkan Allah Swt dan tidak boleh menyalahinya. Sedangkan kata khalifah yang diartikan
sebagai pemimpin, dituntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya, dan jika kita
menyadari diri kita sebagai khalifah Allah, sebenarnya tidak ada satu manusia pun di atas dunia ini
yang tidak mempunyai “kedudukan” ataupun “jabatan”. Jabatan-jabatan lain yang bersifat
keduniaan sebenarnya merupakan penjabaran dari jabatan pokok sebagai khalifatullah. Jika
seseorang menyadari bahwa jabatan keduniawiannya itu merupakan penjabaran dari jabatannya
sebagai khalifatullah, maka tidak ada satu manusia pun yang akan menyelewengkan jabatannya.

Sehingga tidak ada satu manusia pun yang akan melakukan penyimpangan-penyimpangan
selama dia menjabat. Karena kekhalifahan yang dimaksud, yaitu yang mengandung arti
pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan
penciptaannya. Dan manusia juga diberi otoritas ketuhanan; menyebarkan rahmat Tuhan,
menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan, dan menegakkan keadilan. Karena, manusia sebagai
(hamba) adalah kecil dihadapan Allah Swt, tetapi sebagai (khalifah Allah) manusia memiliki fungsi
yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Sehingga pengertian
abdulah apabila dihubungkan dengan khalifah, diperoleh pemahaman bahwa kedudukan sebagai
khalifah adalah sebagai pengganti, ia menjadi pemegang kepemimpinan dan kekuasaan yang ada.
Oleh karena itu, esensi seorang khalifah adalah kreativitas.

3
Sedangkan kedudukan seorang abd adalah pengabdi, yang pengabdiannya itu hanya layak
diberikan pada Tuhan. Oleh karena itu, esensi seorang hamba adalah ketaatan dan kepatuhan.
Dengan demikian, kedudukan manusia di alam raya ini di samping sebagai khalifah yang memiliki
kekuasaan untuk mengolah alam dengan menggunakan segenap daya potensi yang dimilikinya,
juga sekaligus sebagai hamba yang keseluruhan usaha dan kreativitasnya itu harus dilaksanakan
dalam rangka ibadah kepada Allah. Agar manusia mampu menjadi khalifah atau sebagai abd Allah
terhadap alam semesta, maka Allah telah menciptakan manusia dan menyiapkannya serta
memberinya kelengkapan dan sarana yang diperlukan dengan sebaik-baiknya. Allah telah
menciptakan manusia dengan struktur yang sebaik-baiknya. Sesuai dengan firman Allah,
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya.” (QS. At-
Tin : 4).

Menurut Hamka, pada diri setiap anak (manusia), terdapat tiga unsur utama yang dapat
menopang tugasnya sebagai khalifah fi al-ardh maupun abd Allah. Ketiga unsur utama tersebut
adalah akal, hati atau qalbu (roh), dan pancaindra (penglihatan dan pendengaran) yang terdapat
pada jasadnya. Akal kreatif manusia (potensi akal) dan rasa ekspresinya (potensi qalbu yang
menjadikan dia mampu mempertahankan eksistensinya sebagai pembawa amanat “ibadah” dan
sekaligus “khilafah” di tengah-tengah posisinya yang menonjol dalam hubungannya dengan Tuhan.
Dan dalam usaha manusia menyiapkan dirinya dan mengembangkan potensinya agar sampai pada
kedudukan sebagai “pembawa amanah” yang berhasil, tidak dapat bekerja sendiri tanpa
memanfaatkan bimbingan Tuhan, mencari hidayah-Nya, menggapai rahmat-Nya memegang teguh
fitrah yang diberikannya, baik “fitrah mukhalaqoh” (fitrah yang dibekalkan kepada manusia sejak
diciptakan) maupun “fitrah munazzalah” (doktrin kehidupan yang diberikan oleh Allah sebagai
acuan bagi manusia dalam menyusuri perjalanan hidupnya yang penuh tantangan).

Sehingga perpaduan tiga unsur tersebut membantu manusia untuk memperoleh ilmu
pengetahuan dan membangun peradabannya, memahami fungsi kekhalifahannya, serta menangkap
tanda-tanda kebesaran Allah. Dan manusia yang telah diberi kelengkapan kemampuan jasmaniah
(fisiologis) dan rohaniah (mental psikologis) tersebut dapat ditumbuhkembangkan seoptimal
mungkin, sehingga menjadi alat yang berdaya guna dalam ikhtiar kemanusiaannya untuk
melaksanakan tugas pokok kehidupannya di dunia. Untuk mengembangkan atau menumbuhkan
kemampuan dasar jasmaniah dan rohaniah itu, pendidikan merupakan sarana (alat) yang

4
menentukan sampai di mana titik optimal kemampuan-kemampuan tersebut dapat dicapai. Melalui
pendidikan, serta menciptakan berbagai kebudayaan yang berfungsi mempermudah dan
memperindah kehidupannya.

Pendidikan merupakan proses menumbuhkembangkan eksistensi manusia yang


bermasyarakat dan berbudaya dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional, dan global.
Dan pendidikan juga bukan sekedar proses transfer ilmu saja, akan tetapi merupakan sebuah
petunjuk dan penangkal berbagai fenomena sosial. Penelitian sebelumnya tentang khalifah yang
ditulis oleh Watsiqol Sunardi (2018).1 Jurnal ini menjelaskan tentang khalifah mempunyai dua
tugas pokok yaitu baik kewajibannya antara manusia dengan tuhannya, antara sesama manusia
sendiri, dan antara manusia dengan ekosistemnya. Dampak dari teori Darwin semakin
menunjukkan bahwa manusia tidak lagi menjadi makhluk yang bergantung kepada alam,
melainkan manusia menjadi faktor penentu atas keberlangsungan alam. Dampak negatif dari hal
tersebut semakin menjadikan manusia mencapai level tinggi dalam pengelolaan alam.

Keunggulan dan kekuatan manusia dalam mengontrol sikapnya terhadap alam dan makhluk
lainnya merupakan sebuah amanah yang diterima manusia dari Allah. Sehingga manusia harus
mampu menunjukkan tanggungjawab atas pemanfaatan dan pemeliharaan alam dan segala isinya
sebagai amanah yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Karena sudah menjadi kewajiban bagi
manusia sebagai seorang khalifah (pemimpin) dalam mengelola alam. Konsep khalifah sebagai
yang telah dikemukakan diatas menunjukkan bahwa dalam ajaran Islam memiliki relevansi dan
perhatian yang sangat besar terhadap konsep ekologis dan lingkungan hidup. Sehingga untuk itu,
ajaran islam mengenai konsep ekologis dan lingkungan hidup perlu dikonstruksi sebagai sistem,
keyakinan akan nilai-nilai dan cita-cita lingkungan hidup, yang dapat dipahami, ditransformasikan
dan diinternalisasikan oleh seluruh umat untuk di perjuangan guna mewujudkan cita-cita tersebut.

Dengan demikian penelitian yang akan saya lakukan yaitu lebih ke pembahasan tugas
khalifah di bumi, kemudian menyusun ayat-ayat tersebut sesuai dengan tartib nuzul, kemudian
mencari korelasi atau munasabah ayat, setelah itu mengumpulkan pandangan-pandangan para

1
Watsiqol Sunardi, Peran Manusia Sebagai Khalifah Allah di Muka Bumi Perspektif Ekologis dalam Ajaran Islam,
(Program Magister Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta),
Jurnal Penelitian, Vol. 12, No. 2, Agustus 2018.

5
mufassir terhadap ayat-ayat yang terdapat kalimat kata khalifah. Dengan menelusuri makna
khalifah menggunakan metode penafsiran maudhu’i.

B. Isi dan Pembahasan

Ayat-ayat tentang khalifah dalam al-Qur’an berdasarkan tartib nuzul versi as-Syuyuti dalam al-
Itqan fii ‘ulumil qur’an karena mengikuti tartib nuzulnya yang berbeda dengan mushaf utsmani.

1). Periode Mekkah

‫يع‬
‫ر‬ِ ‫س‬ ‫ك‬
َ ‫ب‬
‫ر‬
َّ َّ
‫ن‬ ِ‫ت لِِيَ ْب لُوُكم ِِف َمآَٰ ءاتَى ُك ْۗم إ‬
ٍ ‫ض درج‬
َ َ َ ٍ ‫ض ُك ْم فَ ْو َق بَ ْع‬
َ ‫ض َوَرفَ َع بَ ْع‬
َِٰٓ ِ
َ ‫َوُه َو ٱلَّذى َج َعلَ ُك ْم َخلَئ‬
ِ ‫ف ْٱْل َْر‬
ُ َ َ ْ َ َْ
ٌۢ ِ ِ ِ
‫يم‬ ٌ ‫ٱلْع َقاب َوإِنَّهُۥ لَغَ ُف‬
ٌ ‫ور َّرح‬

Artinya : “Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan
sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa
yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan
sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. al-An’am: 165).

۟ ْۚ ِ ِ ِ ٍ
ٍ ُ‫نذ َرُك ْم َوٱذْ ُك ُرَٰٓوا إِ ْذ َج َعلَ ُك ْم ُخلَ َفآَٰءَ ِم ٌۢن بَ ْع ِد قَ ْوِم ن‬
‫وح َوَزا َد ُك ْم‬ ِ ِ ِ
ُ‫أ ََو َعجْب تُ ْم أَن َجآَٰءَ ُك ْم ذ ْكٌر ِمن َّربِ ُك ْم َعلَى َر ُجل ِمن ُك ْم لي‬
ِ
۟ ۖ
‫ٱَّللِ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحو َن‬
َّ َ‫صطَةً فَٱذْ ُك ُرَٰٓوا ءَ َاَّلَٰٓء‬ْ َ‫ِِف ٱ ْْلَلْ ِق ب‬

Artinya : “Dan herankah kamu bahwa ada peringatan yang datang dari Tuhanmu melalui seorang
laki-laki dari kalanganmu sendiri, untuk memberi peringatan kepadamu? Ingatlah ketika Dia
menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah setelah kaum Nuh, dan Dia lebihkan kamu dalam
kekuatan tubuh dan perawakan. Maka ingatlah akan nikmat-nikmat Allah agar kamu beruntung.”
(Q.S. al-A'raf: 69).

ۖ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ٌۢ ‫وٱذْكرو۟ا إِ ْذ جعلَ ُكم خلَفآَٰء ِم‬


‫وًت‬ ‫ي‬ ‫ب‬
ً ُُ َ‫ال‬
َ ‫ب‬ ‫ْل‬
ْ ‫ٱ‬ ‫ن‬
َ ‫و‬ ‫ت‬ ‫ح‬ ‫ن‬
ْ ‫ت‬
َ‫و‬ ‫ا‬
‫ور‬
ُ َ ً ُ َ ُُ ‫ص‬‫ق‬
ُ ‫ا‬‫وِل‬ ‫ه‬ ‫س‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ن‬
َ ‫و‬‫ذ‬ُ ‫َّخ‬
‫ت‬ ‫ت‬
َ ِ
‫ض‬ ‫َر‬
ْ ‫ٱْل‬
ْ ‫ِف‬ ‫م‬ ‫ك‬ َ
‫أ‬‫و‬ ‫ب‬‫و‬ ‫اد‬‫ع‬ ‫د‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ن‬
ْ َ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ َ َُٰٓ ُ َ
ُ َّ
ِ ‫ض م ْف ِس‬ ِ ۟ ِ‫ٱَّلل‬ ۟
‫ين‬
َ ‫د‬ ُ ْ ِ ‫َر‬ ‫ٱْل‬
ْ ‫ِف‬ ‫ا‬ ‫و‬
ْ َ ْ َ َ َ ‫فَٱذْ ُك ُرَٰٓو‬
‫ث‬ ‫ع‬ ‫ت‬
َ ‫َّل‬
‫و‬
َ َّ ‫ء‬ ‫اَّل‬
َٰٓ َ ‫ء‬ ‫ا‬

Artinya : “Dan ingatlah ketika Dia menjadikan kamu khalifah-khalifah setelah kaum ‘Ad dan
menempatkan kamu di bumi. Di tempat yang datar kamu dirikan istana-istana dan di bukit-bukit

6
kamu pahat menjadi rumah-rumah. Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu
membuat kerusakan di bumi.” (Q.S. al-‘Araf: 74)

‫ف تَ ْع َملُو َن‬ ِ ِ ِ ٌۢ ِ ِ ‫ُُثَّ جعلْن ُكم خلََٰٓئِف ِِف ْٱْلَر‬


َ ‫ض من بَ ْعده ْم لنَنظَُر َكْي‬ ْ َ َ ْ َ ََ

Artinya : “Kemudian Kami jadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (mereka) di bumi setelah
mereka, untuk Kami lihat bagaimana kamu berbuat.” (Q.S. Yunus: 14).

ِ ‫ف َكا َن َع ِقبَةُ ٱلْمن َذ‬ ۖ ِ ِ ۟ َّ ِ َّ َِٰٓ ِ ْ‫فَ َك َّذبوه فَنَ َّجي نَه ومن َّمعهۥ ِِف ٱلْ ُفل‬
‫ين‬
‫ر‬
َ ُ َ ْ ْ َ َ‫ين َكذبُوا بَايَتن‬
‫ي‬ ‫ك‬
َ ‫ر‬ُ‫ظ‬ ‫ٱن‬‫ف‬ ‫ا‬ َ ‫ف َوأَ ْغَرقْ نَا ٱلذ‬
َ ‫ك َو َج َعلْنَ ُه ْم َخلَئ‬ َُ ََ ُ ْ ُ ُ

Artinya : “Kemudian mereka mendustakannya (Nuh), lalu Kami selamatkan dia dan orang yang
bersamanya di dalam kapal, dan Kami jadikan mereka itu khalifah dan Kami tenggelamkan orang
yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
diberi peringatan itu.” (Q.S. Yunus: 73).

2). Periode Madinah

‫ٱَّللِ قَلِ ًيًل َّما تَ َذ َّك ُرو َن‬ ْۗ


ْۚ َّ ‫ض أ َِءلَه مع‬ ِ ِ
َ َّ ٌ ِ ‫ٱلسَٰٓوءَ َوَُْي َعلُ ُك ْم ُخلَ َفآَٰءَ ْٱْل َْر‬
ُّ ‫ف‬ُ ‫ضطََّر إِذَا َد َعاهُ َويَكْش‬
ْ ‫يب ٱلْ ُم‬
ُ ‫أ ََّمن ُُي‬

Artinya : “Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila
dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai
khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali
(nikmat Allah) yang kamu ingat.” (Q.S. an-Naml: 62).
ۖ ْۚ
ِ ُ ‫ض فَمن َك َفر فَعلَي ِه ُك ْفرهۥۖ وََّل ي ِز‬ َِٰٓ ِ
ُ ‫ند َرِّبِِ ْم إََِّّل َم ْقتًا َوََّل يَِز‬
‫يد‬ َ ِ‫ين ُك ْف ُرُه ْم ع‬
َ ‫يد ٱلْ َكف ِر‬ َ َ ُُ ْ َ َ َ ِ ‫ف ِِف ْٱْل َْر‬ َ ‫ه َُو ٱلذى َج َعلَ ُك ْم َخلَئ‬
‫ين ُك ْف ُرُه ْم إََِّّل َخ َس ًارا‬ ِ
َ ‫ٱلْ َكف ِر‬

Artinya : “Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi. Barangsiapa kafir,
maka (akibat) kekafirannya akan menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang kafir itu
hanya akan menambah kemurkaan di sisi Tuhan mereka. Dan kekafiran orang-orang kafir itu
hanya akan menambah kerugian mereka belaka.” (Q.S. Fatir: 39).

7
ِ َّ ِ ِْۚ َّ ‫ضلَّك عن سبِ ِيل‬
ِ ِ ِ ‫ْي ٱلن‬ ِ ‫ك َخلِي َفةً ِِف ْٱْل َْر‬
َ ‫ٱَّلل إ َّن ٱلذ‬
‫ين‬ َ َ َ ُ‫َّاس بٱ ْْلَ ِِق َوََّل تَتَّبِ ِع ٱ ِْلََوى فَي‬ َ َْ‫ٱح ُكم ب‬
ْ َ‫ض ف‬ َ َ‫يَ َد ُاو ُۥد إِ ََّّن َج َعلْن‬
ٌۢ
ِ ‫اب َش ِدي ٌد ِِبَا نَسو۟ا ي وَم ٱ ْْلِس‬
‫اب‬ َِّ ‫ضلُّو َن عن سبِ ِيل‬
ٌ ‫ٱَّلل َِلُْم َع َذ‬
ِ‫ي‬
َ َْ ُ َ َ َ

Artinya : “(Allah berfirman), “Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah
(penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.
Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka
melupakan hari perhitungan.” (Q.S. Shad: 26)2

‫ك ٱل ِِد َمآَٰءَ َوَ َۡن ُن‬ ِ ‫ ۖۖ قَالُواْ أ َ ََۡتعل فِيها من ي ۡف ِس ُد فِيها وي ۡس‬ٞ‫ض خلِي َفة‬
‫ف‬ ِ ۡ ‫ ِِف ۡٱْل‬ٞ‫ال ربُّك لِ ۡلملََٰٓئِ َك ِة إِِّن جاعِل‬
‫َر‬
ِۡ
ُ ََ َ ُ َ َ ُ َ َٰٓ َ َ ِ َ َ َ َ َ‫َوإذ ق‬
ۖ
‫ال إِِِّنَٰٓ أ َۡعلَ ُم َما ََّل تَ ۡعلَ ُمو َن‬
َ َ‫ك ق‬
َ َ‫س ل‬‫د‬ِِ ‫نُسبِح ِِب ۡم ِد َك ونُ َق‬
ُ َ َ ُ َِ

Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"."
(Q.S. al-Baqarah: 30).

1. Munasabah Ayat

1). Surat al-An’am ayat 165

‫يع‬
‫ر‬ِ ‫س‬ ‫ك‬
َ ‫ب‬
‫ر‬
َّ َّ
‫ن‬ ِ‫ت لِِيَ ْب لُوُكم ِِف َمآَٰ ءاتَى ُك ْۗم إ‬
ٍ ‫ض درج‬
َ َ َ ٍ ‫ض ُك ْم فَ ْو َق بَ ْع‬
َ ‫ض َوَرفَ َع بَ ْع‬
َِٰٓ ِ
َ ‫َوُه َو ٱلَّذى َج َعلَ ُك ْم َخلَئ‬
ِ ‫ف ْٱْل َْر‬
ُ َ َ ْ َ َْ
ٌۢ ِ ِ ِ
‫يم‬ ٌ ‫ٱلْع َقاب َوإِنَّهُۥ لَغَ ُف‬
ٌ ‫ور َّرح‬

Artinya : “Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai penguasa-penguasa di bumi dan Dia
mengangkat( derajat)sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia)yang

2
Jalaluddin As-Suyuthi, Studi Al-Qur’an Komprehensif Al-Itqon fi Ulumil Qur’an, (Indiva Pustaka, Edisi ke-I, 1430
H/2008 M), Hal. 40.

8
diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh,
Dia maha pengampun, maha penyayang.”

Setelah mengabarkan bahwa nasib akhir semua manusia adalah kepada Allah untuk dihisab
dan diberi balasan, Allah mengakhiri surat ini dengan penutup yang elok, yakni sebagian mereka
menggantikan sebagian yang lain supaya kehidupan berlangsung dan orang-orang berlomba-
lomba melakukan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat.3

2). Surat Yunus ayat 14

‫ف تَ ْع َملُو َن‬ ِ ِ ِ ٌۢ ِ ِ ‫ُُثَّ جع ْلن ُكم خلََٰٓئِف ِِف ْٱْلَر‬


َ ‫ض من بَ ْعده ْم لنَنظَُر َكْي‬ ْ َ َ ْ َ ََ

Artinya : “Kemudian Kami jadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (mereka) di bumi setelah
mereka, untuk Kami lihat bagaimana kamu berbuat.”

Berkaitan dengan ayat sebelumnya karena, Allah Swt menjelaskan bahwa mereka meminta
untuk dipercepat turunnya adzab atas mereka, kemudian Allah menjelaskan bahwa tak ada
manfaatnya untuk mengabulkan doa mereka, setelah itu Allah Swt menyebutkan bahwa mereka
bohong dalam permintaannya itu, karena jika diturun- kan atas mereka satu bahaya, mereka akan
segera memohon kepada Allah untuk mengangkat dan menjauhkan dari mereka bahaya itu, di sini
Allah SWT menjelaskan apa yang berlaku sebagai ancaman yaitu bahwa Allah Swt bisa jadi akan
menurunkan atas mereka adzab pemusnahan seperti yang telah Allah Swt turunkan atas umat-umat
terdahulu, agar hal itu bisa mengurungkan niat dan keinginan mereka meminta diturunkan adzab
yang cepat.4

3). Surat Yunus ayat 73

ِ ‫ف َكا َن َع ِقبَةُ ٱلْمن َذ‬ ۖ ِ ِ ۟ َّ ِ َّ َِٰٓ ِ ْ‫فَ َك َّذبوه فَنَ َّجي نَه ومن َّمعهۥ ِِف ٱلْ ُفل‬
‫ين‬
‫ر‬
َ ُ ‫ي‬ ‫ك‬
َ
َ ْ ْ ‫ر‬ُ‫ظ‬ ‫ٱن‬‫ف‬
َ ‫ا‬َ‫ين َكذبُوا بَايَتن‬
َ ‫ف َوأَ ْغَرقْ نَا ٱلذ‬
َ ‫ك َو َج َعلْنَ ُه ْم َخلَئ‬ َُ ََ ُ ْ ُ ُ

Artinya : “Kemudian mereka mendustakannya (Nuh), lalu Kami selamatkan dia dan orang yang
bersamanya di dalam kapal, dan Kami jadikan mereka itu khalifah dan Kami tenggelamkan orang

3
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir : Akidah, Syariah, Manhaj jilid 4, (Gema Insani, Edisi ke-1, 1434 H/2013 M), Hal.
369.
4
Ibid, Hal. 132.

9
yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
diberi peringatan itu.”

Berkaitan dengan ayat sebelumnya, yaitu ayat 71, 72. Setelah Allah Swt menyebutkan dalil-
dalil yang menunjukkan wihdaniyyah (pengesaan-Nya), kerasulan, hari kebangkitan dan
pembalasan di hari Kiamat, dan membantah syubuhat orang-orang kafir serta membuka tabir
pembangkangan mereka kepada Rasulullah Saw. dan pendustaan mereka terhadap beliau, di sini
Allah Swt menyebutkan beberapa kisah para nabi sebagai hiburan bagi Rasulullah Saw. agar beliau
bisa terhibur dengan mereka, sehingga beliau tidak lagi menghiraukan apa yang dihadapinya
berupa kesusahan dan segala bentuk tipu daya, juga sebagai peringatan bagi orang-orang musyrik
tentang perbuatan yang sama yang dilakukan orang-orang sebelum mereka, dan bagaimana akibat
orang-orang yang mendustakan para tasul' alaihimussalam. Di sini Allah Swt menyebutkan tiga
kisah: kisah Nuh bersama kaumnya, kisah Musa dan Harun bersama Fir'aun dan kisah Yunus
bersama kaumnya, dan pada masing- masing terdapat ibrah dan pelajaran. Penulis telah
memaparkan sejarah tentang dua kisah pertama, dan akan penulis sebutkan hal yang menarik dari
kisah Yunus a.s.5

4). Surat an-Naml ayat 62

‫ٱَّللِ قَلِ ًيًل َّما تَ َذ َّك ُرو َن‬ ْۗ


ْۚ َّ ‫ض أ َِءلَه مع‬ ِ ِ
َ َّ ٌ ِ ‫ٱلسَٰٓوءَ َوَُْي َعلُ ُك ْم ُخلَ َفآَٰءَ ْٱْل َْر‬
ُّ ‫ف‬ُ ‫ضطََّر إِذَا َد َعاهُ َويَكْش‬
ْ ‫يب ٱلْ ُم‬
ُ ‫أ ََّمن ُُي‬

Artinya : “Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila
dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai
khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali
(nikmat Allah) yang kamu ingat.”

Berkaitan dari ayat 59-64, setelah menyebutkan empat kisah pada nabi dengan kaum mereka,
karena kemusyrikan dan paham paganisme mereka dan pembuktian dalil mengenai kesempurnaan
kekuasaan-Nya, pertolongan terhadap rasul-rasul-Nya atas musuh-musuh mereka, Allah
memerintahkan Rasulullah untuk memuji Allah atas nikmat tersebut dan salam kesejahteraan atas
semua nabi karena mereka telah melaksanakan kewajiban tabligh risalah Tuhan mereka dengan
cara yang paling sempurna. Kemudian Allah menyanggah pada penyembah berhala dengan

5
Ibid, Hal. 222.

10
menjelaskan dalil-dalil yang beraneka ragam mengenai keesaan zat-Nya dalam penciptaan,
kekuasaan-Nya dan pemurnian ibadah hanya kepada-Nya.6

5). Surat Fatir ayat 39


ۖ َِّ ِِ ِ ْۚ
ِ ُ ‫ض فَمن َك َفر فَعلَي ِه ُك ْفرهۥۖ وََّل ي ِز‬ َِٰٓ ِ
‫يد‬ِ
ُ َ َ ً‫ند َرِّب ْم إَّل َم ْقت‬
‫ز‬ ‫ي‬ ‫َّل‬
‫و‬
َ ‫ا‬ َ ‫يد ٱلْ َكف ِر‬
َ ‫ين ُك ْف ُرُه ْم ع‬ َ َ ُُ ْ َ َ َ ِ ‫ف ِِف ْٱْل َْر‬ َ ‫ه َُو ٱلذى َج َعلَ ُك ْم َخلَئ‬
‫ين ُك ْف ُرُه ْم إََِّّل َخ َس ًارا‬ ِ
َ ‫ٱلْ َكف ِر‬

Artinya : “Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi. Barangsiapa kafir,
maka (akibat) kekafirannya akan menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang kafir itu
hanya akan menambah kemurkaan di sisi Tuhan mereka. Dan kekafiran orang-orang kafir itu
hanya akan menambah kerugian mereka belaka.”

Berkaitan dengan ayat sebelumnya, yaitu ayat 36-39. Setelah menerangkan balasan bagi para
pewaris Al-Qur'an, Allah Swt menuturkan balasan bagi orang-orang kafir. Karena
memperbandingkan di antara dua hal yang berlawanan seperti ini bisa menciptakan rasa kepuasan
dan ketenteraman dalam jiwa. Juga supaya orang-orang Mukmin mengetahui bahwa arogansi
orang-orang kafir terhadap mereka ketika di dunia akan berbalik menjadi sesalan dan ratapan di
akhirat, bahwa tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang yang kafir.

Kemudian, hal itu diiringi dengan penegasan tentang ilmu Allah Swt yang meliputi segala
sesuatu, untuk mempertegas informasi sebelumnya, yaitu bahwa tiada penolong pun bagi orang-
orang kafir. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang bagaimana Allah Swt telah
menjadikan mereka khalifah di muka bumi dari generasi ke generasi untuk membungkam mereka
supaya mereka tidak bisa protes dan berapologi dengan meminta kembali lagi ke dunia karena
kesempatan itu telah diberikan kepada mereka.

Kemudian dilanjutkan dengan ancaman terhadap orang- orang kafir atas kekafiran mereka
karena kekafiran mereka tidak berguna apa-apa di sisi Allah Swt melainkan hanya mendatangkan
kemurkaan-Nya terhadap mereka dan hanya menambah kerugian dan kesengsaraan me- reka saja.
Karena umur adalah seperti modal, barangsiapa yang menggunakan modal itu untuk membeli

6
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir : Akidah, Syariah, Manhaj jilid 10, Hal. 307.

11
keridhaan Allah Swt, dipastikan dia akan beruntung, namun barangsiapa kemurkaan-Nya,
dipastikan dia akan merugi dan sengsara.7

6). Surat Shad ayat 26

ِ َّ ِ ِْۚ َّ ‫ضلَّك عن سبِ ِيل‬


ِ ِ ِ ‫ْي ٱلن‬ ِ ‫ك َخلِي َفةً ِِف ْٱْل َْر‬
َ ‫ٱَّلل إ َّن ٱلذ‬
‫ين‬ َ َ َ ُ‫َّاس بٱ ْْلَ ِِق َوََّل تَتَّبِ ِع ٱ ِْلََوى فَي‬ َ َْ‫ٱح ُكم ب‬
ْ َ‫ض ف‬ َ َ‫يَ َد ُاو ُۥد إِ ََّّن َج َعلْن‬
ٌۢ
ِ ‫اب َش ِدي ٌد ِِبَا نَسو۟ا ي وَم ٱ ْْلِس‬
‫اب‬ َِّ ‫ضلُّو َن عن سبِ ِيل‬
ٌ ‫ٱَّلل َِلُْم َع َذ‬
ِ‫ي‬
َ َْ ُ َ َ َ

Artinya : “(Allah berfirman), “Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah
(penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.
Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka
melupakan hari perhitungan.”

Berkaitan dengan ayat sebelumnya yaitu dari ayat 17-26. Setelah memperingatkan orang-
orang kafir Quraisy keadaan umat-umat terdahulu dan memerintahkan Nabi Muhammad Saw. Agar
bersabar menghadapi gangguan dan kebodohan mereka, selanjutnya Allah Swt memerintahkan
beliau untuk mengingat keadaan Sembilan nabi tiga di antaranya dijelaskan lebih panjang
sedangkan enam lainnya secara global supaya beliau bisa merasakan gangguan dari kaum mereka
seraya mengharapkan pahala di sisi Allah Swt. Diawali dengan kisah Dawud a.s. untuk mengenang
keadaannya yang senantiasa bersyukur dan bersabar serta memiliki kekuatan dalam agama dan
fisik sekaligus.

Cerita peradilan yang terjadi dalam kisah Dawud hendaknya dipahami apa adanya seperti
yang dijelaskan dalam al-Qur’an dan menyingkirkan riwayat-riwayat isra'iliyyat dari cerita
tersebut untuk menjaga kemaksuman para nabi. Dalam riwayat-riwayat isra'iliy5rat disebutkan,
suatu hari Dawud secara tidak sengaja melihat seorang perempuan mandi, ia terpesona dan jatuh
hati kepadanya. Ternyata, perempuan itu adalah istri panglima pasukannya, Uriya Al-Hatsi.
Timbullah keinginannya menyingkirkan panglima tersebut untuk menyunting istrinya. Dawud pun
mengirim panglima tersebut dalam pertempuran dan memberinya panji peperangan, ia kemudian
menyuruh panglima tersebut bertempur dan memenangkannya.

7
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir : Akidah, Syariah, Manhaj jilid 11, Hal. 592.

12
Hal itu terjadi berulang kali, hingga panglima tersebut terbunuh, lalu Dawud menikahi janda
tersebut. Al-Baidhawi mengatakan, semua itu adalah pelecehan dan omong kosong. Oleh karena
itu, Ali bin Abi Thalib pernah mengeluarkan statemen, "Barang siapa mengisahkan Dawud menurut
cerita para pendongeng, aku akan menderanya seratus enam puluh kali." Ini adalah hadd atas
kebohongan dan fitnah terhadap para nabi. Sedangkan Ar-Razi menyanggah cerita dusta tersebut
dengan tiga argumentasi yang intinya. Pertama, hikayat tersebut, seandalnya dituduhkan kepada
orang yang paling fasik sekalipun, ia akan menolaknya mentah-mentah. Kedua, inti hikayat
tersebut ada dua, usaha membunuh seorang Muslim tanpa hak dan ambisi merebut istrinya.
Keduanya adalah munkar. Ketiga, sebelum menyebutkan kisah Dawud, Allah Swt
mendeskripsikannya dengan sepuluh sifat, lalu setelah penyebutan kisah ini, Allah Swt
mendeskripsikan Dawud dengan banyak sifat yang lain.

Semua sifat ini memastikan bahwa tidak mungkin dirinya melakukan perbuatan munkar dan
perilaku buruk seperti itu. Riwayat yang shahih untuk hikayat tersebut adalah, Dawud membagi
waktu mingguannya menjadi tiga. Sepertiga urusan kerajaan, sepertiga menjalankan sidang
peradilan, dan sepertiganya lagi untuk berkhalwat, beribadah, dan membaca Zabur di dalam
mihrab. Lalu ada dua pihak yang berperkara melanggar aturan waktu tersebut dengan memaksa
menemui Dawud dengan memanjat dinding untuk meminta putusan hukum. Dawud pun kaget, ia
mengira keduanya ingin membunuhnya, sementara ia sendirian di dalam mihrab untuk beribadah
kepada Tuhan.

Kedua orang yang sedang berperkara ini adalah manusia, bukan malaikat yang menjelma.
Hanya saja, waktu itu Dawud tergesa-gesa memutuskan hukum sebelum mendengarkan keterangan
dari pihak yang satunya lagi. Oleh karenanya, Allah Swt menegurnya dan mengingatkan bahwa
sebelum memutuskan, seorang hakim haruslah cermat dan mendengarkan keterangan dari kedua
belah pihak yang sedang berperkara. Di bagian berikut, kami akan menjelaskan bahwa riwayat ini
perlu ditinjau kembali, karena tidak masuk akal, Dawud begitu saja memutuskan hukum sebelum
mendengar keterangan dari pihak satunya. Sebab, mendengarkan keterangan kedua belah pihak
adalah prinsip dasar peradilan yang tidak boleh ditinggalkan.8

7). Surat al-Baqarah ayat 30

8
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir : Akidah, Syariah, Manhaj jilid 12, Hal. 170-171.

13
‫ك ٱل ِِد َمآَٰءَ َوَ َۡن ُن‬ ِۡ ِ ۡ ِ ۡ ۖ ِ ِ ‫ ِِف ۡٱْل َۡر‬ٞ‫ال ربُّك لِ ۡلملََٰٓئِ َك ِة إِِّن جاعِل‬ ِۡ
ُ ‫ۖ قَالَُٰٓواْ أ َََت َع ُل ف َيها َمن يُف ِس ُد ف َيها َويَسف‬ٞ‫ض َخلي َفة‬ َ ِ َ َ َ َ َ‫ق‬ ‫ذ‬ ‫َوإ‬
ۖ
‫ال إِِِّنَٰٓ أ َۡعلَ ُم َما ََّل تَ ۡعلَ ُمو َن‬
َ َ‫ك ق‬
َ َ‫س ل‬
ِ ِۡ ِ ِ
ُ ‫نُ َسبِ ُح ِبَمد َك َونُ َق ِد‬

Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"."

Ayat ini berkaitan dengan ayat-ayat setelahnya yaitu (Q.S. al-Baqarah ayat 31, 32, 33,
dikarenakan ayat tersebut membahas tentang Allah Swt hendak menjadikan di muka bumi ini
khalifah (pengganti). Dijelaskan bahwa ada dua pendapat mengenai maksud “khalifah” yang
pertama, khalifah adalah Adam a.s., yang dimaksud dengan firman-Nya “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya” adalah anak
cucu Adam, bukan Adam sendiri. Pendapat kedua, khalifah adalah anak cucu Adam.9

Ayat ini menjadi dasar dalam masalah pengangkatan seorang kepala negara, seorang khalifah
yang dipatuhi dan ditaati, disetujui seluruh rakyat, dan dilaksanakan keputusan-keputusan
hukumnya. Tak ada perbedaan pendapat di antara para ulama mengenai wajibnya hal ini, kecuali
pendapat yang diriwayatkan dari Abu Bakar bin Ashamm (pengikut madzhab Mu’tazilah), bahwa
imamah tidak wajib dalam agama, melainkan hanya bersifat boleh. Menurutnya, asalkan umat
Islam sudah melaksanakan haji dan jihad mereka, berlaku adil, menyerahkan hak orang lain secara
sukarela, membagikan rampasan perang dan zakat kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya.

Kisah, atau dialog yang terjadi antara Allah dengan malaikat-Nya, ini adalah semacam
perumpamaan, dengan menampilkan makna-makna abstrak dalam bentuk hal-hal yang kasatmata
agar lebih mudah dipahami akal manusia. Dalam kisah ini dijelaskan betapa tingginya Allah
memuliakan manusia, yaitu dengan dipilih-Nya, Adam sebagai khalifah di muka bumi serta diajari-
Nya bahasa-bahasa yang diketahui oleh para malaikat, hal ini mengharuskan manusia beriman
kepada sang pencipta yang maha mulia ini. Siapa pun tidak patut ingkar dan menentang. Kisah ini

9
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir : Akidah, Syariah, Manhaj jilid 1, Hal. 97.

14
merupakan kelanjutan ayat-ayat sebelumnya yang berisi celaan terhadap orang-orang kafir dan
mengingatkan mereka akan karunia Allah kepada mereka.10

2. Analisis Bahasa

Khalifah (bahasa Arab: ‫خليفة‬


َ ; khalīfah) ada dua definisi yaitu gelar makhluk yang akan
diciptakan Allah di bumi, yaitu Manusia, untuk menggantikan makhluk yang ada sebelumnya.
Definisi kedua adalah gelar yang diberikan untuk penerus Muhammad dalam kepemimpinan umat
Islam. Wilayah kewenangan khalifah disebut kekhalifahan atau Khilafah (bahasa

Arab: ‫ ;خِ الفة‬khilāfah). Gelar lain yang juga melekat dengan khalifah adalah amīr al-mu'minīn ( ‫أمري‬

‫ )املؤمنْي‬Amirul Mukminin atau "pemimpin orang-orang yang beriman yang telah dibaiat dengan
hukum Kitabillah wa Sunnah", meski pada keberjalanannya, gelar ini juga disandang oleh
pemimpin Muslim selain khalifah.

Secara etimologi kata "khalifah" (bahasa Arab: ‫ ;خَليفة‬khalīfah) bermakna "penerus" atau
"perwakilan." Dalam Al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 30 disebutkan,

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Aku hendak menjadikan
khalifah di muka bumi.'"

"Wahai Dawud, sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah di bumi, maka berilah keputusan di
antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan
menyesatkan engkau dari jalan Allah." (Q.S. Shad: 26)

Dalam konteks khusus, khalifah adalah pengganti atau penerus nabi Muhammad Saw sebagai
pemimpin umat Islam. Kepemimpinan umat ini memiliki dimensi duniawi dan agama, sehingga
pada dasarnya, khalifah adalah pemimpin dan pembimbing umat Islam dalam urusan administratif
kenegaraan ataupun moral dan agama. Secara tradisi, khalifah sendiri merupakan kependekan
dari Khalīfah Rasūl Allāh (penerus utusan Allah).

Khalifah juga dapat dimaknai sebagai kewenangan yang diberikan oleh Allah kepada
manusia untuk mengelola alam untuk keperluan hidupnya. Kewenangan ini diberikan dengan

10
Ibid, Hal. 92.

15
adanya batasan atas tanggung-jawab yang baik dan tidak berlebihan. Bekal yang diberikan oleh
Allah kepada manusia untuk memenuhi peran ini adalah akal. Keberadaan akal membuat manusia
dapat melakukan pengamatan terhadap alam semesta.

Dengan perannya ini, manusia diberi tanggung jawab untuk memakmurkan alam sehingga
tercipta keseimbangan antara alam dan kehidupan manusia. Hal ini dijelaskan dalam al-Qur'an
pada Surah Luqman ayat 20. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah mengatur langit dan Bumi
agar sesuai dengan kebutuhan hidup manusia secara sempurna. Ini dijadikan oleh-Nya sebagai
tanda-tanda kekuasaan-Nya. Sedangkan peran manusia sebagai pemakmur bumi ditetapkan oleh
Allah pada Surah Hud ayat 61. Ayat ini juga mengaitkan peran manusia sebagai pemakmur bumi
dan penciptaan manusia dari tanah.11

3. Pandangan Para Mufassir Tentang Khalifah

1). Tafsir klasik

a. Penafsiran surat al-An’am ayat 165

Allah Swt berfirman : “dan Dialah yang menjadikan kamu penerus-penerus di muka bumi,
yaitu : Dia menjadikanmu mengisi bumi, generasi demi generasi, abad demi abad, dan
menggantikan umat terdahulu.” Ibnu Zaid dan yang lainya berkata : “Dan sekiranya kami
menghendaki, niscaya ada di antara kamu yang kami jadikan malaikat-malaikat sebagai pengganti
kamu di bumi.” (Q.S. az-Zukhruf : 60). Dan firman Allah ta’ala : “dan yang menjadikan kamu
(manusia) sebagai khalifah di bumi?” (Q.S. an-Naml : 62). Dan firman Allah ta’ala :
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (Q.S. al-Baqarah : 30).

Dan firman Allah ta’ala : “dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang
lain) beberapa derajat,” yaitu menyamakan antara kamu dalam hal penghidupan dan akhlak, dan
kelebihan dan persamaan, penampilan, bentuk dan warna, dan Dia memiliki kebijaksanaan dalam
hal itu, sebagaimana firman-Nya : “Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian

11
Muhammad Hambali, Panduan Muslim Kaffah Sehari-hari: Dari Kandungan hingga Kematian, (Yogyakarta:
Laksana), Hal. 23.

16
yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain.”
(Q.S. az-Zukhruf : 32).12

b. Penafsiran surat al-‘Araf ayat 69

Sebagaimana kami mengutus Nuh kepada kaumnya, dan begitu pula Hud kepada kaumnya
‘Ad. Muhammad bin Ishaq berkata : mereka keturunan dari ‘Aad bin Iram bin ‘Aus bin Sam bin
Nuh. Aku berkata: Ini adalah Aad, yang Allah Swt sebutkan dan mereka adalah anak-anak Aad bin
Iram yang biasa berlindung dalam kebenaran, seperti firman Allah ta’ala: “Apakah kamu tidak
memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Aad? (yaitu) penduduk Iram yang
mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti
itu, di negeri-negeri lain,” (Q.S. al-Fajr : 6-8).

Ini karena beratnya bagian dan kekuatan mereka, seperti firman Allah : “Adapun kaum 'Aad
maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: "Siapakah
yang lebih besar kekuatannya dari kami?" Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa
Allah Yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah
mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami.” (Q.S. Fushilat : 15). Tempat tinggal mereka
di Yaman berada di Al-Ahqaf, yang merupakan pegunungan pasir.13

c. Penafsiran surat al-‘Araf ayat 74

‫( َواذْ ُك ُروا إ ْذ َج َعلَ ُك ْم ُخلَ َفاء‬Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-
ٌۢ
pengganti) di bumi ini, ‫ك ْم‬ ُ َ‫( ِمن بَ ْع ِد َع ٍاد َوبَ َّوأ‬sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat bagimu)

yakni menempatkan kamu, ‫ورا‬ ِ ‫َّخ ُذو َن ِمن سه‬


ِ ‫ض تَت‬
ِ ‫( ِِف ْٱْل َْر‬di bumi. Kamu dirikan istana-istana
ً‫ص‬ ُ ُ‫ق‬ ‫وِلَا‬ ُُ

12
Abu Fada Isma’il bin Amr bin Katsir al-Quraisy, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, (Darut Toyyibah, Edisi ke-II, 1420 H/1999
M), Maktabah asy-Syamilah, Hal. 384.
13
Ibid, Hal. 433.

17
di tanah-tanahnya yang datar) sebagai tempat tinggalmu di musim panas, ‫وًت‬
ً ُ‫بُي‬ َ َ‫( َوتَ ْن ِحتُو َن ٱ ْْلِب‬dan
‫ال‬
kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah)14

d. Penafsiran surat Yunus ayat 14

‫ُُثَّ َج َعلْنَ ُك ْم‬ ‫ف‬ َِٰٓ


(Kemudian kami jadikan kalian) hai penduduk Mekkah, َ ‫َخلَئ‬ (pengganti-

pengganti) lafaz khalaif adalah bentuk jamak dari lafaz khalifah, ‫ف تَ ْع َملُو َن‬ ِ ِ ِ ٌۢ ِ ِ ‫ِِف ْٱْلَر‬
َ ‫ض من بَ ْعده ْم لنَنظُر َكْي‬
َ ْ
(di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kalian berbuat) di muka
bumi; apakah kalian mau mengambil pelajaran dari umat-umat terdahulu itu, sehingga kalian mau
percaya kepada rasul-rasul Kami.15

e. Penafsiran surat Yunus ayat 73 menurut Imam Ibnu Katsir,

ِ ْ‫( فَ َك َّذبوه فَنَ َّجي نَه ومن َّمعهۥ ِِف ٱلْ ُفل‬Lalu mereka mendustakan Nuh, maka Kami selamatkan dia
‫ك‬ َُ ََ ُ ْ ُ ُ
dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera,) perahu, ‫ج َعلْنَ ُه ْم‬
َ ‫( َو‬dan Kami jadikan mereka
itu) orang-orang yang bersama dengan Nabi Nuh, ‫ف‬ َِٰٓ
َ ‫( َخلَئ‬pemegang kekuasaan) di muka bumi.
16

f. Penafsiran surat an-Naml ayat 62

Allah Swt memperingatkan bahwa Dialah yang dipanggil pada keadaan sulit, yang
diharapkan pada saat-saat bencana, sebagaimana firman Allah ta’ala : Dan apabila kamu ditimpa
bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia, (Q.S. al-Isra : 67). Dan
firman Allah ta’ala : “dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya lah
kamu meminta pertolongan.” (Q.S. an-Nahl : 53).17

14
Jalaluddin asy-Syuyuti dan Jalaluddin al-Mahalli, Tafsir Jalalain, (Sinar Baru Algensindo, Jilid ke-1, Hal. 615-616.
15
Ibid, Hal. 804.
16
Ibid, Hal. 828.
17
Abu Fada Isma’il bin Amr bin Katsir al-Quraisy, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, (Darut Toyyibah, Edisi ke-II, 1420 H/1999
M), Maktabah asy-Syamilah, Hal. 203.

18
g. Penafsiran surat Fatir ayat 39

ِ ‫ف ِِف ْٱْل َْر‬ َِٰٓ ِ


‫ض‬ َ ‫( ُه َو ٱلَّ ذى َج َعلَ ُك ْم َخلَئ‬Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka
bumi) lafadz khalaif adalah bentuk jamak dari khalifah, yakni Dia mengganti sebagian di antara
kalian dengan sebagian yang lain, yaitu generasi demi generasi.18

h. Penafsiran surat Shad ayat 26

Ini adalah perintah dari Allah Swt kepada para penguasa untuk menghakimi di antara orang-
orang dengan hak tinggal dari-Nya, diberkati dan ditinggikan, untuk tidak berpaling dari-Nya dan
berpaling dari jalan-Nya. Dan Allah telah bersumpah kepada orang-orang yang menyimpang dari
jalan-Nya, dengan ancaman dan siksaan yang berat.

Ibnu Abi Hatim berkata: bahwa Al-Walid bin Abdul Malik berkata kepadanya Apakah
Khalifah bertanggung jawab, karena kamu telah membaca kitab pertama, membaca Al-Qur'an
apakah engkau paham? Aku berkata, "Wahai Amirul Mukminin, bolehkah aku berkata?" Dia
berkata: Katakan dengan penuh rasa aman : Aku berkata, Wahai Amirul Mukminin, apakah engkau
lebih murah hati kepada Allah atau Daud?

Allah, Yang Mahakuasa, mengumpulkan para nabi dan penerusnya, kemudian berjanji
kepadanya dalam kitab-Nya dan berfirman: "Wahai Daud, kami telah menjadikanmu khalifah di
bumi, maka hakimilah di antara manusia dengan kebenaran dan jangan mengikuti hawa nafsu, dan
dia akan membawamu menjauh dari jalan Allah, jika orang-orang yang tersesat.19

i. Penafsiran surat al-Baqarah ayat 30

‫( َو‬Dan) ingatlah, hai Muhammad, ً‫خلِي َفة‬


َ ِ ‫ك لِلْ َملََٰٓئِ َك ِة إِِِّن َجاعِ ٌل ِِف ْٱْل َْر‬
‫ض‬ َ َ‫( إِ ْذ ق‬Ingatlah ketika
َ ُّ‫ال َرب‬
Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang

18
Jalaluddin asy-Syuyuti dan Jalaluddin al-Mahalli, Tafsir Jalalain, (Sinar Baru Algensindo, Jilid ke-2, Hal. 580.
19
Abu Fada Isma’il bin Amr bin Katsir al-Quraisy, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, (Darut Toyyibah, Edisi ke-II, 1420 H/1999
M), Maktabah asy-Syamilah, Hal. 62-63.

19
khalifah di muka bumi"), yang akan mewakili Aku dalam melaksanakan hukum-hukum atau
peraturan-peraturan-Ku padanya, yaitu Adam.20

2). Tafsir modern

a. Penafsiran surat al-An’am ayat 165

Allah menjadikan para khalifah di bumi, sebagian dari mereka menggantikan sebagian yang
lainnya di bumi. Dia membinasakan orang-orang sebelum mereka dari abad-abad yang lalu dan
umat-umat yang telah lewat, lalu Dia memberikan kekuasaan kepada orang-orang setelah mereka
untuk memakmurkan bumi. Dia juga menjadikan mereka penguasa bumi-Nya, mereka memiliki
bumi itu dan berbuat di dalamnya. Allah Swt berfirman,

“"Dan infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu
sebagai penguasanya (amanah)." (al-Hadiid: 7)

Allah meninggikan sebagian kalian atas sebagian yang lain beberapa derajat dalam kekayaan
dan kefakiran; kemuliaan dan kedudukan; ilmu dan kebodohan, penciptaan dan bentuk; akal dan
rezeki. Keterpautan ini bukan karena ketidakmampuan atau kebodohan, tetapi sebagai ujian atas
apa yang Dia berikan kepada kalian. Allah memperlakukan kalian seperti orang yang menguji
kalian dalam hal-hal tersebut. Allah menguji orang kaya misalnya-dalam kekayaannya dan
mempertanyakan ke syukurannya. Allah menguji orang fakir dalam kefakirannya. Dia
mempertanyakan kesabarannya. Setelah itu adalah balasan terhadap amal perbuatan. Terkadang
manusia ceroboh dalam hal yang dibebankan kepadanya atau dijalankannya. Oleh sebab itu, setiap
balasan tergantung amal perbuatan. Yang mirip dengan ayat ini dalam Al-Qur'an banyak sekali,
seperti,

"Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-
orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu; dan akan Kami uji perihal kamu."
(Muhammad: 31)

20
Jalaluddin asy-Syuyuti dan Jalaluddin al-Mahalli, Tafsir Jalalain, (Sinar Baru Algensindo, Jilid ke-1, Hal. 17.

20
Tersebut dalam hadits Shahih Muslim dari Abu Sa'id al-Khudri, dia mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. bersabda,

"sesungguhnya dunia adalah manis lagi hijau. Sesungguhnya, Allah memberikan kekuasaan
kepada kalian di dalamnya. Lalu, Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Maka jagalah dunia,
iagalah perempuan. Sesungguhnya, fitnah pertama Bani Isra'il adalah mengenai perempuan." (HR
Muslim)

Setelah ujian ini, di hadapan manusia ada siksa atau pahala. Dalam ayat ini, ada tarhib
[ancaman) dan targhib [motivasi). Sesungguhnya, hisab Allah dan siksa-Nya cepat kepada orang
yang durhaka kepada-Nya dan menyelisihi rasul-rasul-Nya. Siksa-Nya Juga cepat dan tidak lalai
meskipun menunda. Siksa disifati dengan cepat karena setiap yang akan datang adalah dekat. Siksa
bisa diberikan di dunia dengan mendatangkan bahaya pada diri, akal, kehormatan atau harta, dan
bisa di akhirat dengan siksa api neraka Jahannam, bahkan kadang-kadang dua-duanya.

Allah Swt Maha Pengampun kepada orang-orang yang bertobat dan Maha Penyayang kepada
orang-orang yang berbuat baik dan orang-orang Mukmin yang mengikuti perintah-perintah para
rasul yang mereka bawa. Pasalnya, rahmat-Nya mendahului murka-Nya dan memenuhi segala
sesuatu. Allah menjadikan balasan kebaikan dengan sepuluh kali lipat dan Dia mampu
melipatgandakan berkali-kali kepada orang yang dikehendaki. Allah menjadikan kejelekan dengan
satu balasan yang setimpal dan Dia mampu mengampuni kesalahan itu untuk orang yang bertobat
dan menutupnya di dunia karena anugerah, kemuliaan, dan kelembutan. Ibnu Katsir berkata,

"Seringkali Allah dalam al-Qur'an menggandeng dua sifat ini, yaitu ampunan dan siksa,
seperti firman-Nya, "Sungguh, Tuhanmu benar-benar memiliki ampunan bagi manusia atas
kezaliman mereka, dan sungguh, Tuhanmu sangat keras siksaan-Nya." (ar-Ra'd: 6)

"Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Akulah Yang Maha Pengampun, Maha


Penyayang, dan sesungguhnya adzob'Ku adalah adzab yang sangat pedih." (al-Hiir: 49-50)

Masih banyak ayat lainnya yang mengandung targhib dan tarhib. Adakalanya, Dia menyeru
hamba-hamba-Nya kepada-Nya dengan kesenangan, sifat surga, dan yang ada pada diri-Nya.
Adakalanya, Allah menyeru mereka kepada-Nya dengan ancaman, api neraka, kengerian dan

21
siksanya, hari Kiamat, dan kegentingan-kegentingannya. Adakalanya dengan kedua-duanya, sesuai
dengan kondisinya.21

b. Penafsiran surat al-‘Araf ayat 69

Apakah telah berpengaruh dan membuat kalian keheranan bahwa Allah menurunkan kepada
kalian ajaran yang mengingatkan kalian tentang perkara-perkara yang baik bagi kalian melalui
penjelasan seorang lelaki yang berasal dari kalian sendiri, yang kalian ketahui garis keturunan dan
kejujuran lisannya, untuk memperingatkan kalian dari azab dan siksaan Allah ? dan ingatlah oleh
kalian nikmat Allah yang tercurah kepada kalian ketika Allah menjadikan kalian sebagai manusia-
manusia yang menggantikan orang-orang sebelum kalian di muka bumi setelah dibinasakannya
kaum Nuh , dan melebihkan pada fisik kalian dengan kekuatan dan perawakan yang lebih besar.
Maka Ingatlah oleh kalian nikmat-nikmat Allah yang melimpah banyak atas kalian, supaya kalian
dapat memperoleh keberuntungan besar di dunia dan akhirat.22

c. Penafsiran surat al-‘Araf ayat 74

Dan ingatlah oleh kalian nikmat Allah yang tercurah kepada kalian, ketika Allah menjadikan
kalian sebagai manusia-manusia yang menggantikan orang-orang sebelum kalian di muka bumi
setelah kaum Ad, dan memberikan kekuasaan bagi kalian di daerah yang baik yang kalian tinggali,
kemudian kalian membangun di tanah-tanah datarnya istana-istana megah, dan kalian memahat
daerah-daerah gunungnya sebagai rumah-rumah yang lain. Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah
yang tercurah atas kalian dan janganlah kalian berlalu lalang di muka bumi dengan membuat
kerusakan.23

d. Penafsiran surat Yunus ayat 14

Kemudian kami menjadikan kalian (wahai sekalian manusia), sebagai pengganti-pengganti


(mereka) di muka bumi setelah generasi yang dibinasakan, agar kami melihat apa yang akan

21
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir : Akidah, Syariah, Manhaj jilid 4, (Gema Insani, Edisi ke-1, 1434 H/2013 M), Hal.
396-397.
22
Para ulama tafsir, Tafsir al-Muyassar, (Kompleks Raja Fahd, Edisi ke-2, 1430 H/2009 M), Maktabah asy-Syamilah,
Hal. 159.
23
Ibid, Hal. 160.

22
kalian perbuat, kebaikan atau kebutuhan, lalu kami memberikan balasan kepada kalian dengan itu
sesuai dengan amal perbuatan kalian.24

e. Penafsiran surat Yunus ayat 73

Tetapi kaum Nuh mendustakan Nuh terkait berita-berita yang dia sampaikan kepada mereka
Dari Allah. Lalu kami menyelamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam kapal, dan
kami menjadikan mereka pengganti orang-orang yang mendustakan di muka bumi, dan kami
tenggelamkan orang-orang yang mengingkari hujah-hujah kami. Maka renungilah (wahai rasul),
bagaimanakah kesudahan orang-orang yang telah diperingatkan oleh rasul mereka dengan siksaan
Allah dan hukum-Nya?25

f. Penafsiran surat an-Naml ayat 62

Apakah menyembah kepada apa-apa yang kalian persekutuan (dengan Allah) lebih baik dari
menyembah dzat Yang mengabulkan doa orang yang berada dalam kesulitan ketika ia berdoa
kepada-Nya dan menyingkirkan keburukan yang menimpanya dan menjadikan kalian sebagai
khalifah-khalifah pengganti orang-orang yang berada di muka bumi sebelumnya? Apakah ada
tuhan di samping Allah yang memberikan kenikmatan-kenikmatan kepada kalian? Amat sedikit
kalian yang mengingat dan mengambil pelajaran. Karena itu, kalian mempersuatukan sesuatu
dengan Allah dalam beribadah kepada-Nya.26

g. Penafsiran surat Fatir ayat 39

Allah-lah Yang menjadikan kalian (wahai manusia) sebagian kalian meneruskan sebagian
yang lain di muka bumi. Barang siapa di antara kalian mengingkari keesaan Allah, maka mudarat
dan kekafirannya itu akan menimpa dirinya sendiri, kekufuran orang-orang di sisi Tuhan mereka
tidak menambah kecuali kebencian dan kemarahan, kekafiran mereka kepada Allah tidak
menambah mereka kecuali kesesatan dan kebinasaan.27

24
Ibid, Hal. 209.
25
Ibid, Hal. 217.
26
Ibid, Hal. 382
27
Ibid, Hal. 439

23
h. Penafsiran surat Shad ayat 26

Wahai Dawud, sesungguhnya Kami menjadikanmu berkuasa dan memiliki kerajaan di muka
bumi, maka putuskanlah hukum di antara manusia dengan adil dan objektif. Dan jangan mengikuti
hawa nafsu dalam menetapkan hukum karena hal itu akan menyesatkanmu dari agama dan syariat
Allah. sesungguhnya orang-orang yang tersesat dari jalan Allah akan mendapatkan siksa yang
pedih di dalam api neraka, karena kelalaian mereka terhadap hari pembalasan dan perhitungan
amal.

Dalam ayat ini terkandung pesan kepada ulil amri (pemerintah) agar mereka menetapkan
hukum dengan berpijak kepada kebenaran yang diturunkan dari Allah Swt dan tidak menyimpang
darinya karena hal itu akan menyesatkan mereka dari jalan-Nya.28

i. Penafsiran surat al-Baqarah ayat 30

katakanlah wahai Rasul- kepada manusia ketika Allah ta'ala berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku akan menjadikan di muka bumi sekumpulan makhluk yang sebagian mereka
akan menggantikan sebagian lainnya untuk memakmurkannya.” Para malaikat berkata: “wahai
Tuhan kami beritahukanlah kepada kami dan Tunjukilah kami apa hikmah dibalik penciptaan
mereka itu, sedangkan karakter mereka itu melakukan kerusakan di muka bumi dan menumpahkan
darah secara dzolim dan sewenang-wenang, sementara Kami selalu taat terhadap perintah-Mu,
kami menyucikan-Mu dengan penyucian yang sesuai dengan sifat-sifat-Mu yang terpuji dan
kebesaran-Mu, dan kami mengagungkan-Mu dengan seluruh sifat kesempurnaan dan
keagungan?”. Allah menjawab mereka dengan firman-Nya: “Sesungguhnya aku lebih mengetahui
hal-hal yang tidak kalian ketahui dari apa yang mengandung kemaslahatan besar pada penciptaan
mereka.”29

4. Hadits-Hadits

28
Ibid. Hal. 454.
29
Ibid, Hal. 6.

24
َ َ‫ َح َّدثَِِن ََّنفِ ٌع ق‬:‫ال‬
‫ َح َّدثَِِن ابْ ُن عُ َمَر‬:‫ال‬ َ َ‫ َح َّدثَِِن عُبَ ْي ُد هللاِ ق‬:‫ال‬
َ َ‫ُس َامةَ ق‬ ٍِ ِ
َ ‫ َحدَّثَنَا أَبُو أ‬:‫َحدَّثَنَا عُبَ ْي ُد هللا بْ ُن َسعيد‬
ٍ ‫ول هللاِ صلَّى هللا علَي ِه وسلَّم عرضه ي وم أ‬ َّ ‫ أ‬:‫َر ِضي هللاُ َعْن ُه َما‬
َ ‫ ُُثَّ َعَر‬،‫ فَلَ ْم ُُِي ْزِّن‬،ً‫ َوُه َو ابْ ُن أ َْربَ َع َع ْشَرةَ َسنَة‬،‫ُحد‬
‫ض ِِن‬ ُ َ ْ َ ُ َ ََ َ َ َ ْ َ ُ َ َ ‫َن َر ُس‬ َ
‫ فَ َحدَّثْتُهُ َه َذا‬،ٌ‫ َوُه َو َخلِي َفة‬،‫ت َعلَى عُ َمَر بْ ِن َعْب ِد الْ َع ِزي ِز‬ ِ ِ َ َ‫ ق‬.‫ فَأَجازِّن‬،َ‫ وأَ ََّن ابن َخَْس ع ْشرة‬،‫ي وم ا ْْل ْن َد ِق‬
ُ ‫ فَ َقد ْم‬:‫ال ََّنف ٌع‬ َ َ َ َ َ ُْ َ َ َ َْ
ِ ‫ أَ ْن ي ْف ِر‬:‫ وَكتب إِ ََل ع َّمالِِه‬،‫الصغِ ِري والْ َكبِ ِري‬ ِ
َ‫س َع ْشَرة‬
َ َْ‫ضوا ل َم ْن بَلَ َغ َخ‬
ُ َ ُ َََ َ َّ ‫ْي‬ َ ْ َ‫ إِ َّن َه َذا َْلَ ٌّد ب‬:‫ال‬
َ ‫ فَ َق‬،‫يث‬
َ ‫ا ْْلَد‬

Ubaidullah ibn Sa'id mengatakan kepada kami: Abu Usamah mengatakan : Ubaidullah mengatakan
kepadaku dia berkata : Nafi' mengatakan kepadaku dia berkata: Ibn 'Umar r.a mengatakan
kepadaku bahwa Rasulullah Saw : "Dia menawarkannya pada hari Ahad, ketika dia berusia empat
belas tahun, tetapi dia tidak memberi saya hadiah, dan kemudian dia menawari saya pada perang
khandaq, ketika saya berusia lima belas tahun, dan dia memberi saya hadiah. Nafi' berkata: Maka
aku datang kepada 'Umar ibn 'Abd al-'Aziz, dia adalah seorang khalifah, dan aku mengatakan
kepadanya ini lebih rendah, dan dia berkata: Ini adalah batas antara yang kecil dan yang besar, dan
dia menulis kepada para pekerjanya: untuk memaksa bagi mereka yang telah mencapai umur lima
belas tahun.30

‫َخ ََبَ ُه ْم عَ ْن عَ ْب ِد‬


ْ‫يأ‬ َ ِ‫َن َسع‬
َّ ‫يد بْ َن إِ ََي ٍس ا ْْلَُريْ ِر‬ ُ َّ‫الض ِر ُير َحدَّثَنَا ََح‬
َّ ‫اد بْ ُن َسلَ َمةَ أ‬ َّ ‫ص بْ ُن عُ َم َر أَبُو عُ َم َر‬
ُ ‫َحدَّثَنَا َح ْف‬
‫ال لَهُ عُ َم ُر َو َه ْل‬ ِِ ‫ُس ُق‬
َ ‫ف فَ َدعَ ْوتُهُ فَ َق‬ ْ ‫ال بَعَثَِِن عُ َم ُر إِ ََل ْاْل‬ ِ َّ‫اَّللِ بْ ِن َش ِق ٍيق الْعُ َق ْيلِ ِي عَن ْاْلَقْ رِع م َؤ ِذِ ِن عُمر بْ ِن ا ْْلَط‬
َ َ‫اب ق‬ َّ
ََ ُ َ ْ ِ
‫ْي‬ ِ ِ َ ‫ال أ َِج ُد َك قَ ْرًَّن فَ َرفَ َع عَلَيْ ِه ال ِِد َّرةَ فَ َق‬
َ َ‫ف ََِت ُدِّن ق‬ ِ َ‫ََِت ُدِّن ِِف الْكِت‬
ٌ ‫ال قَ ْر ٌن َحدي ٌد أَم‬
َ ‫ال قَ ْر ٌن َم ْه فَ َق‬ َ ْ‫ال َكي‬
َ َ‫ال نَعَ ْم ق‬
َ َ‫اب ق‬

‫اَّللُ عُثْ َما َن‬ ِ ‫ال أ َِج ُده خلِي َفةً ص‬


َ َ‫اْلًا غَ ْريَ أَنَّهُ يُ ْؤثُِر قَ َرابَتَهُ ق‬
َّ ‫ال عُ َم ُر يَ ْر َح ُم‬ َ ‫ف ََِت ُد الَّ ِذي َُِييءُ ِم ْن بَ ْع ِدي فَ َق‬ َ َ‫َش ِدي ٌد ق‬
َ َ ُ َ ‫ال َك ْي‬

َ ‫ض َع عُ َم ُر يَ َدهُ عَلَى َرأْ ِس ِه فَ َق‬ ٍِ ِ ِ ِ ‫ال َكي‬


‫ال ََي‬
َ ‫ال ََي َدفْ َراهُ ََي َدفْ َراهُ فَ َق‬ َ ُ‫ف ََت ُد الَّذي بَ ْع َدهُ قَا َل أَج ُده‬
َ ‫ص َدأَ َحديد فَ َو‬ َ ْ َ ‫ثَ ًَل ًًث فَ َق‬
‫ال أَبُو َد ُاود الدَّفْ ُر‬
َ َ‫ول َوالدَّمُ ُم ْه َرا ٌق ق‬
ٌ ُ‫ف َم ْسل‬ ِ َ‫أ َِمري الْم ْؤِمنِْي إِنَّه خلِي َفةٌ صالِح ولَكِنَّه يستَخل‬
ُ ْ‫السي‬
َّ ‫ف َو‬
ُ َ‫ْي يُ ْستَ ْخل‬
َ ‫فح‬ُ ْ ُْ ُ َ ٌ َ َ ُ َ ُ َ
‫َّت‬
ُ ْ ‫الن‬

30
Abu ‘Abdillah bin Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim al-Mugirah al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Damaskus, Edisi ke-I,
1422 H), Maktabah asy-Syamilah, Hal. 2664.

25
Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Umar Abu Umar yang buta berkata, telah
menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah bahwa Sa'id bin Iyas Al Ajurairi mengabarkan
kepada mereka dari Abdullah bin Syaqiq Al Uqaili dari Al Aqra' tukang adzan Umar Ibnul
Khaththab, ia berkata, " Umar mengutusku untuk menemui Usquf (seorang pendeta dan pemuka
Nashrani) maka aku memanggilnya, Umar berkata kepadanya; "Ipakah kamu mendapatkan aku
di dalam Al Kitab (Injil)?", Usquf menjawab; "Iya", Umar berkata; "Bagaimana kamu
mendapatkan aku?" Ia menjawab; aku mendapatkanmu seperti benteng, Umar mengangkat
cemeti kepadanya, dan berkata; "Benteng apa? Ia menjawab; "Benteng besi yang sangat kuat
(kuatnya kepemerintahan Umar, pent), Umar berkata kepadanya; "Bagaimana kamu mendapati
orang sesudahku?"Ia menjawab; aku mendapatkannnya sebagai seorang Khalifah yang shalih
hanya saja ia mementingkan kerabatnya, Umar berkata; "Semoga Allah merahmati Utsman"-tiga
kali-, Umar lalu berkata; bagaimana kamu mendapati orang sesudahnya?" Ia berkata; "Aku
mendapatinya besi yang berkarat (maksudnya banyak peperangan yang terjadi padanya hingga
pedangnya berkarat), lalu Umar meletakkan tangannya di atas kepalanya dan berkata; "Alangkah
busuknya alangkah busuknya", Usquf berkata; "Wahai Amirul mukminin, sesungguhnya dia
adalah khalifah yang shalih hanya saja ketika ia diangkat sebagai seorang khalifah pedang telah
terhunuskan dan darah telah terkucurkan (fitnah telah berkobar di waktu ia diangkat jadi
khalifah)." Abu Daud berkata; "Ad dafru artinya yang busuk." 31

5. Analisis Ayat-Ayat tentang Khalifah

Di dalam al-Qur’an terdapat beberapa kata tentang pengertian khalifah, namun mempunyai makna
yang berbeda-beda. Yaitu :

No. Makna Nama Surat Nomor Redaksi Ayat Terjemah


Khalifah Ayat
َِٰٓ ِ
َ ‫َوُه َو ٱلَّذى َج َعلَ ُك ْم َخلَئ‬
‫ف‬
1) Penguasa Q.S. al-‘An’am 165 “Dan Dialah yang
menjadikan kamu
ِ ‫ْٱْل َْر‬
‫ض‬ penguasa-penguasa
di bumi”

31
Abu Daud Sulaiman bin al- ‘Asy’as bin Ishaq bin Basyir, Sunan Abi Daud, (Maktabah al-Asriyah, Beirut, 1431 H),
Hal. 4656.

26
ِ ‫ف ِِف ْٱْل َْر‬
‫ض‬ َِٰٓ
َ ‫ُُثَّ َج َع ْلنَ ُك ْم َخلَئ‬
2) Pengganti Q.S. Yunus 14 “Kemudian Kami
jadikan kamu
sebagai pengganti-
pengganti (mereka)
di bumi”
ِ
ُ ‫إِذَا َد َعاهُ َويَكْش‬
‫ف‬
3) Pemimpin Q.S. an-Naml 62 “Apabila dia berdoa
kepada-Nya, dan
ِْۗ ‫ٱلسَٰٓوءَ َوَُْي َعلُ ُك ْم ُخلَ َفآَٰءَ ْٱْل َْر‬
‫ض‬ ُّ menghilangkan
kesusahan dan
menjadikan kamu
(manusia) sebagai
khalifah (pemimpin)
di bumi?”

C. kesimpulan

Khalifah secara garis besar mempunyai beberapa makna, diantaranya yaitu bermakna
penguasa, pengganti, dan pemimpin. Sebagaimana firman Allah Swt,

“"Dan infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu
sebagai penguasanya (amanah)." (Q.S. al-Hadiid : 7).

Makna khalifah sebagai penguasa itu merupakan sebuah amanat yang diberikan oleh Allah
Swt kepada manusia tersebut. Adapun bermakna pengganti adalah Setiap manusia merupakan
pengganti bagi manusia sebelumnya, menjadi pengganti generasi sebelumnya. Sedangkan khalifah
bermakna pemimpin ialah, setiap manusia adalah pemimpin. Yang paling mendasar yaitu menjadi
pemimpin bagi masing-masing individu.

27
DAFTAR PUSTAKA

Abu ‘Abdillah bin Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim al-Mugirah al-Bukhari, Shahih Bukhari,
(Damaskus, 1422 H)
Abu Daud Sulaiman bin al- ‘Asy’as bin Ishaq bin Basyir, Sunan Abi Daud, (Maktabah al-
Asriyah, Beirut, 1431 H)
Abu Fada Isma’il bin Amr bin Katsir al-Quraisy, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, (Darut Toyyibah,
1420 H/1999 M)
Abu Fada Isma’il bin Amr bin Katsir al-Quraisy, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, (Darut Toyyibah,
1420 H/1999 M)
Abu Fada Isma’il bin Amr bin Katsir al-Quraisy, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, (Darut Toyyibah,
1420 H/1999 M)
Jalaluddin asy-Syuyuti dan Jalaluddin al-Mahalli, Tafsir Jalalain, (Sinar Baru Algensindo)
Muhammad Hambali, Panduan Muslim Kaffah Sehari-hari: Dari Kandungan hingga Kematian,
(Yogyakarta)
Para ulama tafsir, Tafsir al-Muyassar, (Kompleks Raja Fahd, 1430 H/2009 M)
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir : Akidah, Syariah, Manhaj, (Gema Insani, 1434 H/2013 M)
Watsiqol Sunardi, Peran Manusia Sebagai Khalifah Allah di Muka Bumi Perspektif Ekologis dalam
Ajaran Islam, (Program Magister Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta), Jurnal Penelitian, Vol. 12, No. 2,
Agustus 2018.

28

Anda mungkin juga menyukai