B. Kegiatan Belajar : Kriteria Kesahihan Hadis (KB 3)
C. Refleksi
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN
1 Konsep (Beberapa istilah 1. Kata sahih dalam bahasa Arab diartikan orang sehat dan definisi) di KB antonim dari kata al-saqim yang berarti orang sakit, seolah-olah dimaksudkan hadis sahih adalah hadis yang sehat dan benar-benar tidak terdapat penyakit dan cacat. 2. Hadis sahih adalah hadis yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil dan dhabith (kuat daya ingatan) sampai kepada perawi terakhirnya, serta tidak ada kejanggalan dan maupun cacat. 3. Sanadnya bersambung maksudnya adalah seluruh mata rantai periwayatnya dari setiap generasi ke generasi yakni nabi, sahabat, tabi’in dan tabi’ al-tabi’in tersambung tanpa ada satupun yang terputus. 4. Kualitas perawi harus ‘adil, dalam istilah ulum al-hadits adalah kondisi perawi yang beragama Islam, mukallaf, melaksanakan ketentuan agama dan menjaga muru’ah 5. Kualitas intelektualitas personal perawi (dhab) yaitu kekuatan hafalan perawi terhadap hadis yang diterimanya secara sempurna, mampu menyampaikannya kepada orang lain dengan tepat dan mampu memahaminya dengan baik. 6. Dhabt shadr, yaitu kekuatan hafalan yang dibuktikan dengan kemampuan melafalkan hadis yang dikuasainya kapanpun. 7. Dhabt kitabah yaitu kekuatan tulisan yang dibuktikan dengan buku yang dia miliki. 8. Syadz (kejanggalan) dalam periwayatan adalah apabila sebuah hadis diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah, namun bertentangan dengan mayoritas riwayat lain yang juga tsiqah. 9. ‘Illat (kecacatan) dalam periwayatan hadis bisa berupa sanad yang tampak tersambung dan sampai kepada Nabi, namun pada kenyataannya hanya sampai kepada sahabat atau tabi’in. Kecacatan juga bisa juga terjadi berupa kerancuan karena percampuran dengan hadis lain atau kekeliruan dalam menyebutkan nama periwayat yang memiliki kemiripan atau kesamaan dengan periwayat lain yang kualitasnya berbeda. 10. Hadis sahih adalah hadis yang memenuhi lima kriteria atau syarat kesahihan hadis yang meliputi ketersambungan sanad, perawi yang adil, perawi yang sempurna kedabitannya, tidak ada syaz dan tidak terdapat ‘Illat. 11. Hadis sahih li dzatihi (sahih karena sendirinya) jika sebuah hadis memenuhi lima syarat kesahihan secara sempurna. 12. Hadis sahih li ghayrihi (sahih bukan karena sendirinya, melainkan dukungan dari jalur lain) jika sebuah hadis memenuhi lima kriteria tadi hanya saja tidak sempurna dalam hal kedabitan (yang kemudian disebut dengan hadis hasan) tetapi memiliki riwayat lain dari sanad yang berbeda baik dengan kualitas sama atau lebih baik. 13. Hadis hasan adalah hadis yang hampir mendekati kualitas sahih karena terpenuhinya seluruh kriteria kesahihah. Namun, sebab kedabitannya tidak sebaik yang seharusnya, maka kualitasnya tidak sahih melainkan hasan. 14. Hadis hasan li dzatihi (hasan karena sendirinya) adalah hadis yang diriwayatkan oleh para perawi yang baik secara kualitas moral, namun kurang secara kekuatan hafalan, bersanad yang tersambung, tidak berillat dan tidak ada kejanggalan. 15. Hadis hasan li ghayrihi merupakan hadis daif namun diriwayatkan melalui banyak jalur dan penyebab kedaifannya bukan karena kefasikan atau kebohongan perawinya (faktor ‘adalah). 16. Hadis daif adalah hadis yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadis sahih maupun hadis hasan, 17. Hadis daif disebut mu’allaq jika gugur pada sanad pertama. 18. Hadis daif disebut mursal jika gugur pada sanad terakhir (tingkat sahabat). 19. Hadis daif disebut mu’dhal jika gugur dua orang atau lebih dari rangkaian perawinya secara tidak berurutan. 20. Hadis daif disebut maudhu’ jika perawinya berdusta. 21. Hadis daif disebut matruk jika perawi tersebut tertuduh dusta atau dikenal sering berdusta dalam kehidupan sehari-hari walau belum diketahui dia melakukan kedustaan dalam periwayatan atau tidak. 22. Hadis daif disebut munkar jika perawi lengah dalam menghafal. 23. Hadis daif disebut mu’allal jika perawi banyak wahm (kekeliruan tersembunyi), 24. Hadis daif disebut mudraj jika menyalahi riwayat yang lebih tsiqah berupa penambahan atau sisipan. 25. Hadis daif disebut maqlub jika menyalahi riwayat yang lebih tsiqah karena diputarbaikkan. 26. Hadis daif disebut mudhtarib jika menyalahi riwayat yang lebih tsiqah berupa rawi-rawinya tertukar-tukar. 27. Hadis daif disebut muharraf jika menyalahi riwayat yang lebih tsiqah berupa tertukar huruf-syakal. 28. Hadis daif disebut mushahhaf jika menyalahi riwayat yang lebih tsiqah berupa penambahan titik atau kata. 29. Hadis daif disebut mubham jika perawi tidak diketahui identitasnya. 30. Hadis daif disebut syadz dan mukhallith jika perawi tidak baik hafalannya. 31. Hadis daif disebut mauquf jika hadis yang secara kandungan hanya disandarkan sampai sahabat. 32. Hadis daif disebut maqthu’ jika hadis yang secara kandungan hanya disandarkan sampai tabi’in. 33. Rihlah ilmiyah yakni pengembaraan dalam rangka mencari ilmu. 34. Maktab/Kuttab adalah lembaga pendidikan dasar. 35. Halaqah adalah pendidikan tingkat lanjut setingkat dengan college. 36. Majelis adalah kegiatan transmisi keilmuan dari berbagi disiplin ilmu. 37. Khan adalah asrama pelajar atau tempat belajar secara privat. 38. Ribath adalah tempat kegiatan kaum sufi. 39. Ishlah merupakan upaya perbaikan yang dilakukan dalam rangka menjaga kemaslahatan, termasuk melakukan klarifikasi dalam perolehan informasi.
1. Faktor yang menyebabkan sebuah hadis dinilai daif dan
klasifikasinya Daftar materi pada KB 2 yang sulit dipahami
1. Varian dari hadis daif yang sangat banyak, bentuk-bentuk
Daftar materi yang sering tersebut mayoritas tidak aktual dan tidak menunjukkan ciri- 3 mengalami miskonsepsi ciri yang spesifik, pengistilahannya terkadang digunakan dalam pembelajaran secara tidak sama oleh para ulama.