Makalah Kelompok 1
Makalah Kelompok 1
DOSEN PEMBIMBING :
Prof. Dr. Marlina S. Pd., M.Si & Dr. Martias. Z, M. Pd
DISUSUN OLEH:
Dengan menyebut nama Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang,
penulis ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah-Nya kepada penulis, sehinga penulis dapat menyelesaikan Makalah Anak Dengan
ADHD’
Dalam hal ini penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penyelesaian makalah
ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dari semua pihak, baik moril maupun materil.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritikan dari
pembaca agar kami memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumber
referensi dan penambahan nilai dalam pelajaran Mata Kuliah Anak Dengan ADHD.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................... 2
C. TUJUAN ........................................................................................................................ 3
BAB II ....................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 4
A. KONSEP DASAR ADHD............................................................................................. 4
B. KAJIAN KOMPREHENSIF TENTANG ADHD ...................................................... 5
C. KAJIAN KOMPREHENSIF TENTANG ADHD DALAM PERSPEKTIF DSM
IV ......................................................................................................................................... 8
D. KAJIAN KOMPREHENSIF TENTANG ADHD DALAM PERSPEKTIF DSM V
....................................................................................................................................... 10
BAB III .................................................................................................................................... 14
PENUTUP ............................................................................................................................... 14
A. KESIMPULAN ........................................................................................................... 14
B. SARAN ......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif dalam kondisi fisik
secara khusus pada postur tubuh tidak ada perbedaan seperti anak normal pada
umumnya. Namun pada perkembangan yang lain akan nampak perbedaan antara
mereka yang normal, khusus untuk perkembangan motorik dalam perilakunya.
Demikian pula perbedaan yang signifikan anak dengan gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktif dengan anak normal sebaya, dipengaruhi oleh hasil proses pematangan
dan proses belajar. Ini menandakan bahwa dalam perkembangan setiap individu
bervariasi dengan segala suatu batasan perbedaan.
Sebagaimana yang dipaparkan keterkaitan anak dengan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktif pada pengaruh perkembangan yang berbeda secara psikologis
dari anak seusianya. Problema perkembangan anak dengan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktif akan diungkapkan dari berbagai pandangan yang terkonsep
pada pengertian dan karakteristik. Termasuk juga mengungkap penyebab dan jenis-
jenis anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif ini bertujuan untuk
memudahkan para calon pendidik dan pendidik memahami perkembangannya melalui
model pembelajaran. Kemudahan ini dalam melaksanakan pembelajaran yang
mencakup metode dan teknik mendidik.
Model pembelajaran untuk anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktif disusun dalam konseptual belajar pada lingkungan sekolah dasar inklusif.
Pengarusutamaan penempatan awal layanan belajar akan mempermudah beradaptasi
dalam lingkungan sekolah dasar reguler bersama anak normal lainnya. Gambaran
penanganan sejak awal belajar sebagai cara atau pendekatan dalam membantu
mengatasi problematika pembelajaran yang komplek bagi anak dengan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktif. Sisi lain kebutuhan pelayanan belajar sistem
penanganan secara kolaborasi dengan semua pihak sebagai bagian model untuk
memfasilitasi belajarnya. Pengembangan pendidikan inklusif yang keutamaan dapat
menempatkan anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif belajar pada
kelas reguler.
Pengkondisian model pembelajaran ini untuk membantu mereka memberikan
pelayanan dalam pendidikan inklusif dan atau sebagai alternatif memperluas akses bagi
anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif dapat belajar secara awal
pada sekolah inklusif. Keberhasilan belajar dalam pendidikan sekolah dasar reguler
dirancang berdasarkan analisis kebutuhan, analisis empiris dan kajian teori. Seperti
implementasi antara siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus dapat belajar
bersama-sama dalam suatu kelas yang masing-masing mendapatkan pelayanan sesuai
dengan potensi dan keterbatasannya. Sistem layanan pendidikan yang memberikan
ruang dan tempat bagi ABK (anak berkebutuhan khusus) untuk belajar bersama anak-
1
anak reguler pada umumnya.
Pengupayaan keberhasilan anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktif dalam model pembelajaran ini sebagai tantangan yang dihadapi oleh setiap
calon pendidik maupun pendidik yang berkecimpung dalam profesi keguruan dan
kependidikan. Dalam tantangan membelajarkan anak berkebutuhan khusus tanpa
adanya perbedaan ini termaktub pada Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dapat
disimpulkan bahwa negara memberikan jaminan sepenuhnya kepada anak
berkebutuhan khusus untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu. Hal ini
menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus berhak pula memperoleh kesempatan
yang sama dengan anak lainnya (‘normal’) dalam pendidikan. Demikian pula bila
dihubungkan dengan Deklarasi Bandung (Tingkat Nasional) ”Indonesia Menuju
Pendidikan Inklusi” pada 8-14 Agustus 2004, dalam mengarusutamakan pendidikan
anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak normal. Realisasi pendidikan inklusi
pada sekolah dasar, yakni satu di antaranya anak dengan gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktif. Dalam deklarasi tersebut menegaskan bahwa, 1) menjamin setiap anak
berkebutuhan khusus sebagai individu yang bermartabat, untuk mendapatkan perlakuan
yang manusiawi, pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan potensi maupun
kebutuhan masyarakat, tanpa perlakuan diskriminatif yang merugikan eksistensi
kehidupannya baik secara fisik, psikologis, ekonomis, sosiologis, hukum, politik dan
kultural, 2) menjamin anak berkebutuhan khusus untuk berinteraksi baik secara reaktif
maupun pro aktif dengan siapapun, kapanpun dan di lingkungan manapun dengan
meminimalkan hambatan.
Model pembelajaran ini mengupayakan menjamin anak dengan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktif pada sekolah reguler mendapat kesempatan dan
akses yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan. Dalam perolehan kesempatan anak dengan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktif ini pada semua jenjang pendidikan baik di kelas,
maupun tercipta di lingkungan yang aman, nyaman dan ramah bagi semua peserta
didik, sehingga perkembangan potensi dapat teroptimalkan. Pelayanan pembelajaran
yang optimal bagi anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif akan
menjadikan percaya diri di lingkungan belajarnya. Untuk itu pemikiran dan realisasi ke
arah upaya memenuhi kebutuhan pembelajaran bagi mereka harus dilakukan. Buku
materi ini dimaksudkan untuk menjadi tambahan pendidik/calon pendidik dalam cara
memberikan pelayanan pembelajaran anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktif pada sekolah dasar inklusif.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan Konsep dasar ADHD
2. Menjelaskan kajian komprehensif tentang ADHD
3. Menjelaskan kajian komprehensif tentang ADHD dalam perspektif DSM IV
4. Menjelaskan kajian komprehensif tentang ADHD dalam perspektif DSM V
2
C. TUJUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
3. Russell A. Barkley: Dr. Russell A. Barkley adalah seorang ahli terkemuka dalam
ADHD. Menurutnya, ADHD adalah gangguan eksekutif (terkait dengan
kemampuan otak untuk mengatur tindakan), dan ia mengemukakan konsep "Model
Eksekutif" untuk menjelaskan bagaimana masalah di area ini dapat mempengaruhi
perilaku dan fungsi seseorang.
4. Thomas E. Brown: Dr. Thomas E. Brown adalah seorang ahli terkenal dalam bidang
ADHD. Ia menggambarkan ADHD sebagai gangguan regulasi diri yang melibatkan
kesulitan dalam mengelola emosi, tindakan, dan motivasi. Ia menyoroti pentingnya
pemahaman tentang "Fungsi Eksekutif" dalam pemahaman ADHD.
4
B. KAJIAN KOMPREHENSIF TENTANG ADHD
5
c. Kelambatan perkembangan sistem pembangkitan di otak. Pengobatan stimulan
meningkatkan pembangkitan, beberapa indikasi bahwa kemungkinan anak
hiperaktif menderita kelambatan pembangkitan yang membuat mereka tidak
sensitive terhadap rangsangan yang datang. Jadi hiperaktif yang mereka alami
mungkin mencerminkan pencarian rangsangan dan bukan karena rangsangan
yang berlebihan.
d. Perkembangan otak yang abnormal. Kurang berfungsinya lobus frontal, yang
merupakan area pada otak yang mengumpulkan input auditori dan visual yang
berlebihan. Hal ini menunjukkan bahwa lobus ini dibombardir dengan
banyaknya informasi yang tidak tersaring dan tidak sesuai
Lumbantobing (2001), menambahkan bahwa hiperaktif dapat disebabkan oleh
beberapa hal :
a. penyakit struktural otak atau kemungkinan masalah biokimia otak, dan
b. faktor genetik atau turunan.
6
a. Sangat responsive terhadap rangsang, ini cenderung bermasalah dalam memilih
dan menyaring ciri-ciri penting dari yang tidak penting pada lingkungan
sekitarnya ketika memperhatikan satu tugas.
b. Mengalami fiksasi (kemandegan) dalam perkembangan bahwa seseorang yang
mengalami gangguan perhatian lemah dalam proses mental.
c. Disinhibition, aktivitas motorik terus menerus dinampakkan sebagai akibat dari
hiperaktivitas.
d. Dissociation, anak gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif ini tidak
mampu atau tidak dapat berfikir komprehensif, yakni bentuk berpikirnya
terpisah, tidak terintegrasi sehingga aktivitasnya bervariasi. Berdasarkan
pendapat Suharmini (2000) mengemukakan bahwa kondisi karakteristik anak
dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif di kelas, dinampakkan,
antara lain.
1) Mengganggu situasi kelas, ini menunjukkan berlari ke sana kemari pada
situasi di mana hal itu tidak pantas dan meninggalkan tempat duduk atau
dalam situasi-situasi lain di mana diharapkan untuk duduk diam.
2) Daya konsentrasi rendah, ini menunjukkan mengalami kesulitan menekuni
tugas-tugas pekerjaan yang harus selesaikannya.
3) Impulsive, ini menunjukkan sering melontarkan jawaban sebelum
pertanyaan selesai diajukan, sering mengalami kesulitan menunggu giliran
dan menyela atau mengganggu orang lain
4) Koordinasi motorik rendah dengan tindakannya seolah digerakkan oleh
motor, sehingga kesulitan melakukan kegiatankegiatan santai.
5) Mudah beralih perhatian, anak ini mengalami kesulitan memulai kegiatan-
kegiatan dan mempertahankan sampai kegiatan benar-benar selesai.
7
4. Jenis – jenis anak ADHD
a. ADHD Tipe Kombinasi: Ini adalah jenis ADHD yang paling umum. Orang
dengan ADHD tipe kombinasi mengalami gejala hiperaktif, impulif, dan
kurangnya perhatian. Mereka mungkin sulit duduk diam, cenderung bertindak
tanpa berpikir, dan kesulitan berkonsentrasi pada tugas-tugas tertentu.
1. Gejala ADHD
Gejala ADHD dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Gejala inattention (kurang perhatian):
1) Mudah lalai atau tidak memperhatikan detail
2) Kesulitan untuk mengikuti instruksi atau menyelesaikan tugas
3) Kesulitan untuk mempertahankan perhatian terhadap tugas atau aktivitas
4) Mudah terganggu oleh hal-hal yang tidak relevan
5) Sering lupa tugas atau kegiatan sehari-hari
8
1) Sering bergerak atau berkeliaran
2) Tidak bisa duduk diam
3) Sering berbicara berlebihan
4) Sering berlari atau melompat-lompat
5) Sering mengalami kesulitan bermain atau beraktivitas secara tenang
2. Penyebab ADHD
Penyebab ADHD belum diketahui secara pasti, tetapi diduga disebabkan oleh
kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan neurobiologis. Faktor genetik berperan
dalam peningkatan risiko ADHD, sedangkan faktor lingkungan dan neurobiologis
dapat memengaruhi perkembangan ADHD.
3. Diagnosis ADHD
Diagnosis ADHD dilakukan oleh profesional kesehatan mental berdasarkan
wawancara, observasi, dan penilaian perilaku. Penilaian perilaku dilakukan untuk
menilai gejala ADHD dan tingkat keparahannya.
4. Pengobatan ADHD
Pengobatan ADHD bertujuan untuk mengurangi gejala dan meningkatkan
fungsionalitas individu. Pengobatan ADHD dapat dilakukan dengan kombinasi
terapi perilaku dan obat-obatan.
Ani adalah seorang wanita berusia 25 tahun yang bekerja sebagai karyawan di
sebuah perusahaan. Ani sering lupa tugas yang diberikan oleh atasan, sulit untuk fokus
pada pekerjaan, dan sering berbicara berlebihan. Ani juga sering mengalami kesulitan
untuk duduk diam saat rapat.
9
D. KAJIAN KOMPREHENSIF TENTANG ADHD DALAM PERSPEKTIF DSM
V
ADHD menurut DSM V adalah gangguan perkembangan neurologis yang
ditunjukkan dengan adanya kurang perhatian, kekacauan sosial, dan/atau
hiperaktivitas– impulsivitas. Kurang perhatian dan kekacauan sosial yang dimaksud
meliputi ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas, tampak tidak mendengarkan,
sering kehilangan barang-barang, pada tingkat yang tidak konsisten dengan level
perkembangan. Sedangkan hiperaktivitas–impulsivitas yang dimaksud meliputi
aktivitas yang berlebihan, gelisah, tidak dapat duduk tenang dalam waktu lama,
mengganggu atau menyela kegiatan atau aktivitas orang lain, dan tidak dapat menunggu
giliran (gejala yang berlebihan untuk level perkembangan) (American Psychiatric
Association, 2013).
10
diarahkan menuju kehidupan batin mereka dan seringkali acuh tak acuh
terhadap hubungan. Mereka umumnya menunjukkan kurangnya ekspresi
emosional dan dapat terlihat dingin dan lebih banyak menyendiri.
11
menyebabkan masalah signifikan dengan kehidupan dan fungsi sehari-hari para
penderita
a. Kurang perhatian: enam (atau lebih) dari gejala berikut telah menetap
selama minimal 6 bulan pada derajat yang tidak konsisten dengan level
perkembangan dan berpengaruh negatif secara langsung pada sosial dan
akademik/aktivitas pekerjaan. Catatan: gejala-gejala tersebut tidak semata-
mata merupakan manifestasi dari perilaku menentang, membangkang,
permusuhan, atau kegagalan memahami tugas atau instruksi. Pada remaja
dan orang dewasa (17 tahun ke atas), minimal lima gejala dibutuhkan.
1. Sering gagal memberikan perhatian pada bagian-bagian kecil atau
membuat kesalahan ceroboh dalam pekerjaan sekolah, dalam pekerjaan,
atau dalam aktivitas lain (seperti melupakan atau melalaikan hal-hal
kecil, pekerjaan tidak akurat).
2. Sering kesulitan menahan perhatian pada tugas atau aktivitas bermain
(misalnya kesulitan tetap fokus selama kuliah, percakapan, atau
membaca panjang).
3. Sering terlihat tidak mendengarkan ketika bercakap langsung (misal
pikiran tampak di tempat lain, walaupun tidak ada gangguan yang jelas).
4. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas
sekolah, pekerjaan rumah, atau kewajiban ditempat kerja (misalnya
memulai tugas namun cepat kehilangan fokus dan mudah keluar jalur).
5. Sering mengalami kesulitan mengatur tugas dan aktivitas (kesulitan
mengatur rangkaian tugas, kesulitan menjaga barang-barang dan
apayang dimiliki dengan tertib berantakan, pekerjaan berantakan;
12
memiliki manajemen waktu yang buruk gagal memenuhi tenggat
waktu).
6. Sering menghindari, tidak suka, atau enggan berhubungan dengan tugas
yang membutuhkan usaha mental(tugas sekolah atau pekerjaan rumah
bagi remaja dan orang dewasa, menyiapkan laporan melengkapi
formulir, meninjau naskah panjang).
7. Sering kehilangan sesuatu yang dibutuhkan untuk tugas dan aktivitas
(misalnya alat-alat sekolah, pensil, buku, dompet, kunci, tugas sekolah,
kacamata, ponsel)
8. Sering mudah dialihkan oleh rangsanganyang tidak ada hubungannya
(pada remaja atau orang dewasa, dapat berupa pemikiran yang tidak
berhubungan).
9. Mudah lupa dalam aktivitas sehari-hari (misal melakukan pekerjaan
rumah, menjalankan perintah bagi remaja atau orang dewasa, menelpon
kembali, membayar tagihan, menepati janji
b. Hiperaktivitas dan impulsivitas enam (atau lebih) dari gejala berikut telah
menetap minimal 6 bulan pada derajat yang tidak konsisten dengan level
perkembangan dan berakibat negatif secara langsung pada sosial dan
akademik/aktivitas pekerjaan. Catatan gejala tidak semata-mata merupakan
manifestasi perilaku menentang, membangkang, permusuhan, atau
kegagalan memahami tugas atau instruksi. Pada remaja atau orang dewasa
(17 tahun ke atas), minimal lima gejala dibutuhkan.
1. Sering gelisah dengan atau mengetukkan tangan atau kaki atau
menggeliat ditempat duduk.
2. Sering meninggalkan tempat duduk pada situasi yang mengharapkan
untuk tetap duduk (misal meninggalkan tempat dikelas, dikantor atau
ditempat kerja, atau pada situasi lain yang membutuhkan tetap di
tempat)
3. Sering berlari-lari atau memanjat pada situasi yang tidak tepat (catatan
pada remaja atau orang dewasa, dapat berupa perasaan gelisah saja.)
4. Sering tidak dapat bermain atau ikut serta dalam aktivitas waktu luang
dengan tenang.
5. Sering siap pergi, bertindak seperti dijalankan oleh motor/mesin
(misalnya tidak dapat atau tidak nyaman diam untuk waktu yang lama,
seperti direstoran, pertemuan bisa jadi dialami orang lain sebagai gelisah
atau kesulitan untuk tatap tenang).
6. Berbicara terlalu sering
7. Sering menjawab tanpa berpikir sebelum pertanyaan selesai diucapkan
(misalnya menyelesaikan kalimat orang lain, tidak dapat menunggu
giliran dalam percakapan).
8. Sering mengalami kesulitan menunggu giliran(seperti saat menunggu
antrian)
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak sekali
kekurangan dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca,
tata bahasa maupun isi. Oleh karena itu kami secara terbuka menerima kritik dan saran
yang membangun dari pembaca.
14
DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-
TR). Washington, DC: American Psychiatric Association, 2000.
Barkley, RA. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder: A Handbook for Diagnosis and Treatment.
3rd ed. New York: Guilford Press, 2000.
Hoza, B., Pelham, W. E., Jr., Waschbusch, D. A., & Kipp, H. M. "Attention-Deficit/Hyperactivity
Disorder in Children." Annual Review of Clinical Psychology 10 (2014): 521-546.
15