Anda di halaman 1dari 30

Kelompok 5

Kohesi dan
Pemarkahnya
Anggota
Kelompok
1. Rifki Rahmalia (21201241003)
2. Sintia Anggita (21201241007)
3. Arda Wardana (21201241016)
4. Kholifah Syafa (21201241030)
5. Laila Safitri (21201241039)
A. Pengertian Kohesi
1) Kohesi merupakan wadah kalimat-kalimat yang disusun secara
padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Dengan kata lain,
bahwa kepaduan wacana merupakan organisasi sintaktik, wadah
kalimat-kalimat disusun secara padu dan padat untuk
menghasilkan tuturan. (Tarigan, dalam Widiyatmoko, 2015: 4).
2) Kohesi adalah hubungan antar proposisi yang dinyatakan
secara eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam
kalimat yang membentuk wacana. Kohesi merupakan aspek formal
dalam tata bahasa terutama dalam organisasi sintaksis yang terdiri
dari kalimat dalam rangka menghasilkan tuturan yang utuh.
3) Kohesi merujuk pada kesinambungan antarbagian dalam teks
(Gerot dan Wignell, 1994: 170)
4) Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu
dengan yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengertian
yang apik atau koheren (Idris: 1).
Kesimpulan
Kohesi adalah kepaduan bentuk antar kalimat dalam
sebuah wacana sehingga menghasilkan tuturan yang
utuh.
B. Pemarkah Kohesi
Kohesi tidak datang dengan sendirinya, tetapi
diciptakan secara formal oleh alat bahasa, yang
disebut “pemarkah kohesi”. Bentuk atau pemarkah
kohesi dibagi menjadi dua yaitu kohesi Gramatikal
dan Kohesi Leksikal.
Problem 1 Problem 2
1. Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal adalah relasi semantis antar unsur
bahasa yang ditandai oleh alat gramatikal, yakni alat
bahasa yang berkaitan dengan tata bahasa. Kohesi
gramatikal dapat berwujud referensi (reference),
substitusi (Substitution), ellipsis (elipsis), dan
konjungsi (conjunction) (Santhi: 62).
Jenis Gramatikal

01 Referensi

02 Subsitusi

03 Elipsis

04 Konjungsi
Referensi
Referensi atau pengacuan adalah hubungan kata dengan objeknya,
atau hubungan antara suatu elemen dalam teks dengan sesuatu yang
diacunya dan diinterpretasikan sesuai dengan konteksnya.

berdasarkan objek pengacuannya, referensi dibedakan atas


referensi endoforis dan referensi eksoforis.
- Referensi Endoforis --> terjadi jika objek acuannya ada di
dalam teks sehingga refernsi bersifat tekstual (refensi anaforis dan
kataforis).
- Referensi Eksoforis --> terjadi jika objek acuannya berada di luar
teks sehingga refrensi ini bersifat situasional atau terikat pada
konteks situasi tertentu.
Berdasarkan tipe objeknya, referensi dibagi dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu referensi personal, demonstratif, dan komparatif.

1. Referensi Personal
Referensi yang mengacu pada kategori personal. referensi ini ada di dalam
bahasa indonesia ditujukan dengan pemakaian pronomina persona orang
pertama tunggal, orang pertama jamak, orang kedua tunggal, orang kedua
jamak, orang ketiga tunggal dan orang ketiga jamak.
contoh : Dia tidak datang ke rumahku

2. Referensi Demonstratif
Referensi yang didasarkan pada jarak lokasi dan waktu objek yang diacu
oleh penutur. (ini, itu, di sini, di sana, sekarang, besok dan kemarin).
contoh : Rifki berlibur ke Bali kemarin. Di sana ia membeli banyak
oleh-oleh untuk temannya.
3. Referensi Komparatif
Referensi yang digunakan untuk membandingkan dua hal
yang memiliki kesamaan, kemiripan, atau perbedaan di dalams
ebuah teks serta ditujukan dengan kata-kata pembanding.
(sama, serupa, seperi, lebih, kurang, dan berbeda).

contoh : Hobi Lala membaca buku. Hobi saya dan hobi Lala sama.
Subsitusi
Subsitusi atau penyulihan adalah penggantian suatu unsur bahasa dengan unsur
bahasa lain. subsitusi dilakukan untuk menghindari adanya pengulangan dari kata
yang sama. subsitusi dapat terjadi secara nominal, verbal, dan klausa.

Subsitusi Nominal
penyulihan yang digunakan untuk menggantikan nomina atau kelompok nomina
dengan kata atau frasa lain.
contoh : Kemarin saya melihat Dewi di restoran. Gadis berambut panjang itu makan
bersama kekasihnya.
Subsitusi Verbal
penyulihan yang digunakan untuk menggantikan kata atau kelompok kata
verba dengan kata atau frasa lain.
contoh : Arda tidak kuliah hari ini, Begitu juga saya.
Subsitusi Klausal
Penyulingan yang meggantikan klausa, namun tidak hanya dpat
menggantikan unsur-unsur tertentu di dalam klausa, tapi juga dapat
menggantikan klausa secara keseluruhan.
contoh : semoga besok jam kosong, Saya juga berharap demikian.
Elipsis
Elipsis atau pelesapan adalah penghilangan kata atau
elemen yang penting secara struktural. Elipsis dibagi menjadi
elipsis nominal, verbal, dan klausal.

Elipsis Nominal --> penghilangan unsur nomina di


dalam kalimat.
contoh :
kata awal : Setelah pulang Shafa dari kampus, Shafa pergi ke
bioskop bersama temannya.
Elipsis : Setelah pulang dari kampus, Shafa pergi ke bioskop
bersama temannya.

Elipsis Verbal --> Penghilangan unsur verbal dalam kalimat.


contoh :
Elipsis Klausal --> Penghilangan unsur klausal dalam kalimat.
contoh : Apakah Anda mengerti maksud saya?
ya,{ saya mengerti maksud anda.}
Konjungsi
Konjungsi adalah kata yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan
kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf
dengan paragraf.

Konjungsi Koordinatif
Menghubungkan kalimat setara
contoh : Kami sudah sampai pukul 11.00 dan mereka baru datang pukul 12.00

Konjungsi Subordinatif
Menghubungkan kalimat tidak setara
contoh : Dia tidak dapat mengerjakan, karena tidak belajar
Konjungsi
Konjungsi Korelatif
Memiliki hubungan timbal balik atau terbelah
contoh : Ayahnya begitu keras.
Sebaliknya anaknya begitu lembut

Konjungsi Antar Kalimat


Menghubungkan dua atau lebih kalimat
contoh : Pohon itu daunnya sangat lebat
Akan tetapi buahnya sangat sedikit
Konjungsi Antar Paragraf
Menghubungkan kalimat dengan kalimat lain
contoh: slide berikutnya
Konjungsi
“Pada setiap hari Jumat Legi, dilakukan laporan pemerintahan setempat sambil
pengajian yang dilakukan para penghulu kabupaten, sekaligus dilakukan ziarah kubur
dan haul ke makam Ngempel dan Giri.

Akibatnya, 1 Muharam (1 Suro Jawa) yang dimulai pada hari Jumat Legi ikut-ikut
dikeramatkan pula bahkan dianggap sial kalau ada orang yang memanfaatkan hari
tersebut di luar kepentingan mengaji, ziarah, dan haul.”
2. Kohesi Leksikal
Kohesi gramatikal adalah hubungan
semantis antarunsur pembentuk wacana
dengan memanfaatkan unsur leksikal atau
kata.

Secara umum kohesi leksikal berupa kata


atau frasa bebas yang mampu
mempertahankan hubungan kohesif
dengan kalimat yang mendahului atau
yang mengikutinya. (Kushartanti: 2005)
Jenis Leksikal

01 Sinonim

02 Antonim

03 Hiponim

04 Repetisi
Sinonim
Istilah sinonim berasal dari sin yang berarti ‘sama’ atau ‘serupa’ dan
onim yang berarti ’nama’. Sinonim adalah kata yang yang memiliki
persamaan arti. Menurut Tarigan (2009: 161) sinonim adalah kata-
kata yang mempunyai kemiripan makna dengan bentuk yang
berbeda. Fungsi sinonim adalah untuk menjalin hubungan makna
yang sepadan antara satuan lingual tertentu dan satuan lingual
yang lain dalam wacana (Sumarlam, 2003: 39).
Contoh
Sinonim
“Aku sering berkunjung ke rumahmu, tetapi kamu
tak pernah bertandang ke rumahku.”

Pada data di atas terdapat kata kerja berkunjung dan bertandang. Kedua kata tersebut
secara makna mengungkapkan hubungan sinonim karena mengacu pada arti yang sama.
Makna kata berkunjung adalah ‘pergi untuk menengok atau menjumpai seseorang di
suatu tempat’ sedangkan makna kata bertandang adalah ‘bertamu ke rumah orang’. Kata
berkunjung dan bertandang sama-sama bermakna menjumpai seseorang di suatu
tempat.
Antonim
Antonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu anti berarti ‘lawan’ dan
onuma berarti ‘nama’. Antonim adalah kata yang memiliki arti
berlawanan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sumarlam (2003: 40) bahwa
antonim adalah satuan lingual yang maknanya berlawanan atau
beroposisi dengan lingual yang lain. Antonim sering pula disebut dengan
istilah oposisi makna. Istilah oposisi makna digunakan oleh sebagian ahli
bahasa yang tidak menyetujui istilah antonim. Mereka berpendapat
bahwa aspek yang bertentangan bukan kata, melainkan makna tersebut.
Contoh
Antonim
Dalam rapat yang dipimpin Klian Desa, para warga
tak henti-hentinya memuji tindakan gagak yang
pemberani itu. Beberapa warga mengusulkan agar
mulai saat itu para warga tidak memandang gagak
sebagai musuh dan sebagai pertanda maut, tetapi
sebagai sahabat.

Pada data di atas terdapat nomina musuh dan sahabat. Kedua kata tersebut secara
makna mengungkapkan hubungan antonim karena mengacu pada makna yang
berlawanan. Nomina musuh dan sahabat termasuk oposisi hubungan karena bersifat
saling melengkapi. Makna kata musuh adalah ‘lawan’, sedangkan makna kata sahabat
adalah ‘teman dekat’. Adanya oposisi hubungan dalam data tersebut dapat mendukung
kepaduan wacana secara leksikal untuk menghasilkan wacana yang kohesif.
Hiponim
Hiponim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu hypo yang berarti ‘di
bawah’ dan onoma yang berarti ‘nama’. Hiponim merupakan satuan
lingual yang maknanya termasuk dari bagian makna satuan lingual lain.
Verhaar (2001) berpendapat bahwa hiponim merupakan hubungan antara
yang lebih kecil (secara ekstensional) dengan yang lebih besar (secara
ekstensional juga). Penggunaan hiponim ditunjukkan pada kutipan
berikut.

(a) Ada bangunan yang saat ini dimanfaatkan untuk sekolahan, kantor
pemerintahan, gereja, hingga rumah pribadi, kata dia. (16/LH); (b) Ada
banyak wahana permainan anak seperti sepeda gantung, kereta gantung,
becak mini, kereta mini, dan lainnya. (13/LH).
Lanjutan
Pada kutipan (a) kata sekolahan, kantor, pemerintahan, gereja, rumah
pribadi berhiponim dengan kata bangunan. Kata sekolahan, kantor,
pemerintahan, gereja, rumah pribadi merupakan subkelas atau superordinat
dari kata bangunan sebagai kelas umum atau subordinat.
Hubungan antarkata dalam hiponim tidak terjadi dua arah, tapi satu arah.
Kata sekolahan merupakan hiponim kata bangunan. Namun kata bangunan
bukan hiponim kata sekolahan. Hubungan kata bangunan terhadap kata
sekolahan disebut hipernim. Hubungan antarlima kata tersebut disebut
kohiponim.

Penggunaan hiponim sesuai dengan pendapat Rani, dkk. (2004) bahwa


kehiponiman berupa keterkaitan antarbagian yang mengandung
superordinat dengan bagian yang mengandung subordinat.
Repetisi
Repetisi merupakan unsur bahasa yang sudah ada dalam kalimat
sebelumnya diulangi dalam kalimat berikutnya dalam wacana. Repetisi
merupakan pengulangan unsur bahasa yang sederhana di dalam kalimat.
Sumarlam (2008) menjelaskan bahwa repetisi adalah pengulangan satuan
lingual (bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat) yang dianggap penting
untuk memberi tekanan pada konteks yang sesuai. Penggunaan repetisi
terdapat empat macam.

1. Repetisi bentuk secara penuh


2. Repetisi sebagian bentuk
3. Repetisi dengan penggantian
4. Repetisi menggunakan pronomina
Contoh repetisi bentuk secara penuh dan repetisi sebagian bentuk

(a) Dia menambahkan banjir menggenangi jalan desa termasuk halaman


rumah warga. Banjir yang terjadi ini, adalah banjir kiriman dari Kecamatan
Pilangkenceng, Madiun. Pada hari Senin, 10 Februari Kecamatan
Pilangkenceng hujan deras, akibatnya banjir terjadi di Kabupaten Ngawi.
(2/LRp/P); (b) Bentrok antar pesilat terjadi di Madiun. Kali ini puluhan rumah
warga di Desa Sugihwaras, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Jawa
Timur, menjadi sasaran saat bentrok terjadi pada Kamis 18 Juni 2020.
(22/LRp/S)

Pada kutipan (a) terjadi pengulangan kata banjir pada kalimat kedua dan
ketiga. Kata banjir mengalami pengulangan keseluruhan bentuk, sehingga
kata banjir mengalami repetisi bentuk secara penuh. Kutipan data (b)
diawali dengan frasa bentrok antar pesilat. Frasa tersebut mengalami
repetisi sebagian bentuk menjadi kata bentrok pada kalimat berikutnya.
Contoh repetisi dengan penggantian dan repetisi
menggunakan pronomina
(c) Di Kota Madiun akan ada rumah susun sewa (rusunawa) baru.
Rusunawa ini mulai dibangun pada April 2020. “Pada bulan Maret sudah
dilakukan tanda tangan perjanjian di Jakarta, lalu pembangunan dikerjakan
bulan April.” (6/LRp/Pg); (d) Saat itu, Dia mendengar ada keributan,
kemudian keluar rumah melihat rumahnya sudah rusak. Kaca jendela
rumahnya pecah, pintu rusak hingga plafon rumahnya jebol. (22/LRp/Pr)

Pada kutipan data (c) repetisi dengan penggantian terjadi pada frasa
(rusunawa) baru. menjadi frasa rusunawa ini pada kalimat berikutnya. Pada
kutipan (d), kata rumah mengalami repetisi bentuk disertai dengan
penggunaan pronomina –nya. Kata rumah mengalami pengulangan
menjadi frasa rumahnya pada penjelasan selanjutnya.
Daftar Pustaka
Kushartanti, dkk. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami
Linguistik. Jakarta: Gramedia

Swandalia, Suparno, & Novi. (2021). Pemarkah Kohesi dalam Wacana


Berita Karangan Siswa SMP Negeri 2 Jiwan. JoLLA: Journal of
Language, Literature, and Arts, 1(7), 909–921. DOI:
10.17977/um064v1i72021p909921
Thank You
So Much!

Anda mungkin juga menyukai